Halaman
7. Narasumber ........................................................................................................................ 5
1
Kewarganegaraan diharapkan terwujud warga Negara yang baik yang menurut Cogan dan
Derricott (1998: 4) bercirikan “a good citizen, by contrast, not only lives decently in his
or her private life, but is also committed to participation in public life.”. Warga negara
yang baik juga akan memiliki ciri 1) a sense of identity, 2) the enjoyment of certain rights,
3) the fulfillment of corresponding obligations, 4) a degree of interest and involvement in
public affairs, and 5) an acceptance of basic societal values. (Cogan 1998: 2-3).
Persoalannya kemudian, secara substantive pelaksanaan Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi masih menemui beberapa kendala. Sampai saat ini
Pendidikan Kewarganegaraan masih dalam posisi yang ambigu (Audiger, 2006: 44) yang
disebabkan status, tujuan dan ruang lingkupnya belum dipahami secara integral dengan
konteks sosial dan kesejarahan (Balkansky, et.al, 1999: 90). Permasalahan yang paling
mencolok yaitu belum jelasnya batasan materi Pendidikan Kewarganegaraan sehingga
dirasakan terlalu luas (Sapriya dan Komalasari, 2014: 2). Mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dianggap menjenuhkan sebab materi yang diajarkan cenderung
monoton, teoretik, kognitif, bahkan verbalistik (Samsuri, 2010: 130).
Keadaan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian bahwa pada umumnya
mahasiwa beranggapan materi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi
menjenuhkan sebab sudah didapatkan pada jenjang SD sampai SMA. Hal ini terjadi
karena belum jelasnya batasan materi Pendidikan Kewarganegaraan sehingga bahan
Pendidikan Kewarganegaraan terlalu luas dan masih lemah dalam kajian konseptual-
filosofis. Materi Pendidikan Kewarganegaraan juga masih bersifat indoktrinatif dan
terlalu menonjolkan moral behavioristik, terjadi kesenjangan antara materi pelajaran
dengan basik keilmuan dari kewarganegaraan (Nurdin dan Dahliyana, 2016).
Mengkaji lebih jauh, implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan
tinggi, akan sangat berkaitan dengan program pemerintah. Untuk selanjutnya pemerintah
mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan untuk
mengimplementasikan Pendidikan Kewarganegaraan dengan pertimbangan yang selektif
(Nurdin, 2015). Apalagi pengembangan materi PKn yang diserahkan pada masing-masing
perguruan tinggi dapat menyebabkan kebingungan para pelaksana kebijakan (dosen) yang
akan mengajarkan Pendidikan Kewargenegaraan tersebut. Implikasinya, konten
perkuliahan tidak standar, berbeda antara perguruan tinggi yang satu dengan perguruan
tinggi yang lainnya sehingga spirit dan tujuan sesungguhnya dari mata kuliah PKn tidak
tercapai.
Meskipun demikian, sebenarnya pemerintah telah memberikan arahan tentang
rambu-rambu materi pokok mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan
ketentuan dalam Pasal 4 Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 43/Dikti/2006 yang mana
ditentukan bahwa Substansi Kajian Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
mencakupi filsafat Pancasila, identitas nasional, politik dan strategi, demokrasi Indonesia,
hak asasi manusia dan rule of law, hak dan kewajiban warga negara, geopolitik Indonesia
dan geo strategi Indonesia.
Selain hal yang terkait dengan materi perkuliahan, permasalahan lain yang muncul
dalam pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan adalah sumber daya manusia, yaitu
tenaga pendidik. Dalam penelitian yang dilakukan pada 10 (sepuluh) perguruan tinggi di
Jawa Barat, ditemukan bahwa mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan masih diampu
oleh dosen yang bukan dari latar belakang keilmuan yang relevan. (Nurdin, 2015).
Padahal ketentuan mengenai sumber daya dalam mata kuliah Pendidikan
Kewarganegeraan di Perguruan Tinggi berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti No
43/Dikti/Kep/2006 Pasal 10 Ayat (2) ditentukan bahwa persyaratan dosen mata kuliah
pengembangan kepribadian untuk Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu (1) Dosen
2
berijazah Magister (S2) Ketahanan Nasional. dan Magister (S2) Pendidikan Ilmu Sosial,
Ilmu-ilmu Sosial, Budaya, Filsafat. Kenyataan di lapangan, para dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan memiliki latar belakang akademik yang beragam,
yang dalam banyak kasus background akademiknya tidak relevan untuk mengajar mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Padahal pembinaan kompetensi dosen seperti yang
dilakukan Lemhannas dalam bentuk kursus calon dosen kewarganegaraan sudah sejak
tahun 2000-an tidak dilakukan lagi, dan pelatihan dosen Pendidikan Kewarganegaraan
oleh Ditjen Dikti pun sudah lama (sekitar 10 tahun terakhir ini) tidak diselenggarakan. Di
sisi lain jumlah dosennya relatif tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang
mengikuti mata kuliah tersebut, sebagai akibat dari banyaknya dosen yang pensiun
sedangkan rekrutasi dosen muda tidak dilakukan secara sistemik.
Atas dasar kondisi tersebut perlu segera dilakukan revitalisasi Pendidikan
Kewarganegaraan di perguruan tinggi, melalui kegiatan pembinaan teknis (Bimtek),
sebagai upaya restrukturasi kajian konten Pendidikan Kewarganegaraan, dan peningkatan
kompetensi para pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Dasar Hukum
a. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
b. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
c. Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia
d. Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015-2019, Lampiran Buku I, Agenda Pembangunan
Nasional.
e. Rentra Kemenristek-Dikti
f. Standar Nasional Pendidikan Tinggi
g. SK Dirjen Dikti No 43/Dikti/2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan mata kuliah
pengembangan kepribadian di Perguruan Tinggi.
3. Tujuan Kegiatan
Pembinaan Teknis (Bimtek) ini diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kompetensi Dosen Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dalam penguasaan materi
pokok perkuliahan yang menunjang proses revolusi mental dan terwujudnya warga
negara yang memiliki keyakinan kokoh terhadap Ideologi Pancasila, mempertebal rasa
kebangsaan, dan memperkokoh kecintaan kepada tanah air. Sejalan dengan itu, tujuan
bimtek ini adalah meningkatkan kompetensi dosen Pendidikan Kewarganegaraan dalam
mengembangkan materi perkuliahan, serta penguasaan metode pembelajaran yang efektif
untuk terwujudnya tujuan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
3
5. Struktur Materi Bimtek
Materi pembinaan teknis Pendidikan Kewarganegaraan mencakupi hal-hal sebagai
berikut;
No Materi Jam Narasumber
1 Kebijakan tentang perkuliahan MKWU 1,5 Prof. Dr. Bunyamin
Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan Maftuh, M.Pd., M.A.
tinggi. (Direktur Karir dan
Kompetensi SDM)
Jumlah jam 33
4
6. Metode Bimtek
Proses pembinaan teknis dosen Pendidikan Kewarganegaraan ini diselenggarakan melalui
beberapa metode berikut.
a. Ceramah Bervariasi
Setiap materi pokok disampaikan oleh narasumber dengan metode ceramah selama 30
menit, dan dilanjutkan dengan tanya jawab selama 60 menit, kemudian diakhiri
dengan kesimpulan yang disampaikan oleh moderator atau dapat juga oleh perwakilan
peserta bimtek.
b. Diskusi dan Pelatihan secara Berkelompok
Peserta bimtek dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing akan berdiskusi dan
berlatih menyeleksi materi dan isu aktual terkait dengan bidang materi yang
ditugaskan oleh penyelenggara bagi kelompoknya. Pada akhir kegiatan ini setiap
kelompok diharapkan menghasilkan pointers materi pokok dan isu aktual terkait
bidang materi yang menjadi tugas kelompok yang bersangkutan.
c. Penugasan secara individual dengan tagihan
d. Praktek pembelajaran
7. Narasumber
Dalam kegiatan pembinaan teknis Pendidikan Kewarganegaraan ini yang dijadikan nara
sumber kegiatan adalah.
a. Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A. (Direktur Karir dan Kompetensi SDM)
b. Prof. Dr. Wasino, M.Hum. (Universitas Negeri Semarang)
c. Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si. (Universitas Pendidikan Indonesia)
d. Dr. Hadirin Suryanegara, M.Ap. (Sesdirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti)
e. Dr. Mukhammad Murdiono, M.Pd. (Universitas Negeri Yogyakarta)
f. Dr. Arqom Kuswanjono (Universitas Gadjah Mada)
g. Dr. Encep Syarief Nurdin, M.Pd., M.Si (Universitas Pendidikan Indonesia)
h. Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd. (Universitas Muhammadiyah Semarang)
8. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan Bimtek Dosen Pendidikan Kewarganegaraan dibatasi 50 orang. Adapun
persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:
a. Memiliki ijazah sekurang-kurang S-2,
b. Diprioritaskan lulusan Program Studi:
1) Pendidikan Kewarganegaraan
2) Pendidikan Umum
3) Pendidikan IPS (Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi)
4) Ilmu Filsafat
5) Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora
6) Ilmu Hukum
c. Pengalaman mengajar mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan sekurang-kurangnya
2 (dua) semester, diprioritaskan dosen muda dengan masa kerja paling lama 5 tahun,
d. Belum pernah mengikuti diklat/bimtek Pendidikan Kewarganegaraan.
e. Membawa hard copy rencana pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
f. Bahan tugas individual berupa dua buah artikel jurnal terkait dengan Pendidikan
Kewarganegaraan
5
9. Waktu dan Tempat Kegiatan
a. Gelombang Pertama
Kegiatan bimtek Pendidikan Kewarganegaraan ini dilaksanakan pada
Hari dan tangal : Senin-Kamis, 15-18 Mei 2017
Tempat : Palembang
Pembukaan : 14.00 – 14.30
b. Gelombang Kedua
Kegiatan bimtek Pendidikan Kewarganegaraan ini dilaksanakan pada
Hari dan tangal : Rabu-Sabtu, 12-15 Juli 2017
Tempat : Makassar
Pembukaan : 14.00 – 14.30
6
HARI PUKUL MATERI PEMBICARA/
NARASUMBER
19.30-21.30 Kajian Geostrategi Indonesia Prof. Dr. Wasino,
M.Hum
7
HARI PUKUL MATERI PEMBICARA/
NARASUMBER
geostrategi Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Audigier, F. (2006). Interdisciplinariy at School-Teoretical and Practical Question regarding
History, Geography and Civic Education. Journal of Social Science Education. 5 (2):
37-50
Balkansky, Peter; Zahariev, Zahari; Stoyanov, Svetoslav; Stoyanova, Neli. (1999).
Challenges in Developing a New System of Civic Education in Conditions of Social
Change: Bulgaria. In: Torney-Putra, John; Schwille, John; Amedeo, Jo-Ann, eds.
Civic Education across Countries: 24 Nationals Case Studies from the IEA Civic
Education Project. Amsterdam.
Bruen, J. (2013). Civic Education and Democratic Sosialisation: From Passive Subject to
Active Citizen in Post-Communist State and Beyond. Journal of Social Science
Education. 12 (4): 43-50
Colceru, E. (2013). The Impact of Civic Education on The Civic of Romanian Youth. Journal
of Social Science Education. 12 (4): 23-28
Samsuri. (2010). Transformasi Gagasan Masyarakat Kewargaan (Civil Society) Melalui
Reformasi Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia Studi Pengembangan
Kebijakan Pendidikan Kewarganegaraan pada Jenang Pendidikan Dasar dan
Menengah Era Reformasi). Disertasi Tidak Diterbitkan. Bandung: Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Sapriya dan Komalasari, K. (2014). “Analisis Kebutuhan Kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan Jenjang S2 Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia”. Jurnal CIVICUS. 18 (1), 1-20.
Nurdin, Encep S.,& Dahliyana, A. (2016). Penelaahan Materi Pendidikan Kewarganegaraan
di Perguruan Tinggi sebagai Pembinaan Nasionalisme dan Patriotisme Mahasiswa.
Laporan Penelitian Pembinaan dan Pengembangan Kelompok Bidang Keilmuan.
Bandung: Tidak diterbitkan.
Nurdin, Encep S. (2015). Pengaruh Implementasi Kebijakan Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi terhadap Nasionalisme dan Patriotisme Mahasiswa. Penelitian
Mandiri. Bandung: Tidak diterbitkan.