Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA

OLEH KELOMPOK 1:
Bintang Ramadhani Hamzah 202210420311084
Fadelia Hani Saputri 202210420311096
Rani Puspita Wulandari 202210420311120
Berlyan Surya p.p.s 202210420311128
Muhammad Raihan Prasetya 202210420311169
Muhammad Haikal 202210420311177
Claresta Ransi Wigayana Putri 202210420311188
Amelia Wulan Sari 202210420311188
Orizativa Jamil 202210420311202
Sefira Khoirotus Salsa 202210420311205
Beta Sekar Yekti Palupi 202210420311226

DOSEN PEMBIMBING:
Dr.Tri Lestari Handayani.,MKep.Sp.Mat

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan puji Syukur atas kehadirat Allah
SWT yang telah meilmpahkan Rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kelompok ni dengan tema “Anatomi Sistem Reproduksi Wanita” dengan sebaik-
baiknya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tri Lestari selaku dosen pembimbing pada
mata kuliah Keperawatan Maternitas yang telah memberikan tugas terhadap kami dan
membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada teman-
teman yang sudah membantu kami dalam pengerjaan makalah ini.

Kami meminta maaf jika dalam isi makalah ii terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan dalam proses pengerjaan makalah ini karena keterbatasan dalam proses pengerjaan
makalah ini agar dapat menjadi literatur yang dapat dipahami dengan mudah dan bermanfaat
bagi pembaca

Kelompok 1

Malang, 28 September 2023

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3
1.2 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 4
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................................................ 4
BAB II ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA ................................ 5
2.1 Organ Reproduksi Wanita ................................................................................................ 5
2.2 Fungsi Organ Reproduksi Wanita .................................................................................. 13
2.3 Hormon dalam Sistem Reproduksi ................................................................................ 13
2.4 Perubahan pada sistem Reproduksi Wanita ................................................................... 14
2.5 Kelainan pada sistem Reproduksi Wanita ...................................................................... 17
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Wanita .......................................... 18
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 20
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 20
3.2 Manfaat .......................................................................................................................... 20
3.3 Saran .............................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 22
SOAL MULTIPLE CHOICE ................................................................................................ 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan organ reproduksi menjadi masalah yang terjadi pada wanita akibat
ketidakpedulian terhadap kebersihan organ reproduksi atau area genetalia (Antina et al.,
2023). Kebersihan organ reproduksi akan mempengaruhi terhadap tingkat kelembapan area
genetalia (Habibarrahman et al., 2021). Tingkat kelembapan yang tinggi akan menjadi
wadah untuk berbagai mikroorganisme tumbuh (Putinah et al., 2022). Salah satu penyakit
yang timbul seperti keputihan akibat adanya Mikroorganisme yang tumbuh di area
genetalia (Febria, 2020). Mikroorganisme yang tumbuh di area genetalia menjadi masalah
yang mengganggu di berbagai negara di dunia (Pradnyandari et al., 2019).
Menurut World Health Organization (WHO) permasalahan yang berhubungan
kesehatan organ reproduksi lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan laki-laki, pada
wanita 33% dan pada laki-laki 12,3% salah satunya adalah keputihan (Majdawati et al.,
2021). Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di
dunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa
mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Lusiana, 2019). Di Indonesia 30-60% wanita
mengalami candidiasis, 20%-40% bacterial vaginosis dan 5%-15% mengalami
trichomoniasis (Surmiasih et al., 2019). Hampir seluruh wanita baik usia remaja maupun
dewasa mengalami keputihan, tepatnya pada remaja usia 15-22 tahun (60%) dan wanita
dewasa berusia 23-45 (40%) (Pradnyandari et al., 2019 dalam Ardayani, 2022).
Kurangnya paparan informasi mengenai kesehatan reproduksi menjadi penyebab
wanita enggan peduli terhadap kesehatan genetalia (Mampuk et al., 2019). Penelitian
Trisnawati & Mulyandari (2021) menjelaskan bahwa informasi mengenai perawatan organ
reproduksi berpengaruh dengan pengetahuan dalam menjaga kesehatan organ reproduksi
(p=0.002). Hal ini dapat dikatakan bahwa wanita dengan sedikit pengetahuan mengenai
perawatan organ reproduksi akan tidak peduli terhadap kesehatan organ genetalianya
(Romlah et al., 2021). Selain itu, wanita dengan sikap buruk terhadap kesehatan reproduksi
akan berdampak pada perilaku kesehatan reproduksi (p=0.005) (Bawental et al., 2019).
Dengan sikap dan pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kepedulian terhadap
kesehatan organ reproduksi (Tiwatu et al., 2020).
Kepeduliaan terhadap organ reproduksi dapat ditingkatkan dengan memiliki sikap dan
pengetahuan yang baik akan kesehatan organ reproduksi (Suryani, 2019). Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan personal hygine yang baik (Susanti &

3
Lutfiyati, 2020). Personal Hygiene merupakan perawatan pada diri dengan tujuan untuk
mempertahankan kualitas kesehatan baik secara fisiologis maupun psikologis (Nurchandra
et al., 2020). Oleh karena itu, melalui pendidikan personal hygiene dapat memberikan
pengetahuan bagi wanita dalam menjaga kesehatan organ reproduksi (Purnama, 2021).

1.2 Tujuan Penulisan


1. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah keperawatan maternitas
2. Memaparkan tentang anatomi fisiologi sistem reproduksi Wanita
3. Menjabarkan tentang fungsi organ reproduksi
4. Mendekripsikan Faktor – factor yang mempengaruhi Kesehatan reproduksi serta
kelainan pada sistem reproduksi Wanita

1.3 Manfaat Penulisan


1. Sebagai literatur untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
2. Bagi penulis, sebagai Latihan untuk mengasah kemampuan dalam menulis atau
membuat suatu karya ilmiah

4
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA
2.1 Organ Reproduksi Wanita
1. Organ reproduksi interna

Organ reproduksi interna adalah struktur di dalam panggul sejati, termasuk vagina
leher Rahim, Rahim, saluran tuba (tuba falopi), dan ovarium.

