Anda di halaman 1dari 8

FM-UAD-PBM-04-16/R1

NOVITA AULIA RAHMAH


2000025098 SASTRA INDONESIA

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TA 2020/2021


FAKULTAS SASTRA, BUDAYA, DAN KOMUNIKASI
Sastra
MATA KULIAH (sks) : Folklor PRODI :
Indonesia
Drs. Sujarwa,
DOSEN : KELAS/SEM : A,B,C/II
M.Hum

HARI/TANGGAL : Jumat/30 April 2021 RUANG : Virtual


JAM MULAI /
: 08.00 – 09.30 SIFAT UJIAN : Take home
WAKTU

PETUNJUK :
 Kerjakan semua soal dengan tepat sesuai dengan perintah soal!
 Jumlah soal terdiri dari 10 soal, yang masing-masing soalnya memuat bobot skor 10.
 Total skor 10 soal adalah 10 X 10 = 100.

SOAL

1. Apa yang dimaksud folklor ? Jelaskan berdasarkan asal-usul katanya dan contohnya!
 Folklor berasal dari bahasa Inggris, “folklore”. Folklore berasal dari dua kata, yaitu folk
dan lore. Menurut Alan Dundes, folk adalah sekelompok orang-orang yang
mempunyai ciri-ciri pengenal kebudayaan yang dapat membedakan dari kelompok
lain, sedangkan lore adalah tradisi dari folk, yaitu sebagai kebudayaannya yang
diwatriskan secara turun-temurun baik secara lisan maupun melalui suatu contoh
yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Jadi,
folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang berkembang (tersebar dan
diwariskan) diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang
berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun isyarat tanda. Taylor (Danandjaya, 2003:
31) mempertegas pendapat Alan Dundes bahwa folklor merupakan bahan-bahan
yang diwariskan dari tradisi melalui kata-kata dari mulut ke mulut maupun dari
praktik adat istiadat. Dengan demikian, pada dasarnya folklor merupakan wujud
kebudayaan yang diwariskan secara turun menurun.
 Jan Harold Brunvand membagi folklor menjadi tiga kategori, yaitu folklor lisan,
sebagian lisan, dan bukan lisan. Contoh folklor lisan, yaitu bahasa rakyat (bahasa
Jawa, Sunda, Bali, dll), cerita rakyat (Malin Kundang, Roro mendut, dll), teka-teki,
sajak atau puisi, syair, ungkapan tradisional seperti paribahasa dan sindiran, dan
nyanyian rakyat. Contoh folklor sebagian lisan, yaitu takhayul atau kepercayaan
rakyat, tarian rakyat (tari kecak, saman, jaipong, dll), pesta tradisional rakyat, adat
kebiasaan rakyat, teater rakyat, dan permainan rakyat. Contoh folklor bukan lisan,
yaitu arsitektur rumah, kerajinan tangan tradisional, makanan dan minuman khas,
senjata khas daerah, obat tradisional, dan pakaian tradisional rakyat.

2. Bagaimana pandangan Anda tentang pendapat Alan Dundes dan James Dananjaya
mengenai definisi folklor ? Jelaskan menurut pandangan masing-masing!
 Alan Dundes
Folk: sekelompok orang yg memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan,
sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok yang lain. Lore : tradisi folk, yaitu
sebagian kebudayaan yang diwariskan turun-temurun secara lisan, atau melalui suatu
contoh yang disertai dengan gerak isyarat, atau pembantu pengingat (mnemonic
device). Jadi, folklor adalah sebagian kebudayaan kolektif yang diwariskan turun-
temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat
atau pembantu pengingat (mnenomic device).
 James Dananjaya
Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan
secara turun-temurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam
versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan
gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).

Pendapat yang dikemukakan Alan Dundes dan James Dananjaya masih berada dalam
garis yang sama. Keduanya memaknai folklor sebagai kebudayaan yang bersifat
kolektif yang diwariskan secara turun-temurun dengan lisan atau pun contoh dan
isyarat. Istilah “mnenomic device” pun juga disebut oelh kedua tokoh tersebut.
mnenomic device adalah suatu alat atau cara untuk membantu mempermudah
seseorang menghafal atau mengingat sesuatu. Mnemonic device ini dapat berupa
kalimat (cerita dll) dan gambar atau visual.
Alan Dundes mengkaji folklor bertolak dari asal usul bahasa dan katanya. Ia
menyatakan bahwa folklor berasal dari kata folk dan lore. Kemudian, menganalisis
arti atau makna masing-masing kata. Berbeda dengan Alan Dundes, James Dananjaya
langsung memaknai folklor itu sebagai satu kesatuan bahasa yang bulat. Namun,
keduanya tetap mengarah pada definisi folklor yang sebenarnya. Jika kita simpulkan
pendapat keduanya, folklor adalah sebagian kebudayaan folk, di mana folk adalah
sekelompok orang yang memiliki ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan yang
membedakannya dengan kelompok/ kolektif lain. kebudayaan itu diwariskan secara
(tradisional) turun-temurun baik melalui lisan maupun suatu contoh yang disertai
gerak isyarat atau alat bantu pengingat (mnemonic device).
3. Objek folklor dapat didasarkan pada aspek apa saja ? Jelaskan dengan contohnya!
Dalam objek folklor, terdapat dua aspek atau sudut pandang.
 Ciri-ciri fisik
Ciri-ciri fisik adalah segala sesuatu yang mengacu pada penggolongan terhadap
perbedaan yang terletak pada fisik seseorang. Ciri fisik berhubungan dengan sifat
bawaan oleh ras. Contoh ciri-ciri fisik, yaitu warna kulit, warna rambut, warna lensa
mata, bentuk atau postur tubuh. Tingkat pendidikan seseorang juga termasuk dalam
ciri-ciri fisik. Melalui ciri fisik ini, dapat dikaji folklor suku tertentu seperti folklor
jawa, folklor dayak, folklor sunda, dll. Aspek ini lebih mendalami aspek folk daripada
lore-nya.
 Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Contoh kebudayaan, yaitu mata
pencaharian, keyakinan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan dalam lingkup alam,
dan sistem masyarakat atau organisasi sosial. Melalui aspek ini, dapat dikaji folklor
petani, folklor nelayan, folklor pedagang, dll. Aspek ini menitikberatkan pada lore
daripada folk-nya.

