Anda di halaman 1dari 47

Asuhan Keperawatan Keluarga

Dengan Masalah Hipertensi Pada Ny.I

Di Desa Tanjung Bai Kecamatan Tanjung

Tebat Kabupaten Lahat

NAMA: NURISA’ IDA ISMAYA

NIM: 01.18.0094

DOSEN PEMBIMBING: Ns.,RITA WATI S.Kep.

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II/ SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2020/ 2021


LEMBAR PENGESAHAN

MENGETAHUI MAHASISWA

PEMBIMBING AKADEMIK

(Ns.,Rita Wati S.Kep.) (Nurisa’ida ismaya)

01.18.0094
LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP PERKESMAS
A. Pengertian
Perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) adalah
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyuluh
dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya
masyarakat.
Perkesmas merupakan salah satu kegiatan pokok Puskesmas
yang sudah ada sejak konsep Puskesmas diperkenalkan.
Perkesmas pada dasarnya adalah suatu bentuk pelayanan
keperawatan profesional yang merupakan perpaduan konsep
kesehatan masyarakat dengan konsep keperawatan yang ditujukan
pada seluruh masyarakat dengan penekanan kelompok resiko
tinggi. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
dilakukan melalui upaya promotif dan preventif disemua tingkat
pencegahan yang menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan
(Depkes, 2006).

B. Ciri perkesmas

a. Merupakan perpaduan pelayanan keperawatan dan kesehat
an masyarakat
b. Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of
care)
c. Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (prom
otif) dan pencegahan penyakit (preventif) baik pada pencega
han tingkat pertama, kedua maupun ketiga
d. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan masyarakat 
kepada klien (Individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehi
ngga terjadi kemandirian
e. Ada kemitraan perawat kesehatan masyarakat dengan masy
arakat dalam upaya kemandirian klien.
f. Memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain serta 
masyarakat
C. Peran fungsi perawat Peran perawat kesehatan masyarakat
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu
sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam
ataupun dari luar dan bersifat stabil (Kozier & Barbara dalam
Mubarak & Chayatin, 2009).
Peran perawat adalah sebagai pelaksana pelayanan
keperawatan, pengelola pelayanan keperawatan, dan institusi
pendidikan, sebagai pendidik, peneliti, serta pengembang
keperawatan (Lokakarya Nasional dalam Mubarak & Chayatin,
2009)
Peran utama dari perawat kesehatan masyarakat adalah
memberikan asuhan keperawatan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun yang
sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan/keperawatan
apakah itu dirumah, sekolah, panti, dan sebagainya sesuai
kebutuhan (Depkes, 2004).
Dalam melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat,
perawat idealnya memiliki 12 peran dan fungsi. Peran tersebut
antara lain pemberi pelayanan kesehatan, penemu kasus, sebagai
pendidik/penyuluhan kesehatan, koordinator pelayanan kesehatan,
konselor keperawatan, panutan (role model), pemodifikasi
lingkungan, konsultan, advokadt, pengelola, peneliti dan pembaharu
(inovator). Namun karena masih rendahnya tingkat pendidikan
yaitu mayoritas tingkat pendidikan SPK dan D3, dari seluruh peran
dan fungsi yang harus dilakukan oleh perawat hanya 6 saja yang
menjadi prioritas (Depkes, 2004).

Keenam fungsi tersebut dalah:

1. Pemberi asuhan keperawatan (care provider)


Peran perawat pelaksana(care provider) bertugas untuk
memberikan pelayanan berupa asuhan keperawatan secara langsung
kepada klien (individu, keluarga, maupun komunitas) sesuai dengan
kewenangannya Asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan, sehingga masalah yang muncul dapat ditentukan
diagnosis keperawatannya,perencanaannya, dan dilakukan tindakan
yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan yang
dialaminya,kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Asuhan keperawatan yang diberikan melalui hal yang sederhana
sampai dengan masalah yang kompleks (Mubarak & Chayatin, 2009).
2. Peran sebagai care provider
menuntut perawat untuk memberi kenyamanan dan rasa aman
bagi klien, melindungi hak dan kewajiban klien agar tetap terlaksana
dengan seimbang, memfasilitasi klien dengan anggota tim kesehatan
lainnya, dan berusaha mengembalikan kesehatan klien.

3. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan


ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, masyarakat
berupa asuhan keperawatan masyarakat yang utuh (holistik) serta
berkesinambungan (komprehensif). Keperawatan yang diberikan
kepada klien/keluarga bisa diberikan secara langsung (direct care)
maupun secara tidak langsung (indirect care) pada berbagai
tatanan kesehatan yaitu meliputi di Puskesmas,ruang rawat inap
Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, sekolah,
panti, posyandu, keluarga (rumah pasien/klien) (Depkes, 2004).

4. Peran sebagai penemu kasus Perawat Puskesmas


berperan dalam mendeteksi serta dalam menemukan kasus
serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit. Penemu kasus
dapat dilakukan dengan jalan mencari langsung ke masyarakat
(active case finding) dan dapat pula didapat tidak langsung yaitu
pada kunjungan pasien ke Puskesmas (passivecase finding).

5. Peran sebagai pendidik kesehatan Peran sebagai pendidik


kesehatan (educator)

menuntut perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan


kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik setting
dirumah, di Puskesmas, serta dimasyarakat secara terorganisir
dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai
tingkat kesehatan yang optimal (Mubarak & Chayatin, 2009).
Perawat berperan sebagai pendidik kesehatan
harus mampu mengkaji kebutuhan klien yaitu individu,
keluarga, kelompok masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu
penyakit menyusun program penyuluhan/pendidik kesehatan baik
sehat maupun sakit, seperti nutrisi, latihan olah raga, menajemen
stres, penyakit dan pengelolaan penyakit; memberikan informasi
tepat untuk kesehatan dan gaya hidup antara lain informasi yang
tepat tentang penyakit, pengobatan; serta menolong klien
menyeleksi informasi kesehatan yang bersumber dari buku-buku,
koran, televisi atau teman. (Depkes, 2004).
Peran sebagai koordinator dan kolabolator Peran
koordinator perawat dilakukan dengan mengkoordinir seluruh
kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan Puskesmas
dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim
kesehatan lainnya, sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem
pelayanan kesehatan (Fataria dalam Fauziah, 2012).
Perawat melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan
kesehatan yang diterima keluarga diberbagai program, dan
bekerjasama (kolaborasi) dengan tenaga kesehatan lain atau
keluarga dalam perencanaan pelayanan kesehatan serta sebagai
penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan dan sektor
terkait lainnya ( Depkes, 2004).
Peran ini salah satu bentuk kerjasama antar bidang
kesehatan di Puskesmas. Peran sebagai konselor Perawat sebagai
konselor melakukan konseling keperawatan sebagai usaha
memecahkan masalah secara efektif. Sebagai konselor, perawat
menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang
kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas
perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang
dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran.
Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan klien, serta melibatkan sumber-sumber
yang lain, misalnya keluarga dalam pengajaran yang
direncanakannya (Pery & Potter, 2005).
Pemberian konseling dapat dilakukan di klinik, Puskesmas,
Puskesmas pembantu, rumah klien, posyandu, dan tatanan
pelayanan kesehatan lainnya dengan melibatkan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Kegiatan yang dapat
dilakukan perawat Puskesmas antara lain menyediakan informasi
mendengar secara objektif, memberi dukungan, memberi asuhan
dan meyakinkan klien, menolong klien mengidentifikasi masalah
dan faktor-faktor terkait, memandu klien menggali permasalahan,
dan memilih pemecahan masalah yang dikerjakan (Depkes, 2004).
Peran sebagai panutan (role model) Perawat Puskesmas
harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang
kesehatan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
tentang bagaimana cara hidup yang sehat yang dapat ditiru dan
dicontoh oleh masyarakat (Fetaria dalam Fauziah, 2012).
Perawat Puskesmas sebagai role model diharapkan
berperilaku hidup yang sehat, baik dalam tingkat pencegahan yang
pertama, kedua, maupun pencegahan ketiga yang dalam
kehidupan sehari hari dapat menjadi contoh masyarakat. Kegiatan
yang dapat dilakukan perawat antara lain memberi contoh praktik
menjaga tubuh yang sehat baik fisik maupun mental makanan
bergizi, menjaga berat badan, olah raga secara teratur, tidak
merokok, menyediakan waktu untuk istirahat setiap hari,
komunikasi efektif, dll (Depkes, 2004).
d. Penerapan perkesmas bagi keluarga
Definisi Keluarga Keluarga merupakan perkumpulan dua atau
lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan
yang lain (Mubarak, 2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas


kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Setiadi, 2012).

Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari


masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara
anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga
sebagai lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan. Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah
ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun
adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling
ketergantungan.

Fungsi Keluarga Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :

a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif
tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :

1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,


saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai
dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga
serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif
akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak
pasangan sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru
lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada
disekitarnya.
Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan 7 sosial pada anak,
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu
perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada
pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan
keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berperan untuk
melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah
gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.

Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga Berdasarkan konsep Duvall


dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 :

a. Keluarga Baru (Berganning Family)


Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana
memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami
prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi
orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing) Masa ini
merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain
yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan
tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah Tugas perkembangan dalam tahap
ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai
dengan tumbuh kembang, 9 proses belajar dan kontak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya.

d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun) Keluarga dengan anak


sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti membantu
sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak
untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan
aktifitas anak.

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun) Tugas perkembangan


keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja,
memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem
peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan
tumbuh kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan anak dewasa Tugas perkembangan keluarga


mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarganya.

g. Keluarga usia pertengahan (middle age family) Tugas perkembangan


keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu dan
kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai,
memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan
masa tua. 10

h. Keluarga lanjut usia Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas


seperti penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara
hidup, menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian,
serta melakukan life review masa lalu. 4. Tugas keluarga dalam
bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat
II. KONSEP DASAR

A. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan
darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit
darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat
secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh
(Koes Irianto, 2014).

Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan


kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan
penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N Ejournal keperawatan
volume 4 nomor 1, Mei 2016)

B. Anatomi fisiologi

a. Perikardium

Jantung berada dalam rongga berisi cairan yang disebut rongga


perikardial. Dinding dan lapisan rongga perikardial inilah yang disebut
dengan perikardium. Pada gambar anatomi jantung di atas,
perikardium berada di bagian tengah.

Perikardium ialah sejenis membran serosa yang menghasilkan cairan


serous untuk melumasi jantung selama berdenyut dan mencegah
gesekan yang menyakitkan antara jantung dan organ sekitarnya.

Bagian ini juga berfungsi untuk menyangga dan menahan jantung


untuk tetap berada dalam posisinya. Dinding jantung terdiri dari tiga
lapisan yaitu epikardium (lapisan terluar), miokardium (lapisan tengah),
dan endokardium (lapisan dalam).
Jika Anda tidak menjaga kesehatan jantung, perikardium bisa
meradang dan ini dikenal dengan istilah perikarditis. Sementara bila
bagian endokardium dan miokardium yang meradang, Anda akan
mengalami endokarditis atau miokarditis.

b. Serambi (atrium)

Serambi atau disebut juga atrium merupakan bagian jantung atas yang
terdiri dari serambi kanan dan kiri. Serambi kanan berfungsi untuk
menerima darah kotor dari tubuh yang dibawa oleh pembuluh darah.

Sedangkan serambi kiri berfungsi untuk menerima darah bersih dari


paru-paru. Serambi memiliki dinding yang lebih tipis dan tidak berotot
karena tugasnya hanya sebagai ruangan penerima darah. Pada
gambar anatomi di atas, serambi berada di sisi kanan dan kiri jantung
bagian atas.

c. Bilik (ventrikel)

Sama seperti serambi, bilik atau disebut juga ventrikel merupakan


bagian jantung bawah yang terdiri dari bagian kanan dan kiri. Bilik
kanan berfungsi untuk memompa darah kotor dari jantung ke paru-
paru. Sementara itu, bilik kiri berfungsi untuk memompa darah bersih
dari jantung ke seluruh tubuh.

Dinding bilik jauh lebih tebal dan berotot dibandingkan dengan serambi
karena bekerja lebih keras untuk memompa darah baik dari jantung ke
paru-paru maupun ke seluruh tubuh. Pada gambar anatomi di atas,
ventrikel berada di sisi kanan dan kiri jantung bagian bawah.

d. Katup

Perhatikan gambar anatomi jantung di atas, ada empat katup


yang menjaga aliran darah mengalir ke satu arah, yaitu:

a. Katup trikuspid, mengatur aliran darah antara serambi kanan


dan bilik kanan.
b. Katup pulmonal, mengatur aliran darah dari bilik kanan ke arteri
pulmonalis yang membawa darah ke paru-paru untuk
mengambil oksigen.
c. Katup mitral, mengalirkan darah yang kaya oksigen dari paru-
paru mengalir dari serambi kiri ke bilik kiri.
d. Katup aorta, membuka jalan bagi darah yang kaya akan oksigen
untuk dilewati dari bilik kiri ke aorta (arteri terbesar di tubuh).

Pada beberapa orang, katup jantung mungkin tidak berfungsi


semestinya, sehingga menyebabkan penyakit katup jantung.
e. Otot jantung

Otot jantung merupakan gabungan dari otot lurik dan otot polos
yang berbentuk silindris dan memiliki garis terang serta gelap. Jika
dilihat secara saksama menggunakan mikroskop, otot ini memiliki
banyak inti sel yang berada di tengahnya.

Otot dalam jantung bertugas untuk memompa darah ke seluruh tubuh.


Otot jantung dianggap sebagai otot terkuat karena mampu bekerja
terus menerus sepanjang waktu tanpa istirahat untuk memompa darah.
Jika otot ini berhenti bekerja, maka sistem peredaran darah akan
terhenti, sehingga terjadilah kematian.

Nah, pada otot jantung ini, Anda akan yang dinamakan siklus jantung,
yakni urutan kejadian yang terjadi saat jantung berdetak. Berikut dua
fase siklus jantung, yaitu:

a. Sistol, jaringan otot jantung berkontraksi untuk memompa darah


keluar dari ventrikel.
b. Diastol, otot jantung rileks terjadi pada saat pengisian darah di
jantung

Tekanan darah meningkat di arteri utama selama sistol ventrikel


dan menurun selama diastol ventrikel. Hal ini menyebabkan 2
angka yang terkait dengan tekanan darah.

Tekanan darah sistolik adalah angka yang lebih tinggi dan tekanan
darah diastolik adalah angka yang lebih rendah. Sebagai contoh,
tekanan darah 120/80 mmHg menggambarkan tekanan sistolik
(120) dan tekanan diastolik (80). Otot jantung dapat melemah atau
memiliki kelainan struktur, dan ini dikenal dengan kardiomiopati.

f. Pembuluh darah:

a. Arteri

Pembuluh darah jantung ini kaya akan oksigen karena berfungsi


darah ke sisi kiri otot jantung (ventrikel dan atrium kiri). Arteri
memiliki dinding yang cukup elastis sehingga mampu menjaga
tekanan darah tetap konsisten..

Arteri koroner kiri utama kemudian bercabang membentuk:

1. Arteri Left Anterior Descending (LAD), berfungsi menyediakan


darah menuju bagian atas dan kiri jantung.
2. Arteri Left Circumflex (LCX), cabang arteri kiri utama yang
mengelilingi otot jantung dan menyediakan darah menuju sisi luar
dan belakang jantung.
Arteri koroner kanan bertugas memasok darah menuju ventrikel
kanan, atrium kanan, SA (sinoatrial) dan AV (atrioventricular). Arteri
koroner kanan bercabang menjadi arteri Right Posterior
Descending, dan arteri marginal kanan. Bersama dengan LAD,
arteri koroner kanan membantu memasok darah menuju sekat
jantung.

Pembuluh darah pada jantung dapat menyebabkan masalah,


seperti penyakit jantung koroner dan arterosklerosis, kedua
kondisinya menandakan adanya penyumbatan pada pembuluh
jantung.

g. Vena

Pembuluh darah yang satu ini membawa darah yang miskin


oksigen dari seluruh tubuh untuk kembali ke jantung. Dibandingkan
dengan arteri, vena memiliki dinding pembuluh yang lebih tipis.

h. Kapiler

Pembuluh darah ini bertugas untuk menghubungkan arteri


terkecil dengan vena terkecil. Dindingnya sangat tipis sehingga
memungkinkan pembuluh darah untuk bertukar senyawa dengan
jaringan sekitarnya, seperti karbon dioksida, air, oksigen, limbah, dan
nutrisi.

Jenis Hipertensi Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit


yang berdiri sendiri tetapi sering dijumpai dengan penyakit lain,
misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus. Berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan
yaitu
(WHO, 2014):

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer Sebanyak 90-95 persen


kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa
penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara riwayat
keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko menderita
penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai
tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-
faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis
ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan
faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas,
merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan darah. 12
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder Pada 5-10 persen kasus
sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan
hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh
darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering
terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan
memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab

C. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2
yaitu:

Hipertensi esensial atau primer


Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih
belum dapat diketahui.Namun, berbagai faktor diduga turut berperan
sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres
psikologis, dan hereditas (keturunan).Kurang lebih 90% penderita
hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong
hipertensi sekunder.

Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari
penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan
dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi
esensial.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi


a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan
wanita. Wanita diketahui mempunyai tekanan darah lebih
rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi
akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun,
13 sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita.
Hal ini dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita setelah
menopause (Endang Triyanto, 2014).
2) Umur Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil
akan berubah di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung
lebih meningkat secara cepat. Sehingga, semakin bertambah
usia seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi
seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih
tinggi dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).
3) Keturunan (genetik) Adanya faktor genetik tentu akan
berpengaruh terhadap keluarga yang telah menderita hipertensi
sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar sodium
intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap
sodium individu sehingga pada orang tua cenderung beresiko
lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih besar
dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat
keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
4) Pendidikan Tingkat pendidikan secara tidak langsung
mempengaruhi tekanan darah. Tingginya resiko hipertensi pada
pendidikan yang rendah, kemungkinan kurangnya pengetahuan
dalam 14 menerima informasi oleh petugas kesehatan sehingga
berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty,
Amalia H, Amirudin R., 2007).

b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol


1) Obesitas Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung
kurangnya melakukan aktivitas sehingga asupan kalori
mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi peningkatan
berat badan atau obesitas dan akan memperburuk kondisi
(Anggara, F.H.D., & N. Prayitno, 2013).
2) Kurang olahraga Jika melakukan olahraga dengan teratur akan
mudah untuk mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang
akan menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung
untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu.

3) Kebiasaan merokok Merokok dapat meningkatkan tekanan darah.


Hal ini dikarenakan di dalam kandungan nikotik yang dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

4) Konsumsi garam berlebihan WHO merekomendasikan konsumsi


garam yang dapat mengurangi peningkatan hipertensi. Kadar
sodium yang 15 direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100
mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris
Pranaka, 2014-2015).

5) Minum alkohol Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan


akan menyebabkan peningkatan tekanan darah yang tergolong
parah karena dapat menyebabkan darah di otak tersumbat dan
menyebabkan stroke. 6

6) Minum kopi Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg,


dimana dalam satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan
darah 5- 10 mmHg.
7) Kecemasan Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang
akan meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi
vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.
Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di
hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini
dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi
detak jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah
keseluruh tubuh akan semakin cepat.

D. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf
pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah (Brunner, 2002).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat


mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Corwin, 2005).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
(Brunner, 2002).

Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh


darah perifer bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang
terjadi pada lanjut usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah yang menyebabkan penurunan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Akibat hal tersebut, aorta dan arteri
besar mengalami penurunan kemampuan dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh 14 jantung (volume sekuncup)
sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Corwin, 2005).

E. Manifestasi Klinis Hipertensi


Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara
lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal,dan lain-lain. Dampak yang dapat
ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada
selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta
kelumpuhan.

F. Komplikasi
          Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain
mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai
kebutaan,gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.

G. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


1. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal.
3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiofaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasikonstriksi dan hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji
aldosteronisme primer (penyebab).
9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan atau adanya diabetes.
10. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat
mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin
24 jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila
hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
resiko terjadinya hipertensi.
12. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi ptuitari,
sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area
katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran
jantung.
15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
16. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

H. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi
garam.Penurunan BB dapat menurunkantekanan darah dibarengi
dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dankadar
adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi
yaitu:
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulakn intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan


hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan
antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.

III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian Riwayat Kesehatan


Pengkajian merupakan tahap paling awal dalam proses
keperawatan yang penulis lakukan guna mendapatkan informasi untuk
pengumpulan data, serta mengukur keadaan keluarga dengan norma –
norma kesehatan keluarga maupun sosial yang merupakan
kesanggupan untuk mengatasinya Pengumpulan data yang penulis
lakukan meliputi : struktur keluarga, status keluarga, latarbelakang
budaya/kebiasaan keluarga, status sosial ekonomi, aktifitas, tingkat
perkembangan dan riwayat keluarga, karakteristik lingkungan, fungsi
keluarga, pemeriksaan fisik dan koping keluarga dalam pengkajian
penulis menggunakan metode wawancara, dan observasi. Pengkajian
yang perlu di kaji berupa:

a. Struktur dan sifat keluarga


Struktur dan sifat keluarga adalah mengkaji bagian dari identitas
keluarga seperti kepala keluaraga,nama kepala keluarga,jenis
kelamin,umur,agama,suku,pendidikan pekerjaan alamat,hingga
susunan anggota
b. Kebutuhan Nutrisi
Dalam kebutuhan nutrisi yang di kaji adalah bagaimana cara
penyajian makanan,kebiasaan dalam mengelola air minum
kebiasaan keluarga dalam mengelola makanan
c. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Dalam kebutuhan ini yang di kaji adalah kebiasaan tidur dalam
keluarga
d. Aktivitas dan olahraga
Apakah keluaraga rutin berolah raga dan apakah semua anggota
keluaraga mengikuti kegiatan tersebut

e. Ekomomi
sarana ekonomi apa saja yang ada di wilayah keluarga,dan berapa
penghasilan yang dapat di hasilkan,rata rata penghasilan keluaraga
perbulan apakah keluarga memiliki tabungan ,jamian kesehatan di
keluaraga,surat keterangan keluarga tridak mamapu/SKTM,siapa
yang mengelola keuangan,sebutkan
f. Sosial
Bagaimana hubungan anatara keluarga yang lain,apakah anggota
keluarga terlibat aktif dalam kegiatan masyarakat
g. Pendidikan
Apakah adalah keluarga yang sedang mengikuti pendidikandi luar
pendidikan formal, apakah ada anggota keluarga yang tidak busa
membaca,apakah ada anggota keluarga yang memiliki kemampuan
khusus,bagaimana pandangan keluarga terhadap pendidikan
anggota kelurga negatif atau positif
h. Psikologi
Bagaimanakah pola komuikasi dalam keluarga apakah terbuka atau
lebih tertutup,dan bahaa apa yang di gunakan oleh
keluarga,bagaimana mekanisme penanggulangan masalah dalam
keluarga,bagaimana respon keluarga apabila satu anggota
bermasalah
i. Spiritual
Apakah anggota keluarga taat menjalankan ibadah
j. Faktor lingkungan
a) Perumahan
Bagaimanakah perumahan pada lingkungan tersebut seperti
jenis rumah,jenis bangunan yang di gunakan,berapa luas
pekarangan,berapakah luas pembangunan,bagaimana
status rumah,jenis atap rumah yang di gunakan,apakah di
rumah memiliki jendela atau lubang angin,apakah jendela di
buka setiap hari,berapakah luas jendela atau lubang angin
seluruhnya,kondisi pencahayaan rumah,penerangan yang d
gunakan,lantai,vektor yang banyak di sekitar rmah dan
membahayakan kesehatan,kebersihan dalam
rumah,penyebab tidak bersih,kebersihan halaman
b) Sumber air
Apakah keluarga memiliki sumber air sendiri,dari mana
sumber air yang di gunakan,apakah air untuk minum di ambil
dari mata air tersebut,tempat penyimpanan air,penggunaan
air minum,kualitas dari sumber air,dari mana sumber air yang
di gunakan untuk keperluan kebersihan,jarak sumber dengan
penampungan limbah

c) Pembuangan air limbah


Apakah rumah ini mempunyai pembuangan air
limbah,bagaimana kondisi saluran limbah

d) Pembuangan sampah
Bagaimana cara pembuangan sampah pada
keluarga,keadaan tempat pembuangan sampah

e) Pembuangan kotoran/tinja
Apakah keluarga memiliki tempat pembuangan tinja,seperti
apa jeni pembuangan tinja,dimana keluarga membuang air
besar,bagaimana kondisinya,berapa jauh jarak pembuangan
tinja dengan sumber air

k. Komunikasi dan transportasi


Melalui apakah keleuarga menerima informasi tentang
kesehatan,sarana transportasi yang di gunakan oleh keluarga,cara
keluarga pergi ke sarana pelayanan keehatan

l. Pelayanan kesehatan sosial


Adakah anggota keluarga yang menderita sakit satu tahun
terahir,jenis penyakit,bagaimana cara mengatasi sakit yang di
alami,adakah anggota keluarga yang sedang sakit saat ini,adakah
resiko tinggi dalam keluarga,apakah keluarga menerima bimbingan
dari tim kesehatan,bagaimana tanggapan,apakah keluarga meraa
perlu dalam bimbingan kesehatan apakah keluarga ada yang
menjadi kader kesehatan,apakh kader sudah mendapatkan
pelatihan,apakah ada anggota keluarga yang meninggal pada satu
tahun terahir

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah keluarga dan keperawatan yang berkaitan dengan keadaan fisik,
(data objektif) terdapat empat cara yang dilakukan pada tiap pemeriksaan
fisik yang dilakukan,yaitu :

a. Inspeksi. Tahapan yang bertujuan melihat bagian tubuh dan menentukan


apakah seseorang yang mengalami kondisi tubuh normal atau abnormal.
Inspeksi dilakukan secara langsung (seperti penglihatan,pendengaran,dan
penciuman)dan tidak langsung (dengan alat bantu )
b. Palpasi. Pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan
dilakukan bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dilakukan menggunakan
telapak tangan, jari dan ujung jari. Tujuannya untuk mengecek
kelembutan, kekakuan,massa, suhu,posisi,ukuran,kecepatan,dan kualitas
nadi perifer pada tubuh

c. Auskultasi. Proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk


membedakan suara yang didengarkan berasal dari sistem
kardiovaskuler,respirasi,dan gatrointestinal.

d. Perkusi. Tahapan ini bertujuan mengetahui bentuk lokasi, dan struktur


dibawa kulit. Perkusi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung

C. Datar masalah
1. defisit pengetahuan
2. manajemen kesehatan tidak efektif
3. gangguan pola tidur

D. Diagnosa keperawatan
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi di
buktikan dengan menanyakan masalah yang di hadapi

2. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidak


efektifan pola perawatan keehatan keluarga di buktikan dengan
aktivitas hidup sehari-hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan
keehatan

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur di


buktikan dengan mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
E. Rencana tindakan keperawatan