1) Vagina
Vagina adalah tabung berotot yang memanjang ke posterosuperior dari lubang
vagina eksternal ke serviks, melampaui dari Rahim ke alat kelamin luar vulva. Vagina
terletak di anterior rectum dan di posterior uretra dan kandung kemih. Vagina memiliki
beberapa peran dalam system reproduksi wanita:

a. Hubungan seksual, menerima penis dan ejakulasi, membantu


pengangkutannya ke Rahim.

b. Melahirkan, mengembangkan untuk menyediakan saluran untuk melahirkan


bayi baru lahir dari Rahim.

c. Mesntruasi, berfungsi sebagai saluran untuk cairan menstruasi dan jaringan


untuk meninggalkan tubuh (Ernawati et al., 2023)

Sumber: google.com

2) Serviks
Serviks adalah organ berotot, seperti terowongan. Ini adalah bagian bawah
rahim, dan menghubungkan rahim dan vagina. Serviks juga merupakan situs
umum untuk perubahan sel yang mungkin mengindikasikan kanker. Serviks
adalah ujung bawah rahim (uterus). Itu ada di bagian atas vagina. Panjangnya
sekitar 2,5 hingga 3,5 sentimeter (1 hingga 1,3 inci) (Cervix: MedlinePlus

5
Medical Encyclopedia, n.d.). Serviks terbagi menjadi 2 daerah, yakni
ektoserviks dan saluran endoserviks. Serviks memiliki peran penting:

a. Haid, darah yang ditumpahkan setiap ulan pada siklus mestruai harus
melewati Rahim dan serviks sebelum keluar dari vagina
b. Kehamilan, sel sprema harus melakukan perjalanan melalui Rahim dan
serviks untuk mencapai Rahim dan tuba falopi untuk membuahi sel telur.
c. Persalinan pervaginam, Serviks mengontrol ketika bayi keluar dari rahim
saat melahirkan. Selama kehamilan, leher rahim mengeluarkan sumbat
lendir yang menutup masuk ke rahim. Setelah tiba saatnya bayi lahir,
sumbat lendir larut, dan leher rahim menjadi lebih lembut dan lebih tipis.
Serviks melebar (melebar) sehingga bayi bisa keluar dari rahim. Penyedia
dapat memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan bayi untuk
dilahirkan berdasarkan seberapa banyak serviks telah melebar (Cervix:
Anatomy, Function, Changes & Conditions, n.d.).

Sumber : google.com

3) Rahim
Rahim adalah anatomi sentral dari organ reproduksi internal. Rahim adalah
organ yang sangat berotot dan berdinding tebal yang mampu mengembang dan
menampung janin yang sedang tumbuh, terhubung secara distal ke vagina, dan
secara lateral ke saluran Rahim. Rahim berukuran 3x2x1 inchi pada nulipara. Rahim
memiliki tiga bagian, yakni fundus, tubuh dan serviks. (Ernawati et al., 2023)
Rahim memiliki peran penting dalam fungsi reproduksi waniita:
a. Kehamilan, Rahim membentang untuk menumbuhkan bayi selama
kehamilan. Hal ini juga dapat berkontraksi untuk membantu mendorong
bayi keluar dari vagina.

6
b. Kesuburan, Rahim adalah tempat telur yang dibuahi ditanam selama
pembuahan dan tempat bayi tumbuh.
c. Siklus menstruasi, Lapisan rahim adalah tempat darah dan jaringan berasal
selama menstruasi (Uterus: Anatomy, Function, Size, Position &
Conditions, n.d.).

Sumber : buku Organ Reproduksi Wanita

4) Tuba falopi
Tuba falopi adalah sepasang saluran berotot berongga yang terletak di antara
ovarium dan rahim. Setiap tuba falopi adalah saluran antara ovarium, di mana tubuh
menghasilkan sel telur, di mana sel telur yang dibuahi dapat berkembang menjadi
janin. Pembuahan terjadi di tuba falopi, menjadikannya bagian penting dari anatomi
reproduksi yang memengaruhi kesuburan. Tuba falopi memiliki 4 bagian dari
lateral ke medial, yaitu fimbriae, infundibulum, ampula, isthmus. Tuba falopi
memiliki peran penting:
a. Tempat penyimpanan sel telur, Setiap bulan, salah satu ovarium melepaskan
telur matang sebagai bagian dari siklus menstruasi. Struktur seperti jari di ujung
tuba falopi, yang disebut fimbriae, menyapu telur ke dalam tabung, di mana
telur menunggu untuk dibuahi.
b. Tempat pembuahan terjadi, sel sprema akan bergerak melalui vagina, serviks,
Rahim dan akhirnya ke tuba falopi. Sel sperma dan sel teur akan bertemu dan
terjadi pembuahan.

7
c. Lorong untuk memindahkan sel telur yang telah dibuahi menuju Rahim, Sebuah
telur yang telah dibuahi (embrio) perjalanan melalui tuba falopi sampai
mencapai rahim, di mana ia dapat tumbuh menjadi janin (Fallopian Tubes:
Location, Anatomy, Function & Conditions, n.d.).

Sumber: Google.com

5) Ovarium
Ovarium adalah kelenjar kecil berbentuk oval yang terletak di kedua sisi rahim.
ovarium memproduksi dan menyimpan telur (ovum) dan membuat hormon yang
mengontrol siklus menstruasi dan kehamilan. Fungsi utama ovarium adalah:
a. Mengasilkan sel telur untuk persiapan pembuahan dan melespaskan sel telur di
sekitar pertengahan siklus menstruasi(hari ke 14 dari siklus 28 hari)
b. Menghasilkan hormone estrogen dan progesterone (Ovaries: Anatomy,
Function, Hormones & Conditions, n.d.).

Sumber: Google.com

2. Organ reproduksi eksterna wanita


Genetalia eksterna waanita merupakan organ atau alat kelamin yang mpak dari luar,
sehingga dapat dilihat bila wanita dalam posisi litotomi. Fungsi utama genetalia ekterna
wanita:
- Jalan masuknya sel sperma ke dalam tubuh
8
- Melindungi organ genetalia interna dari mikroorganisme
- Alat hubung seksual
- Berperan untuk senggama dan alat reproduksi bagian dalam (Ernawati et al., 2023)

Organ reproduksi eksterna terdiri dari:

1) Vulva /pudenda
Vulva merupakan organ yang tampak dari luar dan berbentuk lonjong
dengan ukuran panjang. Vulva terdiri atas mons pubis, labia mayora, labia
minor, klitoris, vestibulum, dan hymen. Fungsi vulva secara umum adalah
sebagai pelindung vagina serta juga memproduksi hormone sekaliguspelindung
vaginaserta memproduksi hormone sekaligus terllibat dalam ekskresi urine.
(Ernawati et al., 2023)

Sumber : flexfits.com

2) Mons pubis/ veneris


Mons pubis adalah bagian yang tampakmenonjol diatassimfisis, banyak
mengandung jaringan lemak dan pada perempuan setelah pubertas ditutp oleh
rambut kmaluan. Mons pubis banyak kelenjar sebasea, ditumbuhi rambur
berwarna hitam, kasar, dan menjadi bantalan bagi simfisi pubis. Eiring
peningkatan usia, jumah jaringan lemak akan berkurang. Mons pubis berfungsi

9
untuk melindungi alt genetalia dari masuknya kotoran selain itu untuk estetika.
(Ernawati et al., 2023).

