0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan11 halaman
Dokumen ini membahas tentang tanggung jawab manusia dalam menata kehidupan yang baik berdasarkan ajaran agama Islam dengan mengakulturasi nilai-nilai aqidah, syariah, dan akhlak. Dokumen ini juga membahas pentingnya internalisasi nilai-nilai agama ke masyarakat untuk membangun karakter bangsa serta melindungi masyarakat dari paham-paham sesat dan radikal.
Dokumen ini membahas tentang tanggung jawab manusia dalam menata kehidupan yang baik berdasarkan ajaran agama Islam dengan mengakulturasi nilai-nilai aqidah, syariah, dan akhlak. Dokumen ini juga membahas pentingnya internalisasi nilai-nilai agama ke masyarakat untuk membangun karakter bangsa serta melindungi masyarakat dari paham-paham sesat dan radikal.
Dokumen ini membahas tentang tanggung jawab manusia dalam menata kehidupan yang baik berdasarkan ajaran agama Islam dengan mengakulturasi nilai-nilai aqidah, syariah, dan akhlak. Dokumen ini juga membahas pentingnya internalisasi nilai-nilai agama ke masyarakat untuk membangun karakter bangsa serta melindungi masyarakat dari paham-paham sesat dan radikal.
PENCERAHAN BUDAYA Pendidikan Agama Islam NURAHMA HARYATI ANDINI – 17113003
YOVIE SHUBHAN MAURIZKA - 20108011
SABILA AMALIA UTAMI-20118015
LAILATUS SYARIFAH – 20118016
Kelompok 4 ALYSHA NISA SYANABILA – 20108024
BETTHREE ANGGIA BURHAN 20108031
FIQHI HERLIANSYAH - 20110053
Latar Belakang Dilihat dari segi Agama dan Budaya yang masing - masing memiliki keeratan satu sama lain, sering kali banyak di salah artikan oleh orang - orang yang belum memahami bagaimana menempatkan posisi Agama dan posisi Budaya pada suatu kehidupan. TANGGUNG JAWAB MANUSIA DALAM MENATA KEHIDUPAN YANG BAIK Agama dan kebudayaan masing – masing memiliki seubtansi yang berbeda, tetapi keduanya memiliki subjek yang sama; bahwa keduanya bertmpu pada praktik – praktik sejarah umat manusia. Praktek sejarah itulah “apakah didasarkan nilai – nilai agama atau tidak”. Begitu juga praktok –praktik keagamaan, merupakan pantulan historis, yang senangtiasa mengalami transformasi tersendiri, ketika kerinduan sejarah akan tampilan peran – peran agama, tidak bias di tawar lagi. TANGGUNG JAWAB MANUSIA DALAM MENATA KEHIDUPAN YANG BAIK Yang diperlukan adalah kemudian membumikan nilai – nilai ketiga ajaran islam itu dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat serta berbangsa dan bernegara.
Dan akulturasi tersebut paling tidak harus
menyentuh tiga dimensi penting dalam ajaran islam yaitu : 01 BUDAYA BERDIMENSI AQIDAH
Bagaimana bisa dkatakan sebagai kayakinan
(beraqidah) jika pengetahuannya hanya sebatas dibibir saja. Bisakah seseorang yang telah hafal sifat-sifat tersebut dijamin sebagai muslim sejati? Betapa banyak diantara orang-orang yang tertarik mempelajari Islam yang disebut kelompok Orientalis (orang-orang diluar Islam yang concern terhadap keIslaman), mereka begitu hafal sifat-sifat Allah bahkan mungkin diantara mereka menguasai Al Qur’an, namun hatinya kering dari keimanan. 02 BUDAYA BERDIMENSI SYARIAH Berbeda denganpola aqidah yang menolak taqlid, dalam bidang Syariah justeru diperlukan pola bertaqlid (ittiba’). Pola semacam ini semacam urgent (keharusan), karena akan membangun hukum agama yang kokoh dan kekuatan umat yang terintegrasi melalui kontiunitas silsilah (mata rantai) generasi (asanid) yang bisa dipertanggungjawabkan kemurnian (otentitas) dan orisinalitasnya. 03 BUDAYA BERDIMENSI AKHLAK Akhlak memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Akhlak yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia yang berakhlak mulia, dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan dorongan hawa nafsu, berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke derajat
yang tinggi dan mulia dan akan menempatkan manusia pada posisi terhormat di sisi Tuhan. Akhlak yang buruk akan membinasakan dirinya dan manusia lainnya, menurunkan derajat manusia sampai pada titik terendah bahkan lebih rendah dari binatang ternak. MELINDUNGI MASYARAKAT DARI PAHAM SESAT DAN RADIKAL
Kenyataan Indonesia yang plural dan beragama
adalah fakta sosioantropligis yang tak tergugat. Tetapi ketika fakta-fakta itu berubah menjadi isme- isme (paham-paham) yang anarkhis, terutama perihal itu muncul era Indonesia dilanda multi krisis. Kesimpulan Catataan sejarah masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang toleran adalah satu diantara modal utama yang tidak terbantahkan.
Internalisasi nilai-nilai Agama ke seluruh lapisan masyarakat untuk menjadi
menjadi kekuatan karakter masyarakat Indoenesia memang bukan perkara mudah, bahkan dapat dikatakan sulit dan sangat sulit. Namun ini adalah tugas bersama seluruh komponen anak bangsa,utamanya bagi kita yang bergerak di Dunia Pendidikan. Sekarang atau nanti pasti ada suatu pertanggung-jawaban yang akan ditanyakan oleh generasi mendatang tentang karya-karya apa yang telah kita perbuat, tanpa menafikan “pertanggungjawaban Imani” atas perbuatan kita selama ini terhadap yang Maha Kuasa.
Dinamika persoalan bangsa kita nampaknya memang berkutat pada persoalan
moral, dari persoalan pelecehan seksual hingga persoalan korupsi sudah menjadi konsumsi publik di media cetak dan elektronik, yang tentunya harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak.