Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP

PENCEGAHAN HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR


DI PUSKESMAS PONRANG SELATAN
2022

ABIGAEL KRISTINA
042020091

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN DAN
BISNIS KURNIA JAYA PERSADA
TAHUN 2022
PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PENCEGAHAN
HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR DI PUSKESMAS PONRANG
SELATAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana kebidanan (S.Keb)


Pada program studi sarjana kebidanan
Institut kesehatan dan bisnis kurnia jaya persada palopo

Oleh

ABIGAEL KRISTINA
042020091

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS
KURNIA JAYA PERSADA
TAHUN 2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP


PENCEGAHAN HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR DI
PUSKESMAS PONRANG SELATAN

Disusun Oleh:

ABIGAEL KRISTINA
042020091

Proposal ini Telah Disetujui Tanggal .........................................

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Hj.Nurhaeni Asiz, S.Kp.,M.Kes Abd. Razak, S.Farm,Apt.,M.si


NIDN NIDN. 0929118603

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Kebidanan

Samsinar ,S.ST.,M.Kes
NIDN.0919078901

iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PENCEGAHAN


HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR DI PUSKESMAS PONRANG
SELATAN TAHUN 2022”

OLEH
ABIGAEL KRISTINA
Telah dipertahankan di depan panitia ujian proposal skripsi
Pada tanggal 25 agustus 2022
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Tim penguji
1 : Dr. Hj.Nurhaeni Asiz, S.Kp.,M.Kes (…...………)

2 : Abd. Razak, S.Farm,Apt.,M.si (……….…)

3 : Andi Sufiani,S.ST.,M.Keb (……….…..)

Mengetahui Tim Pembimbin


Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj.Nurhaeni Asiz, S.Kp.,M.Kes Abd. Razak, S.Farm,Apt.,M.si

Mengetahui
Dekan Ketua
Fakultas Kesehatan
Prodi Studi S1 Kebidanan dan
Profesi Bidan Institut Kesehatan
dan Bisnis Kurnia Jaya Persada

Ns. Lestari Lorna Lolo.,M.Kep Samsinar, S.ST.,M.Kes


NIDN. 0927058702 NIDN. 0919078901

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji dan syukur peneliti mengatakan bahwa Allah SWT itu ada, karena
berkat rahmatnya Hidayah dan Karunia peneliti dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP
PENCEGAHAN HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR DI
PUSKESMAS PONRANG SELATAN TAHUN 2022”
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, tidak akan
berjalan dengan baik tanpa bimbingan dan dukungan Dari semua sisi. Dalam hal
ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penelitian dan penulisan. Terima kasih:

1. Dr. Rusdiana, M.Hum.,MA Sebagai Rektor Institut Kesehatan Kurnia Jaya


Persada

2. Dr. Hj.Nurhaeni Asiz, S.Kp.,M.Kes sebagai Pembimbing Pertama


Institut Kesehatan Kurnia Jaya Persada

3. Abd. Razak, S.Farm,Apt.,M.si sebagai Pembimbing kedua Institut


Kesehatan Kurnia Jaya Persada

4. Yusuf Bunga Sampewai (suami), Orang tua, Saudara-saudara,keluarga


besar Sattu S.Pd, keluarga besar Yohanis duma Sampewai (Mertua beserta
Ipar-Ipar ku) atas dukungan dan bantuannya selama ini.

5. Bd. Kristina Sakke, Bidan-Bidan Desa dan Seluruh Keluarga Besar PKM
Ponrang Selatan atas bimbingan dan dukungannya selama mengerjakan
Tugas ini

Akhir kata, peneliti berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan semua pihak.
Palopo,

ABIGAEL KRISTINA

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

LEMBAR PENETAPAN TIM PENGUJI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABELiii

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................3

C. Tujuan Penelitian......................................................................3

1. Tujuan Umum...........................................................................3

2. Tujuan Khusus.........................................................................3

D. Manfaat Penelitian....................................................................4

1. Bagi Petugas Puskesmas Ponrang Selatan.........................4

2. Bagi Masyarakat.....................................................................4

3. Bagi Institusi Pendidikan.........................................................4

BAB II................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................5

A. Konsep Dasar Tentang Air Susu Ibu ( ASI)..............................5

1. Pengertian tentang ASI ..........................................................5

2. Manfaat ASI..............................................................................5

3. Kandungan Dalam ASI .........................................................6

vi
4. Langkah- Langkah keberhasilan pemberian ASI………...9

5. Cara Menyusui yang benar…………………………………9

6. Masalah Menyusu Pada Bayi……………………………..13

7. Lamanya durasi setiap kali menyusu…………………….16

8. Peran Bidan dalam mendukung pemberian ASI………..17

B. Konsep Dasar Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)..............18

1. Pengertian IMD...............................................................18

2. Inisiasi Menyusu Dini yang kurang Tepat.......................18

3. Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan............................19

4. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini........................................20

5. Pentingnya Kontak Skin to Skin pada Proses Menyusu

Dini........................................................................................21

6. Penghambat Menyusu Dini………………………………..21

C. Konsep Dasar Hipotermi…………………………………………23

1. Pengertian Hipotermi.............................................................23

2. Etiologi dan Predisposisi.......................................................24

3. Manifestasi Klinis…………………………………………….24
4. Klasifikasi……………………………………………………..25
5. Komplikasi…………………………………………………….26
6. Penatalaksaan………………………………………………..26
BAB III............................................................................................................. 27

KERANGKA KONSEP...................................................................................27

A. Kerangka Konsep.......................................................................27

B. Kerangka Teori...........................................................................27

C. Identifikasi Variabel………………………………………………28

vii
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif………………………28
E. Hipotesis Penelitian……………………………………………….30
BAB IV............................................................................................................. 31

METODE PENELITIAN.................................................................................31

A. Jenis dan Metode Penelitian......................................................31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................31

C. Populasi dan Sampel.................................................................31

D. Pengumpulan Data....................................................................33

E. Langkah Pengolahan Data........................................................34

F. Pengujian Hipotesis...................................................................35

G. Etika Penelitian..........................................................................35

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………ix

viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data yang telah dirilis oleh United Nations of Children’s

Fund (UNICEF) tahun 2018 bahwa di Indonesia tercatat angka kematian bayi

masih tinggi yaitu 22% dari kematian bayi di seluruh dunia. Sedangkan

menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2017, Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2015 sebesar 32 per 1.000

kelahiran hidup.

