TINJAUAN TEORITIS
2. Etiologi
a. Hipertensi primer
- Faktor keturunan
- Obesitas
- Usia (> 65 tahun)
- Merokok
- Alkohol
- Konsumsi garam yang berlebihan
b. Hipertensi sekunder
- Penyakit ginjal
- Obat-obatan seperti NSAID
- Kontrasepsi oral
- DM
3. Patofisiologi
Penyebab pasti dari hipertensi primer belum diketahui, tetapi diduga faktor -
faktor berikut ini yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah:
Keturunan
Merupakan faktor genetik yang diturunkan. Meskipun belum diketahui secara jelas
mengapa hal ini bisa menimbulkan peningkatan tekanan darah.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor pada medula di otak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang
dapat memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah vasokonstr iksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor yang kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldostero n
oleh konteks adrenal. Ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Dari faktor-faktor tersebut di atas dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah menimbulkan pembuluh darah menjadi kaku, menyempit
yang dapat mengganggu aliran darah. Aliran darah yang mengalir dan membawa serta
oksigen tetapi tidak dapat mengalir sempurna membawa akibat buruk bagi organ-organ
yang penting seperti:
a. Otak
Apabila pembuluh darah sudah menebal dan aliran darah tidak lagi sempurna,
sedikit dan tersendat maka otak akan menderita kekurangan pasokan darah dan
oksigen. Bila terjadi terus menerus akan menyebabkan infark dan bila sudah terjadi
ruptur pembuluh darah dapat mengakibatkan komplikasi stroke.
b. Jantung
Apabila terjadi gangguan aliran darah ke jantung maka beban kerja jantung
meningkat untuk memenuhi suplai oksigen dan darah ke sistemik. Jika hal ini
berlangsung lama maka akan terjadi hipertropi ventrikel kiri, yang berakibat pada
suatu saat jantung akan mengalami keadaan payah jantung. Arterosklerosis akan
menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah arteri koronaria yang
memperdarahi jantung itu sendiri. Akibatnya suplai darah dan oksigen ke jantung
berkurang maka akan terjadi iskemia kemudian infark.
c. Ginjal
Terjadi penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan kemampuan ginjal
memfiltrasi mereabsorbsi, sekresi menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan
nefrosklerosis, bila hal ini berlangsung lama dapat menyebabkan gangguan fungsi
ginjal, bila tidak ditangani secara tepat dapat mengakibatkan gagal kronik.
d. Mata
Aliran darah terganggu pada mata menyebabkan vasokonstriksi arteriolar pembuluh
darah mata yang menyebabkan ruptur pembuluh darah retina.
5. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
1) Serum elektrolit (natrium, kalium, klorida)
2) Kolesterol dan trigliserid
3) BUN dan kreatinin
4) Asam urat
5) Glukosa darah
6) Hemoglobin dan hematokrit
b. Urinalisa: darah (+), protein (+), glukosa (+)
Mengisyaratkan disfungsi ginjal.
c. Foto thorax: dapat ditemukan pada pembesaran ventrikel kiri
d. CT-scan : mengkaji tumor serebral
e. EKG: menunjukkan pembesaran jantung, gangguan konduksi seperti aritmia
f. Arteriografi: mengetahui lokasi pasti dan lesi/tingkat obstruksi dan perubahan
patologis pembuluh darah arteri.
6. Penatalaksanaan Medik
a. Tirah baring
b. Diit: rendah kalori, rendah garam
c. Pemberian obat-obat hipertensi:
- Angiotensin Converting Enzim (ACE) Inhibitor antara lain: Catropril, Ramipril
- Beta Adrenergic Blocker, antara lain: Nifedipine, Nicardipine.
- Alfa adrenergic yang bekerja pada sentral antara lain: Methyldopa, Clonidine
Hydrochloride (Catapres)
- Diuretik antara lain Furosemide, Chlorthalidone, Hydrochlorothiazide.
- Anti Adrenergic yang bekerja pada perifer antara lain: Reserpine, Guanadel.
