Anda di halaman 1dari 120

 style berasal dari bahasa Yunani

stylos atau stilus dalam bahasa Latin.


Secara umum makna stilos adalah wujud
sesuatu, misalnya bentuk arsitektur
yang memiliki ciri sesuai dengan
karakteristik ruang dan waktu.
Sedangkan stilus bermakna alat untuk
menulis sesuai dengan cara yang
digunakan oleh penulisnya.
 Istilah style secara leksikal yang berpadanan
dengan gaya
 Istilah stilistika dalam bahasa Inggris stylistics.

Istilah stilistika atau stylistics terdiri


dari dua kata style dan ics.
 Stylist adalah pengarang atau
pembicara yang baik gaya bahasanya,
perancang atau ahli dalam mode.
Ics atau ika adalah ilmu, kaji, telaah.
Stilistika adalah ilmu gaya atau ilmu
gaya bahasa.
Kridalaksana (1982:159)
 1. Ilmu yang menyelidiki bahasa yang

dipergunakan dalam karya sastra; ilmu


interdisipliner linguistik & sastra
2. Penerapan linguistik pada penelitian gaya
bahasa
 Slametmuljana (1956:5) Stilistika adalah
pengetahuan tentang kata berjiwa
 Kata berjiwa adalah kata yang
dipergunakan dalam cipta sastra yang
mengandung perasaan pengarangnya
 KBBI (1988:859)
Ilmu tentang penggunaan bahasa dan gaya bahasa
di dalam karya susastra
 Panuti Sudjiman (1993:13)

mengatakan bahwa stilistika adalah ilmu yang


meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa di
dalam karya sastra.
 Jassin (1978:127) merumuskan bahwa ilmu bahasa

yang menyelidiki gaya bahasa disebut stilistika


atau ilmu gaya
 Dalam Kamus Dewan (1996:1305), Dewan Bahasa
dan Pustaka, Kuala Lumpur, Stilistik:
1) Kajian tentang penggunaan gaya bahasa
secara berkesan dalam penulisan.
2) Berkaitan dengan stail atau gaya, terutama
gaya bahasa penulisan.
 Dalam Kamus Istilah Sastra, Zaidan dkk
(1994:194) menuliskan stilistika ilmu yang
meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa
dalam karya sastra.
 Dalam The Cambridge Encyclopedia of Language,
Crystal (1989:431) berpengertian bahwa stylistics
the study of sistematic variation in language use:
in style characteristic individual or group. Also
Stylolinguistics.
 Dalam The Linguistics Encyclopedia, Kristen
Malmkjaeer (1991:439) menuliskan bahwa
stylistics is the studi of style in spoken and writen
texts. By style is meant a consistein occurence in
the texts of certain items and structural, or types
of items and structures, among those of fered by
language whole.
 Dalam Longman Dictionary of Applied Linguistics,
Richard, John and Platt (1985:278) berpengertian
bahwa stylistics, in the study of that variation in
language style, indich is dependent of situation in
aqich the language is used and also on the effect
the writes or speaker wishes to createn the reader
or hearet. Although sometime include
inventigations of spoken language; of usually
refers to the study of invitory language, include
literary texs. Stylistics is concerned with the
choices that are available to writes and the reasons
why particclas forms and expressions are used
rather than other.
 Dalam A Hand Back of English Language
Teaching; Term and Practice, Brian Seaton
( 1982:162) berpengertian bahwa stylistics, the
study of literacy discourse from the point of view
of linguistics.
 Dalam Perbincangan Gaya Bahasa Sastra,
sastrawan negara Keris Mas, Dewan Bahasa dan
Pustaka, Kuala Lumpur (1988:8) berpengertian
bahwa stilistika tidak lain dari pada kajian stail,
yang mengkaji segala kemungkinan gaya
kesusastraan untuk menilai dan mendapat
kefahaman benar mengenai sebuah teks
kesusastraan.
 Stilistika adalah bagian dari ilmu bahasa yang
mengaji variasi penggunaan bahasa, baik
lisan maupun tulis, baik sastra dan bukan
sastra, yang bergantung pada konteks
tertentu.
Bidang stilistika/ lingkup stilistika
 Dalam Kosa Semiotika, Budiman menuliskan:
 bahwa dilihat dari sudut pandangan
tertentu, stilistika merupakan
subdisiplin linguistik yang mengarah
perhatian terhadap teks-teks sastra.
Stilistik menerapkan metode-metode
struktural terhadap teks-teks sastra.
 Di samping itu dilihat dari perspektif
lain, stilistik dapat dipahami sebagai
suatu disiplin otonom yang mencoba
menerapkan secara ekfektif metode-
metode baik linguistik maupun ilmu
sastra (1999:111).
 Bagi Leech, stilistik adalah simple defind as the
(linguistic) study of style.
 Wawasan demikian sejalan dengan pernyataan

Cummings dan Simmons bahwa studi bahasa


dalam teks sastra merupakan…branch of
linguistic called stylistic.
 Dalam konteks yang lebih luas, bahkan Jakobson

beranggapan bahwa poetics (puitika) sebagai


teori tentang system dan kaidah teks sastra
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Linguistic.
 Bagi jakobson Poetics deals with problem of
verbal structure, just as he analysis of painting is
concered with pictorial structure since linguistics
is the global science of verbal structur, poetics
may be regarded as an integral of linguistic
(Amminuddin :1995 :21).
 Chvatik mengemukakan Stilistika sebagai kajian

yang menyikapi bahasa dalam teks sastra


sebagai kode estetik dengan kajian stilistik yang
menyikapi bahasa dalam teks sastra
sebagaimana bahasa menjadi objek kajian
linguistik (Aminuddin :1995 :22).
 Sedangkan menurut Rene Wellek dan Austin
Warren, Stilistika perhatian utamanya adalah
kontras system bahasa pada zamannya (Wellek
dan Warren : 1990 : 221).
 Dalam Stylistics, Harmondworth Penguin Book

Tunner (1977:7) merumuskan bahwa stilistika


adalah bagian dari linguistik yang memusatkan
perhatiannya pada variasi penggunaan bahasa
terutama bahasa dalam kesusastraan.
Stilistika

Apakah hanya studi tentang


gaya bahasa dalam kesusastraan?
 GW. Turner (1977:7-8)
Stilistika adalah bagian linguistik yang
memusatkan diri pada variasi dalam
penggunaan bahasa
Stilistika berarti studi gaya, yang menyarankan
bentuk suatu ilmu pengetahuan atau paling
sedikit berupa studi yang metodis
 Ilmu tentang gaya (bahasa)
 Slametmuljana
Membeberkan kesan pemakaian susun kata
dalam kalimat kepada pembacanya.
Penempatan kata dalam kalimat menyebabkan
gaya kalimat, disamping ketepatan pemilihan
kata, memegang peranan penting dalam ciptaan
sastra
 Ahli stilistika disebut Stylician (b.Inggris)
ahli yang melakukan studi metodis atas
prinsip-prinsip gaya bahasa
 Stylist merupakan ahli pembuat gaya bahasa
 Penemu stilistika adalah Charles Bally; seorang
linguis Perancis.
 Bally, memasukkan stilistika pada studi bahasa

yang dipergunakan dalam bahasa kehidupan


sehari-hari yang untuk memenuhi tujuan hidup
sendiri
 Bally, Stilistika adalah studi efek-efek ekspresif

dan mekanisme dalam semua bahasa “la langue de


tout le monde” (bahasa semua manusia/ seluruh
dunia).
 Bally memahami stilistika sebagai studi sumber-
sumber ekspresif bahasa yang dibicarakan dan
mengeluarkan dari dalamnya studi bahasa sastra
yang diorganisasikan untuk tujuan estetik
 Pengikut Bally berpendapat lain, menolak Bally

Marcel Cressot, Morouzeau, Devoto


 Marcel Cressot(1947) (Le Style at Ses
Technique) kesusastraan adalah bidang
stilistika yang utama (par excellence)
karena dalam kesusastraan pilihan itu
lebih “manasuka” (arbitrer) dan “ lebih”
“sadar”
Cressot tidak sangat jauh memasuki
daerah orang (ahli) sastra
(kesusastraan).
Ia menganalisis sarana-sarana sastra,
tetapi tidak berusaha membuat analisis
suatu karya sastra.
 Penelitian Cressot dan kawan-kawan lebih
bersifat linguistik daripada kesusastraan.
Ia berpendapat bahwa studi sastra
dapat belajar dari stilistika linguistik
yang akurat, suatu aparatus deskriptif
dengan beberapa pretensi untuk
penyempurnaan.
 Pendapat Cressot di atas bermakna bahwa studi
stilistika diarahkan pada studi linguistik,
terutama oleh para linguis.
 Turner berpendapat bahwa stilistika merupakan
bagian lingustik
Pendapat yang berbeda
 Kendati kesusastraan (ilmu sastra) dapat
memanfaatkan hasil studi linguistik dalam
penelitian sastra, tetapi kesusastraan berbeda
dari linguistik sebab:
Objek studi linguistik adalah bahasa
Objek studi kesusastraan adalah karya
sastra yang mempunyai konvensi
sendiri.
 Adausaha studi stilistika yang berkencendrungan
pada ilmu sastra, dan penelitian stilistika yang
dipusatkan pada karya sastra sebagai sumber gaya
dan penggunaan bahasa yang kompleks dan juga
fungsi estetiknya dominan, seperti:
Graham Hough bukunya Style and
stylistics ditulis berdasarkan titik
pandang kesusastraan meskipun studi
gaya bahasa itu tumbuh dari linguistik.
Umar Yunus dalam buku Stilistika:satu
pengantar, ia memusatkan penelitian
gaya bahasa pada karya sastra
Umar Yunus berpendapat bahwa hakikat
stilistika itu pemakaian atau penggunaan
bahasa dalam karya sastra, tetapi
kesadaran tentangnya muncul dalam
linguistik.
Yunus berpendapat stilistika dipahami
sebagai ilmu gabung, yaitu linguistik dan
ilmu sastra
Yunus menghendaki stilistika menjadi
ilmu yang berdiri sendiri, bukan linguistik
maupun sastra. Dengan demikian ilmu
(stilistika) dapat mengembangkan dirinya
sendiri.
 Slametmuljana, gaya bahasa adalah susunan
perkataan yang terjadi karena perasaan-perasaan
dalam hati pengarang yang dengan sengaja atau
tidak, menimbulkan suatu perasaan yang tertentu
dalam hati pembaca. (genetis)
 Defenisi Slamet di atas tampak adanya orientasi
ekspresif yang memusatkan perhatian pada
pengarang.
 Gorys Keraf, gaya bahasa adalah cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara
khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis (pemakai bahasa) (juga ekspresif) dan
gaya bahasa yang lebih baik harus mengandung
tiga unsur meliputi kejujuran, kesopanan dan
ketertarikan . (genetis)
 Dick Hartoko dan Rahmanto,

gaya bahasa adalah cara yang khas


dipakai seseorang untuk
mengungkapkan diri (gaya pribadi).
 Gaya bahasa adalah cara ekspresi
kebahasaan dalam prosa ataupun puisi.
 Abrams, gaya bahasa adalah bagaimana seseorang
penulis berkata mengenai apa pun yang
dikatakannya.(deskriptif)
 Pengertian Gaya menurut Kridalaksana:

Kridalaksana, gaya bahasa adalah


pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh
seseorang dalam bertutur atau menulis;
lebih khusus adalah pemakaian ragam
bahasa tertentu untuk memperoleh efek-
efek tertentu, (genetis) dan
lebih luas gaya bahasa itu merupakan
keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok
penulis sastra (deskriftif)
 Persamaan seluruh defenisi di atas adalah gaya
bahasa cara bertutur secara tertentu untuk
mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetik
atau efek kepuitisan.
 Tarigan (1990:5), menyatakan bahwa gaya
bahasa merupakan bentuk retorik.
Yaitu penggunaan kata-kata dalam
berbicara dan menulis untuk
meyakinkan atau mempengaruhi
penyimak dan pembaca,
selanjutnya, Tarigan mengatakan
bahwa gaya bahasa ialah bahasa indah
yang digunakan untuk meningkatkan
efek dengan cara memperkenalkan serta
membandingkan suatu benda atau hal
tertentu dengan benda atau hal lain.
 Cari 1 buah puisi mandarin, kemudian
analisis.
 tentukan apakah analisis saudara masuk

deskriftif atau genetik (aliran)


 (atau boleh puisi atau film atau sinetron)
 Jika film atau sinetron jelaskan data kapan

tayang, pukul, tv dsb, atau lampirkan CD-nya.

 SEBAGAI TUGAS UTS…


Hartoko dan Rahmanto, berpendapat dalam
stilistika, llmu yang meneliti gaya bahasa,
dibedakan antara stilistika deskriptif dengan
genetis.
Stilistika deskriptif mendekati gaya
bahasa sebagai keseluruhan daya
ekspresi kejiwaan yang terkandung
dalam suatu bahasa dan meneliti nilai-
nilai ekspressivitas khusus yang
terkandung dalam suatu bahasa
(langue) yaitu secara morfologis,
sintaksis, dan semantis.
Stilistika genetis adalah stilistika
individual yang memandang gaya
bahasa sebagai suatu ungkapan yang
khas pribadi.
Kesimpulan

 Defenisi Slamatmuljana dan Gorys Keraf adalah


pandangan stilistika genetis.
 Pendapat Abrams di atas merupakan stilistika

deskriptif.
 Pendapat Kridalaksana di atas merupaka stilistika

deskriptif (yang bersifat umum) dan pandangan


genetis (yang bersifat khusus).
 Enam pengertian gaya Enkvist adalah:

1. Bungkus yang membungkus inti pemikiran atau


pernyataan yang telah ada sebelumnya;
 menyarankan bahwa pengertian gaya ini bermula

dengan memisahkan
(a) pikiran yang diucapkan, dan
(b) bungkusan atau cara menyampaikan-
nya
 Jadi, disitu ada hubungan antara signifiant
(penanda) dan signifia (petanda).
 Misal, lebih dahulu ada yang ditanda berupa:

Dan pemuda berdatangan untuk


memikat gadis itu (pikiran yang
diungkapkan= kalimat asal yang belum
diperoleh)
 Kemudian, pikiran sebagai petanda itu dibungkus
dengan pikiran sebagai penandanya:
Dan kumbang berdatangan untuk
menghisap madu bunga itu.
(pembungkus)
 Kalimat bungkusnya tampak lebih indah dari
pikiran yang diungkapkan.
 Pikiran yang diucapkan: Perempuan itu
menerima pemuda itu
 Pembungkusnya:

 bunga yang telah diberinya bersemi kembali


Kumbang yang telah pergi kini datang kembali
Pupuklah bungaku agar kian bersemi
kuterima kau kembali untukku sendiri
Kelopakmu terbuka menerima cembu
Pemuda itu menerima perempuan itu
 Bunga yang kautanam telah bersemi di hatiku
 Pembungkus
 Bunga yang kau tanam telah gugur helai demi
helai
 Pikiran yang diucapkan

 perempuan itu telah dihianati


Perempuan yang telah dipuja, kini telah luntur
hatinya
Perempuan itu sudah memudar rasa sayangnya
2. Pemilihan antara berbagai-bagai pernyataan
yang mungkin;
 Pengertian ini menyarankan pernyataan umum

