Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Tugas akhir Bahasa indonesia

KESEHATAN REPRODUKSI

Dosen Pengampu: Bapak Ririn Sabriadi, S.Pd.,M.Pd

Oleh Kelompok 4

NAMA : 1. NURNATASYA ( 2023 01 020)

2. FADEL MUHAMMAD (2023 01 081)

3. RAHMATULLAH (2023 01 004)

4. A. ARGILAN (2023 01 078)

PRODI : TEKNIK KESELAMATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN TRI TUNAS NASIONAL

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji Syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena


dengan taufit dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “KESEHATAN REPRODUKSI”. Sholawat serta salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada bangida Nabi Muhammad SAW, yang telah
mebawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman yang terang benderang.

Tujuan dibuatnya makalah ini diharapkan agar wawasan kita semakin


bertambah dalam memahami mata kuliah “Bahasa indonesia ”. Makalah ini
berisi tentang penyembab timbulnya gangguan pada system pencernaan, dan
nama-nama penyakit pada Kesehatan Reproduksi.

Kami sebagai penyusun telah berusaha demi keberhasilan dan


kesempurnaan makalah ini. Namun, kami merasa terlalu bnayak kekurangan. Oleh
kerana itu, kami mohon kritikan dan saran yang membangun baik dari dosen
maupun rekan-rekan mahasiswa, semoga dengan yang ada didalam makalah ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Makassar, 14 Desember 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
C. Tujuan .........................................................................................................6
D. Manfaat .......................................................................................................7
BAB II PEMBAHASA

1. Pengertian Kesehatan reproduksi ...................................................11


2. Tujuan Kesehatan Reproduksi.........................................................10
a. Tujuan Utama Memberikan Pelayanan Kesehatan .............13
b. Tujuan Khusus ....................................................................17
c. .............................................................................................18
BAB III PENUTUP..........................................................................................20
A. Kesimpulan..............................................................................20
B. Saran.........................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................31
a. Mekanisme criminal justice system.....................................31
b. Mekanisme restorative justice.............................................39

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses
reproduksi.1World Health Organization (WHO) dalam Nikmah menyatakan
bahwa masalah kesehatan reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33%
dari jumlah total beban penyakit yang menyerang para wanita di seluruh
dunia.2,3Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sejak lama menjadi
persoalan bagi wanita adalah masalah keputihan.4,5 Keputihan atau yang
disebut juga dengan istilah white discharge atau vaginal discharge, atau
leukore atau flour albus. 6 Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah
dari liang vagina yang dapat menyebabkan rasa gatal di area kewanitaan.7
Keputihan ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Keputihan bersifat
fisiologis yaitu keputihan yang timbul akibat proses alami dalam tubuh.
Keputihan bersifat patologis yaitu keputihan yang timbul karena infeksi dari
jamur, bakteri dan virus. Keputihan patologis merupakan tanda dari adanya
kelainan alat repoduksi sehingga jumlah, warna, dan baunya perlu
diperhatikan. Keputihan patologis yang tidak tertangani dengan baik dan
dialami dalam waktu yang lama akan berdampak pada terjadinya infeksi
saluran reproduksi.

A. Rumusan Masalah
Keputihan adalah masalah kesehatan reproduksi yang masih
dikeluhkan oleh para wanita mulai dari usia remaja hingga menopause.
Angka kejadian keputihan di Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 45%.
Keputihan terdiri dari dua jenis, yaitu keputihan fisiologis dan keputihan
patologis. Sejak tahun 2003, pemerintah sudah mengembangkan
pelayanan kesehatan yaitu Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).

1
Tujuan dari pelayanan ini adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan kemampuan bagi remaja dalam berperilaku hidup sehat. Penelitian
Imarotul tahun 2014 di Jawa Barat menunjukkan bahwa remaja usia 10-15
tahun cenderung berperilaku tidak sehat terutama dalam menjaga
kebersihan organ reproduksi.13 Hasil penelitian Nazirah tahun 2015 di
salah satu pondok pesantren di Surabaya menyatakan bahwa kesadaran
santri putri dalam melakukan perawatan organ reproduksi yang baik masih
rendah.19Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara perilaku personal
hygiene dengan kejadian keputihan pada santri putri Pondok Pesantren
An-Nawawi Purworejo?
B. Tujuan
1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara perilaku personal
hygiene dengan kejadian keputihan pada santri putri Pondok
Pesantren An-Nawawi Purworejo.
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik santri putri Pondok
Pesantren AnNawawi Purworejo meliputi umur terkini dan umur
menarche. b. Mengetahui perilaku personal hygiene santri putri
Pondok Pesantren An-Nawawi Purworejo. c. Mengetahui kejadian
keputihan pada santri putri Pondok Pesantren An-Nawawi
Purworejo.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat dijadikan
khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu kebidanan yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja yaitu
keterkaitan antara perilaku personal hygiene dengan terjadinya
keputihan.
2. Manfaat Praktik

