Anda di halaman 1dari 51

EFEKTIVITAS FISIOTERAPI DADA DAN BATUK EFEKTIF

TERHADAP BERSIHAN JALAN NAFAS


PADA PASIEN TB PARU

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


( LITERATURE REVIEW )

MITA NATALIA
NIM 2020.029

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU PALOPO
2023
EFEKTIVITAS FISIOTERAPI DADA DAN BATUK EFEKTIF
TERHADAP BERSIHAN JALAN NAFAS
PADA PASIEN TB PARU

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


( LITERATURE REVIEW )

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk


Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

MITA NATALIA
NIM 2020.029

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU PALOPO
2023

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mita Natalia

Nim : 2020.029

Institusi : Akper sawerigading pemda luwu

Menyatakan dengan sebernya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis

ini adalah benar – benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan

atau pikiran saya sendir.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis

Ilmiah ini hasil jiblakan, maka saya bersedia menrima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Palopo, ……….. 2023

Pembuatan Pernyataan

MITA NATALIA
NIM. 2020.2029

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis ilmiah ( literature Review ) Dengan judul :

EFEKTIVITAS FISIOTERAFI DADA DAN BATUK EFEKTIF


TERHADAP BERSIHAN JALAN NAFAS PADA
PASIEN TB PARU

Oleh :
MITA NATALIA
2020.2029

Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji


Karya Tulis Ilmiah ( Literature Review ) Akper
Sawerigading Pemda Luwu

Palopo, …………… 2023


Pembimbing

Ns. Anshar Rante.S.Kep.M,Kes


NIDN. 0902117201

iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala segala puki dan syukur

penulis panjatkan kepala Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmatnya,

penulis dapat menyelesaikan literature review dengan judul “Efektivitas

Fisioterafi Dada Dan Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada

Pasien Tb Paru”. Literatur Review ini diselesaikan guna memenuhi salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan pada jurusan DIII Keperawatan

Akper Sawerigading Pemda Luwu. Perjalanan Panjang telah tertulis lalui dalam

rangka pereampungan penulisan literature ini. Oleh karena itu,dengan penuh

kerendahan hati, pada kesempatan kali ini patutlah kiranya penulis menyampaikan

ucapan terimakasih kepada

1. Hj.Warda, M.A.Kep.M.Kes, selaku Direktur Akademi Keperawatan

Sawerigading Pemda Luwu, yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mengikuti Pendidikan.

2. Wakil Direktur I, yang telah memfasilitasi dan mengarahkan penulis selama

mengikuti proses Akademik.

3. Wakil Direktur II, atas dedikasi mengembangkan saran dan prasarana

pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan kondusif.

4. DR. Djusmadi Rasyid, S.ST,.M. Kes dan Ns. Cici Pratiwi, S. Kep., M Kes

yang telah memberikan masukan dan sarana demi kesempurnaan KTI penulis.

5. Dosen dan seluruh staf Pendidikan Akademi Keperawatan Sawerigading

Pemda Luwu yang telah memberi ilmu dan bimbingan selama penulis

mengikuti Pendidikan.

v
vi

6. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberi ilmu dan bimbingan

selama penulisan mengikuti Pendidikan.

7. Kepada rekan seperjuangan yang telah banyak memberi dorongan penulis

selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan

membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga

Tugas Akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palopo,………….2023

Mita Natalia
vii
DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL..................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................... ii

LEMBARAN PERSETUJUAN..................................................................... iii

LEMBARAN PENGESAHAN...................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian................................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN......................................................... 5

A. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien TB Paru........................... 5

1.Konsep TB Paru................................................................................ 5

a.Pengertian .................................................................................... 5

b.Etiologi......................................................................................... 6

c.Patofiologi ................................................................................... 6

d.Mekanisme klinik......................................................................... 7

e.Pemeriksa penunjang.................................................................... 10

vii
viii

f.Penatalaksanaan ........................................................................... 13

g.Konplikasi ................................................................................... 13

h.Penularan TB paru....................................................................... 14

2. Konsep Asuhan Keperawatan Pada pasien TB paru...................... 15

a.Pengkajian .................................................................................. 15

b.Diagnosa..................................................................................... 21

c.Intervensi keperawatan............................................................... 22

d.Impelemntasi keperawatan,........................................................ 25

e.Eveluasi keperawatan................................................................. 26

B. Konsep terapi....................................................................................... 27

1.Pengertian Fisioterapi Dada dan batuk efektif.................................. 27

2.Manfaat terapi................................................................................... 27

3.Mekanisme Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif

dan Hasil Penelitian....................................................................... 28

BAB III METODE PENULISAN.................................................................. 30

A. Metode Penelitian................................................................................ 30

B. Manfaat Penelitian............................................................................... 30

C. Strategi Pencarian Literature............................................................... 31

1.Framework yang digunakan............................................................. 31

2.Kata kunci......................................................................................... 31

3.Database atau search Engine............................................................ 31

D. Kriteria Inklusi dan Eklusi................................................................... 32

E. Seleksi Studi dan Penelitian................................................................ 39


ix

F. Analisa data......................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis yang secara khas ditandai oleh pembentukan

granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan (Kemenkes Indonesia, 2021).

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang menyebabkan kematian

tertinggi kedua di dunia setelah HIV/AIDS (WHO, 2015). World Health

Organization (WHO) menunjukkan peningkatan prevalensi kasus TB dari 9,6

juta menjadi 10,4 juta pada tahun 2016. Indonesia menduduki peringkat

kedua dunia dengan penyakit TB terbanyak yaitu 1,2 juta kasus dengan angka

kematian 100.000 jiwa setiap tahun (Global Tuberculosis Report, 2016).

Kejadian TB di Sulawesi Tenggara bukan yang tertinggi di Indonesia,

akan tetapi mengalami peningkatan jumlah setiap tahun. Pada Tahun 2017

tercatat sebanyak0 2.587 kasus baru BTA positif, yang tersebar pada empat

Kabupaten dengan penderita terbanyak yakni Kota Kendari, Kabupaten

Konawe, Kolaka, dan Bau-Bau. Di RSUD Kota Kendari sebagai salah satu

RS rujukan Provinsi, tercatat 545 penderita TB dalam rekam medis pernah

menjalani perawatan di 2017 (Rekam Medik RSUD Kota Kendari, 2018).

