Anda di halaman 1dari 18

NASIONALISME DALAM CERPEN-CERPEN

MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT SEBELUM KEMERDEKAAN

NATIONALISM IN THE SHORT STORIES OF


PANJEBAR SEMANGAT MAGAZINE BEFORE INDEPENDENCE

Yulitin Sungkowati
Balai Bahasa Jawa Timur
Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia
Telepon (031) 8051756, Faksimile (031) 8051749
Pos-el: yulitins@yahoo.com

Naskah diterima: 3 November 2019; direvisi: 7 Desember 2019; disetujui: 17 Desember 2019

Permalink/DOI: 10.29255/aksara.v31i2.473.189-206

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengungkap dan memaparkan nasionalisme dalam cerpen-cerpen
majalah Panjebar Semangat dan kontribusi majalah Panjebar Semangat dalam perkembangan
nasionalisme di Indonesia. Penelitian ini menggunakan perspektif nasionalisme menurut
Ben Anderson dan Kahin dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sumber data
penelitian ini adalah majalah Panjebar Semangat tahun 1937—1940 dan terbitan perdana
tanggal 2 September 1933. Pengumpulan data dilakukan di kantor redaksi majalah Panjebar
Semangat, di Surabaya dengan metode dokumentasi yang ditopang dengan teknik baca,
simak, dan catat. Analisis data diawali dengan interpretasi nasionalisme dalam teks cerpen
dilanjutkan dengan membahas majalah Panjebar Semangat sebagai penerbit dan media
publikasinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa cerpen-cerpen majalah Panjebar Semangat
menokohkan pemuda-pemuda harapan bangsa yang aktif dalam pergerakan dan senantiasa
rela berkorban demi kemerdekaan dan kemuliaan bangsa. Majalah Panjebar Semangat
membawa semangat nasionalisme pada mayoritas rubriknya. Nasionalisme dalam majalah
Panjebar Semangat menggambarkan nasionalisme kultural dan nasionalisme politis.

Kata kunci: nasionalisme, Panjebar Semangat, nasionalisme kultural, nasionalisme politis

Abstract
This research aims to reveal and describe nationalism in the short stories of Panjebar
Semangat magazine and the Panjebar Semangat magazine contribution to the development
of nasionalism in Indonesia. This research uses the perspective of nationalism according to
Ben Anderson and Kahin by using sociology of literature approach. The data source of this
research was Panjebar Semangat magazine in 1937–1940 and it first issued on September
2nd 1933. Data collection was done at Panjebar Semangat editor’s office in Surabaya by
using documentation method supported by reading, listening and note taking techniques.
Data analysis was started with interpreting nationalism in the short story texts and then
discussed about Panjebar Semangat magazine as the publisher and publishing media.
The results showed that the short stories in Panjebar Semangat magazine decisived young
people, the hope of nation who active in the movement and always willing to sacrifice for

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 189
Nasionalisme dalam Cerpen-Cerpen Majalah Panjebar Semangat ... (Yulitin Sungkowati) Halaman 189 — 206

the independence and glory of the nation. Panjebar Semangat magazine brought the spirit of
nationalism to the majority of its rubrics. Nationalism in the Panjebar Semangat magazine
illustrated cultural nationalism and political nationalism.

Keywords: nationalism, Panjebar Semangat, cultural nationalism, political nationalism

How to cite: Sungkowati, Y. (2019). Nasionalisme dalam Cerpen-Cerpen Majalah Panjebar Semangat
Sebelum Kemerdekaan. Aksara, 31(2), (DOI: 10.29255/aksara.v31i2.473.189-206).

PENDAHULUAN sastra Jawa, terutama sastra Jawa yang ada


Pada awal-awal kebangkitan nasional, karya di majalah Panjebar Semangat (selanjutnya
sastra menjadi sarana untuk membangkitkan disingkat PS).
semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan rasa Tiga peneliti yang mengkaji sastra Jawa
nasionalisme agar dapat keluar dari belenggu modern sebelum perang secara umum, Rass
penjajah. Para pejuang kemerdekaan dan tokoh- (1985), Widati-Pradopo et al. (1985), dan
tokoh pergerakan secara sadar menggunakan Mardianto et al. (1996) mengemukakan bahwa
karya sastra sebagai media perjuangan untuk nasionalisme merupakan salah satu tema yang
menggerakan masyarakat agar menyadari diusung oleh para pengarang. Akan tetapi,
ketertindasannya. Soekarno, Moh. Hatta, penelitian tersebut hanya bertumpu pada
Sutan Syahrir, dan Natsir adalah tokoh-tokoh karya sastra tanpa melihat media penerbitnya.
pejuang yang akrab dengan kesusasteraan. Para Sungkowati (2010) meneliti latar cerpen PS
sastrawan pun terlibat nyata dalam berbagai periode 2000–2010 tanpa mengkaitkannya
pergerakan pemuda pada masanya, seperti Amir dengan PS dan tidak membicarakan
Hamzah dan Moh. Yamin (Latif, 2009). Karya nasionalisme.
sastra angkatan Pujangga Baru yang dimotori Panjebar Semangat (selanjutnya PS)
oleh Sutan Takdir Alisyahbana membawa adalah majalah mingguan berbahasa Jawa yang
semangat kebangsaan dan cinta tanah air yang didirikan oleh dokter Soetomo sebagai media
mengarah pada cita-cita kemerdekaan baik untuk menyebarluaskan ide-ide kebangsaan dan
dalam puisi, prosa maupun drama (Jassin, 1987, semangat nasionalisme di kalangan masyarakat
hlm. 5-6). Jawa yang kala itu mayoritas tinggal di pe­
Nasionalisme sebagaimana telah di­ desaan dan belum menguasai bahasa Melayu.
sebutkan lebih banyak dikaji kehadirannya Dokter Soetomo adalah pendiri Boedi Oetomo,
dalam sastra Indonesia, seperti dilakukan, sebuah organisasi modern pertama yang lahir
antara lain oleh Keith Foulcher (1991), di Indonesia dan hari lahirnya ditetapkan
Faruk (1994), Hilmar Farid (1994), Ahmad sebagai hari Kebangkitan Nasional. Ada
Sahal (1994), Aprinus Salam (2003), dan sebagian kalangan yang menganggap bahwa
Dad Murniah (2017). Padahal, sebelum nasionalisme yang diusung oleh Boedi Oetomo
kemerdekaan sastra yang berkembang bukan adalah nasionalisme Jawa, tetapi dengan
hanya sastra Melayu (baca Indonesia) yang ditetapkannya sebagai hari Kebangkitan
ditulis oleh pengarang-pengarang dari Sumatra, Nasional menunjukan sebuah pengakuan
tetapi juga sastra daerah, salah satunya adalah bahwa Boedi Oetomo bukan pergerakan untuk

190 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 189 — 206 (Yulitin Sungkowati) Nationalism in the Short Stories of Panjebar Semangat Magazine ...

