Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu

memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan

metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan tekanan yang

abnormal pada jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

jaringan (Harrison, 2013; Saputra, 2013). Pada kondisi gagal jantung

kongestif adanya peningkatan tekanan vaskular pulmonal akibat gagal

jantung kiri menyebabkan overload tekanan serta gagal jantung

kanan (Aaronson & Ward, 2010).

Gagal jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas di seluruh dunia (Goodman & Gilman, 2011). risiko

terjadinya gagal jantung semakin meningkat sepanjang waktu.

Menurut data WHO 2013, 17,3 juta orang meninggal akibat gangguan

kardiovaskular pada tahun 2008 dan lebih dari 23 juta orang akan

meninggal setiap tahun dengan gangguan kadiovaskular (WHO, 2013).

Lebih dari 80% kematian akibat gangguan kardiovaskular terjadi di

negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (Yancy,

2013).

Penyebab gagal jantung dapat dibagi menjadi dua, meliputi penyakit

pada miokard (antara lain: penyakit jantung koroner, kardiomiopati,

miokarditis), dan gangguan mekanis pada miokard (antara lain:

1
hipertensi, stenosis aorta, koartasio aorta) (Kabo, 2012). Penyebab

pemicu kardiovaskular ini dapat digunakan untuk menilai kemungkinan

morbiditas kardiovaskuar (Aaronson & Ward, 2010).

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan masalah

kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab kematian tertinggi di

Indonesia (Depkes RI, 2009), maka perlu dilakukan pengendalian

penyakit jantung dan pembulu darah secara berkesinambungan. Gagal

jantung merupakan kondisi akhir dari penyakit jantung dan pembuluh

darah kronis seperti hipertensi, diabetes melitus , aritmia, infark miokard

dan lain – lain menyebabkan polifarmasi yang akan meningkatkan resiko

masalah terkait obat Drug Related Problems (DRPs). DRPs yang dapat

terjadi meliputi interaksi obat dan rentan menimbulkan efek samping obat.

Konsumsi obat dalam jumlah banyak dan dalam jangka panjang

mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien yang buruk, sehingga akan

berpengaruh pada keberhasilan terapi dan menimbulkan peluang

terjadinya rawat inap ulang.

Menurut data dari Dinkes Provnsi Sumatera Selatan, tercatat

jumlah penderita dengan Congestive Heart Failure secara keseluruhan

dari bulan Januari – Desember 2017 berjumlah 2.371 jiwa. Terdiri dari

laki – laki yang berjumlah 955 jiwa dan perempuan berjumlah 1.021 jiwa.

Menurut data dari Dinkes Kota Palembang, tercatat jumlah

penderita dengan Congestive Heart Failure secara keseluruhan pada

tahun 2015 berjumlah 1.754 jiwa, terdiri dari pasien rawat inap berjumlah

825 jiwa dan rawat jalan berjumlah 939 jiwa. Pada tahun 2016 berjumlah
2.518 jiwa, terdiri dari pasien rawat inap berjumlah 984 jiwa dan rawat

jalan berjumlah 1.534 jiwa. Pada tahun 2017 berjumlah 2.151 jiwa, terdiri

dari pasien rawat inap berjumlah 475 jiwa dan rawat jalan berjumlah

1.676 jiwa.

Data Medical Record RS TK.II dr. AK Gani Palembang di Ruangan

Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan kasus Congestive Heart Failure

pada tahun 2017 sebanyak 233 jiwa.

2. Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup dalam karya tulis ilmiah ini mencakup wilayah

keperawatan Kegawat Darurat IGD dengan judul yaitu Asuhan

Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Tn.K dengan Congestive Heart

Failure di ruang IGD Rumah Sakit Tk.II dr.AK Gani Palembang tahun

2018.

3. Tujuan Penulisan

a) Tujuan Umum

Untuk dapat mengambarkan secara nyata bagaimana penerapan atau

pelaksana Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan pada Tn.K yang

menderita Congestive Heart Failure diruang IGD RS Tk.II dr.AK Gani

Palembang tahun 2018.

b) Tujuan Khusus

Dari tujuan umum diatas didapatkan tujuan khususnya yaitu

sebagai berikut:
a) Dapat melaksanakan pengkajian pada Tn.K dengan Congestive

Heart Failure diruang IGD RS Tk.II dr.AK Gani Palembang tahun

2018.

b) Dapat menganalisa dan merumuskan diagnosa keperawatan yang

terjadi pada Tn.K dengan Congestive Heart Failure diruang IGD

RS Tk.II dr.AK Gani Palembang tahun 2018.

c) Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada Tn.K dengan

Congestive Heart Failure diruang IGD RS Tk.II dr.AK Gani

Palembang tahun 2018.

d) Dapat melakukan tindakan keperawatan pada Tn.K dengan

Congestive Heart Failure diruang IGD RS Tk.II dr.AK Gani

Palembang tahun 2018.

e) Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan

pada Tn.K dengan Congestive Heart Failure diruang IGD RS Tk.II

dr.AK Gani Palembang tahun 2018.

4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Akper Kesdam II / Sriwijaya

Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas

pendidikan keperawatan, khususnya berkaitan dengan penyakit

Congestive Heart Failure sehingga menambah pengetahuan bagi

para pembaca.
b. Bagi RS TK.II dr. AK Gani Palembang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan asuhan atau

penjelasan dan acuan kepada semua petugas kesehatan, serta dalam

memberikan penyuluhan dan keterangan mengenai Congestive Heart

Failure diruangan IGD RS Tk.II dr.AK Gani Palembang tahun 2018.

c. Bagi Penulis Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

menambah wawasan serta keterampilan dalam menganalisa masalah

trauma penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien

Congestive Heart Failure.