Penurunan kematian bayi dan ibu telah menjadi tujuan utama untuk

mencapai tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan 2030. Kematian bayi yang terjadi dalam bulan

pertama kelahiran, dapat dicegah dengan memberikan kesempatan

kepada bayi untuk mencari dan menghisap sendiri ASI pada payudara ibu

serta membiarkan kontak kulit ibu ke kulit bayi dalam satu jam pertama pada

awal kehidupannya, maka kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi

dapat dihindari.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses meletakkan bayi baru

lahir pada dada atau perut ibu agar bayi secara alami dapat mencari sendiri

sumber air susu ibu atau ASI dan mulai menyusu. Bayi akan mendapatkan

kekebalan tubuh. IMD bermanfaat bagi ibu karena dapat membantu

mempercepat proses pemulihan pasca persalinan. Dalam 1 jam kehidupan

1
2

pertama bayi dilahirkan ke dunia, bayi dipastikan untuk mendapatkan

kesempatan melakukan IMD (Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan penelitian Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2019,

ditemukan sebagian besar ibu sudah meletakkan bayi di dadanya segera

setelah kelahiran. Namun 87% bayi hanya diletakkan dengan durasi kurang

dari 30 menit, padahal IMD yang tepat harus dilakukan minimal 1 jam atau

sampai bayi mulai menyusu (IDAI, 2017).

Untuk Puskesmas Ponrang Selatan Jumlah Persalinan Tahun 2021

Adalah 446, dan yang Melakukan IMD Adalah 411 (92,15%). Hal ini

menunjukkan bahwa IMD terlaksana dengan baik, karena Ibu Hamil Sudah

Mendapatkan Pendidikan Kesehatan dalam Kelas Ibu Hamil Tentang Manfaat

IMD. Ini juga diduga menjadi salah satu alasan kepedulian ibu terhadap

pentingnya pelaksanaan IMD pada saat persalinan Selain Persiapan Yang Lain

seperti uang dan kendaraan.

Tenaga kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses

menyusui, dengan cara memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan,

melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada saat persalinan dan

mendukung pemberian ASI dengan 10 langkah keberhasilan menyusui

(JNPK-KR, 2014). Manfaat dari pelaksanaan IMD yaitu bayi akan

mendapatkan kehangatan secara alami dari kontak kulit ibu dengan kulit bayi.

Bayi dibiarkan mencari sendiri putting susu ibu. Hentakan kepala bayi ke dada

ibu, sentuhan tangan bayi di putting susu ibu, emutan dan jilatan bayi pada

putting ibu dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang


3

menyebabkan rahim ibu berkontraksi sehingga merangsang pengeluaran

plasenta dan mengurangi perdarahan pada ibu setelah melahirkan

(Roesli, 2017).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat

topik penelitian yang berjudul “Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap

Pencegahan Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Ponrang Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Dari permasalahan diatas dapat dirumuskan gambaran pemberian

inisiasi menyusui dini di Puskesmas Ponrang Selatan sebagai berikut :

Bagaimana Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Pencegahan

Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Ponrang Selatan tahun

2022?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Pencegahan

Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Ponrang Selatan Tahun

2022.

2. Tujuan Khusus

Untuk Mengetahui Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Pencegahan

Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Ponrang Selatan Tahun

2022.
4

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi petugas Puskesmas Ponrang Selatan

Merupakan informasi yang penting untuk memperbaiki dan lebih

meningkatkan pelayanan post partum pada ibu yang menyusui.

2. Bagi masyarakat

Memberikan masukan kepada masyarakat/pasien dalam peningkatan

pengetahuan ibu dalam pelaksanaan program inisiasi menyusu dini satu

jam pertama untuk semua bayi sampai usia 2 tahun.

3. Bagi institusi pendidikan

Memberikan gambaran hasil mahasiswa selama proses pembelajaran dan

dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan keilmuan khususnya

inisiasi menyusu dini plus ASI ekslusif untuk kelangsungan pemberian

ASI sampai dua tahun.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar tentang Air Susu Ibu (ASI)

1. Pengertian ASI

ASI (Air Susu Ibu) adalah susu yang diproduksi seorang ibu untuk

konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum bisa

mencernah makanan padat. (Nirwana, 2014)

ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein,lactose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Haryono dan

Setianingsih, 2014).

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein. Laktosa dan

garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu yang

berguna sebagai makanan bagi bayinya (Depkes RI 1994, hal 3).

ASI adalah nutrisi pokok bagi bayi yang berusia 0-6 bulan untuk

tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan

kecerdasan. Pemberian ASI diteruskan sampai usia anak 24 bulan

(Wardhani, dkk., 2021).

2. Manfaat ASI

Manfaat ASI untuk bayi sejak pertama kelahiran memberikan

perlindungan dari kejadian kesakitan neonatal, ibu dengan pengalaman

pertama diberikan support skills oleh tenaga Kesehatan untk menyusui

bayinya, pertumbuhan sel otak secara optimal dan menambah

5
6

perkembangan kecerdasan pada bayi dan dapat merangsng pertumbuhan

system kekebalan tubuh, (Kahnal, 2015). Kandungan dalam ASI

memberikan gizi yang cukup pada perkembangan dan pertumbuhan bayi

sehinggan bayi dapat bertahan hidup diluar kandungan ibu.