Angka ini diperkirakan terus mengalami lonjakan seiring dengan

bertambahnya populasi masyarakat yang tinggal di Kota Kendari.

Penyakit TB paru ditularkan melalui airborne yaitu inhalasi droplet yang

mengandung kuman mycobacterium tuberculosis. Pasien TB paru akan

1
2

mengeluh batuk yang disertai dahak dan atau batuk berdarah, sesak napas,

nyeri pada daerah dada, keringat pada malam hari, penurunan nafsu makan.

Pemeriksaan fisik menunjukkan tandatanda berupa peningkatan frekuensi

napas, irama nafas tidak teratur, dan ronchi (Ardiansyah, 2012).

Masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien TB paru adalah

bersihan jalan nafas tidak efektif. Persatuan Perawat Nasional Indonesia

(PPNI, 2017) mendifinisikan bersihan jalan nafas tidak efektif adalah

ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk

mempertahankan jalan nafas tetap paten. Adapun tindakan yang dapat

dilakukan untuk pasien dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas

tidak efektif yaitu tindakan pemberian teknik fisioterapi dada dan batuk

efektif dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif.

Menurut penelitian Endarwati, (2014) menunjukkan efektifatas

fisioterapi dada dan batuk efektif dapat membantu pasien mengeluarkan

sputum. penelitian Ashari, (2022) membuktikan setelah dilakukan fisioterapi

dada dan batuk efektif untuk menurunkan RR dari 28x/menit, dan dari pasien

yang tidak mampu mengeluarkan sputum hingga pasien mampu

mengeluarkan sputum. Penelitian yang sama dilakukan oleh Tahir dkk,

(2019) pemberian fisioterapi dada dan batuk efektif digunakan sebagai

penatalaksanaan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien TB paru

dengan kriteria hasil kepatenan jalan napas yang ditandai dengan frekuensi

napas normal, irama napas teratur, tidak ada suara napas tambahan, pasien

mampu mengeluarkan sputum.


3

B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara mengetahui penerpan fisioterapi dada terhadap

bersihan jalan napas pada pasien tuberkulosis paru.

C. Tujuan menulis

1. Penggunaan Umum

Untuk mengetahui pengaruh batuk efektif dan fisioterapi dada terhadap

bersihan jalan napas pada pasien tuberkulosis paru.

2. Tujuan khusus

Kenali perubahan yang terjadi setelah latihan batuk efektif dan fisioterapi

dada.

D. Manfaat menulis

Dari karya ilmiah ini diharapkan :

a. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang peningkatan kemandirian

pasien dalam penatalaksanaan masalah batuk. Efektif dalam membersihkan

saluran napas pada penderita tuberkulosis paru

b. Keperawatan

Menambahkan ilmu terapan dan teknologi keperawatan untuk menentukan

perlunya batuk yang efektif untuk membersihkan saluran napas pada pasien

tuberkulosis paru.

c. Bagi Institusi

Salah satu referensi mahasiswa keperawatan dalam perawatan pasien

tuberkulosis paru
4

d. Penulis

Mendapatkan pengalaman penerapan hasil penelitian keperawatan

khususnya studi literatur tentang pelaksanaan asuhan keperawatan

pemberian fisioterapi dada untuk menurunkan batuk efektif pada pasien

tuberkulosis paru.
BAB II

METODE KEPUSTAKAAN

A. Konsep Asuahan Keperawatan Pada Paisen TB Paru

1. Konsep teori TB Paru

a. Definisi

Menurut ( Tabrani, 2010 dalam Erlina, 2020), TB paru

adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis, suatu bakteri aerob yang dapat hidup terutama di

paru-paru atau di berbagai organ tubuh lainnya dengan tekanan

parsial oksigen yang tinggi. Selaput sel bakteri ini juga

memiliki kandungan lemak yang tinggi, yang membuat bakteri

ini tahan terhadap asam dan pertumbuhan bakteri menjadi

lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap radiasi ultraviolet,

sehingga penyebarannya terjadi terutama pada malam hari.

Tuberkulosis paru atau tuberkulosis adalah penyakit radang

parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberculosis. TB Paru adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh hasil Mycobacterium tuberculosis yang

menyerang jaringan paru dengan menginfeksi tulang udara

kemudian mengalami proses yang dikenal dengan sebutan

fokus primer Ghon. (Andra SF & Yessie MP, 2013 dalam

Erlina 2020).

5
6

Penularan TB, yaitu penderita tuberkulosis (bakteri tahan asam)

positif dikeluarkan dari droplet dahak. Tuberkulosis dengan

sampel negatif juga memiliki kemungkinan tertular

tuberkulosis, meskipun tingkat penularannya rendah

(Kemenkes RI, 2015 dalam erlina 2020).

b. Etiologi

Menurut Wim de Jong dkk. 2005 (Nurarif & Hardhi

Kusuma, 2015 dalam Erlina 2020) Tuberkulosis disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak memiliki

spora, sehingga mudah dihancurkan oleh panas, sinar

matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua jenis Mycobacterium

tuberculosis, yaitu tipe manusia dan tipe bovine. Bovine

bacilli hadir dalam susu sapi yang menderita mastitis

tuberkulosis enterik. Basil tipe manusia ditemukan dalam

tetesan udara dari orang yang menderita TBC dan rentan

terhadap infeksi TBC jika mereka bernapas di daerah

tersebut. Tuberkulosis ditularkan melalui udara setelah

infeksi.

c. Patofisiologi

Tempat masuknya bakteri Mycobacterium tuberculosis

adalah saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka kulit

terbuka. Sebagian besar infeksi ditularkan melalui udara,

melalui penghirupan tetesan yang mengandung basil tuberkel


7

yang terinfeksi. Basil tuberkulosis yang mencapai alveoli dan

terhirup biasanya terdiri dari satu sampai tiga kelompok. Basil

yang lebih besar biasanya tertinggal di saluran hidung dan

cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit.

Begitu bakteri menginvasi ruang alveolar, mereka mulai

menyebabkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear

tampaknya memfagositosis bakteri di area ini tetapi tidak

membunuh organisme.

Setelah hari pertama, leukosit digantikan oleh makrofag.

Alveoli yang rusak mengeras dan gejala pneumonia akut

muncul. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya

tanpa meninggalkan residu, atau prosesnya dapat berlanjut dan

bakteri terus melakukan fagositosis atau berkembang biak di

dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening

ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang menjaga

infiltrasi memanjang dan sebagian bergabung satu sama lain,

membentuk sel epiteloid tuberkulosis yang dikelilingi oleh

membran. Reaksi ini biasanya memakan waktu 10-20 jam

(Ardiansyah, 2012 dalam Erlina 2020).

d. Mekanisme Klinis

Menurut (Zulkifli Amin & Asril Bahar 2009 dalam Erlina

2020), gejala penderita TBC dapat bervariasi atau bahkan

banyak ditemukan pada penderita TBC paru yang tidak


8

menunjukkan gejala sama sekali saat pemeriksaan kesehatan.

Keluhan yang paling umum adalah:

1) Demam

Biasanya demam ringan mirip dengan flu, namun terkadang

demam bisa naik hingga 40-41 derajat. Serangan demam

pertama mungkin hilang untuk sementara, tetapi kemudian

kembali lagi. Demam influenza yang dimulai dengan cara ini

berlalu dan pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan

influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan

tubuh pasien dan tingkat keparahan infeksi tuberkulosis di

masa depan.

2) Batuk/batuk berlendir

Batuk ini disebabkan oleh iritasi pada bronkus. Batuk ini

diperlukan untuk menghilangkan produk radang, karena

keterlibatan bronkus pada penyakit apa pun tidak sama.

Batuk berulang mungkin terjadi setelah penyakit berkembang

di jaringan paru-paru, beberapa minggu atau bulan setelah

peradangan dimulai. Sifat batuk ini diawali dengan batuk

kering (tidak produktif), dan setelah timbulnya peradangan

menjadi produktif (menghasilkan dahak). Kondisi lanjut

berupa batuk darah karena pembuluh darah pecah. Sebagian

besar batuk berdarah di rongga tuberkulosis, tetapi bisul pada

dinding bronkial juga bisa terjadi.


9

3) Sesak napas

Dengan penyakit ringan (kambuh baru-baru ini), sesak napas

tidak terasa. Sesak napas terjadi pada penyakit lanjut dimana

infiltrasi telah menutupi sebagian besar paru-paru

4) Nyeri dada

Gejala ini cukup langka. Nyeri dada terjadi ketika infiltrasi

inflamasi telah mencapai pleura dan menyebabkan

peradangan pleura. Saat pasien menarik dan menghembuskan

napas, terjadi gesekan antara kedua pleura. Tuberkulosis

adalah penyakit radang kronis. Gejala malaise sering

termasuk anoreksia, kehilangan nafsu makan, penipisan

tubuh (penurunan berat badan), sakit kepala, menggigil, nyeri

otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini bersifat progresif

dan intermiten.

5) Mual

Tuberkulosis adalah penyakit radang kronis. Gejala mual

sering termasuk anoreksia, kehilangan nafsu makan,

penipisan tubuh (penurunan berat badan), sakit kepala,

menggigil, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini

semakin parah dan muncul dari waktu ke waktu.


10

e. Pemerikasaan Penunjang

Menurut (Kemenkes 2014 ) pemeriksaan pasien

tuberkulosis paru yang memerlukan pengobatan adalah sebagai

berikut:

1. Pemeriksaan dahak secara mikroskopis secara langsung

a. Untuk diagnosis dilakukan pemeriksaan dahak

mikroskopis secara langsung, dilakukan pemeriksaan

sampel dahak SPS dari penderita tuberkulosis (pagi dan

setiap saat).

b. Ditetapkan sebagai pasien tuberkulosis jika paling sedikit

salah satu hasil tesnya positif.

2. Pemeriksaan dahak

a. Pemeriksaan Sputum Mikroskopis Langsung

Pemeriksaan dilakukan dengan 3 sampel uji dahak yang

dikumpulkan selama kunjungan dua hari dalam format

Morning-In-Time (SPS):

S (ketika):

Sputum dikumpulkan saat pasien tuberkulosis pertama

kali datang ke puskesmas. Sekembalinya ke rumah,

pasien membawa sepanci lendir untuk menampung

lendir pagi hari kedua.


11

P (pagi):

Sputum pasien dikumpulkan pada hari kedua setelah

bangun tidur. Wadah diambil dan diberikan kepada staf

perawat. S (ketika):

Lendir dikumpulkan pada hari kedua setelah donasi

lender pagi.

b) Pemeriksaan Kultur Pemeriksaan ini dilakukan untuk

mengidentifikasi Mycbacterium tuberculosis.

3. Penelitian Uji Kerentanan Obat Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui apakah bakteri Mycobacterium

tuberculosis menunjukkan resistensi terhadap OAT.

Pengendalian uji kepekaan obat harus dilakukan oleh

laboratorium yang telah lulus uji jaminan mutu. (Kemenkes,

2014).

4. Pada saat yang sama, menurut Nurafif & Kusuma (2015),

penelitian pendukung tuberkulosis paru, misalnya.

A Laboratorium darah biasa

LED normal/meningkat, limfositosis

a. Pemeriksaan sputum BTA

Pemeriksaan ini khusus untuk memastikan diagnosa

penyakit paru, karena pemeriksaan ini dapat digunakan

untuk mendiagnosa tuberkulosis paru.


12

b. Tes PAP (Peroksidase Anti-Peroksidase).

Yakni, uji serologi imunosperoksidase yang

menggunakan pewarnaan histogen untuk menentukan

keberadaan IgG spesifik terhadap basil tuberkel.

c. Tes Mantoux / Tuberkulin

Yakni, uji serologi imunosperoksidase yang

menggunakan pewarnaan histogen untuk menentukan

keberadaan IgG spesifik terhadap basil tuberkel.

d. Teknik reaksi berantai polimerase

Deteksi DNA bakteri dengan amplifikasi mendalam,

meskipun hanya satu mikroorganisme dalam sampel

yang dapat mendeteksi resistensi.

e. Sistem Instrumen Diagnostik Becton Dickinson

(BACTEC)

Deteksi indeks pertumbuhan didasarkan pada CO2

yang dihasilkan oleh metabolisme asam lemak yang

disebabkan oleh bakteri TB.

f. Rontgen Dada Rontgen dada yang membantu

diagnosis tuberkulosis paru antara lain:

1) Bayangan lesi berada di lapangan paru atas segmen

apikal lobus bawah.

2) Bayangan berwarna (berbintik) atau bercak nodular.


13

3) Kelainan bilateral terutama pada bagian atas paru-

paru.

4) Bayangan kembali ke gambar setelah beberapa

minggu.

5) bahu Millie

f. Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan tuberkulosis adalah untuk membunuh basil

tuberkulosis dengan cepat dan mencegahnya kembali. Obat

TBC dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Obat pilihan pertama:

INH (isoniazid), rifampisin, etambutol, streptomisin,

pirazinamid. Sebagian besar pasien dapat disembuhkan

dengan obat ini karena potensinya yang tinggi dan toksisitas

yang dapat ditoleransi.

b. Kedokteran Sekunder:

exionamide, paraaminosalicylate, cycloserine, amikacin,

capreomycin dan kanamycin (Depkes RI, 2011).

g. Komplikasi

Komplikasi biasanya terjadi pada anak penderita

tuberkulosis. Menurut Wallgren, tuberkulosis paru anak

memiliki tiga komplikasi dasar, yaitu penyebaran

limfohematogen, tuberkulosis endobronkial, dan tuberkulosis

paru kronis. Hingga 0,5-3% penyebaran limfohematogen


14

berkembang menjadi tuberkulosis milier atau meningitis

tuberkulosis, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi

primer.

Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental akibat

pembesaran kelenjar regional) dapat berlangsung lama (3-9

bulan). Insiden tuberkulosis paru kronis sangat bervariasi; TBC

paru kronis biasanya timbul akibat reaktivasi bakteri pada lesi

yang tidak sembuh total. Pengaktifan kembali ini jarang terjadi

pada anak-anak tetapi umum terjadi pada remaja dan dewasa

muda. Tuberkulosis ekstra paru dapat terjadi pada 25-30% anak

yang terinfeksi tuberkulosis. Tuberkulosis tulang dan sendi

terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi dan paling sering

terjadi dalam setahun, tetapi dapat juga terjadi setelah 2-3

tahun. Tuberkulosis ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah

infeksi primer (Ardiansyah, 2012 dalam Erlina ).

h. Penularan TB Paru

Daya penularan tuberkulosis paru ditentukan oleh :

(Notoatmodjo, 2011)

1. Di dalam paru-paru pasien terdapat banyak bakteri.

2. Penyebaran bakteri melalui udara.

3. Penyebaran bakteri berupa droplet mukus di sekitar

tuberkulosis paru.
15

Bakteri dari penderita tuberkulosis paru dapat dilihat di

bawah mikroskop pada sediaan dahaknya (BTA positif) dan

bersifat menular. Pada saat yang sama, pasien dengan

tuberkulosis paru, yang bakterinya tidak dapat dilihat langsung

di bawah mikroskop pada sediaan (BTA negatif) dan kurang

menular. Tidak menular pada penderita tuberkulosis ekstra paru,

kecuali pada penderita tuberkulosis paru. Orang dengan

tuberkulosis mengeluarkan bakteri ke udara dalam bentuk

tetesan saat mereka batuk atau bersin. Tetesan ini mengandung

bakteri tuberkulosis dan dapat bertahan di udara selama

beberapa jam. Jika orang lain menghirup tetesan ini dan

bersarang di paru-paru yang mereka hirup, bakteri ini

berkembang biak dan terjadi infeksi. Orang yang tinggal satu

rumah dengan penderita tuberkulosis paru positif kemungkinan

besar akan terpapar bakteri tuberkulosis.

2. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien TB Paru

a. Pengkajian

Pengkajian adalah fase pertama dari pengobatan. Pada

tahap pekajian terdapat proses pengumpulan data, berbagai

jenis data yang dibutuhkan, baik berupa wawancara yang

dikumpulkan oleh perawat, observasi maupun hasil

laboratorium. Evaluasi memegang peranan penting terutama

ketika ingin mendiagnosa kerja keperawatan, merencanakan


16

kerja keperawatan, melaksanakan kerja keperawatan dan

mengevaluasi kerja keperawatan (Prabowo, 2017, Seriasih 2021

).

1) Identitas Pasien

Ini terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama dan lain-

lain dari pasien

2) Daya tarik utama

Keluhan yang sering menyebabkan penderita tuberkulosis

paru mencari pertolongan ke tenaga medis terbagi menjadi 4

keluhan, yaitu:

a. Batuk

Gejala batuk muncul paling awal dan paling sering

dikeluhkan bila batuk produktif/nonproduktif bila dahak

bercampur darah.

b. Batuk berdahak

berapa banyak darah yang keluar baik hanya berupa garis

darah atau bercak darah

c. Sesak napas

Kondisi ini diamati ketika kerusakan parenkim paru sangat

luas atau disertai dengan masalah lain seperti efusi pleura,

pneumotoraks, anemia, dll.

d. Nyeri dada
17

Gejala ini muncul saat tuberkulosis mempengaruhi

persarafan sistem pleura

3) Keluhan sistemik

a. Penyakit ini sering disertai demam, biasanya pada sore atau

malam hari, seperti influenza.

b. Keluhan sistem Keluhan lain yang terjadi adalah:

Keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan

malaise

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan saat ini:

a) Kesulitan bernapas (sesak napas)

b. nyeri dada

c) batuk dan

d) dahak

e) Pra-kesehatan:

2) Masalah kesehatan saat ini, cedera dan operasi

1) kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita emfisema,

asma, alergi dan TBC?

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital pasien biasanya menunjukkan

peningkatan suhu tubuh yang signifikan, peningkatan laju


18

pernapasan dengan sesak napas, peningkatan denyut nadi,

peningkatan suhu tubuh dan laju pernapasan, peningkatan

tekanan darah, yang biasanya disertai dengan adanya

komplikasi. penyakit seperti tekanan darah tinggi.

2) Pernapasan

Inspeksi:

a) Bentuk dada dan gerakan pernafasan penderita

tuberkulosis paru biasanya tampak kurus, sehingga bentuk

dada menunjukkan penurunan rasio anterior-posterior

terhadap rasio diameter lateral.

b) Batuk dan dahak

Batuk produktif dengan peningkatan produksi

sekret dan dahak purulen

Inspeksi :

Gerakan dinding dada anterior/sesak napas.

Tuberkulosis paru tanpa komplikasi pada palpasi, gerakan

dada biasanya normal dan seimbang di kiri dan kanan.

Pada pasien dengan tuberkulosis paru dengan kerusakan

luas pada parenkim paru, biasanya terjadi penurunan

pergerakan dinding saluran napas.

Palpasi :

Pada penderita tuberkulosis paru tanpa komplikasi,

biasanya terdapat resonansi atau sonoritas pada semua


19

lapang paru. Pada pasien dengan komplikasi efusi pleura,

pasien memiliki murmur tumpul atau memekakkan

telinga, tergantung pada akumulasi cairan.

Mendengarkan:

Pada penderita tuberkulosis paru, tambahan bunyi napas

adalah kresek pada sisi yang sakit.

1. Otak

Kesadaran biasanya gabungan, sianosis perifer

ditemukan ketika perfusi jaringan berlimpah. Evaluasi

obyektif, wajah pelanggan meringis, berteriak,

mengeluh. Pada pemeriksaan mata, konjungtiva anemia

biasanya terlihat pada tuberkulosis paru hematologis,

dan ikterus pada pasien tuberkulosis paru dengan gagal

hati.

2. Berdarah

Mengukur volume urin berhubungan dengan

asupan cairan. Waspadai oliguria karena ini merupakan

tanda awal syok.

3. Usus

Pasien biasanya mengalami mual, muntah,

penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan


20

4. Bone

Aktivitas sehari-hari penderita tuberkulosis paru

sangat terbatas. Gejalanya adalah kelemahan,

kelelahan, insomnia, duduk.

5. Pemeriksaan tubuh dari ujung kepala sampai ujung kaki

a) kepala

Nilai kondisi kulit kepala bersih/tidak, tidak

kusut/tidak, simetris/tidak

b) rambut

Perkirakan rata-rata pertumbuhan/tidak, rontok,

warna rambut

c) wajah

Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak

(d) Sistem Visual

Penilaian simetri okular, anemia konjungtiva/tidak,

sklera ikterik/tidak

(e) Pidato dan THT

1. Bicara Kaji fungsi bicara, perubahan suara,

afasia, disfonia

2. THT

a. Pemeriksaan hidung:
21

Skor oklusi/tidak, simetris/tidak,

tersembunyi/tidak

memakai:

Kaji apakah pinna bersih/tidak, timpani

apakah bocor/tidak

b. Rabaan:

Kaji ada/tidaknya sensitivitas dan radiasi

lokal di THT

b. Diagnosa Keperawatan

Pada penelitian ini, diagnosis keperawatan yang dapat

ditegakkan yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif. Menurut

PPNI (2017), bersihan jalan nafas tidak efektif adalah

ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan

nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. Fokus

diagnosis pada penelitian ini yaitu, bersihan jalan nafas

berhubungan dengan sekresi yang tertahan. Adapun gejala dan

tanda bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu:

1) Gejala dan tanda mayor

Pada gejala mayor tidak ada data yang ditemukan.

Sedangkan pada tanda mayor ditemukan data berupa batuk

tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebihan,

mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering, meconium di jalan

nafas (pada neonates) (PPNI, 2017)


22

2) Gejala dan tanda minor

Pada gejala minor ditemukan data berupa dyspnea, sulit

bicara, ortopnea. Sedangkan tanda minor ditemukan data

berupa gelisah, sianosi, bunyi nafas menurun, frekuensi

nafas berubah, pola nafas berubah (PPNI, 2017).

c. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (PPNI)

2019 dan Standar Intervensi Indonesia (PPNI) 2018, intervensi

yang dapat dirumuskan dengan masalah bersihan jalan nafas

tidak efektif adalah:


23

Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif

Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Keperawatan


keperawatan Hasil (SLKI) (SIKI)
Bersihan jalan Setalah dilakukan Intervensi utama :
napas tidak asuhan keperawatan Manajemen jalan napas
efektif selama 3x24 jam a. Observasi
diharapkan bersihan 1. Monitor pola napas
jalan nafas membaik ( frekuensi,
dengan kriteria kedalaman, usaha
hasil : napas )
1. Batuk efektif 2. Monitor bunyi
meningkat napas tamabahan
2. Produksi ( mis, gurgling,
sptum mengi, wheezing,
menurun ronkhi kerig )
3. Mengi 3. Monitor sputum
menurun ( jumlah, warna,
4. Wheezing aroma )
menurun b. Terapautik
5. Dispnea 1. Pertahankan
menurun kepatenan jalan
6. Frekuensi napas dengan head-
napas lilt ( jadwal thrust
menurun jika curiga trauma
7. Pola napas servikal )
membaik 2. Posisi semi-fowler
atau fowler
3. Berikan minuman
hangat
4. Lakukan fisioterafi
dada, jika perlu
5. Lakukan
penghisapan lender
kurang dari 15 detik
6. Lakukan
hiperoksigensi
sebelum
penghisapan
endotrakela
7. Kelurkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
8. Berikan oksigen,
jika perlu
24

c. Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan 200 ml/hari,
jika tidak
kontrainduksi
2.
d. Kalaborasi
1. Kalaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mulkolitik, jika
perlu

d. Implementasi Keperawatan

Menurut PPNI (2018) bahwa tindakan yang dapat

dilakukan pada pasien PPOK dengan masalah keperawatan

bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu:

1) Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)

2) Memonitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi,

wheezing, ronkhi kering)

3) Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma)

4) Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt

(jaw-thrust jika curiga trauma servikal)


25

5) Memposisikan semi-fowler atau fowler

6) Memberikan minuman hangat

7) Melakukan fisioterapi dada

8) Melakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik

9) Melakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan

endotrakela

10) Mengeluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill

11) Memberikan oksigen

12) Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari

13) Mengajarkan teknik batuk efektif

14) Mengkolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,

mukolitik

e. Evaluasi Keperawatan

Menurut PPNI (2019), evaluasi yang diharapkan pada

pasien PPOK dengan diagnosis keperawatan bersihan jalan

nafas tidak efektif dapat dilihat pada table berikut:

Table 2.2
Evaluasi Keperawatan Pada Psien TB Paru Dengan
Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan Nafas Tidak Efektif

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan


26

Bersihan jalan nafas tidak S (Subjective)


efektif berhubungan Data yang diperoleh dari respon klien
dengan adanya secara verbal, berupa data bersihan jalan
penumpukan secret nafas seperti frekuensi nafas membaik, pola
nafas membaik, produksi sputum menurun,
dyspnea menurun.
O (Objektif)
Data yang diperoleh dari respon pasien
secara non verbal melalui pengamatan
perawat berupa sputum berlebihan, tidak
mampu batuk, frekuensi nafas berubah,
pola nafas berubah.
A (Analisys)
Tindak lanjut dan penentuan apakah
implementasi akan dilanjutkan atau sudah
terlaksana.
a. Tujuan tercapai apabila respon klien
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
b. Tujuan belum tercapai apabila respon
tidak sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan

P (Planning)
Rencana tindakan yang akan dilakukan
berdasarkan analisis.
a. Pertahankan kondisi klien apabila
tujuan tercapai
Lanjutkan intervensi apabila terdapat tujuan
yang belum mampu dicapai oleh klien

B. Konsep terapi

1. Pengertian fisioterapi dada dan batuk efektif

Menurut Brunner dan Suddarth (2002), fisioterapi dada

adalah serangkaian intervensi terapi yang terdiri dari perkusi dan

vibrasi, drainase postural, latihan pernapasan dalam dan batuk

efektif. Fisioterapi dada bertujuan untuk menghilangkan sekresi


27

bronkial, meningkatkan ventilasi dan meningkatkan efisiensi otot

pernapasan.

Sedangkan menurut Smeltzer (2001), batuk yang efektif adalah

cara batuk yang tepat yang hemat energi, sehingga tidak cepat lelah

dan dapat melarutkan lendir secara optimal.

2. Manfaat Terapi

Salah satu manfaat terapi fisik dada adalah membantu

membersihkan lendir dari paru-paru melalui efek gravitasi. Waktu

terbaik untuk fisioterapidada adalah sekitar 1 jam sebelum sarapan

dan malam hari.

Sekaligus, manfaat batuk efektif mengeluarkan semua

udara dari paru-paru dan napas, mengurangi efek sesak napas.

Menghemat energi agar tidak mudah lelah dan dapat membuang

lendir secara tuntas. Latih otot pernapasan Anda agar dapat

melakukan tugasnya dengan baik.

3. Mekanisme Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif dan Hasil

Penelitian

Tindakan pengobatan untuk mengatasi ketidakefektifan

bersihan jalan nafas antara lain fisioterapi dada, fisioterapi dada

bertujuan untuk mengeluarkan sekret dan memperbaiki pernafasan

pada pasien gagal nafas. Fisioterapi dada terdiri dari tindakan pasif
28

seperti radiasi, relaksasi, drainase postural, perkusi dan vibrasi,

sedangkan tindakan aktif meliputi latihan/kontrol batuk, latihan

pernapasan dan koreksi postural (Helmi, 2005).

Tindakan pengobatan lain yang dapat digunakan untuk

mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah batuk

efektif. Menurut Potter dan Perry (2010), batuk efektif adalah

teknik batuk untuk mempertahankan patensi jalan nafas. Batuk

memungkinkan pasien untuk membersihkan sekresi dari saluran

udara atas dan bawah. Urutan kejadian normal dalam mekanisme

batuk adalah inspirasi dalam, penutupan glotis, kontraksi aktif otot

ekspirasi, dan pembukaan glotis. Pernapasan meningkatkan volume

paru-paru dan diameter saluran udara, memungkinkan udara

melewati plak lendir yang tersumbat sebagian atau benda asing

lainnya. Kontraksi otot ekspirasi terhadap lidah yang tertutup

menyebabkan tekanan dada yang tinggi. Saat glotis terbuka, aliran

udara yang besar dikeluarkan dengan kecepatan tinggi19,

memungkinkan sekresi masuk ke saluran napas bagian atas dan

dikeluarkan dari sana.

Hasil penelitian Khasanah, Kristiyawat dan Supriyad (2015

dalam Tahir dkk, 2019) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

antara pengobatan batuk yang efektif dengan fisioterapi dada pagi

dan sore pada pasien asma bronkial, dimana hasil penggunaan


29

batuk pada intervensi pagi lebih kuat dibandingkan dengan

intervensi yang seharusnya. dilaksanakan pada siang hari.

Penelitian Rusna, Amalia dan Siti (2019 dalam Tahir dkk,

2019) didapatkan hasil pada pasien tuberkulosis paru setelah

dilakukan fisioterapi dada dan batuk efektif. Kebisingan dan pasien

dapat menghasilkan dahak.


BAB III
METODE PENLITIAN
A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode

studi kepustakaan atau studi literatur. Studi literature adalah suatu

kerangka, konsep atau orientasi untuk melakukan analisis dan klasifikasi

fakta yang dikumpulkan dalam penelitian yang dilakukan, literatur review

berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan penelitian lain yang

diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian

(Nursalam, 2020). Studi literature bertujuan untuk membuat analisis dan

sintesis terhadap pengetahuan yang sudah ada terkait topik yang akan

diteliti untuk menemukan ruang kosong (gaps) bagi penelitian yang akan

dilakukan (Rahayu, Syafril, Wekke, & Erlinda, 2019).

B. SUMBER DATA

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan

informasi mengenai data. Sumber data dalam penelitian ini melibatkan

data sekunder yang menggunakan data perpustakaan dengan cara

membaca dan mendaftar kemudian memprosesnya tanpa memerlukan

penelitian langsung (Zed, 2018). Sumber data sekunder didapat berupa

literatur, artikel, jurnal, buku, serta situs di internet (Sugiyono, 2016).

Fokus studi peneliti pada intervensi keperewatan yaitu pemberian terapi

nebulizer untuk mengatasi bersihan jalan nafas pada pasien TB paru yang

bersumber dari Google Scholar.