Sumber: Google.com

3) Labia mayora
Labia mayora merupakan kelanjutan dari ons pubis dan kedua bibir ini
bertemu di bawah untuk membentuk perineum. Labia mayora adalah 2 lipatan
kulit panjang melengkung yang menuntupi lemak dan jaringan ikat yang
menghubungkan labia mayora. labia mayora bagian luar ditutpi dengan rambut,
sedangkan bagian dalam tidak berbulu dan mengandung kelenjar sebasea yang
melapisi lubang vagina. Labia mayora berfungsi unuk melindungi labia minora,
uretra, dan lubang vagina, serta melindung organ reproduksi lainnya. (Ernawati
et al., 2023)

Sumber : Hellosehat.com

4) Labia minora (mymphaea)


Labia minora adalah lapisan tipis dari kulit sebelah dalam labia mayora.
kulit yang meliputi labia minora mengandung banyak glandula sebasea (
kelenjar lemak) dan juga ujung saraf yang menyebabkan labia minora sangat

10
sensitive. Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa
otot polos yang menyebabkan labia minora dapat mengembang, labia minora
memiliki fugsi sebagai pelindung vagina dan uretra (saluran pembawa urine
keluar tubuh) (Ernawati et al., 2023).

sumber : Hellosehat.com

5) Klitoris
Klitoris adalah organ reproduksi yang memiliki bentuk berupa tonjolan kecil
dan sangat sensitif. Bagian ini tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri atas
glans klitoridis, korpus klitoridis, dan 2 krura yang menggantungkan klitoris ke
os pubis. Klitoris berfungsi sebagai organ sensori. Pada klitoris ditemukan
banyak persarafan yang membantu mengantarkan rangsangan seksual.
(Ernawati et al., 2023)

Sumber : google.com

6) Vestibulum
Vestibulum adalah struktur yang terbentuk dari jaringan corpus spongiosum.
Ini adalah jenis jaringan ereksi yang terkait erat dengan klitoris. Vestibulum
diyakini berfungsi erat dengan klitoris. Selama gairah seksual, umbi vestibular

11
akan menjadi membesar dengan darah. Pembengkakan darah kemudian
memberikan tekanan ke corpus cavernosum klitoris dan crus klitoris (Nguyen
& Duong, 2023). Vestibulum berfungsi untuk mengeluarkan cairan yag berguna
untuk melumasi vagina pada saat bersenggama (Ernawati et al., 2023).

7) Hymen (selaput dara)


Hymen merupakan selaput yang menutupi intoitus vagina. Hyemen berfungsi
untuk menyaring kotoran agar tidak langsung masuk ke dalam vagina, melindungi
saluran vagina dari bakteri. (Ernawati et al., 2023) Selaput dara dikategorikan
menjadi 4 jenis
• Normal hyemen
• Microperforat hyemen
Terdapat lubang atau bukaan yang sangat kecil dan nyaris tidak terlihat
pada jenis selaput dara yang satu ini.
• Imperforate hyemen
Selaput dara jenis ini menutup semua bukaan pada vagina. Tidak ada
lubang sama sekali pada selaput sehingga wanita akan susah mengeluarkan
darah saat menstruasi.
• Septate hyemen
Jenis selaput dara ini biasanya memiliki jaringan tambahan di bagian
tengah dan bentuknya mirip sekali dengan pita. Jaringan ini menyebabkan
selaput dara memiliki dua lubang kecil.

Sumber: youngwomenhealth.org

12
2.2 Fungsi Organ Reproduksi Wanita
Mulainya masa pubertas pada wanita dapat diketahui dengan berfungsinya organ
reproduksi wanita. Pada masa itu masih banyak wanita remaja yang kurang paham dengan
fungsi organ reproduksi sendiri (Brahmana, 2022). Terdapat perubahan yang terjadi saat
masa pubertas, yaitu adanya perubahan fisik yang memiliki kemampuan untuk melakukan
proses reproduksi (Trisnawati & Mulyandari, 2021). Sistem reproduksi wanita lebih rumit
dibandingkan dengan sistem reproduksi pria. Oleh karena itu, menjaga dan merawat
kebersihan organ reproduksi sangat penting dan harus lebih diperhatikan secara ekstra pada
organ tersebut (Wardiyah et al., 2022).

Kesehatan reproduksi wanita sangat perlu mendapat perhatian khusus dari


pemerintah karena banyak sekali masalah kesehatan reproduksi yang terjadi di masyarakat
karena kurangnya pengetahuan (Indarwati et al., 2022). Berikut merupakan organ
reproduksi dan fungsi yang terdapat dalam wanita, (a.) Ovarium, berfungsi untuk
memproduksi ovum dan memproduksi hormon estrogen dan progesteron; (b.) Tuba falopii,
berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi dan tempat terjadinya
konsepsi; (c.) Rahim (uterus), berfungsi sebagai tempat memelihara ovum yang telah
dibuahi; (d.) Vagina, pada organ ini mempunyai beberapa fungsi utama: (1) Saluran untuk
keluarnya darah menstruasi; (2) Alat yang digunakan saat berhubungan seksual (koitus);
(3) Jalan lahimya bayi yang dikandung pada saat waktu persalinan (partus) (Kusmiyati et
al., 2020).

2.3 Hormon dalam Sistem Reproduksi


Terdapat 3 hormon utama yang di miliki pada sistem reproduksi wanita yaitu:

1. Estrogen

Sekelompok senyawa yang mempunyai fungsi utama sebagai hormon seks wanita.
Hormon ini menyebabkan perkembangan dan mempertahankan ciri-ciri sesksual
sekunder pada wanita, seperti payudara, dan terlibat dalam penebalan endometrium dan
pengaturan siklus menstruasi. Terdapat fungsi utama dalam estrogen berupa
menginduksi proliferasi sel dan pertumbuhan jaringan organ genital dan jaringan lain
yang berhubungan dengan sistem reproduksi. Estrogen memilik efek pada tuba falopii
yang menyebabkan proliferasi dan lapisan jaringan glandular dan menyebabkan jumlah
epitel bersillia yang melapisi tuba falopii bertambah.