3. Kandungan Dalam ASI

Kandungan dalam ASI sangat bermanfaat untuk bayi dan dapat

memenuhi semua kebutuhan pada bayi. ASI adalah suatu emulsi lemak

dalam larutan protein, laktosa dan garam organik yang disekresi oleh

kedua bela kelenjar payudara sebagai makanan utama bagi bayi.

Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan

stadium laktasi.

Komposisi ASI berdasarkan kandungan zat gizi:

a. Protein

Keistimewaan protein dalam ASI dengan rasio protein WHEY :

Kasein 60:40 dibandingkan susu sapi yang rasionya 20 :80. ASI

mengandung Alfa -latalbumin dan asam amino esensial taurine yang

tinggi. Kadar methiolin dalam ASI lebih rendah sedangkan susu sapi

lebih tinggi. Kada Tirosin dan Fenilalanin pada ASI rendah.

b. Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI lebih tinggi dari susu sapi. Karbohidrat pada

ASI yang utama adalah laktosa dan galaktosa yang berperan penting

dalam perkembangan otak bayi. ASI juga mengandung karbohidrat

lebih tinggi daripada susu formula yaitu 6,5-7 gr%.


7

c. Lemak

Lemak dalam ASI bentuk emulsi yang sempurna. Kadar asam lemak

tak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih besar dari susu sapi. Asam lemak

rantang panjang yang berperan dalam perkembangan otak. Kolesterol

yang diperlukan untuk susunan saraf pusat dan diperkirakan juga

berfungsi dalam pembentukan enzim.

d. Mineral

Dalam ASI terkandung mineral yang lengkap, total mineral selama

laktasi adalah konstan. Fe dan Ca paling stabil tidak dipengaruhi dari

ibu. Fe dan Ca tidak dipengaruhi oleh pola diet ibu. Garam organik

yang ada dalam ASI yaitu Kalsium, kalium dan natrium. Kalsium

berfungsi dalam pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi

jaringan saraf dan pembekuan darah. (Nirwana, 2017)

e. Air

Kira-kira 80% ASI terdiri dari air yang berguna untuk melarutkan zat-

zat yang terdapat di dlaamnya yang sekaligus juga dapat meredahkan

rangsangan haus dari bayi,

f. Vitamin

Kandungan vitamin dalam ASI lengkap terdiri dari A, B dan C.

Sedangkan golongan vitamin D kecuali Ribofalvin dan prothonik

masih kurang (Wulandari dan Handayani, 2017)


8

ASI menurut stadium laktasi dibedakan menjadi :

a. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan pertama kali disekresi oleh payudara

yang berwarna kekuning-kuningan lebih kuning dibadingkan ASI

matur. Kolostrum mengandung issue Debris atau residua material yang

terdapat dalam alfeoli dan ductus dari kelenjar payudara sebelum dan

setelah masa puerperium.

b. ASI Transisi/peralihan

Cairan susu yang keluar dari payudara ibu srelah masa kolostrum hari

keempat sampai 14 lakatasi, kandungan ASI transisi adalah protein

dengan konsentrasi yang lebih rendah dari kolostrum, serta lemak dan

karbohidrat dengan konstrasi lebih tinggi dari kolostrum. Volume ASI

pada masa ini juga meningkat (Nugroho, 2017)

c. ASI matang

Cairan yang keluar dari payudara ibu setelah masa ASI transisi.

Warnanya puti kekuning-kuningan karena kandungan garam kalsium

kasenat, riboflavin dan karoten.

ASI tidak menggumpal jika dipanaskan, dengan kandungan 100 gr

ASI, air 88 gr, lemak 4-8 gr, protein 1,2 -1,6 gr, karbohidrat 6,5 -7 gr,

mineral 0,2, kalori 77 Kal/100 ml ASI dan Vitamin


9

Tabel 1
Komposisi kandungan ASI
Kandungan Kolostrum Transisi Asi Matur
Energi (kg /kla) 57.0 63.0 65.0
Laktosa (gr/100 ml) 6.5 6.7 7.0
Lemak (gr/100 ml) 2.9 3.6 3.8
Protein (gr/100 ml) 1.195 0.965 1.324
Mineral (gr/100 ml) 0.0 0.3 02.
Imunoglobulin
Ig A (mg/100 ml) 335.9 - 119.6
Ig G (mg/100 ml) 5.9 - 2.9
Ig M (mg/100 ml) 17.1 - 2.9
Lisosim (mg/100 ml) 14.2-16.4 - 24.3-27.5
Loktoferin 420-520 - 250-270
4. Langkah- Langkah Keberhasilan Pemberian ASI

a. Mempersiapkan payudara bila diperlukan

b. Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui

c. Menciptakan dukungan keluarga, teman dan lingkungan

d. Memilih rumah sakit sayang bayi

5. Cara menyusui yang benar

a. Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang

rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu

bersandar pada sandaran kursi.

b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikir kemudian dioleskan

pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai

manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting

susu.
10

c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi

ditidurkan diatas pangkuan ibu dengan cara :

1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada

lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan.

Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan

dengan telapak tangan ibu.

2) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang

satu didepan.

3) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara.

4) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

5) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

d. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu

jari menekan payudara bagian atas areola.

e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooring reflek)

dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh

sisi mulut bayi

1) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekatkan ke payudara ibu dengan puting sena areoia

dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan sebagian besar areoia

dapat masuk ke dalam mului bayi, sehingga puting susu berada

dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar

dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola.


11

2) Melepas isapan bayi.

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong.

sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain. Cara

melepas isapan bayi:

a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut

mulut atau.

b) Dagu bayi ditekan ke bawah.

3) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum

terkosongkan (yang dihisap terakhir).

4) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan

kering dengan sendiri.

5) Menyendawakan bayi.

