Anda di halaman 1dari 36

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR. H. MOHAMAD RABAIN MUARA ENIM
2024

OLEH :
RENNI HARYANA
22.14201.90.33.P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR. H. MOHAMAD RABAIN MUARA ENIM
2024

Proposal skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperolah gelar
SARJANA KEPERAWATAN

OLEH :
RENNI HARYANA
22.14201.90.33.P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWAT telah melimpahkan berbagai

rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang

berjudul “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penggunaan

Alat Pelindung Diri Pada Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.

Muhamad Rabain Muara Enim” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

Program Sarjana (S1) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Program Studi Ilmu Keperawatan.

Penulis memahami tanpa bantuan, doa dan bimbibngan dari semua orang

akan sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya atas dukungan dan kontribusi

kepada :

1. Ns. Ersita, S.Kep, M.Kes, selaku Ketua STIK Bina Husada Palembang.

2. Ns. Kardewi, S.Kep, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan.

3. Dr. Ibnu Umar, Sp.An,KIC, selaku Plt. Direktur RSUD Dr. H. Mohamad

Rabain.

4. Amalia, S.Kep, M.Kes, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan selama penyusunan

skripsi.

5. Ns. Mareta Akhriansyah, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan selama penyusunan

skripsi.
6. Semua dosen – dosen STIK Bina Husada Palembang yang sudah

membimbing saya selama proses perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna,

oleh karena ini kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan

kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan dan

bagi siapa saja yang membacanya.

Palembang, Januari 2024

Peneliti
DAFTAR ISI
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Pelindung Diri

2.1.1 Definisi Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh

tenaga kerja untuk melindungi seluruh / sebagian tubuhnya terhadap

bahaya potensi kecelakaan (Poetra, 2021).

Alat Pelindung Diri adalah alat yang mempunyai kemampuan

untuk melindungi seseorang dari potensi bahaya / resiko (Susanto,

2023).

2.1.2 Syarat Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri yang efektif harus mempunyai syarat menurut

(Poetra, 2021) yaitu :

1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap

biaya yang spesifik atau bahaya yang di hadapi oleh tenaga

kerja.

2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.

4. Bentuknya harus cukup menarik.

5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.


6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi

pemakainya yang dikarenakan bentuk dan bahaya nya yang

tidak tepat atau karena salah dalam menggunakannya.

7. Alat pelindung harus memenuhi syarat standar yang telah ada.

8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris

pemakainya.

9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah

pemeliharaannya.

2.1.3 Tujuan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Tujuan penggunaan APD adalah melindungi kulit dari lendir dan

pajanan keterbukaan terhadap darah, cairan tubuh, keluarnya eksresi

kulit terfragmentasi, dan lapisan lendir dari pasien ke petugas serta

sebaliknya (Hutahaean, 2023).

2.1.4 Jenis – jenis Alat Pelindung Diri

Jenis – jenis alat pelindung diri menurut (Yusdar and Dai, 2023)

yaitu :

1. Sarung Tangan

Melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi pasien

dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan

pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi


dan harus selalu diganti untuk mencegah infeksi silang. Ada tiga

jenis sarung tangan yaitu :

a) Sarung tangan bedah, dipakai sewaktu melakukan

tindakan infasif atau pembedahan.

b) Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi

petugas sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan

rutin.

c) Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses

peralatan, menangani bahan – bahan terkontaminasi, dan

waktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi.

2. Gaun pelindung

Gaun bedah, pertama kali digunakan untuk melindungi pasien

dari mikroorganisme yang terdapat di abdomen atau lengan dari

staf perawatan kesehatan sewaktu pembedahan.

Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau mengganti

pakaian biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang

diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui

droplet/ airbone. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah

untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi

respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui atau dicurigai

menderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus

mengenakan gaun pelindung setiap memasiki ruangan untuk

merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik atau


tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi. Pangkal

sarung tangan harus menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya.

Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien. Setelah gaun

dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tifak kontak dengan

bagian yang potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk

mencegah berpindahnya organisme.

3. Celemek / apron (skort)

Jenis bahan dapat berupa bahan tembus cairan dan bahan tidak

tembus cairan. Tujuannya untuk melindungi petugas dari

kemungkinan genangan atau percikan darah maupun tubuh lain

yang dapat mencemari baju seragam.

Celemek / apron (skort) rumah sakit biasanya terbuat dari kain

khusus atau dari kulit synthetic. Penggunaan celemek / apron

dirancang berdasarkan spesifikasinya bisa terbagi menjadi dua,

yaitu :

a) Sekali pakai

b) Bisa dipakai berulang-ulang dengan di sterilkan / di cuci

Untuk celek / apron (skort) yang dirancang bisa dipakai berkali-

kali terbuat dari kain khusu dan harus memiliki Sertifikat hasil

uji lab. Supaya saat proses pencucian atau saat di sterilkan kain

tidak mudah rusak.

4. Masker dan Kacamata (googles)


Masker dan kacamata atau pelindung wajah (googles) tujuan

nya melindungi membrane mukosa mata, hidung dan mulut,

digunakan selama melakukan tindakan perawatan pasien yang

memungkinkan terjadi percikan darah atau cairan tubuh lain.

5. Penutup Kepala

Tujuan pemakaian penutup kepala adalah mencegah jatuhnya

mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas

terhadap alat-alat atau daerah steril juga sebaliknya untuk

melindungi kepala atau rambut petugas dari percikan bahan-

bahan dari pasien. Pada keadaan tertentu, misalnya pada saat

pembedahan atau runag rawat intensif (ICU) petugas maupun

pasien harus menggunakan penutup kepala yang menutupi

kepala dengan baik.

6. Sepatu Pelindung

Sepatu khusus digunakan oleh petugas yang bekerja dirunag

tertentu, misalnya: ruang bedah laboratorium, ICU, ruang

isolasi, runag pemulasaraan jenazah dan petugas sanitasi. Sepatu

hanya dipakai di ruang-ruang tersebut dan tidak boleh ke ruang

lainnya. Tujuan pemakaiannya adalah melindungi kaki petugas

dari tumpahan/ percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan

mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau

kejatuhan alat kesehatan. Sepatu harus menutupi seluruh ujung


dari telapak kaki dan tidak dianjurkan untuk menggunakan

sandal atau sepatu terbuka. Sepatu khusus dianjurkan terbuat

dari bahan yang mudah dicuci dan tahan tusukan misalnya karet

atau plastik.

2.2 Kepatuhan Penggunaan Alat Pelidung Diri

2.2.1 Definisi Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Kepatuhan (compliance) adalah derajat dimana seseorang mengikuti

anjuran peraturan yang ada. Kepatuhan merupakan sikap mau

mentaati dan mengikuti suatu spesifikasi, standar atau aturan yang

telah diatur dengan jenis yang diterbitkan oleh organisasi yang

berwenang (Benjamin J. Sadock, 2015).

Prinsip dasar dalam hal kepatuhan menurut (Suciati;, 2015) yaitu:

1. Dalam prinsip komitmen atau konsistensi, ketika kita telah

berada pada suatu posisi atau tindakan, akan lebih mudah

melakukan hal yang konsisten dengan posisi atau tindakan

sebelumnya.

2. Dalam prinsip hubungan social atau rasa suka, kita cenderung

lebih mudah memenuhi permintaan dari orang yang kita kenal/

sukai daripada orang yang tidak kita kenal/ sukai.

3. Dalam prinsip kelangkaan, kita lebih menghargai dan mencoba

mengamankan objek yang langka atau berkurang ketersediaan


nya. Oleh karena itu, kita cenderung memenuhi permintaan yang

menekankan kelangkaan daripada yang tidak.

4. Dalam prinsip timbal balik, kita lebih mudah memenuhi

permintaan dari seorang yang sebelumnya telah memberikan

bantuan kepada kita.

5. Dalam prinsip validasi sosial, kita lebih mudah melakukan suatu

tindakan jika konsisten dengan apa yang kita percaya bahwa

orang lain melakukannya juga. Kita ingin bertingkah laku benar,

dan satu cara untuk memenuhinya adalah dengan bertingkah

laku dan berfikir seperti orang lain.

6. Dalam prinsip otoritas, kita llebih mudah memenuhi permintaan

orang lain yang memiliki otoritas yang diakui, atau setidaknya

tampak memiliki otoritas.

2.2.2 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala

sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak

mampu lagi mempertahankan kepatuhannya, sampai menjadi kurang

patuh dan tidak patuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan menurut (Carpenito, 2016) diantaranya :

1. Pemahaman tentang Instruksi


Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham

tentang instruksi yang diberikan padanya.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat menimbulkan kepatuhan, sepanjang

pendidikan tersebut aktif diperoleh secara mandiri lewat

tahapan-tahapan tertentu, semakin tua umur seseorang maka

proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi

pada umur-umur tertentu bertambahnya proses perkembangan

mental ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun dengan

demikian dapat disimpulkan faktor umur akan mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami puncaknya

pada umur-umur tertentu dan akan menurun kemampuan

penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin

lanjut. Hal ini menunjang dengan adanya tingkat pendidikan

yang rendah.

3. Keyakinan , Sikap dan Kepribadian

Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal,

orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi,

ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki

kekuatan ego yang lebih lemah dan memiliki kehidupan sosial

yang lebih memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri.

Kekuatan ego yang lebih ditandai dengan kurangnya penguasaan

terhadap lingkungannya.
4. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari

anggota keluarga atau teman merupakan faktor penting dalam

kepatuhan.

2.2.3 Jenis Kepatuhan

Jenis – jenis kepatuhan menurut (Dr Isdairi, 2021) meliputi :

1. Otoriatian adalah suatu kepatuhan tanpa reserve, kepatuhan

yang “ikut-ikutan” atau sering disebut “bebekisme”

2. Conformist, kepatuhan tipe ini memiliki 2 bentuk yaitu :

a) Conformist hedonis adalah kepatuhan yang berorientasi

pada “untung ruginya” diri sendiri.

b) Conformist integral adalah kepatuhan yang menyesuaikan

kepentingan diri sendiri dengan masyarakat.

3. Confulsive deviant adalah kepatuhan yang tidak konsisten.

4. Hedonik psikopatik adalah kepatuhan kepada kekayaan tanpa

memperhitungkan kepentingan orang lain.

5. Supramoralis adalah kepatuhan karena keyakinan yang tinggi

terhadap nilai-nilai moral.

2.2.4 Bentuk Kepatuhan


Kepatuhan jika perintah disahkan dalam norma dan nilai-nilai

kelompok. Didalam kepatuhan terdapat tiga bentuk perilaku menurut

(Suparna, 2023) yaitu :

1) Konformitas (Conformity)

Pengaruh sosial yang mampu mempengaruhi perilaku individu

agar sesuai norma yang berlaku.

2) Penerimaan (Compliance)

Sikap individu yang dengan senang hati melakukan suatu hal

karena ada rasa suka, percaya dan mendapat tekanan dari norma

sosial.

3) Ketaatan (Obedience)

Sikap individu yang dengan rela tanpa ada tendensi yang

mengarah pada hubungan dengan pihak tertentu.

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Faktor yang selalu berkaitan dengan masalah kesehatan adalah

perilaku individu itu sendiri. Yang berhubungan dengan perilaku

individu dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan derajat

kesehatannya yaitu dengan menganalisis perilaku manusia dari

tingkatan kesehatan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

perubahan perilaku tenaga kerja untuk menjadi patuh atau tidak patuh
dalam menggunakan APD, yang diantaranya dipengaruhi oleh

beberapa faktor, menurut (Notoatmodjo;, 2018) yaitu :

1. Faktor Presdisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah dan

mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Faktor predisposisi

meliputi pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya, kepercyaan dari

orang tersebut tentang dan terhadap perilaku tertentu serta

beberapa karakteristik individu, misalkan umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan dan masa kerja.

2. Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan

atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud

dengan faktor pemungkin adalah sarana atau prasarana atau

fasilitas untuk terjadinya perilaku antara lain ketersediaan APD,

pengadaan APD, pemberian sanksi-sanksi, pelatihan dan lain-

lain.

3. Faktor Penguat

Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong tau

memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun

seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku aman, tetapi tidak

melakukannya antara lain penyuluhan, pengawasan, kebijakan

tentang APD dan lain-lain.


Selanjutnya perilaku kesehatan tentang kepatuhan menggunakan APD

dalam penelitian ini antara lain :

A. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,

penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt

Behaviour). Apabila seseorang menerima perilaku baru atau

adopsi perilaku berdasarkan pengetahuan, kesadaran, dan sikap

yang positif, maka perilaku akan berlangsung lama. Sebaliknya

apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (wawan, 2014)

1. Pembagian Pengetahuan

Pengetahuan yang di cakup dalam ranah kognitif yang

telah di revisi menurut (Rukmini, E, 2015) sebagai berikut

a) Mengingat (Remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali

pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah

lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun


yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan

dimensi yang berperan penting dalam proses

pmebelajaran yang bermakna (meaningful learning)

dan pemecahan masalah (problem solving).

Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyesuaikan

berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks.

Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan

memanggil kembali (recalling).

b) Memahami / Mengerti (Understand)

Memahami / mengerti berkaitan dengan membangun

sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti

pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami dan

mengerti berkaitan dengan aktivitas

mengklasifikasikan (classification) dan

membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan

akan muncul ketika seorang siswa berusaha

mengenali pengetahuan yang merupakan anggota

dari kategori pengetahuan tertentu.

Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau

informasi yang spesifik kemudian di temukan

konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan

merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan


dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide,

permasalahan, atau situasi.

c) Menerapkan (Apply)

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif

memanfaatkan atau mempergunkana suatu prosedur

atau melaksankan percobaan atau menyelesaikan

permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan

dimensi pengetahuan procedural (procedural

knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan

menjalankan prosedur (executing) dan

menginplementasikan (implementing). Menjalankan

prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam

menyelesaikan masalah dan melaksanakan

percobaan dimana siswa sudah mengetahui

informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan

pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan.

d) Menganalisis (Analyze)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu

permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian

dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-

tiap bagian tersebut dapat menimbulkan

permasalahan. Kemampuan menganalisis

merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut


dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah.

Berbagai mata pelajaran menuntut siswa mampu

menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa

untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali

cenderung lebih penting daripada dimensi proses

kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan

menciptakan.kegiatan pembelajaran sebagian besar

mengarahkan siswa untuk mampu membedakan

fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari

suatu informasi pendukung. Menganalisis berkaitan

dengan proses kognitif memberi atribut

(attributering) dan mengorganisasikan (organizing).

Memberi atribut akan muncul apabila siswa

menemukan permasalahan dan kemudian

memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang

menjadi permasalahan.

e) Mengevaluasi (Evaluate)

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif

memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan

standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya

digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan

konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat berupa


kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan

sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak

semua kegiatan penilaian merupakan dimensi

mengevaluasi, namun hamper semua dimensi proses

kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara

penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian

yang merupakan evaluasi adalah pada standard an

kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau

kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil

yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan

dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa

yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.

Evaluasi meliputi mengecek (checking), dan

mengkritisi (critiquing). Mengecek mengarah pada

kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau

kegagalan dari suatu operasi atau produk.

f) Menciptakan (Create)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif

meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk

membentuk kesatuan yang koheren dan

mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu

produk baru dengan mengorganisasikan beberapa


unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari

sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat

dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan

sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada

proses berpikir kreatif, namun tidak secara total

berpengaruh pada siswa untuk menciptakan.

Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi piker

kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain

seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis

siwa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal

sebelumnyaa, sedangkan pada menciptakan siswa

bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a) Faktor Internal

1) Pendidikan

pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain

menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.


Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan

informasi misalnya hal-hal yang menunjukkan

kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup. Pendidikan dapat mempenngaruhi

seseorang termasuk dalam memotivasi untuk

sikap berperan serta dalam pembangunan, pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseornag

makin mudah menerima informasi.

(Notoatmodjo;, 2018)

2) Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai

saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin

cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari segi kepercyaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari

orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini

akan sebagai dari pengalaman dan kematangan

jiwa (Notoatmodjo;, 2018).

3) Masa Kerja

Masa kerja adalah kurun waktu atau lamaya

tenaga kerja bekerja di suatu tempat. Masa kerja

dapat mempengaruhi kinerja baik positif dan


negative. Masa kerja memberikan pengaruh

positif apabila semakin lama masa kerja

seseorang, menjadikan seseorang semakin

berpengalaman dan berhati-hati dalam bekerja

meminimalkan kecelakaan kerja. Akan tetapi

masa kerja berpengaruh negative apabila semakin

lama masa kerja seseorang menjadikan seseorang

bertindak semaunya sendiri, mengabaikan

prosedur kerja yang dapat mengakibatkan

kecelakaan kerja (Rakhmayanti, 2020).