5. Metode Penulisan

Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam study kasus ini,

penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara/interview

Pengkajian ini dilakukan dengan cara tanya jawab langsung

kepada klien, keluarga pasien dan perawat kesehatan. Untuk

mendapatkan dan memperoleh data yang diharapkan.

b. Observasi

Penulis mengadakan pengamatan langsung pada pasien tersebut

sehingga penulis dapat mengumpulkan data yang tepat.


c. Pemeriksaan fisik

Pengambilan data tersebut dilakukan dengan menggunakan cara:

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk melengkapi data.

d. Pengukuran

Untuk melengkapi data tersebut melalui catatan status pasien,

catatan keperawatan pasien, data-data medik dan pemeriksaan

diagnostik.

e. Sumber buku

Yaitu pengumpulan data dengan cara pengembalian data teoritis

melalui bahan bacaan dari sumber buku yang ada hubungannya

dengan judul karya tulis ilmiah.

6. Sistemika Penulisan

Adapun sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar sebagai

berikut :

1. BAB 1 PENDAHULUAN

Berisi uraian tentang latar belakang,ruang lingkup penulisan, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika

penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang konsep dasar penyakit dan proses keperawatan dan

pengkajian sampai evaluasi.


3. BAB III TINJAUAN KASUS

Berisi tentang uraian kasus, data-data tentang klien dan penerapan

asuhan keperawatan secara langsung terhadap klien.

4. BAB IV PEMBAHASAN

Memberikan dan menjelaskan kesenjangan yang ada antara teori dan

penerapan asuhan keperawatan pada klien secara langsung.

5. BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dari BAB pertama sampai BAB keempat dan

saran yang dapat diberikan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana

jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi

kebutuhan sel – sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat.

(Udjianti, 2010)

Gagal jantung (CHF) merupakan sindrom klinis yang kompleks

dengan gejala gejala yang tipikal dari sesak nafas (dispneu) dan mudah

lelah (fatigue) yang dihubungkan dengan kerusakan fungsi maupun

struktur dari jantung yang menganggu kemampuan ventrikel untuk

mengisi dan mengeluarkan sirkulasi darah. (Syamsudin, 2011)

Gagal jantung (CHF) merupakan suatu keadaan patologis adanya

kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal mempertahankan

darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau

kemampuannya hanya ada kala disertai peningkatan tekanan pengisian

ventrikel. (Aspiani, 2014)

Gagal jantung kongestif (CHF) adalah kondisi dimana otot jantung

tidak memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh,

gagal jantung tidak berarti bahwa jantung benar – benar gagal bekerja.

Ketika gagal jantung kongestif, kemampuan jantung untuk memompa

darah menjadi lemah dan kurang bertenaga. Seperti, perputaran aliran

8
darah melalui jantung dan tubuh dengan lebih lambat, menyebabkan

meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan

pembuluh darah mendorong cairannya ke jaringan tubuh lainnya,

menyebabkan penumpukan di paru – paru, hati, tangan, kaki dan saluran

pencernaan.
2. Anatomi & Fisiologi

Gambar 1.1 Anatomi Jantung

Sumber: https://edyutomo.com/mengenal-bagian-bagian-jantung-manusia/

1) Anatomi Kardiovaskuler

Berdasarkan gambar diatas, secara anatomi terdapat beberapa

bagian jantung antara lain:

a. Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar

dari ventrikel sinistra.

b. Atrium kanan berfungsi untuk menampung darah miskin.

c. Atrium kiri berfungsi untuk menerima darah kaya oksigen dari paru

melalui keempat vena pulmonari. Darah kemudian mengalir ke

ventrikel kiri.
d. Ventrikel kanan berupa pompa otot, menampung darah dari atrium

kanan dan memompanya ke paru melalui arteri pulmonari.

e. Ventrikel kiri merupakan bilik paling besar dan paling berotot,

menerima darah kaya oksigen dari paru melalui atrium kiri dan

memompanya ke dalam sistem sirkulasi melalui aorta.

f. Arteri pulmonari merupakan pembuluh darah yang keluar dari dekstra

menuju ke paru – paru, arteri pulmonari membawa darah dari ventrikel

dekstra ke paru – paru (pulmo).

g. Katup trikuspidalis, terdapat diantara atrium dekstra dengan ventrikel

dekstra yang terdiri dari 3 katup.

h. Katup biskupidalis, terdapat diantara atrium sinistra dengan ventrikel

sinistra yang terdiri dari 2 katup.

i. Vena kava superior dan Vena kava inferior mengalirkan darah ke

atrium dekstra.

(Reny Yuli Aspiani, 2014)

2) Fisiologi Kardiovaskuler

Fisiologi Jantung (Sistem Kardiovaskuler)

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan

dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Jantung berada di

dalam thorak, antara kedua paru – paru dan dibelakang sternum, dan

lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan. Ukuran jantung kira – kira

sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220- 260 gram.
Jantung terbagi atas sebuah septum atau sekat menjadi dua belah, yaitu

kiri dan kanan.

Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen keseluruh tubuh

dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida).

Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah

yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam

paru – paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang

karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya

oksigen dari paru – paru dan memompanya ke jaringan seluruh tubuh.

Jantung dibungkus oleh sebuah lapisan disebut lapisan perikardium,

dimana lapisan perikardium dibagi menjadi dua lapisan yaitu:

a) Perikardium fibrosa (viseral)

Bagian kantung yang membatasi pergerakan jantung terikat dibawah

sentrum tendinium diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar,

melekat pada sternum melalui ligamentum sternoperikardial.

b) Perikardium serosum (parietal)

Bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa.