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari

lambung supaya bayi tidak muntah (gumohjawa) setelah

menyusu. Cara menyendawakan bayi :

a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu

kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

b. Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu

usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui :

a. Cara menyusui yang baik dan benar

1) Posisi badan ibu dan bayi


12

a) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai

b) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar

kepala.

c) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.

d) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah

payudara.

e) Tempelkan dagi bayi pada payudara ibu.

f) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada

dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.

g) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara

menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

2) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu

a) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas jari yang lain

menopang di bawah (Bentuk C) atau dengan menjepit

payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk

gunting), di belakang aerola (kalang payudara).

b) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting

reflek).

c) Posisikan putting susu di atas “bibir atas” bayi dan

berhadapan dengan hidung bayi.

d) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit-

langit mulut bayi.


13

e) Setelah bayi menyusu/menghisap payudara dengan baik

payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

f) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk

mengelus-elus bayi.

3) Posisi menyusui yang benar

a) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu.

b) Dagu bayi menempel pada payudara.

c) Dagu bayi menempel pada dada ibu yang berada di

dasar payudara (bagian bawah).

d) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan

lengan bayi.

e) Mulut bayi terbuka dengan bibir bawah yang terbuka.

f) Sebagian besar areola tidak tampak.

g) Bayi menghisap dalam dan perlahan.

h) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu.

i) Terkadang terdengar suara bayi menelan

j) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet.

6. Masalah menyusu pada bayi

a. Bayi sering menangis

Menangis untuk bayi adalah cara berkomunikasi dengan orang-orang

di sekitarnya. Karena itu bila sering menangis perlu dicari sebabnya,

dan sebabnya tidak selalu karena kurang ASI.


14

b. Bayi bingung puting

Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi

karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan

menyusu. pada ibu Peristiwa ini terjadi karena mekanisme menyusu

pada puting ibu berbeda dengan mekanisme menyusui pada botol.

Menyusu pada ibu tanda-tanda bayi bingung puting

1) Bayi menghisap puting seperti menghisap dot.

2) Menghisap secara terputus-putus dan sebentar-bentar.

3) Bayi menolak menyusu.

c. Bayi prematur dan bayi kecil (BBLR)

Bayi kecil, prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

mempunyai masalah menyusui karena refleks mengisapnya masih relatif

lemah. Oleh karenanya bayi kecil justru harus cepat dan letih sering dilatih

menyusu. Untuk merangsang sentuhlah langit-langit bayi dengan jari ibu

yang bersih.

d. Bayi kuning (Ikterik)

Kuning dini terjadi pada bayi usia antara 2 – 10 hari. Bayi kuning lebih

sering terjadi dan lebih berat kasusnya pada bayi-bayi yang tidak

mendapat ASI cukup. Warna kuning disebabkan kadar bilirubin yang

tinggi dalam darah (hiperbilirubinemia). Pada orang dewasa terlihat

kuning bila kadar bilirubin serum mencapai kira-kira 2 mg/100 ml, tetapi

pada bayi baru lahir jarang terjadi sebelum mencapai kadar 5 mg/100 ml.

Untuk mencegah agar warna kuning tidak lebih berat bayi jelas
15

membutuhkan lebih banyak menyusu. Yang harus dilakukan adalah mulai

menyusui segera setelah bayi lahir dan susui bayi sesering mungkin tanpa

dibatasi kolostrum berfungsi mencegah dan menghilangkan bayi kuning.

e. Bayi kembar.

Salah satu posisi yang mudah untuk menyusui adalah dengan posisi

memegang bola (football position). Jika ibu menyusui bersama-sama, bayi

haruslah menyusu pada payudara secara bergantian, jangan hanya menetap

pada satu payudara saja.

f. Bayi sakit

Sebagian kecil sekali dari bayi yang sakit, dengan indikasi khusus tidak

diperbolehkan mendapatkan makanan pe oral, tetapi apabila sudah

diperbolehkan, maka ASI harus terus diberikan.

g. Bayi sumbing

Cara menyusui yang dianjurkan adalah :

1. Posisi bayi duduk

2. Puting dan areola dipegang selagi menyusui, hal ini sangat membantu

bayi untuk mendapatkan cukup ASI. Ibu jari dapat dipakai sebagai

penyumbat celah pada bibir bayi bila bayi mempunyai sumbing pada

bibir dan langit-langit (lobiopalatoskisis), ASI dikeluarkan dengan cars

manuap ataupun pompa, kemudian diberikan dengan sendok/pipet,

atau botol dengan dot yang panjang sehingga ASI dapat masuk dengan

sempurna.
16

h. Bayi dengan lidah pendek

Bayi pada kondisi seperti ini akan sukar dapat melaksanakan laktasi

dengan sempurna, karena lidah tak sanggup memegang puting atau areola

dengan baik. Ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi

segera setelah bayi dapat menangkap puting dan areola dengan benar.

Pertahankan kedudukan kedua bibir bayi agar posisi tidak berubah-ubah.

i. Bayi yang memerlukan perawatan

Bila bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih menyusu

pada ibu, baiknya bila ada fasilitas, ibu ikut dirawat agar pemberian ASI

tetap dapat dilanjutkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan pada ibu

dianjurkan memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan di dalam lemari es

untuk kemudian sehari sekali diantar ke rumah sakit di dalam termos es.

7. Lamanya durasi setiap kali menyusui

Durasi menyusui berbeda-beda karena setiap bayi memiliki pola

isap yang berbeda-beda. Beberapa bayi puas setelah menyusu selama lima

sampai sepuluh menit, sedangkan yang lainnya butuh waktu lebih lama.

Biarkan bayi anda memutuskan durasi menyusunya setiap kali. Segera

setelah merasa puas, ia akan meninggalkan payudara anda. Yang lebih

penting dari durasi menyusu, penting bagi anda untuk membiarkan bayi

mengosongkan satu payudara sebelum menawarkan kepadanya payudara

lainnya, jika perlu. Ini akan membuat bayi mendapatkan hind mik, yang

penting untuk pertambahan berat badan.


17

Bayi yang baru lahir perlu menyusu dengan sangat teratur tetapi frekuensi

menyusunya akan menurun dalam satu atau dua minggu. Tidurkan bayi

disamping anda pada malam hari sehingga bayi bisa menyusu saat anda berbaring

miring. Menyusu pada malam hari ketika bayi menginginkannya sangat penting

bagi produksi ASI karena pengeluaran prolaktin lebih tinggi pada malam hari

(Nadine Suryaprajoyo, 2018).

8. Peran bidan dalam mendukung pemberian ASI

Peran awal bidan : Yakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang

mencukupi dari payudara ibu. Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia

mampu menyusui bayinya sendiri.

Bagaimana bidan dapat memberikan dukungan bagi pemberian ASI :

1. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama

beberapa jam pertama.

2. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah

masalah umum yang timbul.

3. Bantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

4. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat

gabung, rooming in).

5. Memberi ASI pada bayi sesering mungkin.

6. Hanya berikan ASI dan kolostrum saja.

7. Hindari susu botol dan dot empeng.


18

B. Konsep Dasar Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

1. Pengertian IMD

a. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini

adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi

sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai

kemampuan untuk menyusu sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit

bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah

lahir, cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan the

breast crawl atau merangkak mencari payudara. (dr. Hj. Utami

Roesli, SPA, MBA).

b. Inisiasi menyusu dini (earlu initation) atau permulaan menyusu dini

adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Fakta-fakta

dalam 1 tahun, empat juta berusia 18 hari meninggal. Jika semua bayi

di dunia segera setelah lahir diberi kesempatan menyusu sendiri

dengan membiarkan kontak kulit ibu ke kulit bayi setidaknya selama

satu jam maka satu juta nyawa bayi ini dapat diselamatkan (Roesli,

2018).

2. Inisiasi Menyusu Dini yang kurang Tepat

Saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu dini seperti berikut :

a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain

kering.

b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong lalu

diikat.
19

c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut

bayi.

d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi

kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk

beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai

menjadi perinium.

e. Selanjutnya diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukan

puting susu ibu ke mulut bayi.

f. Setelah itu, bayi di bawah ke kamar transisi atau kamar pemulihan

(recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap diazankan oleh ayah,

diberi suntikan vitamin K dan kadang diberi tetes mata (Roesli, 2018)

3. Inisiasi Menyusu Dini Yang Dianjurkan

Berikut ini langkah – langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang

dianjurkan.

g. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain

kering.

h. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali

kedua tangannya.

i. Tali pusat dipotong, lalu diikat.

j. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak

dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

k. Tanpa di bodong, bayi langsung di tengkurapkan di dada atau perut

ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu


20

l. Setelah bayi merasa lebih tenang, maka secara otomaris kaki bayi

akan mulai bergerak-gerak seperti hendak merangkak / merayap.

m. Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan

dengan mencium tangannya. Bau tangan bayi sama dengan bau air

ketuban, yang juga sama dengan bau di wilayah sekitar puting ibu.

n. Setelah itu, bayi akan mulai mengisap-isap puting susu ibu yang

bertujuan untuk merangsang supaya ASI segera berproduksi dan

bisa keluar.

o. Bayi mulai menyusu.

4. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari metode IMD beberapa

diantaranya adalah :

a. Anak dapat menyusui dini lebih mudah menyusu di kemudian hai

sehingga kegagalan menyusui akan jauh berkurang.

b. Mengakrabkan hubungan antara ayah ibu dan bayi.

c. IMD penting agar mendapatkan kekebalan.

d. IMD juga bermanfaat agar ibu lebih mudah terstimulus menyusui.

e. IMD dan HSI ekslusif membuat bayi lebih sehat, cerdas dan salah.

f. Dengan IMD 22% angka kematian bayi bisa di turunkan.

g. IMD dapat menyukseskan program millenium Dovelopment Goals

(MGDS). MGDS atau program yang mempunyai tujuan di antaranya

pengentasan kemiskinan dan kelaparan. (Nadine Suryoprajogo, 2018).


21

5. Pentingnya Kontak Skin to Skin saat Proses Inisiasi Menyusu Dini

(IMD)

Mengapa kontak antara kulit baru dengan ibunya saat dilakukan sangat

penting? Berikut ini alasannya :

a. Kehangatan dada ibu dapat menghangatkan bayi, sehingga apabila

bayi di letakan di dada ibunya segera setelah di lahirkan dapat

menurunkan resiko hipertermia dan menurunkan angka kematian

akibat kedinginan.

b. Bayi yang langsung di letakkan di dada ibu sebelah di lahirkan akan

lebih tenang dan terhindar dari stres sehingga pernapasan dan detak

jantungnya lebih stabil.

c. Bayi tidak terkena bakteri dari tempat orang lain. Bakteri yang

didapat dari ibu tidak berbahaya karena bayi telah memperoleh dari

ASI, bakteri baik tersebut membuat kolom di usus dan kulit bayi

sehiingga dapat memerangi bakteri yang lebih ganas di lingkungan

luar. (Nadine Suryoprojono, 2018).

6. Penghambat inisiasi munyusu dini

1) Bayi kedinginan - tidak benar

Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan

sang ibu. Menakjubkan Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam

dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu.

2) Setelah melahirkan, ibu terlalu lebih untuk segera menyusui bayinya tidak

benar
22

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah

lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kuli ke kulit saat bayi menyusu dini

membantu menenangkan ibu.

3) Tenaga kesehatan kurang tersedia – tidak masalah

Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya.

Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga

terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.

4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk – tidak masalah

Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau

kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya

mencapai payudara dan menyusu dini.