4. Bagaimana dengan objek folklor di Indonesia ? Jelaskan dengan katagorinya !


Objek folklor di Indonesia adalah semua folklor dari folk yang ada di Indonesia. Tanpa
batasan di mana folklor itu berkembang atau kolektif siapa yang mewariskannya. Objek
kajian folklor di Indonesia meliputi folklor yang berada di pusat maupun daerah, kota
maupun desa, keraton maupun kampung atau rakyat biasa, pribumi maupun keturunan
asing, warga negara Indonesia maupun asing asalkan mereka sadar akan indentitas
kelompoknya serta mengembangkan kebudayaannya (lore) di Indonesia. Contoh :
 Daerah (desa) : kepercayaan, arsitek rumah rakyat (rumah joglo, gadang), kerajinan
rakyat
 Keraton : pakaian kebesaran keraton, bahasa keraton, upacara adat, gelar,
 Kampong/ Rakyat biasa : bahasa rakyat, ungkapan tradisional (teka-teki, paribahasa),
puisi rakyat (pantun, gurindam, syair), arsitek rumah rakyat (rumah joglo, gadang)
 pribumi : dongeng, cerita rakyat, lagu rakyat ( lir-ilir, gambang suling), pakaian rakyat ,
arsitek rumah rakyat (rumah joglo, gadang), kepercayaan , pesta
 keturunan asing : arsitektur bangunan (rumah besar Belanda), ornament-ornamen
oriental (China), pakaian tradisional
 WNA : arsitektur bangunan (banguan belanda, masjid dengan asritektur negara2
timur tengah), pancatantra
5. Mengapa folklor sering kali disebut bersifat anonim, prologis, milik kolektif, dan polos?
Jelaskan dengan contoh!
 Anonim
Folklor bersifat anonym artinya pencipta dari folklor itu tidak diketahui. Pewarisan
(penyebaran) folklor lebih mengarah ke isi/substansinya dari pada siapa
pengarang/penciptanya. Contoh : prosa rakyat seperti dongeng, mitos, dan legenda
tidak pernah ada yang mencatut/menyebut siapa penulisnya. Hal ini juga berlaku
pada lagu tradisional, tarian tradisional, hingga bahasa atau dialek.
 Prologis
Folklor bersifat prologis artinya folklor mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai
dengan logika umum. Prologis biasanya berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.
Contohnya, kisah-kisah mistis dan ajaib dalm prosa rakyat yang tidak bisa dibenarkan
secara umum (pandangan umum). Kisah-kisah orang sakti (petapa) yang dapat
menghilang, terbang, atau hal ajaib lainnya, asal-usul terjadinya suatu daerah atau
peristiwa, dan takhayul-takhayul lainnya.
 Milik kolektif
Folklor adalah milik bersama (collective) dari kelompok atau kolektif tertentu. Karena
penciptanya tidak diketahui lagi, maka diakui milik bersama (merasa memiliki).
Contoh : folklor asal usul banyuwangi diakui oleh masyarakat jawa timur Karena telah
diwariskan dan berkembang di sana tanpa diketahui siapa penciptanya.
 Polos
Folklor biasanya bersifat polos dan lugu karena folklor merupakan hasil cipta karya
manusia dan merupakan manifesti kejujuran kehidupan. Karena polos dan lugunya,
folklor seringkali terlihat kasar dan terlalu spontan. Contoh : paribahasa Jawa,
“digedhogna dikuncenana wong mati mangsa wurunga” artinya dikurunglah di
rumah gedung dikunci, orang mati masakan urung. Kata mati mungkin bagi sebagian
daerah terlihat kasar (meninggal, wafat).

6. Mengapa folklor juga sering dikatakan bersifat lisan, tradisional, dan exis di dalam
masyarakatnya ? Jelaskan dengan contoh!
 Lisan
Folklor bersifat lisan karena proses penyebaran atau pewarisannya melalui tutur kata
dari mulut ke mulut atau disertai gerak isyarat dan alat bantu pengingat (mnemonic
device) dari satu generasi ke generasi berikutnya. Contoh : folklor cerita rakyat. Cerita
rakyat terus diceritakan atau dikisahkan dari generasi ke generasi berikutnya entah
itu sebagai saran hiburan atau pelestarian budaya. Ada pula yang menampilkan
teater atau drama cerita rakyat tersebut. lagu dan tarian rakyat juga turut
ditampilkan dari waktu ke waktu hingga dikenal oleh generasi (kolektif) sekarang.
 Tradisional
Folklor bersifat tradisional karena disebarkan dalam bentuk yang relative tetap atau
dalam bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam waktu yang
cukup lama (paling sedikit dua generasi). Contoh : lagu-lagu rakyat seperti Gambang
Suling, Lir-Ilir, Gundul-Gundul Pacul, Macapat, Desaku, dsb. Hingga saat ini masih
dinyanyikan/ dimainkan sesuai dengan awal penyebarannnya. Bahasa dan pakaian
rakyat pun masih tetap pada bentuk dasarnya hingga saat ini.
 Exis di dalam masyarakat
Folklor selalu ada (exis) di dalam masyarakat karena penyebarannya. Folklor yang
tersebar/berkembang pun banyak dijumpai variasinya. Hal ini disebabkan oleh
penyebarannya secara lisan sehingga mudah mengalami perubahan-perubahan.
Namun, perubahan folklor tersebut hanya terletak pada bagian luarnya saja,
sedangkan bentuk dasarnya tetap sama. Contohnya: gubahan pada lagu-lagu
tradisional seperti Gundul-Gundul Pacul (Jawa Tengah), Bungong Jumpa (Aceh),
Bubui Bulan (Jawa Barat), dsb, tetapi tetap dalam bentuk dasarnya (gubahan tidak
mengubah irama/nada/lirik lagu).

7. Mengapa bidang kajian folklor sering dibeda-bedakan menjadi tiga bidang kajian ?
Sebutkan dan jelaskan masing-masing!
Folklor yang hidup di masyarakat sangatlah beragam. Menurut bentukn dan cara
pewarisannya, terdapat folklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan. Folkore-folklor
tersebut perlu dikaji lebih dalam bagaimana folklor tersebut berkembang (lore) serta
kolektif-kolektif yang berperan di baliknya (folk). Pada dasarnya, para ahli
mengelompokan folk dan lore sendiri untuk dikaji lebih dalam. Terdapat tiga kajian, yaitu:
 Folklor humanitis
Folklor humanis adalah folkore yang berlatar belakang ilmu bahasa dan kesusastraan.
Folklor humanis bukan saja kesusastraan lisan (cerita rakyat, dll) , tetapi juga pola
kelakuan manusia (tari, bahasa, isyarat, dll) hingga hasil kelakuan berupa benda
material (arsitektur rakyat, mainan rakyat, pakaian rakyat). Folklor humanis juga lebih
menitikberatkan kajian pada lore daripada folk-nya.
 Folklor antropologis
Bertolak belakang dengan humanis, folklor antropologis adalag folklor yang belatar
belakang ilmu antropologi. Para ahli membatasi objek kajian pada unsur kebudayaan
yang bersifat lisan saja. Contohnya : prosa rakyat, teka-teki, paribahasa, syair rakyat,
dan lainnya. Kajian folk lebih diutamakan daripada lore-nya.
 Folklor modern
Folklor modern merupakan percampuran dari folklor humanis dan antropologis.
Objek kajiannya sangat luas, meliputi folklor lisan, pola kelakuan manusia serta hasil
kelakuannya dengan syarat folklor itu diwariskan melalui lisan atau dengan cara
peniruan. Folklor ini berlatar belakang pada ilmu-ilmu interdisipliner serta melibatkan
folk dan lore-nya. Contohnya : cerita rakyat, teka-teki, paribahasa, tarian, pakaian,
bahasa , arsitektur, dll.
8. Apa saja yang bisa dijadikan objek kajian folklor humanities ? Jelaskan!
Objek kajian folklor humanitis, yaitu :
 Kesusastraan lisan, meliputi cerita rakyat (legenda, mite, dongeng), puisi rakyat (syair,
gurindam, dan pantun), ungkapan tradisional (paribahasa, pepatah, teka-teki), dan
nyanyian rakyat.
 Pola kelakuan manusia, meliputi tarian rakyat, bahasa atau dialek, isyarat, seni
pertunjukan (wayang kulit),
 Hasil kelakuan, meliputi arsitektur rakyat, mainan rakyat (tradisional), pakaian rakyat,
 Lore : wujud kebudayaan kolektif yang diwariskan secara turun temurun baik lisan
maupun contoh atau alat bantu pengingat (mnemonic device).

9. Mengapa keberadaan folklor di masyarakat sering dipandang memiliki fungsi tertentu ?


Sebutkan dan jelaskan fungsi folklor tersebut bagi masyarakatnya!
 Sebagai sistem proyeksi (proyective system), yakni sebagai alat pencermin angan-
angan suatu kolektif. Folklor merupakan proyeksi masyarakat yang paling jujur.
Folklor merupakan wujud aspirasi kolektif tentertu. Folklor mengandung dan
mencerminkan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial, adab, serta hal-hal lain yang
berkaitan dan menjadi ciri suatu kolektif.
 Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga lembaga kebudayaan. Karena
mengandung nilai-nilai luhur dan budaya, folklor dapat dijadikan sebagai landasan
atau rujukan dalam pembuatan pranata-pranata. Wujud folklor sendiri adalah suatu
kebudayaan baik lisan, sebagian lisan, maupun bukan lisan. Dibentuklah suatu
lembaga kebudayaan sebagai sarana pewarisan, pelestarian, dan pengembangan
kebudayaan itu sendiri.
 Sebagai alat pendidikan (pedagogical device). Folklor mengandung nilai-nilai luhur
dan budaya yang dapat diambil untuk dijadikan bahan pembelajaran dalam
mengatasi masalah kehidupan sehari-hari. Folklor mnegandung pesan-pesan yang
hendak disampaikan lelehur atau pendahulu baik berupa makna dan fungsi, nilai dan
norma maupun kearifan lokal. Folklor sebagai alat pendidikan juga berfungsi untuk
mempermudah penyampaian informasi dari pendidik ke anak didik serta sebagai pelestarian
budaya.
 Sebagai Alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu
dipatuhi oleh anggota kolektifnya. Folklor mengandung nilai-nilai yang hendak
disampaikan oleh pendahulu suatu kolektif tertentu. Sebagai bagian dari suatu
kolektif, hal-hal mengenai norma-norma adalah hal yang mengikat individu dalam
setiap kolektif. Dengan adanya folklor, nilai dan norma tersebut akan senantiasa
hidup dan dipatuhi oleh kolektifnya.
 Mempertebal perasaan solidaritas kolektif. Folklor sebagai kebudayaan kolektif
tertentu adalah hal yang patut dijaga dan dilestarikan bersama (terutama oleh
kolektif tersebut). dalam pewarisanm pelestarian, dan pengembangannya akan
memupuk rasa memiliki bersama dan jiwa solidaritas tinggi.
 Sebagai alat yang menyenangkan dan memberi hiburan. Selain mengandung nilai-
nilai norma, folklor juga mengandung unsur hiburan, entak unsur jenaka, unsur
pentas, dll. cara pewarisannya pun dapat dijadika sebagai sarana hiburan seperti tari
daerah, pementasan prosa rakyat, lagu rakyat ,dll.

10. Buatlah contoh analisis terhadap salah satu folklor dengan cara pandang bidang kajian
folklor modern bertolak dari fungsinya!
 Objek kajian : Folklor lisan
 Judul folklor : Asal Usul Danau Toba
 Analisis fungsi :
a) Folk
 Kolektif menjadikan Danau Toba sebagai tempat wisata
 Koletif menjadikan Danau Toba sebagai sumber kehidupan
 Kolektif menjadikan Danau Toba sebagai tempat mata pencaharian
penduduk sekitar
 Penduduk sekitar (kolektif) mengadakan ritual atau sedekah Danau Toba
 Kepercayaan kolektif bahwa (takhayul) menangkap ikan berukuran besar
akan menimbulkan bencana. Hal ini dijadikan sebagai peringatan atau
peningkatan kewaspadaan
 Kolektif melarang siapa saja yang datang ke Danau Toba mengucapkan kata-
kata kasar/ sembarangan/tidak sopan dan larangan membuang sampah di
danau karena mengakibatkan penjaga Danau Toba murka (takhayul). Bentuk
kemurkaan dapat berupa ombak besar, kapal tenggelem, petani gagal panen,
hingga korban jiwa. Hal ini merupakan upaya kolektif dalam mengamalkan
nilai luhur atau adab sehingga senantiasa berkata baik dan menjaga
lingkungan
 Kolektif membatasi tempat-tempat sacral sekitar Danau Toba sebagai upaya
pelestarian/konservatif alam
b) Lore
 Memberikan pengajaran kepada generasi penerus agar menjadi orang yang
penyabar serta dapat menepati janji
 Mengandung nilai dan memberikan pengetahuan adab berbicara yang baik
(terhadap anak, istri, dan suami)
 Pelestarian bahasa batak
 Kekayaan kesusastraan daerah dan nasional
 Sebagai daya tarik orang asing (bukan kolektif) untuk mengunjungi Danau
Toba
Diverifikasi oleh : Disusun oleh :
Ketua Program Studi Penanggungjawab Keilmuan Dosen Pengampu

Intan Rawit Sapanti, S.Pd.,M.A Drs. Sujarwa, M.Hum. Drs. Sujarwa, M.Hum.

Anda mungkin juga menyukai