masyarakat Jawa saja. merupakan media berbahasa Jawa yang pertama


Pada tajuk rencana berjudul “Toedjoean kali memuat genre prosa berbentuk cerita
lan Kekarepan” terbitan perdana majalah PS pendek dengan menggunakan istilah cerkak
dokter Soetomo menulis alasan mengapa ’cerpen’ dan mengenalkan cerita pendek pada
majalah yang didirikannya berbahasa Jawa dunia sastra Jawa modern.
sebagai berikut. Penelitian tentang nasionalisme dalam
majalah PS ini penting dilakukan mengingat
Kliru banget yen wong duwe pangira-ira
bahwa majalah PS pada masanya merupakan
sarana metune surat kabar basa Jawa iki
kita bakal misah-misahake ing antarane majalah yang sangat gencar menyebarluaskan
bangsa kita kang nganggo basa Jawa lan ide-ide nasionalisme hingga disebut sebagai
basa liyane, sarta kliru banget yen wong majalah agitatif dan pers perjuangan. Majalah
duwe panyana-nyana kita nduweni tujuwan
PS juga merupakan majalah yang diterbitkan
kang provincialistich. Iku babar pisan ora.
Kita nyebarake semangat marang kadang- oleh kaum pribumi swasta yang memiliki
kadangku ing lapisan ngisor, supaya sarana corak berbeda dari penerbit Balai Pustaka yang
kesadharane ing tembe bisa-a kumpul karo berada di bawah kontrol pemerintah kolonial
sedulur-sedulur dhewe bebarengan nggayuh
(Widati, 2001). Di bawah kepemimpinan
kekarepan kang luhur…
dokter Soetomo dan Imam Supardi, majalah PS
Terjemahan menjadi majalah berbahasa Jawa yang paling
berpengaruh pada masa sebelum kemerdekaan,
Sangat keliru bila orang mengira bahwa
khususnya di Pulau Jawa sebagai pusat
terbitnya surat kabar berbahasa Jawa ini
akan memisahkan antara bangsa kita yang pergerakan nasional.
menggunakan bahasa Jawa dan bahasa lainnya, Berdasar latar belakang tersebut, masalah
serta sangat keliru bila orang berpendapat kita yang dibahas dalam penelitian ini adalah
mempunyai tujuan yang provincialistich.
bagaimanakah (1) nasionalisme dalam cerpen-
Sama sekali tidak. Kita menyebarkan semangat
kepada saudara-saudara di lapisan bawah, cerpen majalah PS dan (2) bagaimana kontribusi
dengan harapan dengan kesadaran mereka majalah PS dalam perkembangan nasionalisme
sendiri nantinya bisa berkumpul dengan sanak di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah
kerabatnya untuk bersama-sama mewujudkan
untuk (1) mengungkap dan menjelaskan
keinginan yang luhur (Suprawoto, 2004, hlm.
51—52). nasionalisme dalam cerpen-cerpen majalah PS
serta kontribusi sastra daerah (khususnya cerpen
Pada bagian lain editorial, dokter Soetomo Jawa) dan (2) menjelaskan kontribusi majalah
mengatakan bahwa masyarakat yang belum PS terhadap perkembangan nasionalisme
dapat berbahasa Indonesia dan masih tinggal dalam masyarakat Jawa sebagai bagian dari
di desa-desa juga perlu diberi penerangan dan bangsa Indonesia. Manfaat yang diharapkan
pendidikan agar mau berkecimpung dalam dari penelitian ini adalah ada perhatian yang
dunia pergerakan (Suprawoto, 2004, hlm. 51). lebih baik dari para penentu kebijakan supaya
Tajuk rencana atau editorial ini merupakan majalah PS dan karya sastra Jawa khususnya
garis kebijakan dan visi/misi PS yang menjiwai dan sastra daerah umumnya dapat hidup terus,
tulisan-tulisan di dalamnya, salah satunya bahkan lebih berkembang pada masa yang akan
adalah karya sastra. Panjebar Semangat datang.

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 191
Nasionalisme dalam Cerpen-Cerpen Majalah Panjebar Semangat ... (Yulitin Sungkowati) Halaman 189 — 206

Untuk membahas masalah nasionalisme, buku-buku merupakan salah satu pendorong


peneliti menggunakan konsep nasionalisme lahirnya nasionalisme karena media mampu
Ben Anderson dan Kahin, sedangkan untuk menyebarluaskan informasi dan pemikiran-
membahas sastra dan penerbit digunakan pemikiran yang dapat mengubah mental
pendekatan sosiologi sastra khususnya teori seseorang yang membacanya. Penyebarluasan
mikro dan makro sastra dari Roland Tanaka nasionalisme melalui media massa juga sangat
(1976) serta elemen-elemen sastra dari Robert efektif karena media massa cetak juga bisa
Escarpit (2008). Buku Imagined Communities muncul dalam bahasa-bahasa lokal atau daerah
(Anderson, 2008) memaparkan konsep sehingga memungkinkan menjangkau pembaca
dan teori nasionalisme. Konsep dan teori yang sangat luas. Dengan demikian, orang-
nasionalisme Benedict Anderson itu didasarkan orang yang saling berjauhan dan tidak terhubung
atas pengalaman dan pengamatannya selama secara fisik dapat memiliki kemampuan untuk
tinggal di Jawa dan wilayah Asia Tenggara membayangkan atau mengimajinasikan sebuah
umumnya. Dari pengamatannya terhadap komunitas bersama melalui media yang mereka
kehidupan masyarakat di wilayah itu, Benedict baca (Anderson, 2008).
Anderson melihat bagaimana orang-orang yang Menurut Kahin (2013, hlm. 91), sebelum
sesungguhnya tidak saling mengenal dapat tahun 1942, nasionalisme Indonesia lebih
merasa saling terkait dan memiliki perasaan menekankan nasionalisme kultural daripada
yang sama sebagai sebuah komunitas yang politik meskipun nuansa politik juga sering
disebut bangsa atau nation. Fenomena itu kali muncul. Pendidikan menjadi faktor
menjadi salah satu yang melahirkan pemikiran yang sangat penting dalam masa tumbuhnya
tentang konsep nation atau bangsa sebagai gerakan nasionalisme dan usaha yang sangat
komunitas yang terbayangkan. Anggota yang penting dilakukan oleh R.A. Kartini dengan
paling kecil dari komunitas itu pun mungkin mendirikan sekolah pada tahun 1902 untuk
tidak saling kenal, tidak akan atau tidak anak-anak perempuan. Melalui pendidikan
pernah bertemu, dan mungkin pula tidak saling itu, R.A. Kartini mendorong para perempuan
mendengar, tetapi di dalam benak mereka untuk berperan penting dalam gerakan
ada sebuah bayangan tentang kebersamaan. nasionalisme kultural secara keseluruhan.
Terkait dengan kata nation adalah nasionalitas Gerakan nasionalisme kultural selanjutnya
dan nasionalisme. Nasionalitas mengandung mewujud dalam wadah yang lebih terorganisasi
arti kebangsaan, sedangkan nasionalisme pada kurun waktu 1906-1908 atas upaya RM.
adalah paham kebangsaan. Nasionalisme Wahidin Soediro Hoesodo yang berusaha
membutuhkan pengorbanan seseorang, bukan mengangkat martabat orang Jawa melalui
justru mengorbankan orang lain (Anderson, pendidikan barat dan warisan budaya Jawa.
2008). Berkat kerja keras R. Soetomo dan Raden
Nasionalisme bukanlah sesuatu yang Goenawan Mangoenkoesoemo, upaya Wahidin
given ‘terberi’ sejak seseorang lahir, melainkan Soediro Hoesodo berhasil dengan berdirinya
tumbuh secara alamiah dalam diri seseorang organisasi modern pertama bernama Boedi
melalui sebuah proses dalam kehidupannya. Oetomo (2013, hlm. 91).
Media cetak seperti surat kabar, majalah, dan Sastra merupakan sebuah sistem, yaitu

192 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 189 — 206 (Yulitin Sungkowati) Nationalism in the Short Stories of Panjebar Semangat Magazine ...

sistem sastra, yang terdiri atas berbagaidisingkat PS) pada masa sebelum kemerdekaan
yang arsip dokumennya masih tersimpan
subsistem, seperti pengarang, karya, penerbit,
di kantor redaksi, yaitu tahun 1937-1940
dan pembaca. Menurut Tanaka (1976, hlm. 1),
ditambah satu terbitan perdana tanggal 2
karya sastra dapat dilihat dari dua arah, yaitu
September 1933 (masih berupa lembaran
dari dalam (mikro sastra) dan dari luar (makro
Koran 4 halaman sebagai sisipan koran
sastra). Dalam perspektif mikro sastra, sastra
Djawa Oemoem). Karya sastra yang dijadikan
dipandang sebagai subjek diri sendiri yang
sampel data penelitian ini dipilih berdasarkan
spesifik, sedangkan dalam perspektif makro
kesesuaian dengan masalah yang menjadi
sastra, sastra dipandang sebagai sistem yang luas
fokus penelitian yaitu tentang nasionalisme.
yang terbangun oleh sejumlah elemen. Sastra
Oleh karena itu, pemilihan sampelnya adalah
tidak hanya dapat ditinjau dari elemen-elemen
sampel bertujuan atau purposive sampling,
dalamnya (mikro) saja sebagai karya imajinatif
bukan sampel yang dipilih secara acak.
yang menggunakan media bahasa. Sastra juga
dapat ditinjau dari elemen-elemen luarnyaPengumpulan data dilakukan dengan metode
dokumentasi yang ditopang dengan teknik
(makro) terkait dengan pengarang, penerbit,
pengayom, dan sebagainya. Penerbit akan baca, simak, dan catat. Pengambilan data
menghubungkan individu dengan masyarakat.dilakukan di kantor majalah PS, Jalan GNI 87,
Bubutan, Surabaya, pada tanggal 20--30 Maret
Berkaitan dengan sastra sebagai sistem,
2018. Karena arsip majalah sudah agak lapuk,
Escarpit (2008, hlm. 69--74) juga mengatakan
peneliti melakukan pemotretan tiap halaman
bahwa semua fakta sastra menyiratkan adanya
majalah yang dijadikan sampel secara hati-hati.
penulis, buku, dan pembaca atau pengarang,
Keseluruhan data yang terjangkau tetap dicatat
karya, dan publikasi. Penerbitan merupakan
kasus yang unik karena sebagai jembatan pada kartu data. Sumber data sekunder berupa
penghubung antara pengarang dan pembaca, dokumen-dokumen terkait sejarah nasional
penerbitanlah yang mengantarkan suatu Indonesia, tulisan-tulisan tentang nasionalisme,
dan sejarah pers, baik berupa buku, jurnal,
karya individual ke dalam kehidupan publik.
Kegiatan penerbit dapat dirangkum dalam majalah, surat kabar maupun foto.
tiga kata kerja, yaitu memilih, membuat, dan Majalah PS sebelum kemerdekaan yang
membagikan. Dalam proses seleksi, editor terdapat di kantor redaksi sudah tidak lengkap.
sudah membayangkan siapa calon publiknya Data majalah yang ada hanya tahun 1937,
1938, 1939, dan 1940. Tahun 1942-1945,
atau calon pembacanya dan dari itulah editor
PS dibreidel oleh militer Jepang pada masa
akan memilih tulisan yang paling sesuai untuk
konsumsi pembacanya. Penerbitan memiliki pendudukan. Majalah pada edisi pertama terbit
masih tersimpan dalam pigura dan di pajang
peran yang sangat penting dalam sistem sastra
di dinding. Setelah edisi pertama hingga akhir
karena ia yang memilih dan menentukan materi
yang akan diterbitkannya. 1936 sudah tidak ada dokumen majalahnya.
Data cerpen yang dijadikan sampel adalah
METODE sebagai berikut. “Koerbaning Dharah Moedha:
Sumber data primer penelitian ini adalah Salin Djaman Salin Dalan” (karya Pak Domo,
majalah Panjebar Semangat (selanjutnya 4 Juni 1938), “Netepi Koewadjiban: Ninggal

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 193
Nasionalisme dalam Cerpen-Cerpen Majalah Panjebar Semangat ... (Yulitin Sungkowati) Halaman 189 — 206

Ming Kadradjatan” (Karya Kroetjoek Koedjor, memuatnya. Oleh karena itu, pembahasan
16 Juli 1938), “Djer Basoeki Mawa Beja: Tali antara karya sastra, khususnya cerpen, tidak
Doek Ttali Lajangan, Awak Sitoek Ilang- dapat dilepaskan dari kerangka pembicaraan
Ilangan” (karya Rara Temon, 3 September tentang PS.
1938), “Studie-Fonds: Meneng Anteng
Nanging Midreng” (karya Daddy, 30 April HASIL DAN PEMBAHASAN
1938), “Ora Njana Djeboel si Kae: Rekane Nasionalisme dalam Cerpen-Cerpen
Ndjadjagi Atine Wong lija” (Karya Kelana Panjaber Semangat
Djaja, 22 Juli 1939), “Eman-Eman jen Eman Cerpen merupakan genre prosa yang paling
Ora Keduman” (Karya Daddy, 24 September banyak dan selalu terbit setiap minggunya di
1938), “Poetra Indonesia: Tresna Bangsa Adja majalah Panjebar Semangat (selanjutnya PS).
Gething Bangsa lija” (Karya Loem Min Noe, Dari tahun 1937 sampai dengan tahun 1940,
11 Maret 1939), “Idham-Idhamane Pemoedha: berdasar majalah PS yang ada ditemukan
Dajane Semangat kang Noenggal” (karya 133 cerita pendek. Dari 133 cerita pendek
Iboe, 23 Januari 1937), “Dajaning Sambang yang terjangkau tersebut, 80% cerpen
Sarawoengan” (karya Bambang Soemantri, No. menghadirkan tokoh pemuda dan pemudi
31/V, 2 April 1938 dan No. 32/V, 9 April 1938), yang berkecimpung dalam dunia pergerakan
“Nelad Lelaboehane R.A. Kartini Ndhidhik untuk kemajuan bangsa dan latarnya merupakan
Botjah-Botjah Wadon” (karya J.de O’Hsam, latar dengan suasana zaman pergerakan.
21 April 1940), “Ing Paleremaning Panoentoen Ceritanya menggambarkan percintaan atau
Agoeng: Dosamu Tak Ngapoera” (Kara ING, 2 perkawinan, tetapi dalam semangat pergerakan
November 1940), “Wanita Prasadja: Kawawa dan perubahan menyongsong persatuan bangsa
Moengkasi Kerdja” (karya Pangripta, 9 Juli Indonesia karena latarnya adalah masa-masa
1938), “Kleroe? Kasetyaning Pemoedha” pergerakan. Oleh karena itulah, tokoh-tokoh
(1938), dan “Koerbaning Dharah Moedha: yang dihadirkan adalah tokoh-tokoh muda
Salin Djaman Salin Dalan” (karya Pak Domo, yang terlibat dalam dunia pergerakan atau
4 Juni 1938). tokoh-tokoh yang memiliki cita-cita ingin
Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan turut memajukan bangsanya. Tergambar secara
identifikasi, klasifikasi, dan divaliditasi dengan jelas, tokoh-tokoh pemuda atau pemudi yang
data-data penelitian sebelumnya dan dengan staf dihadirkan dalam cerpen-cerpen PS pada tahun-
redaksi majalah PS yang dipandang mengetahui tahun tersebut berkecimpung dalam dunia
data-data tersebut sebagai pembanding. pergerakan, khususnya menjadi anggota atau
Pembahasan dimulai dengan melihat majalah pengurus Parindra (Partai Indonesia Raya),
PS secara umum, baik dari sejarah, pengelolaan, sebuah organisasi pergerakan yang didirikan
dan rubrik-rubrik yang dihadirkan. Pembahasan oleh dokter Soetomo, yang juga pendiri Boedi
selanjutnya dikhususkan pada cerita pendek Oetomo serta pendiri dan sekaligus redaktur
yang mengandung dan menggambarkan majalah PS.
nasionalisme. Analisis terhadap nasionalisme Cerpen-cerpen dalam PS yang menokohkan
dalam cerpen-cerpen PS ditempatkan dalam pemuda-pemudi pergerakan dan mengusung
bingkai majalah PS sebagai media yang nasionalisme membuktikan konsep Ben

194 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 189 — 206 (Yulitin Sungkowati) Nationalism in the Short Stories of Panjebar Semangat Magazine ...

Anderson bahwa nasionalisme bukanlah bangsanya melalui pergerakan partai. Gunawan


warisan masa lalu, tetapi merupakan suatu bekerja di maskapai perdagangan Italia dan
yang mengalir dalam darah dan daging, suatu menjadi tulang punggung keluarga. Di samping
kerja bersama untuk masa kini dan masa bekerja, Gunawan aktif dalam kegiatan partai.
depan. Cerpen-cerpen dalam majalah PS adalah Pimpinan maskapai menyarankan Gunawan
cerpen-cerpen berbahasa Jawa yang ditulis untuk memilih antara pekerjaan dan partai.
oleh pengarang-pengarang dari etnis Jawa Kalau tetap terlibat dalam partai, Gunawan
dan mengungkapkan latar budaya Jawa, tetapi disarankan untuk keluar dari pekerjaannya.
komunitas bersama yang dibayangkan dalam Akan tetapi, Gunawan menolak untuk keluar
cerpen-cerpen mereka bukanlah “nasionalisme sehingga akhirnya dikeluarkan oleh maskapai.
Jawa” seperti anggapan yang sering diberikan Dengan keluarnya Gunawan dari pekerjaan,
pada organisasi Boedi Oetomo. Mengapa bahasa ekonomi keluarganya berantakan dan ayahnya
yang digunakan bukan bahasa Indonesia? sakit-sakitan. Gunawan pindah ke Bandung
Sebagaimana telah dikemukakan se­ mendirikan surat kabar. Surat kabarnya memuat
belumnya pada subbab gambaran tentang artikel-artikel yang terlalu keras mengritik
majalah PS bahwa penggunaan bahasa Jawa pemerintah kolonial sehingga Gunawan
oleh majalah PS dikarenakan pembacanya dipenjara. Ayahnya meninggal saat Gunawan
mayoritas orang Jawa yang kala itu belum masih di penjara. Keluar dari penjara, Gunawan
menguasai bahasa Melayu (Indonesia) sehingga masuk Partai Parindra. Gunawan menganggap
salah satu jalan untuk membuat masyarakat bahwa dikeluarkannya dirinya dari maskapai
Jawa memahami gagasan-gagasan kebangsaan adalah sebuah risiko perjuangan. Dalam cerpen
dan kesatuan sebagai satu bangsa Indonesia ini tergambar sebuah pesan bahwa untuk
adalah melalui bahasa Jawa. bangsa Indonesia yang lembut dan berbudi
Tokoh Gunawan dalam cerpen “Koerbaning luhur tidak cocok gerakan yang revolusioner.
Dharah Moedha: Salin Djaman Salin Dalan” Parindra merupakan organisasi pergerakan
(1938), Prajitno dalam cerpen “Kleroe? yang mengedepankan nasionalisme kultural
Kasetyaning Pemoedha” (1938), Moestadjab daripada politik.
dalam cerpen “Netepi Koewadjiban: Ninggal
Jen ora dilakoni mangsa bisa tekan nggon
Ming Kadradjatan (1938), dan Soemardi dalam
mangsa. Karo wes ra pantes nek mung ngoeler
cerpen “Djer Basoeki Mawa Bea” (1938) kambang wae. Moelane ja aku kabeh isih
memperlihatkan nasionalismenya dengan sikap nandhang ngrekasa kaya ngene lha wong
rela berkorban dan siap menanggung risiko dari isine kolot sing isih ngegoerakake kamoektene
ora ilang-ilang. Bapak ora mireng tembung
pilihan sikapnya untuk membantu memajukan
pemoedha harapan bangsa. Ja bangsaning
bangsanya. nom-noman kaya akoe iki sing koedoe
Dalam cerpen “Koerbaning Dharah tanggoeng jawab toemrap noesa lan bangsa.
Moedha: Salin Djaman Salin Dalan” (karya Parindra, partai rakyat kang dadi pangarep-
arepkoe loewih dhisik manoenggale kabangsan
Pak Domo, 4 Juni 1938), tokoh Gunawan rela
kita dadi sidji, ping pindhone sampoerna
berkorban dikeluarkan dari maskapai dagang energine. Jaikoe dedalan kanggo nggayoeh
tempatnya bekerja demi mempertahankan kamoeljan-kasampoernan-lan karahardjaning
prinsipnya berjuang untuk memajukan noesa lan bangsaku Indonesia.

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 195
Nasionalisme dalam Cerpen-Cerpen Majalah Panjebar Semangat ... (Yulitin Sungkowati) Halaman 189 — 206

Terjemahan terdidik dan punya rasa solidaritas yang


tinggi. Akan tetapi, Soelastri menolak dengan
Jika tidak dijalani apakah mungkin tiba pada
alasan adat istiadat orang tuanya masih kolot,
tujuan. Lagi pula tidak pantas lagi jika hanya
menunggu saja. Makanya kita semua masih tidak membolehkan perempuan aktif dalam
merasakan sengsara seperti ini karena isinya pergerakan bercampur dengan kaum laki-laki.
orang kolot, yang hanya mengandalkan Soejatno kembali berpidato tentang perubahan
kebersilannya, tidak hilang-hilang. Bapak
zaman bahwasannya zaman telah berubah dan
tidak mendengar pemuda harapan bangsa.
Yaitu para pemuda seperti saya ini yang harus siapa pun yang sadar akan garis kebangsaan
bertanggung jawa pada bangsa dan negara. harus menerima perubahan zaman dan mau
Parindra, partai rakyat yang menjadi harapanku berjuang.
lebih mendahulukan menyatukan bangsa
kita menjadi satu, yang kedua sempurna Mila saking poenika, kita soewoen soepadosa
energinya. Yaitu jalan untuk meraih kemuliaan, pandjenengan ingkang sampun insyaf dhateng
kesempurnaa, dan kemakmuran nusa dan garis kebangsan lan mangertos dhateng ewah
bangsaku Indonesia. mosiking zaman nuntun para putri-putri
ingkang taksih dipun belenggoe djamanipun
Pada kutipan data tersebut tampak bahwa ingkang menging poetry-poetri mlebet dhateng
nasionalisme Gunawan bukanlah nasionalisme perkoempoelan, medahaken mergi ingkang
padhang ingkang badhe saha kekatoedhohaken
Jawa, melainkan nasionalisme Indonesia.
dhateng kamoeljan mandjengaken bangsa
Dalam konteks cerpen itu, keinginan Gunawan saha tanah Indonesia.
lewat Parindra adalah mempersatukan bangsa
Indonesia (meskipun pada saat itu Negara Terjemahan
Indonesia secara politik belum ada), bukan
Maka dari itu, kita minta supaya mereka
bangsa Jawa. Pemuda Jawa seperti Gunawan yang sudah insyaf pada garis kebangsaan dan
sudah membayangkan sebuah komunitas mengerti perubahan zaman menuntun para
Indonesia bersama dengan saudara-saudaranya wanita yang masih dibelenggu zamannya
yang melarang putra-putrinya masuk dalam
yang berlainan suku dan belum saling mengenal
perkumpulan, menunjukan jalan yang terang
Cerpen berjudul “Idham-Idhamane yang akan memperlihatkan kemuliaan
Pemoedha: Dajane Semangat kang Noenggal” memajukan bangsa dan tanah Indonesia
(Karya Iboe, 23 Januari 1937) menggambarkan
seorang tokoh pemuda pergerakan bernama Setelah mendengar pidato Soejatno seperti
Soejatno. Soejatno mengadakan pertemuan pada kutipan data di atas, Soelastri akhirnya
untuk membentuk komite kesengsaraan menerima tugas sebagai ketua komite dan siap
guna membantu korban banjir di Kertosono. menanggung risiko jika ditentang oleh orang
Kemampuan Soejatno dalam berpidato tuanya. Seperti dalam cerpen sebelumnya,
dan menyadarkan peserta pertemuan untuk cerpen ini juga sudah secara terang menyebut
membangun solidaritas membuat banyak kata Indonesia dan semangat kebangsaan yang
orang bersedia memberikan bantuan dan dimaksudkan adalah semangat kebangsaan
mendukung untuk terbentuknya komite. Indonesia, bukan semangat kedaerahan (baca
Komite menunjuk Soelastri sebagai ketua Jawa). “Netepi Koewadjiban: Ninggal Ming
komite karena Soelastri tergolong perempuan Kadradjatan” (Karya Kroetjoek Koedjor, 16 Juli
1938) menggambarkan nasionalisme seorang

196 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 189 — 206 (Yulitin Sungkowati) Nationalism in the Short Stories of Panjebar Semangat Magazine ...

pemuda bernama Moestadjab yang rela keluar Boepati R.A. Pringgowidjojo.


dari pekerjaan demi membantu bangsanya. Ia Cerpen-cerpen yang merepresentasikan
berpendapat bahwa lebih baik bekerja kasar, semangat nasionalisme di kalangan pemudi/
tetapi bebas melakukan kegiatan yang dapat perempuan adalah sebagai berikut. “Idham-
membantu kemajuan bangsanya, seperti Idhamane Pemoedha: Dajane Semangat kang
memberikan pelajaran membaca dan menulis Noenggal” (karya Iboe, 23 Januari 1937) dan
daripada menjadi pegawai kantor bergaji, “Dajaning Sambang Sarawoengan” (karya
tetapi tidak bisa berjuang untuk membantu Bambang Soemantri, No. 31/V, 2 April 1938
masyarakat di sekitarnya. Setelah bekerja kasar dan No. 32/V, 9 April 1938) menggambarkan
beberapa bulan, ia dapat mengumpulkan uang nasionalisme di kalangan para perempuan.
untuk membuka toko sendiri. Dengan demikian, “Nelad Lelaboehane R.A. Kartini Ndhidhik
ia dapat aktif dalam pergerakan untuk kemajuan Botjah-Botjah Wadon” (karya J.de O’Hsam,
bangsanya dan hidup mandiri. Moestajab 21 April 1940) menggambarkan seorang
mengorbankan pekerjaannya demi tujuan yang pemudi bernama Hartatik yang mengorbankan
lebih besar. cintanya demi cita-citanya untuk memajukan
“Djer Basoeki Mawa Beja: Tali Doek bangsa. Hartatik sesungguhnya menyukai
Ttali Lajangan, Awak Sitoek Ilang-Ilangan” Wartono. Ia berharap Wartono menjadi pemuda
(karya Rara Temon, 3 September 1938) pergerakan yang mengabdikan hidupnya untuk
menggambarkan seorang pemuda bernama kepentingan nusa dan bangsa, tetapi Wartono
Soemardi yang rela berkorban demi tetap dapat tetap memilih pangkat dan harta sehingga
memperjuangkan nasib bangsanya, “Studie- Hartatik meninggalkannya dan pergi ke Madiun
Fonds: Meneng Anteng Nanging Midreng” untuk mengabdi menjadi seorang guru. Ia
(karya Daddy, 30 April 1938) menggambarkan ingin seperti R.A. Kartini yang berjuang untuk
sebuah nasionalisme kultural melalui tokoh memberikan pendidikan bagi kaum perempuan.
bernama Soedijono, “Ora Njana Djeboel si Kae: “Ing Paleremaning Panoentoen Agoeng:
Rekane Ndjadjagi Atine Wong lija” (Karya Dosamu Tak Ngapoera” (Kara ING, 2 November
Kelana Djaja, 22 Juli 1939) menggambarkan 1940) menggambarkan persaudaraan sesama
seorang pemuda pergerakan yang terpaksa anggota pergerakan. Dua perempuan yang
menyamar menjadi seorang pembantu demi sama-sama berjuang dan rela berkorban untuk
tetap ikut pergerakan, “Eman-Eman jen Eman kemajuan bangsanya. “Wanita Prasadja:
Ora Keduman” (Karya Daddy, 24 September Kawawa Moengkasi Kerdja” (karya Pangripta, 9
1938) menggambarkan seorang pemuda Juli 1938) menggambarkan perjuangan seorang
yang semula tidak memiliki tujuan hidup perempuan untuk menyampaikan gagasan
akhirnya berubah menjadi seorang nasionalis kebangsaan di tengah-tengah masyarakat yang
setelah menjadi pembaca majalah PS, “Poetra masih buta huruf. Laksmini dalam cerpen
Indonesia: Tresna Bangsa Adja Gething Bangsa “Wanita Prasadja: Kawawa Moengkasi Kerdja”
lija” (Karya Loem min Noe, 11 Maret 1939) adalah seorang wanita pelanggan majalah
menggambarkan perubahan dari nasionalisme PS, hidup di tengah masyarakat yang masih
Jawa menjadi nasionalisme Indonesia yang buta huruf. Laksmini rela berkorban menjadi
tercermin dalam sikap dan pemikiran Toean “penerang” bagi masyarakat sekitarnya. Ia

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 197
Nasionalisme dalam Cerpen-Cerpen Majalah Panjebar Semangat ... (Yulitin Sungkowati) Halaman 189 — 206

selalu membacakan PS di hadapan orang- bangsa, tanah Indonesia, mencapai Indonesia


orang di lingkungan rumahnya agar mereka raya mulia, menaikan bendera nasional,
yang masih buta huruf juga dapat mengetahui kesejahteraan nusa dan bangsa, tanggung jawab
perkembangan informasi dan bertambah terhadap nusa dan bangsa, kemakmuran nusa
pengetahuannya. Dengan majalah PS, dan bangsaku Indonesia. Gambaran ini tidak
Laksmi mengenalkan sosok dokter Soetomo jauh berbeda dengan tulisan sejarah formal
dan gagasan-gasan kebangsaannya kepada yang menyatakan bahwa makin tumbuhnya
masyarakat. nasionalisme tampak dari adanya pergerakan
nasional sejak berdirinya Boedi Oetomo tahun
…saben-saben PS tekan, dening Laksmini
1908 hingga tahun 1942. Cerpen-cerpen yang
mesthi diwatja ana ing sangarepe wong akeh.
Wong-wong maoe, maoe-maoene babar diteliti berada dalam kurun waktu 1937-1942,
pisan ora mamboe woeroek, ora taoe weroeh artinya setelah tahun 1908 dan sebelum tahun
podjoking pamoelangan, moelane dadine 1942. Komunitas bayangan berupa sebuah
nganti gelem ngroengokake Laksmi matja
bangsa yang bernama Indonesia sudah ada sejak
Koran.
… diikrarkannya Sumpah Pemuda dalam Kongres
Ing saikine malah wis diwiwiti sinaoe matja, Pemuda di Surakarta.
sidji loro malah wis ana sing ngerti toelis, Data tersebut sejajar dengan catatan
agawe gedhening atine Laksmi. Jalaran
sejarah yang dikemukakan dalam Sumpah
ibarat wong nenandhoer wiwit thoekoel ing
pangadjap. Moega-moega bisaa widada Pemuda telah menjadi tonggak bersatunya
didohna ing sambekala. bangsa Indonesia (Shiraishi, 1997, hlm. xi-xii).
Gerakan bangsa dalam rangka mencari identitas
Terjemahan:
yang menurutnya dimulai saat lahirnya surat-
…setiap kali PS datang, Laksmi selalu surat R.A. Kartini dan berdirinya Boedi Oetomo
membacakannya di depan banyak orang. berakhir saat didirikannya Perhimpoenan
Orang-orang itu sebelumnya tidak mengenal Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dan
huruf sama sekali, tidak pernah mengenyam
berujung pada Soempah Pemoeda. Komunitas
pendidikan, makanya mereka mau
mendengarkan Laksmini membaca koran. yang dibayangkan sudah mewujud pada
… gambaran tentang bangsa Indonesia. Akan
Sekarang malah sudah dimulai belajar tetapi, meskipun konsep tentang Indonesia
membaca, satu dua orang sudah ada yang bisa
sudah ada, secara politis negara Indonesia
memahami tulisan, membuat hati Laksmini
senang. Sebab, ibarat orang menanam mulai belum ada sehingga menjadi kesadaran bersama
tumbuh. Semoga bisa lestari dan dijauhkan seluruh anggota komunitas untuk mewujudkan
dari bahaya. Indonesia merdeka.
Nasionalisme dalam karya sastra majalah PS
Cerpen-cerpen tersebut menggambarkan
(2013, hlm. 91) menggambarkan nasionalisme
benang merah paham kebangsaan, yaitu
kultural sebagaimana dikemukakan bahwa
nasionalis, nasionalisme Indonesia, putra
nasionalisme Indonesia sebelum tahun
Ibu Pertiwi, bekerja untuk nusa dan bangsa,
1942 lebih menekankan pada nasionalisme
berkecimpung dalam pergerakan, kemajuan
kultural daripada politik meskipun nuansa
bangsa, garis kebangsaan, memajukan
politik juga sering kali muncul. Nasionalisme

198 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 189 — 206 (Yulitin Sungkowati) Nationalism in the Short Stories of Panjebar Semangat Magazine ...

kultural terwujud melalui dunia pendidikan (2013, hlm. 91). Pengembangan pendidikan,
dan usaha R.A. Kartini dengan mendirikan baik tradisional maupun barat demi untuk
sekolah pada tahun 1902 untuk anak-anak memajukan pertanian tampak dalam cerpen
perempuan merupakan tonggak yang sangat “Studie-Fonds: Meneng Anteng Nanging
penting. Melalui pendidikan itu, R.A. Kartini Midreng” (Karya Daddy, 30 April 1938) yang
mendorong para perempuan untuk berperan menokohkan Sedijono, seorang yang bercita-
penting dalam gerakan nasionalisme kultural cita mulia ingin memajukan bangsanya. Dengan
secara keseluruhan. Nasionalisme kultural tekad yang kuat akhirnya mendapat beasiswa
tampak jelas dalam beberapa cerpen yang untuk belajar di negeri Belanda. Sepulangnya
dibahas, yang menunjukkan adanya tokoh- dari Belanda, ia mengabdikan diri di desa
tokoh yang memilih keluar dari pekerjaannya menjadi penuntun para petani agar hasil
demi berkecimpun atau mengabdikan diri untuk pertaniannya meningkat sehingga hidupnya
mendidik masyarakat yang masih buta huruf. mulia. Ia rela berkorban memilih tinggal di
Mereka rela berkorban untuk memastikan bahwa desa untuk membimbing para petani agar
masyarakat dapat memperoleh pendidikan yang tidak terjebak pada lintah darat dan agar dapat
baik. Bahkan, cerpen “Nelad Lelaboehane R.A. meningkatkan hasil pertaniannya.
Kartini Ndhidhik Botjah-Botjah Wadon” (karya
Wis wiwit ana pamulangan endhek, Sedijono
J.de O’Hsam, 21 April 1940) secara gamblang
anggone ngandhoet semangat idham-
memberi penghormatan kepada sosok R.A. idhamane soepaja bisa masrahake awake
Kartini melalui seorang tokoh perempuan yang kanggo kaperloewaning kabangsan. Nanging,
rela mengorbankan cintanya demi menjadi guru Tjita-tjita kang peni iku ora taoe dipamer-
pamerake….
untuk mendidik kaum perempuan, meneruskan
….
cita-cita R.A. Kartini. Wong-wong tani padha ditoentoen klawan
Gerakan nasionalisme kultural selanjutnya sabar klawan katresnan. Mula uripe saiki
muncul dalam wadah yang lebih terorganisasi pancen padha dadi apik, ekonomine dadi
waras. Ora padha dadi korbane lintah darat
pada kurun waktu 1906-1908 atas upaya RM.
maneh.
Wahidin Soediro Hoesodo yang berusaha Pantjen dhasare Sedijono bisa ngemong, bisa
mengangkat martabat orang Jawa melalui noentoen bangsane kang isih doeroeng padha
pendidikan barat dan warisan budaya Jawa. ngerti
Berkat kerja keras R. Soetomo dan Raden
Terjemahan:
Goenawan Mangoenkoesoemo, upaya
Wahidin Soediro Hoesodo berhasil dengan Sejak di sekolah dasar, Sedijono sudah
berdirinya organisasi modern pertama bernama memiliki semangat keinginan supaya dapat
menyerahkan dirinya untuk kepentingan
Boedi Oetomo. Boedi Oetomo bercita-cita
bangsa. Namun, cita-citanya itu tidak pernah
mengembangkan pendidikan tradisional dipamerkannya….
maupun Barat, memajukan pertanian, industri ….
serta perdagangan di kalangan orang Jawa Para petani dibimbing dengan sabar dan
cinta. Maka hidupnya sekarang menjadi baik,
dan Madura, dan terakhir memajukan “segala
ekonominya jadi sehat. Memang Sedijono bisa
hal yang dapat memberikan jaminan kepada membimbing, bisa menuntun bangsanya yang
mereka sebuah hidup sebagai orang terhormat” belum tahu.

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 199
Nasionalisme dalam Cerpen-Cerpen Majalah Panjebar Semangat ... (Yulitin Sungkowati) Halaman 189 — 206

Proses kebangkitan nasional berakhir yang luhur unggul perkasa pintar selain hanya
saat semua pemuda dalam pergerakan bangsa Jawa. Bahkan, orang Ambon, Melayoe,
Dhayak, Menado saja meskipun semuanya
nasional berikrar bertanah air satu tanah
sama-sama putra Ibu Pertiwi, dianggap
Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, rendah—kurang 24 karat----
dan menjunjung bahasa persatuan bahasa ...
Indonesia. Proses perubahan atau sosialisasi “Hmm, yang laki-laki orang Melayu, yang
perempuan orang Jawa, lha kalau aku punya
ikrar itu, dari nasionalisme Jawa menjadi
cucu, cucuku itu bangsa apa namanya.”
nasionalisme Indonesia, secara jelas tergambar Istrinya berdiri merangkul Arifin dan Soeprapti,
dalam cerpen “Poetra Indonesia: Tresna Bangsa dua anak dibisiki lalu menjawab bersama-
Adja Gething Bangsa Lija” (Karya Loem Min sama,
“Ya, bangsa Indonesia, ta Pak.”
Noe, 11 Maret 1939). Cerpen ini menunjukan
bahwa nasionalisme bukanlah sesuatu yang
Bupati yang semula menganggap bangsa
terberi, melainkan sebuah proses yang tumbuh
Jawa yang paling tinggi derajatnya dengan
pada diri seseorang, seperti tercermin dalam
menempatkan etnik lain berada di bawahnya,
perubahan sikap dan pemikiran Toean Boepati
dipaksa menyadari bahwa walau berbeda suku
R.A. Pringgowidjojo.
mereka adalah sama-sama bangsa Indonesia
dan memiliki derajat yang sama. Melalui sebuah
R.A.A. Pringgowidjojo tresna banget marang
bangsane-bangsa Djawa—saking tresnane peristiwa tragis kebakaran rumahnya, sang
kene diarani fanatik. Wong tresna ing bangsa, bupati akhirnya menyetujui putrinya menikah
moela wes samestine, nanging ikoe rak ora dengan pemuda Melayu karena pemuda itulah
ateges mbandjoer njepelekake bangsa lija.
yang tanpa memandang perbedaan suku telah
Nek ingkang boepati ora, saka roemangsa
ora ana bangsa kang loehoer oenggoel menyelamatkannya dari bencana. Dalam cerpen
bregas pinter, moerni kadjaba moeng bangsa ini ada dua konsep tentang bangsa, yang pertama
Djawa dhewe. Malah wong Ambon, Melayoe, mengacu pada etnik dan bangsa yang mengacu
Dhajak, Menado bae sanadjan kabeh maoe
pada nasionalitas, kebangsaan Indonesia yang
padha poetrane Iboe Pertiwi, dianggep asor—
koerang saka 24 karat— mengatasi bangsa dalam pengertian etnik.
.... Pada tahun 1935, Boedi Oetomo bersatu
“Hmmmm, sing lanang wong Melajoe, sing dengan beberapa studi klub beraliran moderat
wadon wong Djawa, lha nek akoe duwe poetoe,
Persatuan Bangsa Indonesia dan sejumlah
poetoene bangsa apa ikoe arane.”
Garwane ngadeg, ngrangkoel Arifin lan organisasi non-Jawa yang lebih kecil membentuk
Soeprapti, botjah loro dibisiki mbandjoer organisasi politik evolusioner dengan nama
mangsoeli bareng, Partai Indonesia Raja (Raya) atau Parindra.
“Ja bangsa Indonesia, ta pak.”
Organisasi politik ini sudah mencanangkan
Terjemahan cita-cita untuk terbentuknya pemerintahan
yang mandiri (2013, hlm. 131–132). Cerminan
R.A.A. Pringgowidjojo sangat mencintai nasionalisme yang sudah mengarah pada
bangsanya—bangsa Jawa—saking cintanya
keinginan untuk menuju Indonesia mulia secara
dapat dikatakan fanatik. Orang mencintai
bangsanya, sudah seharusnya, tetapi itu tidak mandiri, artinya terbebas dari belenggu penjajah
berarti menyepelekan bangsa lain. Kalau sang seperti itu tampak dalam mayoritas cerpen PS
Bupati tidak, karena merasa tidak ada bangsa yang dibahas. Telah dikemukakan sebelumnya

200 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 189 — 206 (Yulitin Sungkowati) Nationalism in the Short Stories of Panjebar Semangat Magazine ...

bahwa 80% lebih tokoh dalam cerita pendek PS nasionalisme sehingga gagasan-gagasan
adalah pemuda-pemudi anggota pergerakan, kebangsaan sampai kepada masyarakat.
khususnya Parindra, seperti tokoh Moestadjab Menurut Widati et al. (2001), dibandingkan
dalam cerpen “Netepi Koewadjiban: Ninggal dengan majalah Kejawen, PS lebih banyak
ming Kadradjatan” (karya Kroetjoek Koedjor, memuat cerpen-cerpen bertema perjuangan
16 Juli 1938). Moestadjab memutuskan keluar bangsa.
dari pekerjaan kantor yang membuatnya tidak Majalah mingguan PS dapat dikatakan
bisa merdeka membantu bangsanya. Ia rela merupakan majalah yang fenomenal dan
mengorbankan pekerjaan dan penghasilannya bersejarah. Majalah yang didirikan oleh dokter
demi mengabdikan diri berjuang mengajar Soetomo (pendiri Boedi Oetomo) terbit perdana
masyarakat di sekitarnya yang belum memiliki 4 (empat) halaman di kota Surabaya pada hari
kemampuan baca tulis dan belum terbuka Sabtu, tanggal 2 September 1933 sebagai
wawasannya. Ia menunjukan semangat bagian dari surat kabar Djawa Oemoem. Nama
memerdekakan diri dan hidup secara mandiri. PS diberikan oleh dokter Soetomo dengan
Cerpen ini memberikan gambaran semangat semboyan Sura Dira Djajaningrat Lebur
nasionalisme yang sudah mengarah pada Dening Pangastuti ’segala kekuatan negatif
cita-cita kemerdekaan, terbebas dari belenggu yang ada di dalam masyarakat dapat ditaklukan
kekuasaan pihak lain dan dapat hidup bebas dengan lemah lembut dan penuh sopan santun,
menentukan nasibnya sendiri. Pergerakan yang merendah, dan bijaksana’ (Wiyadi et al.,
menjadi tempat bergabungnya para pemuda 1996, hlm. 81-82). Pada mulanya, majalah
dan pemudi dalam cerpen-cerpen yang dibahas ini didirikan untuk menanamkan ide-ide
adalah Parindra atau Partai Indonesia Raya. kebangsaan (Suprawoto, 2004, hlm. 51—52)
Dalam beberapa cerpen tampak jelas misi dan sebagai corong perjuangan pergerakan
Parindra tersebut dengan mencitrakan buruk organisasi Boedi Oetomo (Wiyadi et al., 1996,
took-tokoh pemuda yang memilih pergerakan hlm. 81—82).
dengan cara-cara radikal. Cerpen-cerpen yang Dokter Soetomo menyadari pentingnya
menggambarkan tokoh-tokoh Parindra tersebut pers atau surat kabar sebagai media untuk
sejalan dengan tulisan nonfiksi yang secara menyampaikan informasi-informasi organisasi
khusus memuat berita-berita tentang kegiatan pergerakan kepada masyarakat. Ia merintis
Parindra, yang diberi judul rubrik “Pagerakan”. berdirinya surat kabar mingguan Soeara
Oemoem yang terbit dalam dua bahasa, yaitu
Kontribusi Majalah Panjebar Semangat bahasa Melayu (Indonesia) dan bahasa Jawa.
Nasionalisme dalam cerpen-cerpen yang telah Diterbitkannya surat kabar mingguan dalam
dibahas sebelumnya hanya mungkin sampai bahasa Jawa untuk menjangkau pembaca di
kepada masyarakat karena diterbitkan dan pelosok pedesaan di Pulau Jawa yang belum
dipublikasikan. Dalam sistem sastra, penerbit menguasai bahasa Indonesia. Surat kabar
memegang peran yang sangat penting. Dalam Soeara Oemoem versi bahasa Jawa selanjutnya
penelitian ini adalah majalah PS karena menjadi majalah mingguan berbahasa Jawa
majalah PS lah yang telah menerbitkan dan dengan nama PS pada tanggal 2 September 1933.
mempublikasikan cerpen-cerpen bermuatan Dokter Soetomo sebagai pemimpin perusahaan

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 201
Nasionalisme dalam Cerpen-Cerpen Majalah Panjebar Semangat ... (Yulitin Sungkowati) Halaman 189 — 206

dan Imam Soepardi sebagi pemimpin redaksi Soetomo mengharap para pembaca untuk ikut
(Suprawoto, 2004, hlm. 51—52) . menyumbangkan tulisan-tulisan yang memberi
Pada awal penerbitannya, majalah yang semangat bagi perjuangan mempersatukan
berkantor di paviliun Gedung Nasional bangsa Indonesia. Tulisan pembuka terbitan
Indonesia (GNI) di Jalan Bubutan 87, Surabaya perdana majalah PS dapat dilihat pada Gambar
ini berbentuk lembaran empat halaman dengan 1.
tiras 2000 eksemplar. Pengelola majalah PS
adalah Imam Soepardi, seorang mantan guru Gambar 1
di Probolinggo dan wartawan yang telah Tulisan Dokter Soetomo pada Terbitan
berpengalaman menulis di Soeara Oemoem Perdana Panjebar Semangat
dan Bintang Timoer. Dalam pengantar
pada penerbitan perdana, dokter Soetomo
mengatakan bahwa PS membawa cita-cita
untuk mempersatukan bangsa Indonesia dan
membawa misi agar orang Jawa yang belum
mengerti bahasa Melayu (Indonesia) juga dapat
merasakan semangat kebangsaan.
Dalam perjalanan sejarahnya hingga kini,
majalah PS mengalami pasang surut oplah
dan kepengurusan. Pada masa Pendudukan
militer Jepang (1942—1945), PS dibreidel dan
baru terbit kembali pada bulan Maret 1949
Pada majalah PS Tahun 1937 terdapat
setelah Imam Soepardi kembali ke Surabaya
moto “Kalawarti Poestaka Minggon Basa
dari pembuangannya (Suprawoto, 2004, hlm.
Djawa Adhedasar Kabangsan, Njebar Semangat
51—52) .
Manoenggaling Bangsa Indonesia.” Dari moto
Dalam pengantar edisi perdana, 2 September
itu tampak jelas bahwa nasionalisme yang
1933, dokter Soetomo menyampaikan bahwa
dibawa oleh PS adalah nasionalisme Indonesia,
terbitnya PS sangat berarti karena semangat
bukan nasionalisme Jawa meskipun PS adalah
dan cita-cita untuk mempersatukan bangsa
majalah mingguan berbahasa Jawa. Kebijakan
Indonesia dapat diwujudkan dan dapat
redaksi PS adalah menempatkan masyarakat
dirasakan juga oleh masyarakat Jawa yang
Jawa sebagai bagian dari bangsa Indonesia
jumlahnya sangat banyak tetapi belum bisa
sehingga masyarakat Jawa harus ikut berjuang
berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sampai
demi kemuliaan dan kesejahteraan bangsa
waktu itu menurut dr. Soetomo baru dipahami
Indonesia. Untuk menggerakan masyarakat
dan dimengerti oleh orang-orang di kalangan
Jawa yang tinggal di pedesaan dan belum
atas, sedangkan masyarakat Jawa di kalangan
bisa berbahasa Indonesia itulah majalah PS
bawah belum memahaminya sehingga perlu
diterbitkan.
media untuk mengabarkan cita-cita nasional
Pada tahun 1937, harga berlangganan
itu kepada masyarakat kalangan bawah
tiap tiga bulan atau satu kuartal sebesar f.
dengan bahasa yang mereka pahami. Dokter

202 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 189 — 206 (Yulitin Sungkowati) Nationalism in the Short Stories of Panjebar Semangat Magazine ...

1.50 dapat dibayar setiap bulan sebesar f. yaitu “Taman Poetri”. Rubrik ini diisi oleh
0.50 dan harus dibayar dimuka. Majalah PS penulis-penulis perempuan pejuang pergerakan,
dikeluarkan tiap hari Sabtu oleh N.V. Handel seperti S.K. Trimurti, yang isinya memberi
Mij Drukk “Indonesia” Soerabaja. Rubrik- pencerahan dan pengetahuan kepada kaum
rubrik pada PS terbitan tahun 1937 adalah perempuan untuk turut serta memajukan bangsa
sebagai berikut: “Laporan Utama”, “Lelutjon”, dengan menyadari kedudukannya, baik dalam
“Oerap Sari”, “Taman Batin”, “Babad”, rumah tangga maupun dalam masyarakat.
“Wangsoelan” (Saka Redaksi), “Taman Poetri”, Perempuan tidak boleh hanya berdiam di
“Padhalangan”, “Fuilleton”, “Kwarazan”, rumah, tetapi harus ikut berjuang, masuk dalam
“Tjangkriman”, “Tjrita Tjekak”, “Taman pergerakan dengan tetap menjaga etika dalam
Tjatoer”, “Kasoesastran”, “Sinambi Kalane pergaulan, seperti terungkap dalam tulisan
Nganggoer”, “Taman Pamardi”, “Pekabaran”, “Wanita ing Dalem Politik”.
“Mantja Nagara”, “Pagerakan”, “Olah Raga”, Beberapa rubrik lainnya, seperti “Koelak
“Taman Botjah” (1 halaman penuh, hlm. 20, Warta Adol Proengon” dan “Pekabaran” sering
berisi dongeng, tembang/gurit, tjangkriman), kali memuat berita-berita atau peristiwa-
dan “Iklan”. Tahun 1937, oplah majalah PS peristiwa di manca negara, khususnya
adalah 7000 eksemplar dan tersebar di berbagai bagaimana negara-negara di dunia berjuang
daerah. Pada PS No. 43/IV, 26 Juni 1937 oplah mencapai kemuliaan bangsanya, yang dapat
naik menjadi 7500 eksemplar, 14 Agustus 1937 dipakai sebagai pembelajaran bagi bangsa
oplah kembali naik menjadi 8000 eks. Indonesia untuk mencapai kemuliaan (baca
Tahun 1938, rubrik-rubrik di majalah PS kemerdekaan).
tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya, Untuk menyambut peristiwa-peristiwa
Rubrik “Laporan Utama” berisi laporan penting, PS memberikan porsi pemberitaan yang
peristiwa, sejarah, tulisan penggugah besar hingga menggeser rubrik lain, misalnya
semangat kebangsaan dan perjuangan dengan setiap tanggal 21 April, PS menurunkan laporan
mengutamakan etika. Dalam laporan utama ini utama peringatan hari lahir R.A. Kartini. R.A.
dikemukakan misalnya untuk bercermin pada Kartini tidak hanya diberitakan tentang kelahiran
bangsa Turki dalam memulyakan bangsa dan dan keluarganya, tetapi terkhusus adalah
negaranya, keinginan luhur untuk merdeka, dan pemikiran dan ide-idenya tentang pendidikan
kemerdekaan diri. Semua berita atau tulisan untuk memajukan kaum perempuan. Pada
yang disajikan dalam laporan utama merupakan tanggal 2 Mei, PS menurunkan berita tentang
gambaran keinginan dan cita-cita Parindra Perguruan Taman Siswa yang didirikan oleh Ki
untuk tercapainya Indonesia mulia dengan Hajar Dewantara. Laporan yang ditulis bukan
cara yang mulia pula, melalui pendidikan dan hanya tentang kehidupan Ki Hajar Dewantara,
kebudayaan serta perjuangan dan pengorbanan. terlebih adalah gagasan-gagasannya dalam
Mereka berada pada garis evolusi, bukan bidang pendidikan.
revolusi, yaitu berjuang memerdekakan diri Karya sastra yang terdapat pada empat
tidak dengan kekerasan atau mengangkat tahun terbitan PS dalam penelitian ini adalah
senjata, melainkan dengan etika dan budaya. cerpen, cerbung ‘cerita bersambung’, babad
PS juga membuat rubrik khusus perempuan, ‘sejarah’, dongeng, wangsalan ‘pantun’, dan

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 203
Nasionalisme dalam Cerpen-Cerpen Majalah Panjebar Semangat ... (Yulitin Sungkowati) Halaman 189 — 206

pedhalangan ‘cerita wayang’. Pada rubrik yang selalu memuat informasi perjuangan
babad, PS menampilkan tokoh-tokoh dari melalui etika dengan memberitakan peristiwa-
berbagai dunia, lintas bidang, dan lintas agama peristiwa besar melalui sudut pandang etika
tetapi semuanya adalah tokoh yang membawa dan budaya. Penulis laporan utamanya pun
inspirasi bagi perjuangan bangsa, tokoh-tokoh adalah tokoh-tokoh pejuang dan pergerakan,
yang membawa semangat nasionalisme bagi di antaranya dokter Soetomo. Di samping itu,
bangsanya. Misalnya, tokoh Dr. Sut Yat juga ada rubrik “Taman Poetri” yang berisi
Sen (bapak nasionalisme Cina) dan Kemal tulisan tentang bagaimana kontribusi yang
Atatturk (bapak Turki Modern) merupakan dapat diberikan oleh kaum perempuan untuk
inspirasi yang diharapkan dapat meningkatkan ikut terjun dalam upaya memajukan bangsa,
nasionalisme bangsa Indonesia. Dari rubrik khususnya kaum perempuan. Para penulisnya
“Padhalangan” pun dihadirkan cerita-cerita adalah tokoh-tokoh perempuan dan yang paling
perjuangan, pengorbanan, dan inspiratif lainnya sering adalah S.K. Trimurti. Para penulis cerpen
yang segaris dengan arah perjuangan majalah tidak dapat dilacak latar belakangnya, banyak
PS untuk membawa kemajuan bagi nusa dan diduga nama-nama yang tercantum adalah
bangsa Indonesia, misalnya kisah perjuangan nama-nama samara. Penulis aslinya diduga
Arjuna, kisah Sri Kresna menjadi utusan adalah tokoh-tokoh pergerakan Parindra. Untuk
Pandawa untuk berunding dengan Kurawa, menunjukan keragaman asal identitas penulis,
dan kisah Pandawa ditempa ilmu dalam kawah mereka menggunakan nama samaran. Misalnya
candradimuka. nama Tjak Iem, yang sekilas tampak seperti
Melihat bagaimana rubrik-rubrik di nama Tionghoa, diduga adalah nama samara
majalah PS dan isi berita-berita atau laporan dari Imam Soepardi yang tidak lain adalah
utamanya, tampak garis kebijakan PS dalam pemimpin redaksi PS (Suprawoto, 2004).
memperjuangkan kemuliaan dan kesejahteraan
bangsa Indonesia. Tidak mengherankan jika SIMPULAN
PS disebut sebagai pers perjuangan. Karena Berdasarkan pembahasan, penelitian ini
semangat perjuangannya yang tidak pernah menyimpulkan dua hal sebagai berikut. Pertama,
kendur, majalah PS pernah dibreidel oleh cerpen yang ada dalam Panjebar Semangat
pemerintah pendudukan Jepang. Gagasan- menggambarkan nasionalisme yang tercermin
gagasan kebangsaan yang selalu disiarkan oleh melalui para tokoh yang berasal dari kalangan
PS dianggap dapat mengancam keberadaan pemuda-pemudi pergerakan bangsa. Tokoh-
militer Jepang (Suprawoto, 2004, pp. 51-52). tokoh itu berjuang dan rela berkorbankan demi
Cerpen-cerpen PS memperlihatkan kemuliaan (baca kemerdekaan) dan kemajuan
perkembangan nasionalisme dan pergerakan bangsanya. Tokoh-tokoh pemuda, yang dalam
kebangsaan, yaitu nasionalisme kultural cerpen-cerpen PS kerap disebut sebagai
yang lebih dominan dengan unsur sedikit Pemuda Harapan Bangsa, merupakan gambaran
nasionalisme politik. Nasionalisme kultural nasionalisme yang tidak dapat dipisahkan
tampaknya memang menjadi garis kebijakan dari peran “pemuda” sebagaimana dikatakan
redaksi. Hal itu dapat dilihat dari rubrik-rubrik Ben Anderson. Nasionalisme dalam cerpen-
yang lain, khususnya rubrik “Laporan Utama” cerpen PS lebih menonjolkan nasionalisme

204 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 189 — 206 (Yulitin Sungkowati) Nationalism in the Short Stories of Panjebar Semangat Magazine ...

kultural, yaitu memajukan bangsa melalui Jassin, H. (1987). Pujangga Baru Prosa dan
jalur pendidikan, tetapi tampak juga nuansa Puisi. Jakarta: CV Haji Masagung.
nasionalisme politik karena para tokohnya
Kahin, G.M. (2013). Nasionalisme dan Revolusi
adalah pemuda-pemudi yang terlibat dalam Indonesia. Depok: Komunitas Bambu.
pergerakan politik Parindra.
Kedua, majalah Panjebar Semangat Latif, Y. (2009). Menyemai Karakter Bangsa
Budaya Kebangkitan Berbasis Kesastraan.
sebagai penerbit sekaligus media publikasi
Jakarta: Kompas.
cerpen-cerpen bermuatan nasionalisme tersebut
memang dikenal sebagai pers perjuangan. Mardianto, H., Suwondo, T., Prabowo, D.P.
Hal itu tidak hanya tercermin dari pendirinya, (1996). Sastra Jawa Modern Periode 1920
Sampai Perang Kemerdekaan. Jakarta:
dokter Soetomo, yang merupakan tokoh utama
Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Kebangkitan Nasional (pendiri organisasi Bahasa.
modern pertama Boedi Oetomo) dan pendiri
Partai Indonesia Raya (Parindra), tetapi juga Murniah, D. (2017). Nasionalisme dalam Sastra
Indonesia. Retrieved Maret 13, 2018, from
rubrik-rubrik yang ditampilkan, selain rubrik
http://www.badanbahasa.kemdikbud.
cerpen, yang membawa semangat nasionalisme go.id.
kultural. Hal itu menunjukkan kontribusi PS
dalam menyebarkan nasionalisme di kalangan Rass, J. (1985). Bunga Rampai Sastra Jawa
Mutakhir. Jakarta: Grafiti Press.
masyarakat, khususnya masyarakat Jawa.
Sahal, A. (1994). Terjerat dalam Rumah Kaca:
DAFTAR PUSTAKA Masih Menyakinkankah Nasionalisme.
Dalam majalah Kalam. Jakarta.
Anderson, B. (2008). Imagined Communities
(Komunitas-Komunitas Terbayang). Salam, A. (2003). Identitas dan Nasionalisme
Yogyakarta: Insist Press dan Pustaka dalam Sastra Indonesia. Humaniora, 15(1),
Pelajar. 15-22.

Escarpit, R . (2008). Sosiologi Sastra. (Husen, Shiraishi, T. (1997). Zaman Bergerak:


I.D., penerjemah). Jakarta: Yayasan Obor Radikalisme di Jawa Tahun 1942-1946.
Indonesia. Jakarta: Grafiti Press.

Farid, H. (1994). Menemukan Bangsa, Mencipta Sungkowati, Y., Windiyarti, D., Turaeni,
Bahasa: Bahasa Politik dan Nasionalisme N.N.T, Mashuri. (2013). Identifikasi Nilai-
Indonesia. Dalam majalah Kalam. Jakarta. Nilai Pembentuk Karakter dalam Sastra
Indonesia. Sidoarjo: Laporan Penelitian.
Faruk. (1994). Ke Dataran Kesempurnaanmu:
Nasionalisme dalam Sastra Pujangga Baru. Sungkowati, Y., Nilofar, N. (2010). Cerpen-
Dalam majalah Kalam. Jakarta. Cerpen Majalah Panjebar Semangat Tahun
2000-2010. Sidoarjo: Laporan Penelitian
Foulcher, K. (1991). Pujangga Baru: Balai Bahasa Jawa Timur.
Kesusasteraan dan Nasionalisme di
Indonesia 1933-1942. Jakarta: Girimukti Suprawoto. (2004). Panjebar Semangat di
Pusaka. Tengah Tantangan Zaman. Sidoarjo:
Yayasan Pinang Sirih.

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 205
Nasionalisme dalam Cerpen-Cerpen Majalah Panjebar Semangat ... (Yulitin Sungkowati) Halaman 189 — 206

Tanaka, R. (1976). System Models for Literary


Macro Theory. Lisse: The Peter De Ridder
Press.

Widati-Pradopo, S., Sundari-Maharto, S.,


Soeratno, M., Indriani-Haryono, R.,
Triono, A. (1985). Sturktur Cerita Pendek
Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Wiyadi, S., Sudikan, S.Y., Darni. (1996).


Pergeseran Pusat Perkembangan Sastra
Jawa Modern dari Jawa Tengah ke Jawa
Timur. Surabaya: Laporan Penelitian.

206 , Vol. 30, No. 2, Desember 2018 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)

Anda mungkin juga menyukai