Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA

DALAM PROSES DISKUSI PELAJAR


TPA AR-RIDHO SUKARAME

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Emzir, M.Pd

Ditulis Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Tengah Semester (UTS)


Mata Kuliah Ilmu Lughoh An-Nafsi wa Ijtima’i

Penulis: Muhammad Aridan

NPM: 2088104007

PROGRAM PASCA SARJANA


PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2020 M /1441
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA
DALAM PROSES DISKUSI PELAJAR TPA AR-RIDHO SUKARAME

Penulis: Muhammad Aridan

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

muhammadaridan12@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa


Indonesia yang dilakukan pelajar TPA Ar - Ridho Sukarame. Penelitian ini
menggunakan jenis deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah pelajar
TPA Ar - Ridho Sukarame. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain lembar observasi dan alat perekam. Teknik analisis yang digunakan dalam
menganalisis data kesalahan berbahasa yakni teknik analisis data kualitatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kesalahan berbahasa Indonesia
meliputi kesalahan secara fonologis, morfologis, sintaktis, semantis, kohesi,
koherensi, dan logika dalam proses diskusi yang dilakukan pelajar TPA dasar.
Saran dari penelitian ini, guru dapat menggunakan hasil analisis mengenai
kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh pelajar sebagai bahan refleksi
pembelajaran.

Kata Kunci: Analisis Kesalahan Berbahasa, Diskusi, Pelajar TPA.

2
PENDAHULUAN (B2) bahasa Indonesia.2 Lado
mengemukakan bahwa
Bangsa Indonesia memiliki
kedwibahasaan sebagai kemampuan
kebudayaan yang beraneka ragam.
menggunakan bahasa oleh seseorang
Bahasa merupakan salah satu cermin
dengan sama baik atau hampir sama
kebudayaan suatu bangsa. Keadaan
baiknya, yang secara teknis mengacu
ini membuat orang Indonesia
pada pengetahuan akan dua bahasa.3
mengenal dan menguasai lebih dari
satu bahasa. Mereka setidaknya Sedangkan menurut Weinreich
menitikberatkan pengertian
mengenal bahasa daerah dan bahasa
kedwibahasaan bukan pada kefasihan
Indonesia. Hal ini tentu tidak
menutup kemungkinan munculnya penguasaan dua bahasa yang sama
baiknya, melainkan pada
kesalahan berbahasa Indonesia yang
kemampuan praktik menggunakan
diakibatkan oleh adanya pengaruh
dua bahasa secara bergantian dalam
bahasa daerah terhadap bahasa
berkomunikasi.4 Menurut Suwito,
Indonesia. Hastuti mengungkapkan
pengertian tentang kedwibahasaan
bahwa seseorang yang mempunyai
sebagai salah satu dari masalah
kemampuan menggunakan dua
kebahasaan terus mengalami
bahasa secara berganti-ganti disebut
dwibahasawan.1 Berkaitan dengan perkembangan. Hal ini disebabkan
oleh pengertian kedwibahasaan yang
hal itu, Pranowo juga
bersifat nisbi atau relatif. Kenisbian
mengemukakan bahwa masyarakat
terjadi karena batasan seseorang
Indonesia pada umumnya tergolong
untuk bias disebut sebagai
masyarakat dwibahasa.
dwibahasawan sehingga pandangan
Sebagian besar masyarakat
tentang kedwibahasawan berbeda
Indonesia menguasai bahasa pertama
(B1) bahasa daerah dan bahasa kedua
2
Pranowo. (2014). Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
3 Chaer, A., & Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik
Perkenal Awal. Jakarta:Rineka Cipta.
1 4 Weinreich, U. (1970). Languages in Contact. Findings
Hastuti, S. (2003). Sekitar Analisis Kesalahan
Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. and Problems. Cetakan ke-7. Paris: Mouton.

3
antara yang satu dengan yang lain. sebagai bahasa kedua (B2).
Berdasarkan beberapa pengertian Meskipun pada pemakaiannya
sebelumnya, dapat ditarik banyak pula masyarakat yang
kesimpulan bahwa kedwibahasaan menjadikan bahasa Indonesia sebagai
merupakan kemampuan bahasa pertama dan bahasa daerah
menggunakan dua bahasa yang sebagai bahasa kedua. Situasi
dimiliki oleh seseorang dengan sama pemakaian dengan beberapa bahasa
baiknya atau mengacu pada seperti ini dapat memunculkan
pengetahuan akan dua bahasa kontak antarbahasa. Berkaitan
sekaligus.5 Akan tetapi akibat dari dengan hal tersebut Suwito
adanya masyarakat yang dwibahasa mengungkapkan bahwa apabila dua
bahkan multibahasa itu dapat bahasa atau lebih digunakan secara
menimbulkan suatu fenomena bahasa bergantian oleh penutur yang sama,
yang disebut interferensi. Hal dapat dikatakan bahwa bahasa
tersebut juga dapat menyebabkan tesebut dalam keadaan saling kontak.
terjadinya kesalahan berbahasa. Dalam setiap kontak bahasa terjadi
Hubungan yang terjadi antara proses saling mempengaruhi antara
kedwibahasaan dan interferensi bahasa satu dengan bahasa yang
sangat erat terjadi. Interferensi dapat lain.6
dipandang sebagai akibat dari METODE PENELITIAN
fenomena kedwibahasaan. Hal ini Penelitian ini menggunakan
dapat dilihat pada kenyataan metode deskriptif. Pemilihan jenis
pemakaian bahasa dalam kehidupan penelitian yang digunakan
sehari-hari. Situasi kebahasaan disesuaikan dengan focus masalah
masyarakat tutur bahasa Indonesia pada penelitian tersebut. Hal itu
setidaknya ditandai dengan dikarenakan dalam penelitian
pemakaian lebih dari satu bahasa, kualitatif data yang akan dihasilkan
yaitu bahasa daerah sebagai bahasa lebih banyak berupa kata-kata.
pertama (B1) dan bahasa Indonesia Sumber data dalam penelitian ini

5Suwito. (1983). Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori 6Suwito. (1983). Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori
dan Problema. Surakarta: Henary Offset dan Problema. Surakarta: Henary Offset

4
adalah pelajar TPA Ar - Ridho tergantikan bunyi vokal [o] dan
Sukarame. Instrumen yang kesalahan pelafalan karena
digunakan dalam penelitian ini penghilangan bunyi tertentu yang
antara lain lembar observasi dan alat terjadi pada terjadi pada
perekam. Teknik analisis yang penghilangan bunyi konsonan
digunakan dalam menganalisis data meliputi kesalahan penghilangan
kesalahan berbahasa yakni teknik bunyi konsonan [h], [s] dan bunyi
analisis kualitatif. Hal tersebut vokal [ǝ ].
disesabkan data yang diolah lebih B. Kesalahan Berbahasa Indonesia
banyak berupa kata-kata. Secara Morfologis dalam Proses
Diskusi Pelajar TPA Ar - Ridho
HASIL DAN PEMBAHASAN Sukarame

A. Kesalahan Berbahasa Indonesia Kesalahan berbahasa Indonesia


Secara Fonologis dalam Proses secara morfologis yang ditemukan
Diskusi Pelajar TPA Ar - Ridho dalam proses diskusi pelajar TPA Ar
Sukarame - Ridho Sukarame terdiri atas
kesalahan penggunaan afiks yang
Kesalahan berbahasa Indonesia
tidak tepat dan penghilangan afiks.
secara fonologis yang ditemukan
Kesalahan penggunaan afiks yang
dalam proses diskusi pelajar TPA Ar
tidak tepat meliputi kesalahan
- Ridho Sukarame terdiri atas
kesalahan penggunaan prefiks ter-
kesalahan pelafalan karena
yang tergantikan prefiks ke-,
perubahan dan penghilangan bunyi
kesalahan penggunaan sufiks–nya,
tertentu. Kesalahan pelafalan karena
kesalahan penggunaan konfiks mem–
perubahan fonem terjadi pada
kan, kesalahan penggunaan prefix
pelafalan perubahan bunyi vokal dan
nge-, dan kesalahan penggunaan
pelafalan perubahan bunyi diftong
penggunaan sufiks –kan. Kesalahan
yang meliputi kesalahan perubahan
secara morfologis terjadi pada
bunyi vocal [a] yang berubah
kesalahan penghilangan afiks yang
menjadi bunyi [ǝ ] dan kesalahan
terdiri atas kesalahan penghilangan
perubahan bunyi diftong [aw] yang
prefiks ber-, dan kesalahan

5
penghilangan prefiks me-, mem-, dalam kalimat yang seharusnya
men-, meng-, yang merupakan berbahasa Indonesia.
alomorf dari prefiks meN-. D. Kesalahan Berbahasa Indonesia
C. Kesalahan Berbahasa Indonesia Secara Semantis dalam Proses
Secara Sintaktis dalam Proses Diskusi Pelajar TPA Ar - Ridho
Diskusi Pelajar TPA Ar - Ridho Sukarame
Sukarame Kesalahan berbahasa Indonesia
secara semantis yang ditemukan
Kesalahan berbahasa Indonesia
secara sintaktis yang ditemukan dalam proses diskusi pelajar TPA Ar
- Ridho Sukarame mencakup
dalam proses diskusi pelajar TPA Ar
kesalahan pilihan kata (diksi) yang
- Ridho Sukarame meliputi
kesalahan bidang frasa dan kalimat. dilakukan oleh pelajar dalam proses
diskusi terdiri atas penggunaan kata-
Kesalahan dalam bidang frasa
kata yang tidak tepat yang
meliputi kesalahan penghilangan
diakibatkan pilhan kata tidak baku
preposisi, pengguanaan bentuk
serta tidak lazim digunakan misalnya
superlative yang berlebihan,
kata kalo, kayak, liat, ngga, dan tipi.
Kesalahan dalam bidang kalimat
Kesalahan diksi menjadi kesalahan
meliputi kesalahan akibat
berbahasa Indonesia dengan jumlah
penggunaan istilah asing, kesalahan
penghilangan konjungsi, penggunaan terbanyak yang ditemukan dalam
proses diskusi pelajar TPA.
konjungsi yang tidak tepat, dan
adanya pengaruh bahasa daerah. E. Kesalahan Kohesi dan Koherensi

Adanya pengaruh bahasa daerah dalam Proses Diskusi Pelajar TPA

tersebut dikarenakan fakor kebiasaan Ar - Ridho Sukarame

dalam komunikasi lisan sehari-hari. Kesalahan kohesi dan koherensi


Kesalahan selanjutnya karena yang ditemukan dalam proses diskusi
penghilangan preposisi, yakni pada pelajar TPA Ar - Ridho Sukarame
preposisi di. Kesalahan lainnya terdiri atas kesalahan kata ganti
adalah penggunaan istilah asing yang (pronomina), kesalahan penanda kata
terjadi pada munculnya kata game penghubung (konjungsi), dan
kesalahan penyulihan (substitusi).

6
Pada kesalahan kohesi yang paling A. Tidak Mudah Berbahasa
banyak pada kesalahan penyulihan. Indonesia dengan Baik dan Benar
Kesalahan koherensi yang ditemukan Berbahasa Indonesia dengan baik
dalam wacana percakapan pelajar dan benar tidaklah mudah, butuh
terdapat pada percakapan yang tidak kecermatan dan pembiasaan untuk
koheren antara guru dan pelajar. mencapai hal tersebut. Pengguna
Namun demikian, secara umum bahasa yang baik tentu harus
wacana diskusi pelajar dapat memerhatikan penggunaan kaidah
dikatakan koheren walaupun terdapat dalam berbahasa. Di dalam situasi
beberapa penanda kohesi yang tidak yang resmi, pengguna bahasa
dieksplisitkan. dituntut untuk menggunakan bahasa
F. Kesalahan Logika dalam Proses sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Diskusi Pelajar TPA Ar - Ridho Masalah akan muncul apabila
Sukarame pengguna bahasa tidak menggunakan
Kesalahan logika yang ditemukan bahasa sesuai dengan situasi
dalam proses diskusi pelajar TPA Ar pembicaraannya.
- Ridho Sukarame meliputi Kegiatan berbahasa tidak hanya
kesalahan kalimat yang tidak logis perlu baik, tetapi juga harus benar
atau tidak dapat dinalar. Kesalahan dalam praktiknya. Akan tetapi,
logika dalam proses diskusi pelajar dalam penggunaannya sering kita
lebih diakibatkan makna kalimat temukan kejanggalan berbahasa
yang dibentuk oleh pelajar tidak terutama jika ditinjau dari segi
dapat diterima oleh nalar. Kesalahan kebahasaan. Kita sering menjumpai
tersebut dapat terjadi karena sebagian masyarakat yang
pemilihan kata yang kurang tepat berpendapat bahwa tujuan utama
dalam proposisi yang disampaikan berbahasa hanya sekedar
pelajar, sehingga kalimat yang menyampaikan pesan, sehingga
dibentuk menjadi tidak logis. kaidah bahasa yang berlaku justru
diabaikan. Sebagian besar
DISKUSI PENELITIAN
masyarakat yang menggunakan
bahasa cenderung kurang