2. Progesteron

13
Hormone yang bertanggung jawab untuk memelihara lapisan uterus sebagai
pesiapan ovum yang telah dibuahi. Progesteron memiliki tiga efek yaitu:

• Efek terhadap uterus

Dengan adanya progesteron berfungsi untuk membantu perubahan


endometrium uterus selama pertengahan terakhir dari siklus seksual bulanan
wanita, hal ini mempersiapkan uterus untuk implantasi kepada ovum yang telah
terbuahi.

• Efek terhadap tuba falopii

Membantu meningkatkan sekresi dari lapisan dari lapisan mukosa tuba


falopii. Dengan terjadinya sekresi menjadi sumber nutrisi untuk ovum.

• Efek terhadap payudara

Membantu perkembangan payudara tetapi tidak membantu terhadap


pembentukan air susu. (Maya, 2010)

3. Prolaktin

Prolaktin terdiri dari 199 pasang asam. amino hormon polipeptida


dengan berat molekul 23.000 Dalton dan disintesis serta disekresi oleh laktotrop
yang terdapat pada hipofise anterior. Sama seperti hormon hipofise anterior
yang lain, prolaktin juga dikontrol oleh hypothalamic-releasin .factors. Sekresi
prolaktin terutama dihambat oleh dopamin yang disekresi oleh neuron
dopaminergik tuberoinfundibular. Faktor interferensi yang mempengaruhi
pengujiann prolaktin adalah penggunaan steroid, kostrasepsi oral, progesteron,
metil dopa, fenotoazid, antidepresan, morfin, haloperidol, levodopa dan ergot
alkaloid. (R Anwar, 2005).

2.4 Perubahan pada sistem Reproduksi Wanita


Manusia pada umumnya mencapai proses pertumbuhan dan perkembangan secara
bertahap sepanjang hidupnya, termasuk perkembangan sistem reproduksi. Daur hidup
seorang wanita yang berhubungan dengan sistem reproduksi meliputi dua fase, yaitu masa
menstruasi pertama yang disebut menarche dan masa menstruasi terakhir yang disebut
menopause (Lusiana dalam Yuliasti & Widiarta, 2022). Normalnya, wanita melalui
beberapa tahapan dalam kehidupan reproduksinya, dimulai dari menarche, yaitu usia

14
saatseorang wanita mendapat menstruasi pertama, yaitu antara usia 11 hingga 15 tahun, dan
dilanjutkan dengan masa reproduksi pada usia 15 hingga 49 tahun dan menopause terjadi
antara usia 50 dan 51 tahun (Puspaningtyas dalam Yuliasti & Widiarta, 2022). Menarche
meliputi beberapa tahapan:

1. Fase menstruasi
Terjadinya peluruhan dinding rahim yang berisi banyak pembuluh darah
karena tidak adanya proses pembuahan.

2. Fase folikular
Otak akan mengeluarkan hormone GnRH yang bertugas untuk memacu
kelenjar pituitari untuk mengeluarkan hormon FSH untuk membentuk folikel
yang akan mejadi cikal bakal sel telur.
3. Fase ovulasi
Ovarium akan melepaskan sel telur yang siap untuk dibuahi dan menuju
ke rahim.
4. Fase luteal
Folikel yang sebelumnya telah mengeluarkan sel telur akan
bertransformasi menjadi jaringan korpus yang bertugas untuk tetap menjaga
dinding rahim tetap tebal dan siap untuk siap terhadap fase pada siklus
selanjutnya (Priyangga & Suparni dalam Fretti & Djula, 2022).

Usia menarche mempunyai pengaruh yang besar terhadap masa menopause,


semakin dini seorang wanita mengalami menarche maka semakin lama pula waktu yang
dibutuhkan untuk memasuki masa menopause. Haid pertama datang terlalu cepat,
karena fungsi ovarium yang baik dan perkembangannya yang pesat, ovarium akan
memproduksi estrogen dan progesteron lebih awal sehingga menyebabkan menstruasi
menjadi cepat (Handoko dalam Fretti & Djula, 2022).

Namun, pada tahap perkembangan dan pertumbuhan ini, seiring bertambahnya


usia, hal ini terhenti sehingga menyebabkan banyak perubahan pada fungsi tubuh
manusia. Perubahan ini sering terjadi karena banyak perubahan fisiologis dan
psikologis yang terjadi selama proses ini. Perubahan ini paling sering terjadi pada
wanita karena ada tahapan dalam proses penuaan yaitu menopause. Menopause adalah
tahap dimana wanita tidak dapat lagi mengalami menstruasi (Fretti & Djula, 2022).

15
Adapun fase terjadinya menopause terbagi menjadi 4 tahap :

1. Fase pramenopuase, di mana siklus menstruasi akan menjadi tidak teratur dengan
perdarahan yang realtif panjang.
2. Fase perimenopause, yaitu masa di mana terjadinya menstruasi terakhir hingga
tidak terjadi menstruasi sama sekali.
3. Fase menopause, di mana haid telah berhenti atau telah mencapai hari terakhir pada
menstruasi terakhir.
4. Fase postmenopuase, yaitu fase di mana timbul beberapa keluhan pada bagian
sistem reproduksi perempuan setelah terjadinya menopause
Faktor yang mempengaruhi menopause bisa dari:

• Usia pertama kali menstruasi


• Jumlah anak
• Usia saat lahir
• Faktor psikologis
• Wanita yang menjalani histerektomi
• Penggunaan kontrasepsi
• Merokok
• Faktor sosial ekonomi, budaya, dan lingkungan (Handoko dalam fretti,2022).
Menapouse merupakan bagian normal dari proses penuaan seorang Wanita.
Kebanyakan Wanita mengalami menopause sekitar usia 50 tahun, meski bisa juga
terjadi sebelum usia tersebut. Dampak dari menopause itu akan menjadikan:

• Ovarium berhenti membuat hormon estrogen dan progesteron.


• Ovarium juga berhenti melepaskan sel telur (ovum, oosit). Setelah menopause
tidak bisa hamil lagi.
• Periode menstruasi berhenti.
Ketika kadar hormon turun, perubahan yang lain terjadi pada sistem
reproduksi, termasuk:

• Dinding vagina menjadi lebih tipis, kering, kurang elastis, dan kemungkinan
teriritasi. Terkadang seks menjadi menyakitkan karena perubahan vagina.
• Risiko terkena infeksi jamur vagina meningkat.

16
• Jaringan genital bagian luar mengecil dan menipis, serta dapat mengalami
iritasi.
Perubahan umum lainnya meliputi:

• Gejala menopause seperti hot flashes, kemurungan, sakit kepala, dan sulit tidur,
yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun
• Masalah dengan memori jangka pendek
• Penurunan jaringan payudara
• Gairah seks (libido) dan respons seksual yang lebih rendah
• Peningkatan risiko pengeroposan tulang (osteoporosis)
• Perubahan sistem saluran kemih, seperti frekuensi dan urgensi buang air kecil
serta peningkatan risiko infeksi saluran kemih
Hilangnya tonus otot kemaluan, mengakibatkan vagina, rahim, atau kandung kemih
keluar dari posisinya (prolaps) (Wilnarni dalam Fretti & Djula, 2022).

2.5 Kelainan pada sistem Reproduksi Wanita


Ada beberapa kelainan pada system reproduksi Wanita salah satunya yaitu :

1. Keputihan
Keputihan kerap di anggap sebagai masalah kewanitaan yang biasa-biasa saja
dan sering dialami oleh wanita. Jika memerhatikan keputihan terjadi ketika merasa
lelah atau stress. Keputihan dapat di anggap sebagai salah satu alarm tubuh, terutama
untuk masalah reproduksi. Jika kita melihat keputihan tidak berupa lendir yang
berwarna bening, segera koreksi kembali gaya hidup kita, Keputihan dapat disebabkan
karena infeksi jamur, bakteri, atau parasite, penggunaan tissu yang terlalu sering untuk
membersihkan organ kewanitaan setelah buang air kecil ataupun buang air besar,
mengenakan pakaian berbahan sintesis yang ketat sehingga ruang yang ada tidak
memadai, (Manuaba dalam Putinah et al., 2022).
2. Kanker Serviks
Kanker serviks merupakan tumbuhnya sel abnormal yang bersifat ganas
dibagian serviks atau leher rahim. Kanker serviks sebanyak 95% disebabkan oleh
Human Papiloma Virus (HPV) subtipe onkogenik terutama subtype 16 dan 18
(Wuriningsih & Distinarista dalam Purnamasari et al., 2023). Setiap Wanita memiliki
resiko terkena kanker serviks, terutama Wanita yang aktif melakukan hubungan seksual
memiliki resiko lebih tinggi (Hasni dalam Purnamasari et al., 2023).

17
3. Kista/tumor pada Rahim
Dalam kehamilan tumor ovarium yang paling sering dijumpai ialah kista
dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor Ovarium yang cukup besar dapat
menyebaban kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi
masuknya kepala kedalam panggul (Rompas et al., 2023).
4. Endometriosis
Endometriosis merupakan sebuah kelainan ginekologis yang umum terjadi pada wanita.
Jaringan ini memiliki reseptor steroid seperti jaringan mukosa endometrium normal,
sehingga mampu merespon terhadap lingkungan siklus hormonal menstruasi.
Manifestasi klinis endometriosis meliputi dismenore berat, nyeri pelvis kronis, hingga
infertilitas (Pramesti et al., 2020).

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Wanita


Faktor yang mempengaruhi Kesehatan reproduksi Wanita terbagi menjadi 4
golongan yaitu ada faktor demografis, faktor budaya dan lingkungan, faktor psikologis
dan faktor Biologis (Akbar et al., 2021). Berikut penjelasan dari beberapa yang
mempengaruhi:

A. Faktor Demografis
Faktor demografis seperti kemiskinan dimana tingkat kemiskinan dapat
mempengaruhi Wanita terhadap pelayanan Kesehatan yang memadai,
termasuk pemeriksaan rutin, perawatan prenatal, dan kontrasepsi. Tempat
tinggal yang dimana dari daerah pedesaan ditemukan lebih kecil
kemungkinannya untuk membuat keputsan tentang Kesehatan reproduksi
mereka karena menghadapi tantangan seperti dalam mengakses layanan
Kesehatan, karena keterbatasan ketersediaan dan jarak fasilitas Kesehatan
dari desa. Usia juga mempengaruhi Kesehatan Wanita karena adanya
perubahan fisioligis dan faktor-faktor lain seperti kualitas sel telur,
kesuburan, penurunan kualitas sperma dll (Kofuor et al., 2019).
B. Faktor Budaya & Lingkungan
Faktor budaya dan lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap
Kesehatan reproduksi Wanita karena keduanya dapat membentuk sikap,
perilaku dan keputusan yang berkaitan dengan reproduksi Wanita karena hal
itu juga menjadi sebuah kebiasaan yang akan dilakukan jika budaya itu
sangat terkenal tanpa mengerti dampak dan risiko seperti norma-norma

18
sosial budaya dimana hal ini mendefinisikan sebagai perilaku yang sesuai
atau tidak dalam hal Kesehatan reproduksi. Tradisi budaya dan seputar topik
perilaku seksual seperti menstruasi, seksualitas yang dimana juga dapat
menyebabkan komunikasi yang direndam dan membungkam kekhawatiran
Perempuan yang juga berdampak pada kesejahteraan dan keselamat mereka
terutama dalam Kesehatan reproduksi Wanita (Llamas- et al., 2021).
C. Faktor Psikologis
Faktor psikologis dapat mempengaruhi Kesehatan reproduksi Wanita
karena hasil dari interaksi yang rumit antara fisik, emosional, psikologis dan
kehidupan seseorang yang dimana berhubungan dengan budaya dan
lingkungan, contohnya seperti pengaruh dari budaya dan lingkungan
tersebut dalam membentuk sikap terhadap seksualitas dan Kesehatan
reproduski pada Perempuan, hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman
dan kesadaran tentang Kesehatan reproduksi. Faktor Psikologis seperti
harga diri yang rendah, masalah citra tubuh, dan tekanan dari masyarakat
dapat mempengaruhi Kesehatan reproduksi Perempuan, hal ini dapat
memberikan pada perilaku seksual yang tidak sehat dimana sangat
berpengaruh kepada psikologis Perempuan karena kesulitan dalam
mempertahankan sistem reproduksi yang sehat (Sekarayu & Nurwati,
2021).
D. Faktor Biologis
Ketidakseimbangan hormon pada reproduksi Wanita mempengaruhi
dalam faktor biologis contohnya stress, dimana stress ini berdampak ada
sistem neuroendokrin yang memainkan peran penting dalam Kesehatan
reproduksi dan pola menstruasi. Terdapat hormon yang mempengaruhinya
seperti estrogen, progesterone, dan hormon luteinizing (LH) yang berfungsi
mengatur Kesehatan reproduksi wanita, dimana jika salah satu atau bisa saja
semua hormon ada ketidakseimbangan bisa menyebabkan masalah seperti
endometriosis, pendarahan menstruasi yang berlebihan atau ketidaksuburan
dll.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa organ reproduksi Wanita
terdiri dari organ interna dan eksterna,masing-masing memiliki peran khusus dalam
fugsi reprodukasi dan menjaga kesehatan genetalia. Hormon utama seperti esterogen,
progesterone dan prolactin memainkan peran vital dalam mengatur siklus menstruasi
perkembangan ciri seksualitas sekunder dan fungsi organ yang genetalia, perjalan
pertumbuhan rerproduksi melibatkan dua fase yakni menarche dan menopause, yang
mempengaruhi reprduksi dan membawa perubahan fisik dan emosional pada Wanita.

