MODUL KARDIOVASKULAR
PEMICU 2
Disusun oleh:
Ryan Arifin
(I11110011)
Esti Nur Ekasari
(I11110025)
Vidia Asriyanti
(I11110031)
Fadilla Safira
(I11110051)
Mulyadi
(I111100 )
Erika Fitriani
(I11110046)
Ika Purwanti
(I11110057)
Wasis Setyo
(I11109043)
Chikita A.S
(I11109060)
Rosalinda
(I11109062)
Guntiar Rachmaddiansyah
(I11108068)
PEMICU 2
Tuan G, 45 tahun, memiliki hobi olahraga karate yang dapat dilakukannya tanpa
keluhan. Tuan G juga memiliki kebiasaan merokok 20 batang sehari, namun amat jarang
melakukan pemeriksaan kesehatan. Ayahnya meninggal mendadak pada umur 60 tahun. Saat
ini Tuan G disuruh oleh perusahaan tempatnya bekerja untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan. Pada pemeriksaan jasmani tampak sehat, tekanan darah 160/95 mmHg, nadi
80x/mnt,suhu 360 C, pernafasan 14x/mnt. Pemeriksaan lainnya normal. Berat badan 68 kg,
tinggi badan 172 cm.
DATA SEKUNDER
PEMERIKSAAN
HASIL
Hemoglobin
14, 1
Leukosit
220.000
Hematokrit
42
Kreatinin
0,8
Kolesterol total
268
LDL
166
HDL
30
Trigliserida
250
Gula darah puasa
140
Gula darah 2 jam PP 215
Ureum
28
Asam urat
6,5
Kalium serum
3,9
Natrium serum
137
Foto thorak normal
EKG: Irama sinus, Hipertrofi ventrikel kiri
NILAI NORMAL
13-18
150.000-350.000
40-52
0,7-1,5
150-310
<130
45-65
20-160
70-110
<140
10-38
2,5-9
3,5-5,2
135-145
KEYWORDs
RUMUSAN MASALAH
ANALISIS MASALAH
Tn. G, 45 tahun
Pem Fis
Riwayat
Hobi Karate
Merokok 20 batang/hari
Jarang periksa kesehatan
Ayah meninggal mendadak
usia 60 thn
Merokok, 20
btg/hari
Ayah meninggal
usia 60 thn
Menurunnya
Elastisitas Vaskuler
Nikotin
meningkat
Riwayat
keluarga
TD: 160/90
mmHg
Hipertensi
Edukasi
HIPOTESIS
Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi pada Tn. G adalah Usia, Riwayat Keluarga, Merokok
dan Jenis Kelamin
LEARNING ISSUEs
Hipertensi
Faktor Resiko Penyebab Hipertensi
Penyakit Jantung Hipertensi
Penyakit Jantung Koroner
Patofisiologi Peningkatan Tekanan Darah
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital dan Fisik Jantung
Radiologi
Elektrokardiogram (EKG)
Studi Kasus
- Pengaruh Zat-zat Rokok terhadap Tubuh
- Patofisiologi bradipnea
- Pengaruh IMT pada Hipertensi
- Edukasi
Sistolik
< 120 mmHg
120-139 mmHg
Diastolik
< 80 mmHg
80-89 mmHg
140-159 mmHg
160-179 mmHg
180 mmHg
90-99 mmHg
100-109 mmHg
110 mmHg
Hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total
Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang
tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal
saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang
berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan
kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau
TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila
terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan
garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan
renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah
penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan
peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan
tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan
sistolik.
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada
peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan
dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial Resistence, jantung harus memompa
secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk
mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan
dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.
Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai
mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen
semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi
untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai
tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
kontraktilitas dan volume sekuncup.
Pandangan kabur .
Nokturia terjadi akibat peningkatan aliran darah ginjal dan infiltrasi glomerulus.
1.7 Komplikasi
2.1 Pathofisiologi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung bertambah. Sebagai
akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini
ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk,
dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan
curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi
dan payah jantung. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis
koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi kerana gabungan penyakit arterial koroner
yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan
massa miokard.
2.2 Gambaran radiologis
Keadaan awal batas kiri bawah jantung menjadi bulat kerana hipertrofi
konsentrik ventrikel kiri. Pada keadaan lanjut, apekss jantung membesar ke kiri dan
bawah. Aortic knob membesar dan menonjol disertai kalsifikasi. Aorta ascenden dan
descenden melebar dan berkelok (pemanjangan aorta/elongasio aorta).Dasar
Kelainan : Kegagalan fungsi jantung akibat hipertensi.
2.3 Diagnosis
A.Keluhan Pokok
Keluhan hipertensi
Sesak napas
Nyeri dada
B.Tanda Penting
Kardiomegali
Bunyi jantung meningkat
Bising sistolik
Bunyi S4
Dispnu.
