Anda di halaman 1dari 66

EFEKTIVITAS AIR REBUSAN PEPAYA DALAM

MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU NIFAS DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS PARINGIN KABUPATEN BALANGAN
TAHUN 2022

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Kebidanan
HALAMAN SAMPUL

Oleh:
Rima Novalis
NIM: 11194862111337

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING

EFEKTIVITAS AIR REBUSAN PEPAYA DALAM


MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU NIFAS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PARINGIN KABUPATEN BALANGAN
TAHUN 2022

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
Rima Novalis
NIM: 11194862111337

Telah Disetujui untuk Diajukan dalam Ujian Proposal Skripsi


pada Tanggal 20 Desember 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Novalia Widiya Ningrum, S.S.T., M.Kes. apt. H. Ali Rakhman Hakim, M.Farm.
NIK. 1166012011040 NIK. 1166012015073

ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

EFEKTIVITAS AIR REBUSAN PEPAYA DALAM


MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU NIFAS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PARINGIN KABUPATEN BALANGAN
TAHUN 2022

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
Rima Novalis
NIM: 11194862111337

Telah Diujikan dan Dipertimbangkan Dosen Penguji Proposal Skripsi


Pada Tanggal 23 Desember 2022

Ketua Dewan Penguji

Novalia Widiya Ningrum, S.S.T., M.Kes.


NIK. 1166012011040

Anggota Dewan Penguji Penguji Utama

apt. H. Ali Rakhman Hakim, M.Farm. Dwi Rahmawati, S.S.T., M.Kes.


NIK. 1166012015073 NIK. 1166012012049
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Jurusan Kebidanan

Apt. Ali Rakhman Hakim, M.Farm. Ika Mardiatul Ulfa, S.S.T., M.Kes.
NIK. 1166012015073 NIK. 1166122009027

Ketua LPPM
Universitas Sari Mulia

Dini Rahmayani, S.Kep., Ns., MPH.


NIK. 1166122004007

iii
KATA PENGANTAR

Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena

anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya

penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul

“Efektivitas Air Rebusan Pepaya dalam Meningkatkan Produksi ASI Ibu Nifas di

Wilayah Kerja Puskesmas Paringin, Kabupaten Balangan Tahun 2022”.

Penulisan proposal skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb) di Fakultas

Kesehatan Universitas Sari Mulia Banjarmasin. Saya menyadari bahwa tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, saya tidak dapat menyelesaikan

proposal skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hj. Aizar Soedarto, BSc., MBA., selaku Ketua Yayasan Indah Banjarmasin.

2. Dr. RR. Dwi Sogi Sri R, S.KG., M.Pd selaku RektorUniversitas Sari Mulia.

3. Anggrita Sari, S.Si.T., M.Pd., M.Kesselaku Wakil Rektor I Bidang Akademik

dan Kemahasiswaan.

4. Hariadi Widodo, S.Ked., MPH selaku Wakil Rektor II BidangKeuangan dan

SistemInformasi.

5. Wakil Rektor III BidangSumberDaya dan Kemitraan.

6. Dini Rahmayani, S.Kep., Ns., MPH selaku Ketua LPPM Universitas Sari

Mulia Banjarmasin.

7. apt. H. Ali Rakhman Hakim, M. Farm., Selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Sari Mulia dan selaku Pembimbing II yang telah menyediakan

v
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dalam penyusunan proposal

skripsi ini.

8. Novalia Widiya Ningrum, S.S.T., M.Kes. selaku Pembimbing I yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dalam

penyusunan proposal skripsi ini.

9. Orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan dan telah memberikan

bantuan dukungan material dan moral selama masa perkuliahan hingga

selesainya penyusunan proposal skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini memiliki

banyak kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati peneliti

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dimasa

yang akan datang.

Saya berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga proposal skripsi ini

membawa manfaat bagi pengembangan Ilmu Kebidanan.

Banjarmasin, 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBINGii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI iii

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBARix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum 5
1.3.2 Tujuan Khusus 6
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis 6
1.4.2 Manfaat Praktis 7
1.5 Keaslian Penelitian.................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 LandasanTeori........................................................................................8
2.1.1 Air Susu Ibu (ASI) 8
2.1.2 Laktagogum 21
2.1.3 Nifas 22
2.1.4 Buah Pepaya 23
2.2 KerangkaTeori......................................................................................29
2.3 Kerangka Konsep..................................................................................29
2.4 Hipotesis...............................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN 31

3.1 Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian................................31


3.1.1 Lokasi Penelitian 31
3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................31
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................32
3.3.2 Sampel 33
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.......................................34
3.5 Jenis dan Sumber Data..........................................................................35
3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data............................................35
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas................................................................36
3.8 Analisis Data.........................................................................................37
3.9 EtikaPenelitian......................................................................................37
3.9.1 Ethical Clereance 37
3.9.2 Ijin Tempat Penelitian 38
3.9.3 Informed Consent 38
3.9.4 Confidentiallity 38
3.9.5 Benefit 38
3.9.6 Justice 39
DAFTAR PUSTAKA 40
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitia…………………………………………..29

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian……………………………………….30

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian non equivalent control group design…………32

Gambar 3.2 1 Skema Prosedur Pengumpulan Data…………………………… 36


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.5.1 Keaslian Penelitian...............................................................................6

Tabel 3.1 Definisi Operasional..............................................................................34


DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitian
2. Lembar Observasi
3. Standar Operasional Prosedur
4. Lembar Keterangan Penelitian (Informed consent)
5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Kelompok Ekspereimen
(Informed consent)
6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Kelompok Kontrol (Informed
consent)
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Nifas merupakan proses alami yang dilalui wanita pasca persalinan (post

partum). Saat proses ini terjadi maka wanita mengalami perubahan-perubahan

fisiologis, yaitu involusi uterus dan pengeluaran iochea, perubahan psikis dan

fisik, serta laktasi atau pengeluaran air susu ibu (ASI). Laktasi merupakan suatu

keadaan di mana terjadi perubahan pada payudara ibu, sehingga seorang ibu

dapat memproduksi air susu ibu (Turlina & Wijayanti, 2015). Memberikan air

susu ibu pada bayi merupakan metode pemberian makanan yang terbaik untuk

bayi.

Air susu ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa, dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu,

berguna sebagai makanan bagi bayinya (Ari, 2015). ASI mengandung banyak

nutrisi, yaitu faktor imunologis dan memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi

bila dibandingkan dengan susu formula. Air susu ibu memiliki semua zat gizi

dan cairan yang diperlukan oleh bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi pada

enam bulan pasca kelahiran.

World Health Organization (WHO) dan United Nations International

Children’s Emergency Fund (UNICEF) merekomdasikan sebaiknya anak

hanya diberi Air Susu Ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan dan pemberian

ASI dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun. Pemberian air susu ibu selama

enam bulan pasca kelahiran tanpa makanan pendamping apapun dinamakan ASI

1
2

eksklusif (Muhartono, Graharti, & Gumandang, 2018).

ASI eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012

adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam

bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman

lain (Peraturan Pemerintah, 2012). Pemberian air susu ibu memiliki keuntungan

ditinjau dari segi kesehatan dan sosioekonomi, serta menurunkan angka kesakitan

dan kematian bayi, hal ini telah dibuktikan diberbagai penelitian (Kharisma,

Ariyoga, & Sastramihardja, 2011). Hal ini menunjukkan pentingnya pemberian

ASI eksklusif kepada bayi berusia 0-6 bulan.

Data terbaru sampai bulan September 2022 di wilayah kerja Puskesmas

Paringin, menunjukkan bahwa bayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif

sebanyak 67%, sedangkan sebanyak 33% bayi masih belum mendapatkan ASI

eksklusif. Pencapaian ini merupakan peringkat kelima dari 12 puskesmas yang

ada di Kabupaten Balangan. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada ibu di wilayah

kerja Puskesmas Paringin yang belum dapat memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya. Puskesmas Paringin menjadi puskesmas percontohan bagi puskesmas

lain yang ada di Kabupaten Balangan, oleh karena itu diharapkan pemberian ASI

eksklusif di wilayah Puskesmas Paringin terpenuhi secara maksimal. Berdasarkan

hasil pengamatan awal penelitian, faktor penyebab kurangnya pemberian ASI

ekslusif salah satunya adalah ibu yang mengalami kesulitan dalam proses laktasi.

Sedikitnya pengeluaran ASI menjadi masalah utama bagi ibu nifas

(postpartum), selain masalah puting susu tenggelam atau datar, payudara bengkak,

bayi yang tidak mau menyusu karena berlidah pendek atau teknik menyusui yang
3

kurang tepat (Dewi & Sunarsih, 2013). Penyebab kurang lancarnya ASI juga

dimungkinkan karena faktor hormon atau makanan yang dikonsumsi. Hal ini juga

memungkinkan pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi ikut tidak maksimal. Produksi

ASI yang tidak maksimal dapat disebabkan karena beberapa hal, diantaranya jenis

makanan yang tidak mengandung cukup gizi, tidak melakukan perawatan

payudara, faktor kejiwaan ibu yang terganggu, dan trauma pasca kontrasepsi

hormonal. Beberapa saran yang perlu diperhatikan para ibu yang sedang

memberikan ASI pada bayi, yaitu mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan

yang dapat meningkatkan volume ASI pada saat masa menyusui dimulai setelah

melahirkan (masa nifas). Bagi ibu nifas saran serta dukungan sangat diperlukan

agar proses menyusui berjalan lancar dan diharapkan dapat memberikan ASI

eksklusif.

Masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan memanfaatkan alam sebagai

bahan berkhasiat obat. Indonesia memiliki 7.000 jenis tanaman berkhasiat obat,

tetapi kurang dari 300 jenis yang telah dimanfaatkan rutin dalam industri obat

tradisional (OT) (Kharisma et al., 2011). Beberapa tanaman berkhasiat sebagai

laktagogum. Laktagogum adalah zat yang dapat meningkatkan produksi air susu

ibu, atau sering disebut pelancar ASI. Pepaya yang mempuyai nama latin Carica

papaya merupakan salah satu buah yang mengandung laktagogum seperti

flavonoid, alkanoid, saponin, tannin, quinon, dan steroid/ triterpenoid. Buah juga

memiliki kandungan nutrisi yang tinggi seperti enzim-enzim, vitamin A, B, C, dan

E, serta mineral (Istiqomah, Wulanadari, & Azizah, 2015). Buah pepaya menjadi

salah satu bahan makanan yang mempunyai banyak manfaat serta mudah
4

didapatkan oleh masyarakat karena dapat dengan mudah ditanam di pekarangan

rumah (Istiqomah, Wulanadari, & Azizah, 2015). Selain itu buah pepaya juga

termasuk buah dengan harga yang terjangkau di pasaran. Buah pepaya yang

mudah diperoleh dan mempunyai kandungan laktagogum menjadikan pepaya

sebagai alternatif pelancar ASI.

Beberapa penelitian menggunakan buah pepaya dalam upaya

meningkatkan produksi ASI telah dilakukan, anatara lain penelitian dari Sri

Banun Titi Istiqomah, Dewi Triloka Wulanadari, dan Ninik Azizah (2015)

menguji pengaruh buah pepaya terhadap kelancaran produksi ASI ibu menyusi;

Desti Nataria dan Sherly Oktiarini (2018) menguji pengaruh buah pepaya

terhadap peningkatan produksi ASI; Aning Pattypeilohy dan Dina Melanieka

Sitikhe Henukh (2019), menguji pengaruh air rebusan pepaya dalam

meningkatkan produksi ASI ibu nifas; Wirdaningsih (2020), menguji pengaruh

buah pepaya terhadap kelancaran ASI ibu menyususi; Irma Yanti (2021), menguji

pengaruh rebusan pepaya terhadap peningkatan produksi ASI ibu menyusui;

Zuliyana dan Siska Indrayani (2021); menguji efek konsumsi buah pepaya

terhadap produksi ASI ibu postpartum; serta Hayatul Rahimah dan Rohmatul

Fadhila (2022), membahas konsumsi buah pepaya sebagai salah satu alternatif

usaha dalam meningkatkan produksi ASI. Dari hasil penelitian-penelitian tersebut

menunjukkan bahwa buah pepaya mempunyai potensi menjadi salah satu

alternatif bahan makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI atau pelancar

ASI.
5

Pemanfaatan buah pepaya sebagai alternatif pelancar ASI dapat juga

dilakukan dengan cara merebus buah pepaya sampai matang kemudian air rebusan

tersebut di minum. Cara ini dilakukan karena tidak semua orang menyukai buah

pepaya, sehingga diberikan inovasi alternatif untuk tetap mendapatkan manfaat

dan kandungan dari buah pepaya. Dengan adanya inovasi ini diharapkan menjadi

salah satu terobosan atau solusi bagi para ibu nifas yang sedang menyusui di

wilyah kerja puskesmas Paringin agar dapat memperoleh pelancar ASI yang

bermanfaat, mudah didapatkan, serta terjangkau untuk mendukung tercapainya

ASI eksklusif.

Berdasarkan dari data dan pengamatan sampai saat ini maka dilakukan

penelitian untuk melihat efektivitas air rebusan pepaya dalam meningkatkan

produksi ASI Ibu Nifas di wilayah kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan

tahun 2022.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana efektivitas air rebusan pepaya dalam

meningkatkan produksi ASI ibu nifas di wilyah kerja Puskesmas Paringin

Kabupaten Balangan tahun 2022?”.

I.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas air rebusan pepaya dalam meningkatkan

produksi ASI ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan

tahun 2022.
6

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui produksi ASI pada ibu nifas sebelum mengkonsumsi air rebusan

pepaya.

b. Mengetahui produksi ASI pada ibu nifas setelah mengkonsusmsi air rebusan

pepaya.

c. Menganalisis pengaruh konsumsi air rebusan buah pepaya terhadap produksi

ASI pada ibu nifas.

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam berbagai hal, yaitu

sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bagi peneliti diharapkan menjadi sarana belajar dalam

rangka menambah pengetahuan, untuk menerapkan teori yang telah

didapatkan selama masa perkuliahan dan juga untuk mengadakan penelitian

lebih lanjut tentang efektivitas air rebusan pepaya dalam meningkatkan

produksi ASI ibu nifas serta diharapkan dapat menjadi informasi atau sumber

data sebagai bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan peneliti.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur sebagai dasar

penelitan khususnya efektivitas air rebusan pepaya dalam meningkatkan

produksi ASI ibu nifas.


7

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Ibu Nifas

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memotivasi ibu yang

baru saja melahirkan untuk untuk dapat memberikan ASI pada bayinya

dengan meningkatnya produksi ASI.

b. Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan unutk memberikan

informasi kepada ibu baru dalam memberikan ASI kepada bayinya.

I.5 Keaslian Penelitian

Penelitian terdahulu yang berkaitan mengenai manfaat buah pepaya

terhadap produksi ASI, disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1.5.1 Keaslian Penelitian

NO PENELITI JUDUL METODE HASIL


PENELITIAN
1 Sri Banun Titi Pengaruh Buah Desain penelitian Kolerasi antara dua
Istiqomah, Pepaya Terhadap menggunakan variabel adalah sebesar
Dewi Triloka Kelancaran eksperimen 0,793 dan perbedaan nilai
Wulanadari, dan Produksi ASI Pada one group before rata-rata peningkatan
Ninik Azizah Ibu Menyusui di and after produksi ASI pada ibu
(2015) Desa Wonokerto intervention yang tidak
Wilayah design, atau pre mengkonsumsi dan yang
Puskesmas and post test mengkonsumsi buah
Peterongan design. Teknik pepaya adalah 4,05000
Jombang Tahun sampling dengan sig 0,000. Karena
2014 menggunakan sig < 0,05, maka rata-rata
teknik random produksi ASI sebelum
sampling. dan sesudah konsumsi
buah pepaya adalah
berbeda.
2 Desti Nataria Peningkatan Desain penelitian Adanya pengaruh
dan Sherly Produksi ASI yang digunakan pemberian buah pepaya
Oktiarini (2018) dengan Konsumsi adalah Quasi muda dalam bentuk sayur
Buah Pepaya Experimental bening terhadap
dengan peningkatan produksi
menggunakan ASI. Rata-rata produksi
8

metode One grup ASI responden


pre-test post-test. sebelum dan sesudah
Teknik sampling diberikan intervensi
menggunakan adalah 9,27 dengan
teknik non random standar deviasi 0,108.
(porposive
Hasil uji statistik
sampling)
didapatkan nilai sig. (2
tailed)= 0,0005
(<0,005) artinya ada
perbedaan yang
bermakna antara
produksi ASI sebelum
dan sesudah diberikan
intervensi sayur buah
pepaya.
3 Aning Pengaruh Desain penelitian Hasil analisis uji
Pattypeilohy Pemberian Air yang digunakan Wilcoxon menunjukkan
dan Dina Rebusan Buah adalah Pre sebagian besar atau
Melanieka Pepaya dalam Eksperimental 87,5% ibu mengalami
Sitikhe Henukh Meningkatkan dengan rancangan peningkatan produktivitas
(2019) Produksi ASI Ibu One Group Pretest ASI. Dengan nilai ρ-value
Nifas di Posttest. Teknik sebesar 0,001 < α (0,05),
Puskesmas sampling ini menunjukkan bahwa
Manutapen. menggunakan ada pengaruh yang
purposive sampling signifikan produksi ASI
sebelum dan sesudah
diberikan air rebusan
buah papaya.
4 Wirdaningsih Pengaruh Desain penelitian Ada pengaruh pemberian
(2020) Pemberian Buah yang digunakan buah pepaya terhadap
Pepaya Terhadap adalah Quasi kelancaran ASI pada Ibu
Kelancaran ASI Eksperimental menyusui di Praktek
Pada Ibu dengan rancangan Mandiri Bidan Wilayah
Menyusui di One Group Pretest Kerja Puskesmas Muara
Praktek Mandiri Posttest dengan Badak, dengan hasil uji
Bidan Wilayah kelompok statistik pvalue
Kerja Puskesmas pembanding. 0,001<0,05.
Muara Badak. Teknik sampling
menggunakan
purposive sampling
5 Irma Yanti Pengaruh Rebusan Desain penelitian Ada pengaruh pemberian
(2021) Buah Pepaya yang digunakan rebusan buah pepaya
(Carica papaya L) adalah Quasi terhadap peningkatan
Terhadap Eksperimen yang produksi ASI pada ibu
Peningkatan rancangannya menyusui di PMB Nelly
Produksi ASI Pada menggunakan one Harahap Panyanggar
Ibu Menyusui di group Pretest- Kecamatan
Praktek Mandiri posttest design. Padangsidimpuan Utara
Bidan Nelly Teknik sampling Tahun 2021 dengan nilai
9

Harahap menggunakan pvalue 0,001.


Panyanggar Purposive
Kecamatan sampling.
Padangsidimpuan
Utara Tahun 2021
6 Zuliyana dan Efek Konsumsi Desain penelitian Korelasi antara 2 variabel
Siska Indrayani Buah Pepaya menggunakan one adalah sebesar 0,742 dan
(2021) Terhadap group before and perbedaan nilai ratarata
Peningkatan after intervention peningkatan produksi ASI
Produksi Asi Pada design, atau pre pada ibu yang tidak
Ibu Postpartum di and post test mengkonsumsi dan
Wilayah design. Teknik mengkonsumsi buah
Puskesmas Siak sampling pepaya adalah 4,141
Dan Puskesmas menggunakan dengan sig 0,000, maka
Mempura random sampling. berarti bahwa rata2
produksi ASI sebelum
dan sesudah konsumsi
buah pepaya mengalami
perbedaan. Dapat
disimpulkan bahwa
pemberian buah pepaya
dapat mempengaruhi
peningkatan produksi ASI
ibu postpartum di
Wilayah Kerja Puskesmas
Siak dan Puskesmas
Mempura
7 Hayatul Efforts To Increase Desain penelitian Upaya untuk
Rahimah dan Breast Milk ini menggunakan meningkatkan produksi
Rohmatul Production: metode literature ASI adalah: konsumsi
Fadhila (2022) Literature Review riview bahan makanan alami,
pijat, memberikan
afirmasi positif.

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang telah disebutkan, terdapat

persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini, antara lain yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Banun Titi Istiqomah, Dewi Triloka

Wulanadari, dan Ninik Azizah (2015), dengan judul “Pengaruh Buah Pepaya

Terhadap Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Menyusui di Desa Wonokerto

Wilayah Puskesmas Peterongan Jombang Tahun 2014”. Penelitian ini

meneliti hal serupa yaitu manfaat buah pepaya untuk peningkatan produksi
10

ASI. Perbedaan terletak pada varibel independen, buah pepaya diberikan

dalam bentuk sayur bening buah pepaya, jenis data, jumlah sampel, waktu

penelitian serta lokasi penelitian juga berbeda.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Desti Nataria dan Sherly Oktiarini (2018),

dengan judul “Peningkatan Produksi ASI dengan Konsumsi Buah Pepaya”.

Penelitian ini meneliti hal serupa yaitu manfaat buah pepaya untuk

peningkatan produksi ASI. Perbedaan terletak pada varibel independen, buah

pepaya diberikan dalam bentuk sayur pepaya, jumlah sampel, waktu

penelitian serta lokasi penelitian juga berbeda.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Aning Pattypeilohy dan Dina Melanieka

Sitikhe Henukh (2019), dengan judul “Pengaruh Pemberian Air Rebusan

Buah Pepaya dalam Meningkatkan Produksi ASI Ibu Nifas di Puskesmas

Manutapen”. Penelitian ini meneliti hal yang serupa yaitu pengaruh air

rebusan buah pepaya terhadap produksi ASI ibu nifas. Perbedaan terletak

pada rancangan penelitiannya, pada penelitian ini menggunakan one group

Pretest-posttest desaign, sedangkan peneliti menggunakan non equivalent

control group design, jumlah sampel, waktu penelitian serta lokasi penelitian

juga berbeda.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Wirdaningsih (2020), dengan judul “Pengaruh

Pemberian Buah Pepaya Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di

Praktek Mandiri Bidan Wilayah Kerja Puskesmas Muara Badak”. Penelitian

ini meneliti hal yang serupa yaitu manfaat buah pepaya terhadap kelancaran

produksi ASI. Perbedaan terletak pada variabel independennya yang berupa


11

konsumsi buah pepaya secara langsung, serta rancangan penelitiannya, pada

penelitian ini menggunakan one group Pretest-posttest design, sedangkan

peneliti menggunakan non equivalent control group design, jumlah sampel,

waktu penelitian serta lokasi penelitian juga berbeda.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Zuliyana dan Siska Indrayani (2021), dengan

judul “Efek Konsumsi Buah Pepaya Terhadap Peningkatan Produksi ASI

Pada Ibu Postpartum di Wilayah Puskesmas Siak Dan Puskesmas Mempura”.

Hal serupa dalam penelitian ini adalah meneliti efek dari manfaat buah

pepaya terhadap produksi ASI ibu nifas. Perbedaan terletak pada variabel

independennya yaitu konsumsi buah pepaya secara langsung, jumlah sampel,

waktu penelitian serta lokasi penelitian juga berbeda.

6. Penelitian dilakukan oleh Irma Yanti (2021), dengan judul “Pengaruh

Rebusan Buah Pepaya (Carica papaya L) Terhadap Peningkatan Produksi

ASI Pada Ibu Menyusui di Praktek Mandiri Bidan Nelly Harahap Panyanggar

Kecamatan Padangsidimpuan Utara Tahun 2021”. Persamaan dalam

penelitian ini adalah membahas tentang manfaat air rebusan buah pepaya

dalam meningkatkan produksi ASI. Perbedaan terletak pada rancangan

penelitiannya, pada penelitian ini menggunakan one group Pretest-posttest

desaign, sedangkan peneliti menggunakan non equivalent control group

design, jumlah sampel, waktu penelitian serta lokasi penelitian juga berbeda.

7. Penelitian dilakukan oleh Hayatul Rahimah dan Rohmatul Fadhila (2022),

dengan judul “Efforts To Increase Breast Milk Production: Literature

Review”. Persamaan dalam penelitian ini adalah membahas tentang manfaat


12

buah pepaya dalam meningkatkan produksi ASI. Perbedaan terletak pada

metode penelitiannya, pada penelitian ini membahas mengenai berbagai

alternatif bahan makanan yang dapat dikonsumsi untuk meningkatkan

produksi ASI sedangkan penelitian ini hanya fokus buah pepaya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 LandasanTeori

2.1.1 Air Susu Ibu (ASI)

a. Pengertian ASI

Air susu ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, laktosa, dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar

mamae ibu, berguna sebagai makanan bagi bayinya (Ari, 2015). Pengertian

air susu ibu (ASI) dalam Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 adalah

cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. Pemberian ASI selama enam bula

setelah kelahirannya disebut ASI eksklusif . Roesli (2015) menyatakan bahwa

ASI eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI saja tanpa tambahan lain

seperti susu formula, jeruk, madu, air putih dan tanpa makanan padat seperti

pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim. Depkes RI (2018)

juga mendefinisikan ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada

bayi tanpa memberikan makanan dan minuman lain sejak lahir sampai usia

enam bulan, kecuali obat dan vitamin.

Air susu ibu yang diberikan dalam jumlah yang cukup merupakan

makanan yang terbaik bagi bayi, karena dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi

selama enam bulan pertama. Banyak kelebihan yang dimiliki oleh ASI, antara

lain mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga

mengandung enzim-enzim untuk mencerna zat-zat gizi yang terdapat dalam

ASI tersebut. Selain tinggi protein, ASI memiliki perbandingan atau rasio

8
9

kandungan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whey dan

Casein pada ASI sebesar 65:35. Jumlah Whey yang lebih banyak merupakan

salah satu keunggulan dari ASI, hal ini menyebabkan protein ASI lebih

mudah diserap. Hal ini berbeda dengan susu sapi yang mempunyai

perbandingan Whey dan Casein sebesar 20:80, sehingga tidak mudah diserap

(Depkes RI, 2018).

b. Manfaat Pemberian ASI

ASI merupakan bahan makanan alamiah bagi bayi yang lahir cukup

bulan. ASI mudah di dapat dan selalu segar dan bebas dari berbagai macam

bakteri, sehingga kemungkinan terjadinya ganggunan saluran pencernaan

makanan menjadi lebih kecil. Bayi yang diberi ASI sangat jarang di temukan

alergi, di bandingkan bayi yang diberi susu sapi. Selain itu, gejala muntah dan

kolik lebih jarang ditemukan pada bayi yang mendapatkan ASI (Roesli,

2015).

ASI mengandung taurin, decosahexanoic (DHA) dan arachidonic

(AA). Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak dalam ASI yang

berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk proses

maturasi sel otak. DHA dan AA adalah sel lemak tak jenuh rantai panjang

(polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel–sel

otak optimal. Dipandang dari segi aspek imunologi, ASI terutama

kolostrumnya mengandung immunoglobulin A (Ig.A) cukup tinggi. Sekretori

Ig A tidak di serap tapi dapat melumpuhkan bakteri pathogen E.coli dan

berbagi virus pada saluran pencernaan. ASI juga mengandung laktoferin yaitu
10

sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat

besi di saluran pencernaan, lysosim yaitu enzim yang meliputi bayi terhadap

bakteri (E.coli dan Salmonella) dan virus. Jumlah Lysosim dalam ASI 300

kali lebih banyak daripada susu sapi (Depkes RI, 2018).

Pengaruh kontak langsung ibu dan bayi akan membentuk ikatan kasih

sayang ibu dan bayi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin

to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan

kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah di kenal

sejak bayi masih dalam rahim. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan

kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan hormone terutama oksitosin

yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI (Depkes RI, 2018).

