Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

POENGKRA

BIDANG KEGIATAN
PKM-GT

Diusulkan Oleh:

JUITA LORDA LAIA D0211052/2011


FATMADITA PANGESTI D0211040/2011
YOFITA NOOR ARDIANI D0211102/2011

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2013
LEMBAR PENGESAHAN USUL PKM-GT

1. Judul Kegiatan : POENGKRA


2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (√) PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama lengkap : Juita Lorda Laia
b. NIM : D0211052
c. Jurusan : Ilmu Komunikasi
d. Universitas : Universitas Sebelas Maret
e. Alamat Rumah dan No.HP : Wonosaren Rt.05 Rw.08 Jagalan Solo
57124/ 08995363299
f. Alamat email : juita.ldp6@gmail.com

4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang

5. Dosen Pendamping
a. Nama lengkap dan Gelar : Eka Nada Shofa Alkhajar, S.Sos, M.Si
b. NIDN : 0015038501
c. Alamat Rumah dan : Perumahan Griya Wonorejo E-1
Gondangrejo, Karanganyar
d. Tel./HP : 085647555736

Surakarta, 21 Maret 2013

Menyetujui,
Pembantu Dekan III Ketua Pelaksana Kegiatan

(Dra. Suyatmi, M.S) (Juita Lorda Laia)


NIP. 19520929 198003 2 001 NIM. D0211052

Pembantu Rektor Bidang III


Kemahasiswaan Dosen Pendamping

(Drs. Dwi Tiyanto, SU) (Eka Nada S.A., S.Sos, M.Si)


NIP. 195404141980031007 NIDN. 0015038501

ii
KATA PENGANTAR

Dengan terselesaikannya karya tulis yang berjudul “POENGKRA”, kami


ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya karya tulis ini baik langsung maupun tidak langsung
yang tidak mungkin kami tulis semua. Dan terima kasih kepada beberapa pihak
yang telah memberi bimbingan, dorongan serta motivasi kepada kami. Oleh
karenanya kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kesehatan serta kesempatan


untuk membuat karya tulis ini.
2. Kedua orang tua kami yang telah memberikan segala jerih payahnya
kepada kami, sehingga kami bisa kuliah di Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak/Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret, yang telah membimbing serta memberi
banyak motifasi kepada kami.
4. Kakak-kakak kelas kami di lingkungan Universitas Sebelas Maret,
yang telah banyak memberi dorongan kepada kami untuk membuat
karya ilmiah.
5. Teman-teman di Universitas Sebelas Maret yang telah banyak
membantu kami.

Akhirnya, “tak ada gading yang tak retak”. Kami menyadari tulisan ini
masih butuh banyak sentuhan-sentuhan untuk dapat disempurnakan. Oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.

Surakarta, 21 Maret 2013

Hormat Kami

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Judul.............................................................................................................. i
Lembar Pengesahan....................................................................................... ii
Kata Pengantar.............................................................................................. iii
Daftar isi........................................................................................................ iv
Daftar tabel.................................................................................................... iv
Daftar bagan.................................................................................................. iv
Ringkasan...................................................................................................... 1
Pendahuluan.................................................................................................. 2
Latar Belakang.............................................................................................. 2
Tujuan dan Manfaat Penulisan...................................................................... 2
Gagasan......................................................................................................... 3
Kondisi Terkini Bahasa Krama di Indonesia................................................ 3
Solusi yang Pernah Diterapkan..................................................................... 4
Kehandalan Gagasan Poengkra di Baluwarti.............................................. 5
Pihak-Pihak yang Membantu Mengimplementasikan Gagasan Ini.............. 6
Langkah-Langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Gagasan ini..... 6
Kesimpulan.................................................................................................... 7
Gagasan yang Diajukan................................................................................. 7
Teknik Implementasi..................................................................................... 7
Manfaat dan Dampak ................................................................................... 8
Daftar pustaka............................................................................................... 9
Daftar riwayat hidup...................................................................................... 9

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Peranan elemen terkait dalam pengembangan Poengkra di Baluwarti

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Bagan teknik implementasi Poengkra di Baluwarti

iv
RINGKASAN

Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan. Salah satu


kebudayaan yang dimilikinya yakni bahasa Jawa. Namun, sekarang ini
penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu mengalami penurunan yang
signifikan. Bahkan, masyarakat Solo yang kebudayaan Jawanya masih kental pun
sudah jarang menggunakan bahasa Krama sebagai bahasa keseharian.
Karya tulis ini bertujuan untuk merumuskan beberapa konsep yang
digunakan sebagai solusi atas menurunnya penggunaan bahasa Krama di kalangan
masyarakat, khususnya masyarakat Solo. Fokus pembahasan karya tulis ini adalah
mewujudkan kampung bahasa Krama (Poengkra) dengan lokasi di Baluwarti
(Solo) dan masyarakat Baluwarti sebagai subjeknya. Gagasan ini ditulis dengan
analisis dari beberapa permasalahan yang terjadi pada masyarakat Jawa di
Indonesia, yang dikombinasi dengan solusi logis berdasarkan tinjauan pustaka
atau studi literatur yang ada.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rendahnya penggunaan bahasa
Krama di kalangan masyarakat dikarenakan beberapa faktor yakni anggapan
bahwa bahasa Krama itu sulit, tidak bergengsi, dan tidak praktis. Sehingga,
muncullah sebuah gagasan untuk mengefektifkan penggunaan bahasa Krama
melalui perwujudan Poengkra di Baluwarti.
Konsepnya pada Poengkra ini akan didirikan sebuah Lembaga Pusat
Pelatihan Bahasa Krama yang akan menjadi pijakan awal bagi masyarakat
Baluwarti untuk mengaplikasikan kemampuan berbahasa Krama. Masyarakat
akan diberikan pelatihan secara berkala oleh para staf ahli dari lembaga tersebut.
Aplikasi yang terjadi secara berkelanjutan disertai dengan program-program
kreatif akan menciptakan sebuah kultur baru di Kampung Baluwarti, sehingga
akan tercipta Poengkra yang kental akan budaya bahasa Kramanya.

1
2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bahasa-bahasa di Indonesia dan wilayah sekitarnya pada awalnya


merupakan satu asal. Jika kemudian terpecah-pecah menjadi bermacam-macam
bahasa, hal itu disebabkan oleh karena Indonesia terdiri dari banyak pulau.
Keadaan geografis tersebut menyebabkan berkurangnya pengaruh bahasa satu
dengan bahasa yang lain. Selain itu masing-masing pulau mempunyai
pemerintahan daerah sendiri-sendiri. Keadaan yang demikian itu menyebabkan
tumbuhnya beraneka macam bahasa hingga sekarang ini. Salah satu bahasa
tersebut adalah bahasa Jawa (Uhlenbeck, 1982).
Berdasarkan riset Edi Subtoro, et.al (2007), bahasa Jawa adalah bahasa ibu
(mother tongue) dengan jumlah penutur yang besar. Menurut Grimes, secara
internasional bahasa Jawa menempati urutan ke-11, dengan jumlah penutur
75.000.000. Secara kuantitatif jumlah tersebut sangat besar, akan tetapi secara
kualitatif kondisi bahasa Jawa ternyata semakin merosot dan mulai ditinggalkan
penuturnya (dalam Marmanto, 2010). Bahkan dewasa ini masyarakat Jawa lebih
cenderung mengarah pada keberhasilan dibidang ekonomi dibandingkan
mempertahankan budaya Jawa yang lebih menekankan pada aspek moral.
Begitu pula dengan bahasa Krama yang merupakan salah satu tingkatan
dalam bahasa Jawa, sudah jarang sekali kita dengar dalam masyarakat Jawa.
Sebagian besar masyarakat Jawa, khususnya Solo sudah tidak menguasainya lagi.
Padahal, bahasa Krama merupakan bahasa yang penuh dengan sopan santun dan
tata krama, yang merupakan modal budi pekerti bagi masyarakat Jawa dan
sebagai aset yang berharga bagi kelangsungan budaya Jawa (Dwiraharjo, 2001).
Dengan demikian diperlukan strategi khusus yakni Kampung bahasa Krama, yang
disingkat Poengkra untuk terus melestarikan dan memperkenalkan budaya bahasa
Krama kepada masyarakat luas, baik dalam maupun luar negeri, sehingga bahasa
yang menjadi karakteristik masyarakat Jawa tetap lestari.

Tujuan dan Manfaat Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini adalah:
1. Untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa Krama di Solo.
2. Menjadikan Kelurahan Baluwarti sebagai kampung bahasa Krama di
Solo.
3. Menjadikan Poengkra sebagai ikon percontohan pelestarian bahasa
Krama.
4. Mengembangkan Poengkra sebagai salah satu tempat wisata budaya
bagi masyarakat domestik maupun asing.
Manfaat penulisan ini adalah memberikan pemahaman kepada pemerintah
dan masyarakat terhadap pentingnya pelestarian bahasa Krama dengan cara
mengupayakan Poengkra sebagai pusat pengembangan bahasa Krama, sehingga
dapat mengatasi turunnya kesadaran melestarikan bahasa Krama sebagai salah
satu ikon budaya Indonesia.
3

GAGASAN

Kondisi Kekinian

Sejarah Budaya Jawa


Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan kebudayaan, salah satunya
yakni kebudayaan Jawa, yang meliputi seluruh bagian tengah dan timur dari pulau
Jawa. Dahulunya, seluruh rangka kebudayaan Jawa ini berasal dari bekas
Kerajaan Mataram sebelum akhirnya terpecah pada tahun 1755 menjadi
Yogyakarta dan Solo. Sehingga sudah tentu kedua daerah tersebut terdapat banyak
orang Jawa dengan berbagai variasi dan perbedaan-perbedaan yang bersifat lokal
dalam beberapa unsur kebudayaannya, seperti perbedaan mengenai berbagai
istilah teknis, dialek bahasa, dan lain-lainnya. Meskipun demikian, variasi-variasi
dan perbedaan tersebut tidaklah besar karena apabila diteliti hal-hal itu masih
menunjukkan satu pola ataupun satu sistem kebudayaan Jawa.
Berbicara tentang kebudayaan Jawa pastilah tidak terlepas dari
penggunanaan bahasa Jawa sebagai sarana komunikasi antara masyarakat yang
ada di dalamnya. Bahasa Jawa adalah bahasa dengan jumlah penutur yang paling
besar di Indonesia dan masih ditambah lagi dengan mereka yang tinggal di
belahan bumi yang lain seperti di Afrika Selatan dan Suriname.
Sebagaimana dikatakan Pigeaud, bahasa Jawa bukan lagi hanya mengenai
kata-kata hormat, yang ada dalam setiap bahasa, akan tetapi telah menjadi bahasa
tersendiri, yaitu bahasa halus, bahasa penghormatan, bahasa Krama (dalam
Purwadi, et.al, 2005). Penggunaan bahasa Jawa harus memperhatikan status orang
yang diajak berbicara, karena bahasa Jawa terdiri atas beberapa tingkatan, salah
satunya bahasa Krama. Bahasa Krama ini penggunaannya berbeda-beda
tergantung subjek atau sasaran yang akan diajak berkomunikasi. Kelebihan yang
dimiliki bahasa Krama adalah kehalusan penggunaan kata yang digunakan sebagai
penghormatan antar orang muda ke orang yang lebih tua atau sesama usia. Bahkan
Mulder (2001) mengatakan bahwa bahasa Krama itu merupakan simbol moralitas
yang menentukan harapan dan kewajiban individu Jawa sebagai acuan penilaian
segala bentuk interaksi sosial individu Jawa.

Realitas Penggunaan Bahasa Krama


Realitas penggunaaan bahasa Jawa (Krama khususnya) sekarang ini telah
mengalami penurunan secara kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas,
stratifikasi bahasa Jawa yang ada yakni Krama inggil, Krama andhap, Krama
lugu, ngoko andhap, dan ngoko lugu, yang sudah tertata secara rapi dan indah itu
tidak dipergunakan sebagaimana mestinya dalam berbahasa oleh sebagian besar
penutur asli bahasa Jawa. Kesalahan pemilihan leksikon, sintaksis, dan semantis
dalam bertutur kata sering terjadi pada kalangan penutur bahasa Jawa. Secara
kuantitas, penggunaan bahasa Krama inggil dan Krama andhap dalam masyarakat
frekuensinya sangat kecil, baik untuk urusan formal maupun nonformal. Hal ini
senada sebagaimana diungkapkan Solopos, 4 Desember 2006 di mana orang Jawa
sudah tidak lagi menggunakan bahasa Jawa secara intens.
Berdasarkan penelitian yang dikutip dari Rimanews.com (2011), remaja di
berbagai daerah di Jawa Timur, khususnya di perkotaan, saat ini jarang sekali
4

memakai bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan sebayanya. Di kota kecil


seperti Tuban dan Lamongan misalnya, lebih banyak remaja yang menggunakan
bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa, apalagi di kota-kota besar seperti
Surabaya, Malang, dan sebagainya. Di kalangan mereka, jangankan bahasa Krama
inggil atau Krama alus, bahasa ngoko pun sudah jarang digunakan. Mereka
cenderung menggunakan bahasa Indonesia. Fenomena ini terjadi karena para
remaja tersebut merasa gengsi ketika di era globalisasi seperti sekarang ini masih
menggunakan bahasa daerah. Bahkan, tidak jarang remaja yang beranggapan
bahwa menggunakan bahasa Jawa adalah kuno. Misalnya tercermin dalam
pemberitaan media massa bahwa bahasa Jawa sudah diabaikan oleh generasi
muda Jawa (Kompas, 25 Oktober 2006).

Solusi yang Pernah Diterapkan


Pelestarian bahasa Jawa terutama bahasa Krama memang sudah menjadi
perhatian pemerintah setempat mengingat bahwa pada masa sekarang ini
perhatian masyarakat terhadap penggunaan bahasa Jawa terutama bahasa Krama
(alus dan inggil) semakin ditinggalkan. Mengingat bahwa semakin sedikit
masyarakat yang menggunakan bahasa Krama beberapa usaha telah dilakukan
oleh pemerintah baik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, dan sekitarnya.
Tahun 2005, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dalam hal ini Gubernur
Jawa Tengah telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Nomor
895.5/2005 tentang wajib belajar bahasa Jawa bagi siswa tingkat SD sampai
SLTA, hal ini disampaikan bersamaan dengan peringatan Hari Bahasa Ibu
Internasional yang ke-5. Keluarnya surat keputusan ini dijamin dalam UUD 1945
Bab XV Pasal 36, “Bahasa daerah dihormati dan dipelihara oleh negara”. Surat
keputusan ini dibuat dengan tujuan supaya semua siswa SD sampai SLTA
mendapat pelajaran bahasa Jawa sebagai mata pelajaran pokok yang harus
disampaikan dan bukan hanya menjadi mata pelajaran tambahan atau pilihan yang
bisa saja disampaikan/diberikan kepada siswa atau bahkan tidak diberikan sama
sekali. Namun, masih adanya tenaga guru yang sebenarnya masih terbilang
kurang dalam penguasaan materi dan penggunaan bahasa Jawa mengakibatkan
penyampaian kurikulum bahasa Jawa kurang maksimal dan tidak mencapai tujuan
seperti yang telah ditetapkan.
Solusi lain juga dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menetapkan hari
penggunaan bahasa Jawa. Di Kota Solo, pemerintah menetapkan hari penggunaan
bahasa Jawa di sekolah-sekolah juga kantor pemerintahan kota. Di Kabupaten
Karanganyar, bupati mengeluarkan SK yang mewajibkan kantor-kantor
pemerintah daerah menggunakan bahasa Jawa setiap hari Rabu. Menurut Bupati
Karanganyar keputusan tersebut didukung penuh oleh anggota DPRD. Pemerintah
Daerah Propinsi DIY menerapkan hari Sabtu sebagai hari berbahasa Jawa. Setiap
hari Sabtu pada jam kerja di lingkungan instansi pemerintah Provinsi DIY,
pegawai di lingkungan itu diwajibkan menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa
pengantar.
Selain solusi dari pemerintah, lembaga-lembaga swadaya masyarakat juga
mendirikan tempat-tempat kursus dan pelatihan bahasa Jawa di berbagai daerah
untuk melestarikan bahasa Jawa. Dengan didirikannya tempat kursus tersebut
5

masyarakat umum baik masyarakat yang menempuh pendidikan formal maupun


yang tidak, baik masyarakat domestik maupun asing, bisa mempelajari bahasa
Jawa dengan mudah. Di Yogyakarta terdapat lima tempat kursus bahasa yang
menyediakan pelajaran bahasa Jawa dan bahasa Indonesia untuk turis asing di
Indonesia, salah satunya adalah Wisma Bahasa.
Wisma Bahasa yang terletak di Jalan Affandi, Gang Bromo No.154,
Mrican, Yogyakarta, menyediakan jasa kursus berbagai bahasa termasuk salah
satunya bahasa Jawa bagi turis asing. Seiring dengan perkembangan zaman,
kursus bahasa Jawa tidak hanya berupa kursus yang didirikan di berbagai tempat.
Sekarang masyarakat bisa dengan mudah melakukan kursus bahasa Jawa secara
online. Hal itu dirasa lebih mudah untuk dijangkau oleh masyarakat luas daripada
harus datang ke tempat kursus yang dengan catatan tidak semua tempat terdapat
tempat kursus.

Kehandalan Gagasan Poengkra (Kampung Bahasa Krama) di Baluwarti


Kelurahan Baluwarti adalah sebuah kelurahan di Kecamatan Pasar
Kliwon, Solo. Di kelurahan ini terdapat berbagai tempat bersejarah, seperti
Keraton Kasunanan Solo, sekolah-sekolah keraton, dan bangunan-bangunan
lainnya yang menjadikannya salah satu tujuan wisata di kota Solo. Kelurahan ini
istimewa karena berada di dalam lingkungkan benteng Keraton Solo. Baluwarti
juga merupakan satu-satunya kelurahan yang seluruh penduduknya menempati
tanah milik keraton.
Mulder dan Dwiraharjo mendeskripsikan wujud bahasa Jawa di Keraton
Solo Hadiningrat terdiri atas ngoko, madya, Krama, Krama inggil, bahasa
kedhaton dan bahasa Indonesia (Dwiraharjo, 2001; Mulder, 2001). Pola-pola
penggunaan bahasa ngoko, madya, dan Krama sudah mengalami pergeseran,
terlebih ketika bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa keseharian mereka.
Namun, kesantunan penggunaan bahasa Jawa dalam Keraton Solo Hadiningrat
terbilang masih baik. Hal ini menunjukkan bahwa kearifan lokal tercermin dalam
bentuk-bentuk penggunaan bahasa Jawa berdasarkan hubungan sosial dalam
masyarakat Keraton Solo Hadiningrat yang masih peduli dengan bahasa dan
budaya Jawa.
Dalam masyarakat keraton, seperti Keraton Solo Hadiningrat, kelompok-
kelompok sosial terwujud karena adanya rasa kebersamaan dalam anggota
masyarakat tersebut. Dengan demikian, setiap anggota masyarakat mempunyai
kebiasaan-kebiasaan perilaku berbeda satu dengan yang lainnya, termasuk dalam
penggunaan bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat keraton Solo masih
menggunakan tingkatan bahasa mulai dari bahasa ngoko, madya, Krama, Krama
inggil dalam interaksi sosial. Masyarakat keraton terdiri atas berbagai stratifikasi
sosial yang berbeda-beda, sehingga dalam pemilihan kata harus dapat
menyesuaikan dengan siapa yang diajak berbicara, kapan, dimana, bagaimana,
sebab, maksud, dan tujuannya. Hal tersebut memperlihatkan bahwa unggah-
ungguhing atau tingkat tutur berbahasa masih dipertahankan. Atas dasar alasan
tersebut, penulis memilih Kelurahan Baluwarti sebagai kampung bahasa Krama
(Poengkra) dengan peninggalan budaya Jawa yang masih tergolong kental dan
fleksibel untuk dilestarikan.
6

Beberapa persepsi masyarakat bahwa bahasa Krama itu sulit, tidak


bergengsi, dan tidak praktis menjadi beberapa penyebab melunturnya penggunaan
bahasa Krama. Oleh karena itu, kehadiran Poengkra menjadi terobosan baru yang
diharapkan dapat menghidupkan kembali kultur bahasa Krama. Dimulai dari
Kampung Baluwarti inilah, nantinya akan menjadi daerah percontohan pelestarian
bahasa Krama bagi daerah-daerah lain yang juga menggunakan bahasa Jawa
sebagai bahasa kesehariannya. Dengan adanya kultur berbahasa Krama di
lingkungan masyarakat Baluwarti, maka akan tercipta program-program inovatif
yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan pelestarian bahasa Krama
tersebut. Sehingga, selain menjadi daerah percontohan, Poengkra di Baluwarti
dapat menjadi daerah kunjungan wisata yang menarik bagi turis domestik maupun
asing.

Pihak-Pihak yang Dipertimbangkan dapat Membantu Implementasi


Gagasan Poengkra di Baluwarti

Beberapa pihak yang dapat membantu mengimplementasikan kampung


bahasa Krama di Baluwarti adalah:

Tabel 1 Peranan elemen terkait dalam pengembangan Poengkra di


Baluwarti
No. Pihak-pihak Peranan
1 Kementerian Pendidikan Pelindung, penyusun kebijakan teknis, rencana
dan Kebudayaan dan program pengembangan Poengkra di
Baluwarti
2 Pemerintah Kota Solo Pemantau dan pengevaluasi pelaksanaan
pengembangan Poengkra
3 Institut Javanologi UNS Pendukung pelaksanaan program-program
Poengkra dan penyalur pakar-pakar bahasa Krama
4 Keluarga Keraton Solo Penggerak minat masyarakat Baluwarti untuk
Hadiningrat melestarikan budaya bahasa Krama
5 Para Pakar Bahasa Krama Penyuluh dan pembimbing para staf pelatih bahasa
Krama
6 Staf Pelatih Bahasa Krama Melatih masyarakat Baluwarti agar menguasai
bahasa Krama dengan baik dan benar
7 Masyarakat Baluwarti Sebagai pelaksana program Poengkra, yang
sebelumnya telah mendapatkan pelatihan teknis
dari Lembaga Pusat Pelatihan Bahasa Krama
Baluwarti
(Sumber: Berbagai sumber dan analisis: 2012)

Langkah-Langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Poengkra di


Baluwarti

Menanggapi kebijakan hasil Kongres Bahasa Jawa V yang


diselenggarakan di Hotel JW Marriot Surabaya pada tanggal 27-30 November
2011 mengenai penyusunan rencana strategis (renstra) tentang pembinaan dan
pengembangan bahasa, sastra, dan budaya Jawa, maka muncullah gagasan untuk
7

membentuk Poengkra (kampung bahasa Krama). Hal-hal strategis yang dapat


mendukung implementasi gagasan antara lain:

1. Penegasan kembali UUD 1945 Bab XV Pasal 36 tentang perlindungan


bahasa daerah oleh negara.
2. Komitmen antara pemerintah dan masyarakat Baluwarti untuk bekerja
sama dalam melestarikan bahasa Krama.
3. Penyusunan undang-undang untuk melindungi lembaga non pemerintah
yang bergerak di bidang pelestarian budaya.
4. Diperlukan riset dan analisis untuk memperjelas tujuan, manfaat, dan
dampak dari pendirian kampung bahasa Krama.
5. Adanya respon positif terhadap program hasil kongres bahasa Jawa V
dalam peningkatan profesionalisme pengajar bahasa Jawa.

KESIMPULAN

Gagasan yang Diajukan

Gagasan pelestarian bahasa Krama dengan menjadikan Kampung


Baluwarti sebagai Poengkra menerapkan sistem baru yang memiliki konsep
kampung bernuansa Jawa. Nuansa ini terwujud atas usaha dari semua elemen
masyarakat Baluwarti serta dukungan penuh dari pemerintah. Dengan adanya
kampung ini diharapkan aset budaya bangsa Indonesia berupa bahasa Krama
dapat terjaga kelestariannya dan dikenal oleh masyarakat di kancah internasional.

Teknik Implementasi Poengkra di Baluwarti

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun kebijakan teknis,


rencana dan program pengembangan Poengkra di Baluwarti.
2. Sosialisasi kebijakan pengembangan Poengkra di Baluwarti oleh Keluarga
Besar Keraton Solo Hadiningrat kepada semua masyarakat Baluwarti,
pelaksanaan dibantu oleh pemerintah setempat.
3. Pemberian dukungan oleh Keluarga Besar Keraton Solo Hadiningrat yakni
berupa dorongan moril agar masyarakat Baluwarti tidak hanya
mempraktikkan bahasa Krama namun juga menyadari bahwa bahasa
Krama sepenuhnya merupakan warisan budaya yang harus dihargai dan
dilestarikan.
4. Koordinasi pakar-pakar bahasa Krama kepada staf pelatih yang telah
ditunjuk oleh pemerintah.
5. Pendirian Lembaga Pusat Pelatihan Bahasa Krama yang di dalamnya
terdapat staf-staf pelatih yang bertugas untuk membantu masyarakat
Baluwarti dalam mengembangkan keterampilan berbahasa Krama.
6. Pelaksanaan kegiatan pelatihan di Lembaga Pusat Pelatihan Bahasa
Krama.
7. Aplikasi berbahasa Krama secara berkelanjutan, sehingga tercipta kultur
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Baluwarti.
8

8. Pembuatan program-program kreatif sebagai tindak lanjut dari sudah


terciptanya kultur berbahasa Krama.
9. Terwujudnya Poengkra (kampung bahasa Krama) di Baluwarti sebagai
kampung budaya yang kental dengan nuansa bahasa Kramanya.

Bagan 1. Bagan teknik implementasi Poengkra di Baluwarti

1.Penamaan benda/ tempat


Kebijakan pendirian dengan bahasa Krama.
Poengkra
2. Bahasa Krama Award.

Sosialisasi kepada Koordinasi pakar 3. Pemilihan Mbak Yu dan


masyarakat setempat kepada staf pelatih Kang Mas Krama.
K
U 4.Penciptaan nuansa Jawa.
L
PUSAT T
PELATIHAN 5. Lomba-lomba: menulis dan
U membaca aksara Jawa,
R geguritan, pidato bahasa
Jawa, dan dalang cilik.

6.Festival Jawa: kreasi baju


batik, kreasi jenang, wayang
kulit, dan gamelan.

Pelaksanaan

Manfaat dan Dampak Gagasan

Manfaat yang didapat dengan adanya kampung bahasa Krama di Baluwarti


adalah tetap lestarinya bahasa Krama dari generasi ke generasi. Dengan
menggunakan bahasa Krama sebagai bahasa sehari-hari maka penggunaan bahasa
Krama menjadi lebih efektif di kalangan masyarakat, sehingga Poengkra di
Baluwarti menjadi aset kebudayaan Solo
Dengan keunikan dan keanekaragaman program yang ada di Poengkra
Baluwarti, kampung ini akan menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun
asing, sehingga Poengkra di Baluwarti akan menjadi kampung percontohan
pelestarian budaya.
Adanya Poengkra ini diharapkan dapat memberikan efek yang positif bagi
masyarakat. Pencapaian yang diharapkan adalah masyarakat menjadi aware,
interest, desire, dan action. Masyarakat mengetahui, tertarik, dan memiliki
keinginan yang besar sehingga muncullah action untuk mewujudkan Poengkra di
Baluwarti.
9

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Keputusan KBJ V,


http://kidemang.com/kbj5/index.php?option=com_content&view=article&
id=1238&Itemid=1051, diakses pada tanggal 16 Februari 2012.
Dwiraharjo M. 2001. Bahasa Jawa Krama. Solo: Pustaka Cakra.
Koentjaraningrat. 1976. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
Djambatan.
Kompas, 24 Oktober 2006.
Marmanto S. 2010. Arah Pelestarian Bahasa Jawa Krama di Solo,
http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/034-Sri-Marmanto-
UNS-Arah-Pelestarian-Bahasa-Jawa-Krama-di-Solo.pdf , diakses tanggal
23 Februari 2012.
Mulder N. 2001. Mistisisme Jawa, Ideologi di Indonesia. Terj. Noor Cholish.
Yogyakarta: LkiS.
Prasetyo I. 2011. Catatan dari Kongres Bahasa Jawa V (Bagian I),
http://www.solopos.com/2011/berita-pilihan/catatan-dari-kongres-bahasa-
jawa-v-bagian-i-126916, diakses tanggal 21 Februari 2011.
Purwadi, Mahmudi dan Erna S. 2005. Tata Bahasa Jawa. Yogyakarta: Media
Abadi.
Rimanews.com. 2011. Bahasa Jawa dalam Kondisi Kritis,
http://www.rimanews.com/read/20110427/25456/bahasa-jawa-dalam-
kondisi-kritis, diakses tanggal 16 Februari 2012.
Solopos, 4 Desember 2006.
Uhlenbeck EM .1982. Kajian Morfologi Bahasa Jawa. Jakarta: Djambatan.
www.wisma-bahasa.com

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. LAMPIRAN
1. DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA PELAKSANA
Nama : Juita Lorda Laia
Tempat, tanggal lahir : Solo, 22 September 1991
Alamat Rumah : Wonosaren Rt. 05 Rw. 08, Jagalan, Solo
Jawa Tengah
Alamat Kos : Ngoresan Rt 05 Rw 22
Nomor HP : 08995363299
Email : juita.ldp6@gmail.com
Jenis Kelamin : Perempuan
Demikian daftar riwayat hidup saya buatdengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 21 Maret 2013

Juita Lorda Laia


10

2. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA PELAKSANA I


Nama : Fatmadita Pangesti
Tempat, tanggal lahir : Rembang, 4 Maret 1994
Alamat Rumah : Logede Rt. 02 Rw. 02, Sumber, Rembang
Jawa Tengah
Alamat Kos : Jalan Kartika No. 5 Ngoresan, Rt.04 Rw.22
Jebres, Solo, Jawa Tengah
Nomor HP : 085727697809
Email : fatmadit.43@gmail.com
Jenis Kelamin : Perempuan
Karya tulis yang pernah dihasilkan:
 Model Interaksi dan Komunikasi Keluarga Difabel di Surakarta
(Sebuah Studi Perspektif Interaksionisme Simbolik) (2012)
 Strategi Inovatif Studentpreneurship Berbasis ‘SIM’ bagi Pelajar
Sekolah Dasar dan Menengah sebagai Solusi Cerdas Meningkatkan
Kualitas Pendidikan di Indonesia. (2012)
Prestasi yang pernah diraih:
 PKMP Lolos didanai DIPA Jateng 2012
 PKPP Lolos didanai DIPA UNS 2012
Demikian daftar riwayat hidup saya buatdengan sebenar-benarnya.
Surakarta, 21 Maret 2013

Fatmadita Pangesti
3. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA PELAKSANA II
Nama : Yofita Noor Ardiani
Tempat, tanggal lahir : Banjarnegara, 21 April 1992
Alamat Rumah : Jalan Almunawwaroh Rt.03 Rw.01 Gang Manyar
No. 14 Banjarnegara, Jawa Tengah 53415
Alamat Kos : Jalan Kartika I No.1 Rt.01 Rw.18 Ngoresan Jebres
Solo, Jawa Tengah, 57126
Nomor HP : 085742165358
Email : yofita_red@yahoo.com
Jenis Kelamin : Perempuan
Karya tulis yang pernah dihasilkan:
 Lembaga Konsultasi Pranikah sebagai Upaya untuk Mengurangi
Resiko Perceraian (2012)
 Pelatihan “The Miracle Of Mom” sebagai Upaya Meminimalisasi
Kekerasan pada Anak di Desa Gulon, Surakarta (2012)
Prestasi yang pernah diraih:
 PKMP Lolos didanai DIPA Jateng 2012
 PKPP Lolos didanai DIPA UNS 2012
Demikian daftar riwayat hidup saya buatdengan sebenar-benarnya.
Surakarta, 21 Maret 2013

Yofita Noor Ardiani


11

4. DAFTAR RIWAYAT HIDUP DOSEN PENDAMPING


No Hal Identitas
1 Nama Eka Nada Shofa Alkhajar, S.Sos, M.Si
2 Tempat Dan Tanggal Lahir Banjarnegara, 15 Maret 1985
3 Pekerjaan Pengajar FISIP UNS
4 NIDN 0015038501
5 Jabatan Dosen
6 Pangkat/Golongan Asisten Ahli/III B
7 Program Studi Ilmu Komunikasi
8 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik
9 Universitas Universitas Sebelas Maret
10 Alamat Kantor Jl. Ir. Sutami 36 A Solo
11 Alamat Rumah Perumahan Griya Wonorejo E-1, Jetak,
Gondangrejo, Karanganyar, 57188
12 E-mail/Phone ekanadashofa@yahoo.com/ 085647555736
Pengalaman Dalam Penelitian:
1. Mengungkap Akar Konflik Antar Agama Di Indonesia (Studi Kasus Konflik
Antar Agama Di Mataram Nusa Tenggara Barat) Tahun 2005 (Mandiri).
2. Pandangan dan Sikap Masyarakat Terhadap Pornografi (Studi Mengenai
Pandangan dan Sikap Masyarakat Solo Terhadap Pornografi dan RUU APP)
Tahun 2006 (Mandiri).
Pengabdian Masyarakat:
1. Pembuatan Modul Mengenai Penyakit Flu Burung (Avian Influenza) dan
Cara Menanggulanginya di Desa Pondok Kecamatan Grogol Sukoharjo Jawa
Tengah Dalam Rangka PKMM UNS Tahun 2006.
2. Pelatihan Penulisan Kreatif “Menulis itu Mencerahkan”, di Komunitas Bukit
Berbatu Solo Tahun 2012.
Karya Buku:
1. Anomi Media Massa (Bersama teman-teman Pascasarjana Ilmu Komunikasi
UNS, 2009).
2. Manusia-manusia Paling Misterius di Dunia (Bukukatta, 2012).
3. Media dan Realitas Sosial (Literate Press, 2013-akan terbit).
Publikasi Jurnal:
1. Televisi dan Energi Pembangunan Bangsa (Jurnal Komunikasi Massa, Vol.
4, No.1, Januari 2011)
2. Menguak Mitos dan Legenda dalam Bulatan Industri Budaya (Jurnal
Komunikasi Massa, Vol. 4, No. 2, Juli 2011.
3. Media Tradisional dan Komunikasi Pembangunan (Jurnal Rural and
Development, Vol. II, No. 2 Agustus 2011).
Surakarta, 21Maret 2013

Eka Nada Shofa Alkhajar, S.Sos, M.Si


NIDN. 0015038501

Anda mungkin juga menyukai