Kelainan pada sistem reproduksi Wanita seperti keputihan, kanker


serviks,kista/tumor Rahim dan endometrisis, menyoroti pentingnya pemantauan
kesehatan reproduksi. Keputihan dapat menjadi sinyal masalah reproduksi. Sementara
kista/tumor mempengaruhi kesuburuan dan kesehatan selama fase kehamilan.
Endometriosis dapat menyebabkan masalah seperti disminorrhea dan infertilitas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi Wanita melibatkan


dimensi demografis budaya,lingkungan, psikologis, dan biologis. Kemiskinan,norma
budaya, tekanan psikologis dan ketidakseimbangan hormon adalah beberapa elemen
yang dapat membentuk pola kesehatan reproduksi Wanita. Pendidikan personal
hygiene terhadap kesehatan organ reproduksi untuk meningkatkan pengetahuan dan
sikap yang positif terhadap kesehatan organ reproduksi. Deangan pengetahuan serta
pemahaman dan perawatan yang baik, Wanita dapat meningkatkan kepedulain terhadap
kesehatan reproduksi mereka dan mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan.

3.2 Manfaat
• Teoritis
1. Manfaat kepada perawat ini adalah sebagai pemenuhan kebutuhan Wanita akan
pengetahuan
• Praktis
1. Bagi perawat, sebagai penambah wawasan pengetahuan tentang fenomena yang
terjadi di rumah sakit terkait dengan masalah sistem reproduksi Wanita
2. Perawat dapat menambah profesionalisme kerja khususnya mengenai
Kesehatan reproduksi

20
3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai informasi tentang
efektifitas layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang Kesehatan reproduksi.
3.3 Saran
• Saran bagi Perawat
1. Saran bagi perawat diharapkan dapat berperan aktif dalam melakukan
penyuluhan untuk memberikan edukasi dan informasi mengenai pentingnya
perilaku menstrual hygiene.
• Saran bagi Masyarakat
1. Diharapkan masyarakat kooperatif terhadap tindakan medis yang diberikan oleh
tenaga medis
2. Pasien meningkatkan pemahaman mengenai organ reproduksi khususnya
Wanita
3. Pasien dapat mendeteksi dini apabila terdapat keabnormalan pada kesehatan
reproduksi

21
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, H., Qasim, M. N., Hidayani, W. R., Ariantini, N. S., Ramli, Gustirini, R., Simamora, J.
P., Alag, H., Handayani, F., & Paulus, A. M. (2021). Teori Kesehatan Reproduksi (H.
Marlina (Ed.)). Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Antina, R. R., Qomari, S. N., & Vidayati, L. A. (2023). Pemanfaatan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional Indonesia untuk Pencegahan dan Penanggulangan Gangguan Reproduksi
Wanita. JURNAL PARADIGMA (PEMBERDAYAAN & PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT), 5(1), 61–69.
Ardayani, T. (2022). Pengetahuan dengan Motivasi Wanita Usia Subur (WUS) tentang Vulva
Hygienen terhadap Pencegahan Keputihan. Journal of Telenursing (JOTING), 4(2), 847–
852. https://doi.org/10.31539/JOTING.V4I2.4711
Bawental, N. R., Korompis, G. E., & Maramis, F. R. (2019). Hubungan antara Pengetahuan
dan Sikap dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi pada Peserta Didik di SMA Negeri 3
Manado. KESMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, 8(7), 344–
351.
Brahmana, I. B. (2022). Penyuluhan Pengenalan Organ Reproduksi Wanita. JCES (Journal of
Character Education Society), 5(4), 912–922. https://doi.org/10.31764/JCES.V5I4.11027
Cervix: Anatomy, Function, Changes & Conditions. (n.d.). Retrieved September 29, 2023,
from https://my.clevelandclinic.org/health/body/23279-cervix
Cervix: MedlinePlus Medical Encyclopedia. (n.d.). Retrieved September 29, 2023, from
https://medlineplus.gov/ency/article/002317.htm
Ernawati, Aritonang, T. R., Mawardi, E. A., Setiawandari, Syamsiah, S., Paramartha, I. K. A.,
Syarifah, A. S., Karo, M. B., Purba, L., Antina, R. R., Yuniastuti, N. P. A. K., Rozifa, A.
W., Manullang, R. S., Simanjutak, F. M., Meliyana, E., Faizah, N. L., Rostianingsih, D.,
Aliza, A. D., A’yun, S. Q., … Jayanti, K. (2023). Organ Reproduksi Wanita. Rena Cipta
Mandiri .
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=ApbKEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1
2&dq=1.%09Buku+organ+system+reproduksi+wanita+ORGAN+REPRODUKSI+WA
NITA+-
+Ernawati,+Tetty+Rina+Aritonang,+Elok+Alfiah+Mawardi,+Setiawandari,+Siti+Syam
siah,+I+Kadek+Adi+Paramartha,+Anis+Satus+Syarifah,+Marni+Br+Karo,+Lormita+Pu
rba,+Rila+Rindi+Antina,+Ni+Putu+Ayu+Krisna+Yuniastuti,+Annisa+Wigati+Rozifa,+
Riyen+Sari+Manullang,+Farida+M.+Simanjuntak,+Ernauli+Meliyana,+Nur+Laila+Faiz
ah,+Dewi+Rostianingsih,+Ana+Dyah+Aliza,+Sofa+Qurrata+A’yun,+Miftahul+Khairoh
,+Ika+Damayanti+Sipayung,+Luluk+Widarti,+Anissa+Ermasari,+Wiwit+Desi,+Kholifa
tul+Ummah,+A%27im+Matun+Nadhiroh,+Nurul+Jannatul+Wahidah,+Rupdi+Lumban
+Siantar,+Nurhafni,+Kasyafiya+Jayanti+-+Google+Buku&ots=mFyYNFEueB&sig=6t-
HsDQtU6nlOqArlIPydfLDoE4&redir_esc=y#v=onepage&q=1.%09Buku organ system
reproduksi wanita ORGAN REPRODUKSI WANITA - Ernawati%2C Tetty Rina
Aritonang%2C Elok Alfiah Mawardi%2C Setiawandari%2C Siti Syamsiah%2C I Kadek