7
memedulikan kaidah berbahasanya. Melengkapi pendapat
Mereka menganggap selama sebelumnya, Alwi, et al, juga
pembicara dan pendengar dapat mengemukakan bahwa bahasa yang
saling memahami maksud yang benar merupakan penggunaan bahasa
sedang dibicarakan, maka yang mengikuti kaidah yang telah
pembicaraan tersebut sudah baik dan dibakukan, sedangkan bahasa yang
benar. baik merupakan pemanfaatan ragam
Proses belajar mengajar di TPA yang tepat dan serasi menurut
merupakan salah satu contoh situasi golongan penutur dan jenis bahasa.8
resmi yang menuntut adanya Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
penggunaan bahasa Indonesia dikatakan bahwa bahasa yang baik
dengan baik dan benar. Sejalan merupakan bahasa yang digunakan
dengan pernyataan tersebut, Arifin sesuai dengan situasi pembicaraan.
dan Hadi mengungkapkan bahwa Sebagai pengguna bahasa
bahasa Indonesia yang baik dan yang baik, kita sudah sepatutnya
benar adalah penggunaan bahasa mampu menyesuaikan diri dengan
Indonesia yang digunakan sesuai lingkungan. Bahasa yang benar dapat
dengan norma kemasyarakatan dan dianggap menjadi tidak baik apabila
sesuai kaidah digunakan tidak sesuai dengan
bahasa Indonesia yang berlaku.7 situasi penggunaannya. Bahasa yang
Namun demikian, pada baik tidak selamanya sama dengan
kenyataannya pelajar selama berada bahasa yang benar. Bahasa yang
di TPA masih belum sepenuhnya tepat sasaran tidak harus beragam
mampu menggunakan bahasa baku. Berbahasa dengan baik berarti
Indonesia dengan baik dan benar. kita harus mampu menyesuaikan diri
Masih banyak ditemukan beragam dengan situasi. Bahasa yang
kesalahan berbahasa Indonesia yang digunakan di lingkungan pendidikan
dilakukan oleh pelajar dalam tentu berbeda dengan bahasa yang
pembelajaran di TPA. digunakan di pasar.

7Arifin, Z., & Hadi, F. (2001). 1001 Kesalahan 8 Alwi, H. et al. (2010). Tata Bahasa Baku Bahasa
Berbahasa. Jakarta: CV Akademika Presindo Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.

8
Bahasa yang baik belum tentu integral suatu kebudayaan tidak
benar, kecuali jika bahasa tersebut dapat lepas dari kontak yang
sesuai dengan kaidah berbahasa yang ditimbulkan oleh pemakaian bahasa.
berlaku. Berbahasa dengan benar Kontak karena kepentingan bidang
memiliki arti bahwa dalam berbahasa politik, pendidikan, ekonomi, ilmu
penutur harus mampu menaati pengetahuan, dan lainnya dapat
kaidah bahasa yang berlaku. Adanya menyebabkan suatu bahasa
kaidah yang mengatur kegiatan terpengaruh oleh bahasa yang lain.
berbahasa ini bukan untuk Bahasa Indonesia telah lama
mengekang aktivitas berbahasa, hidup secara berdampingan dengan
melainkan untuk menjaga bahasa-bahasa daerah. Maka, suatu
penggunaan bahasa tersebut tetap kewajaran apabila terjadi proses
terbebas dari pengaruh kontaminasi saling memengaruhi antara bahasa
bahasa daerah dan bahasa asing. Jadi Indonesia dan bahasa daerah. Proses
dapat disimpulkan bahwa bahasa saling memengaruhi inilah yang
yang baik dan benar adalah bahasa dikenal dengan istilah interferensi.
yang dapat dipahami dan sesuai Sejalan dengan pendapat
situasinya serta tidak menyimpang Alwasilah yang mengungkapkan
dari kaidah berbahasa yang berlaku. bahwa interferensi berrati adanya
Bahasa yang baik dan benar dapat saling pengaruh antarbahasa.
digunakan sesuai dengan fungsi dan Pengaruh itu dalam bentuk yang
situasi. paling sederhana berupa
B. Interferensi Sebagai Faktor pengambilan satu unsur dari satu
Penyebab Kesalahan Berbahasa bahasa dan digunakan dalam
hubungannya dengan bahasa lain.9
Bahasa bersifat dinamis oleh
Pada akhirnya proses saling
karena itu selalu mengalami
memengaruhi antara bahasa yang
perubahan serta pergeseran.
satudengan bahasa yang lain tidak
Perubahan dan pergeseran tersebut
dapat terjadi karena adanya dapat dihindarkan. Persentuhan

perubahan politik, sosial, ekonomi, 9Alwasilah, A. C. (1985). Beberapa Madhab dan


dan budaya. Bahasa sebagai bagian Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa.