Manfaat memberikan ASI bagi ibu diantaranya adalah mengurangi

perdarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu,

menunda kehamilan berikutnya dan mengurangi resiko terkena kanker

payudara (Depkes RI, 2018). Ditinjau dari aspek ekonomi, dengan menyusui

secara ekslusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi

sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian akan menghemat

pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

ASI banyak sekali manfaatnya keunggulan dan manfaat menyusui

dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek

psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan

kehamilan (Ramaiah, 2016):


11

1) Aspek Gizi

a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari

hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit

namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu

kolostrum harus diberikan pada bayi.

c) Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan

mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan

kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu Peses bayi yang pertama

berwarna hitam kehijauan Komposisi Taurin, DHA dan AA pada

ASI

e) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI

yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting

untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang

menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya

gangguan pada retina mata.

f) Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah

asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids)

yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.

Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin

pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA


12

dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya

(precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan

Omega 6 (asam linoleat).

2) Aspek Imunologik

a) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

b) Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya

cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat

melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada

saluran pencernaan.

c) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat

kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

d) Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan

salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih

banyak daripada susu sapi.

e) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel

per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu Brochus-Asociated Lympocyte

Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte

Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan dan Mammary Asociated

Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

f) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,

menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini

menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat

pertumbuhan bakteri yang merugikan.


13

3) Aspek Psikologik

a) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui

dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui

dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan

meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada

akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.

b) Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik

bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut. Pengaruh kontak

langsung ibu-bayi: ikatan kasih sayang ibu- bayi terjadi karena

berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact).

Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan

tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal

sejak bayi masih dalam rahim.

4) Aspek Kecerdasan

a) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan

untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan

kecerdasan bayi.

b) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI

memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point

lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia

8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

5) Aspek Neurologis

Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap


14

dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6) Aspek Ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya

untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian

akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu

formula dan peralatannya.

7) Aspek Penundaan Kehamilan

Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan

kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang

secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).

c. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Produksi ASI dapat meningkat ataupun menurun, hal ini tergantung

stimulasi pada kelenjar payudara. Haryono dan Setianingsih (2014)

menjelaskan beberapa faktor yang mempengruhi produksi ASI, yaitu :

1) Frekuensi Penyusuan

Frekuensi penyusuan direkomendasikan sedikitnya 8 kali perhari

pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan

dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara (Nugroho,

2011)

2) Berat lahir

Berat lahir bayi berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap,

frekuensi dan lamanya penyusuan yang kemudian akan mempengaruhi


15

stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI

(Nugroho, 2011).

3) Umur kehamilan saat melahirkan

Bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34

minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif

sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak

prematur. Kemampuan mengisap pada bayi prematur lemah disebabkan

berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ (Nugroho,

2011).

4) Umur dan paritas

Ibu yang telah melahirkan bayi lebih dari satu kali, produksi ASI

pada hari keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang

melahirkan pertama kali (Nugroho, 2011).

5) Stress dan penyakit akut

Produksi ASI akan berlangsung baik apabila ibu merasa rileks

dan nyaman. Keadaan ibu yang cemas dan stres akan mengganggu proses

laktasi karena produksi ASI terhambat. Penyakit infeksi kronik dan akut

dapat mempengaruhi produksi ASI (Nugroho, 2011).

6) Konsumsi rokok

Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin yang

menyebabkan menghambat pelepasan oksitosin. Dengan demikian

volume ASI akan berkurang karena kerja hormon prolactin dan hormon

oksitosin terganggu (Nugroho, 2011).


16

7) Konsumsi alcohol

Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat

membuat ibu rileks sehingga membantu pengeluaran ASI namun disisi

lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin (Nugroho, 2011).

8) Pil kontrasepsi

Pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin apabila

dikonsumsi oleh ibu menyusui akan menurunkan volume dan durasi ASI,

namun apabila pil kontrasepsi hanya mengandung progestin saja makan

tidak akan mengganggu volume ASI (Nugroho, 2011).

9) Makanan ibu

Ibu yang kekurangan gizi akan menyebabkan turunnya volume

ASI bahkan pada akhirnya produksi ASI dapat terhenti. Hal ini

disebabkan pada masa kehamilan jumlah pangan dan gizi yang

dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak

dalam tubuhnya yang kelak akan digunakan sebagai salah satu

komponen ASI dan sebagai sumber energi selama proses menyusui

(Haryono & Setianingsih, 2014).

10) Dukungan suami dan keluarga lain

Dukungan suami dan keluarga akan membuat perasaan ibu menjadi

bahagia, senang, sehingga ibu akan lebih menyayangi bayinya yang pada

akhirnya akan mempengaruhi pengeluaran ASI lebih banyak (Haryono

dan Setianingsih, 2014).


17

11) Perawatan payudara

Perawatan payudara dapat dimulai ketika kehamilan masuk 7-8

bulan. Payudara yang terawatt baik akan mempengaruhi produksi ASI

lebih banyak sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.

Perawatan payudara yang baik juga akan membuat puting tidak mudah

lecet ketika diisap bayi. Pada masa 6 minggu terakhir masa kehamilan

perlu dilakukan pengurutan payudara. Pengurutan payudara akan

menghambat terjadinya penyumbatan pada duktus laktiferus sehingga

ASI akan keluar dengan lancer (Haryono dan Setianingsih, 2014).

12) Jenis persalinan

Ibu dengan persalinan normal dapat segera menyusui bayinya

setelah melahirkan. ASI sudah keluar pada hari pertama persalinan.

Sedangkan pada persalinan sectio caesaria (sesar) seringkali ibu merasa

kesulitan menyusui segera setelah lahir, terutama pada ibu yang

diberikan anestesi (bius) umum. Ibu relative tidak bisa menyusui

bayinya pada satu jam pertama setelah melahirkan. Kondisi luka operasi

di perut ibu juga dapat menghambat proses menyusui (Haryono dan

Setianingsih, 2014).

13) Rawat gabung

Rawat gabung bayi dengan ibu setelah melahirkan akan

meningkatkan frekuensi menyusui. Bayi akan mendapatkan ASI lebih

sering sehingga timbul refleks oksitosin yang akan merangsang refleks

prolaktin untuk memproduksi ASI kembali. Selain itu refleks oksitosin


18

juga akan membantu proses fisiologis involusi rahim yaitu proses

pengembalian ukuran rahim seperti sebelum hamil (Haryono dan

Setianingsih, 2014)

d. Memaksimalkan Kualitas dan Kuantitas ASI

Pengosongan payudara akan merangsang kelenjar payudara untuk

memproduksi ASI lebih banyak lagi, oleh karena itu diharapkan setiap selesai

menyusui ibu memastikan bahwa payudara benar-benar menjadi kosong. Hal

penting dan perlu diperhatikan supaya proses menyusui berjalan lancar,

adalah kelancaran produksi ASI. Haryono dan Setianingsih (2014)

menjelaskan beberapa upaya untuk memproduksi ASI lebih banyak dan

meningkatkan kualitas ASI adalah sebagai berikut :

1) Menimbulkan kepercayaan diri ibu

Kepercayaan diri dan keyakinan bahwa ibu memiliki kemampuan

untuk memberikan ASI sangat penting karena akan mempengaruhi

hormon oksitosin yang berperan dalam produksi ASI. Keyakinan dan

kepercayaan diri yang kuat merupakan faktor determinan penting yang

mendorong keberhasilan pemberian ASI (Kurniawan, 2013)..

Kepercayaan diri ibu dapat ditumbuhkan dengan cara menambah

pengetahuan seputar ASI dan menyusui (Fikawati & Syafiq, 2015).

2) Menyusui dengan benar

Teknik menyusui dengan posisi dan perlekatan yang dianjurkan

akan memaksimalkan produksi ASI (Fikawati & Syafiq, 2015).

3) Menghindari penggunaan dot/kempeng.


19

Tekstur dari dot/empeng dan payudara sangat berbeda, karena

dot/empeng terbuat dari karet. Jika bayi sudah terlanjur diberikan

dot/empeng ada kemungkinan bayi menolak untuk disusui terutama bila

produksi ASI masih sedikit (Fikawati & Syafiq, 2015).

4) Tidak memberikan susu formula dan makanan lain kepada bayi.

Pemberian susu formula dan makanan lain pada bayi akan mebuat

bayi merasa kenyang sehingga mengurangi konsumsi ASI. Hal ini berarti

mengurangi proses isapan bayi ke payudara. Padahal isapan bayi dapat

merangsang hormone oksitosin untuk memproduksi ASI dan hormon

prolaktin untuk mengeluarkan ASI. Disamping itu pemberian makanan

dini akan meningkatkan terjadinya infeksi pada bayi seperti diare dan

meningitis (Fikawati & Syafiq, 2015).

5) Memberikan ASI sesering mungkin

Memberikan ASI kepada bayi berarti merangsang isapan bayi ke

payudara ibu. Makin banyak ASI yang dikeluarkan maka akan makin

banyak memproduksi ASI (Fikawati & Syafiq, 2015).

6) Memperbanyak konsumsi makanan bergizi

Asupan makanan ibu merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi komposisi dan produksi ASI (Fikawati & Syafiq, 2015).

7) Melakukan pemijatan punggung

Pemijatan punggung bermanfaat untuk merangsang pengeluaran

hormon oksitosin. Pemijatan membuat kerja hormon oksitosin menjadi

lebih optimal dan pengeluaran ASI menjadi lancar (Fikawati & Syafiq,
20

2015).

8) Ibu selalu rileks

Rileks akan membuat ibu lebih tenang sehingga memunculkan

refleks oksitosin yang dapat merangsang produksi ASI (Fikawati &

Syafiq, 2015).

9) Menyiapkan peralatan ASI perah bila ibu bekerja atau bepergian

bersama bayi.

