Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Definisi
 Hipertensi adalah tekanan darah resisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. (Brunner and Suddarth, 2001).
 Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada orang dewasa. Dikatakan
hipertensi jika tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90
mmHg. (Lewis, Medical Surgical Nursing, 2000).
Klasifikasi Hipertensi (JNC VII)
Tekanan darah TD Sistolik/mmhg TD Diastolik/mmHg
Normal < 120 dan < 80
Pre hipertensi 120-129 atau 80-89
Hipertensi stage I 140-159 atau 90-99
Hipertensi stage II > 160 atau > 100

2. Etiologi
a. Hipertensi primer
- Faktor keturunan
- Obesitas
- Usia (> 65 tahun)
- Merokok
- Alkohol
- Konsumsi garam yang berlebihan
b. Hipertensi sekunder
- Penyakit ginjal
- Obat-obatan seperti NSAID
- Kontrasepsi oral
- DM

3. Patofisiologi
Penyebab pasti dari hipertensi primer belum diketahui, tetapi diduga faktor -
faktor berikut ini yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah:
Keturunan
Merupakan faktor genetik yang diturunkan. Meskipun belum diketahui secara jelas
mengapa hal ini bisa menimbulkan peningkatan tekanan darah.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor pada medula di otak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang
dapat memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah vasokonstr iksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor yang kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldostero n
oleh konteks adrenal. Ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Dari faktor-faktor tersebut di atas dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah menimbulkan pembuluh darah menjadi kaku, menyempit
yang dapat mengganggu aliran darah. Aliran darah yang mengalir dan membawa serta
oksigen tetapi tidak dapat mengalir sempurna membawa akibat buruk bagi organ-organ
yang penting seperti:
a. Otak
Apabila pembuluh darah sudah menebal dan aliran darah tidak lagi sempurna,
sedikit dan tersendat maka otak akan menderita kekurangan pasokan darah dan
oksigen. Bila terjadi terus menerus akan menyebabkan infark dan bila sudah terjadi
ruptur pembuluh darah dapat mengakibatkan komplikasi stroke.
b. Jantung
Apabila terjadi gangguan aliran darah ke jantung maka beban kerja jantung
meningkat untuk memenuhi suplai oksigen dan darah ke sistemik. Jika hal ini
berlangsung lama maka akan terjadi hipertropi ventrikel kiri, yang berakibat pada
suatu saat jantung akan mengalami keadaan payah jantung. Arterosklerosis akan
menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah arteri koronaria yang
memperdarahi jantung itu sendiri. Akibatnya suplai darah dan oksigen ke jantung
berkurang maka akan terjadi iskemia kemudian infark.
c. Ginjal
Terjadi penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan kemampuan ginjal
memfiltrasi mereabsorbsi, sekresi menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan
nefrosklerosis, bila hal ini berlangsung lama dapat menyebabkan gangguan fungsi
ginjal, bila tidak ditangani secara tepat dapat mengakibatkan gagal kronik.
d. Mata
Aliran darah terganggu pada mata menyebabkan vasokonstriksi arteriolar pembuluh
darah mata yang menyebabkan ruptur pembuluh darah retina.

4. Tanda dan Gejala


- Palpitasi - Gangguan penglihatan
- Sakit kepala - Gelisah
- Pusing - Mual dan muntah
- Merasa tegang di tengkuk - Edema
- Kelemahan

5. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
1) Serum elektrolit (natrium, kalium, klorida)
2) Kolesterol dan trigliserid
3) BUN dan kreatinin
4) Asam urat
5) Glukosa darah
6) Hemoglobin dan hematokrit
b. Urinalisa: darah (+), protein (+), glukosa (+)
Mengisyaratkan disfungsi ginjal.
c. Foto thorax: dapat ditemukan pada pembesaran ventrikel kiri
d. CT-scan : mengkaji tumor serebral
e. EKG: menunjukkan pembesaran jantung, gangguan konduksi seperti aritmia
f. Arteriografi: mengetahui lokasi pasti dan lesi/tingkat obstruksi dan perubahan
patologis pembuluh darah arteri.
6. Penatalaksanaan Medik
a. Tirah baring
b. Diit: rendah kalori, rendah garam
c. Pemberian obat-obat hipertensi:
- Angiotensin Converting Enzim (ACE) Inhibitor antara lain: Catropril, Ramipril
- Beta Adrenergic Blocker, antara lain: Nifedipine, Nicardipine.
- Alfa adrenergic yang bekerja pada sentral antara lain: Methyldopa, Clonidine
Hydrochloride (Catapres)
- Diuretik antara lain Furosemide, Chlorthalidone, Hydrochlorothiazide.
- Anti Adrenergic yang bekerja pada perifer antara lain: Reserpine, Guanadel.

7. Komplikasi
a. CVD/Stroke
Apabila pembuluh darah sudah menebal dan aliran darah tidak lagi sempurna,
sedikit dan tersedat maka otak akan menderita kekurangan pasoka n darah dan
oksigen. Bila terjadi terus-menerus akan menyebabkan infark dan bila terjadi ruptur
akan menyebabkan stroke.
b. Hipertropi ventrikel kiri
Terjadi gangguan aliran darah ke jantung maka beban kerja jantung meningkat
untuk memenuhi suplai oksigen dan darah ke sistemik yang apabila berlangsung
lama dapat terjadi hipertropi ventrikel kiri.
c. Gagal ginjal
Terjadi ketika jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Kebiasaan: mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
berlebihan, lemak dan gorengan.
- Kebiasaan merokok
- Konsumsi alkohol
- Pemahaman dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi.
- Riwayat hipertensi dalam keluarga
b. Pola nutrisi metabolik
- Mual, muntah
- Mengkonsumsi makanan yang berlemak
- Kebiasaan minum kopi
c. Pola eliminasi
- Pola BAK: adanya tahanan/mengejan, warna, frekuensi, nyeri
- Pola BAB: teratur/tidak, ada nyeri atau tahanan saat BAB
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kelelahan
- Nyeri dada
- Palpitasi
- Pernafasan cepat dan dalam
e. Pola persepsi kognitif
- Nyeri kepala, pusing
- Penglihatan kabur
f. Pola reproduksi dan seksualitas
- Riwayat pemakaian kontrasepsi oral.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tahanan
pembuluh darah perifer.
b. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vaskuler serebral.
c. Intoleran beraktivitas berhubungan dengan kematian, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
d. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertropi ventrikel.
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang penyakit.
g. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
anoreksia.

3. Perencanaan Keperawatan
DP 1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tahanan
pembuluh darah perifer.
HYD: - Tekanan darah berkurang sampai batas normal (100/70 mmHg-120/80
mmHg).
- Capillary refill kembali dalam 2 detik, nadi teraba, kulit hangat dan tidak
pucat.
Intervensi:
a. Monitor dan catat tanda dan gejala perfusi jaringan sistemik yang berkurang.
Rasional: Adanya pucat, dingin, kulit lembab, peningkatan TD dan H R
mencerminkan penurunan curah jantung.
b. Anjurkan pasien untuk bedrest, posisi tidur kepala lebih ditinggikan.
Rasional: Memberikan rasa nyaman dan mengurangi ketegangan.
c. Anjurkan pasien untuk mengurangi rokok atau berhenti merokok.
Rasional: Merokok menyebabkan vasokonstriksi.
d. Berikan cairan perparenteral sesuai dengan indikasi dan batasi konsumsi garam.
Rasional: Mengurangi retensi cairan.
e. Kolaborasi: berikan obat-obat anti hipertensi, antidiuretika.
Rasional: Membantu menurunkan tensi dan mengurangi kelebihan cairan.
DP 2. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vaskuler serebral.
HYD: Nyeri kepala berkurang sampai dengan hilang dengan kriteria:
- Keluhan nyeri berkurang/hilang
- Ekspresi wajah rileks
- Partisipasi dalam beraktivitas
Intervensi:
a. Kaji keluhan pasien.
Rasional: Untuk menentukan tindakan keperawatan.
b. Kaji karakteristik sakit kepala: tipe, intensitas, waktu.
Rasional: Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
c. Tirah baring selama fase akut.
Rasional: Meminimalkan stimulasi/meningkatkan stimulasi.
d. Kaji tanda verbal dan non verbal terhadap nyeri.
Rasional: Mengurangi distensi.
e. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala mis: kompres
dingin, pijat punggung dan leher, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi.
Rasional: Menurunkan tekanan vaskular cerebral dan memperlambat/ memblok
respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala.
f. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi
perdarahan hidung atau kompres hidung untuk menghentikan perdarahan.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan umum, kompres hidung dapat mengganggu,
menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut, menimbulkan stagnasi
sekresi oral dan mengeringkan membran mukosa.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti hipertensi, analgesic atau
ansietas.
Rasional: Menurunkan tekanan darah, menurunkan/mengontrol nyeri dan
mengurangi tegangan yang diperberat oleh stres.