4) Jenis Kelami (Gender)

Gender adalah peran dan tanggung jawab yang

ditujukan kepada laki-laki dan juga perempuan.

Peran ini ditetapkan oleh masyarakat dan budaya

(konstruksi sosial). Gender mempunyai kaitan

dengan suatu proses keyakinan (ideologi),

mengenai bagaimana seorang laki-laki dan

perempuan diharapkan untuk dapan berfikir

maupun bertindak, sesuai dengan ketentuan sosial

dan juga budaya pada wilayah mereka masing-

masing. Pembahasan mengenai gender dapat

diartikan sebagai pembahasan tentang posisi

perempuan dan laki-laki dalam hal akses, peran


dan control keduanya terhadap sumber-sumber

kehidupan, tanggung jawab, manfaat, hak-hak

dan lain-lain (Dalimoenthe, 2021).

b) Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang

atau kelompok (wawan, 2014).

2) Sosial Budaya

System sosial budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima

informasi (wawan, 2014).

B. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih

tertutup terhadap sesuatu stimulus atau objek. Menifestasi sikap

tidak langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan

rekasi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Newcomb salah seorang psikolog sosial menyatakan bahwa

sikap itu merupakan kesiapan untuk bertindak, dan bukan


merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

“predisposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu masih

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan rekasi terbuka

(Notoatmodjo;, 2018).

Pengertian lain sikap menurut (wawan, 2014) merupakan

kesiapan untuk bereaksi suatu objek dengan cara tertentu serta

merupakan respon evaluative terhadap pengalaman kognitif,

reaksi afeksi, kehendak dan perilaku masa lalu. Sikap akan

mempengaruhi proses berfikir, respon afeksi, kehendak dan

perilaku berikutnya. Jasi sikap merupakan respon evaluative

didasarkan pada proses evaluasi diri, yang disimpulkan berupa

penilaian positif atau negative yang kemudian mengkristal

sebagai rekasi terhadap objek. Sifat mempunyai tiga komponen

pokok, yakni :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu

objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to believe)

Seperti hal nya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai

tingkatan menurut (Notoatmodjo;, 2018), yakni :

1) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan.

2) Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas

pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

menerima ide tersebut.

3) Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko adalah sikap yang paling

tinggi.

C. Ketersediaan APD

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan garis pertahanan akhir,

keran sering peralatan ini tidak praktis untuk dipakai dan

menghambat gerakan, sehingga tidak mengherankan jika


terkadang penggunaan APD di kesampingkan oleh pekerja.

APD dirancang untuk mencegah bahaya dari luar agar tidak

mengenai tubuh pekerja, APD menahan panas tubuh dan uap air

di dalamnya, sehingga pekerja menjadi gerah, berkeringat dan

cepat lelah. Maka alat pelindung diri yang cocok untuk setiap

pekerja harus sesuai dengan kebutuhan dan cocok untuk setiap

pekerja yang menggunakannya agar tidak timbul kecelakaan

yang disebabkan karena ketidaknyamanan pekerja ketika

memakai APD tersebut (Sakdiyah, 2017).

Salah satu syarat keselamatan kerja adalah dengan cara

memberikan APD pada karyawan. Tenaga kerja diwajibkan

memakai APD. Penyediaan APD dilakukan oleh pengurus.

Disini yang bertindak sebagai pengurus adalah perusahaan

tempat pekerja bekerja ditempat tersebut. Pengawas diperlukan

untuk meberikan petunjuk dan contoh pemakaian APD yang

baik dan benar serta mengawasi setiap pekerja agar rutin

memakai APD saat bekerja (Sucipto, 2014).

Pekerja yang menggunakan alat pelindung diri seringkali merasa

tidak nyaman karena panas, sesak dan berat. Penggunaan alat

pelindung diri dianggap menghambat pekerjaan sehingga

pekerja sering mengabaikan pentingnya penggunaan alat

pelindung diri saat bekerja. Pekerja sering merasa tidak nyaman

saat menggunakan APD, namun respon setiap pekerja berbeda-


beda, ada yang tetap menggunakan dan ada yang mengabaikan

penggunaan APD (Sakdiyah, 2017). Kesesuaian APD ditntukan

dengan potensi bahaya pada setiap jenis pekerjaan agar tidak

menimbulkan kecelakaan kerja. Ketentuan pemilihan APD

menurut (Dr . Candrianto, 2023) meliputi :

1) Alat pelindung diri harus dapat memberikan perlindungan

ynag adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-

bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

2) Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut

tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebih.