N Diagnosa Luaran keperawatan Implementasi


o keperawatan keperawatan
1 Defisit pengetahuan Setelah di lakukan Edukasi kesehatan
berhubungan dengan intervensi keperawatan Observasi:
kurang terpapar selama 1x 24 jam maka 1. Identifikasi kesiapan
informasi di buktikan tingkat pengetahuan dan kemampuan
dengan menanyakan meningkat dengan menerima informasi
masalah yang di kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor-
hadapi 1. Prilaku sesuai faktor yang dapat
anjuran mengakibatkan dan
meningkat menurunkan
2. Kemampuan motivasi prilaku
menjelaskan hidup bersih dan
pengetahuan sehat.
tentang suatu Trapeutik:
topik meningkat 1. Sediakan materi dan
3. Pertanyaan media pendidikan
tentang masalah kesehaan
sebelummnya 2. Jadwalkan
menurun pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi;
1. Jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan prilaku
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi
yang dapatdi gnakan
untuk meningkatkan
prilaku hidup bersih
dan sehat
2 Manajemen kesehatan Setelah di lakukan Dukungan koping keluarga
tidak efektif intervensi keperawatan Observasi:
berhubungan dengan selama 1x 24 jam maka 1. Identifikasi respon
ketidak efektifan pola manajemen kesehatan emosional terhadap
perawatan keehatan meningkat dengan kondisi saat ini
keluarga di buktikan kriteria hasil : 2. Identifikasi
dengan aktivitas hidup 1. Melakukan pemahaman tentang
sehari-hari tidak efektif tindakan untuk keputusan
untuk memenuhi mengurangi perawatan setelah
tujuan keehatan faktor resiko pulang
meningkat 3. Identifikasi antara
2. Menerapkan harapan
program pasien,keluarga,dan
perawatan tenaga kesehatan
meningkat Trapeutik:
3. Aktivitas 1. Dengarkan
kehidupan masalah ,perasaan
sehari-hari dan pertanyaan
memenuhi keluarga
tujuan 2. Diskusikan rencana
kesehatan medis dan
meningkat perawatan
3. Fasilitasi
memperoleh
pengetahuan,
keterampilan dan
peralatan yang di
perlukan untuk
mempertahankan
keputusan
perawatan pasien.
4. Hargai dan dukung
mekanisme koping
adaptif yang di
gunakan
Edukasi:
1. Informasikan
kemajuan pasien
secara berkala
2. Informasikkan
fasilitas perawatan
kesehatan yang
tersedia
Kolaborasi:
1. Rujuk untuk terapi
keluarga,jika perlu
-
3 Gangguan pola tidur Setelah di lakukan Dukungan tidur
berhubungan dengan intervensi keperawatan Observasi:
kurangnya kontrol tidur selama 1x 24 jam maka 1. Identifikasi fktor
di buktikan dengan pola tidur membaik pengganggu tidur
mengeluh kemampuan dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi makan
beraktivitas menurun 1. Keluhan tidak dan mium yang
puas tidur mengganggu tidur
membaik 3. Identifikasi obat tidu
2. Keluhan istirahat yang di konsumsi
tidak cukup
membaik Trapeutik:
3. Kemampuan 1. Modifikasi
beraktivitas lingkungan
menurun 2. Batasi waktu tidur
siag,jika perlu
3. Tetapkan jadwal
tidur
4. Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan
5. Euaikan jadwal
pemberian obat aau
tidakan untuk
memnunjang siklus
tidur-terjaga
Edukasi:
1. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
2. Ajurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
3. Anjurkan
menghindari
makanan dan minum
yang mengganggu
tidur

F. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi
rencana atau intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam
keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga
dididik untuk dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan
mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan
keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan yang
tepat terkait dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat anggota
keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat
bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan
kesehapan terdekat (Sudiharto, 2010).

G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standart yang telah di tetapkan untuk
melihat keberhasilannya(Suprajitno, 2004).

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai


keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga
memiliki produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota
keluarganya(Sudiharto, 2009).
Menurut Faisaldo (2014) evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Evaluasi Berjalan (Evaluasi Formatif) Evaluasi yang dikerjakan dalam
bentuk pengisian catatan perkembangan berorientasi pada masalah yang
dialami klien. Format yang digunakan dalam evaluasi formatif adalah
SOAP.
b. Evaluasi akhir (sumatif) evaluasi yang dikerjakan dengan membandingkan
antara tindakan yang telah dikerjakan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Jika terjadi kesenjangan, maka proses keperawatan dapat ditinjau kembali
untuk mendapatkan data guna memodifikasi perencanaan. Format yang
digunakan dalam evaluasi sumatif adalah SOAPIER.
FORMAT PENGKAJIAN DATA KOMUNITAS

DI .................................................................................

A. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA


1. Kepala keluarga
a. Nama kepala keluarga :basroni
b. Jenis kelamin :laki-laki
c. Umur :60 tahun
d. Agama :islam
e. Suku :indonesia
f. Pendidikan :sma
g. Pekerjaan :wiraswata
h. Alamat :desa tanjung bai, kecamatan tanjung
tebat,kabupaten lahat

2. Susunan anggota keluarga

No Nama Umur Sex Hub Agama Pendidilkan Pekerjaan Imunisas ket


i balita &
bumil
1. Tn.B 60 suami islam sma wiraswasta sehat
tahun
2. Ny.i 52 istri islam sma wiraswasta sakit
tahun
3. N.e 20 Anak islam sma mahasiswa sehat
tahun kandung

3. Tipe keluarga ( di isi oleh petugas)

Petunjuk pengisian :

Berilah tanda (X) pada jawaban yang menurut bapak/ ibu sesuai.

B. KEBUTUHAN NUTRISI
1. Cara penyajian makanan :
a. Terbuka b. Kadang tertutup c. Tertutup
2. Kebiasaan dalam mengelola air minum :
a. Kadang di masak c. Dimasak
b. Tidak dimasak e. Lain-lain, sebutkan ....
3. Kebiasaan keluarga dalam mengelola makanan :
a. Tidak dicuci c. Dicuci lalu di potong
b. Dipotong lalu dicuci d. Lain-lain, sebutkan...
C. KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
Kebiasaan tidur dalam keluarga :
a. Pagi d. Siang dan malam
b. Siang e. Lain-lain, sebutkan....
c. Malam
D. AKTIVITAS DAN OLAHRAGA
1. Apakah keluarga senang berolahraga:
a. Ya b. Tidak
2. Apakah semua anggota keluaraga mengikuti:
a. Ya b. Tidak
E. EKONOMI
1. Sarana ekonomi apa yang ada di wilayah keluarga ?
a. Pasar c. Bank
b. UUD/KUD d. Perusahaan/ industri
2. Berapakah penghasilan rata-rata keluarga setiap bulan?
a. < Rp.500.000 c. > Rp.1.000.000
b. Rp. 500.000 – Rp.1.000.000
3. Apakah keluaraga mempunyai tabungan ?
a. Ya, sebesar Rp.4.000.000 b. Tidak
4. Jaminaan kesehatan di keluarga anda?
a. ASKES c. Tidak ada
b. JPS d. Lain –lain, sebutkan...
c. Surat keterangan tidak mampu/ SKTM
5. Siapa yang mengelola keuangan,sebutkan istri
F. SOSIAL
1. Bagaimana hubungan antar keluarga lain :
a. Dekat b. Kurang dekat c. Lain –lain, sebutkan...
2. Apakah anggota keluarga terlibat aktif dalam kegiatan di masyarakat:
a. Ya, sebutkan b. Tidak
G. PENDIDIKAN
1. Adakah anggota keluarga yang sedang mengikuti pendidikan di luar
pendidikanformal?
a. Ya b. Tidak
2. Adakah anggota keluarga yang tidak bisa membaca ?
a. Ya b. Tidak
3. Adakah anggota keluaraga yang mempunyai keterampilan khusus?
A, ya, sebutkan b. Tidak
4. Bagaimana pandangan keluarga terhadap pendidikan anggota keluarga?
a. Positif c. Lain-lain, sebutkan..
b. Negatif
H. PSIKOLOGIS
Pola komunikasi
1. Pola komunikasi dalam keluarga :
a. Terbuka b. Tertutup
2. Bahasa yang digunakan :
a. Bahasa daerah c. Lain- lain, sebutkan .....
b. Bahasa indonesia