Siklus Sistem Kardiovaskuler

1) Siklus Jantung

Jantung mempunyai mempunyai empat pompa terpisah, dua

pompa primer atrium dan dua pompa tenaga ventrikel. Periode akhir

kontraksi jantung sampai akhir kontraksi berikutnya dinamakan siklus

jantung. Tiap – tiap siklus dimulai oleh timbulnya potensi aksi secara
spontan. Simpul Sino Atrial (SA) terletak pada dinding posterior atrium

dekstra dekat muara vena superior. Potensial aksi berjalan dengan

cepat melalui berkas Atrio Ventrikular (AV) ke dalam ventrikel, karena

susunan khusus penghantar atrium berkontraksi mendahului ventrikel.

Atrium bekerja sebagai pompa primer bagi ventrikel dan ventrikel

menyediakan sumber tenaga utama bagi pergerakan darah melalui

sistem vaskular.

2) Curah Jantung

Menurut Syaifuddin (2012) curah jantung merupakan faktor utama

dalam sirkulasi yang mempunyai peranan penting dalam transportasi

darah yang mengandung berbagai nutrisi. Pada keadaan normal

jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri dan ventrikel kanan

sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi penimbunan darah di

tempat tertentu, misalnya bila jumlah darah yang dipompakan ventrikel

dekstra lebih besar dari ventrikel sinistra.

Jumlah darah tidak dapat diteruskan oleh ventrikel kiri ke

perderahan darah sistemik sehingga terjadi penumpukan darah di

paru. Besar curah jantung seseorang tidak selalu sama, tergantung

pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung akan meningkat pada waktu

kerja berat, stres, peningkatan suhu lingkungan, sedangkan curah

jantung menurun ketika waktu tidur.


3. Etiologi

a) Infeksi

Pasien dengan kongesti vaskular paru akibat gagal ventrikel kiri lebih

rentan terhadap infeksi paru daripada subjek normal dan setiap infeksi

dapat memicu gagal jantung. Demam, takikardia, hipoksemia dan

peningkatan tuntutan metabolik yang ditimbulkannya semakin

memperberat beban miokardium yang memang sudah kelebihan

beban (namun masih bisa dikompensasi) pada pasien dengan

penyakit jantung kronis.

b) Anemia

Dengan keberadaan anemia, kebutuhan oksigen untuk jaringan

metabolisasi hanya bisa dipenuhi dengan kenaikan curah jantung.

c) Tirotoksikosis dan kehamilan

Tirotoksikosis dan kehamilan juga ditandai dengan kondisi curah

jantung yang tinggi. Perkembangan dan intensifikasi gagal jantung

pada seseorang pasien dengan penyakit jantung yang terkompensasi

sesungguhnya merupakan salah satu manifestasi klinis utama untuk

hipertiroidisme.

d) Aritmia

Pada pasien dengan penyakit jantung terkompensasi, aritmia

penyebab pemicu gagal jantung.

e) Miokarditis rematik, virus, dan bentuk miokarditis lain


Demam rematik akut dan sejumlah proses infeksi atau inflamasi

menyerang miokardium dapat memicu gagal jantung pada pasien

dengan atau tanpa gagal jantung.

f) Infeksi endokarditis

Kerusakan valvular lebih lanjut, anemia, demam, dan miokarditis yang

sering terjadi sebagai konsekuensi dari endokarditis infektif sering kali

bisa memicu gagal jantung.

g) Aktivitas fisik berlebihan

Pertambahan asupan sodium secara tiba – tiba (misalnya dengan

makan banyak), penghentian obat gagal jantung secara tidak tepat,

transfusi darah, aktivitas berlebihan, panas atau lembab berlebihan,

serta krisis emosional.

h) Hipertensi sistemis

Peningkatan tekanan darah secara cepat bisa menimbulkan hilangnya

kemampuan kompensasi jantung (dekompensasi).

i) Infark miokard

Infark yang baru dapat merusak fungsi ventrikel dan memicu gagal

jantung.

j) Embolisme paru

Pasien yang tidak aktif secara fisik dan memiliki curah jantung rendah

beresiko tinggi mengalami trombus di vena ekstremitas bawah atau

pelvis.

Pencarian sistematis terhadap penyebab/pemicu harus dilakukan pada

setiap pasien yang baru mengalami gagal jantung ataupun yang


mengalami gagal jantung ataupun mengalami perburukan. Jika dikenali

dengan baik, penyebab pemicu jantung bisa diobati dengan lebih efektif

dibandingkan penyebab utama. (Syamsudin, 2014)

4. Patofisiologi

Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokard yang khas pada gagal

jantung akibat penyakit jantung iskemik, menganggu kemampuan

pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang

menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu

ventrikel. Sebagai respons terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme

primer yang dapat dilihat:

1. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik,

2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem renin angiotensin

aldosteron, dan

3. Hipertrofi ventrikel.

Ketiga respons kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk

mempertahankan curah jantung, Kelainan pada kerja ventrikel dan

menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas.

Dengan berlanjutnya gagal jantungmaka kompensasi akan menjadi

kurang efektif.

Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai

serangkaian peristiwa:

1. Penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus,

2. Pelepasan renin dari aparatus juksta glomerulus,


3. Interaksi renin dengan angiotensinogen dalam darah untuk

menghasilkan angiotensin I,

4. Konversi angiotensi I menjadi angiotensin II,

5. Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal, dan

6. Retensi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul.

Respons kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah

hipertrofi miokardium atau bertambahnya tebal dinding. Hipertrofi

meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel – sel miokardium; tergantung

dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal jantung,

sarkomer dapat bertambah secara paralel atau serial. Respons

miokardium terhadap beban, volume, seperti pada regurgitasi aorta,

ditandai dengan dilatasi dan bertambahnya tebal dinding. (Reny Yuli

Aspiani, 2014)

5. Manifestasi Klinis

a. Gagal jantung Kiri

Keluhan berupa perasaan badan lemah, cepat lelah, berdebar – debar,

sesak nafas, batuk, anoreksia dan keringat dingin, batuk dan/atau

berdarah, fungsi ginjal menurun. Tanda dan gejala kegagalan ventrikel

kiri:

1. Kongesti vaskuler pulmonal

2. Dispnea, nyeri dada dan syok

3. Ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal

4. Batuk iritasi, edema pulmonal akut


5. Penurunan curah jantung

6. Gallop atrial –S4, gallop ventrikel –S1

7. Crackles paru

8. Disritmia pulsus alterans

9. Peningkatan berat badan

10. Pernafasan chyne strokes

11. Bukti radiografi tentang kongesti vaskuler pulmonal

b. Gagal jantung kanan

Edema, anoreksia, mual, asites, sakit daerah perut. Tanda dan

gejala kegagalan ventrikel kanan:

1. Curah jantung rendah

2. Distensi vena jugularis

3. Edema

4. Disritmia

5. S3 dan S4 ventrikel kanan

6. Hipersonor pada perkusi

7. Imobilisasi diafragma rendah

8. Peningkatan diameter pada antero posterial

(Reny Yuli Aspiani, 2014)

6. Komplikasi

1. Asites

2. Hepatomegali

3. Edema paru
4. Hidrotoraks

(Reny Yuli Aspiani, 2014)

7. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium

Tidak ada pemeriksaan khusus yang dapat menegakkan diagnosis

gagal jantung. Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk

mengetahui sejauh mana gagal jantung telah menganggu fungsi organ

lain, seperti hati, ginjal dan lain – lain.

a. Pemeriksaan darah lengkap (leukosit, hemoglobin, hematokrit dan

trombosit).

b. Pemeriksaan Troponin T.

c. Pemeriksaan Isoenzim CK – MB.

d. Pemeriksaan SGOT.

e. Pemeriksaan Hiperlipidemia.

2. Radiologi

a. Bayangan hulu paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin

kepinggir berkurang.

b. Lapang paru bercak – bercak karena edema paru.

c. Distensi vena paru.

d. Hidrotoraks.

e. Pembesaran jantung, rasio kardio – toraks meningkat.


3. EKG

Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik, hipertrofi ventrikel,

gangguan irama) dan tanda – tanda faktor pencetus akut (infark

miokard, emboli paru).

4. Ekokardiografi

Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi

penyebab gagal jantung.

5. Katerisasi jantung

Pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP) 10 mmHg atau pulmonary

arterial wedge pressure >12 mmHg dalam keadaan istirahat. Curah

jantung lebih rendah dari 2,7 1/menit/m2 luas permukaan tubuh.

(Reny Yuli Aspiani, 2014)

8. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan CHF meliputi:

a. Non Farmakologis

1) CHF Kronik

a) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan

menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau

pembatasan aktivitas.

b) Diet pembatasan natrium (< 4 gr/hari) untuk menurunkan

edema.
c) Menghentikan obat – obatan yang memperparah seperti

NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan

retensi air dan natrium.

d) Pembatasan cairan (kurang lebih 1.200 – 1.500 cc/hari).

e) Olahraga secara teratur.

2) CHF Akut

a) Oksigenasi (ventilasi mekanik).

b) Pembatasan cairan (< 1,5 liter/hari)

b. Farmakologis

Tujuan: untuk mengurangi afterload dan preload

1) First line drugs; diuretic

Tujuan: mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan

mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi diastolic.

Obatnya adalah: thiazide diuretic untuk CHF sedang, loop diuretic,

metolazon (kombinasi dari loop diuretic untuk meningkatkan

pengeluaran cairan), Kalium – Sparing diuretic.

2) Second line drugs; ACE inhibitor

Tujuan: membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja

jantung.

Obatnya adalah:

a) Digoxin; meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan

untuk kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan

pengembangan ventrikel untuk relaksasi.


b) Hidralazin; menurunkan afterload pada disfungsi sistolik.

c) Isobarbide dinitrat; mengurangi preload dan afterload untuk

disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.

d) Calcium Channel Blocker; untuk kegagalan diastolic,

meningkatkan relaksasi dan pengisian ventrikel (jangan dipakai

pada CHF kronik).

e) Beta Blocker; sering dikontraindikasikan karena menekan

respon miokard. Digunakan pada disfungsi diastolic untuk

mengurangi HR, mencegah iskemik miokard, menurunkan TD,

hipertrofi ventrikel kiri.

c. Pendidikan Kesehatan

1) Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang

penyakit dan penanganannya.

2) Informasi difokuskan pada; monitoring BB setiap hari dan intake

natrium.

3) Diet yang sesuai untuk lansia CHF: pemberian makanan tambahan

yang banyak mengandung kalium seperti; pisang, jeruk dan lain –

lain.

4) Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat

ditoleransi dengan bantuan terapis.

(Kasron, 2016)
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Anamnese

1) Identitas Klien

Nama inisial, umur, jenis kelamin, agama, status, pendidikan,

pekerjaan, alamat, No.RM, diagnosa medis.

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama inisial, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat,

hubungan dengan klien.

2. Pengkajian Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan utama klien dengan CHF (Congestive Heart Failure) adalah

sesak nafas, nyeri dan kelemahan saat beraktivitas.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan

utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan

mengenai kelemahan fisik klien secara PQRST, yaitu:

1) Provoking incident; kelemahan fisik terjadi setelah melakukan

aktivitas ringan sampai berat, sesuai dengan gangguan pada

jantung.

2) Quality of pain; seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan

aktivitas yang dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap

beraktivitas klien merasak sesak nafas.