C.Pemeriksaan Laboratorium
Elektrolit darah
D.Pemeriksaan Khusus
EKG
Foto dada
Ekokardiografi : LVH (Left Ventricle Hypertrophy).
2.4 Komplikasi
1.Gagal jantung kiri
2.Aniurisme desekans aorta
3.Penyakit Jantung Koroner (PJK)
2.5 Penatalaksanaan
A.Terapi Umum
1. Istirahat
2. Diet
Berat badan di turunkan bagi yang obes
Rendah garam , alcohol dan kolestrol
3.Medikamentosa
Obat pertama : Diuretik :
o HCT
o Furosemid
o Spironolakton
Bloker beta
ACE-inhibitor
Digitalis
Obat alternative : B.Terapi Komplikasi -
2.6 PROGNOSIS
Tergantung dari penyulit yang muncul.
miokardium.
Penyakit
jantung
koroner
disebabkan
oleh
adanya
Demand
Suply
Demand
Suply
Demand
3.1 Patogenesis
saat istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi peningkatan rasa nyeri.
Angina Varian merupakan angina tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri
koroner.
Infark
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan kerusakan sel
yang ireversibel dan kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami
nekrosis atau infark akan berhenti berkontraksi secara permanen.
Faktor Resiko
Aterosklerosis
Iskemia Miokard
Nekrosis/Infark Miokard
P Kontraktilitas Miokard
P Curah Jantung
Gagal Jantung
Kematian
3.3 Faktor Resiko
Faktor Resiko Ireversibel :
Usia
Hiperlipidemia, hiperkolesterol
Jenis kelamin
Hipertensi
Merokok
Ras
Diabetes mellitus
Obesitas
Stress psikologik
Tipe kepribadian
Kurang aktifitas olahraga
3.5 Diagnosis
Anamnesis
Apakah adanya gejala nyeri dada yang harus dibedakan dengan nyeri dada bukan
jantung, jika berasal dari jantung harus dibedakan apakah berasal dari koroner atau
bukan. Perlu dianamnesis juga apakah ada riwayat infark sebelumnya serta faktor
faktor resiko antara lain hipertensi, diabetes, merokok, riwayat keluarga yang menderita
sakit jantung koroner dan juga adanya stress. Terdapat faktor pencetus sebelumnya
seperti aktivitas fisik berat, stress emosi.
Nyeri dada
Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardial pasien IMA dan merupakan
pertanda awal dalam pengelolaan pasien. Sifat nyeri dada angina adalah sebagai berikut :
1. Lokasi : berada pada substernal, retrosternal, dan prekordial
2. Sifat nyeri : rasa sakit seperti ditekan, terbakar, ditindih benda berat seperti
ditusuk, diperas atau dipelintir
3. Penjalaran : ke lengan kiri dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi,
punggung/interskapula, perut dapat juga ke lengan kanan.
4. Adanya faktor pencetus : aktivitas fisik, emosi, udara dingin dan sesudah makan.
5. Gejala yang menyertai : keringat dingin, cemas, lemas, mual, muntah serta sulit
bernafas.
6. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau memakan obat nitrat. Nyeri
juga terdapat pada perikarditis akut, emboli paru, gangguan gastroinstestinal dan
lain sebagainya.
Pemeriksaan fisik
Pasien terlihat cemas, pada ekstrimitas pucat dan dingin. Kombinasi nyeri dada >
30 menit dan banyak keringat dicurigai STEMI. Peningkatan suhu sampai 38oC, disfungsi
ventrikulas S4 dan S3 gallop, penurunan instensitas bunyi jantung pertama dan spit
paradoksial bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik.
EKG
Terdapat elevasi segmen ST diikuti perubahan sampai inversi gelombang T,
kemudian muncul peningkatan gelombang Q minimal di dua sadapan. Dilakukan 10
menit setelah pasien datang ke IGD.
Pemeriksaan laboratorium
Pertanda adanya nekrosis jantung, selnya akan mengelurakan enzim yang dapat
dapat diukur
1. CKMB (creatinine kinase MB) : meningkat 3 jam setelah miokard infark dan
mencapai puncak dalam 10 24 jam dan kembali normal dalam 2 4 hari.
Operasi jantung, miokarditis dan injuri otot juga meningkatkan CKMB.
2. cTn (cardiac specifik troponin) T dan I; meningkat setelah 2 jam setelah infark
miokard, dan mencapai puncak setelah 10 24 jam dan cTn T masih dapat
dideteksi setelah 5 14 hari sedangkan cTn I setelah 5 -10 hari.
Pemeriksaan enzim lainnya
1. Mioglobin mencapai puncak setelah miokard infark dalam 4 8 jam.
2. Creatini kinase meningkat setelah setelah 3 8 jam mencapai puncak setelah 10
36 jam dan kembali normal dalam 3 4 hari.
3. Lactat dehydrogenase (LDH) men igkat setelah 24 28 jam mencapai puncak 3
6 hari kembali normal dalam 8 14 hari
4. Juga terjadi leukositosis polimorfonuklear yang terjadi dalam beberapa jam
setelah nyeri dan menetap dalam 3 -7 hari, leukosit dapat mencapai 12000
15000/ul.