Ibu yang bekerja hendaknya memompa ASI nya untuk disimpan

sebagian ASI perah di dalam kulkas atau lemari pendingin. Apabila ibu

bepergian bersama bayi dan ingin menyusui bayi di tempat umum dapat

menyiapkan peralatan untuk menutupi payudara ibu saat menyusui

sehingga menghindari rasa malu (Fikawati & Syafiq, 2015).

10) Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa dukungan suami dan

keluarga sangat penting dalam menunjang keberhasilan ibu memberikan

ASI eksklusif pada bayinya (Fikawati & Syafiq, 2015).

11) Berkonsultasi pada petugas kesehatan apabila ASI tidak banyak keluar

Apabila hal-hal pada poin sebelumnya sudah dilakukan tetapi

produksi ASI masih sedikit, ibu dapat berkonsultasi dengan petugas

kesehatan. Biasanya petugas kesehatan akan memberikan galaktogogen

yang merupakan makan, herbal, atau obat yang dapat meningkatkan

produksi ASI (Fikawati & Syafiq, 2015).


21

e. Mengukur Peningkatan Produksi ASI

Untuk mengetahui apakah ada peningkatan produksi ASI, dapat

dilakukan dengan cara membandingkan volume ASI yang dikeluarkan

dengan cara memompa ASI secara manual atau dengan alat bantu dari waktu

ke waktu dengan jangka waktu yang ditentukan. Menurut penelitian dari

Zuliyana dan Indrayani (2021) peningkatan produksi ASI pada ibu menyusui

dilihat dari frekuensi volume produksi ASI yang diperah selama 15 menit

dengan alat pompa ASI, yang kemudian ASI yang telah diperah dimasukkan

ke dalam botol ukur untuk mengetahui volume ASI yang dikeluarkan.

Pengambilan ASI dilakukan setelah 2 jam pengosongan ASI di payudara

(Kamalah, Rizqi, Suherlin, Ika & Saribu, 2021). Peningkatan produksi ASI

dinilai dengan mengukur volume ASI.

2.1.2 Laktagogum

Laktagogum adalah zat yang dapat meningkatkan dan melancarkan

produksi ASI, atau biasa disebut pelancar ASI (ASI Booster). Sampai saat ini

masyarakat masih menaruh kepercayaan besar pada laktagogum dari bahan

tradisional alamiah dibandingkan hasil produksi pabrik yang modern ataupun

sintetik karena telah dibuktikan berdasarkan pengalaman secara turun-temurun

(Kaliappan, 2018). Walaupun sudah banyak produk laktagogum olahan yang

beredar di pasaran.

Cara kerja laktagogum dengan merangsang pengeluaran hormon oksitosin

dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid yang efektif dalam

meningkatkan sekresi dan pengeluaran ASI. Mekanisme kerja laktagogum dalam


22

membantu meningkatkan laju sekresi dan produksi ASI adalah dengan secara

langsung merangsang aktivitas protoplasma pada sel-sel sekretoris kelenjar susu

dan ujung saraf sekretoris dalam kelenjar susu yang mengakibatkan sekresi air

susu meningkat, atau merangsang hormon prolaktin yang merupakan hormon

laktagonik terhadap kelenjar mamae pada sel-sel epitelium alveolar yang akan

merangsang laktasi (Sari, 2003).

2.1.3 Nifas

Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari

bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti

melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan

atau setelah melahirkan (Anggraini, 2010). Masa nifas merupakan periode dimana

terdapat perubahan pada kodisi reproduksinya pasca melahirkan. Wanita akan

mengalami perubahan fisiologis dimana uterus mengalami pengerutan kembali

menjadi ukuran semul (Prastiwi, 2018). Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak

plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerperium (nifas)

berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan

untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Jadi masa nifas adalah

masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai alatalat kandungan kembali seperti

sebelum hamil, dan memerlukan waktu kira-kira 6 minggu. Tahapan masa nifas

adalah sebagai berikut:


23

a. Puerperium Dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam

agama Islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium Intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama

hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat

sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Anggraeni, 2010).

6.1.4 Buah Pepaya

a. Definisi Buah Pepaya

Buah pepaya merupakan tanaman herba dari family Carecacae yang

berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar daerah

tropis maupun sub tropis. Buah pepaya memiliki empat genus, yaitu carica,

jarilla, jacaranta dan cylicomoroph. Nama pepaya di dalam bahasa Indonesia

di ambil dari bahasa Belanda yaitu papaja, dan kemudian mengadopsi dari

bahasa arawak yaitu papaya, namun dalam bahasa jawa disebut pepaya atau

kates. Pohon pepaya umumnya tidak bercabang tumbuh hingga 5-10 m

dengan daun yang berbentuk spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya

menyirip lima tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah

bentuknya dapat bercangap ataupun tidak. Pepaya merupakan tumbuhan

monodiecious’(berumah tunggal sekaligus berumah dua) dengan tiga kelamin

yaitu : tumbuhan jantan, tumbuhan betina, dan tumbuhan banci (hermafrodit).


24

Bentuk buah pepaya bulat memanjang dengan ujung biasanya meruncing,

Warna buah ketika muda hijau gelap dan setelah masak hijau muda hingga

kuning (Bonaditya, 2014).

Tanaman pepaya merupakan tanaman buah tropika yang beriklim

basah, tumbuh subur pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-2000

mm/tahun. Angin diperlukan untuk penyerbukan bunga, maka angin tidak

boleh terlalu kencang. Suhu udara optimum untuk pertumbuhan pepaya

berkisar antara 22-26°C dengan kelembaban udara sekitar 40%. Tanah yang

subur, gembur, dan banyak mengandung humus dan memiliki daya menahan

air yang tinggi merupakan tanah yang baik untuk tanaman pepaya Derajat

keasaman tanah (pH tanah) yang ideal adalah netral dengan pH 6-7.

Kandungan air dalam tanah merupakan syarat penting dalam kehidupan

tanaman pepaya. Air menggenang dapat mengundang penyakit jamur perusak

akar hingga tanaman layu (mati). Apabila kekeringan air, maka tamanan akan

kurus, daun, bunga dan buah rontok. Tinggi air yang ideal tidak lebih dalam

daripada 50-150 cm dari permukaan tanah. Pepaya dapat ditanam di dataran

rendah sampai ketinggian 700 1000 m di atas permukaan laut (Bonaditya,

2014)

b. Kandungan Buah Pepaya

Pepaya sebagai salah satu buah yang mengandung laktagogum

merupakan buah tropis yang dikenal dengan sebutan Carica papaya. Buah

pepaya juga merupakan salah satu jenis buah yang memiliki kandungan nutrisi

tinggi dan kaya akan manfaat bagi kesehatan. Penanaman pepaya


25

membutuhkan suhu rendah untuk menopang pertumbuhan sehingga sangat

cocok ditanam di daerah tropis. Oleh karena itu, menjadi hal yang wajar bila

populasi pohon pepaya sangat banyak dan mudah ditemukan di negara kita.

Masyarakat bisa mendapatkan buah pepaya untuk konsumsi sehari- hari

dengan mudah. Tanaman pepaya merupakan tanaman yang banyak digunakan

oleh masyarakat sejak dulu. Senyawa aktif yang terkandung didalamnya yaitu

enzim papain, karotenoid, alkaloid, flavonoid, monoterpenoid, mineral,

vitamin, glukosinolat, dan karposida vitamin C, A, B, E, serta mineral.

Dikatakan juga bahwa pepaya memiliki efek gastroprotektif, antibakterial,

laksatif, dan laktagogum yang khasiatnya terlah terbukti secara ilmiah dari

buah papaya (Istiqomah et al., 2015).

Kandungan laktagogum (lactagogue) dalam pepaya dapat menjadi

salah satu cara untuk meningkatkan laju sekresi dan produksi ASI dan menjadi

strategi untuk menanggulangi gagalnya pemberian ASI eksklusif yang

disebabkan oleh produksi ASI yang rendah. Mekanisme kerja laktagogum

dalam membantu meningkatkan laju sekresi dan produksi ASI adalah dengan

secara langsung merangsang aktivitas protoplasma pada sel-sel sekretoris

kelenjar susu dan ujung saraf sekretoris dalam kelenjar susu yang

mengakibatkan sekresi air susu meningkat, atau merangsang hormon prolaktin

yang merupakan hormon laktagonik terhadap kelenjar mamae pada sel-sel

epitelium alveolar yang akan merangsang laktasi (Istiqomah et al., 2015).

Pada penelitian ini menggunakan Pepaya Calline adalah buah lokal asli

Indonesia termasuk famili Caricaceae dan mulai banyak ditanam oleh petani
26

di berbagai daerah karena banyaknya permintaan di pasar. Walau ukurannya

kecil dengan bobot 1.3 kg rata-ratanya perbuah banyak dijual di supermarket-

supermarket besar dengan label pepaya California. Sebetulnya nama

California itu nama yang diberikan oleh pedagang agar terdengar eksklusif

di mata konsumen sedangkan Pepaya Callina sendiri merupakan hasil

pemuliaan dari IPB (Hastira, 2014).

Pepaya Callina atau Pepaya California ternyata hasil asli pemuliaan di

Indonesia. Pepaya California tumbuh di lahan yang subur dan sedikit berpasir

dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan

1000-2000 mm/tahun dan kelembaban udara 40% dengan pH tanah antara 6

dan 7, walau bisa tumbuh dimana saja tapi tidak optimal jika tidak pada

kondisi di atas. Aspek gizi dari Pepaya Calline yaitu (Hastira, 2014):

1) Kandungan karotenoid yang tinggi, vitamin C dan E yang berperan

sebagai antioksidan dan mampu menyingkirkan radikal bebas penyebab

kanker.

2) Banyak mengandung mineral seperti kalium, magnesium dan serat

membuat pepaya baik untuk kesehatan untuk memenuhi kebutuhan kalium

di masa menyusui.

3) Kandungan enzim papain yang penting untuk mempercepat proses

pencernaan protein, bisa sebagai obat diare, sakit maag dan sembelit. Dam

enzim papain mampu memecah serat daging sehingga daging mudah

dicernadan terdapat baik di kulit, daging buah maupun bijinya.

Pepaya yang digunakan juga pepaya muda. Kandungan kimia buah


27

pepaya muda mengandung polifenol, dan steroid. Peningkatan produksi ASI

dipengaruhi oleh adanya polifenol dan steroid yang mempengaruhi reflek

prolaktin untuk merangsang alveolus yang bekerja aktif dalam pembentukan

ASI dan polifenol juga mempengaruhi hormone oksitosin yang akan membuat

ASI mengalir lebih deras dibandingkan dengan sebelum mengkonsumsi buah

pepaya (Istiqomah et al., 2015).

c. Cara Pengolahan Air Rebusan Buah Pepaya untuk Meningkatkan Produksi

ASI Ibu Nifas

Air rebusan pepaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah buah

pepaya yang masih muda direbus dalam air mendidih sampai matang (Yanti,

2021). Cara pengolahan air rebusan buah pepaya untuk meningkatkan produksi

ASI Ibu nifas sesuai dengan standar operasional prosedur yang dibuat oleh

Yanti (2021), adalah sebagai berikut.

1) Bersihkan buah pepaya

2) Kupas kulitnya

3) Potong-potong buah pepaya dengan berat 1 potongnya 100 gram.

Kemudian setiap potongan di bagi menjadi 3 (hal ini untuk mempermudah

proses pematangan)

4) Didihkan air 500 ml atau 2 gelas air, rebus 3 potong buah pepaya (100

gram) dalam air tersebut sampai matang, kurang lebih 5-10 menit.

Air rebusan buah pepaya tersebut nantinya akan dikonsumsi dalam 1 hari oleh

ibu nifas sebagai pelancar ASI.


28

d. Prosedur Mengukur Peningkatan Produksi ASI untuk Menilai Pengaruh Air

Rebusan Pepaya.

1) Responden dianjurkan untuk mengosongkan payudara, 2 jam sebelum

pengambilan ASI (memompa ASI) (Kamalah, Suherlin, & Pasaribu,

2021).

2) Pengambilan ASI dilakukan selama 15 menit dalam satu kali pemerahan

(tiap payudara) dengan alat pompa ASI (Zuliyana dan Indriyani, 2021).

3) Pengambilan ASI sebelum diberikan intervensi berupa air rebusan pepaya

selama 15 menit, setelah 2 jam pengosongan payudara. Pengambilan ASI

setelah diberikan intervensi dimulai pada hari kedua setelah diberikan

intervensi sampai hari ke-7 selama 15 menit setiap kali pemerahan, setelah

2 jam pengosongan payudara, dan dilakukan pada waktu yang sama setiap

harinya. Volume ASI diukur dalam satuan milliliter (ml) dengan

menggunakan botol ukur dalam keadaan steril. Hasil pemerahan ASI

kemudian dikembalikan lagi pada responden untuk dikonsumsi oleh

bayinya.

4) Menghitung rata-rata hasil volume ASI yang dihasilkan selama 7 hari

pemberian intervensi. Peningkatan produksi ASI dinilai dengan mengukur

volume ASI.
29

II.2 KerangkaTeori

Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Ibu nifas mulai menyusui bayinya.

Kendala yang biasa dialami saat menyusui adalah


kurangnya volume ASI yang diproduksi

Diperlukan laktagogum atau pelancar ASI


sebagai upaya meningkatkan produksi ASI

Buah pepaya memiliki kandungan laktagogum


yang membantu meningkatkan laju sekresi dan
produksi ASI dengan merangsang aktivitas
protoplasma pada sel-sel sekretoris kelenjar susu
dan ujung saraf sekretoris dalam kelenjar susu
yang mengakibatkan sekresi air susu meningkat,
atau merangsang hormon prolaktin yang
merupakan hormon laktagonik terhadap kelenjar
mamae pada sel- sel epitelium alveolar yang akan
merangsang laktasi (Istiqomah et al., 2015).

Air rebusan pepaya dapat menjadi laktagogum


untuk meningkatkan produksi ASI ibu nifas.

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

II.3 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Nursalam,

2015). Kerangka konsep membantu peneliti dalam menghubungkan hasil

penemuan dengan teori. Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada

gambar berikut :
30

Air Rebusan Produksi ASI Ibu


Pepaya Nifas Meningkat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

II.4 Hipotesis

Hipotesa atau hipotesis adalah pernyataan yang diperlukan sebagai

jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang harus di uji kasahihannya

secara empiris (Nursalam, 2015). Hipotesis dapat dipandang sebagai kesimpulan

yang sifatnya sangat sementara. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah

merupakan suatu jawaban atau dugaan sementara yang bisa dianggap benar dan

bisa dianggap salah, sehingga memerlukan pembuktian dari kebenaran hipotesis

tersebut melalui penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis dari penelitian ini

adalah :

Ha : Air rebusan pepaya efektif dalam meningkatkan produksi ASI ibu nifas di

wilayah kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan tahun 2022.

Ho : Air rebusan pepaya tidak efektif dalam meningkatkan produksi ASI ibu nifas

di wilayah kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan tahun 2022.


BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Puskesmas Paringin, Kabupaten Balangan,

Provinsi Kalimantan Selatan.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2023.

3.1.3 Sasaran Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah ibu nifas kurang dari 40 hari.

III.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan/

intervensi pada subjek penelitian, dengan tujuan menilai pengaruh suatu perlakuan

pada variabel independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel

terikat). Metode penelitian ekperimen yang digunakan adalah Quasi experimental

design atau disebut dengan motode penelitian eksperimen semu. Disebut demikian

karena sifatnya yang mendekati penelitian eksperimen sebenarnya. Quasi

experimental design merupakan eksperimen yang mempunyai kelompok control,

tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar

yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2017:114). Biasanya

31
32

digunakan dalam penelitian yang subjeknya manusia yang berarti subjek tidak

dapat dimanipulasi dan dikontrol secara intensif (Syamsudin dan Vismaia,

2011:23).

3.2.2 Rancangan Penelitian

Rancangan atau desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah non equivalent control group design. Pada rancangan ini objek

penelitian dibagi menjadi dua yaitu kelompok control dan kelompok perlakuan

(eksperimen). Pemilihan kedua kelompok ini tidak dilakukan secara acak

(Notoatmodjo, 2015). Rancangan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut.


E O1 X O2
K O3 O4

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian non equivalent control group


design

Keterangan :

O1 : Observasi produksi asi sebelum perlakuan (Pretest kelompok eksperimen)

X : Pemberian air rebusan pepaya (Perlakuan/ intervensi)

O2 : Observasi produksi asi setelah perlakuan (Posttest kelompok eksperimen)

O3 : Observasi produksi asi (Pretest kelompok kontrol)

O4 : Observasi produksi asi (Pretest kelompok kontrol)

III.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi subjek penelitian ini adalah semua ibu nifas kurang dari 40 hari

terhitung sampai bulan Desember 2022 di wilayah kerja Puskesmas Paringin

Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, sejumlah 48 orang.


33

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas dalam kategori baru

melahirkan kurang dari 40 hari, yang berada di wilayah kerja Puskesmas Paringin

Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. Sampel yang digunakan

berjumlah 30 orang dengan 15 orang pada kelompok eksperimen dan 15 orang

pada kelompok kontrol, karena penelitian ini merupakan penelitian eksperimen

(Gay dan Diehl, 1992). Teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik purposive sampling

merupakan salah satu teknik non random sampling, di mana peneliti menentukan

pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri khusus yang sesuai dengan

tujuan penelitian, sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.

Menurut Arikunto (2006) teknik purposive sampling adalah teknik mengambil

sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan

berdasarkan pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu. Kriteria pada

penelitian ini sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu nifas tinggal di wilayah kerja Puskesmas Paringin.

2) Ibu nifas masih dalam masa nifas <40 hari.

3) Ibu nifas bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

1) Ibu nifas dalam keadaan gawat darurat

2) Ibu nifas dalam kondisi tidak sadar

3) Ibu nifas mengonsumsi suplemen ASI


34

4)Ibu nifas dengan penyakit penyerta yang dapat bereaksi terhadap

kandungan zat pada buah pepaya.

