PENGERTIAN KEDWIBAHASAAN
Banyak ahli bahasa yang mencoba memberikan definisi kedwibahasaan. ahli satu dengan ahli
lain kadang-kadang berbeda pendapat. pendapat beberapa ahli tersebut akan di kemukakan di
bawah ini
kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama
baiknya. secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimanapun
tingkatnya, oleh seseorang
d. Bloomfield(1958:56)
kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur.
e. Hougen(1968:10)
Setiap ahli berpendapat dan berpandangan yang berbeda-beda. Lado menekankan seseorang
disebut dwibahasawan bila mereka memiliki kemampuan dua bahasa dengan sama atau hampir
sama baiknya. Mackey mengatakan bahwa seseorang disebut dwibahasawan asal mereka
melakukan pemakaian secara bergantian dua bahasa atau lebih. Hartman dan Stork menyatakan
bahwa seseorang di sebut dwibahasawan apabila terjadi pemakaian dua bahasa oleh seorang
penutur atau masyarakat ujaran, Bloomfield menekankan bahwa seseorang baru di sebut
dwibahasawan apabila mereka memiliki kemampuan. menggunakan dua bahasa yang sama
baiknya. Dan Hougen menekankan bahwa seseorang sudah dapat di sebut dwibahasawan asal
tahu dua bahasa.
B. KONTAK BAHASA DALAM MASYARAKAT
Gejala yang berhubungan dengan terjadinya masyarakat dwibahasa salah satunya adalah
kontak bahasa. Setiap bahasa yang bertemu dengan bahasa lain pasti terjadi kontak. Mackey
(1968: 554) menjelaskan bahwa kontak bahasa adalah pengaruh bahasa satu kepada vahasa lain
baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. akibat terjadinya kontak bahasa bagi
pemakai bahasa adalah sering timbul interferensi atau transfer.
Weinreich (1953: 1) mengatakan bahwa interferensi adalah penyimpang kaidah salah satu
bahasa pada seorang dwibahasawan akibat kebiasaan pemakaian bahasa lebih dari satu. Transfer
bahasa sebagai akibat terjadinya kontak bahasa sering di pandang sebagai gejala yang wajar dan
positif. Jakobovits (1969) menjelaskan bahwa transfer bahasa pada prinsipnya adalah bahwa
pengalaman mempelajari sesuatu pasti akan berpengaruh pada proses belajar berikutnya.
Jakobovits menyebutkan adanya 5 unsur dasar yang memungkinkan terjadinya transfer, yaitu:
C. TIPOLOGI KEDWIBAHASAAN
tipologi kedwibahasaan yang ada pertama Weinreich ( 1953) menunjukkan adanya tiga tipe
kedwibahasaan, yaitu a) kedwibahasaan majemuk, b) kedwibahasaan koordinatif, c)
kedwibahasaan sub-ordinatif.
kedwibahasaan majemuk adalah kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan
berbahasa salah satu bahasa lebih baik daripada kemampuan berbahasa yang lain.
Kedwibahasaan koordinatif sejajar adalah kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian
dua bahasa sama-sama baiknya oleh seorang individu. Kdwibahasaan sub-ordinatif adalah
kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering
memasukkan untur B2 atau sebaliknya.
Tipe kedwibahasaan yang di kemukakan oleh Weinreich ini kelihatannya di dasarkan pada
derajat atau tingkah penguasaan seseorang terhadap keterampilan berbahasa. Pohl (dalam
Baetens Beardsmore, 1985: 5) menunjukkan adanya tiga tipe kedwibahasaan, yaitu a)
kedwibahasaan horizontal, b) kedwibahasaan vertikal, dan c) kedwibahasaan diagonal.
Kedwibahasaan horizontal adalah situasi pemakaian dua bahasa yang berbeda, tetapi masing-
masing bahasa memiliki status yang sejajar baik dalam situasi resmi, kebudayaan, maupun dalam
kehidupan keluarga dari kelompok pemakainya. Kedwibahasaan vertikal adalah pemakaian dua
bahasa baku atau dialek, baik yang berhubungan atau terpisah, dimiliki oleh seorang penutur.
Tipe ini lazim di sebut diglosia. Kedwibahasaan diagonal adalah pemakaian dua bahasa dialek
atau tidak baku secara bersama-sama, tetapi keduanya tidak memiliki hubungan secara genetik
dengan bahasa baku yang di pakai oleh masyarakat itu.
proses penguasaan berlangsung sering terjadi pencampur adukan kode B1 dengan B2 ketika
ber B-2 baik berupa interfrensi maupun campur kode. Meskipun demikian hal itu sangat wajar
dialami oleh setiap pembelajar B2. Gejala semacam ini oleh Selinker di beri nama bahasa antara
(interlanguange).
Bahasa antar adalah bahasa yang dihasilkan oleh seorang pembelajar yang sedang dalam
proses menguasai B2. Bahasa antar pembelajar B2 masih didominasi pemakaian kode secara
perlahan-lahan, lama -kelamaan pemakaian bahasanya akan dominasi pemakaian kode B2 dan
bahkan pada akhirnya akan mencapai titik penguasaan koordinatif antara B1 dengan B2. Campur
kode sebagai salah satu fenomena yang terjadi pada pembelajar juga tidak mungkin dihindarkan.
Campur kode ini merupakan fenomena pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling
memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa lain secara konsisten (Kachru,
1978).
Salah satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian adalah sudahkah dalam penyusunan
kurikulum pengajaran bahasa Indonesia untuk masyarakat Indonesia terlebih dahulu diawali
dengan pengukuran kedwibahasaan masyarakat Indonesia yang dapat dipandang sebagai
kedwibahsaawan koordinatif? Menurut saya ini belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, akibat
dari tidak dipertimbangkannya situasi kebahasaan dan situasi individu atau masyarakat pemakai
dwibahasa, pengajaran bahasa Indonesia sekolah meskipun kurikulumnya selalu diperbaiki tidak
pernah mencapai hasil secara maksimal.
F. PENGUKURAN KEDWIBAHASAAN