22
Adi Paramartha%2C Anis Satus Syarifah%2C Marni Br Karo%2C Lormita Purba%2C
Rila Rindi Antina%2C Ni Putu Ayu Krisna Yuniastuti%2C Annisa Wigati Rozifa%2C
Riyen Sari Manullang%2C Farida M. Simanjuntak%2C Ernauli Meliyana%2C Nur Laila
Faizah%2C Dewi Rostianingsih%2C Ana Dyah Aliza%2C Sofa Qurrata A’yun%2C
Miftahul Khairoh%2C Ika Damayanti Sipayung%2C Luluk Widarti%2C Anissa
Ermasari%2C Wiwit Desi%2C Kholifatul Ummah%2C A’im Matun Nadhiroh%2C Nurul
Jannatul Wahidah%2C Rupdi Lumban Siantar%2C Nurhafni%2C Kasyafiya Jayanti -
Google Buku&f=false
Fallopian Tubes: Location, Anatomy, Function & Conditions. (n.d.). Retrieved September 29,
2023, from https://my.clevelandclinic.org/health/body/23184-fallopian-tubes
Febria, C. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Dengan Kejadian Keputihan
Pada Siswi-Siswi Mtsn Koto Tangah Padang. Menara Medika, 2(2), 87–92.
https://doi.org/10.31869/MM.V2I2.2184
Fretti, A., & Djula, S. H. W. (2022). Analisis Signifikansi antara Usia Menarche dan
Menopause pada Wanita. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 4(2), 635–642.
https://doi.org/10.37287/JPPP.V4I2.955
ginekologi, R. A.-B. obstetri dan, Kedokteran, F., & 2005, undefined. (n.d.). Sintesis, fungsi
dan interpretasi pemeriksaan hormon reproduksi. Academia.EduR AnwarBagian Obstetri
Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung, 2005•academia.Edu.
Habibarrahman, S. N. I., Alwi, M. K., & Mutthalib, N. U. (2021). Faktor yang Berhubungan
dengan Gangguan Keputihan pada Siswi di MA Muhammadiyah Sibatua Pangkajene.
Window of Public Health Journal, 2(6), 966–975.
https://doi.org/10.33096/WOPH.V2I6.306
Indarwati, F., Astuti, Y., Primanda, Y., Irawati, K., & Hidayati, L. N. (2022). Edukasi
Kesehatan Reproduksi Remaja untuk Mencapai Kualitas Hidup yang Optimal. Jurnal
Pengabdian Masyarakat IPTEKS, 8(1), 108–116.
https://doi.org/10.32528/JPMI.V8I1.7100
Kofuor, E., Darteh, M., Dickson, K. S., & Doku, D. T. (2019). Women ’ s reproductive health
decision- making : A multi-country analysis of demographic and health surveys in sub-
Saharan Africa. 1–12.
Kusmiyati, K., Khairuddin, K., Sedijani, P., & Merta, I. W. (2020). Pengenalan Struktur Fungsi
Organ Reproduksi sebagai Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak. Jurnal
Pendidikan Dan Pengabdian Masyarakat, 3(3).
https://doi.org/10.29303/JPPM.V3I3.2049
Llamas-, L. C. G. E. F., Nathaniel, C., Santosh, D., Zlatnik, M. G., Cristina, D., Tracey, D. D.,
& Jeanne, J. W. (2021). Climate change , women ’ s health , and the role of obstetricians
and gynecologists in leadership. September, 345–356. https://doi.org/10.1002/ijgo.13958
Lusiana, N. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputihan pada Remaja Putri di
SMAN 11 Pekanbaru Tahun 2018. Menara Ilmu : Jurnal Penelitian Dan Kajian Ilmiah,
23
13(8), 77–82. https://doi.org/10.33559/MI.V13I8.1535
Majdawati, A., Brahmana, I. B., & Inayati. (2021). Pembentukan Kelompok Cerdas Kesehatan
Reproduksi Dengan Mengetahui Peran Pemeriksaan Radiologi bagi Skrining Penyakit
Reproduksi. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 5(5), 2500–2509.
https://doi.org/10.31764/JMM.V5I5.5282
Mampuk, V., Molintao, W. P., & Kusumawati, D. (2019). Hubungan Pengetahuan tentang
Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Pencegahan Keputihan pada Wanita Usia
Reproduktif yang Akan Melakukan Perjalanan Umrah di Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas II Manado. Journal Of Community & Emergency, 7(1), 77–87.
Maya. (2010). Peran Endokrin Dalam Sistem Reproduksi.
Nguyen, J. D., & Duong, H. (2023). Anatomy, Abdomen and Pelvis: Female External
Genitalia. StatPearls. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547703/
Nurchandra, D. P., Mirawati, & Aulia, F. (2020). Pendidikan Kesehatan tentang Personal
Hygiene pada Remaja Putri di SMP 1 Muhammadiyah Banjarmasin. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Kebidanan, 2(1), 31–35. https://doi.org/10.26714/JPMK.V2I1.5368
Ovaries: Anatomy, Function, Hormones & Conditions. (n.d.). Retrieved September 29, 2023,
from https://my.clevelandclinic.org/health/body/22999-ovaries
Pradnyandari, I. A. C., Surya, I. G. N. H. W., & Aryana, M. B. D. (2019). Gambaran
pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan
patologis pada siswi kelas 1 di SMA Negeri 1 Denpasar periode Juli 2018. Intisari Sains
Medis, 10(1), 88–94. https://doi.org/10.15562/ISM.V10I1.357
Pramesti, P. A. W., Dewi, I. G. A. S. M., Sumadi, I. W. J., & Sriwidyani, N. P. (2020).
Karakteristik Klinik Patologi Penderita Endometriosis di RSUP Sanglah Denpasar Tahun
2017 - 2018. Jurnal Medika Udayana, 09, 100–106.
Purnama, N. L. A. (2021). Pengetahuan dan Tindakan Personal Hygiene saat Menstruasi Pada
Remaja. Jurnal Keperawatan, 10(1), 61–66. https://doi.org/10.47560/KEP.V10I1.264
Purnamasari, I., Susanty, A., Ariana, D., Artanti, D., & Firman, F. (2023). Edukasi Deteksi
Dini Kanker Serviks pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Dukuh Sutorejo. Humanism :
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2), 193–203.
https://doi.org/10.30651/HM.V4I2.19324
Putinah, Maharani, S., Pahrul, D., & Syafei, A. (2022). Pencegahan Penyakit Gangguan
Reproduksi melalui Penyuluhan Kesehatan tentang Keputihan Pada Ibu Rumah Tangga
di Kelurahan Gandus. JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
(PKM), 5(10), 3514–3524. https://doi.org/10.33024/jkpm.v5i10.7829
Romlah, S. N., Wahyuningsih, P., & Mechory, D. (2021). Tingkat Pengetahuan tentang
Keputihan dengan Perilaku Pencegahan Keputihan pada Siswi Kelas XI SMAN 2
Kabupaten Tangerang. Edu Dharma Journal: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat, 1(1), 17–26. https://doi.org/10.52031/EDJ.V1I1.117
24
Rompas, V., Suwartono, H., Nasir, M., & Hasannudin, H. (2023). Kista Ovarium Neoplasma
dengan Prolaps Rahim : Laporan Kasus. Jurnal Medical Profession, 5(1), 20–26.
Sekarayu, S. Y., & Nurwati, N. (2021). Dampak pernikahan usia dini terhadap kesehatan
reproduksi 1.
Surmiasih, Winarsi, N., & Wahidun. (2019). Pendidikan Kesehatan terhadap Kemampuan
Remaja Puteri dalam Perawatan Organ Reproduksi. PENDIDIKAN KESEHATAN
TERHADAP KEMAMPUAN REMAJA PUTERI DALAM PERAWATAN ORGAN
REPRODUKSI, 13(1), 76–83.
Suryani, L. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Remaja Putri Tentang
Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi Di SMP Negeri 12 Kota Pekanbaru. JOMIS
(Journal of Midwifery Science), 3(2), 68–79.
Susanti, D., & Lutfiyati, A. (2020). Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Dengan Perilaku
Personal Hygiene Saat Menstruasi . JURNAL KESEHATAN SAMODRA ILMU, 11(2),
166–172. https://doi.org/10.55426/JKSI.V11I2.119
Tiwatu, F. V, Geneo, M., & Ratuliu, G. (2020). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Remaja Perempuan Dalam Pencegahan Keputihan (The Correlation Between Knowledge,
Attitude and Behavior in Leucorrhea Prevention). Jurnal Kesehatan, 9(2), 93–101.
https://doi.org/10.46815/JKANWVOL8.V9I2.102
Trisnawati, Y., & Mulyandari, A. (2021). Hubungan Karakteristik Remaja Putri dengan
Pengetahuan Kesehaatan Organ Reproduksi Wanita. Jurnal Estu Utomo Health Science,
XV(2), 11–18. https://ejurnal.stikeseub.ac.id/index.php/JEU/article/view/594
Uterus: Anatomy, Function, Size, Position & Conditions. (n.d.). Retrieved September 29, 2023,
from https://my.clevelandclinic.org/health/body/22467-uterus
Wardiyah, A., Aryanti, L., Marliyana, M., Oktaliana, O., Khoirudin, P., & Dea, M. A. (2022).
Penyuluhan Kesehatan Pentingnya Menjaga Kesehatan Alat Reproduksi. JOURNAL OF
Public Health Concerns, 2(1), 41–53. https://doi.org/10.56922/PHC.V2I1.172
Yuliasti, L. P. S., & Widiarta, I. M. (2022). Hubungan Pendidikan, Pekerjaan dan Dukungan
Suami dengan kesiapan Wanita menghadapi Menopause di Dusun Pungka Kecamatan
Unter IWES Kabupaten Sumbawa. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 6(2),
2598–9944. https://doi.org/10.58258/JISIP.V6I2.3067