7. Komplikasi
a. CVD/Stroke
Apabila pembuluh darah sudah menebal dan aliran darah tidak lagi sempurna,
sedikit dan tersedat maka otak akan menderita kekurangan pasoka n darah dan
oksigen. Bila terjadi terus-menerus akan menyebabkan infark dan bila terjadi ruptur
akan menyebabkan stroke.
b. Hipertropi ventrikel kiri
Terjadi gangguan aliran darah ke jantung maka beban kerja jantung meningkat
untuk memenuhi suplai oksigen dan darah ke sistemik yang apabila berlangsung
lama dapat terjadi hipertropi ventrikel kiri.
c. Gagal ginjal
Terjadi ketika jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tahanan
pembuluh darah perifer.
b. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vaskuler serebral.
c. Intoleran beraktivitas berhubungan dengan kematian, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
d. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertropi ventrikel.
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang penyakit.
g. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
anoreksia.
3. Perencanaan Keperawatan
DP 1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tahanan
pembuluh darah perifer.
HYD: - Tekanan darah berkurang sampai batas normal (100/70 mmHg-120/80
mmHg).
- Capillary refill kembali dalam 2 detik, nadi teraba, kulit hangat dan tidak
pucat.
Intervensi:
a. Monitor dan catat tanda dan gejala perfusi jaringan sistemik yang berkurang.
Rasional: Adanya pucat, dingin, kulit lembab, peningkatan TD dan H R
mencerminkan penurunan curah jantung.
b. Anjurkan pasien untuk bedrest, posisi tidur kepala lebih ditinggikan.
Rasional: Memberikan rasa nyaman dan mengurangi ketegangan.
c. Anjurkan pasien untuk mengurangi rokok atau berhenti merokok.
Rasional: Merokok menyebabkan vasokonstriksi.
d. Berikan cairan perparenteral sesuai dengan indikasi dan batasi konsumsi garam.
Rasional: Mengurangi retensi cairan.
e. Kolaborasi: berikan obat-obat anti hipertensi, antidiuretika.
Rasional: Membantu menurunkan tensi dan mengurangi kelebihan cairan.
DP 2. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vaskuler serebral.
HYD: Nyeri kepala berkurang sampai dengan hilang dengan kriteria:
- Keluhan nyeri berkurang/hilang
- Ekspresi wajah rileks
- Partisipasi dalam beraktivitas
Intervensi:
a. Kaji keluhan pasien.
Rasional: Untuk menentukan tindakan keperawatan.
b. Kaji karakteristik sakit kepala: tipe, intensitas, waktu.
Rasional: Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
c. Tirah baring selama fase akut.
Rasional: Meminimalkan stimulasi/meningkatkan stimulasi.
d. Kaji tanda verbal dan non verbal terhadap nyeri.
Rasional: Mengurangi distensi.
e. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala mis: kompres
dingin, pijat punggung dan leher, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi.
Rasional: Menurunkan tekanan vaskular cerebral dan memperlambat/ memblok
respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala.
f. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi
perdarahan hidung atau kompres hidung untuk menghentikan perdarahan.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan umum, kompres hidung dapat mengganggu,
menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut, menimbulkan stagnasi
sekresi oral dan mengeringkan membran mukosa.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti hipertensi, analgesic atau
ansietas.
Rasional: Menurunkan tekanan darah, menurunkan/mengontrol nyeri dan
mengurangi tegangan yang diperberat oleh stres.
4. Perencanaan Pulang
a. Persiapan pulang untuk pasien adalah:
- Persiapan “home care”
- Jika mungkin pasien sebaiknya memiliki alat pengukuran TD sehingga TD-nya
dapat dimonitor. Dalam hal ini perawat perlu mengevaluasi kemampuan
pasien/keluarganya dalam menggunakan alat tersebut.
- Sebaiknya pasien mempunyai alat timbang BB.
b. Penyuluhan pasien/anggota keluarga tentang:
- Pembatasan garam
- Mempertahankan/mengurangi BB
- Pembatasan minuman beralkohol
- Mengurangi stress
- Keterangan tentang obat hipertensi yang didapat
- Mencatat hasil pengukuran sehingga perkembangan dapat dipantau
- Perawat memberitahu pasien bahwa terlibatnya pasien dalam proses perawatan
dapat membantu mengontrol penyakit dan mencegah komplikasi.