DP 3. Tidak toleransi beraktivitas berhubungan dengan menurunnya oksigenisasi


jaringan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat, kelemahan fisik.
HYD: - Pasien tidak menunjukan tanda-tanda kelelahan dan kelemahan.
- Toleransi dalam beraktivitas meningkat.
- Pasien dapat melakukan aktivitas.
Intervensi:
a. Kaji aktivitas perawatan diri yang dibutuhkan.
Rasional: Kebutuhan perawatan diri terpenuhi.
b. Tempatkan barang-barang yang dibutuhkan pada tempat yang mudah dijangkau
pasien.
Rasional: Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
c. Monitor tanda-tanda pasien telah dapat bertoleransi terhadap aktivitas seperti:
- Pasien tidak menunjukan kelemahan/kelelahan
- Interest terhadap aktivitas dan perawatan
- Tekanan darah dalam batas normal sesuai dengan kondisi pasien
Rasional: Membantu menentukan tindakan selanjutnya.
d. Jelaskan pada pasien bahwa istirahat merupakan bagian dari prosedur pengobatan.
Rasional: Pasien ikut berpartisipasi dalam pengobatan.
e. Batasi aktivitas.
Rasional: Membantu menurunkan kebutuhan oksigen.
f. Kurangi aktivitas di sekitarnya dan kebisingan lingkungan.
Rasional: Memberi rasa nyaman dan menurunkan ketegangan.
g. Tingkatkan aktivitas pasien secara bertahap dan tingkatkan kemandirian pasien.
Rasional: Memelihara tonus otot, kemampuan gerak tubuh dan membantu
meningkatkan harga diri pasien.
DP 4. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertrofi ventrikel,
peningkatan overload, iskemik miokard.
HYD: - Berpartisipasi dalam beraktivitas yang menurunkan TD/beban kerja jantung.
- Mempertahankan TD normal.
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi:
a. Pantau TD tiap 4 jam.
Rasional: Waspada terhadap peningkatan TD sehingga bisa segera dilakukan
antisipasi.
b. Catat keberadaan kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasional: Denyut carotis, radialis, femoralis mungkin teramati. Denyut tungkai
mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokonstriksi.
c. Amati warna kulit, kelembaban suhu dan capillary refill.
Rasional: Adanya kelainan mencerminkan vasokonstriksi/penurunan curah jantung.
d. Catat adanya edema.
Rasional: Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal/vaskuler.
e. Beri lingkungan tenang dan nyaman.
Rasional: Membantu menurunkan rangsangan simpatis dan meningkatkan relaksasi.
f. Pertahankan pembatasan aktivitas.
Rasional: Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah.
g. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imaginasi.
Rasional:
h. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Rasional: Waspada terhadap adanya efek samping obat.
i. Berikan obat sesuai instruksi dokter.
Rasional: Mempercepat penyembuhan.