9
kedua bahasa tersebut menimbulkan adalah terjadinya interferensi
adanya kontak bahasa. Kontak kebahasaan. Hal tersebut sejalan
bahasa dapat mengakibatkan dengan pendapat Suwito yang
perubahan sistem suatu bahasa yang mengungkapkan bahwa apabila dua
disebabkan oleh pengambilan unsur bahasa atau lebih digunakan secara
suatu bahasa ke dalam bahasa yang bergantian oleh penutur yang sama,
lain. Mendukung pendapat dapat dikatakan bahwa bahasa
sebelumnya, Wenreich (dalam Chaer tesebut dalam keadaan saling kontak.
dan Agustina, 2010) menyebut Dalam setiap kontak bahasa terjadi
interferensi sebagai perubahan sistem proses saling mempengaruhi antara
suatu bahasa sehubungan dengan bahasa satu dengan bahasa yang
adanya persentuhan bahasa tersebut lain.11
dengan adanya persentuhan bahasa Dalam proses belajar bahasa,
tersebut dengan unsur-unsur bahasa memungkinkan terjadinya
lain yang dilakukan oleh penutur interferensi bahasa. Interferesi
yang bilingual.10 bahasa sangat sulit dihindari
Hampir setiap orang di sehingga dapat mengakibatkan
Indonesia menguasai lebih dari satu perubahan dan perkembangan
bahasa, bahkan terdapat beberapa bahasa. Terjadinya gejala interferensi
orang yang mampu menguasai juga tidak lepas dari perilaku penutur
beberapa bahasa sekaligus. bahasa dan penerima. Bahasa dapat
Penguasaan dwibahasa atau berkembang dengan cepat dan
multibahasa tidak menutup menyerap unsurunsur asing jika
kemungkinan dapat mengakibatkan penutur dan penerima sering
gesekan dalam penggunaan bahasa. melakukan interferensi. Akan tetapi,
Hal tersebut dapat mengakibatkan upaya pemertahanan suatu bahasa
bahasa satu dengan yang lainnya dapat terhambat jika interferensi
saling memengaruhi. Akibat yang semakin marak dilakukan oleh para
ditimbulkan dari gesekan tersebut pengguna bahasa.

11
10 Suwito. (1983). Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori
Chaer, A., & Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik
dan Problema. Surakarta: Henary Offset
Perkenal Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

10
Berdasarkan hasil analisis hasil laporan wawancara pelajar.
terhadap proses diskusi yang Berdasarkan data yang diperoleh
dilakukan pelajar ditemukan gejala dalam penelitian tersebut, ditemukan
interferensi dalam berbagai hal. bahwa kesalahan berbahasa yang
Salah satunya interferensi secara dilakukan pelajar terjadi pada
morfologis, bentuk interferensi kesalahan penghilangan afiks
tersebut berkaitan dengan tertentu dan penggunaan afiks yang
pembentukan kata dengan afiks. tidak tepat yang disebabkan adanya
Interferensi secara morfologis yang pengaruh morfem dalam bahasa
ditemukan dalam proses diskusi daerah.13 Temuan tersebut juga
terdapat pada kata kebawa, kebakar, mendukung pendapat Hastuti, yang
dan ketutup. (kebawa - Jawa: mengemukakan bahwa interferensi di
kegawa; terbawa: Indonesia). bidang tata bahasa dapat terjadi kalau
Berdasarkan contoh tersebut, dapat dwibahasawan mengidentifikasi
dilihat bahwa pelajar morfem, kelas morfem, atau
mengidentifikasi morfem bahasa hubungan ketatabahasaan pada
daerah dan mempraktikannya ke sistem bahasa pertama dan
dalam bahasa Indonesia. Hal itu mempraktikannya dalam tuturannya
mendukung pendapat Chaer dan pada bahasa kedua atau sebaliknya.14
Agustina, mengungkapkan bahwa Selain temuan interferensi secara
interferensi dalam bidang morfologis, interferensi leksikal juga
morfologi terdapat pada terjadi dalam proses diskusi pelajar.
pembentukan kata dengan afiks. Interferensi leksikal terjadi
Afiks - afiks suatu karena pelajar memasukkan salah
bahasa digunakan untuk membentuk satu kosakata bahasa daerah ke
kata dalam bahasa lain.12 dalam bahasa Indonesia.
Temuan di atas juga
13
mendukung Mekarsar, yang meneliti Mekarsari, D.O. (2011). Analisis Kesalahan
Berbahasa pada Laporan Hasil Wawancara Siswa
tentang kesalahan berbahasa pada Kelas XI IPA 2 SMAN 3 Sidoarjo. Skripsi. Tidak
diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
14
12Chaer, A., & Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik Hastuti, S. (2003). Sekitar Analisis Kesalahan
Perkenal Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.

11
Perbendaharaan kata suatu bahasa penerima untuk mengungkapkan
pada umumnya hanya terbatas pada suatu konsep baru dalam bahasa
pengungkapan berbagai segi sumber, cenderung akan
kehidupan yang terdapat di dalam menimbulkan terjadinya interferensi.
masyarakat yang bersangkutan, serta Hal tersebut didukung pendapat
segi kehidupan lain yang dikenalnya. Aslinda dan Syafyahya (2007,p.73)
Oleh karena itu, jika masyarakat yang mengemukakan bahwa
bergaul dengan lingkungan yang interferensi dalam bidang leksikal
baru, maka mereka akan bertemu dan terjadi apabila seorang
mengenal konsep baru. dwibahasawan dalam peristiwa tutur
Karena penutur belum memasukkan leksikal bahasa
mempunyai kosakata yang pertama ke dalam bahasa kedua atau
mencukupi untuk mengungkapkan sebaliknya.15
konsep baru tersebut, maka penutur Dengan demikian,
biasanya menggunakan kosakata interferensi memegang dominasi
bahasa sumber untuk yang sangat besar sebagai penyebab
mengungkapkannya. Salah satunya kesalahan berbahasa yang dilakukan
interferensi secara leksikal yang oleh pelajar. Interferensi merupakan
ditemukan dalam proses diskusi salah satu faktor penyebab kesalahan
terdapat pada kata ilir. Berdasarkan berbahasa dan dipandang sebagai
contoh tersebut, dapat dilihat bahwa pengacu karena merusak system
pelajarmengambil kosakata bahasa suatu bahasa. Hal itu dikarenakan
daerah sebagai padanan kata dan interferensi yang terjadi hampir pada
menggunakannnya dalam bahasa semua komponen kebahasaan
Indonesia. pelajar. Hal tersebut sesuai dengan
Dalam hal ini, penutur bahasa pendapat Suwito (1983,p.55) yang
secara sengaja menyerap atau menjelaskan bahwa interferensi
meminjam kosakata bahasa sumber dapat terjadi dalam semua komponen
untuk mengungkapkan konsep baru kebahasaan, yaitu bidang tata bunyi,
tersebut. Faktor ketidakcukupan atau
15Syafyahya, L., & Aslinda. (2007). Pengantar
terbatasnya kosakata bahasa
Sosiolinguistik.Bandung: Refika Aditama.

12
tata kata, tata kalimat, dan tata dan kesalahan pilihan kata atau
makna.16 diksi.17
C. Dominasi Kesalahan Pilihan Kata Pada saat seseorang
dalam Proses Diskusi Pelajar menyampaikan gagasannya, pilihan
Dalam kegiatan berbahasa, kata yang tepat sangat diperlukan.
pembicara atau penulis hendaknya Jika seorang pembicara kurang
memiliki kemampuan dalam memerhatikan aspek pilihan kata,
mempertimbangkan aspek pilihan maka pendengar dapat menganggap
kata (diksi), baik dalam bentuk lisan pembicaraannya tidak sopan dan
maupun tertulis. Pilihan kata atau tidak berbobot. Kekurang mampuan
diksi merupakan salah satu aspek pembicara atau penulis dalam
yang penting dalam kegiatan memilih kata yang tepat dapat
berbahasa. Ketidaktepatan dalam menunjukkan kemampuannya yang
menggunakan kata-kata dapat kurang dalam menggunakan
menyebabkan terjadinya kesalahan kosakata bahasanya. Hal tersebut
berbahasa. Kesalahan berbahasa kemungkinan besar disebabkan oleh
Indonesia dalam proses diskusi terbatasnya kosakata yang dimiliki
terdapat pada pilihan kata tidak tepat, oleh pembicara atau penulis.
hal tersebut dapat termasuk ke dalam Berkenaan dengan hal itu,
kategori kesalahan berbahasa secara tujuan utama dari pemilihan kata
semantis. Temuan tersebut yakni penggunaan kata secara tepat
mendukung pendapat Setyawati sesuai dengan keperluan dan
(2010,p.103-104), yang tujuannya. Pilihan kata juga dapat
mengungkapkan bahwa kesalahan menunjukkan kualitas penguasaan
berbahasa Indonesia pada tataran kosakata yang dimiliki oleh
semantik dapat berupa kesalahan seseorang. Hal tersebut sejalan
penggunaan kata-kata yang mirip dengan pendapat Yulianto
(2008,p.84) yang mengungkapkan
bahwa pilihan kata adalah mutu dan

16Suwito. (1983). Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori 17Setyawati, N. (2010). Analisis Kesalahan Berbahasa
dan Problema. Surakarta: Henary Offset
Indonesia. Surakarta:Yuma Pustaka.