30
31

C. STRATEGI PENCARIAN LITERATURE

a. Framewark yang digunakan

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICO

framework :

a. Population/problem populasi atau masalah yang akan dianalisis

b. Intervention, suatu tindakan penatalaksanaan terhadap kasus

perorangan atau masyarakat serta penerapan tentang

penatalaksanaan

c. Comparation penatalaksanaan lain yang digunakan sebagai

pembanding

d. Outcommen hasil atau lauran yang diperoleh pada penelitian

b. Kata kunci

Judul Efektifitas Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif Terhadap

Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien TB Paru. Kata kunci yang

digunakan dalam penulisan ini adalah "fisioterapi dada dan batuk

efektif , bersihan jalan nafas dab TB paru”

c. Database atau search engine

Literature Review yang merupakan rangkuman yang menyeluruh

dari beberapa studi penelitian yang ditentukan berdasarkan tema

tertentu. Pencarian literatur dilakukan pada bulan April 2023. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bukan

diperoleh secara langsung, tetapi dari penelitian-penelitian terdahulu.

Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal bereputasi


32

baik nasional maupun internasional dengan tema yang telah

ditentukan. Pencarian database berupa Google Scholar

d. Kriteria inklusi dan eksklusi


Tabel 3.1
Kriteria inklusi dan eklusi dengan format PICO
Kriteria Inklusi Ekslusi
Populasi Jurnal nasional dan internasioanl Jurnal nasional dan internasional

yang berhubungan dengan topik yang tidak berhubungan topik

penelitian efektivitas fisioterapi penelitian efektivitas fisioterapi dada

dada dan batuk efektif terhadap dan batuk efektif terhadap bersihan

bersihan jalan napas pada pasien jalan nafas pada pasien TB paru

TB paru

Koreksi Ada faktor perbandingan Tidak ada faktor perbandingan

Outcome Penerapan efektifitas fisioterapi Penerapan tidak efektifitas

dada dan batuk efektif terhadap fisioterapi dada dan batuk efektif

bersihan jalan napas pada pasien terhadap bersihan jalan napas pada

TB paru pasien TB paru.

Study design Studi kasus keperawatan Studi kuantatif

Tahun terbit Artikel atau jurnal yang terbit Artikel atau jurnal yang terbit

setelah tahun 2018 sebelum tahun 2018

Bahasa Bahasa Inggris dan Indonesia Selain Bahasa inggris dan Bahasa

Indonesia
33

e. Seleksi studi dan penilian kualitas

a. Hasil pencarian dan seleksi studi

1. Pencarian dan seleksi studi

Proses pencarian jurnal dan artikel ini menggunakan

2Google Scholar, pada bulan April 2023, dimana peneliti

memasukkan kata kunci " fisioterapi dada dan batuk

efektif , bersihan jalan nafas dab TB paru” diperoleh artikel

sebanyak 139, setelah itu peneliti melakukan penyortiran

rentang tahun mulai dari tahun 2019-2023 sehingga diperoleh

jurnal sebanyak 91. Selanjutnya artikel yang diperoleh

dieliminasi sebanyak 72 artikel yang terbagi atas 46 artikel

tidak sesuai dengan topik, 12 artikel yang membahas tentang

intervensi kombinasi nebulizer dengan beberapa intevensi

lainnya seperti fioterapi dada, batuk efektif, dan pursep lip.

Ditemukan 8 artikel yang membahas tentang fisioterapi dada

terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif, 4 artikel yang

membahas tentang intervensi batuk efektif terhadap bersihan

jalan nafas dan 1 artikel membahas tentang intervensi relaksasi

fragmatik. Selanjutnya peneliti menemukan 1 artikel dengan

outcome peningkatan saturasi oksigen dan 1 artikel dengan

study desaign narrative riview.

Setelah mengeliminasi 72 artikel tersisa 19 artikel

selanjutnya peneliti mengidentifikasi abstrak diperoleh 10


34

artikel, kemudian peneliti menemukan 8 artikel yang

merupakan naskah skripsi publikasi respiratory yang kemudian

dijadikan sebagai referensi penulisan penelitian ini, dan

akhirnya peneliti menetapkan 2 artikel yang akan dilakukan

review.

Skema 3.1

Gambar 3.1 alur Review


Pencarian
menggunakan keyword
fisioterapi dada +
batuk efektif +
bersihan jalan napas +
TB paru melalui
35

Excluded (n= 165)


Problem/populasi :
- Tidak sesuai dengan
topik (n= 56)
Seleksi jurnal 5 tahun Intervention :
terakhir menggunakan - Kombinasi
bahasa indonesia (fisioterapidada, batuk
N = 215 efektif, dan nebulizer
dan pusep lip) (n= 23)
- Nebulizer ( n= 28)
Outcome
- Efektifitas batuk efektif
Seleksi judul dan dan fisioterafi dada
duplikasi (n=30)
N = 185 Study design :
- Narrative review (n=13)
- Literature review (n=
15)

Identifikasi abstrak
N =20

Rumusan dan tujuan


tidak sesuai
N = 18

Jurnal akhir yang dapat


dianalisa sesuai
rumusan masalah
dengan tujuan
N=2
36

2. Daftar artikel hasil pencarian

Literature riview ini di sintetis menggunakan metode naratif dengan mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang

sejenis sesuai dengan hasil yang diukir dengan menjawab tujuan. Jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi

kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti,tahun terbit,judul,metode,dan hasil penelitian

serta database.