DP 5. Inefektif penatalaksanaan regiment terapeutik berhubungan dengan kurang


pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, obat-obatan faktor dan perawatan
tindak lanjut.
HYD: - Mampu mengungkapkan pengetahuan tentang penyakit hipertensi.
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi.
- Pasien mampu mengungkapkan cara kerja obat dan efek samping obat.
Intervensi:
a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam menerima informasi.
Rasional: Menentukan metode dan cara penyampaian informasi.
b. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan efeknya pada jantung.
Rasional: Memberikan pemahaman tentang hubungan tekanan darah yang naik dan
komplikasi.
c. Beri informasi pada klien tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit
vaskuler seperti obesitas, merokok, stress.
Rasional: Faktor-faktor yang dapat menunjukkan hubungan antara pola hidup
dengan hipertensi.
d. Atasi masalah dengan pasien mengidentifikasi cara dimana mengubah gaya hidup
yang tepat untuk mengurangi faktor-faktor tersebut.
Rasional: Faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit dukungan petunjuk
dan empati meningkatkan toleransi pasien.
e. Diskusikan tanda dan gejala yang memerlukan perhatikan medik cepat seperti
peningkatan kelelahan, nafas pendek, edema.
Rasional: Pemahaman sendiri meningkatkan tanggung jawab pasien dalam
pemeliharaan kesehatan dan mencegah komplikasi.
f. Beri penjelasan tentang alasan pemberian obat dan efek samping obat.
Rasional: Informasi yang adekuat dan pemahaman tentang efek samping obat akan
meningkatkan kerjasama rencana pengobatan.

4. Perencanaan Pulang
a. Persiapan pulang untuk pasien adalah:
- Persiapan “home care”
- Jika mungkin pasien sebaiknya memiliki alat pengukuran TD sehingga TD-nya
dapat dimonitor. Dalam hal ini perawat perlu mengevaluasi kemampuan
pasien/keluarganya dalam menggunakan alat tersebut.
- Sebaiknya pasien mempunyai alat timbang BB.
b. Penyuluhan pasien/anggota keluarga tentang:
- Pembatasan garam
- Mempertahankan/mengurangi BB
- Pembatasan minuman beralkohol
- Mengurangi stress
- Keterangan tentang obat hipertensi yang didapat
- Mencatat hasil pengukuran sehingga perkembangan dapat dipantau
- Perawat memberitahu pasien bahwa terlibatnya pasien dalam proses perawatan
dapat membantu mengontrol penyakit dan mencegah komplikasi.
BAB III
PENGAMATAN KASUS