3) Alat harus dipakai secara fleksibel.

4) Bentuknya harus cukup menarik.

5) Alat pelindung tahan lama untuk pemakaian yang lama.

6) Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi

pemakainya, yang dikarenakan bentuknya yang tidak tepat

atau karena salah dalam penggunaannya.

7) Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.

8) Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi

sensoris pemakainya.

D. Pengawasan

Perubahan perilaku individu pada tahap kepatuhan, mula-mula

individu melakukan sesuatu atas instruksi petugas tanpa

kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali


karena ingin menghindarkan hukuman/ sanksi jika tidak patuh

atau memperoleh imbalan yang di janjikan jika dia mematuhi

aturan tersebut. Biasanya perubahan yang terjadi dalam tahapan

ini sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan

selama masih ada petugs pengawas (Notoatmodjo;, 2018).

Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar

pekerjaan terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan dan hasil

yang dikehendaki. Agar pengawasan berhasil maka manajer

harus melakukan kegiatan pemeriksaan, pengecekan,

pengcocokan, inspeksi, pengendalian dan berbagai tindakan

yang sejenis. Perilaku pekerja terhadap penggunaan APD sangat

dipengaruhi oleh perilaku dari manajemen. Pengawas harus

menjadi contoh yang pertama dalam menggunakan APD. Harus

ada program pelatihan dan pendidikan ke pekerja dalam hal

menggunakan dan merawat APD dengan benar. Pengawasan

bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara

berdaya guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya. Begitu pula yang diharapkan dalam

kepatuhan penggunaan APD, walaupun pengawasan telah

dilakukan namun tidak menggunakan pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku pekerja (Sakdiyah, 2017).

2.3 Perawat
2.3.1 Definisi Perawat
DAFTAR PUSTAKA

Benjamin J. Sadock, 2015. Kaplan & sadock buku ajar psikiatri klinis
| Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
[WWW Document]. URL
https://elib.fk.unmul.ac.id/opac/detail-opac?id=569 (accessed
1.22.24).
CARPENITO, L.J., 2016. Buku saku diagnosis keperawatan edisi 13.
EGC.
Dalimoenthe, I., 2021. Sosiologi Gender. Bumi Aksara.
Dr Candrianto, 2023. K3 dan Lingkungan. CV. Bintang Semesta
Media.
Dr Isdairi, H.A., 2021. Kepatuhan Masyarakat Dalam Penerapan
Social Distancing Di Masa Pandemi COVID-19. Scopindo
Media Pustaka.
Hutahaean, S., 2023. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi:
Penguatan Fungsi dan Peran Kepala Ruang. Penerbit Salemba.
Notoatmodjo;, S., 2018. Promosi kesehatan teori dan aplikasi 2018.
Rineka Cipta.
Poetra, R.P., 2021. PENGANTAR KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3). TOHAR MEDIA.
Rakhmayanti, 2020. Etika Profesi untuk SMK/MAK Kelas X.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rukmini, E, 2015. Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom.
Sakdiyah, 2017. Perilaku Penggunaan APD. Surabaya, Airlangga
Press.
SUCIATI;, 2015. KOMUNIKASI INTERPERSONAL: SEBUAH
TINJAUAN PSIKOLOGIS DAN PERSPEKTIF ISLAM.
BUKU LITERA.
Sucipto, C.D., 2014. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. GOSYEN
PUBLISING.
Suparna, P., 2023. Buku Ajar Psikologi Komunikasi. Nilacakra.
Susanto, W.H.A., 2023. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Global Eksekutif Teknologi.
wawan, devi, 2014. Teori Pengukuran Pengetahuan Sikap Dan
Perilaku Manusia Dilengkapi Contoh Kuesionar Wawan Dan
Dewi | BATU PUSAKA | Banten Satu Data Kepustakaan dan
Kearsipan [WWW Document]. URL
https://batupusaka.bantenprov.go.id/ (accessed 1.24.24).
Yusdar, A., Dai, N.F., 2023. Universal Precaution pada Perawat dalam
Melakukan Tindakan Invasif di Rumah Sakit. Penerbit NEM.

Anda mungkin juga menyukai