(common sense), dikatakan gaya melibatkan


pilihan.
 Tanpa pilihan tidak mungkin ada gaya.
 Misalnya, ada beberapa pilihan untuk
menyatakan sepasang kekasih yang manusia:
sepasang merpati,
merpati dua sejoli,
terbang dua sekawan.
Dipadankan dg:
 Sekuntum mawar merah
 Mawar berduri
 Sekuntum bunga
 rembulan
Pemilihan antara berbagai-bagai pernyataan
yang mungkin
perempuan
Bunga, perawan, kembang, sekuntum,
Cantik
Harum, semerbak, wangi,
Laki-laki
Kumbang, rama-rama, arjuna, buaya, kucing
garong
3.Sekumpulan ciri-ciri pribadi;
 Tercermin pada defenisi para ahli di depan.
 Pengertian ini menyarankan pernyataan seperti

yang dikemukakan oleh Buffon “le style, c’estl’


homme meme” gaya adalah orang (penulis) itu
sendiri.
 Dengan demikian, seorang penulis akan
menurunkan tanda tangannya pada setiap
tulisannya.
4.Penyimpangan dari norma atau kaidah;
 Senada dengan pendapat Derbyshire dalam A

Grammar of style bahwa gaya bahasa itu


merupakan penyimpangan dari norma dan
bahwa ada alasannya mengapa penyimpangan-
penyimpangan demikian itu terjadi.
 Menyarankan bahwa gaya itu dianggap sebagai

pemakaian bahasa yang “berbeda” dengan


pemakaian bahasa biasa
(Aku akan menerimamu, jika kau mau kembali)
(Kalau kau mau kuterima kau kembali)
 misalnya contoh berikut, bait sajak Chairil Anwar,
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
 Ucapan bahasa biasa akan berupa:
Siapakah yang mempunyai muka yang
penuh luka ini?
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
 kini kau telah berubah
Kaupun telah berubah haluan
Kau tak sama seperti yang telah ku kenal
dahulu
Bak kembang sari sudah terbagi
Cintamu sudah terbagi kepada yang lain
Hatimu telah bercabang dua
Cintaku telah kau hianati
Cintamu bukan untukku lagi
5. Sekumpulan ciri-ciri kolektif; dan
 Sekumpulan ciri-ciri kolektif ini menyarankan
tidak ada gaya.
 Semuanya sama saja dengan pemakaian bahasa
biasa.
 Menurut Yunus, pengertian ciri kolektif atau gaya
sosial tidak berhubungan dengan konsep tidak ada
gaya.
 Hanya semua penulis dipahami menulis dengan

menggunakan gaya yang sama.


 Misalnya, hanya ada kosakata yang hanya
digunakan dalam karya sastra, penggunaan
metafora atau metonomia “dianggap” tidak ada
pada pemakaian bahasa biasa, dan sebagainya.
6. Hubungan antara satuan bahasa yang
dinyatakan dalam teks yang lebih luas
daripada kalimat.
 Berhubungan dengan gaya dan wacana.
 Pengertian wacana menurut Yunus;
a) Wacana adalah pengucapan bahasa yang
melebihi satu kalimat
 dengan demikian, wacana lebih dekat kepada retorik
b) Wacana berbeda dengan teks, dipahami terikat
pada unsur bahasa.
 Teks lebih luas daripada hanya pemakaian unsur
bahasa.
 Mungkin meliputi gambar ilustrasi, atau informasi
yang mungkin tidak bersifat bahasa.
c) Wacana juga berbeda dari teks, mempunyai
hubungan dengan genre.
 Mungkin orang berbicara tentang wacana puisi atau
wacana novel.
 Wacana puisi mempunyai cara penulisan yang berbeda
dengan wacana prosa.
 Gaya bahasa sebagai salah satu unsur karya
sastra tidak dapat dilepaskan dari hakikat dan
konvensi sastra.
 Oleh karena itu, dalam menginterpretasikan

gaya tidak dapat ditinggalkan cara-cara


menginterpretasi karya sastra berdasarkan
pada hakikat dan konvensi sastranya.
 Karya sastra merupakan sistem tanda atau

sistem semiotik tingkat kedua.


 Karya sastra menggunakan bahan atau

medium bahasa.
 Bahasa sebelum diintegrasikan dalam sastra
sudah merupakan sistem tanda (semiotik) yang
mempunyai arti, merupakan sistem tanda
tingkat pertama =denotasi.
 Dalam sastra bahasa itu menjadi bahasa sastra,
menjadi sistem tanda tingkat kedua =konotasi.
 Bahasa merupakan tanda yang mempunyai arti
(meaning).
 Setelah bahasa ditingkatkan menjadi bahasa
sastra, yang merupakan sistem tingat kedua,
mendapat arti sastra.
 Jadi, bahasa itu mendapat arti lagi.
 Oleh karena itu, arti bahasa sastra adalah arti
dari arti (meaning of meaning) atau makna
significance)
 Bahasa sastra sebagai sistem semiotik
merupakan tanda.
 Tanda itu mempunyai dua aspek yaitu:
aspek bentuk yang menandai atau penanda (signifier)
dan
 aspek isinya yang ditandai atau petanda (signified).
 Penanda adalah bentuk formalnya yang
menandai artinya.
Misalnya kata ibu adalah penanda berupa bunyi [fonem
(i/b/u) ] yang menandai arti: orang yang melahirkan
kita.
 Gaya bahasa sebagai bentuk formal menandai
maknanya.
 Hal ini seperti dikatakan Yunus (1989:387-138)
gaya adalah tanda yang mempunyai makna.
 Gaya itu sarat makna
 Gaya sebagai tanda harus dilihat dalam suatu

teks tertentu, sebagai fenomena intratekstual.