BAB III
PENGAMATAN KASUS
Pengamatan dilakukan pada Ny. Y, usia 72 tahun, beragama Islam. Masuk RS Sint
Carolus tanggal 15-01-2006 dirawat di unit Fransiskus kamar 48.7 dengan diagnosa medik:
vertigo + Cephalgia dan diagnosa saat pengkajian: hipertensi. Keluhan utama saat masuk:
pasien mengeluh pusing, sesak nafas, badan terasa lemah dan muntah 1 kali. Pasien sudah
berobat. Oleh dokter diberi obat (pasien lupa nama obatnya) tetapi tidak menolong.
Pada saat pengkajian, tanggal 17-01-2006, keadaan tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis. Terpasang infus RI 8 jam/kolf di tangan kiri dan O 2 : 2 liter/menit. Pasien
mengeluh pusing, sakit kepala, sesak nafas, badan terasa lemah, mual, dan edema di kedua
tungkai. Pasien tampak sesak dan berbaring lemah di tempat tidur. Observasi tanda-tanda
vital: TD: 150/80 mmHg, HR: 88 x/mnt, N: 80 x/mnt, P: 30 x/menit. Pemeriksaan: Ronchi
(+)/(+), dan ditemukan pembesaran jantung (perkusi: batas kiri jantung: media axilaris).
Hasil laboratorium (15-01-2006) AGD: PCO 2 : 28 mmHg, PO 2 : 128,6 mmHg, PCO 3: 17,5
mmol/L, total CO 2 : 18,4 mmol/L, BE: -5,7 mmol/L, Std HCO 3 : 19,7 mmol/L. hasil thorax
(15-01-2006) kesan: sinus dan diafragma baik, hasil EKG (17-01-2006): mengarah ke
Infark (St elevasi di V5-V6).
Terapi yang diberikan antara lain: OMZ: 2x20 mg, Sibelium 3 mg 2x1, Nodrof 3x1
tab, Dalacin C 300 mg 3x1, Catopril 25 mg 3x1, Aldactone 100 mg 1x1, Furosemide 2x1,
Ascardia 80 mg 1x1. Diit: lunak RG III.
Masalah keperawatan yang ditemukan pada Ny. Y adalah:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertropi ventrikel.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tahanan
pembuluh darah perifer.
3. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen akibat
penumpukan sekret.
5. Intoleran beraktivitas berhubungan dengan menurunnya oksigenisasi jaringan karena
perfusi jaringan yang tidak adekuat.
6. Ketidakefektifan regimen terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kondisi, pembatasan diit, obat-obatan dan keperawatan tindak lanjut.
7. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
anoreksia.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Setelah melakukan pengamatan kasus pada Ny. Y di unit Fransiskus kamar 48.7
maka didapatkan persamaan dan perbedaan antara teri dengan kasus yang ada pada Ny. Y
antara lain:
1. Pengkajian
Setelah dilakukan pengkajian kepada pasien bahwa yang menjadi penyebab
terjadinya hipertensi pada Ny. Y dipengaruhi oleh faktor keturunan dan disertai
ketidakteraturan dalam pola diet yaitu pasien suka makan makanan yang asin dan
goreng-gorengan. Hal ini sesuai dengan teori sebagai salah satu penyebab hipertensi.
Dapat disimpulkan bahwa hipertensi yang ada pada Ny. Y diklasifikasikan hipertensi
stage I. Tanda dan gejala yang ditemukan pada Ny. Y adalah pusing, sakit kepala, mual,
edema di kedua tungkai.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Ny. Y sama halnya dengan teori
yaitu:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertropi ventrikel.
b. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tahanan
pembuluh.
c. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak.
d. Intoleran beraktivitas berhubungan dengan menurunnya oksigenisasi jaringan
karena perfusi jaringan yang tidak adekuat.
e. Ketidakefektifan regiment terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang kondisi, pembatasan diet, obat-obatan dan keperawatan tindak lanjut.