3.6 Pengobatan
Tujuan pengobatan:
1. Memperbaiki prognosis dengan cara mencegah infark miokard dan kematian.
Upaya yang dilakukan adalah bagaimana mengurangi terjadinya trombotik akut
dan disfungsi ventrikel kiri. Tujuan ini dapat dicapai dengan modifikasi gaya
hidup ataupun intervensi farmakologik yang akan (i) mengurang progresif plak
(ii) menstabilkan plak, dengan mengurangi inflamasi dan memperbaiki fungsi
endotel, dan akhirnya (iii) mencegah trombosis bila terjadi disfungsi endotel atau
pecahnya plak. Obat yang digunakan: Obat Antitrombotik: aspirin dosis rendah,
antagonis reseptor ADP (thienopyridin) yaitu clopidogrel dan ticlopidine; obat
penurun kolesterol (statin); ACE-Inhibitors; Beta-blocker; Calcium channel
blockers (CCBs).
2. Untuk memperbaiki gejala dan iskemi
Obat yang digunakan yaitu nitrat kerja jangka pendek dan jangka panjang, Betablocker, CCBs.
Tatalaksana Umum
Kepada pasien yang menderita PJK maupun keluarga, perlu diterangkan tentang
perjalanan penyakit, pilihan obat yang tersedia. Pasien perlu diyakinkan bahwa
kebanyakan kasus angina dapat mengalami perbaikan dengan pengobatan dan modifikasi
gaya hidup sehingga kualitas hidup lebih baik. Kelainan penyerta seperti hipertensi,
diabetes, dislipidemia, dll. Perlu ditangani secara baik (lihat selanjutnya pada bab
pencegahan). Cara pengobatan PJK yaitu pengobatan farmakologis dan revaskularisasi
miokard. Perlu diingat bahwa tidak satu pun cara di atas sifatnya menyembuhkan.
Dengan kata lain tetap diperlukan modifikasi gaya hidup dan mengatasi faktor penyebab
agar progresi penyakit dapat dihambat.
Pengobatan Farmakologik
1. Aspirin dosis rendah
Dari berbagai studi telah jelas terbukti bahwa aspirin masih merupakan obat
utama untuk pencegahan trombosis. Meta-analisis menunjukkan, bahwa dosis 75150 mg sama efektivitasnya dibandingkan dengan dosis yang lebih besar. Karena
itu aspirin disarankan diberi pada semua pasien PJK kecuali bila ditemui
kontraindikasi. Selain itu aspirin juga disarankan diberi jangka lama namun perlu
diperhatikan efek samping iritasi gastrointestinal dan perdarahan, dan alergi.
Cardioaspirin memberikan efek samping yang lebih minimal dibandingkan aspirin
lainnya.
2. Thienopyridine Clopidogrel dan Ticlopidine
Merupakan antagonis ADP dan menghambat agregasi trombosit. Clopidogrel
lebih diindikasikan pada penderita dengan resistensi atau intoleransi terhadap
aspirin. AHA/ACC guidelines update 2006 memasukkan kombinasi aspirin dan
clopidogrel harus diberikan pada pasien PCI dengan pemasangan stent, lebih 1
bulan untuk bare metal stent, lebih 3 bulan untuk sirolimus eluting stent, dan lebih
6 bulan untuk paclitaxel-eluting stent.
3. Obat penurun kolesterol
Pengobatan dengan statin digunakan untuk mengurangi risiko baik pada prevensi
primer maupun prevensi sekunder. Berbagai studi telah membuktikan bahwa
statin dapat menurunkan komplikasi sebesar 39% (Heart Protection Study),
ASCOTT-LLA atorvastatin untuk prevensi primer PJK pada pasca-hipertensi.
Statin selain sebagai penurun kolesterol, juga mempunyai mekanisme lain
(pleiotropic effect) yang dapat berperan sebagai anti inflamasi, anti trombotik dll.
2. Pengobatan statin untuk semua pasien dengan penyakit jantung koroner (level
evidence A).
3. Pemberian ACE inhibitor pada pasien dengan indikasi pemberian ACE inhibitor,
seperti hipertensi, disfungsi ventrikel kiri, riwayat miokard infark dengan
disfungsi ventrikel kiri, atau diabetes (level evidence A).
4. Pemberian Beta-blocker secara oral pada pasien gagal jantung atau yang pernah
mendapat infark miokard (level evidence A).
berperan dalam menimbbulkan peningkatan akut tekanan arteri yang lebih tinggi
lagi.
Peningkatan Tekanan Arteri Selama Kerja Fisik- Hasil Penting Peningkatan
Rangsang Simpatis
Salah satu efek paling penting dari peningkatan aktivitas simpatis saat kerja fisik
adalah untuk meningkatkan tekanan
perangsangan , antara lain (1) vasokonstriksi arteriol dan arteri kecil pada sebagian
besar jaringan tubuh kecuali pada otot yang aktif (2) peningkatan aktivitas pemompaan
oleh jantung dan (3) peningkatan hebat tekanan pengisian sistemik
rata-rata yang
terutama disebabkan oleh kontraksi vena. Efek-efek ini bekerja bersama-sama yang
akhirnya selalu meningkatkan tekanan arteri Selama kerja fisik. Kenaikan ini dapat
sekecil 20 mmHg atau sebesar 80 mmHg bergantung pada keadaan sewaktu melakukan
kerja fisik. Bila seseorang melakukan kerja fisik dalam keadaan tegang tetapi hanya
menggunakan sedikit otot saja, respons simpatis tetap terjadi di seluruh tubuh. Pada
beberapa otot yang aktif, terjadi vasodilatasi tetapi pada semua tempat lain di tubuh
terutama terjaid efek vasokonstriksi yang seringkali meningkatkan tekanan arteri ratarata sampai setinggi 170 mmHg.
Peningkatan Tekanan Arteri Selama Kerja Otot dan Jenis Stress Lainnya
Contoh penting kemampuan system saraf untuk meningkatkan tekanan arteri
adalah adalah peningkatan tekanan selama kerja otot. Selama kerja berat, otot-otot sangat
membutuhkan peningkatan aliran darah. Sebagian peningkatan ini akibat vasodilatasi
lokal pada vascularisasi otot yang disebabkan oleh peningkatan metabolism sel-sel otot.
Sebagian peningkatan lainnya
disebabkan oleh perangsangan simpatis pada sirkulasi secara keseluruhan selama kerja
fisik. Pada kerja fisik yang paling berat, tekanan arteri meningkat sekitar 30-40% yang
akan meningkatkan aliran darah sampai sebesar dua kali lipat lebih banyak.
Peningkatan tekanan arteri selama kerja fisik terutama akibat dari efek berikut;
ketika area motorik otak menjadi teraktivasi untuk menyebabkan kerja fisik, pada kerja
fisik yang bersamaan sebaian besar system pengaktivasi
juga teraktivasi, yang melibatkan peningkatan perangsangan yang sangat besar diarea
arteri kadang-kadang
meningkat sampai
beberapa detik. Keadaan ini disebut reaksi alarm, dan hal ini meningkatkan tekanan
arteri yang dapat dengan segera menyediakan darah bagi setiap atau seluruh otot tubuh
yang mungkin harus memberi respons segera untuk menimbulkan gerakan lari menjauh
dari bahaya.
dengan
yang mengakibatkan
peristiwanya adalah (1) kenaikan volume cairan ekstrasel (2) meningkatkan volume
darah yang (3) meningkatkan tekanan pengisian sirkulasi rata-rata yang (4) meningkatkan
aliran balik darah vena ke jantung, yang (5) meningkatkan curah jantung yang (6)
meningkatkan tekanan arteri.
Ada dua cara yang dapat meningkatkan tekanan arteri melalui kenaikan curah
jantung. Salah satu cara tersebut adalah pengaruh langsung kenaikan curah jantung
dalam meningkatkan tekanan, dan yang lainnya adalah pengaruh tidak langsung yang
menyebabkan kenaikan tahanan vascular perifer melalui autoregulasi aliran darah.
Bila darah yang mengalir melalui suatu jaringan jumlahnya berlebihan, maka
pembuluh darah jaringan setempat akan berkonstriksi dan menurunkan aliran darahnya
kembali normal. Fenomena ini disebut autoregulasi, yang secara sederhana berarti
pengaturan aliran darah
volume darah
meningkatkan curah jantung, aliran darah di seluruh jaringan tubuh akan meningkat
sehingga mekanisme autoregulasi ini akan menyebabkan konstriksi pembuluh darah di
seluruh tubuh. Keadaan ini selanjutnya akan meningkatkan tahanan perifer lokal .
Pada akhirnya karena tekanan arteri sama dengan curah jantung dikali tahanan
perifer lokal, maka peningkatan sekunder pada
adanya
perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi
pernapasan, dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi
tubuh. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan
metabolisme dalam tubuh, denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem
kardiovaskular, frekuensi pernapasan dapat menunjukkan fungsi pernapasan, dan tekanan
darah dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan dengan
denyut nadi. Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktifitas berat atau dalam
keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem
tubuh. Prosedur pemeriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran
suhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernapasan dan pengukuran tekanan darah.
a. Pengukuran Suhu
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai keseimbangan
antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila
pengeluaran panas meningkat. Kondisi demikian dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi,
berkeringat, hiperventilasi dan lain lain. Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas
meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun. Kondisi ini dapat dilihat pada
peningkatan metabolisme dan kontraksi otot. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan
secara oral, rektal, axila. Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang
suhu tubuh.
a.
Cara pemeriksaan suhu oral.
1.
Jelaskan prosedur pada klien
2.