 Gaya sebagai tanda mendapat aktualisasinya

setelah bereaksi dengan pembaca atau peneliti.


 (hal ini mengingat bahwa karya sastra itu

adalah artefak yang baru mempunyai makna


bila diberi makna oleh pembaca atau peneliti).
 Oleh karena itu, pemaknaan gaya itu tidak

mungkin dilepaskan dari latar belakang diri


pembaca atau peneliti.
 Tidak ada makna tetap dan yang pasti dalam
gaya itu.
 Satu gaya (yang sama) mempuyai dua makna
(yang berbeda) pada dua teks (yang berbeda).
 Hal ini ditentukan cara penggunaannya yang

menimbulkan reaksi tertentu pada pembaca


atau peneliti yang mempunyai latar belakang
intertektual tertentu pula. (hal ini berhubungan
dengan horizon harapan pembaca =
pengetahuan)
 Dalam memberi makna itu, pembaca atau
peneliti tidak boleh semau-maunya, tetapi harus
dalam kerangka semiotik, berdasarkan sistem
tanda yang ditentukan oleh konvensi sastra.
 Gaya bahasa itu bukannya kosong tanpa isi
(sastra lahir bukan dari kekosongan).
 Gaya ini menandai ideologi.
Ada ideologi yang mungkin diberikan oleh penulis, jika
ia memilih menggunakan gaya tertentu.
Disamping itu, peneliti menemukan ideologi dalam
penggunaan satu gaya dalam sebuah teks sastra.
Kedua-duanya itu berdasarkan interpretasi pembaca
atau peneliti (sebab) pembaca tidak tahu ideologi
penulis yang sesungguhnya, yang dihadapi hanyalah
teks yang mempunyai makna).
 Contoh: dalam novel-novel A.Samad Said
dan Shahnon Ahmad, yunus menemukan gaya
vulgarism, pengucapan sesuatu yang vulgar,
kotor, dan menjijikkan, dan keberanian
menggunakan kata-kata vulgar, kata untuk
kemaluan dan kotoran dalam novel Salina dan
Seluang Menodak Baung.
 Menurut interpretasi Junus, A.Samad Said dan

Shahnon Ahmad menggunakan gaya


vulgarisme dan kata telanjang itu untuk
melukiskan kehidupan orang miskin di tengah
kehidupan Singapura yang megah (Salina);
Shahnon melukiskan kesengsaraan petani di
desa terpencil di Kedah.
 Jadi, gaya itu mempunyai hubungan
hermenuetik dengan persoalan yang
dikemukakan dalam novel itu.
 Menurut Junus (1989:195) suatu gaya harus

harmonis atau sejalan dengan yang dilukiskan.


“Kalau yang dilukiskan itu indah maka yang digunakan
ialah gaya yang indah. Yang menggunakan dialek mesti
dilukiskan dialek. Yang telanjang mesti dilukiskan
secara telanjang pula. Begitu juga dengan yang kotor .
 Gaya dapat menjadi petunjuk kepada kehadiran
suatu ideologi (Junus, 1989:198). (jadi, ini
merupakan tanda yang berwujud indeks).
 Gaya tidak suci-makna, tetapi sarat makna,

makna yang terikat kepada ideologi.


 Untuk sampai kepada makna itu, gaya (karya

sastra sebagai tanda) harus diinterpretasikan


oleh pembaca atau peneliti.
 Jens-jenis gaya bahasa itu berhubungan
dengan unsur-unsur bahasa atau aspek-aspek
bahasa yang digayakan.
 Unsur-unsur atau aspek-aspek bahasa itu

adalah:
Intonasi
Bunyi,
Kata
Kalimat.
 Oleh karena itu, ada
 gaya intonasi
gaya bunyi,
gaya kata,
gaya kalimat.
 Akan tetapi, karena intonasi itu hanya ada
dalam bahasa lisan dan tidak tercatat dalam
bahasa tulisan, maka gaya intonasi sukar
diteliti dan tidak diteliti.
 Gaya bunyi meliputi kiasan bunyi, sajak (rima),
orkestrasi, dan irama.
 Gaya kata meliputi gaya bentuk kata
(morfologi), arti kata (semantik): diksi dan
bahasa kiasan, dan gaya asal usul kata
(etimologi).
 Gaya kalimat meliputi gaya bentuk kalimat dan
sarana retorika.
 Gaya wacana yang merupakan satuan dari
kalimat-kalimat yang merupakan satuan
ekspresi khusus.
 Semua gaya bahasa di atas terdapat dalam prosa
(cerita rekaan) dan puisi.
 Oleh karena itu, penelitian gaya bahasa dapat
dilakukan pada prosa atau pun puisi.
 Dalam penelitian gaya bahasa (karya sastra),
karena gaya bahasa itu merupakan penggunaan
bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek-
efek tertentu, maka yang diteliti adalah wujud
(bagaimana bentuk) gaya bahasa itu dan efek
apa yang ditimbulkan oleh penggunaannya.
 Tentu saja, efek itu berdasarkan situasi gaya itu
dalam karya sastra karena letak gaya dalam karya
sastra itu menentukan maknanya dan efeknya.
 Unsur karya sastra adalah unsur fungsional, maka
tiap-tiap unsur dalam karya sastra mempunyai
fungsi struktural sebagai pembentuk struktur
karya sastra.
 Karya sastra merupakan struktur tanda-tanda
yang bermakna.
 Begitu juga halnya gaya bahasa sebagai salah satu
unsur karya sastra mempunyai fungsi struktural.
 Oleh karena itu, gaya bahasa itu turut
menentukan makna karya sastra berdasarkan
fungsi strukturalnya.
GAYA BUNYI VIII
 Gaya bunyi meliputi penggunaan bunyi-bunyi
tertentu untuk mendapatkan efek tertentu,
yaitu efek estetis.
 Gaya bunyi berupa gaya ulangan bunyi:
asonansi, aliterasi, persajakan; sajak awal,
sajak akhir, sajak dalam, dan sajak tengah.
 Kombinasi pola-pola bunyi itu membuat sajak

menjadi merdu.
 Kombinasi bunyi yang merdu itu menimbulkan

bunyi musik yang merdu dalam karya sastra,


puisi pada khususnya.
 Bunyi musik atau orkestrasi itu dapat juga
terdapat dalam prosa.
 Orkestrasi yang berbunyi merdu disebut efoni

(euphony) dan yang tidak berbunyi merdu


(parau) disebut kakafoni (cacophony).
 Semuanya itu menimbulkan irama yang
menyebabkan karya sastra liris, yang
menimbulkan terjelmanya gambaran angan
dan memperjelas makna sajak.
 Disamping itu, untuk memperjelas arti
dipergunakan simbolik bunyi (klank
symboliek), metafora bunyi (klank metaphoor),
dan onomatope.
 Irama ada dua macam, metrum dan ritme.
 Metrum irama yang ajek (tetap) disebabkan

oleh penggunaan bunyi yang tetap karena


jumlah suku kata yang tetap dan polanya yang
ajek.
 Ritme ialah irama yang berdasarkan pergantian

bunyi berturut-turut yang tidak ajek, jumlah


suku katanya tidak tetap, hanya menjadi gema
perasaan pengarangnya.
 Ulangan bunyi itu pada umumnya berupa pola
persajakan, di antaranya: asonansi, aliterasi,
sajak awal, sajak akhir, sajak dalam, dan sajak
tengah.
 Ulangan bunyi tidak hanya terjadi pada puisi,

tetapi dapat juga pada prosa.


 Contoh ulangan bunyi pada prosa di antaranya

terdapat dalam cerpen Danarto “Armagedon”.


aliterasi
 Asonansi adalah ulangan bunyi vokal dalam
baris sajak yang berurutan
 berurutan : rima terbuka; runtun vokal.
 Assonantie (Belanda); vowel rhyme; assnance

(Inggris)
 Asonansi ini disamping untuk kemerduan dan

menimbulkan irama, juga untuk mengeraskan


arti kata-kata atau kalimat baris sajak atau
juga untuk membangkitkan suasana tertentu.
 Hal ini berhubungan dengan simbolik bunyi

atau lambang rasa .


Contoh:
Habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dulu (Padamu Jua, Amir Hamzah)

Baris pertama berisi asonansi /i/-/i/; dan baris


dua berisi asonansi :/a/-/a/
Timbul niat dalam kalbu
Terbang hujan, ungkai badai
Terendam karam
Runtuh ripuk tamanmu rampak
(Hamzah; Hanya Satu)

 Baris2 berisi asonansi a-a dan ai-ai. Baris 3:a-


a; baris 4: u-u; a-a.

 Biasanya asonansi dikombinasikan dengan


aliterasi seperti tampak dalam kutipan di atas.
Timbul niat dalam kalbu
Terbang hujan, ungkai badai
Terendam karam
Runtuh ripuk tamanmu rampak
(Hamzah; Hanya Satu)
 Aliterasi atau sajak rangka adalah ulangan
konsonan dalam baris sajak.
 Dalam baris satu ada aliterasi :L-L-L; dalam

baris 2 :n-n; baris 3: m-m; baris 4:r-r dan k-k


 “Tumbang bongkar pokok purba”:b-b dan p-p

serta r-r.
 “Teriak riuh redam terbelah”: aliterasi r-r

dikombinasikan: a-a
 Dengan kombinasi demikian, intensitas arti

menjadi bertambah.
 Sajak awal untuk membuat berirama, sajak
sering mempergunakan sajak (rima) awal,
seperti :
 Sajak awal adalah sajak yang berada di awal
baris-baris sajak.
 Lihat sajak Lukisan oleh”: J.E.Tatengkeng
Dalam bait pertama, sajak awal berupa
“musafir”--”mudik”;
Bait kedua: “terkatung-katung”--”tergantung-gantung”;
Bait ketiga: “penyelam”--”pemilik”;
Bait keempat: s--s: “sebegini--sukmaku”
Lukisan
oleh”: J.E.Tatengkeng
Musafir mudik menghilir’
Tak ketentuan tempat pergi’
Sedang tak ada tempat berdiri,

Pengembara
Laut dan udara,
Terkatung-katung di ombak rawan,
Tergantung-gantung di angan awan,
Penyelam
Pemilik alam
Haus dahaga akan kebenaran,
Kecewa melihat dunia keliaran,

Sebegini
Sukmaku seni
Merindu, mencara ketentuan hati,
Kebenaran, Damai dan kasih sejati
 persajakan
 Sajak akhir adalah pola persajakan (ulangan
suara) di akhir (tiap-tiap) baris.
 Dapat dikatakan sajak akhir ini yang paling
banyak dipergunakan dalam sajak untuk
mendapatkan:
efek estetis berupa hiasan,
penyangatan (intensitas) makna,
sering untuk pertentangan arti, dan
untuk menimbulkan irama yang menyebabkan liris
(pencurahan perasaan) ataupun
ekspresivitas.
 Pola sajak akhir ini paling bervariasi di antara
pola persajakan yang lain.
 Sajak akhir ada yang berpola tetap dan ada
yang berpola tidak tetap.
 Pada umumnya sajak Pujangga Baru berpola

sajak akhir yang tetap (dan simetris).


 Pada umumnya sajak-sajak “bebas” seperti
sajak-sajak angkatan 45 tidak berpola tetap,
yang dipentingkan adalah daya
ekspresivitasnya, bukan keindahan bentuk
visualnya seperti baris sajak Chairil Anwar
berikut.
Hampa
kepada Sri
Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak
Lurus kaku popohanan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti
Sepi
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencengkung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti
 Sajak akhir berikut berpola: a-a-a-a

Segala kupinta tiada kauberi


Segala kutanya tiada kausahuti
Butalah aku berdiri sendiri
Penuntun tiada memimpin jari
( Amir Hamzah: Insyaf )
Penerimaan
Chairil Anwar = a-a-a-a
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
 Sajak akhir berpola a-b-a-b
Serumpun Bambu
J.E. Tatengkeng
Serumpun bambu ditepi kolam,
Melambai caya, menjatuhkan bayang,
Dilengkung angin tunduk bermuram,
tak ketentuan daunnya melayang…

Dirumpun bambu kaki belukar,


menghintai pucuk terbungkus salut,
Kepada ibunya diminta kabar:
Konon dunia sudi menyambut?
Di pinggir kolam air beriak
Pucuk tanggalkan bungkus semula;
Di sisi ibunya beriang teriak:
Barulah pagi kan senjakala-

Syamsu menyingsing, hari pun petang,


Tunduklah bambu di pinggir kolam;
Setelah hari nasib ditentang:
“Ah”, apakah guna melihat alam?
Sajak Tengah
Sajak tengah adalah pola sajak ditengah baris
antara dua baris atau lebih. Pada umumnya
tengah terdapat di dalam pantun
Contoh:
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Tangan satu bilangan lima
Tangan dua bilangan sepuluh
Menanam aku biji delima
Gerang mengapa peria tumbuh
Subagia Sastrowardojo
Jangan bicara padaku dengan bahasa dunia
Aku dari sorga
Jangan sentuh tubuhku dengan tubuh berdosa
Aku dari surga
(Daerah Perbatasan:1982)
St. Takdir Alisjahbana
Dalam Gelombang
……………….
Di dalam suka di dalam duka
Waktu bahagia waktu merana
Masa tertawa masa kecewa
 KEPADA ANAKKU
Mengapa engkau gelak selalu
Mengapa bergurau tiada ingat
Pada muka tiada berkesan
Pada bicara tiada bergetar
Sajak dalam adalah sajak yang terdapat di
dalam satu baris. Gunanya untuk membuat
sajak berirama.
Chairil Anwar
CINTAKU JAUH DI PULAU
Perahu melancar, bulan memancar
….
Ajal bertahta, sambil berkata
….
Kalau ku mati, dia mati iseng sendiri
 Amir Hamzah
DOA POYANGKU
Poyangku rata meminta sama
Semoga sekali aku diberi
Memetik kecapi, kecapi firdusi
Menampar rebana, rebana swarga
 Gaya kiasan bunyi berupa onomatope,
metafora bunyi, dan simbolik bunyi.

A. Onomatope

 Onomatope adalah tiruan bunyi, efeknya


untuk mengkonkretkan gambaran angan.
 Peniruan bunyi ini hanya memberi sugesti
saja akan suara yang ditiru (ada peniruan)
Amir
Hamzah
KARENA KASIHMU
….
Sunyi sepi pitunang poyang
Tidak meretak dendang dambaku
Layang lagi tiada melangsing
Haram gemarencing genta rebana

Tak ada dewa di rawa-rawa ini


Hanya gagak yang mengakak malam hari
(sastrowardojo, Dewa Telah
Mati)
 Batu Belah (Amir Hamzah)
Dengar… dengar!
Dari jauh suara sayup
Mengalun sampai memecah sepi
Menyata rupa mengasing kata

Rang… rang… rangkup


Rang… rang… rangkup
Batu belah batu bertangkup
Ngeri berbunyi berganda kali
B. Metafora Bunyi

Metafora bunyi adalah hanya memberi sugesti saja akan


suara yang ditiru, tidak seperti bunyi yang
sesungguhnya.
Misalnya,
bunyi kuda: gedebuk-gedebuk dikiaskan
dengan bunyi :gdb-gdb-gdb. Seperti baris
sajak W.S. Rendra berikut.
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya
dipucuk-
pucuk para

mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok


yang
diburu

….
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba
(Ballada Terbunuhnya Atmo Karpo)
C. Simbolik Bunyi
 Simbolik bunyi (klanksymboliek) disebut juga

lambang rasa (Slamatmuljana).


 Simbolik bunyi ini bunyi untuk menyimbolkan

perasaan.
 Pada umumnya berupa kombinasi bunyi vokal.
 Bunyi vokal /i/, /e/ menimbulkan biasanya

dihubungkan dengan suasana hati yang riang.


 Bunyi /a/, /o/, /u/ bunyi berat melambangkan

perasaan sedih, susah, suasana murung, dan


muram.
ISA Chairil Anwar
kepada pemeluk teguh
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah

rubuh
patah

mendampar tanya: aku salah?

kulihat Tubuh mengucur darah


aku berkaca dalam darah
terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segera

mengatup luka
aku bersuka

Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah

 Kombinasi bunyi /a/,/o/,/u/ dalam sajak


Chairil melambangkan suasana yang sedih
pada penyaliban Isa.
Amir Hamzah HANYA SATU

Timbul niat dalam kalbumu;


Terban hujan, ungai badai
Terendam karam
Runtuh ripuk tamanmu rampak
Manusia kecil lintang pukang
Lari terbang jatuh duduk
Air naik tetap terus
Tumbang bongkar pokok purba

 Kombinasi /a/,/o/,/u/ selain mengiaskan


suasana yang menyedihkan, juga memberi
gambaran bunyi dasyat dan menakutkan dari
bunyi banjir besar pada zaman Nabi Nuh
 Merupakan kombinasi bunyi konsonan, vokal
yang berturut-turut: asonansi dan aliterasi,
pola sajak: awal,tengah, dalam, dan akhir
menimbulkan bunyi yang merdu dan berirama.
 Bunyi musik dalam karya sastra, puisi disebut

orkestrasi
d.1 Efoni
 Seperti:
 Kombinasi bunyi yang merdu disebut efoni.
 Kombinasi bunyi yang merdu biasanya dapat

membantu menimbulkan suasana yang


menyenangkan dan rasa kasih sayang.
 Bunyi merdu itu merupakan kombinasi bunyi
sengau: m,n,ng,ny;
 Bunyi bersuara (voiced) : b,d,g;
 Bunyi likuida: r, l
 Contoh lihat pada sajak berikut

ADA TILGRAM TIBA SENJA


(Ada tilgram tiba senja
Dari pusar kota yang yang gila
Disemat dada bunda).
(BUNDA, LETIHKU TANDAS KE TULANG
ANAKDA KENDALI PULANG)
Kapuk randu! Kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bemerkahan.
Dulu ketika pamit mengembara
kuberi ia kuda bapanya
berwarna sawo muda
cepat larinya
jauh perginya.
Dulu masanya rontok asam jawa
untuk apa kurontokkan airmata?
cepat larinya
jauh perginya
Lelaki yang kuat biarlah menuruti darahnya
menghujam ke rimba dan pusat kota.
Tinggal bunda di rumah menepuki dada
melepas hari tua, melepas doa-doa
cepat larinya
jauh perginya.
Elang yang gugur tergeletak
elang yang gugur terebah
satu harapku pada anak
ingatkan pulang pabila lelah.

Kecilnya dulu meremasi susuku


Kini letih pulang ke ibu
hatiku tersedu
hatiku tersedu
Bunga randu! Bunga randu!
anakku lanang kembali kupangku.
Darah, o, darah
ia pun lelah
dan mengerti artinya rumah.
Rumah mungil berjendela dua
serta bunga dibendulnya
bukankah itu mesra?

Ada podang pulang ke sarang


tembangnya panjang berulang-ulang
--Pulang ya pulang, hai petualang!

Ketapang. Ketapang yang kembang


berumpun di dekat perigi tua
anakku datang, anakku pulang
Kembali kucium, kembali kuriba.
 Orkestrasi bunyi yang merdu dalam sajak Rendra
tersebut dapat turut kuat menggambarkan rasa
kasih sayang si ibu yang mendapat tilgram dari
anak laki-lakinya yang menyatakan akan pulang,
 juga menggambarkan perasaan senang si ibu

tersebut, yang menceritakan perasaan


kegembiraannya kepada alam sekitarnya.
 Kombinasi bunyi yang tidak merdu, parau,
disebut kakafoni
 Kakafoni berupa bunyi tak bersuara (unvoiced)

berupa kombinasi bunyi k, p , t, s


 Contoh

Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk (Chairil “Doa”)
 SODOM DAN GOMORA
Tuhan
tertimbun
dibalik surat pajak
berita politik
pembagian untung
dan keluh tangga kurang air
Kita mengikut sebuah all-night ball
kertas berserak
terompet berteriak
muka pucat mengantuk
asap asbak menyaput mata.
tak terdengar pintu di ketuk
Kau?
Yippee!!
Rock-rock-rock.
Jam menunjukk tiga
 Kakafoni itu memberikan suasana yang kacau,
tidak menyenangkan seperti tampak dalam sajak
Chairil Anwar dan Sajak Subagio tersebut
 Dalam sajak Subagio kombinasi bunyi k, p, t, s

itu sangat dominan dan memuncak pada bait


kedua.
 Cari Puisi MANDARIN uraikan asonansinya
berserta aliterasi, sajak awal, tengah, akhir,
dalam. Analisis aspek bunyi dalam puisi.

Anda mungkin juga menyukai