III.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan sesuatu yang digunakna sebagai ciri, sifat

atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu, misal umur, jenis kelamin, pendidikan, status

perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2015). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari

d. Variabel Independen (Bebas) : Air rebusan pepaya

e. Variabel Dependen (Terikat) : Produksi ASI ibu nifas

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan pengertian variabel yang diungkapkan

dalam konsep secara operasional, praktik, dan nyata dalam lingkup objek

penelitian. Berikut tabel definisi operasional.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
pada kelas
ekserimen
Variabel Bebas (Independent variable)
Air rebusan Terapi komplementer Lembar 1= Nominal
pepaya yang digunakan Observasi Diberikan air
dengan cara merebus Efektivitas Air rebusan
buah pepaya dalam air Rebusan pepaya.
mendidih hingga Pepaya dalam 2 = Tidak
matang, untuk Meningkatkan doberikan air
meningkatkan rebusan
Produksi Asi
produksi ASI bagi Ibu pepaya.
Ibu Nifas
nifas (Yanti, 2021).
(Wirdaningsih,
2020)
35

Variabel Terikat (Dependent Variable)


Produksi ASI Volume ASI ibu nifas Lembar Ada Nominal
ibu nifas pada kelompok Observasi peningkatan
eksperimen yang Efektivitas Air volume
dipompa sebelum dan Rebusan Pepaya produksi ASI
sesudah diberikan dalam atau tidak
intervensi/perlakuan, Meningkatkan ada
dibandingkan volume Produksi Asi Ibu peningkatan
ASI kelompok kontrol Nifas volume
(Wirdaningsih, 2020). (Wirdaningsih, produksi
2020). ASI.

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu

berupa angka yang menunjukkan volume ASI yang diproduksi sampel sebelum

dan sesudah intervensi/ perlakuan.

3.5.2 Sumber Data

Sumber data yang diperoleh merupakan data primer, yaitu data yang

diperoleh langsung dari subjek penelitian. Sumber data berupa jumlah volume

ASI yang diproduksi sampel sebelum dan sesudah intervensi.

III.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi untuk melihat dan

mencatat setiap data yang diperoleh dalam penelitian. Lembar observasi disadur

dari instrumen penelitian yang telah digunakan dalam penelitian Wirdaningsih

(2020).
36

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik Observasi.

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian

dari responden, yaitu dengan mengamati volume produksi ASI ibu nifas pada

kelompok eksperimen sebelum dan sesudah pemberian intervensi/perlakuan, serta

volume produksi ASI ibu nifas pada kelompok kontrol. Langkah yang dilakukan

dalam pengumpulan data tertuang pada skema berikut.


Mengurus perijinan Penandatangana surat persetujuan
pada pihak yang responden (Informed Consent) oleh
berkaitan responden.

Peneliti mengukur produksi


Peneliti membuat resbusan air pepaya
ASI sebelum dilakukan
untuk responden kelompok eksperimen
intervensi (pemberian rebusan
sesuai dengan takaran. Kemudian
pepaya) pada responden
didistribusikan kepada responden untuk
kelompok eksperimen, begitu
meastikan bahwa resoponden
juga responden kelompok
mengkonsumsi air rebusan pepaya
kontrol. Dengan cara
tersebut
memompa ASI selama 15
menit (tiap payudara).
a. Bersihkan buah pepaya
b. Kupas kulitnya
c. Potong-potong buah pepaya dengan Kelompok eksperimen
berat 1 potongnya 100 gram. - Jumlah produksi ASI
Kemudian setiap potongan di bagi diamati setelah 2 hari
menjadi 3 (hal ini untuk mengkonsumsi air rebusan
mempermudah proses pematangan) pepaya.
d. Didihkan air 500 ml, rebus 3 potong - ASI dipompa setelah 2 jam
buah pepaya (100 gram) dalam air pengosongan payudara
tersebut sampai matang, kurang dengan menggunakan alat
lebih 5-10 menit. pompa ASI selama 15
(Yanti, 2021) menit (tiap payudara).
- Hari ke-3 sampai ke-7,
jumlah produksi ASI
Kelompok kontrol diamati setiap hari pada
- Jumlah produksi ASI diamati setelah 2 waktu yang sama.
hari kelompok eksperimen diberikan
air rebusan pepaya.
- ASI dipompa setelah 2 jam
pengosongan payudara dengan
menggunakan alat pompa ASI selama
15 menit (tiap payudara).
- Hari ke-3 sampai ke-7, jumlah
produksi ASI diamati setiap hari pada
waktu yang sama.
Gambar 3.2 1 Skema Prosedur Pengumpulan Data
37

III.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian dianalisis untuk menguji

hipotesis yang telah dibuat. Data dianalisis menggunakan uji statistik yang dipilih

berdasarkan tujuan uji yaitu tujuan komparatif (perbandingan) menggunakan

Independent T Test. Uji ini diunakan untuk mengetahui adakah perbedaan rerata

yang bermakna antara dua kelompok bebas (kelompok tidak berpasangan; sumber

data berasal dari subjek yang berbeda) yang berskala data interval/rasio. Pengujian

ini dimaksudkan untuk menyelidiki apakah air rebusan pepaya efektif dalam

meningkatkan produksi ASI ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Paringin,

Kabupaten Balangan dengan melihat perbandingan rerata antara kelompok control

dan kelompok eksperimen.

Beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam uji ini adalah normalitas,

outlier, dan homogenitas. Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui

apakah data yang dihasilkan pada setiap kelompok nantinya berdistribusi normal

atau tidak. Pengujian Pengujian homogenitas untuk melihat adakah kesamaan

varians antar kelompok. Pengujian outlier dilakukan untuk melihat ada tidaknya

outlier pada data setiap kelompok. Analisis data tersebut dilakukan dengan

bantuan program SPSS.

3.9 EtikaPenelitian

3.9.1 Ethical Clereance

Ethical clereance atau kelayakan etik adalah suatu instrumen untuk

mengukur keberterimaan secara etik suatu rangkaian proses penelitian. Ethical

clereance penelitian merupakan acuan bagi peneliti untuk menjunjung tinggi nilai
38

integritas, kejujuran, dan keadilan dalam melakukan penelitian. Ethical clereance

berupa keterangan tertulis yang diberikan oleh komisi etik penelitian untuk riset

yang melibatkan makhluk hidup.

3.9.2 Ijin Tempat Penelitian

Sebelum melakukan penelitian peneliti mengajukan ijin penelitian

kepadapihak terkait di tempat penelitian, yaitu Puskesmas Paringin, Kabupaten

Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan.

3.9.3 Informed Consent

Responden diberikan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian

yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisiasi atau menolak

menjadi responden. Pada Informed Consent juga dicantumkan bahwa data yang

diperoleh hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

3.9.4 Confidentiallity

Subjek penelitian mempunyak hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan

kerahasiaan.

3.9.5 Benefit

Responden mempunyai hak untuk mengetahui manfaat dari penelitian.

Peneliti juga mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat

kepada subjek pada setiap tindakan.


39

3.9.6 Justice

Responden atau subjek dari penelitian mendapatkan perlakuan secara adil

baik sebelum, selama, dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa

adanya diskriminasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. (2010). Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka.

Ari, D. (2015). Membesarkan Anak Hebat dengan ASI. Yogyakarta: BUKU


KITA.

Bonaditya. (2014). Pepaya carica. Jakarta: Penebar Swadya.

Depkes RI. (2018). Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jilid A. Jakarta: Depkes RI.

Dewi, V. N. ., & Sunarsih, T. (2013). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.

Fikawati, S., & Syafiq, A. (2015). Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Praktik
Pemberian Asi Eksklusif. KESMAS, 4(3), 120–131.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v4i3.184

Haryono, R., & Setianingsih, S. (2014). Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati
Anda. Yogyakarta: Gosyen Publising.

Istiqomah, S. B. T., Wulanadari, D. T., & Azizah, N. (2015). PENGARUH


BUAH PEPAYA TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA
IBU MENYUSUI DI DESA WONOKERTO WILAYAH PUSKESMAS
PETERONGAN JOMBANG TAHUN 2014. JURNAL EDU HEALTH, 5(2),
102–108. Retrieved from
https://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/eduhealth/article/view/477/424

Kaliappan, N. D. (2018). Pharmacognostical Studies on The Leaves of


Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng. Int J Green Pharm, 8(3), 182–184.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.4103/0973-8258.42740

Kamalah, Rizqi, Suherlin, Ika, P., & Saribu, I. H. (2021). Artikel history. Jurnal
Kebidanan Sorong, 1(1), 35–43. Retrieved from
https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/365/346

Kharisma, Y., Ariyoga, A., & Sastramihardja, H. S. (2011). EEfek Ekstrak Air
Buah Pepaya (Carica papayaL.) Muda terhadap Gambaran Histologi Kelenjar
MammaMencit Laktasi. MKB, 43(4), 160–165.
https://doi.org/10.15395/mkb.v43n4.63

Kurniawan, B. (2013). Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu


Eksklusif Determinants of the Successful of Exclusive Breast Feeding.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, 27(4), 236–240. Retrieved from
https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/365/346

Muhartono, Graharti, R., & Gumandang, H. P. (2018). Pengaruh Pemberian Buah


41

Pepaya (Carica Papaya L.) terhadap Kelancaran Produksi Air Susu Ibu (ASI)
pada Ibu Menyusui. Medula, 8(1), 39–43. Retrieved from
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/2097

Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, T. (2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam. (2015). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Pedoman Skripi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Pemerintah, P. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU
EKSKLUSIF (2012). Retrieved from
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PP No. 33 ttg Pemberian
ASI Eksklusif.pdf

Prastiwi, R. S. (2018). PENGOBATAN TRADISIONAL ( JAMU ) DALAM


PERAWATAN KESEHATAN IBU. Jurnal SIKLUS, 7(1), 263–267.
Retrieved from
https://www.researchgate.net/profile/Ratih-Prastiwi/publication/326847002_
PENGOBATAN_TRADISIONAL_JAMU_DALAM_PERAWATAN_KES
EHATAN_IBU_NIFAS_DAN_MENYUSUI_DI_KABUPATEN_TEGAL/
links/5b69180892851ca650511b73/PENGOBATAN-TRADISIONAL-
JAMU-DALAM-PERAWATAN-KESEHATAN-IBU-NIFAS-DAN-
MENYUSUI-DI-KABUPATEN-TEGAL.pdf