2
a. Bagi Santri Putri Pondok Pesantren An-Nawawi Purworejo
Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai tambahan
wawasan pengetahuan mengenai kebersihan organ kewanitaan para
santri putri. Sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan dan
mencegah risiko keputihan patologis akibat dari perilaku hygiene
yang kurang baik.
b. Bagi Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi Purworejo
Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai pertimbangan
dalam mengambil kebijakan untuk menyediakan sarana dan
prasana yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan kesehatan
para santri Pondok Pesantren. Hasil penelitian ini mampu menjadi
landasan pelaksanaan program kegiatan bimbingan, pembinaan
dan konseling dalam upaya meningkatkan kesadaran perilaku
personal hygiene.
c. Bagi Institusi Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta Hasil penelitian ini mampu menambah
kepustakaan yang dapat dimanfaat oleh mahasiswa atau karyawan
untuk meningkatkan atau menambah wawasan mengenai perilaku
personal hygiene terutama organ reproduksi.
d. Bagi Bidan Wilayah Kerja Puskesmas Gebang Purworejo
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan untuk
meningkatkan pemberian asuhan kesehatan reproduksi wanita
terutama pada program pelayanan kesehatan reproduksi remaja.
e. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menambah
informasi bagi peneliti mengenai hubungan antara perilaku
personal hygiene dengan kejadian keputihan dan dapat dijadikan
referensi bagi penelitian selanjutnya.

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Reproduksi
1. Pengertian
Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan kata
produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi
mempunyai suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi
kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh
yang berfungsi untuk reproduksi m anusia (Teori Kesehatan Reproduksi, 2015)
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup
fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksiyang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas
dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual
yang aman danmemuaskan sebelum dan sesudah menikah (Kesehatan Reproduksi
dan Keluarga Berencana, 2016). Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam suat yang berkaian dengan system reproduksi,
fungsi dan prosesnya (WHO). Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna
fisik, mental dan kesejahteraan social dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit
atau kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan system reproduksi dan
fungsi serta proses (Epidemiologi Kesehatan Reproduksi, 2019).

Kesehatan reproduksi merupakan hal penting yang dapat dilakukan untuk


mempersiapkan kesehatan yang berkualitas pada buah hati dan keluarga. Berikut
ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai kesehatan reproduksi dan
kontrasepsi. Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial
yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

B. Tujuan Kesehatan Reproduksi


Tujuan Kesehatan Reproduksi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2014 Kesehatan Reproduksi yang menjamin setiap orang berhak

4
memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang bermutu, aman dan
dapat dipertanggung jawabkan, dimana peraturan ini juga menjamin
kesehatan perempuan dalam usia reproduksi sehingga mampu melahirkan
generasi yang sehat, berkualitas yang nantinya berdampak pada penurunan
Angka Kematian Ibu. Didalam memberikan pelayanan Kesehatan
Reproduksi ada dua tujuan yang akan dicapai, yaitu tujuan utama dan
tujuan khusus (Asuhan Kebidanan Pelayanan Keluarga Berencana, 2018).
a. Tujuan Utama Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang
komprehensif kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak
reproduksi perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian
perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang pada
akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya.
2) Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentun
kapan hamil, jumlah, dan jrak kehamilan.
3) Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat
dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan
dan anak-anaknya.
1. Indikator Permasalahan Kesehatan Reproduksi
a. Gender Adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis
kelamin menurut budaya yang berbeda-beda. Gender sebagai suatu
kontruksi sosial mempengaruhi tingkat kesehatan, dank arena peran
gender berbeda dalam konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan
wanita juga berbeda-beda (Epidemiologi Kesehatan Reproduksi, 2019)
b. Kemiskinan Kemiskinan mengakibatkan banyak hal, antara lain:
1) Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi
2) Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang
tidak layak

5
3) Tidak mendapatkan pelayanan yang baik (Epidemiologi Kesehatan
Reproduksi, 2019).
c. Pendidikan Yang Rendah Kemiskinan mempengaruhi kesempatan
untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama
untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi
kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena laki-laki
dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Dalam halini
bukan indicator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga gender
berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini
mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya
mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah
kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan
yang memadai seseorang dapat mencari liang merawat diri sendiri, dan
ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat
(Epidemiologi Kesehatan Reproduksi, 2019). d. Kawin muda Di Negara
berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak
terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang
menganggap kalau belum menikah diusia tertentu dianggap tidak laku.
Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan
anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita
tersebut kepada suaminya.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Gangguan sistem pencernaan pada remaja dapat diatasi dengan upaya
pencegahan yang melibatkan perubahan pola makan, peningkatan aktivitas fisik, dan
manajemen stres. Pendidikan kesehatan yang melibatkan remaja dan orang tua juga
penting untuk menciptakan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan sistem
pencernaan sejak dini. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, diharapkan

6
remaja dapat mempertahankan kesehatan pencernaan yang optimal dan mengurangi risiko
gangguan pencernaan pada masa dewasa.

7
DAFTAR PUSTKA

Anda mungkin juga menyukai