Ika Putri
Putryika20@gmail.com
ABSTRAK
Bahasa adalah alat komunikasi berupa bunyi yang dihasilkan dari ucapan manusia yang
dapat membentuk satuan yang lebih besar, seperti kata, morfem, dan kalimat, tanpa adanya
bahasa manusia akan kesulitan berkomunikasi dengan yang lain. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui tingkat kekerabatan bahasa dengan menggunakan perhitungan kekerabatan
menggunakan pendekatan leksikostatistik dan perhitungan masa pisah menggunakan
pendekatan glotokronologi dari bahasa sunda dan bahasa mandailing. Bahasa sunda
merupakan bahasa Melayu - Polinesia yang dituturkan oleh penduduk sunda diwilayah
bagian barat pulau jawa, bahasa sunda bogor termasuk bahasa sunda modern karena orang
bogor menggunakan bahasa yang tidak terlalu halus dan tidak terlalu kasar berbeda dengan
daerah bandung. Bahasa mandailing adalah bahasa yang terdapat di provinsi sumatera utara
bagian selatan, sumatera barat dan riau bagian utara, bahasa mandailing dibagi menjadi dua
yaitu bahasa mandailing julu dan bahasa mandailing godang, kedua bahasa tersebut dikenal
dengan pengucapan yang lebih lembut berbeda dengan bahasa angkola, bahkan jauh lebih
halus dengan bahasa batak toba. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitaif adalah penelitian yang bersifat mengumpulkan data-data yang dapat
dihitung secara langsung. Teknik yang digunakan yakni teknik simak-catat, yaitu ketika
mewawancarai narasumber peneliti menyimak kemudian mencatata data-data yang telah
ditemukan. Setelah itu, peneliti menghitung hasil data yang telah ditemukan dengan rumus
pendekatan leksikostatistik dan perhitungan grotokronologi.
Kata kunci : bahasa, tujuan, sunda, mandailing, teknik
A. PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat komunikasi berupa bunyi yang dihasilkan dari ucapan manusia
yang dapat membentuk satuan yang lebih besar, seperti kata, morfem, dan kalimat.
Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia untuk bisa berkomunikasi
dan saling berinteraksi satu sama lain, bahasa juga adalah suatu kemampuan manusia
yang paling dasar, tanpa berbahasa manusia akan kesulitan berkomunikasi untuk
memenuhi kebutuhannya karena manusia merupakan mahkluk sosial.
Indonesia adalah negara terbesar didunia, tetapi memiliki persebaran penduduk yang
sangat timpang, indonesisa dikenal dengan sebutan nusantara. Nusantara adalah seluruh
wilayah kepulauan Indonesia, nusantara berasal dari kata “Nusa” yang memiliki arti pulau
dan antara yang berarti berhubungan. Maka, bahasa nusantara merupakan sekumpulan
bahasa yang digunakan oleh daerah-daerah di Indonesia, tentunya memiliki ciri khas yang
berbeda disetiap daerahnya. Menurut S.J Esser (1994: 15-16), bahasa di indonesia dapat
dikelompokkan menjadi tujuh belas bahasa yang terdiri: Sumatera, jawa, Dayak atau
Kalimantan, Bali-sasak, Filifina, Gorontalo, Tomini, Toraja, Loinang, Bungku laki
sulawesi selatan, Muna-butung, Bima-sumba, Ambon-timur, Sula-bacan, Halmahera
selatan-papua barat, dan Melanesia. Penelitaian ini mengkaji tentang bahasa sunda dan
bahasa mandailing, kedua bahasa tersebut digunakan oleh masyarakat jawa barat dan
sumatera utara.
Bahasa sunda merupakan bahasa Melayu-Polinesia yang dituturkan oleh penduduk
sunda diwilayah bagian barat pulau jawa. Menurut Hendayana (2020) perkembangan
bahasa sunda dapat dibagi menjadi 3 yaitu bahasa sunda kuno, bahasa sunda klasik, dan
bahasa sunda modern. Bahasa sunda bogor termasuk bahasa sunda modern karena orang
bogor menggunakan bahasa yang tidak terlalu halus dan tidak terlalu kasar berbeda
dengan daerah bandung maupun banten. Menurut statistik indonesia (2010), jumlah
38.965.440 penduduk jawa barat, hanya sekitar 25 juta orang menggunakan bahasa sunda
dalam kesehariannya. Mungkin, sebagian orang tidak terlalu mengenal bahasa sunda.
Orang sunda dikenal tidak bisa melafalkan huruf vokal “F” mereka selalu menggunakan
huruf vokal “P” karena orang sunda dalam aksara dan bahasa tidak mengenal huruf vokal
“F”, pelafalan tersebut turun-temurun hingga sekarang.
Bahasa mandailing merupakan bahasa yang berada di provinsi sumatera utara bagian
selatan. Bahasa mandailing merupakan satuan linguistik yang dapat digunakan sebagai
alat komunikasi antara penduduk masyarakat dikawasan mandailing. Bahasa mandailing
dibagi menjadi dua yaitu bahasa mandailing julu dan bahasa mandailing godang, kedua
bahasa tersebut dikenal dengan pengucapan yang lebih lembut berbeda dengan bahasa
batak toba. Bahasa mandailing seringkali menggunakan huruf vokal “A” diganti dengan
huruf vokal “O”. seperti kata “gula”, maka dalam bahasa mandailing menjadi kata “gulo”.
Perubahan ini disebut inferensi yang terjadi pada fonem dari bahasa mandailing ke dalam
bahasa Indonesia, karena pola baku bahasa indonesia adalah gula bukan gulo.
Bahasa sunda dan bahasa mandailing memiliki perbedaan yang jauh dikarnakan jarak
yang begitu jauh pula. Bahkan daerah yang menganut bahasa sunda dan bahasa
mandailing berada di pulau yang berbeda selain minimnya kosa kata yang sama dari kosa
kata kedua bahasa ini . Bahasa ini juga memiliki logat-logat yang berbeda seperti ayunan,
nada dan cara penyebutan huruf. Tujuan peneliti ini untuk mengetahui tingkat
kekerabatan bahasa dengan menggunakan perhitungan kekerabatan menggunakan
pendekatan leksikostatistik dan perhitungan masa pisah menggunakan pendekatan
glotokronologi dari bahasa sunda dan bahasa mandailing.
B. LANDASAN TEORI
Linguistik Kompratif adalah suatu ilmu bahasa (linguistik) yang mempersoalkan
perubahan-perubahan bahasa yang terjadi dari waktu ke waktu (keraf :1990:2). Salah satu
linguistik kompratif ini adalah teknik leksikostatistik dan teknik grotokronologi, yang
fungsinya untuk menentukan tingkat dari dua bahasa dengan membandingkan kosakata
bahasa dan menentukan tingkat kesamaan kosakata dari bahasa, sedangkan
grotokronologi berfungsi untuk menghitung waktu atau menghitung usia dari bahasa-
bahasa yang dibandingkan.
Teknik kekerabatan leksikostatistik untuk menentukan suatu bahasa yang berdasarkan
persentase persamaan dan perbedaan bahasa satu dengan yang lain. Tujuan menggunakan
leksikostatistik adalah untuk menentukan usia suatu bahasa, yakni kapan bahasa itu
muncul dan bagaimana hubungan kerabat-kerabat yang lain. Dalam Linguistik Bandingan
Histori, Keraf (1984:128) mengatakan pasangan kata dinyatakan berkerabat apabila
memenuhi ketentuan berikut: pasangan kata itu identik, pasangan kata memmpunyai
korespondensi fonemis, pasangan itu memiliki kemiripan secara fonemis atau fonem
berbeda.
Bahasa kekerabatan merupakan hubungan genealogis dengan bahasa lain, yang
dimana bahasa-bahasa tersebut berada dalam satu rumpun, maka ini tidaklah sama,
tingkat kekerabatan bahasa yang satu dan yang lain akan terlihat dari kemiripan atau
perbedaan dari bahasa yang dibandingkan.
Menurut Keraf (1984:121), Grotokronologi merupakan teknik dalam dialektologi
yang mengadakan pengelompokkan dengan perhitungan waktu atau perhitungan usia
bahasa, bahasa dihitung secara umum dengan menggunakan satuan ribuan utama.
Sedangkan menurut Crowley (1992:79) digunakan untuk menentukan waktu yang tepat,
kekerabatan yang berpisah disebut grotokronologi, maka kemungkinan ahli bahasa sudah
mengetahui berapa lamanya bahasa yang berkerabat.
Dalam pengggunaannya, teknik grotokronologi tidak bisa dipisahkan dengan teknik
leksikostatistik, keduanya berkaitan erat saat digunakan. Teknik leksikostatistik
menghitung kekerabatan bahasa, sedangkan teknik grotokronologi untuk menghitung
usia bahasa yang dibandingkan.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitaif
adalah penelitian yang bersifat mengumpulkan data yang dapat dihitung secara langsung.
Dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, yakni dengan ibu Fatonah
usia 60 tahun yang merupakan penduduk asli jawa barat kecamatan cigudeg dan ibu Afni
Solihah usia 25 tahun seseorang yang merantau dari sumatera utara ke bogor, wawancara
dilakukan pada bulan Desember 2022.
Teknik yang digunakan yaitu teknik simak-catat. Teknik simak adalah dimana peneliti
menyimak jawaban dari narasumber setelah peneliti bertanya mengenai data yang
dibutuhkan, sedangkan Teknik catat adalah teknik yang dimana peneliti mengumpulkan
data-data kemudian dicatat dan dihitung, rumus yang digunakan adalah perhitungan
kekerabatan menggunakan pendekatan leksikostatistik dan perhitungan masa pisah
menggunakan pendekatan glotokronologi.
Table 1. Pengelompokkan tingkat bahasa
Tingkat Bahasa Waktu Pisah Persentase Kata
dalam Abad Kerabat
Bahasa 0-5 100-81
Keluarga 5-25 81-36
Rumpun 25-50 36-12
Mikrofilum 50-75 12-4
Mesofilum 75-100 4-1
makrofilum 100 ke atas <1
Dari 50 Gloss yang diteliti terdapat 6 kata yang sama, yaitu: dua, baju, opat, bau,
pondok, dan tarik. Sedangkan kata yang mirip dari 50 gloss yang diteliti terdapat 16 kata,
yaitu: tilu-tolu, buruk-bucuk, nginum-minum, carita-carito, gula-gulo, saetik-saotik,
belanja-balanjo, Kasur-asur, ulah-ulang, sapuluh-sapulu, jembatan-jambatan, mikir-pikir,
pait-paet, ucing-uting, kurang-urang, dan rame-rami.
Untuk mengetahui hasil perhitungan kekerabatan pendekatan leksikostatistik dan
masa pisah pendekatan glotokronologi antara bahasa sunda dan bahasa mandailing ada
dibawah ini :
a. Perhitungan Kekerabatan Menggunakan Pendekatan Leksikostatistik
jumlah kata yang sama+kata mirip
Presentase kekerabatan = x 100%
jumlah kata yang diteliti
6+16
x 100%
50
22
= x 100%
50
= 0.44 %
Keterangan :
t = masa pisah
log = logaritma dari
c = presentase kekerabatan
r = retensi
log c
t=
2 log r
log 0.44
t=
2 log 0.81
0.35
t= = 1.94 %
0.18
Keterangan :
t : masa pisah
Hasil tahun = t x 1000
Hasil tahun = 1.940 x 1000
= 1.940 Tahun
Berdasarkan perhitungan renta tahun diatas, hasil rentan tahun antara bahasa
sunda dan bahasa mandailing yaitu 1.940 tahun
Keterangan :
S : jangka kesalahan
C : tingkat kekerabatan
n : jumlah kata yang diteliti
¿ C(1−C)
S=
n
Jangka kesalahan
¿ C(1−S )
S=
n
¿ 0.44 (1−0.44)
S=
50
¿ 0.44 (0.56)
S=
50
¿ 0.25
S=
5
0.5
S= = 0.01
50
Keterangan :
t1 : masa pisah
C : tingkat kekerabatan
S : jangka kesalahan
r : resensi 0.081
log (t +s )
t1 =
2 log r
0.34
= = 1.88 x 1000
0.18
= 1.880 Tahun
Berdasarkan perhitungan masa pisah II diatas, masa pisah II antara bahasa sunda
dan bahasa mandailing yaitu 1.880 tahun
Diketahui :
t : 1.940 Tahun
t1 : 1.880 Tahun
Ditanya:
Masa pisah akhir ?
Berdasarkan perhitungan masa pisah akhir diatas, masa pisah akhir antara
bahasa sunda dan bahasa mandailing yaitu 376 abad
E. KESIMPULAN
Setelah melakukan perbandingan bahasa sunda dan bahasa mandailing dengan
mengumpulkan 50 gloss, hasil yang didapatkan sudah jelas. Hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus leksikostatistik diketahui bahwa persentase kekerabatan bahasa
sunda dan bahasa mandailing yaitu sebesar 0.44 %. Perhitungan masa pisah antara bahasa
sunda dan bahasa mandailing dengan menggunakan rumus grotokronologi yaitu sebesar
1.94 %. Perhitungan rentan tahun anatara bahasa sunda dan bahasa mandailing yaitu
sebesar 1.940 tahun. Perhitungan jangka kesalahan antara bahasa sunda dan bahasa
mandailing yaitu sebesar 0.01. Perhitungan masa pisah II anatara bahasa sunda dan
bahasa mandailing yaitu sebesar 1.880 tahun dan perhitungan masa pisah akhir antara
bahasa sunda dan bahasa mandailing yaitu sebesar 376 abad.
F. REFERENSI
Devianty. Rina. 2017. Bahasa sebagai cermin kebudayaan. Jurnal Tarbiyah. Vol. 24, No.
2. Diakses pada 22 Januari 2023.
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tarbiyah/article/download/167/211 %5B1
Kompas. Com. 2011. Tentang Bahasa sunda. Diakses pada 23 Januari 2023.
https://amp.kompas.com/edukasi/read/2011/07/01/04001079/tentang-bahasa-sunda-
c2a0diakses201720april202018
Hermawan. Doni. 2022. Keunikan dan ragam bahasa mandailing yang perlu kamu tahu.
Diakses pada 22 Januari 2023. https://sumut.idntimes.com/science/discovery/doni-
hermawan-1/keunikan-dan-ragam-bahasa-mandailing-yang-perlu-kamu-tahu