Pola pertahanan

1. Mekanisme penanggulangan masalah dalam keluarga :


a. Mandiri c. Minta bantuan orang lain
b. Bersama-sama d. Lain-lain, sebutkan...
2. Bagaimana respon keluarga bila saah satu anggota keluaraga
bermasalah?
a. b c. Lain-lain, sebutkan...
b. Acuh tak acuh
I. SPIRITUAL
1. Apakah anggota keluarga taat menjalankan ibadah?
a. Ya b. Tidak
2. Jika tidak, mengapa...........
J. FAKTOR LINGKUNGAN
PERUMAHAN
1. Jenis rumah :
a. Petak c. Lain-lain, sebutkan...
b. Tersendiri
2. Jenis bangunan :
a. Permanen c. Semi permanen
b. Non permanen
3. Luas pekarangan : ........ m2
4. Luas bangunan :........m2
5. Status rumah :
a. Sewa bulanan c. Milik sendiri
b. Kontrakan d. Lain-lain :...
6. Atap rumah :
a. Sirap c. Genteng
b. Seng e. Lain-lain :....
7. Apakah di rumah terdapat jendela / lubang angin?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah jendela dibuka setiap hari?
a. Ya b. Tidak
9. Jika ya, berapa luas jendela/ lubang angin seluruhnya?
a. < 20% luas lantai
b. >-20 % luas lantai
10. Pencahayaan rumah
a. Baik b. Kurang c. Cukup
11. Penerangan :
a. Lampu tempel
b. Petromaks
c. Listrik
12. Lantai :
a. Tanah c. Plester
b. Papan d. Ubin
13. Vektor yang banyak di sekitar rumah dan membahayakan kesehatan :
a. Lalat c. Kecoa e. Burung
b. Nyamuk d. Anjing f. Kucing
14. Kebersihan di dalam rumah
a. Bersih b. Cukup bersih c. Tidak bersih
15. Bila tidak bersih disebabkan oleh :
a. Banyak sisa makanan
b. Debu
c. Sampah
16. Kebersihan halaman :
a. Bersih
b. Tidak bersih
SUMBER AIR
1. Apakah keluarga mempunyai sumber air sendiri ?
a. Ya b. Tidak
2. Jika ya, apa jenisnya?
a. Sumur gali c. Sumur pompa
b. Sungai d. Sumur bor
c. Mata air e. Lain-lain, sebutkan...
d. Ledeng
3. Jika tidak dari mana sumber airnya?
4. Apakah air untuk minum diambil dari sumber air tersebut?
a. Ya b. Tidak
5. Jika tidak, bagaimana memperolehnya?
6. Temapt penyimpanan air ?
a. Terbuka
b. Tertutup
7. Pengurasan tempat penampungan air :
a. Tidak pernah dilakukan c. > 3 hari
b. < 3 hari
8. Penggunaan air minum :
a. Dimasak b. Tidak dimasak
9. Kualitas sumber air :
a. Berbau c. Tidak berbau, tak berasa, tak
berwarna
b. Berbusa d. Lain-lain, sebutkan...
c. Berwarna
10. Darimana sumber air yang digunakan untuk keperluan kebersihan :
a. Sungai e. Pompa listrik
b. Ledeng f. Membeli
c. Pompa ir g. Belik/ mata air
d. Sumur gali h. Lain-lain, sebutkan :..
11. Jarak sumber air dengan tempat penampungan limbah:
a. < 10 m b. > 10 m

PEMBUANGAN AIR LIMBAH


1. Apakah rumah ini mempunayi saluran pembuangan air limbah?
a. Ya b. Tidak

Jika ya, jenisnya :

a. Got d. Dibuang sembarangan


b. Sungai e. Bak penampungan
c. Selokan

Jika tidak mengapa?..

2. Bagaimana kondisi saluran membuangan air limbah?


a. Tertutup lancar d. Terbuka lancar
b. Tertutup tergenang e. Terbuka tergenang
PEMBUANGAN SAMPAH
1. Cara pembuangan sampah keluarga:
a. Dibakar c. disungai
b. Ditimbun e. Disembarang tempat
2. Keadaan tempat penampungan sampah :
a. Terpelihara b. Tidak terpelihara
KEPEMILIKAN KANDANG TERNAK
1. Pemilikan kandang ternak:
a. Ya b. Tidak
2. Bila ada, diaman letak kandnag dengan rumah induk?
a. Diluar rumah c. Diluar rumah
b. Menempel dirumah
3. Bila mmepunyai hewan ternak, bagaimana cara pemanfaatan kotoran
ternak ?
a. Ditampung c. Dibuang sembarang tempat
b. Ditimbun d. Lain-lain, sebutkan.....
K. KOMUNIKASI DAN TRANSPORTASI
1. Melalui apakah keluarga menerima informasi tentang kesehatan?
a. TV d. Radio
b. Koran/ majalah e. Penyuluhan dipuskesmas/ posyandu
c. Edaran dari desa f. Papan pengumuman RW/ Desa
2. Sarana transportasi umum yang digunakan oleh keluarga :
a. Bus d. Andong
b. Angkutan umum e. Kendaraan sendiri
c. Becak
L. PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL
1. Adakah anggota keluaraga yang menderita sakit pada satu tahun terakhir?
a. Ya b. Tidak
2. Bila ada, jenis penyakitnya :
a. ISPA f. Dbd
b. TBC g. Rheumatik
c. Asma h. Kulit
d. Typhoid i. Hipertensi
e. Diare j. Lain-lain, sebutkan...
3. Bila ada, bagaimana cara mengatasinya?
a. Berobat dipuskesmas e. Berobat ke perawat/ bidan
b. Berobat ke RS f. Berobat ke dukun
c. Berobat ke dokter umum g. Diobati sendri
d. Berobat ke dokter spesialis h. Dibiarkan
4. Adakah anggota keluarga yang sakit saat ini?
a. Ya b. Tidak
5. Jika ada bagaimana cara mengatasinya?
a. Berobat dipuskesmas e. Berobat ke perawat/ bidan
b. Berobat ke RS f. Berobat ke dukun
c. Berobat ke dokter umum g. Diobati sendri
d. Berobat ke dokter spesialis h. Dibiarkan
6. Bila ada, jenis penyakitnya :
a. ISPA f. Dbd
b. TBC g. Rheumatik
c. Asma h. Kulit
d. Typhoid i. Hipertensi
e. Diare j. Lain-lain, sebutkan...
7. Adakah resiko tinggi dalam keluarga?
a. Ada b. Tidak
8. Bila ada sebutkan jenisnya :
a. Maternal d. Lansia
b. Bayi e. Penyakit kronis
c. Balita f. Tindak lanjut pengobatan dan drop out
9. Apakah keluarga mendapatkan pembinaan dan tenaga kesehatan ?
a. Ya b. Tidak
10. Jika ya, bagaimana tanggapan keluarga mengenai petugas kesehatan ?
a. Baik b. Tidak baik
11. Apakah keluarga merasa perlu mendapatkan pengarahan, penyuluhan/
informasi kesehatan ?
a. Tidak c. Ya , secara kelompok
b. Ya, secara individu
12. Adakah anggota keluarga yang menjadi kader kesehatan ?
a. Ada b. Tidak
13. Jika ada, jenis kegiatan kader?
a. Kader posyandu bayi dan balita c. Kader KB
b. Kader posyandu lansia d. Lain-lain, sebutkan...
14. Apakah kader aktif mengikuti kegiatan ?
a. Ya b. Tidak
15. Jika tidak, alasannya :
a. Tidak ada waktu c. Malas
b. Posyandu tidak aktif d. Lain-lain, sebutkan...
16. Apakah kader sudah mendapatkan pelatihan ?
a. Sudah b. Belum
17. Jika sudah, jenis pelatihan?
a. Deteksi ibu hamil beresiko
b. Sistem 5 meja dalam posyandu
c. Imunisasi
d. Deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita
e. Senam hamil
f. Senam lansia
g. Pengisian KMS
h. Lain-lain, sebutkan...
18. Adakah anggota keluarga yang menjadi dukun beranak ?
a. ada b. Tidak
19. jika ada apakah sudah mendapat pelatihan ?
a. sudah b. Belum
20. jika sudah, jenis pelatihannya :
a. pertolongan persalinan 3B c. Perawatan bayi
b. deteksi dini ibu hamil resti d. Lain-lain, sebutkan...
21. jika ada apakah memiliki dukun kit ?
a. ya b. Tidak
22. jika ya, bagaiman kondisinya ?
a. lengkap b. Tidak lengkap
23. apakah setiap menolong persalinan di dampingi oleh bidan ?
a. ya c. Kadang kadang
b. tidak
24. jika tidak alasannya?
a. Bidan tidak mengetahui c. Bidan sibuk
b. Bidan tidak ada d. Lain-lain, sebutkan...
c. Bidan tidak mau
25. Jika mendapatkan kesulitan dalam menolong persalinan apa yang
dilakukan ?
a. Ditangani sendiri d. Dirujuk ke RS
b. Minta bantuan dukun lain e. Lain-lain, sebutkan...
c. Minta bantuan bidan
26. Adakah anggota keluarga yang meninggal pada waktu satu tahun
terakhir ?
a. Ada b. Tidak
27. Jika ada siapa?
a. Ayah d. Balita
b. Ibu e. Balita
c. Neonatus f. Anak
28. Apakah penyebab kematian tersebut ?
a. Penyakit kronis d. Pendarahan post partum
b. Penadarahan ante partum e. Kelaianan kongnital
c. Pendarahan intra partum f. Lain-lain sebutkan...
a. Ke bidan