3) Region; apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau memengaruhi

keseluruhan sistem otot rangka dan apakah disertai

ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.

4) Severity (scale) of pain; kaji rentang kemampuan dalam melakukan

aktivitas sehari – hari. Biasanya kemampuan klien dalam

beraktivitas menurun sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami

organ.

5) Time; sifat mulai timbulnya, keluhan kelemahan beraktivitas

biasanya setiap saat, baik saat istirahat maupun saat beraktivitas.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian RPD yang mendukung dikaji dengan menanyakan

apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi,

iskemia miokardium, diabetes mellitus, dan hiperlipidemia.

Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien

pada masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-

obatan ini meliputi obat diuretic, nitrat, penghambat beta, serta

antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.

Alergi obat dan reaksi alergi yang timbul. Sering kali klien menafsirkan

suatu alergi sebagai efek samping obat.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tanyakan pasien penyakit yang pernah dialami oleh kelurga. Bila ada

keluarga yang meninggal tanyakan penyebab meninggalnya. Penyakit


jantung pada orang tuanya juga menjadi faktor utama untuk penyakit

jantung iskemik pada keturunannya (Ardiansyah, 2012).

e. Riwayat Penyakit Psiko-Sosio-Spiritual

Kecemasan dan koping yang tidak efektif sering didapatkan pada klien

dengan CHF (Congestive Heart Failure). Status ekonomi berdampak

pada asuransi kesehatan dan perubahan mekanisme peran dalam

keluarga. Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu

pencetus bagi klien menderita CHF (Congestive Heart Failure) baik

gangguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar, sampai

lingkungan kerja.

3. Kebutuhan Bio – Psiko – Sosial – Spiritual

a) Aktivitas/istirahat

Klien biasanya mengeluh mengalami keletihan/kelelahan terus –

menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada pada saat beraktivitas

dan dispnea pada saat istirahat.

b) Sirkulasi

Biasanya klien memiliki riwayat hipertensi, infark miokard baru/akut,

episode GJK sebelumnya, penyakit jantung, bedah jantung,

endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki,

abdomen.
c) Integritas ego

Klien menyatakan ansietas, khawatir dan takut. Stress yang

berhubungan dengan penyakit/keprihatinan finansial (pekerjaan/biaya

perawatan medis)

d) Eliminasi

Klien menyatakan penurunan dalam berkemih, urine klien berwarna

gelap, suka berkemih pada malam hari (nokturia), diare / kontipasi.

e) Makanan/cairan

Klien menyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu mual/muntah,

bertambahnya berat badan secara signifikan.

f) Hygiene

Klien menyatakan merasa letih/lemah, kelelahan yang dirasakan klien

yaitu selama melakukan aktivitas perawatan diri.

g) Neurosensori

Klien menyatakan tubuhnya lemah, suka merasakan pusing, dan

terkadang mengalami pingsan.

h) Nyeri/kenyamanan

Klien mengeluh nyeri dada, angina akut/kronis, nyeri abdomen kanan

atas dan sakit pada otot.

i) Pernafasan

Klien menyatakan dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk

dengan beberapa bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,

riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernafasan.


j) Keamanan

Klien menyatakan mengalami perubahan dalam fungsi mental,

kehilangan kekuatan, tonus otot, kulit lecet.

k) Interaksi sosial

Klien menyatakan sudah jarang mengikuti kegiatan sosial yang biasa

dilakukan

l) Pembelajaran/pengajaran

Klien menyatakan menggunakan/lupa menggunakan obat – obat

jantung, misal: penyekat saluran kalsium.

4. Pemeriksaan Fisik (B1 - B6)

a. Keadaan umum:

Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien gagal jantung

biasanya baik atau composmentis dan akan berubah sesuai tingkat

gangguan perfusi sistem saraf pusat.

b. Tanda – tanda vital

Melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital pasien, meliputi

pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, respirasi dan suhu badan.

c. Pemeriksaan:

1) Breathing (B1)

Gejala – gejala kongesti vascular pulmonal adalah dispnea,

ortopnea, dispnea nocturnal pasroksismal, batuk dan edema

pulmonal akut, takipnea. Adanya sputum mungkin bersemu darah.


2) Blood (B2)

- Inspeksi:

Inspeksi tentang adanya parut pada dada, keluhan kelemahan

fisik dan adanya edema ekstremitas. Ujung jari kebiruan, bibir

pucat abu – abu.

- Palpasi:

Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.

- Auskultasi:

Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume

sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup

biasanya ditemukan apabila gagal jantung adalah kelainan

katup. Irama jantung disritmia. Bunyi jantung S3 (gallop) adalah

diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.

- Perkusi

Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan

adanya hipertrofi jantung (kardiomegali).

3) Brain (B3)

Kesadaran klien biasanya composmentis. Sering ditemukan

sianosis perifer apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat.

Pengkajian objektif klien meliputi wajah meringis, menangis,

meregang dan menggeliat.


4) Bladder (B4)

Pengukuran volume output urine selalu dihubungan dengan intake

cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria karena

merupakan tanda awal dari syok kardiogenik. Adanya edema

ekstremitas menunjukkan adanya retensi cairan yang parah.

Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari

(nokturia).

5) Bowel (B5)

- Hepatomegali

Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran atas abdomen

terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini

berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat

sehingga cairan terdorong masuk ke rongga abdomen, suatu

kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan ini dapat

menyebabkan tekanan pada diafragma sehingga klien dapat

mengalami distress pernafasan.

- Anoreksia

Anokreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat

pembesaran vena dan stasis vena didalam rongga abdomen.