Cuci tangan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
b.
suhu.
Setelah 3-5 menit angkat thermometer.
Catat hasil.
Bersihkan thermometer dengan kertas tisu.
Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
tisu.
Turunkan thermometer dibawah suhu 34-35 c.
Letakkan thermometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi diatas
8.
9.
10.
11.
12.
dada.
Setelah 3-10 menit thermometer diangkat dan dibaca hasilnya.
Catat hasil.
Bersihkan thermometer dengan kertas tisu.
Cuci dengan air sabun, desinfektn, bilas dengan air bersih dan keringkan.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
manis.
Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama, dan kekuatan
8.
9.
denyut.
Catat hasil.
Cuci tangan.
c. Pemeriksaan pernapasan
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
sistem pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan
karbondioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam basa. Tujuan
pemeriksaan pernapasan adalah mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
dan menilai kemampuan fungsi pernapasan.
Cara pemeriksaan pernapasan :
1.
Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan
5. Catat hasil
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
d. Pemeriksaan tekanan darah
Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler
bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat di ukur dengan
dua metode. Metode langsung yaitu metode yang menggunakan kanula atau jarum yang
gravitasi sehingga kecepatan denyut jantung meningkat. Tetapi dalam percobaan kali ini
kami dapatkan hasil dimana tekanan darah berbaring lebih tinggi daripada pada saat
duduk. Hal ini merupakan kesalahan pemeriksa dalam melakukan pengukuran.
darah menjadi tidak stabil. Selain karena posisi dan aktifitas, tekanan darah seseorang
juga dipengaruhi oleh suhu. Suhu tubuh harus selalu dijaga agar tetap berada pada suhu
normal saat dilakukan pengukuran. Hal ini bertujuan agar organ tubuh dapat bekerja
dengan normal. Jika terjadi perubahan temperatur tubuh, maka beberapa fungsi organ
tubuh juga terganggu (dalam hal ini jantung).
6. ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)
Elektrokardiogram adalah suatu representasi dari potensial listrik otot jantung
yang didapat melalui serangkaian pemeriksaan menggunakan sebuah alat bernama
elektrokardiograf. Melalui EKG (atau ada yang lazim menyebutnya ECG {in English:
Electro Cardio Graphy}) kita dapat mendeteksi adanya suatu kelainan pada aktivitas
elektrik jantung melalui gelombang irama jantung yang direpresentasikan alat EKG di
kertas EKG
a. Irama jantung
Irama jantung normal adalah irama sinus, yaitu irama yang berasal dari impuls
yang dicetuskan oleh Nodus SA yang terletak di dekat muara Vena Cava Superior di
atrium kanan jantung. Irama sinus adalah irama dimana terdapat gelombang P yang
diikuti oleh kompleks QRS. Irama jantung juga harus teratur/ reguler, artinya jarak antar
gelombang yang sama relatif sama dan teratur. Misalkan saya ambil gelombang R, jarak
antara gelombang R yang satu dengan gelombang R berikutnya akan selalu sama dan
teratur.
Irama Sinus, yakni adanya gelombang P, dan setiap gelombang P harus diikuti
oleh kompleks QRS. Ini normal pada orang yang jantungnya sehat.
Irama Bukan Sinus, yakni selain irama sinus, misalkan tidak ada kompleks QRS
sesudah gelombang P, atau sama sekali tidak ada gelombang P. Ini menunjukkan
adanya blokade impuls elektrik jantung di titik-titik tertentu dari tempat jalannya
impuls seharusnya (bisa di Nodus SA-nya sendiri, jalur antara Nodus SA Nodus
AV, atau setelah nodus AV), dan ini abnormal.
Reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya selalu sama dan teratur.
Kita juga bisa menentukan regulernya melalui palpasi denyut nadi di arteri
karotis, radialis dan lain-lain.
Tidak reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya tidak sama dan
tidak teratur, kadang cepat, kadang lambat, misalnya pada pasien-pasien aritmia
jantung.
b. Frekuensi jantung
Frekuensi jantung atau Heart Rate adalah jumlah denyut jantung selama 1 menit.
Cara menentukannya dari hasil EKG ada bermacam-macam, Normal: HR berkisar antara
60 100 x / menit.
c. Aksis
Aksis jantung adalah, proyeksi jantung jika dihadapkan dalam vektor 2 dimensi.
Vektor 2 dimensi disini maksudnya adalah garis-garis yang dibentuk oleh sadapansadapan pada pemeriksaan EKG. Sadapan (Lead) EKG biasanya ada 12 buah yang dapat
dikelompokkan menjadi 2:
1. Lead bipolar, yang merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda/ lead standar,
yaitu lead I, II dan III.