Pengamatan dilakukan pada Ny. Y, usia 72 tahun, beragama Islam. Masuk RS Sint
Carolus tanggal 15-01-2006 dirawat di unit Fransiskus kamar 48.7 dengan diagnosa medik:
vertigo + Cephalgia dan diagnosa saat pengkajian: hipertensi. Keluhan utama saat masuk:
pasien mengeluh pusing, sesak nafas, badan terasa lemah dan muntah 1 kali. Pasien sudah
berobat. Oleh dokter diberi obat (pasien lupa nama obatnya) tetapi tidak menolong.
Pada saat pengkajian, tanggal 17-01-2006, keadaan tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis. Terpasang infus RI 8 jam/kolf di tangan kiri dan O 2 : 2 liter/menit. Pasien
mengeluh pusing, sakit kepala, sesak nafas, badan terasa lemah, mual, dan edema di kedua
tungkai. Pasien tampak sesak dan berbaring lemah di tempat tidur. Observasi tanda-tanda
vital: TD: 150/80 mmHg, HR: 88 x/mnt, N: 80 x/mnt, P: 30 x/menit. Pemeriksaan: Ronchi
(+)/(+), dan ditemukan pembesaran jantung (perkusi: batas kiri jantung: media axilaris).
Hasil laboratorium (15-01-2006) AGD: PCO 2 : 28 mmHg, PO 2 : 128,6 mmHg, PCO 3: 17,5
mmol/L, total CO 2 : 18,4 mmol/L, BE: -5,7 mmol/L, Std HCO 3 : 19,7 mmol/L. hasil thorax
(15-01-2006) kesan: sinus dan diafragma baik, hasil EKG (17-01-2006): mengarah ke
Infark (St elevasi di V5-V6).
Terapi yang diberikan antara lain: OMZ: 2x20 mg, Sibelium 3 mg 2x1, Nodrof 3x1
tab, Dalacin C 300 mg 3x1, Catopril 25 mg 3x1, Aldactone 100 mg 1x1, Furosemide 2x1,
Ascardia 80 mg 1x1. Diit: lunak RG III.
Masalah keperawatan yang ditemukan pada Ny. Y adalah:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertropi ventrikel.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tahanan
pembuluh darah perifer.
3. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen akibat
penumpukan sekret.
5. Intoleran beraktivitas berhubungan dengan menurunnya oksigenisasi jaringan karena
perfusi jaringan yang tidak adekuat.
6. Ketidakefektifan regimen terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kondisi, pembatasan diit, obat-obatan dan keperawatan tindak lanjut.
7. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
anoreksia.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Setelah melakukan pengamatan kasus pada Ny. Y di unit Fransiskus kamar 48.7
maka didapatkan persamaan dan perbedaan antara teri dengan kasus yang ada pada Ny. Y
antara lain:
1. Pengkajian
Setelah dilakukan pengkajian kepada pasien bahwa yang menjadi penyebab
terjadinya hipertensi pada Ny. Y dipengaruhi oleh faktor keturunan dan disertai
ketidakteraturan dalam pola diet yaitu pasien suka makan makanan yang asin dan
goreng-gorengan. Hal ini sesuai dengan teori sebagai salah satu penyebab hipertensi.
Dapat disimpulkan bahwa hipertensi yang ada pada Ny. Y diklasifikasikan hipertensi
stage I. Tanda dan gejala yang ditemukan pada Ny. Y adalah pusing, sakit kepala, mual,
edema di kedua tungkai.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Ny. Y sama halnya dengan teori
yaitu:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertropi ventrikel.
b. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tahanan
pembuluh.
c. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak.
d. Intoleran beraktivitas berhubungan dengan menurunnya oksigenisasi jaringan
karena perfusi jaringan yang tidak adekuat.
e. Ketidakefektifan regiment terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang kondisi, pembatasan diet, obat-obatan dan keperawatan tindak lanjut.
Tetapi penulis menemukan diagnosa yang tidak ditemukan pada teori antara lain:
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen akibat
penumpukan sekresi.
Diagnosa ini diangkat karena pasien mengeluh sesak nafas dan ditemukan suara
tambahan pada ronchi di lapang paru. Hasil AGD yaitu PCO 2 = 28 mmHg, PO 2 :
128,8 mmHg, PCO 3 : 17,5 mmol/L, total CO 2 : 18,4 mmol/L, BE: -5,7 mmol/L, O 2
sat: 97,8%, Std HCO 3: 19,7 mmol/L. Pasien diberikan O 2: 2 liter/menit.
b. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
anoreksia.
Diagnosa ini diangkat karena pasien mengeluh mual dan tidak nafsu makan. Makan
pagi habis ¼Pp. Selama dirawat pasien hanya mampu menghabiskan ¼-½ porsi
setiap makan (dilihat dari catatan keperawatan). Tetapi penulis tidak mendapat data
IMT. Hal ini tidak dilakukan karena pasien berbaring lemah di tempat tidur.

3. Rencana Keperawatan
Dalam perencanaan disusun berdasarkan masalah yang ada dan prioritas masalah
serta disesuaikan dengan kondisi pasien dan perencanaan dilakukan sesuai dengan yang
ada pada teori.

4. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. Y dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah disusun. Melihat masalah yang ada maka intervensi
yang dilakukan yaitu mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, memotivasi
pasien saat makan, memberikan terapi sesuai program medik, penyuluhan yang telah
dilakukan mengenai perubahan gaya hidup meliputi program diet dan terapi (obat).
Pada pasien sudah dilakukan EKG hasilnya mengarah ke infark (St evaluasi V5-V6)
dan pasien direncanakan untuk CT Scan kepala.

5. Evaluasi Keperawatan
Setelah melakukan implementasi sesuai dengan intervensi pada pasien selama
satu hari perawatan dapat dievaluasi:
- Masalah penurunan curah jantung belum memadai, TD: 140/80 mmHg, HR: 80
x/menit, N: 74 x/menit, P: 26 x/menit.
- Masalah perubahan perfusi jaringan serebral belum memadai. Pasien mengatakan
pusing dan sakit kepala masih ada. TD: 140/80 mmHg, HR: 80 x/menit. Terapi
masih diberikan. Rencana keperawatan dilanjutkan.
- Masalah nyeri: sakit kepala sudah berkurang. Intensitas nyeri 1-2. Pasien tampak
rileks. Rencana keperawatan dilanjutkan.
- Masalah pertukaran gas belum adekuat. Pasien masih mengeluh sesak dan pasien
tampak lemah. TD: 140/80 mmHg, P: 26 x/menit, Pernafasan dibantu O 2: 2
liter/menit, ronchi +/+. Rencana keperawatan dilanjutkan.
- Masalah intoleransi beraktivitas pasien belum menunjukan peningkatan toleransi
dalam beraktivitas. ADL masih dibantu penuh oleh perawat. Pasien berbaring lemah
di tempat tidur dan tampak sesak. Rencana keperawatan dilanjutkan.
- Masalah regimen terapeutik. Pengetahuan pasien mulai bertambah. Pasien mampu
mengungkapkan program diet yang dianjurkan serta mampu mengidentifikasi faktor
resiko yang menjadi penyebab hipertensinya.
- Masalah nutrisi masih terus dipantau. Pasien mengeluh mual, tidak nafsu makan.
Terapi masih terus diberikan. Rencana keperawatan diteruskan.
BAB V
KESIMPULAN

Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah


sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Berbagai faktor
diduga dapat berperan sebagai penyebab hipertensi seperti bertambahnya umur, stres
psikologis, dan hereditas (keturunan). Disamping itu, gaya hidup dapat juga menjadi faktor
penyebab dari penyakit hipertensi ini seperti merokok, konsumsi alkohol dan makan
makanan tinggi garam dan lemak.
Seperti pada Ny. Y bahwa penyebab penyakit hipertensinya dapat disebabkan
karena faktor keturunan (herediter) dan pola makan yang suka mengandung tinggi garam
dan tinggi lemak dan bila dilihat dari klasifikasi Ny. L masuk dikategori hipertensi stage I.
Hipertensi memang seringkali datang diam-diam dan tahu-tahu sudah merenggut
nyawa dan bila tidak diatasi dapat terkena efek lanjut berupa stroke, gagal ginjal atau
serangan jantung.
Untuk itu peran perawat sangat penting kepada masyarakat agar dapat memberikan
penyuluhan hipertensi dengan cara mengubah kebiasaan atau gaya hidup yang merugikan
seperti mengkonsumsi makanan tinggi garam dan tinggi lemak dan juga menghindari
minuman yang mengandung cafein dan alkohol dan aktivitas fisik yang cukup.
Bagi yang sudah menderita hipertensi agar rajin kontrol ke petugas kesehatan,
patuhi diet yang sudah ditentukan, hindari stres yang dapat memicu kenaikan tekanan darah
dan tetap hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M. (1997). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Continuity of
Care, Fifth Edition, WB. Saunders Company.
Brunner and Suddarth (2000). Text book of Medical Surgical Nursing; alih bahasa: Agung
Waluyo. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, vol. 2. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. (1999). Nursing Care Plans: Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care; Alih bahasa: I Made Kariasa. Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=1&iddtl=4
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problem, Fifth edition Mosby.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Jilid 2. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson (1995). Phatophysiology: Clinical Concept of Disease Process; alih
bahasa: Peter Anugerah; Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi
4. Vol 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai