Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang Berdirinya Angkatan Poedjangga Baroe dan

Munculnya Semangat Nasionalisme Angkatan Poedjangga Baroe


Muhammad Rafli Chudori
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
raflic2005@gmail.com; untirta.ac.id

Abstrak – Ulasan kali ini mengulas tentang sejarah sastra generasi Poedjangga Baroe Ulasan ini bertujuan
untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi lahirnya sejarah sastra generasi Poedjangga Baroe dan
semangat nasionalisme pada masa itu. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan proses
pencarian data melalui internet untuk memperoleh informasi berdasarkan referensi online, jurnal, artikel
atau undang-undang yang berkaitan dengan topik penelitian. Ulasan ini kita telusuri bagaimana generasi
Poedjangga Baroe terbentuk dan bagaimana masyarakatnya menjaga rasa nasionalisme yang tinggi.
Penyair generasi baru merupakan bagian dari sejarah sastra Indonesia yang berbeda. Generasi penyair baru
muncul pada tahun 1930-an, segera setelah masa Balai Pustaka. Istilah Pujangga Baru berasal dari majalah
sastra dan budaya “Poedjangga Baroe” yang terbit pada tanggal 29 Juli 1933.

Kata kunci : Sejarah, Poedjangga, Baroe, Nasionalisme

Abstract – This review reviews the literary history of the Poedjangga Baroe generation This review aims to
find out what was behind the birth of the literary history of the Poedjangga Baroe generation and the spirit
of nationalism at that time, how it felt. The method used is the descriptive analysis with the process of
searching data through the internet to obtain information based on online references, journals, articles or
laws related to the research topic. This review explores how the Poedjangga Baroe generation was formed
and how its people maintained a high sense of nationalism. The new generation of poets is a distinct part of
Indonesian literary history. The new generation of poets emerged in the 1930s, immediately after the Balai
Pustaka period. The term Pujangga Baru comes from the literary and cultural magazine Poedjangga
Baroe, published on July 29, 1933.