2. Lead unipolar, yang merekam perbedaan potensial listrik pada satu elektroda yang
lain sebagai elektroda indiferen (nol). Ada 2: (a) unipolar ekstrimitas (aVL, aVF,
dan aVR); (b) unipolar prekordial (V1, V2, V3, V4, V5 dan V6)
Setiap lead memproyeksikan suatu garis/ vektor tertentu. Urutannya bisa
dilihat dari gambaran berikut ini:
Aksis jantung normal (positif) adalah antara -30 sampai dengan 120 (ada
yang mendefinisikan sampai 100 saja). Sebenarnya ini adalah proyeksi dari arah
jantung sebenarnya (jika normal dong ). Pada kertas EKG, kita bisa melihat
gelombang potensial listrik pada masing-masing lead. Gelombang disebut positif jika
arah resultan QRS itu ke atas, dan negatif jika ia kebawah. Berikut ini arti dari
masing-masing Lead:
Lead I = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri
(LA), dimana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+).
Lead II = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri
(LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-), dan kaki kiri bermuatan positif
(+)
Lead III = merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF),
dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+)
Lead aVL = merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana tangan kiri
bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen
(potensial nol)
Lead aVF = merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri
bermuatan positif (+), tangan kiri dan tangan kanan nol.
Lead aVR = merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA), dimana tangan
kanan positif (+), tangan kiri dan kaki kiri nol.
Secara elektrofisiologi, arus potensial listrik jantung berasal dari SA node lalu
meluncur ke AV node, bundle His, cabang septal dan sampai ke serabut purkinje.
Arus itu bermuatan negatif (-). Jika arus itu menuju lead yang bermuatan positif (+),
maka di kertas EKG akan muncul gelombang ke atas, kalau arus itu menjauhi lead
yang bermuatan (+) tersebut, maka di kertas EKG akan muncul sebagai gelombang
ke bawah.
Arah gelombang di lead aVR bernilai negatif (gelombangnya terbalik), karena
arah arus jantung berlawanan dengan arah lead/ menjauhi lead, sedangkan di leadlead lainnya bernilai positif (gelombangnya ke atas)
RAD (Right Axis Deviation), artinya aksisnya bergeser ke kanan, atau di atas
120. Kalau ke kanan tentu lead I-nya akan negatif, sedangkan aVF dan II positif.
Biasanya ini terjadi jika adanya pembesaran jantung kanan/ RVH (Right
Ventricular Hypertrophy).
d. Gelombang P
Gelombang P adalah representasi dari depolarisasi atrium. Gelombang P yang
normal:
lebar < 0,12 detik (3 kotak kecil ke kanan)
tinggi < 0,3 mV (3 kotak kecil ke atas)
selalu positif di lead II
selalu negatif di aVR
Yang ditentukan adalah normal atau tidak:
Normal
Tidak normal:
P-pulmonal : tinggi > 0,3 mV, bisa karena hipertrofi atrium kanan.
P-mitral: lebar > 0,12 detik dan muncul seperti 2 gelombang berdempet,
bisa karena hipertrofi atrium kiri.
P-bifasik: muncul gelombang P ke atas dan diikuti gelombang ke bawah,
bisa terlihat di lead V1, biasanya berkaitan juga dengan hipertrofi atrium
kiri.
e. PR Interval
PR interval adalah jarak dari awal gelombang P sampai awal komplek QRS.
Normalnya 0,12 0,20 detik (3 5 kotak kecil). Jika memanjang, berarti ada blokade
impuls. Misalkan pada pasien aritmia blok AV, dll.
Yang ditentukan: normal atau memanjang.
f. Kompleks QRS
Adalah representasi dari depolarisasi ventrikel. Terdiri dari gelombang Q, R
dan S. Normalnya:
Lebar = 0.06 0,12 detik (1,5 3 kotak kecil)
tinggi tergantung lead.
Yang dinilai:
- Gelombang Q: adalah defleksi pertama setelah interval PR / gelombang P. Tentukan
apakah dia normal atau patologis. Q Patologis antara lain:
durasinya > 0,04 (1 kotak kecil)
dalamnya > 1/3 tinggi gelombang R.
- Variasi Kompleks QRS
QS, QR, RS, R saja, rsR, dll. Variasi tertentu biasanya terkait dengan kelainan
tertentu.
Interval QRS, adalah jarak antara awal gelombang Q dengan akhir gelombang S.
Normalnya 0,06 0,12 detik (1,5 3 kotak kecil). Tentukan apakah dia normal atau
memanjang.
g. Tentukan RVH/LVH
Rumusnya,
RVH jika tinggi R / tinggi S di V1 > 1
LVH jika tinggi RV5 + tinggi SV1 > 35
h. ST Segmen
ST segmen adalah garis antara akhir kompleks QRS dengan awal gelombang T.
Bagian ini merepresentasikan akhir dari depolarisasi hingga awal repolarisasi ventrikel.