5) Ibu harus dijahit – tidak Masalah

Kegiatan merangkat mencari payudara terjadi di area payudara. Yang

dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore

(gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir - tidak benar

Menurut Amarika College of Obstetrics and Gynecology dna Academy

Breastfeeling Medicine (2016), tindakan pencegahan ini dapat ditunda

setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa

membahayakan bayi.

7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbangkan, dan diukur –

tidak benar
23

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan

bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresep, melunakkan dan melindungi

kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.

Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal

selesai.

8) Bayi kurang siaga – tidak benar

Justru pada 1 – 2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert).

Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat

obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi

memerlukan bantuan lebih untuk bonding.

9) Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga

diperlukan cairan lain (cairan pre-laktal) – tidak benar

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi

dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada

saat itu.

10) Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi - tidak benar

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai

imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir,

kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.

C. Konsep Dasar Tentang Hipotermia

1. Pengertian

Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi >35˚C (95 ˚F)

secara involunter. Lokasi pengukuran suhu tubuh inti mencakup rektal,


24

esovagial atau membran timfani yang dilakukan secara benar (Tanto,

2014).

2. Etiologi dan Predisposisi

Menurut Tanto 2014 berdasarkan etiologinya hipotermi dapat dibagi

menjadi :

a. Hipotermia primer

Hipotermia primer apabila produksi panas dalam tubuh tidak dapat

mengimbangi adanya stress dingin, terutama bila cadangan energy

dlaam tubuh sedang berkurang.

b. Hipotermia sekunder

Hipotermia sekunder, adanya penyakit atau pengobatan tertentu

yang menyebabkan penurunan suhu tubuh. Berbagai kondisi yang

dapat menyebabkan hipotermia menurut Hardisman yaitu:

1) Penyakit endokrin

2) Penyakit kardiovaskuler

3) Penyakit neurologis

4) Obat-obatan

3. Manifestasi Klinis

Gejala hipotermia bervariasi tergantung tingkat keparahan cedera

dingin. Gejala klinis yang sering terjadi berdasarkan kategori hipotermia

menurut Setiaati (2014):


25

a. Hipotermia ringan (32 -35˚C) : Takikardi, hiperventilasi, sulit

berjalan dan berbicara, menggigil dan sering berkemih.

b. Hipotermia sedang (28-32˚C) : Nadi berkurang, pernafasan dangkal

dan pelan, berhenti menggigil, refleks melambat, pasien menjadi

disorientasi, sering terjadi aritmia.

c. Hipotermia berat (<28˚C) : hipotensi, nadi lemah, edema paru,

koma, aritmia ventrikel dan henti jantung.

4. Klasifikasi

a. Derajat 1

1) Kulit membeku sebagian eritem, edema, hiperemia

2) Tidak melepuh atau nekrosis

3) Deskuamasi kulit jarang (5 -10 hari kemudian

b. Derajat 2

1) Luka jaringan kulit

2) Eritema, vesikel substansial dengan cairan bening melepuh,

deskuamasi dan jaringan kehitaman.

c. Derajat 3

1) Jaringan kutis dan subkutis, otot, tendon dan tulang membeku

2) Edema lokal

3) Awalnya luka berwarna merah tua atau sianosis

4) Kadang-kadang jaringan mengering, hitam, seperti mumi


26

5. Komplikasi

Respon pertama tubuh untuk menjaga suhu agar tetap normal adalah

gerakan aktif maupun involunter seperti menggigil. Pada awalnya

kesadaran, pernafasan dan sirkulasi juga masih normal. Namun, seluruh

sistem organ akan mengalami penurunan fungsi sesuai dengan kategori

hipotermia. Komplikasi berat seperti fibrilasi atrium akan terjadi bila

suhu tubuh kurang dari 32˚C.

6. Penatalaksanaan

a. Memakaikan pakaian hangat atau berlapis

b. Menghangatkan tubuh bayi dengan suhu tubuh moms melalui skin to

skon contac.

c. Membedong bayi.

d. Membawa bayi ke rungan dengan suhu yang lebih hangat.


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka teori

Independent merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain, artinya

apabila variabel independent berubah maka akan mengakibatkan perubahan

variabel lain. Nama lain variabel independent adalah variabel bebas, risiko,

rediktor, kausa (Riyanto, 2019). Variabel independent dalam penelitian

inisiasi menyusui dini.

Dependent merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, artinya

variabel dependent berubah akibat perubahan pada variabel bebas. Nama lain

variabel dependent adalah variabel terikat, efek, hasil, outcame, respon, atau

event. (Riyanto, 2019). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

hipotermi pada bayi baru lahir.

B. Kerangka Konsep

Hipotermi pada BBL


IMD

Keterangan

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

: Pengaruh

27
28

C. Identifikasi Variabel

1. Variabel independent

Dalam penelitian ini Variabel independentnya adalah penelitian

inisiasi menyusui dini

2. Variabel dependent

Dalam penelitian ini Variabel dependentnya adalah hipotermi pada

bayi baru lahir.

D. Defenisi Operasional dan Kriteri Objektif

Tabel 3.1 Definisi Operasional

N Definisi Cara Alat Skala


Variabel Hasil Ukur
o Operasional Ukur Ukur Ukur

1 Inisiasi proses bayi Observas Kuesone Baik : Ordina

menyusui menyusu i r Dikatakan l

dini segera setelah baik

dilahirkan, di apabila bayi

mana bayi bisa

dibiarkan langsung

mencari menyusui

puting susu ke puting

ibunya sendiri ibu

(tidak Kurang :

disodorkan ke Dikatakan

puting susu). kurang


29

apabila

apabila bayi

tidak bisa

langsung

menyusui

ke puting

ibu

2 Hipoterm kondisi ketika onservasi Kuesone Baik : Ordina

i suhu tubuh r Dikatakan l

turun drastis baik

hingga di apabila

bawah 35oC. suhu bayi

Akibatnya, dalam batas

jantung dan normal

organ vital Kurang :

lainnya gagal Dikatakan

berfungsi. kurang

apabila

apabila

suhu bayi

dibawa

suhu

normal
30

E. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesa Nol (H0)

Tidak Ada Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Pencegahan

Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Ponrang Selatan.