M. REMAJA
1. Apakah dalam keluarga ada remaja
a. Ya b. Tidak
2. Jika ya berapa 1 orang umur 20 tahun
3. Jika perempuan,sudahkah menstruasi ?
a. Ya b. Tidak
4. Adakah keluhan saat menstruasi ?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah aktif dalam organisasi
a. Ya b. Tidak
6. Jika tidak alasannya
a. Malu d. Tidak ada wadahnya
b. Tidak ada waktu e. Lain – lain sebutkan
c. Tidak perlu
7. Apakah remaja mengetahui usia reproduksi ?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah remaja mengetahui tentang fungsi reproduksi
a. Ya b. Tidak
9. Apakah remaja mengetahui tentang penyakit menular seksual
a. Ya b. Tidak
10. Apakah ada penyimpangan perilaku ?
a. Ya b. Tidak
11. Jika ya,jenis :
a. Minuman keras c. Ketergantungan obat
b. Narkoba d. Penyalahgunaan kontrasepsi

12. Apakah ada remaja yang sedang sakit?


a. Ya b. Tidak
13. Jika ya, tindakan yang dilakukan
a. Berobat ke sarana pelayanan kesehatan c. Dibiarkan
b. Diobati sendiri d. Berobat ke dukun

N. PRE MENOPAUSE
1. Apakah ada ibu yang sudah menopause/ tidak menstruasi lagi
a. Ya b. Tidak
2. Jika ya, mulai usianya berapa 50 tahun
3. Jika ya, apakah ibu mengalami keluhan
a. Ya b. Tidak
4. Jika ya, jenis keluhan
a. Nyeri sendi e. Kering bagian vagina
b. Muka kemerahan f. Nyeri tuba
c. Emosi labil / mudah tersinggung g. Pandangan kabur
d. Kekuatan otot h. Lain – lain sebutkan
5. Bila ada keluhan apa yang dilakukan
a. Dibiarkan c. Ke pelayanan kesehatan
b. Diobati sendiri d. Ke dukun
6. Persepsi ibu setelah menopause terhadap dirinya
a. Merasa tidak berguna c. Merasa malu / harga diri rendah
b. Curiga terhadap suami d. Tidak dianggap masalah
7. Bagaimana pemenuhan kebutuhan seksual menopause
a. Menolak hubungan seksual b. Melaksanakan hubungan
seksual
8. Bila melaksanakan, apakah ada keluhan nyeri selama bersenggama?
a. Ya b. Tidak

O. ORA NG TUA LANJUT USIA/ LANSIA


1. Apakah ada lansia di keluarga ini
a. Ya b. Tidak
2. Jika ya,usia berapa
a. 65 – 70 tahun b. 70 tahun
3. Apakah lansia saat ini menderita penyakit
a. Ya b. Tidak
4. Jika ya,apa jenis penyakitnya
a. DM g. PPOM
b. Rheumatik h. TB Paru
c. Hipertensi i. Penyakit liver
d. Osteoporosis j. Asma
e. Stroke k. Penyakit kulit
f. Penyakit jantung l. Lain – lain, sebutkan
5. Dengan adanya penyakit, sebutkan apa yang dilakukan
a. Berobat ke sarana pelayanan kesehatan
b. Berobat ke dukun
c. Diobati sendiri, sebutkan....
d. Tidak diobati

6. Apakah ada kelompok lansia?


a. Ya b. Tidak
7. Jika ya,apa kegiatannya?
a. Pengajian d. Wirausaha
b. Arisan e. Lain – lain, sebutkan...
c. Olahraga
8. Jika tidak,alasannya:
a. Alasan geografis c. Lain – lain, sebutkan...
b. Tidak tahu manfaatnya
9. Apakah ada posyandu lansia
a. Ya b. Tidak
10. Jika ya,apakah lansia memiliki KMS?
a. Ya b. Tidak
11. Jika tidak alasannya
a. Tidak tahu
b. Tidak perlu
c. Tidak ada sarana / tidak diberi oleh petugas kesehatan
12. Apakah ada kader posyandu lansia
a. Ya b. Tidak
13. Jika ya, apakah kader aktif?
a. Ya b. Tidak
14. Apakah lansia rutin periksa kesehatannya?
a. Ya b. Tidak
15. Bila ya, kemana?
a. Posyandu e. Dokter
b. Bidan / perawat f. Dukun
c. Puskesmas g. Lain – lain, sebutkan...
d. Rumah sakit
16. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sehari hari?
a. Mandiri c. Dengan bantuan penuh
b. Dengan bantuan minimal
17. Perilaku hidup yang tidak sehat pada lansia
a. Merokok
b. Minum-minuman keras
c. Mengkonsumsi hanya makanan tertentu
d. Tidak mandi
e. Lain – lain, sebutkan...
18. Apakah ada lansia resiko tinggi?
a. Ya b. Tidak
19. Jika ya,sebutkan
a. Lansia dengan penyakit
b. Lansia umur >70 tahun, hidup sendiri
NO DATA MASALAH
1. Saat di lakukan pengkajian Defisit pengetahuan
keluarga pada Ny.i di temukan
pasien tidak mengetahui
informasi tentang penyakit yang
di alami.

2. Saat di lakukan pengkajian pada Manajemen kesehatan


keluarga Ny.i di dapatkan hasil tidak efektif
bahwa aktivitas kehidupan sehari
hari kurang memenuhi tujuan
kesehatan.

3. Saat di lakukan pengkajian pada Gangguan pola tidur


keluarga Ny.i pasien mengatakan
sulit untuk tidur pada malam hari
sehingga menghambat aktivitas
di siang hari
ANALISA DATA

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit pengetahuan
2. Manajemen kesehatan tidak efektif
3. Gangguan pola tidur
NO Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Tupan Tupen
1. Defisit Setelah di lakukan Edukasi kesehatan
pengetahuan intervensi Observasi:
berhubungan keperawatan selama 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
dengan kurang 1x 24 jam maka menerima informasi
terpapar informasi tingkat pengetahuan 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
di buktikan dengan meningkat dengan mengakibatkan dan menurunkan
menanyakan kriteria hasil: motivasi prilaku hidup bersih dan sehat.
masalah yang di 1. Prilaku sesuai Trapeutik:
hadapi anjuran 1. Sediakan materi dan media pendidikan
meningkat kesehaan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
2. Kemampuan
kesepakatan
menjelaskan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
pengetahuan Edukasi;
tentang suatu 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
topik meningkat mempengaruhi kesehatan
3. Pertanyaan 2. Ajarkan prilaku bersih dan sehat
tentang 3. Ajarkan strategi yang dapatdi gnakan
untuk meningkatkan prilaku hidup bersih
masalah
dan sehat
sebelummnya
menurun
2 Manajemen Setelah di lakukan Dukungan koping keluarga
kesehatan tidak intervensi Observasi:
efektif berhubungan keperawatan selama 1. Identifikasi respon emosional terhadap
dengan ketidak 1x 24 jam maka kondisi saat ini
efektifan pola manajemen kesehatan 2. Identifikasi pemahaman tentang
perawatan meningkat dengan keputusan perawatan setelah pulang
keehatan keluarga kriteria hasil : 3. Identifikasi antara harapan
di buktikan dengan 1. Melakukan pasien,keluarga,dan tenaga kesehatan
aktivitas hidup tindakan untuk Trapeutik:
sehari-hari tidak mengurangi 1. Dengarkan masalah ,perasaan dan
efektif untuk faktor resiko pertanyaan keluarga
memenuhi tujuan meningkat 2. Diskusikan rencana medis dan
keehatan 2. Menerapkan perawatan
program 3. Fasilitasi memperoleh pengetahuan,
perawatan keterampilan dan peralatan yang di
meningkat perlukan untuk mempertahankan
3. Aktivitas keputusan perawatan pasien.
kehidupan 4. Hargai dan dukung mekanisme koping
sehari-hari adaptif yang di gunakan
memenuhi Edukasi:
tujuan 1. Informasikan kemajuan pasien secara
kesehatan berkala
meningkat 2. Informasikkan fasilitas perawatan
kesehatan yang tersedia
Kolaborasi:
1. Rujuk untuk terapi keluarga,jika perlu
3 Gangguan pola Setelah di lakukan Dukungan tidur
tidur berhubungan intervensi Observasi:
dengan kurangnya keperawatan selama 1. Identifikasi fktor pengganggu tidur
kontrol tidur di 1x 24 jam maka pola 2. Identifikasi makan dan mium yang
buktikan dengan tidur membaik dengan mengganggu tidur
mengeluh kriteria hasil: 3. Identifikasi obat tidu yang di konsumsi
kemampuan 1. Keluhan tidak
beraktivitas puas tidur Trapeutik:
menurun membaik 1. Modifikasi lingkungan
2. Keluhan 2. Batasi waktu tidur siag,jika perlu
istirahat tidak 3. Tetapkan jadwal tidur
cukup membaik 4. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
Kemampuan kenyamanan
beraktivitas menurun 5. Euaikan jadwal pemberian obat aau
tidakan untuk memnunjang siklus tidur-
terjaga
Edukasi:
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
2. Ajurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan dan
minum yang mengganggu tidur
POA

NO RENCANA RENCANA PELAKSANAAN


KEGIATAN
Sasaran Hari / Tempat Penanggung Jawab
Tanggal
1. Pendataan/ Keluarga rawan 28- Nurisa’ ida ismaya
pencatatan data kesehatan di November -
saran wilayah kerja 2020
perkesmas
2. Pembinaan keluarga Individu,keluarga 28-
November -
2020
3. Perawatan kasus Kau pasca rawat 28-
tindak lanjut inap, kasus DO: November –
(followUp care) Hipertensi 2020
4. Pembinaan Masyarakat 28-
golongan resiko golongan resiko November –
tinggi tinggi 2020
5. Pembinaan Kelompok terikat: 28-
kelompok husus Keluarga November –
2020
6. Diskusi refleks kasus Register kohot 28-
November –
2020
7. Pencatatan dan Buku catatan hasil 28-
pelaporan kegiatan kegiatan November –
perkesmas 2020
8. Pemantauan Cukup 28-
kegiatan perkesmas program,penerapa November –
n proses 2020
keperawatan
9. penilaian Cakupan program, 28-
penerapan proes November -
keperawatan 2020

IMPLEMENTASI

NO DIAGNOSA HARI / IMPLEMENTASI RESPON PARAF


KEPERAWATAN TANGGAL KEPERAWATAN
/ JAM
1 Defisit pengetahuan Minggu/ 29 Edukasi kesehatan
november Observasi:
2020 / 1. Mengidentifikasi
12.00 kesiapan dan
kemampuan
menerima informasi
2. Mengidentifikasi
faktor-faktor yang
dapat mengakibatkan
dan menurunkan
motivasi prilaku hidup
bersih dan sehat.
Trapeutik:
1. menyediakan materi
dan media pendidikan
kesehaan
2. menjadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
3. memberikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi:
1. menjelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. mengajarkan prilaku
bersih dan sehat
3. mengajarkan strategi
yang dapatdi gnakan
untuk meningkatkan
prilaku hidup bersih
dan sehat

2. Manajemen Dukungan koping keluarga


kesehatan tidak Observasi:
efektif 2. Mengidentifikasi
respon emosional
terhadap kondisi saat
ini
3. Mengidentifikasi
pemahaman tentang
keputusan perawatan
setelah pulang
4. Mengidentifikasi
antara harapan
pasien,keluarga,dan
tenaga kesehatan
Trapeutik:
1. mendengarkan
masalah ,perasaan
dan pertanyaan
keluarga
2. mendiskusikan
rencana medis dan
perawatan
3. menfasilitasi
memperoleh
pengetahuan,
keterampilan dan
peralatan yang di
perlukan untuk
mempertahankan
keputusan perawatan
pasien.
4. menghargai dan
dukung mekanisme
koping adaptif yang di
gunakan

Edukasi:
1. menginformasikan
kemajuan pasien
secara berkala
2. menginformasikan
fasilitas perawatan
kesehatan yang
tersedia
Kolaborasi:
1. Mengerjikan untuk
terapi keluarga,jika
perlu

3. Gangguan pola tidur Dukungan tidur


Observasi:
1. Mengidentifikasi fktor
pengganggu tidur
2. mengidentifikasi
makan dan mium
yang mengganggu
tidur
3. Mengidentifikasi obat
tidu yang di konsumsi

Trapeutik:
1. Memodifikasi
lingkungan
2. membatasi waktu tidur
siag,jika perlu
3. meneetapkan jadwal
tidur
4. melakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan
5. membuat jadwal
pemberian obat aau
tidakan untuk
memnunjang siklus
tidur-terjaga
Edukasi:
1. menjelaskan
pentingnya tidur
cukup selama sakit
2. Menganjurkan
menepati kebiasaan
waktu tidur
3. Menganjurkan
menghindari makanan
dan minum yang
mengganggu tidur

Anda mungkin juga menyukai