13
kelengkapan kata yang dikuasai tulis dan lisan. Sering kita jumpai
seseorang sehingga ia mampu banyak penyimpangan terjadi dalam
menggunakan secara cermat berbagai penggunaan bahasa sehari-hari
perbedaan dan persamaan makna berkaitan dengan pilihan kata yang
kata sesuai dengan tujuan dan tidak tepat. Bahasa Indonesia
gagasan yang akan disampaikan, sebenarnya memberikan kebebasan
serta kemampuan untuk memperoleh seluas-luasnya bagi penuturnya
bentuk yang sesuai dengan situasi untuk memilih kata yang disukainya,
dan nilai rasa yang dimiliki pembaca memakai kata-kata yang menarik
dan pendengar.18 baginya, akan tetapi hal tersebut
Penggunaan kata yang tidak tidak berlebihan dan hendaknya tetap
tepat dalam kegiatan berbahasa dapat memerhatikan kaidah yang berlaku.
juga menganggu kejelasan informasi Kesalahan pilihan kata terjadi
yang hendak disampaikan kepada akibat kesalahan pemilihan kata-kata
orang lain. Hal tersebut sejalan yang tidak tepat dalam proses diskusi
dengan pendapat, Warsiman pelajar. Ketidaktepatan penggunaan
(2010,p.26) mengungkapkan bahwa kata atau pilihan kata dapat juga
dalam kegiatan berbahasa, pilihan dapat disebabkan karena penggunaan
kata merupakan aspek yang sangat kata yang tidak baku. Berdasarkan
penting untuk diperhatikan, karena hasil analisis pada kesalahan pilihan
pilihan kata yang tidak tepat selain kata ditemukan fakta bahwa pelajar
dapat menyebabkan ketidakefektifan sering melakukan kesalahan dalam
bahasa yang digunakan, juga dapat pilihan kata dengan memasukkan
menganggu kejelasan informasi yang kata tidak baku dalam situasi
disampaikan.19 pembelajaran di TPA. Hal tersebut
Kesalahan berbahasa dalam dapat disebabkan oleh pergaulan
pilihan kata dapat terjadi pada ragam pelajar pada kesehariannya lebih
sering menggunakan kata tidak baku.
18
Yulianto, B., & Mintowati, M. (2010). Analisis Maka, tidak menutup kemungkinan
Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
19
bahasa pergaulan pelajar menular
Warsiman. (2010). Bahasa Indonesia: Teori dan
Aplikasi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya dalam proses pembelajaran di TPA.
University Press.

14
Hal ini terbukti dengan bahasanya. Kekurangmampuan itu
banyaknya penggunaan kata tidak kemungkinan besar diakibatkan
baku dalam proses diskusi yang karena kurang luasnya penguasaan
dilakukan pelajar. Hampir setiap kosakata penutur atau penulis
pelajar melakukan kesalahan pada (Yulianto dan Mintowati, 2010).20
kategori ini. Berdasarkan hasil PENUTUP
analisis menunjukkan bahwa
A. Kesimpulan
kebanyakan mereka tidak menyadari
Kesalahan berbahasa Indonesia
kalau kata ngga, tapi, dan tau
secara fonologis yang ditemukan
sebagai ragam bahasa nonbaku
dalam proses diskusi pelajar TPA Ar
seharusnya tidak boleh digunakan
- Ridho Sukarame terdiri atas
dalam kegiatan pembelajaran yang
kesalahan pelafalan karena
menuntut penggunaan ragam bahasa
perubahan dan penghilangan bunyi
baku. Karena lazimnya penggunaan
tertentu. Kesalahan pelafalan karena
bahasa dalam situasi formal seperti
perubahan fonem terjadi pada
forum diskusi dan rapat
pelafalan perubahan bunyi vokal dan
menggunakan bahasa Indonesia yang
pelafalan perubahan bunyi diftong
baku.
yang meliputi kesalahan perubahan
Kesalahan pemilihan kata
bunyi vocal [a] yang berubah
merupakan kesalahan dengan jumlah
menjadi bunyi [ǝ ] dan kesalahan
terbanyak yang ditemukan dalam
perubahan bunyi diftong [aw] yang
proses diskusi pelajar. Hal ini
tergantikan bunyi vokal [o] dan
mengindikasikan pelajar yang belum
kesalahan pelafalan karena
mampu dalam memilih kata yang
penghilangan bunyi tertentu yang
tepat untuk disampaikan kepada
terjadi pada terjadi pada
orang lain secara lisan.
penghilangan bunyi konsonan
Kekurangtepatan dalam pemilihan
meliputi kesalahan penghilangan
kata dapat berakibat pada penilaian
bunyi konsonan [h], [s] dan bunyi
oleh pendengar atau pembaca bahwa
vokal [ǝ ].
pembicara atau penulis kurang
20Yulianto, B., & Mintowati, M. (2010). Analisis
mampu menggunakan kosakata
Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

15
Kesalahan berbahasa Indonesia tersebut dikarenakan fakor kebiasaan
secara morfologis yang ditemukan dalam komunikasi lisan sehari-hari.
dalam proses diskusi pelajar TPA Ar Kesalahan selanjutnya karena
- Ridho Sukarame terdiri atas penghilangan preposisi, yakni pada
kesalahan penggunaan afiks yang preposisi di. Kesalahan lainnya
tidak tepat dan penghilangan afiks. adalah penggunaan istilah asing yang
Kesalahan penggunaan afiks yang terjadi pada munculnya kata game
tidak tepat meliputi kesalahan dalam kalimat yang seharusnya
kesalahan penggunaan prefiks ter- berbahasa Indonesia.
yang tergantikan prefiks ke-, Kesalahan berbahasa Indonesia
kesalahan penggunaan sufiks –nya, secara semantis yang ditemukan
kesalahan penggunaan konfiks mem– dalam proses diskusi pelajar TPA Ar
kan, kesalahan penggunaan prefiks - Ridho Sukarame mencakup
nge-, dan kesalahan penggunaan kesalahan pilihan kata (diksi) yang
penggunaan sufiks –kan. dilakukan oleh pelajar dalam proses
Kesalahan berbahasa Indonesia diskusi terdiri atas penggunaan
secara sintaktis yang ditemukan katakata yang tidak tepat yang
dalam proses diskusi pelajar TPA Ar diakibatkan pilhan kata tidak baku
- Ridho Sukarame meliputi serta tidak lazim digunakan misalnya
kesalahan bidang frasa dan kalimat. kata kalo, kayak, liat, ngga, dan tipi.
Kesalahan dalam bidang frasa Kesalahan kohesi dan koherensi
meliputi kesalahan penghilangan yang ditemukan dalam proses diskusi
preposisi, pengguanaan bentuk pelajar TPA Ar - Ridho Sukarame
superlative yang berlebihan, terdiri atas kesalahan penanda kata
Kesalahan dalam bidang kalimat penghubung (konjungsi), kesalahan
meliputi kesalahan akibat penyulihan (substitusi) dan kesalahan
penggunaan istilah asing, kesalahan repetisi (pengulangan). Kesalahan
penghilangan konjungsi, penggunaan logika yang ditemukan dalam proses
konjungsi yang tidak tepat, dan diskusi pelajar TPA Ar - Ridho
adanya pengaruh bahasa daerah. Sukarame meliputi kesalahan kalimat
Adanya pengaruh bahasa daerah yang tidak logis atau tidak dapat

16
dinalar. Hasil penelitian ini dapat Hastuti, S. (2003). Sekitar Analisis
dijadikan sebagai bahan evaluasi Kesalahan Berbahasa
bagi guru dalam melakukan tindakan Indonesia. Yogyakarta: Mitra
untuk memperbaiki kesalahan Gama Widya.
berbahasa yang dilakukan oleh Mekarsari, D.O. (2011). Analisis
pelajar. Guru juga diharapkan agar Kesalahan Berbahasa pada
dapat menggunakan bahasa Laporan Hasil Wawancara
Indonesia yang baik dan benar sesuai Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN
kaidah yang berlaku baik di dalam 3 Sidoarjo. Skripsi. Tidak
proses pembelajaran yang diterbitkan. Surabaya:
berlangsung di dalam kelas, maupun Universitas Negeri Surabaya.
diluar kelas secara intensif. Hal ini
Pranowo. (2014). Teori Belajar
diperlukan untuk memberikan suatu
Bahasa. Yogyakarta : Pustaka
contoh yang positif bagi pelajar,
Belajar.
dalam hal menggunakan bahasa
Indonesia untuk pemakaian sehari- Setyawati, N. (2010). Analisis
hari. Kesalahan Berbahasa
DAFTAR PUSTAKA Indonesia. Surakarta:Yuma
Pustaka.
Alwasilah, A. C. (1985). Beberapa Suwito. (1983). Pengantar Awal
Madhab dan Dikotomi Teori Sosiolinguistik: Teori dan
Linguistik. Bandung: Angkasa. Problema. Surakarta: Henary
Alwi, H. et al. (2010). Tata Bahasa Offset.
Baku Bahasa Indonesia. Syafyahya, L., & Aslinda. (2007).
Jakarta: Pusat Bahasa dan Pengantar
Balai Pustaka. Sosiolinguistik.Bandung:
Arifin, Z., & Hadi, F. (2001). 1001 Refika Aditama.
Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Warsiman. (2010). Bahasa
CV Akademika Presindo Indonesia: Teori dan Aplikasi.

17
Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya University Press.

Weinreich, U. (1970). Languages in


Contact. Findings and
Problems. Cetakan ke-7. Paris:
Mouton.

Yulianto, B., & Mintowati, M.


(2010). Analisis Kesalahan
Berbahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka.

18

Anda mungkin juga menyukai