2. Hipotesa Alternatif (Ha)

Ada Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi

Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Ponrang Selatan.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilaksanakan

dengan menggunakan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional

untuk meneliti Adanya Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap

Pencegahan Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Ponrang Selatan.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan Di Puskesmas Ponrang Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan

September 2022.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subyek penelitian yang akan diteliti

(Riyanto, 2019). Pada penelitian ini populasinya adalah bayi baru lahir

Di Puskesmas Ponrang Selatan

31
32

2. Sampel

a. Besar Sampel

Jumlah populasi yang akan diteliti adalah kurang dari seribu,

maka menentukan besar sampel dengan menggunakan rumus Slovin

(Nursalam, 2013) :

N
n= 2
1+ N (d)

Keterangan:

N :jumlah sampel

N : jumlah populasi

D : Kesalahan sampel yang masih dapat ditolelir ( 10 % )

b. Sampling

Sampling adalah Teknik Pengambilan Sampel Dari Populasi

alam Penelitian (Riyanto, 2019). Tekhnik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah aksidental sampling yaitu cara

pengambilan sampel dengan mengambil responden atau kasus yang

kebetulan ada atau tersedia. (Riyanto, 2019).

c. Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu yang bersedia menjadi responden

b. Ibu dengan bayio baru lahir

2. Kriteria Eklusi

a. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden


33

b. Bukan ibu dengan bayi baru lahir

D. Cara Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dalam penelitian informasi

yang diinginkan didapatkan melalui dua jenis sumber data yaitu (Sumantri,

2019):

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang terdiri dari

bukti-bukti atau saksi utama dari kejadian (fenomena) objek yang diteliti

dan gejala yang terjadi di lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder dikaitkan dengan sumebr selain dokumen langsung

yang menjelaskan tentang suatu gejala.

E. Langkah Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul lalau dilakukan pengolahan data sebagai

beriku (Riyato, 2010):

1. Editing data

Editing yaitu penyuntingan dilakukan secara langsung oleh peneliti

terhadap koisoner. Tujuan dari editing ini adalah untuk meastikan bahwa

data yang diperoleh yaitu koisonernya semua telah diisi, relevan dan

dapat dibaca dengan baik.

2. Coding data
34

Coding yaitu hasil jawaban setiap pertanyaan diberi kode seselai

dengan petunjuk koding. Pemberian kode dilakukan untuk

menyederhanakan data yang diperoleh.

3. Skoring data

Setelah semua variabel diberikan kode selanjutnya masing-masing

komponen variabel dijumlahkan, untuk menentukan variabel tersebut

memenuhi syarat (MS) jika jumlah variabel lebih dari 70 % dari jumlah

total dan tidak memenuhi syarat (TNS) jika total skor masing-masing

variabel > 70% dari jumlah total.

4. Procesing

Setelah semua isian terisi dengan benar, langkah selanjutnya adalah

memproses data agar dapat dianalisa. Proses data dilakukan dengan cara

mengentri data hasil koisoner ke komputer. maka selanjutnya dilakukan

analisa data berupa

a. Analisa Univariat Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum

dengan cara mendiskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam

penelitian yaitu melihat distribusi frekuensinya. Kemudian

b. Analisa Bivariat dilakukan untuk melihat perbandingan antara

variabel bebas secara sendiri-sendiri dengan variabel terikat

digunakan uji crosstaab.

5. Cleaning

Yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah di entri

apakah ada kesalahan atau tidak.


35

F. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan mengunakan pengolahan spss versi 16,

dengan pengujian Crosstab.

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan ijin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini kepala

kelurahan Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika penelitian yang meliputi (Riyanto, 2019).

1. Informed consent (lembaran Persetujuan)

Lembar persetujuan yang akan diberikan pada responden yang akan

diteliti dan memenuhi kriteria inklusi dan manfaat penelitian.

2. Anonymity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, penelitian tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembaran tersebut diberikan kode.

3. Confidential (rahasia)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memeberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, A., Alim, A., & Sari, N. P. 2016. Pemberian Inisiasi Menyusu Dini

Pada

Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan MANARANG, 2(2),

Bastari. 2016. Indonesia Education Statistics In Brief 2015/2016. Kementerian

Pendidikan Dan Kebudayaan, I(1), 126–145. Retrieved from

http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_AA46E7FA-90A3-

46D9-BDE6-CA6111248E94_.pdf

Fikawati, S., & Syafiq, A. 2003. Hubungan antara menyusui segera ( immediate

breastfeeding ) dan pemberian ASI eksklusif sampai dengan empat bulan. J

Kedokteran Trisakti, 22(2), 47–55.

Juniriana, R. 2016. Penyakit Balita dan Anak. Jakarta: PT. Sunda Kelapa Pustaka.

Kementerian Kesehatan. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.

Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI. https://doi.org/351.770.212 Ind P

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Situation and analysis of exclusive

breastfeeding. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar.

Kulsum, U. 2013. Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Ilmiah.

Mujiati, N. dan. 2015. Faktor Pendukung Keberhasilan Praktik Inisiasi

Menyusui

ix
Dini di RS Swasta an Rumah Sakit Pemerintah di Jakarta, 31–44. Notoadmojo.

2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

Notoadmojo, S. 2017. Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka cipta.

Notoatmodjo, S. 2017. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013.

2013.

Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air

Susu Ibu, 9. Retrieved from http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-

content/uploads/downloads/2013/08/Permenkes-No.-15-th-2013-ttg-

Fasilitas-Khusus-Menyusui-dan-Memerah-ASI.pdf

Riksani, R. 2013. Keajaiban ASI. Jakarta: Dunia Sehat.

Roesli, U. 2018. Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Pustaka Bunda.

Rohmatun, N. Y. 2014. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dan Pemberian

Asi Eksklusif Dengan Kejadian. UMM Surakarta.

Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, K. K. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta.

Sarah Husnaini, E. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Primigravida

dengan Pemberian ASI pada bayi umur 6-12 bulan di BPM Kusni Sri

Mawarti Desa Terong II Kec. Dlingo Kab. Bantul Yogyakarta 2015.

Sumantri, H. A. 2019. Metode Penelitian Kesehatan. (F. E. Dr. Murodi,

Ed.).

Jakarta: Prenada Media Gruoup.

x
Timpanometri. 2017. Universitas Sumatera Utara, (36).

World Health Organization. 2003. Global strategy for infant and young child

feeding. Report. https://doi.org/ISBN 92 4 156221 8

Hastuti, b. W. (2015). Hubungan pengalaman menyusui dan tingkat

pendidikan Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan

Barukan, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Kalten. Jkk, vol. 6 .

Syamsianah, A. D. (2010). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu

tentang ASI dengan lama pemberian ASI Ekkslusif pada Balita 6-24 bulan

di Desa Kebonagung Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan Provinsi

Jawa Timur . Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan, Vol 6 No 2 .

Fatmawati, L. (2016). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan

Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 7-12 bulan di Puskesmas

Tegalrejo Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas 'Aisyiyah.

Priscilla, V. E. (2010). Hubungan Pelaksanaan Menyusui Dini dengan Pemberian

ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Tanah Garam Kota Solok. Artikel

Penelitian .

xi
Kuisioner Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi

Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Ponrang Selatan Tahun 2022

Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda check (√) pada

kolom yang tersedia pada kuesioner tersebut.

Initial :…… (Diisi oleh peneliti)

No.Responden :…... (Diisi oleh peneliti)

A. Demografi

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

B. Inisiasi Menyusui Dini

No Pernyataan Jawaban Skor

Benar Salah

1 Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah

meletakkan bayi di dada ibu untuk

menemukan puting susu dan menyusu


2 Inisiasi Menyusu Dini dapat dilakukan 30

menit sampai satu jam setelah melahirkan

3 Insiasi menyusu dini adalah awal yang tepat

untuk memberikan ASI eksklusif

(memberikan hanya ASI sampai bayi berumur

6 bulan)

4 Salah satu tujuan IMD adalah menjaga bayi tetap

hangat.

5 Bayi yang melakukan IMD mendapatkan

kolostrum (ASI yang pertama keluar)

6 Bayi yang diletakkan didada ibu atau metode

kanguru dapat mencegah penurunan suhu

tubuh bayi.

7 Jika suhu ruangan dingin saat melakukan

IMD, maka bayi harus menggunakan selimut

dan topi agar tidak kedinginan

8 Bayi baru lahir jika dibiarkan dalam keadaan

basah dapat menyebabkan kedinginan.

9 Jika bayi dibungkus dan dibedong maka suhu

bayi tidak akan menurun.

10 Bayi yang terpapar dengan udara dingin dapat

menyebabkan suhu tubuh menurun.


Kuisioner Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi

Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Ponrang Selatan Tahun 2022

Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda check (√) pada

kolom yang tersedia pada kuesioner tersebut.

Initial :…… (Diisi oleh peneliti)

No.Responden :…... (Diisi oleh peneliti)

C. Demografi

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Inisiasi Menyusui Dini

1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini ?

a. Bayi baru lahir disodorkan ke putting ibu

b. Bayi menyusu sendiri setelah satu hari dilahirkan

c. Bayi yang baru lahir diletakkan di perut ibu / dada ibu, akan

merangkak sendiri mencari putting susu ibunya untuk menyusu

2. Proses Inisiasi Menyusu Dini meliputi ?

a. Bayi lahir, dikeringkan dan diletakkan di dada ibu


b. Bayi lahir, dikeringkan dan diletakkan di perut ibu agar terjadi

kontak kulit antara ibu dan anak untuk menyusu sendiri

c. Bayi lahir dibersihkan dan diberikan madu sebelum disusui

3. Keuntungan melakukan Inisiasi Menyusu Dini ?

a. Bayi tidak akan diare

b. Bayi yang telah menyusu dini akan mudah menyusu kemudian dan

berhasil ASI Ekslusif

c. Bayi terlihat ceria

4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untukmelakukan IMD ?

a. 1 jam

b. b. 2 jam

c. >2 jam

5. Apa manfaat IMD untuk bayi ?

a. IMD sebagai nutrisi

b. IMD dapat meningkatkan ikatan kasih saying antara ibu dan anak

c. Semua benar

6. Apa manfaat IMD untuk ibu ?

a. Membuat kontraksi rahim tidak seimbang

b. Membantu kontraksi Rahim, pengeluaran plasenta dan mengurangi

pendarahan paska persalinan

c. Membuat badan ibu menjadi hipotermia

7. Menurut ibu apa yang dimaksud dengan kolstrum?

a. Air susu yang pertama kali keluar


b. Air susu basi

c. Air susu hari ke 1 – 7

8. Warna apa yang dikeluarkan ASI pertama kali ?

a. Hitam

b. Putih

c. Kekuningan hingga bening

9. Apa manfaat kolostrum ?

a. Cairan yang kaya akan zat gizi dan berguna untuk kekebalan tubuh bayi

b. Cairan yang kaya akan vitamin A

c. Cairan campuran antara susu basi dengan air tajin

10. Apakah ASI yang pertama kali keluar lebih banyak mengandung

kekebalan tubuh dibandingkan ASI lainnya?

a. Ya

b. Tidak

Anda mungkin juga menyukai