6) Bone (B6)

- Ekstremitas

Pada ujung jari terjadi kebiruan dan pucat. Warna kulit pucat

dan sianosis.
- Edema

Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung

yang dapat dipercaya dan tentu saja, ini sering ditemukan bila

gagal ventrikel kanan telah terjadi. Ini sedikitnya merupakan

tanda yang dapat dipercaya bahwa telah terjadi disfungsi

ventrikel .

- Mudah lelah

Klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah, hal ini

terjadi akibat curah jantung yang berkurang yang dapat

menghambat sirkulasi normal dan suplai oksigen ke jaringan

dan menghambat pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga

terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk

bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernafasan

dan batuk.

Perfusi yang kurang pada otot – otot rangka menyebabkan

kelemahan dan keletihan. Gejala – gejala ini dapat dipicu oleh

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau anoreksia.


5. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiogram dada

Kongesti vena paru, redistribusi vaskuler pada lobus – lobus atas

paru, kardiomegali.

b. Kimia darah

Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung,

Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat.

c. Urine

Lebih pekat, bunyi jantung meningkat, natrium meningkat.

d. Fungsi Hati

Pemanjangan masa protombin, peningkatan bilirubin, dan enzim

hati (SGOT dan SGPT meningkat).

(Wijaya & Putri , 2013)


6. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, berhubungan dengan

penurunan curah jantung, kongesti vena sekunder terhadap

kegagalan kompensasi jantung.

2) Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan akumulasi cairan

dalam alveoli paru sekunder terhadap status hemodinamik tidak

stabil.

3) Kelebihan volume cairan: edema, berhubungan dengan

peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, penurunan aliran

darah ke ginjal, penurunan laju filtrasi glomerulus (peningkatan

produksi ADH dan retensi + air garam).

4) Gangguan pola tidur, berhubungan dengan nyeri dan sesak nafas.

5) Kerusakan integritas kulit: ulkus dekubitus, berhubungan dengan

imobilisasi/intoleransi aktivitas, edema dan perubahan perfusi

jaringan.
7. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA
NO LUARAN KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN

1. Perfusi perifer Luaran utama: Perawatan sirkulasi

tidak efektif - perfusi perifer observasi

Perfusi perifer tidak efektif - Pemeriksaan sirkulasi perifer

diharapkan meningkat dengan (mis. Nadi perifer,

kriteria hasil: edema,pengisin kapiler,

- denyut nadi perifer warna, suhu, anklebakterial

- warna kulit pucat index)

- pengisian kapiler - Identifikasi faktor resiko

- akral gangguan sirkulasi (mis.

- turgor kulit Diabetes, peroko, orang tua,

hipertensi dan kadar kolestrol

tinggi)

- Monitor panas, kemerahan,

nyeri, atau bengkak pada

ekstremitas

Teraupetik:

- Hindari pemasangan infus

atau pengambilan darah dari

daerah keterbatasan perfusi.


- Hindari pengukuran tekanan

darah pada ekstremitas

dengan keterbatasan perfusi.

- Hindari penekanan dan

pemasangan torniquet pada

daerah yang cidera.

Edukasi

- Anjurkan berhenti merokok

- Anjurkan berolahraga rutin

- Anjurkan mengecek air mandi

untuk menghindari kulit terbakar.

2. Gangguan Luaran utama: Pemantauan respirasi

pertukaran gas - Pertukaran gas Observasi:

Gangguan pertukaran gas - Monitor frekuensi, irama,

diharapkan meningkat dengan kedalaman dan upaya nafas

kriteria: - Monitor pola nafas (mis.

- dispenia Bradipnea, takipnea,

- bunyi nafas tambahan hiperventilasi, kussmaul)

- PCO2 - Monitor kemampuan batuk

- PO2 efektif

- Takidarki Terapeutik:

- pH arteri - Atur interval pemantauan

respirasi sesuai kondisi pasien


- Dokumentasi hasil

pemantauan

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan prosedur

pemantuan

- Informasi hasil pemantauan,

jika perlu

3. Gangguan pola Luaran utama: Dukungan tidur

tidur - pola tidur Observasi:

Gangguan pola tidur - Identifikasi pola aktivitas

diharapkan membaik dengan dan tidur

kriteria hasil: - Identifikasi faktor

- keluhan sulit tidur pengganggu tidur (fisik)

- keluhan sering terjaga dan/psikologis

- keluhan tidak puas tidur - Identifikasi makanan dan

- keluhan pola tidur minuman yang

berubah mengganggu (mis. Kopi,

- keluhan istirahat tidak teh, alkohol, makan

cukup mendekati waktu tidur,

minum banyak air

sebelum tidur

Terapeutik:

-Modifikasi lingkungan (mis.


Pencahayaan, kebisingan,

suhu, matras, dan tempat

tidur)

-Batasi waktu tidur siang, jika

perlu

-Fasilitasi menghilangkan stres

sebelum tidur

Edukasi

- Jelaskan pentingnya tidur

cukup selama sakit

-Anjurkan menepati kebiasaan

waktu tiduur

- Anjurkan menghindari

makanan / minuman yang

mengganggu tidur

4. Gangguan Luaran utama: Perawatan Integritas kulit

integritas kulit Integritas kulit dan jaringan Observasi:

Gangguan integritas kulit -Identifikasi penyebab

meningkat dengan kreteria gangguan integritas

hasil: kulit( mis. Perubahan

- kerusakan jaringan sirkulasi, perubahan stasus

- kerusakan lapisan kulit nutrisi, penurunan

kelembaban, suhu
lingkungan ekstrim,

penurunan mobilitas).

Terapeutik:

-Ubah posisi setiap 2 jam jika

tirah baring

-Lakukan pemijatan pada area

penonjolan tulang, jika perlu

-Bersihkan perineal dengan air

hangat, terutama selama

periode diare.

Edukasi:

-Anjurkan menggunakan

pelembab( mis. Lotion,

serum.)

-Anjurkan minum air yang

cukup.

-Anjurkan meningkatkan

asupan nutrisi.
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN

Inisial Pasien : Tn. “K” Diagnosa Medis Congestive Heart Failureenis


Kelamin : Laki-laki No. Med. Record : 345XXX
Nomor Tgl/ Implementasi Tgl/ Evaluasi
Diagnosa Jam Keperawatan Jam
D. 0056 19-04- 1. Melakukan 19-04- S:
2017 2017
pemeriksaan tanda – - Klien mengatakan

tanda vital. jantungnya masih sering

2. Mengkaji tanda berdebar – debar

penurunan curah O:

3. Melakukan tindakan - Kesadaran

EKG jantung. composmentis

4. Melakukan - GCS (E4 M6 V5)

pemasangan infus - TTV: TD : 150/80mmHg

N : 96 x/menit

RR: 30 x/menit

T : 36,8°C

- Irama pernafasan

ireguler

- Dispnea (+)

- Sianosis (+)

A: Masalah teratasi sebagian.

P: Intervensi dilanjutkan, klien

pindah

ruangan.

D. 0080 20-04- 20-04- S:


2017 2017
- Klien mengatakan sulit

beraktivitas dikarenakan
1. Membantu untuk
mendapatkan alat pembengkakan di daerah

bantuan aktivitas kaki.

seperti kursi roda, krek.


O:
2. Membantu pasien /
- Kaki klien tampak
keluarga untuk
odema.
mengidentifikasi
- Klien tampak sulit
kekurangan dalam
melakukan aktivitas
beraktivitas
A: Masalah teratasi sebagian.
3. Membantu pasien
P: Intervensi dilanjutkan, klien
untuk
pindah ruangan.
mengembangkan

motivasi diri

4.
D. 0012 21-07- 1. Melakukan 21-07- S:
2017 2017
- Klien mengatakan sesak
pemeriksaan tanda –
nafas berkurang.
tanda vital.
- Klien mengatakan dada
2. Mengkaji status
masih sering berdebar –
pernafasan dan catat
debar.
adanya suara
- Klien mengatakan masih
tambahan.
lemas.
3. Memberikan posisi O:
nyaman semi fowler. - Klien terpasang O2 nasal

4. Memberikan kanul dengan kecepatan

tindakan oksigenasi. 4L/mnt.

5. Mengajarkan teknik - TD: 150/80 mmHg

N : 96 x/mnt
nafas dalam.
RR: 30x/mnt

T : 36,8°C

- Suara tambahan tidak

ada

A: Masalah teratasi sebagian.

P: Intervensi dilanjutkan, klien

pindah ruangan.

BAB IV

PEMBAHASAN
A. Pembahasan

Bab ini penulis akan membahaskan masalah yang ditemukan pada

proses Asuhan Keperawatan pada Tn.K dengan Congestive Heart Failure

di ruang IGD RS TK.II dr.Ak Gani Palembang yang dilakukan pada

tanggal 9 April 2018.

Selain itu penulis akan membahas faktor pendukung dan

kesenjangan yang terjadi antara teori dan kenyataan yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi. Prinsip dari

pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia di

dalam asuhan keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses asuhan

keperawatan, cara yang digunakan dalam pengkajian klien antara lain

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi

dengan mempelajari rekam medik klien.

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn.K dengan

Congestive Heart Failure di ruang IGD RS TK.II dr.AK Gani

Palembang selama 1 hari, penulis menemukan kesenjangan antara

teori dengan kenyataan yang ada di ruangan, penulis juga

menemukan beberapa faktor penghambat dan faktor pendukung

kelancaran proses keperawatan yang telah dilaksanakan.


Selama melaksanakan pengkajian penulis mendapatkan

kemudahan, adanya kemudahan yang diperoleh adalah adanya kerja

sama dengan baik antara kepala ruangan, perawat serta kerja sama

dari keluarga yang mempermudahkan penulis untuk mendapatkan

data subjektif maupun objektif.

Selain itu klien mau diajak berkomunikasi sehingga data dapat

diperoleh dengan baik dan mudah. Penulis dapat melakukan asuhan

keperawatan dengan baik pada klien Tn.K dengan Congestive Heart

Failure, karena adanya kerja sama antar penulis dan Tn.K

Dalam proses asuhan keperawatan, data – data yang mungkin

muncul pada klien Congestive Heart Failure menurut teori Nurarif,

amin huda (2015) adalah Syndrome klinik (sekumpulan tanda dan

gejala), ditandai oleh sesak nafas dan fatigue (saat istirahat atau saat

aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung,

seperti: sesak nafas.

Berdasarkan data – data, baik dari klien maupun dari catatan list,

maka penulis dapat menyimpulkan bahwa keluhan klien dapat

mendekati teori dengan hasil yang dapat atau diperoleh oleh penulis.

2. Diagnosa Keperawatan
Dalam tahap ini secara teoritis diagnosa keperawatan yang

mungkin timbul pada klien Gagal Jantung Kongestif menurut (Amin

Huda Nurarif, 2015 dalam buku Nanda NIC dan NOC), yaitu:

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

2) Ketidak efektifan pola nafas b.d keletihan otot – otot

pernafasan, disfungsi neuromuscular, sindrom hipoventilasi.

3) Gangguan pertukaran gas.

4) Nyeri akut.

5) Penurunan curah jantung.

6) Resiko penurunan perfusi jaringan jantung.

7) Kelebihan volume cairan.

8) Intoleransi aktivitas b.d kelelahan atau dispneu akibat turunnya

curah jantung.

9) Kerusakan integritas kulit.

10) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

11) Defisit perawatan diri.

12) Ansietas b.d kesulitan nafas dan kegelisahan akibat oksigenasi

yang tidak adekuat.

Setelah melakukan pengkajian terhadap Tn.K hanya didapatkan 3

diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori yang ditemukan

oleh (Amin Huda Nurarif, 2015 dalam buku Nanda NIC dan NOC)

yaitu: Gangguan pertukaran gas; Penurunan curah jantung;

Intoleransi aktivitas.

3. Intervensi
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, langkah – langkah

selanjutnya adalah perencanaan diantaranya. Pada diagnosa

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sesak nafas.

Intervensi yang penulis lakukan adalah auskultasi suara nafas dalam

catat adanya suara nafas tambahan, monitor tanda – tanda vital,

pemberian tindakan oksigenasi, atur posisi pasien.

Pada diagnosa Penurunan curah jantung berhubungan dengan

perubahan frekuensi jantung. Intervensi yang penulis lakukan adalah

monitor tanda - tanda vital, mengkaji tanda penurunan curah jantung,

monitor kualitas dari nadi, melakukan tindakan EKG, melakukan

pemasangan infus, pengambilan sampel darah.

Pada diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan odema

pada kedua kaki. Intervensi yang penulis lakukan adalah bantu untuk

mendapatkan alat bantuan aktivitas pasien, bantu pasien/keluarga

mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas pasien, bantu pasien

mengembangkan motivasi diri.

4. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana intervensi baik

secara mandiri serta kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya

maupun kolaboratif dari keluarga untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Implementasi membantu klien dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan


penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi ketidakmampuan

pasien.

Pelaksanaan tindakan telah dilakukan secara langsung kepada

pasien untuk mengatasi masalah yang timbul, dalam melaksanakan

asuhan keperawatan penulis tidak melaksanakannya sendiri tetapi

bekerja sama dengan perawat ruangan. Pada tahap pelaksanaan

keperawatan, penulis tidak mengalami hambatan dan kesulitan

dengan adanya faktor dukungan dari perawat ruangan, tersedia

sarana dan prasarana yang memadai, serta adanya sikap

keterbukaan dari pasien dan keluarga, sehingga penulis mampu

melaksanakan semua intervensi yang telah direncanakan.

5. Penulis

Pada tahap akhir proses keperawatan ini penulis melakukan

pengamatan secara terus – menerus dengan mengamati langsung

perubahan – perubahan yang terjadi terhadap kesehatan klien. Dalam

penulisan ini penulis tetap berpedoman pada tujuan yang telah

ditetapkan berdasarkan masalah yang muncul.

Adapun faktor pendukung yang membantu adalah pelayanan yang

diberikan oleh perawat pada klien petugas kesehatan lainnya seperti

therapy dan obat – obatan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari bab sebelumnya dan berdasarkan pengamatan

secara langsung, maka kesimpulan yang penulis dapatkan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Tn.K dengan

Congestive Heart Failure di ruang IGD RS TK.II dr.AK Gani Palembang

sebagai berikut:

1. Pengkajian data yang ditemukan pada pasien Tn.K pada saat

melakukan pengkajian adalah sesak nafas, dada terasa berdebar

debar, mual, muntah, lemas, sulit saat BAK dan bengkak pada kedua

kakinya.

2. Diagnosa yang muncul pada saat pengkajian adalah, sebagai berikut:

- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sesak nafas.

- Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

frekuensi jantung.

- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan odema pada kedua

kaki.

3. Perencanaan yang ditetapkan untuk melaksanakan asuhan

keperawatan dengan menentukan tujuan dan kriteria hasil,

perencanaan dibuat dengan berdasarkan kebutuhan dasar manusia.

4. Tindakan keperawatan pada Tn.K dengan Congestive Heart Failure

pada prinsipnya dapat diselesaikan dengan berorientasi pada

66
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan juga berdasarkan atas

pengkajian secara teoritis dan pengkajian langsung secara

dokumentasi.

5. Hasil dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.K

selama di rawat di ruang IGD RS TK.II dr.AK Gani Palembang cukup

baik. Didapatkan bahwa pasien mendapatkan penanganan yang

cukup.

B. Saran

Untuk mendapatkan perbaikan dimana sekarang dan masa yang

akan datang, maka dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dengan ini

penulis ingin menyampaikan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi Rumah Sakit TK.II dr. AK Gani Palembang

Sebaiknya pihak rumah sakit hendaknya lebih menambah

penyediaan alat setiap ruangan merata dan cukup, diharapkan

dalam melakukan tindakan keperawatan sebaiknya perawat terlebih

dahulu melakukan pendekatan dengan pasien dan keluarganya

untuk menimbulkan hubungan saling percaya antara keluarga

terhadap perawat yang akan melakukan tindakan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan untuk pendidikan hasil laporan ini dapat dijadikan

referensi diperpustakaan dan menjadi bahan pembelajaran dan

panduan bagi mahasiswa dan lebih banyak lagi penyediaan buku –

buku referensi untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.


3. Bagi Penulis Selanjutnya

Disarankan bagi penulis selanjutnya dengan melakukan pengkajian

hendaknya lebih akurat sehingga mempunyai data yang jelas dalam

melakukan asuhan keperawatan dan disesuaikan dengan

permasalahan yang sedang dihadapkan oleh pasien.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “K” DENGAN CONGESTIVE
HEART FAILURE DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT TK. II dr. AK GANI PALEMBANG

OLEH :

DEWI SEPTIANI NIM: 01.18.0070


INTAN OKTAVIA NIM: 01.18.0083

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II / SRIWIJAYA
TAHUN 2019 – 2020

Anda mungkin juga menyukai