Oleh
Rendi Rismanto*
180110080010
ABSTRAK
ABSTRACT
This thesis entitled “Khindship Sundanese language Vocabulary with
Betawi Malay Language in South Tangerang city: the study of Comparative
Historical Linguistics”. Research methods used are qualitative method. A method
of collecting data and techniques that we use is a method of tapping, listened to
1. Pendahuluan
2. Pembahasan
2.1 Landasan Teori
Keraf (1984:22) mengatakan bahwa linguistik bandingan historis (linguistik
historis komparatif) adalah suatu cabang dari Ilmu Bahasa yang mempersoalkan
bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi
dalam bidang waktu tersebut. Adapun salah satu tujuan dan kepentingan linguistik
historis komparatif adalah mengadakan pengelompokkan (sub-grouping) bahasa-
bahasa dalam suatu rumpun bahasa. Bahasa-bahasa dalam suatu rumpun yang
sama belum tentu sama tingkat kekerabatannya atau sama tingkat kemiripannya
satu sama lain.
Keraf (1984:34) mengatakan bahwa bahasa-bahasa kerabat yang berasal
dari proto yang sama selalu akan memperlihatkan kesamaan-kesamaan berikut:
(2) kesamaan morfologis, yaitu kesamaan dalam bentuk kata dan kesamaan dalam
bentuk gramatikal;
(3) kesamaan sintaksis, yaitu kesamaan relasinya antara kata-kata dalam sebuah
kalimat.
Dalam membandingkan dua bahasa atau lebih dapat menggunakan teknik
leksikostatistik. Keraf (1984:121) mengatakan bahwa leksikostatistik adalah suatu
teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan
peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha
menetapkan pengelompokkan itu berdasarkan persentase kesamaan dan perbedaan
suatu bahasa dengan bahasa lain.
Keraf (1984:128) menyatakan bahwa sebuah pasangan kata akan
dinyatakan kerabat bila memenuhi salah satu ketentuan (a) pasangan itu identik,
(b) pasangan itu memiliki korespondensi fonemis, (c) kemiripan secara fonetis,
atau (d) satu fonem berbeda.
Setelah menetapkan kata-kata kerabat dengan prosedur seperti yang
dikemukakan di atas, maka dapat ditetapkan besarnya persentase dari kedua
bahasa yang dibandingkan. Kemudian jika sudah didapatkan persentase
kekerabatan tersebut, dapat dihitung waktu pisah kedua bahasa yang dibandingkan
dari bahasa proto yang sama dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
r = retensi atau prosentase konstan dalam 1000 tahun, atau juga disebut
indeks, dalam hal ini retensi yaitu 80,5%
C = persentase kerabat
Keterangan :
Glos BS BMBTS
alir (me-) ngocor ngalir
No Glos BS BMBTS
ngambang ngambang
3 apung [ŋambaŋ] [ŋambaŋ]
No Glos BS BMBTS
BS BMBTS
/l ~ ø /
/ə ~ a /
/b ~ b/
/u ~ u/
BS BMBTS
/h ~ ø/
/a ~ a/
/s ~ s/
/ö ~ ə/
/p ~ p/
Pada glos „bapak‟, fonem /p/ dalam BS berbeda dengan fonem /b/ dalam BMBTS
bapa? baba?
Pada glos „bintang‟, fonem /ε/ dalam BS berbeda dengan fonem /i/ dalam BMBTS
bεntaŋ bintaŋ
Hasil penghitungan tersebut bukan merupakan tahun pasti kedua bahasa itu
berpisah, maka harus ditetapkan suatu jangka waktu perpisahan itu terjadi. Oleh
karena itu, harus diadakan perhitungan tertentu untuk menghindari kesalahan
semacam itu. Jadi, masih diperlukan teknik statistik berikutnya. Teknik
penghitungan berikutnya adalah menghitung jangka kesalahan.
√ √ √ √
Jadi penghitungan waktu pisah yang baru adalah 1,796 ribu tahun yang
lalu, atau 1.796 tahun yang lalu. Seperti yang telah dikemukakan di atas untuk
memperoleh jangka kesalahan, maka waktu yang lama dikurangi dengan waktu
yang baru, yaitu : 2.010 – 1.796 = 214. Angka inilah yang harus ditambah dan
dikurangi dengan waktu yang lama untuk memperoleh usia atau waktu pisah
antara BS dengan BMBTS.
Jadi, dengan memperhitungkan angka dalam jangka kesalahan pada
kesalahan standar, maka umur atau usia BS dan BMBTS dapat dinyatakan sebagai
berikut:
a. BS dan BMBTS merupakan bahasa tunggal pada 2.010 ± 214 tahun yang
lalu.
b. BS dan BMBTS merupakan bahasa tunggal pada 2.224-1.796 tahun yang
lalu.
c. BS dan BMBTS mulai berpisah dari suatu bahasa proto yang sama antara
212 sebelum Masehi sampai 216 Masehi (dihitung dari tahun 2012).
3. Simpulan
Berdasarkan data yang didapatkan di lapangan, kemudian dianalisis dan telah
mendapatkan hasilnya, maka dapat disajikan simpulan analisis yang berkaitan
dengan butir-butir rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Kosakata BS yang memiliki kekerabatan dengan BMBTS, diklasifikasikan
berdasarkan:
a. pasangan kata identik, contoh glos „bunga‟ dalam BS kembang [kəmbaŋ],
dan dalam BMBTS kembang [kəmbaŋ];
4.Daftar Sumber:
Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia.
Mahsun.1995. Dialektologi Diakronis, Sebuah Pengantar.Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Wahya. 2005. Inovasi dan Difusi Geografis Leksikal Bahasa Melayu dan
Bahasa Sunda di Perbatasan Bogor-Bekasi: Kajian Geolinguistik.
Disertasi. Bandung: Universitas Padjadjaran.