25
SOAL MULTIPLE CHOICE
1. Beberapa kelain pada sistem reproduksi wanita yaitu, kecuali..
a. Keputihan
b. Kanker serviks
c. Endometriosis

d. Hepatitis

2. Secara biologis faktor apa yang mempengaruhi sistem reproduksi wanita..


a. Kesenjangan sosial

b. Keseimbangan Hormon
c. Perbedaan budaya yang membentuk kebiasaan
d. Kemiskinan

3. Fase terjadinya menopause terbagi menjadi 4 tahap, fase ke 2 adalah..


a. Menopause
b. Postmenopuase

c. Perimenopause
d. Pramenopuase

4. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi menopause ?


a. Kemiskinan, pendapatan, dan hutang
b. Persalinan, faktor psikologis dan faktor keturunan

c. Faktor psikologis, penggunaan kontasepsi, dan merokok


d. Merokok, pendidikan, dan kuliah

5. Keputihan yang tidak normal pada wanita ditandai dengan...


a. Gatal, kering, dan harum
b. Berwarna, harum, dan bersih
c. Lengket, kering dan bersih

d. Berwarna, berbau, dan gatal

26
7. Hormon utama yang dimiliki wanita pada sistem reproduksi yaitu :

a. Esterogen, progesteron, dan prolactin


b. Prolaktin, sitokinin, dan Tiroksin
c. Testosterin, sitokinin, dan esterogen
d. Esterogen, progesteron, dan tiroksin

8. Organ sebagai jalan lahimya bayi yang dikandung pada saat waktu persalinan adalah?
a. Rahim
b. Ovarium
c. Tuba

d. Vagina

9. Dimanakah tempat penyimpanan sel telur?


a. Fundus
b. Rahim

c. Tuba Falopi
d. Ovarium

10. Selaput darah dikategorikan menjadi 4 yaitu, kecuali…

a. Isthmus hymne
b. Normal hymne
c. Imperforate hymne
d. Septate hymne

27

Anda mungkin juga menyukai