Ramaiah, S. (2016). ASI dan Menyusui. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Roesli, U. (2015). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Sari, I. (2003). Daya Laktagogum Jamu Uyup-uyup dan Ekstrak Daun Katu
(Sauropus androgynous Merr.) pada Glandula ingluvrca merpati. Majalah
Farmasi Indonesia, 14(1), 265–269. Retrieved from
https://indonesianjpharm.farmasi.ugm.ac.id/index.php/3/article/view/734/595

Turlina, L., & Wijayanti, R. (2015). Pengaruh pemberian serbuk daun pepaya
terhadap kelancaran asi pada ibu nifas di bpm ny. hanik dasiyem, amd.keb di
Kedungpring Kabupaten Lamongan. Surya : Jurnal Media Komunikasi iIlu
Kesehatan, 7(1), 14–22. Retrieved from https://library.unej.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=174304

Wirdaningsih. (2020). PENGARUH PEMBERIAN BUAH PEPAYA TERHADAP


KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI PRAKTEK MANDIRI
BIDAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BADAK. POLITEKNIK
KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR.
42

Yanti, I. (2021). PENGARUH REBUSAN BUAH PEPAYA (CARICA PAPAYA L)


TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI
PRAKTEK MANDIRI BIDAN NELLY HARAHAP PANYANGGAR
KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN UTARA TAHUN 2021. Universitas
Aufa Royhan.
43

LAMPIRAN
44

Jadwal Penelitian

November Desember Januari Februari


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
proposal
2 Seminar proposal
3 Revisi Proposal
4 Perijinan Penelitian
5 Persiapan
Penelitian
6 Pelaksanaan
Penelitian
7 Pengolahan Data
8 Penyusunan Skripsi
9 Sidang Skripsi
10 Revisi Skripsi
11 Mengurus
publikasi jurnal
Kelompok Ekperimen

LEMBAR OBSERVASI

EFEKTIVITAS AIR REBUSAN PEPAYA DALAM MENINGKATKAN


PRODUKSI ASI IBU NIFAS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARINGIN
KABUPATEN BALANGAN TAHUN 2022

Nomor Responden : ………………………………..


Nama Responden (inisial) : ………………………………..

A. Identitas Responden
1. Umur ………tahun
2. Inisiasi Menyusui Dini a. Ya
b. Tidak
*lingkari pilihan yang
sesuai
3. Bekerja a. Ya
b. Tidak
*lingkari pilihan yang
sesuai
B. Jumlah produksi ASI sebelum konsumsi air rebusan pepaya ………..ml
C. Jumlah produksi ASI setelah konsumsi air rebusan pepaya
1. Hari 2 ………..ml
2. Hari 3 ………..ml
3. Hari 4 ………..ml
4. Hari 5 ………..ml
5. Hari 6 ………..ml
6. Hari 7 ………..ml
Kelompok Kontrol

LEMBAR OBSERVASI

EFEKTIVITAS AIR REBUSAN PEPAYA DALAM MENINGKATKAN


PRODUKSI ASI IBU NIFAS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARINGIN
KABUPATEN BALANGAN TAHUN 2022

Nomor Responden : ………………………………..


Nama Responden (inisial) : ………………………………..

A. Identitas Responden
1. Umur ………tahun
2. Inisiasi Menyusui Dini c. Ya
d. Tidak
*lingkari pilihan
yang sesuai
3. Bekerja c. Ya
d. Tidak
*lingkari pilihan
yang sesuai
B. Jumlah produksi ASI (saat kelompok ekperimen belum konsumsi air ………..ml
rebusan pepaya)
C. Jumlah produksi ASI (saat kelompok ekperimen sudah konsumsi air
rebusan pepaya)
1. Hari 2 ………..ml
2. Hari 3 ………..ml
3. Hari 4 ………..ml
4. Hari 5 ………..ml
5. Hari 6 ………..ml
6. Hari 7 ………..ml
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
NAMA SOP SOP AIR REBUSAN PEPAYA DALAM MENINGKATKAN
PRODUKSI ASI IBU NIFAS
PENGERTIAN Tindakan pembuatan dan pemberian air rebusan pepaya kepada ibu
nifas
TUJUAN Meningkatkan produksi ASI ibu nifas
PETUGAS Peneliti
ALAT DAN 1. Buah pepaya muda 3 potong (100 gr)
BAHAN 2. Air 500ml.
3. Panci dan pengaduk
4. Kompor
5. Gelas
6. Lembar Observasi
PROSEDUR A. Tahap Prainteraksi
PELAKSANAAN 1. Cuci tangan
2. Menyiapkan alat dan bahan
B. Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan, cara pembuatan rebusan buah pepaya dan
cara mengonsumsinya.
4. Menanyakan kesediaan dan kesiapan responden.
C. Tahap Kerja
1. Responden dianjurkan untuk mengosongkan payudara, 2 jam
sebelum pengambilan ASI
2. Pumping ASI sebelum mengkonsumsi air rebusan pepaya,
pada hari pertama penelitian selama 15 menit simpan di botol
ukur dan catat berapa volumenya (ml).
3. Bersihkan buah pepaya
4. Kupas kulitnya
5. Potong-potong buah pepaya dengan berat 1 potongnya 100
gram. Kemudian setiap potongan di bagi menjadi 3 (hal ini
untuk mempermudah proses pematangan)
6. Didihkan air 500 ml, rebus 3 potong buah pepaya (100 gram)
dalam air tersebut sampai matang, kurang lebih 5-10 menit.
7. Hasil air rebusan pepaya dikonsumsi dalam jangka 1 hari.
Lakukan perebusan dengan takaran yang sama sampai hari ke
tujuh.
8. Pumping ASI kembali di hari kedua sampai hari ke tujuh dan
hasilnya dicatat dalam lembar observasi.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
2. Mencatat hasil kegiatan
Lembar Keterngan Penelitian (Informed consent)

Nama Peneliti : Rima Novalis


NIM : 11194862111337
Alamat : Jl. Gunung Pandau, RT 09, Kel. Paringin Timur, Kec. Paringin,
Kab. Balangan, Kalimantan Selatan.
Judul Penelitian : Efektivitas Air Rebusan Pepaya dalam Meningkatkan Produksi
ASI Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Paringin, Kabupaten
Balangan Tahun 2022.
Peneliti merupakan mahasiswa program studi Sarjana Kebidanan, Jurusan
Kebidanan, Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia. Penelitian ini dilakukan dengan
cara mengukur produksi ASI Ibu nifas yang bersedia menjadi responden, dan
memberikan air rebusan pepaya untuk dikonsumsi selama 7 hari.
Responden dalam penelitian ini diminta secarasukarela. Anda berhak menolak
jika tidak ingin ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Informasi yang diberikan Anda
dalam penelitian ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Peneliti akan
menjaga segala kerahasiaan responden. Jika ada penjelasan yang belum jelas, Anda
dapat bertanya kepada peneliti. Jika Anda sudah memahami penjelasan ini dan bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan menandatangani lembar persetujuan
menajdi responden yang terlampir. Manfaat penelitian ini untuk responden adalah
menambah pengetauan tentang terapi kontemporer untuk meningkatkan produksi ASI.

Paringin, Desember 2022

Peneliti

Rima Novalis

CP: 081388140531 (Rima)


Lembar Persetujuan
Menjadi Responden Kelompok Eksperimen (Informed consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : …………………………………………………..
Umur : …………………………………………………..
Alamat : …………………………………………………..
Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh :
Nama Peneliti : Rima Novalis
NIM : 11194862111337
Alamat : Jl. Gunung Pandau, RT 09, Kel. Paringin Timur, Kec. Paringin,
Kab. Balangan, Kalimantan Selatan.
Judul Penelitian : Efektivitas Air Rebusan Pepaya dalam Meningkatkan Produksi
ASI Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Paringin, Kabupaten
Balangan Tahun 2022.

Saya bersedia meminum air rebusan pepaya dan dilakukan pengukuran produksi
ASI selama 7 hari ke depan. Dengan syarat, semua hasil yang diperoleh hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan serta semua informasi
pribadi responden tidak akan dipublikasikan.
Demikian surat pernyataan ini saya sampaiakn, agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Paringin, Januari 2023


Responden

(………………………….)
Lembar Persetujuan
Menjadi Responden Kelompok Kontrol (Informed consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : …………………………………………………..
Umur : …………………………………………………..
Alamat : …………………………………………………..
Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh :
Nama Peneliti : Rima Novalis
NIM : 11194862111337
Alamat : Jl. Gunung Pandau, RT 09, Kel. Paringin Timur, Kec. Paringin,
Kab. Balangan, Kalimantan Selatan.
Judul Penelitian : Efektivitas Air Rebusan Pepaya dalam Meningkatkan Produksi
ASI Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Paringin, Kabupaten
Balangan Tahun 2022.

Saya bersedia dilakukan pengukuran produksi ASI selama 7 hari ke depan. Dengan
syarat, semua hasil yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian
dan ilmu pengetahuan serta semua informasi pribadi responden tidak akan
dipublikasikan.
Demikian surat pernyataan ini saya sampaiakn, agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Paringin, Januari 2023


Responden

(………………………….)

Anda mungkin juga menyukai