Keywords : History, Poedjangga, Baroe, Nationalism

I. PENDAHULUAN diterbitkan. Majalah lain bernama Pudjangga Baru terbit


pada tahun 1948 hingga 1954.
Poedjangga Baroe (EYD: Pujangga Baru, ejaan Secara ideologis, majalah Poedjangga Baroe
Soewandi: Pudjangga Baru) adalah majalah perintis menganjurkan negara modern bersatu dalam satu
sastra Indonesia yang terbit pada Juli 1933 hingga bahasa, bahasa Indonesia. Namun, pandangan budaya
Februari 1942. Majalah ini didirikan oleh Armijn Pane, dan politik penulis membuat posisi majalah tersebut
Amir Hamzah dan Sutan Takdir Alisjahbana (STA). kurang stabil. Untuk menjamin netralitas politik,
Sejak awal abad ke-20, penduduk asli Hindia Poedjangga Baroe memuat tulisan-tulisan dari segala
Belanda mulai mengusung nasionalisme tinggi, yang jenis teori politik. Dalam debat budaya, majalah tersebut
tercermin dari terbitnya sejumlah terbitan nasionalis. memuat polemik yang kontras mengenai pentingnya
Armijn, Hamzah dan STA, tiga penulis asal Pulau budaya dan tradisi Barat bagi pembangunan terbaik
Sumatera, memulai proses pendirian majalah baru pada negara.
bulan September 1932. Mereka mengirimkan surat Dalam sembilan tahun penerbitannya, Poedjangga
kepada 40 penulis yang aktif di bagian sastra surat kabar Baroe menerbitkan 90 edisi, termasuk lebih dari tiga
Pandji Poestaka dan meminta mereka untuk menulis ratus puisi, lima drama, tiga kumpulan puisi, sebuah
lebih banyak, seperti sepuluh surat kepada raja yang novel, banyak esai dan beberapa cerita pendek. Publikasi
meminta dukungan. Setelah penandatanganan dengan tersebut, yang tidak pernah memiliki lebih dari 150
penerbit Belanda Kolff & Co. gagal terwujud, para langganan, mendapat sambutan yang beragam. Para
pendiri setuju untuk menerbitkan majalah mereka sendiri. sastrawan muda memujinya karena mencerminkan
Majalah yang dihasilkan, Poedjangga Baroe, terbit kondisi sosial politik saat itu, sedangkan kaum Melayu
pertama kali pada bulan Juli 1933. Pada masa tradisionalis menolak penggunaan bahasa tersebut karena
penerbitannya, majalah tersebut meliput kegiatan yang merusak karakter bahasa Melayu. Meski sebagian besar
semakin luas dan memuat lebih banyak artikel politik. karya-karya terbitannya sudah terlupakan, namun tema
Setelah Kekaisaran Jepang menduduki pulau-pulau dan gaya penulisan yang berlaku pada kurun waktu 1933
tersebut pada tahun 1942, majalah tersebut tidak lagi hingga 1942 menyebabkan era ini dijuluki sebagai
1
“generasi Poedjangga Baroe” pada masa belajar sastra sebanyak 50 surat dikirim, 40 diantaranya ditujukkan
Indonesia. kepada penulis dan sering diposting di “Memadjoekan
Sastera.” Armijn bertemu dengan STA dan Hamzah di
Batavia (sekarang Jakarta) pada Januari 1933.
II. METODE PENELITIAN
2. Nasionalime Pada Angkatan Poedjangga Baroe
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif Nasionalisme merupakan suatu paham yang
dengan menerapkan metode analisis deskriptif, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus
bertujuan untuk mendeskripsikan penelitian berdasarkan diserahkan kepada negara. Rasa nasionalisme terbentuk
data yang dianalisis. karena adanya persamaan nasib sehingga memunculkan
Teknik yang digunakan antara lain pengumpulan suatu perasaan untuk bersatu. Kejayaan dari masa silam
data dari peristiwa yang ada dan beberapa sumber juga merupakan salah satu faktor terbentuknya rasa
dokumenter. Penelitian ini juga berupaya mengumpulkan nasionalisme. Nasionalisme yang mulai berkembang dan
informasi untuk menjawab pertanyaan peneliti dengan ditekankan di nusantara yaitu nasionalisme kebudayaan.
memperhatikan aspek-aspek yang diperoleh dari Awal perkembangan nasionalisme di nusantara
sejumlah besar data penelitian, untuk dapat mengalami banyak perubahan.
menggambarkan suatu kondisi, peristiwa atau fenomena Pada permulaan adanya rasa nasionalisme, banyak
secara spesifik dan berurutan. partai politik yang mulai terbentuk akan tetapi semuanya
Peneitian ini juga menggunakan metode masih memiliki pemikiran yang berbeda-beda mengenai
pengumpulan data dengan Internet searching adalah nasionalisme.
proses pencarian data melalui media internet untuk Selain nasionalisme lewat partai politik,
memperoleh informasi berdasarkan referensi, jurnal, nasionalisme lewat bahasa pun mulai berkembang.
artikel ataupun perundang undangan secara online yang Adanya nasionalisme lewat bahasa ini sebagai akibat dari
berkaitan objek penelitian pelarangan pemakaian bahasa Belanda dari pemerintah
Belanda. Bahasa yang digunakan pada masa itu yaitu
bahasa Melayu yang nantinya berkembang menjadi
bahasa Indonesia. Meski pada awal pemakaiannya
III. HASIL DAN PEMBAHASAN banyak yang tidak mengerti akan tetapi perlahan-lahan
bahasa Melayu mulai digunakan karena bahasa ini tidak
1. Berdirinya Angkatan Poedjangga Baroe terikat suku maupun status. Nasionalisme ditahun 1930-
Penyair generasi baru merupakan bagian dari an ini masih menjadi suatu ruang diskusi dengan banyak
periodisasi sejarah sastra Indonesia. Generasi penyair gagasan dan jelas arahnya.
baru muncul pada tahun 1930-an, segera setelah masa Gerakan nasionalisme tahun dua puluhan memang
Balai Pustaka. Istilah Pujangga Baru berasal dari majalah berbeda dengan tahun tiga puluhan, pergerakan ditahun
sastra dan budaya “Poedjangga Baroe” yang terbit pada tiga puluhan bergerak dalam dewan perwakilan sehingga
tanggal 29 Juli 1933. Angkatan Pujangga Baru muncul terkesan tidak bisa dekat dengan rakyat hal ini juga
sebagai jawaban atas banyaknya tindakan sensor yang disebabkan banyaknya para pemimpin yang ditangkap.
dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya-karya para Pidato yang membakar sering membakar semangat
penulis tersebut. Banyak penulis penyair generasi baru persatuan pun sudah tidak ada lagi.
yang mahir dan banyak melakukan terobosan dalam
bidang sastra Indonesia. 3. Runtuhnya Angkatan Poedjangga Baroe
Nama dan karya para penulis Penyair Generasi Baru Poedjangga Baroe ditutup setelah pemerintahan
masih dikenang hingga saat ini. Sutan Takdir Alisjahbana Hindia Belanda runtuh pada Februari 1942. Ada tiga jilid
(STA), yang pernah menjadi pemimpin redaksi dalam edisi terakhir, yang mencakp waktu dari Desember
"Memadjoekan Sastera" (bagian sastra surat kabar Pandji 1941 hingga Februari 1942.
Poestaka) sejak didirikan pada bulan Maret 1932, Meskipun beberapa penulis menggunakan gaya
bertemu dengan Armijn Pane ketika penulis kelahiran bahasa yang sama, redaksi menyatakan bahwa mereka
Batak itu mengirimkan hadiah kepadanya. akan terus menulis dalam edisi ini selama kondisi
Mereka memutuskan untuk memulai majalah sastra memungkinkan. Sekitar 90 edisi telah diterbitkan hingga
bersama setelah beberapa waktu korespondensi. Majalah penutupan.
ini, yang kemudian diberi nama Poedjangga Baroe, yang Setelah Jepang menyerah dan hingga berakhirnya
bertujuan untuk menggunakan sastra untuk mendukung perang kemerdekaan Indonesia, STA membuat seri baru
nasionalisme dan kebudayaan modern, sesuatu yang dengan judul yang sama dari tahun 1948 hingga 1954.
belum pernah dilakukan di Nusantara pada saat itu. Penulis baru antara lain, Chairil Anwar, Achdat Karta
Para pendirinya, semuanya berasal dari Pulau Mihardja, dan Asrul Sani. Kemudian STA menerbitkan
Sumatera, melihat kurangnya interaksi antara penulis dan konfrontasi, yang diterbitkan dua bulanan dari tahun
penyair. Mereka juga setuju bahwa majalah harus 1954 hingga 1962.
independen untuk menghindari aturan kreatif yang
diterapkan oleh penerbit massal Hindia Belanda,
terutama Balai Pustaka. Pada bulan Oktober 1932,
Hamzah diminta untuk menulis surat kepada majalah
Poedjangga Baroe dan meminta kontribusi karya
2
IV. KESIMPULAN

Poedjangga Baroe adalah sebutan untuk generasi


sastra dari masa Hindia Belanda yang ditandai dengan
terbitnya majalah bernama Poedjangga Baroe, masa
perkembangan sastra di Hindia Belanda tidak hanya
dimulai pada golongan Balai Pustaka pada tahun 1920,
tetapi juga berkembang sebelum sastra Melayu-Tionghoa
yang “liar” ini. Angkatan Poedjangga Baroe didirikan
pada tahun 1933, ditandai dengan terbitnya Majalah
Poedjangga Baroe pada bulan Juli 1933. Majalah sastra
ini kemudian dianggap sebagai majalah sastra yang
inovatif dan eksperimental. Majalah sastra Poedjangga
Baroe terbit setiap bulan dan baru selesai terbit pada
tahun 1942.

Pada permulaan adanya rasa nasionalisme, banyak


partai politik yang mulai terbentuk akan tetapi semuanya
masih memiliki pemikiran yang berbeda-beda mengenai
nasionalisme. Selain nasionalisme lewat partai politik,
nasionalisme lewat bahasa pun mulai berkembang.
Adanya nasionalisme lewat bahasa ini sebagai akibat dari
pelarangan pemakaian bahasa Belanda dari pemerintah
Belanda. Bahasa yang digunakan pada masa itu yaitu
bahasa Melayu yang nantinya berkembang menjadi
bahasa Indonesia.
Poedjangga Baroe ditutup dengan runtuhnya
pemerintahan Hindia Belanda menyusul pendudukan
Jepang di Indonesia pada bulan Februari 1942. Edisi
terakhir terdiri dari tiga jilid dan mencakup periode
Desember 1941 hingga Februari 1942

V. DAFTAR PUSTAKA

Stekom. “Poedjangga Baroe” StekomEnsiklopedia.


https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Poedjangga_B
aroe ( 28 November 2023 pukul 10.56)
Sinarizqi, Bidari. “Pujangga Baru dalam Sejarah Sastra
Indonesia” Kompas.com
https://www.kompas.com/stori/read/
2022/06/04/160000179/angkatan-pujangga-baru-
dalam-sejarah-sastra-indonesia?page=all (28
November 2023 pukul 13.46)
Saroh, Siti. “Mengenal Tokoh-Tokoh Pujangga Baru dan
Karyanya” Gnews.id
https://www.g-news.id/mengenal-tokoh-tokoh-
pujangga-baru-dan-karyanya/ (28 November 2023
puku 14.09)
Suhartanti. “Perkembangan Majalah Poedjanggga Baroe
(1935-1941)”
Nilai-Nilai Nasionalisme Yang Termuat Dalam
Rubrikasi Majalah Poedjangga Baroe, 2017.

Anda mungkin juga menyukai