No Author Tahun Volume, Judul Metode ( desain sampel, Hasil penelitian Data base
angka variable, instrument, analisis
1. Kurnia 2022 Jurnal Penerapan D : studi kasus Setelah dilakukan fisoterapi dada dan Googlescholar
Rifki Cendikia fisioterapi dada dan S : 2 orang pasien TB paru batauk efektif terbukti efektif untuk
Ashari, Muda batuk efektif untuk V : fisioterapi dada dan batuk menurunkan RR dari 28x/menit ke 22
Sri Volume 2 mengatasi masalah efektif pada pasien TB paru x/menit, dan subjek dari tidak mampu
I : lembar observasi dan
Nurhayati nomor 4 keperawatan mengelurkan sputum hingga subjek mampu
indicator prekuensi napas
& bersihan besihan A : pre dan post test one sampel
mengelurkan sputum.
Ludiani jalan napas pada test
pasien TB paru
2. Nurmaya 2019 Jurnal Pengaruh D : Quasi eksperimen Didapatkan hasil bahwa rata-rata Googlescholar
nti, Kereparawa Fisioterapi dada S : 29 orang pasien PPOK dari peningkatan saturasi oksigen sebelum
Agung tan dan batuk efektif bulan April – juni 2019 diberikan intervensi fisioterpi dada batuk
Waluyo, Silampari dan nebulizer V : Intervensi fisioterapi dadan efektif dan nebulizer adalah 93 sedangkan
dan batuk efektif dan
Wati Volume 3 terhadapa rata-rata peningkatan saturasi oksigen
nubulizer
Jumaiyah nomor 1 peningkatan I : Lembar obeseravsi untuk
sesudah diberikan intervensi fisioterapi
, & saturasi okeigen mencatat fisioterapi dada dada, batuk efektif dan nebulizer adalah 97.
Rohman dalam darah pada batuk efektif dan nebulizer
37

No Author Tahun Volume, Judul Metode ( desain sampel, Hasil penelitian Data base
angka variable, instrument, analisis
Azzam pasien PPOK A : One group pre – prot test
dengan analisis uji
Wilcoxon test.
3. Rusna 2019 Health Fisioterafi dada dan D : Studi kasus deskriptif Fisioterapi dada dan batuk efektif dapat Googlescholar
tahir, Information batuk efektif dengan wawancara digunakan sebagai penatalaksanaan
Dhea Sry : jurnal sebagai terstruktur, dengan ketidakefektifan besihan jalan nafas pada
Ayu penelitian penatalaksaan wawancara terstruktuk, pasien TB paru dengan kriteria hasil
studi dokuemen dan
Imalia S, Volume 11 ketidakefektifan kapatenan jalan napas yang ditandai dengan
pengamatan.
& Sitti no 1 bersihan jalan nafas S : Pasien TB paru yang frekuansi napas normal, irama napas
Muhsinah pada pasien TB diberikan sesi tiga hari dan terarut, tidak ada suara napas tambahan,
paru dua kali sehari fisiotefi pasien mampu mengeluarkan sputum.
dada dan batuk efektif.
V : Intervensi mandiri yang
dilakukan perawat untuk
mengatasi masalah
fisioterapi dada dan Teknik
batuk efektif
I : gambaran tentang
penerapan fisioterapi dada
dan batuk efektif sebagai
penatalaksanaan bersihan
jalan napas yang tidak
efektif pada paru pasien TB
A : Data primer dan sekunder
data primer diperoleh dari
pengkajian , observasi dan
wawancara dengan pasien.
38

No Author Tahun Volume, Judul Metode ( desain sampel, Hasil penelitian Data base
angka variable, instrument, analisis
Data sekunder diperoleh
dari rekam medis dan
wawancara degan keluarga
yang mendampingi pasien
selama menjalani
perawatan
39

f. Analisa Data

Analisis hasil berisi uraian yang lengkap tentang cara menganalisi konsep

yang diteliti. Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis

data,misalnya:

1. Metode eksposisi,yaitu dengan memaparkan data dan fakta yang ada

sehingga pada akhirnya dapat dicari korelasi antara data-data tersebut.

2. Metode analitik,yaitu melalui proses analisis data atau informasi dengan

memberikan argumentasi melalui berfikir logis dan yang selanjutnya

diambil suatu kesimpulan.

3
DAFTAR PUSTAKAN

Ardiansyah, M. (2012). Buku Ajar Medikal Bedah, Jakarta : Diva Press.


Ashari dkk, (2022). Penerapan Fisioterapi Dada Dan Batuk Efektif Untuk
Mengatasi Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Napas pada Pasien TB
Paru di Kota Metro. Jurnal Cendekia Muda. Volume 2, Nomor 4 Desember
2022.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Ahli
Bahasa : Waluyo Agung, Yasmin Asih, Juli Kuncara, I. Imade Karyasa,
EGC, Jakrta.
Depkes RI, (2011). TBC Masalah Kesehatan Dunia. www.bppsdmk.depkes.go.id.
Tanggal diakses: 20 Maret 2011.
Endarwati, A. & Ariasti, (2014). Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada Terhadap
Kebersihan Jalan Napas pada Pasien ISPA di Desa Pucung Eromoko
Wonogiri. Kosal. Volume 2 Nomor 2 September 2014. Hal: 28.
Erlina. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan TB Paru Di
Puskesmas Siak Hulu I Kabupaten Kampar tahun 2020. Retrifet 20 april
2023, From hhtp//repositpry.pkr.ac.id/id/eprint/1112.
Global Tuberculosis Report, (2016). Geneva: WHO 2016.
Kementrian Kesehatan Indonesia, (2021). Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2020. Available at: https://pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/ Profil-
Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.
Kemenkes RI, (2014). Pedoman Nasioanal Pengengendalian TB. Jakarta:
Kemestrian RI.
Noetoatmojo, S. (2011). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta.
Nurmayanti, N. dkk. (2019). Pengaruh Fisioterapi Dada, Batuk Efektif dan
Nebuliser terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen dalam Darah pada
Pasien ppok. Jurnal Keperawatan Silampari. 3(1): 362-371.
Nursalam. (2020). Sosialisasi Panduan Penyusunan Skripsi Bentuk Literatur
Review dan Systematic Review. Dalam Fakulktas Keperawatan Universitas
Airlangga, 16 Mei 2020. Surabaya.
PPNI, (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, (2019). Standar Luara Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
Rahayu, T., Syafril, S., Wekkes, I. S., & Erlinda, R. (2019 September 15). Teknik
Menulis Review Literature Dalam Sebuah Artikel Ilmiah. Hal. 2.
Seriasih, N. A. (2021). Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
pada Pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di IGD
RSUD Sanjiwi. Retrived 2 April 2023, from http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/id/eprint/4471.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
Tahir dkk, (2019). Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif Sebagai Penatalaksanaan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas pada Pasien TB Paru di RSUD
Kota Kendari. Health Information : Jurnal Penelitian. Volume 11, No 1
Juni 2019
Word Health Organisation (WHO). Global Tuberculosis Report. Geneva: WHO
2015.
Zed, M. (2018). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai