Disusun Oleh
Mega Setiawati
1035211004
A. PRE OPERATIF
1. Definisi pra operatif
Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika
keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim
ke meja operasi. Informed consent diperlukan untuk melindungi pasien dari
pembedahan yang lalai dan melindungi ahli bedah terhadap tuntutan dari
suatu lembaga hukum.
3. Persiapan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium (lab. Rutin, kimia fungsi liver, ginjal dll).
b. Mengidap radiologi bila indikasi dan pemeriksaan daignostik seperti rofoto
thorax, abdomen, tulang merah fraktur), USQ, CT-scan, MRI,BNO-IVP,
Renogram, EKG, EUTO, EEC, dan lain-lain.
3) ASA III : Pasien dengan gangguan sistemik berat yang diakibatkan oleh
karena berbagai penyebab = APP perforasi dengan iskemik
1) Umur
2) Alergi terhadap obat, makanan
3) Pengalaman pembedahan
4) Pengalaman anestesi
5) Tembakau, alcohol, obat-obatan
6) Lingkungan
7) Kemampuan self care
8) Support system
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin
dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi
harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang
cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan
pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan
pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling
sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan
sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena
tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan
infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat
diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan
lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
7. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Informasikan
klien waktu pelaksanaan
prosedur operasi/perawatan
2. Informasikan
klien lama waktu pelaksanaan
prosedur operasi/perawatan
3. Jelaskan tujuan
prosedur operasi/perawatan
4. Jelaskan hal-hal
yang perlu dilakukan setelah
prosedur operasi/perawatan
5. Pastikan
persetujuan operasi telah
ditandatangani
6. Lengkapi ceklist
operasi
Kecemasan Setelah dilakukan perawatan Penurunan kecemasan
selama 2x24 jam cemas ps 1. Bina Hub. Saling percaya
hilang atau berkurang dg 2. Libatkan keluarga
indikator: 3. Jelaskan semua Prosedur
1. Mengungkapkan cara
mengatasi cemas 4. Hargai pengetahuan ps
2. Mampu menggunakan tentang penyakitnya
coping 5. Bantu ps untuk
3. Dapat tidur mengefektifkan sumber
4. Mengungkapkan tidak support
ada penyebab fisik yang
dapat menyebabkn cemas
6. Berikan reinfocement
untuk menggunakan Sumber
Coping yang efektif
B. INTRA OPERATIF
1. Definisi Intra Operatif
1) Ahli bedah
Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah
melakukan operasi.
4) Circulating Nurse
Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan.
Tugas :
a) Mengkoordinasikan aktivitas
b) Mengimplementasikan NCP
c) Membenatu anesthetic
d) Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll.
Alur lalu lintas yang menyebabkan kontaminasi dan ada pemisahan antara hal
yang bersih dan terkontaminasi design (protektif, bersih, steril dan kotor).
Umumnya :
a) Kamar terima
b) Ruang untuk peralatan bersih dan kotor.
c) Ruang linen bersih.
d) Ruang ganti
e) Ruang umum untuk pembersihan dan sterilisasi alat.
f) Scrub area.
Ruang operasi terdiri dari :
Pencegahan kontaminasi :
a) Cuci tangan.
b) Handscoen.
c) Mandi.
d) Perhiasan (-).
3) Pakaian bedah.
Terdiri : Kap, Masker, gaun, Tutup sepatu, baju OK.
4) Surgical Scrub.
Cuci tangan pembedahan dilakukan oleh :
a) Ahli Bedah
b) Semua asisten
c) Scrub nurse.
sebelum menggunakan sarung tangan dan gaun steril.
Alat-alat:
3. Anasthesia
1) Anasthesia Umum.
Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi
impulse saraf otak. Misal : bedah kepala, leher. Klien yang tidak
kooperatif.
Stadium Anesthesia :
a) Stadium I : Relaksasi
Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara bertahab.
b) Stadium II : Excitement.
Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernafasan yang
iregular dan pergerakan anggota badan tidak teratur.
c) Stadium III : Ansethesi pembedahan..
Ditandai dengan relaksasi rahang, respirasi teratur, penurunan
pendengaran dan sensasi nyeri.
d) Stadium IV : Bahaya.
Apnoe, Cardiapolmunarry arrest, dan kematian.
a. Letak aplikasi
b. Volume total anestesi
c. Kosentrasi dengan kemampuan penetrasi obat
Penggunaan regional anestesi :
a. Over dosis
b. Teknik pemberian yang salah
c. Sensitifitas klien terhadap anestesi
Tanda :
a. Stimulasi CNS diikuti depresi CNS dan cardio: Gelisah, pembicaraan
incoherent, sakit kepala, mata kabur, rasa metalik, mual, muntah,
tremor,konfulsi dan peningkatan nadi respirasi , tekanan darah
b. Komplikasi local : Edema, peradangan, abses, necrosis,ganggren.
4. Pengkajian
Di ruang penerimaan perawat sirkulasi :
Perawat menanyakan :
5. Diagnosis keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Resiko infesi, NOC: Kontrol infeksi NIC: kontrol infeksi intra
dengan faktor operasi
Selama dilakukan tindakan
resiko: Prosedur
operasi tidak terjadi transmisi 1. gunakan pakaian
invasif:
agent infeksi. khusus ruang operasi
pembedahan,
2. Pertahankan prinsip
infus, DC Indikator:
aseptic dan antiseptik
Alat dan bahan yang dipakai
tidak terkontaminasi
C. POST OPERATIF
1. Definisi Post Operatif
Dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan
evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Stadium ketiga dan
terakhir dari preoperasi adalah bila klien masuk ruang pulih sadar, ruang PAR,
atau PACU. Selama periode post operative, klien dirawat oleh perawat di ruang
PAR ( Post Anesthesia Recovary ) dan unit setelah di pindah dari ruang
pemulihan.
2. Pengkajian
Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat
mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik
dan emosi, sebelum pembedahan dan alergi.
1) System Pernafasan
Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
3) Sistem Persyarafan
a) Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran semua klien dengan anesthesia
umum.
b)Klien dengan bedah kepala leher : respon pupil, kekuatan otot, koordinasi.
Anesthesia umum depresi fungsi motor.
4) Sistem Perkemihan.
a) Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post
anesthesia inhalasi, IV, spinal.
Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi retensio urine.
b)Dower catheter kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam
komplikasi ginjal.
5) Sistem Gastrointestinal.
a) Mual muntah 40 % klien dengan GA selama 24
jam pertama dapat menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat
meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.
b) Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara
usus.
c) Kaji paralitic ileus suara usus (-), distensi
abdomen, tidak flatus.
d) Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi
post operatif dengan decompresi dan drainase lambung. Fungsinya:
· Meningkatkan istirahat.
· Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac
bawah.
· Memonitor perdarahan.
· Mencegah obstruksi usus.
· Irigasi atau pemberian obat.
Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.
6) Sistem Integumen.
a) Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada
infeksi, trauma, malnutrisi, obat-obat steroid.
b) Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.
c) Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat
disebabkan :
· Infeksi luka.
· Diostensi dari udema / palitik ileus.
· Tekanan pada daerah luka.
· Dehiscence.
· Eviscerasi.
1) Drain dan Balutan
Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR,
(Jumlah, warna, konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal observasi), dan
minimal tiap 8 jam saat di ruangan.
2) Pengkajian Nyeri
Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra
operative.
Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi,
diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian
analgetika.
3) Pemeriksaan Laboratorium.
Dilakukan untuk memonitor komplikasi . Pemeriksaan didasarkan pada
prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi post operative. Test
yang lazim adalah elektrolit, dan darah lengkap.
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
RESPIRATORY MONITORING
1. Monitor rata – rata, kedalaman,
irama dan usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot supraclavicular
dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti
dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot diagfragma
( gerakan paradoksis )
7. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas utama
9. Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui hasilnya
Kerusakan integritas kulit NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous NIC :
berhubungan dengan luka Membranes
Pressure Management
pemebedahan, drain dan drainage.
Kriteria Hasil :
1. Anjurkan pasien untuk
1. Integritas kulit yang baik bisa menggunakan pakaian yang longgar
dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, 2. Hindari kerutan padaa tempat
hidrasi, pigmentasi) tidur
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
3. Perfusi jaringan baik bersih dan kering
4. Menunjukkan pemahaman dalam proses 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya pasien) setiap dua jam sekali
sedera berulang 5. Monitor kulit akan adanya
5. Mampu melindungi kulit dan kemerahan
mempertahankan kelembaban kulit dan 6. Oleskan lotion atau minyak/baby
perawatan alami oil pada derah yang tertekan
7. Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan sabun
dan air hangat
Nyeri akut berhubungan dengan NOC :
incisi pembedahan dan posisi selama NIC
1. Pain Level,
pembedahan.
2. Pain control,
3. Comfort level PAIN MANAGEMENT
Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
Komplikasi
Komplikasi pasca operatif: Syok, Hemoragi, Trombosis Vena Profunda (TVP),
Emboli pulmonal, komplikasi pernapasan, retensi urin, komplikasi
gastrointestinal, psikis pascaoperatif, dan delirium.
Daftar pustaka
Goodman, T. & Spry, T. (2016). Essentials of perioperative nursing. 6th Ed. USA:
Jones & Bartlett Learning.
Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2. Nazwar
Hamdani, Edtor. Bantul (ID): MediAction
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2016).
Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 6.Philadelpia: Elsevier.