Tetapi penulis menemukan diagnosa yang tidak ditemukan pada teori antara lain:
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen akibat
penumpukan sekresi.
Diagnosa ini diangkat karena pasien mengeluh sesak nafas dan ditemukan suara
tambahan pada ronchi di lapang paru. Hasil AGD yaitu PCO 2 = 28 mmHg, PO 2 :
128,8 mmHg, PCO 3 : 17,5 mmol/L, total CO 2 : 18,4 mmol/L, BE: -5,7 mmol/L, O 2
sat: 97,8%, Std HCO 3: 19,7 mmol/L. Pasien diberikan O 2: 2 liter/menit.
b. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
anoreksia.
Diagnosa ini diangkat karena pasien mengeluh mual dan tidak nafsu makan. Makan
pagi habis ¼Pp. Selama dirawat pasien hanya mampu menghabiskan ¼-½ porsi
setiap makan (dilihat dari catatan keperawatan). Tetapi penulis tidak mendapat data
IMT. Hal ini tidak dilakukan karena pasien berbaring lemah di tempat tidur.
3. Rencana Keperawatan
Dalam perencanaan disusun berdasarkan masalah yang ada dan prioritas masalah
serta disesuaikan dengan kondisi pasien dan perencanaan dilakukan sesuai dengan yang
ada pada teori.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. Y dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah disusun. Melihat masalah yang ada maka intervensi
yang dilakukan yaitu mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, memotivasi
pasien saat makan, memberikan terapi sesuai program medik, penyuluhan yang telah
dilakukan mengenai perubahan gaya hidup meliputi program diet dan terapi (obat).
Pada pasien sudah dilakukan EKG hasilnya mengarah ke infark (St evaluasi V5-V6)
dan pasien direncanakan untuk CT Scan kepala.
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah melakukan implementasi sesuai dengan intervensi pada pasien selama
satu hari perawatan dapat dievaluasi:
- Masalah penurunan curah jantung belum memadai, TD: 140/80 mmHg, HR: 80
x/menit, N: 74 x/menit, P: 26 x/menit.
- Masalah perubahan perfusi jaringan serebral belum memadai. Pasien mengatakan
pusing dan sakit kepala masih ada. TD: 140/80 mmHg, HR: 80 x/menit. Terapi
masih diberikan. Rencana keperawatan dilanjutkan.
- Masalah nyeri: sakit kepala sudah berkurang. Intensitas nyeri 1-2. Pasien tampak
rileks. Rencana keperawatan dilanjutkan.
- Masalah pertukaran gas belum adekuat. Pasien masih mengeluh sesak dan pasien
tampak lemah. TD: 140/80 mmHg, P: 26 x/menit, Pernafasan dibantu O 2: 2
liter/menit, ronchi +/+. Rencana keperawatan dilanjutkan.
- Masalah intoleransi beraktivitas pasien belum menunjukan peningkatan toleransi
dalam beraktivitas. ADL masih dibantu penuh oleh perawat. Pasien berbaring lemah
di tempat tidur dan tampak sesak. Rencana keperawatan dilanjutkan.
- Masalah regimen terapeutik. Pengetahuan pasien mulai bertambah. Pasien mampu
mengungkapkan program diet yang dianjurkan serta mampu mengidentifikasi faktor
resiko yang menjadi penyebab hipertensinya.
- Masalah nutrisi masih terus dipantau. Pasien mengeluh mual, tidak nafsu makan.
Terapi masih terus diberikan. Rencana keperawatan diteruskan.
BAB V
KESIMPULAN
Black, Joyce M. (1997). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Continuity of
Care, Fifth Edition, WB. Saunders Company.
Brunner and Suddarth (2000). Text book of Medical Surgical Nursing; alih bahasa: Agung
Waluyo. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, vol. 2. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. (1999). Nursing Care Plans: Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care; Alih bahasa: I Made Kariasa. Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=1&iddtl=4
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problem, Fifth edition Mosby.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Jilid 2. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson (1995). Phatophysiology: Clinical Concept of Disease Process; alih
bahasa: Peter Anugerah; Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi
4. Vol 2. Jakarta: EGC.