Yang dinilai:
Normal: berada di garis isoelektrik
Elevasi (berada di atas garis isoelektrik, menandakan adanya infark miokard)
Depresi (berada di bawah garis isoelektrik, menandakan iskemik)
i. Gelombang T
Gelombang T adalah representasi dari repolarisasi ventrikel. Yang dinilai adalah:
Normal: positif di semua lead kecuali aVR
Inverted: negatif di lead selain aVR (T inverted menandakan adanya iskemik)
7. RADIOLOGI JANTUNG
Untuk mengetahui adanya kelainan patologis/abnormalitas pada jantung
dapat digunakan berbagai pemeriksaan penunjang setelah anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cermat. Salah satu pemeriksaan yang digunakan luas
adalah teknik pencitraan/radiologi, karena dapat menyajikan
gambaran
yang
baik
dan
diagnosis.
Pemeriksaan
membantu
radiologi
dalam
jantung
menegakkan
sendiri
memiliki
a. Chest X-Ray
Chest x-ray merupakan pemeriksaan x-ray yang digunakan untuk
melihat dinding dada, struktur tulang iga dan diafragma serta organorgan dalam seperti jalan napas, paru, jantung dan arteri besar/aorta.
Chest x-ray juga merupakan modalitas untuk melihat/mendiagnosa
keadaan patologis seperti pneumonia dan gagal jantung kongestif.
Pemeriksaan
x-ray
sendiri
merupakan
pemeriksaan
dengan
Gambar
diambil
pada
dua
proyeksi,
yaitu
PA
b. Echocardiography
Echocardiography
merupakan
pemeriksaan
dengan
kelainan
jantung
kongenital,
penyakit
jantung
katup,
inherensi
(jumlah
potongan)
yang
tinggi,
maka
(shunt, seperti
ASD
atau
VSD)
dalam
jantung.
diketahui.
Namun
penggunaan
echocardiography
ini
c. Nuclear medicine
Nuclear
medicine
radionuklida)
umumnya
(pencitraan
digunakan
jantung
untuk
menggunakan
pasien
yang
diduga
pemeriksaanyang
membutuhkan
(radiofarmaceutic/radiotracer)
injeksi
secara
komponen
intravena
yang
aktivitas
fisik
atau
diberikan
obat-obatan
untuk
Oleh
karena
itu,
pemeriksaan
ini
dilakukan
untuk
menilai
kalsium
di
arteri
koroner
dan
memprediksi
fisiologi.
MRI
menggunakan
magnet
untuk
menghasilkan
zat
kontras
(walau
pada
beberapa
pemeriksaan
melihat
adanya
kelainan
kongenital,
massa
intrakardiak,
f. Cardiac arteriography
Arteriography/arteriogram merupakan teknik pencitraan arteri
dengan menggunakan zat intravena dan x-ray. Teknik ini dapat
digunakan untuk melihat arteri di jantung, otak, ginjal dan bagian lain
tubuh. Pasien akan diberikan obat sedatif agar rileks. Selanjutnya
materi kontras dimasukkan melalui sebuah vena/arteri (biasanya di
daerah paha) dan x-ray digunakan untuk melihat aliran zat kontras di
dalam pembuluh darah.[4]
pembuluh-pembuluh halus. Penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah
jantung dan resistensi perifer total, yang dapat dirumuskan dengan :
Tekanan Darah Arteri Rata-Rata = Curah Jantung x Resistensi Perifer Total
Di lain sisi ada faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung dan resistensi
perifer total, sehingga pengaturan tekanan darah menjadi sangat kompleks. Perubahan
setiap faktor tersebut akan merubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan
kompensatorik pada variable lain sehingga tekanan darah konstan. Faktor yang
mempengaruhi curah jantung, yaitu kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup.
Kecepatan denyut jantung ditentukan oleh pengaruh saraf otonom, sedangkan volume
sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena dan aktivitas simpatis. Aliran balik vena
ditentukan oleh katup vena, efek penghisapan jantung, tekanan yang terjadi pada darah
oleh kontraksi jantung, peningkatan aktivitas simpatis, pompa otot rangka, pompa
respirasi, peningkatan volume darah.
Faktor yang mempengaruhi resistensi perifer total, yaitu jari-jari arteriol dan
viskositas darah. Jari-jari arteriol ditentukan oleh kontrol intrinsik dan kontrol ekstrinsik.
Kontrol intrinsik digunakan untuk menyesuaikan aliran darah melalui suatu jaringan
dengan kebutuhan metabolik jaringan tersebut dan diperantarai oleh faktor-faktor
jaringan yang bekerja pada otot polos arteriol. Kontrol intrinsik meliputi perubahan
metabolik lokal menyangkut oksigen, karbodioksida dan metabolit lain, pengeluaran
histamin, respon miogenik terhadap peregangan. Kontrol ektrinsik digunakan untuk
mengatur tekanan darah dan terutama diperantarai oleh pengaruh simpatis dan otot-otot
polos arteriol.Kontrol ekstrinsik meliputi aktivitas simpatis, epinefrin dan norepinefrin,
angiotensin II, dan vasopresin. Sedangkan viskositas darah dipengaruhi oleh jumlah sel
darah merah dan konsentrasi protein plasma. Aliran darah ke suatu jaringan tergantung
pada gaya pendorong berupa tekanan darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi
arteriol-arteriol jaringan tersebut. Karena tekanan arteri tergantung pada curah jantung
dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika arteriol di salah satu jaringan berdilatasi, arteriol
di jaringan lain akan mengalami konstriksi untuk mempertahankan tekanan darah arteri
yang adekuat, sehingga darah mengalir tidak saja ke jaringan yang mengalami
vasodilatasi, tetapi juga ke otak, yang harus mendapat pasokan darah konstan. Oleh
karena itu, variable kardiovaskuler harus terus-menerus diubah untuk mempertahankan
tekanan darah yang konstan walaupun kebutuhan jaringan akan darah berubah-ubah.
b.
Refleks
baroreseptor sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah
Efek Sistem Saraf Simpatis dan Parasimpatis pada Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan
Darah Arteri Rata-rata :
9. STUDI KASUS
a. Pengaruh Zat Pada Rokok Terhadap Tubuh
Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut :
1. Nikotin
Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin yang
terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga
di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 ng/ml. Nikotin merupakan
alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya
ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf
pusat. Nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif.
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam
Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya
bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni
saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan
menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya.
Nikotin dapat menstimulasi peningkatan seksresi dari katekolamin
(adrenalin) yang dikeluarkan sistem saraf simpatis sehingga menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah yang menyebabkan hipertensi. Selain itu, nikotin
juga secara tidak langsung membuat jantung berdenyut cepat sebagai kompensasi
terhadap vasokontriksi pembuluh darah.
2. Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau.
Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang
atau karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan
oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan
sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok
paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan
kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, M., 1997).
Karbon Monoksida diketahui memiliki kemampuan berikatan lebih kuat
pada HB dibandingkan dengan oksigen. Sehingga jika CO diikat lebih banyak di
dalam tubuh menyebabkan kekurangan oksigen dan suasana darah asam. Untuk
mempertahankan keadaan homeostasis maka jantung memompa lebih cepat dan
paru bekerja lebih cepat untuk memenuhi defisit oksigen dalam tubuh. keadaan ini
diikuti dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan spasme yang menyebabkan
hipertensi.
3. Tar.
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paruparu. Kadar tar pada rokok antara 0,5-35 mg per batang. Tar merupakan suatu zat
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru. Bila
paru-paru tidak adekuat maka proses pertukaran O2 CO2 inadekuat. Akibatnya
terjadi insufisiensi O2 yang menyebabkan kompensasi vasokonstriksi pembuluh
darah yang memicu hipertensi.
4. Kadmium.
Kadmium adalah zat dalam rokok yang dapat meracuni jaringan tubuh
terutama ginjal/bersifat nefrotoksik.Ginjal adalah salah satu organ yang
berfungsi mengatur tekanan darah dan volume darah. Bila fungsi ginjal
terganggu maka akan mempengaruhi tekanan darah salah satunya
hipertensi.kadmium juga diketahui bersifat perusak dinding pembuluh darah.
Akibatnya terjadi peradangan dan memicu penyumbatan pembuluh darah.
5. Hidrogen Sianida (HCN)
Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar
dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan.
Bila pernapasan inadekuat akan memicu masalah pada kardiovaskular. Salah satu
dampak yang dapat dihasilkan adalah hipertensi.
6. Nitrous Oxide
Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap
dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit.nitro
oksida juga dapat menyebabkan abnormalitas pengaturan sistem saraf sehingga
menyebabkan terganggunya proses vasokonstriksi dan dilatasi pembuluh darah
7. Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa
zat organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun
dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas
enzim vasodilator. Akibatnya pembuluh darah sulit berdilatasi dan menyebabkan
hipertensi timbul. Selain itu, fenol bersifat perusak endotel yang memicu
penyumbatan pembuluh darah.
8. Hidrogen sulfida
Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar
dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi
pigmen) metabolisme dan enzim vasodilator.
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi /Edukasi
Berhenti merokok
Mengurangi BB
Olahraga teratur
Menghindari stress
Istirahat
KESIMPULAN
Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi pada Tn. G adalah Usia, Riwayat Keluarga,
Merokok dan Jenis Kelamin
DAFTAR PUSTAKA
FKUI
Day, R. A. and A. L. Underwood. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta. Penerbit Erlangga.
Gray, Huon H, dkk. 2002.Lecture Notes Kardiologi Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga
Medical Series
Mia, S, dan Chandra, H. (2009). Bahan bahan berbahaya dalam kehidupan. Cetakan I.
Bandung. Penerbit Salamadani Pustaka Semesta.
Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner
Akut. 2006. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Departemen Kesehatan.
Jakarta.
Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Interna Publishing.
Tierney, L.M., McPhee, S.J., dan Papadakis, M.A., 2006, Current Medical Diagnosis &
Treatment, Edisi 45, 343-350, Lange Medical Books, McGraw-Hill.