Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FISIOLOGI

“Pengaruh Faktor Sosial Pada Masa Nifas dan Menyusui”

Dosen Pengampu: Etik Khusniyati, SST., S.Psi., M. Keb.

Disusun Oleh :

Musyarifah Nurul U. A. (202005015)

Tri Sulistya Wardani (202005018)

Maria Priti Inggrit L. (202005032)

Ikke Nuriya Firdaus (202005038)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PPNI

MOJOKERTO – JAWA TIMUR

2020 – 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
tepat pada waktunya yang berjudul “Pengaruh Faktor Sosial Pada Masa Nifas dan
Menyusui” kami sangat berharap karya tulis ini dapat membantu kita untuk memahami
pelajaran Fisiologi. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam menyusun materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan kerja sama kita semua, sehingga kendala - kendala penulis
dapat teratasi. Selain itu, dengan penyusunan dengan penyusunan makalah ini juga
dimaksudkan untuk menambah pemahaman, pengetahuan, sikap dan keterampilan terus
bertambah dan berkembang. Proses penyusunan makalah ini juga mendapatkan kontribusi
dari berbagai sumber yang relavan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Kami sadar bahwa
masalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kami berharap
mudah-mudahan pembaca dapat memberikan kritik maupun saran dalam pembuatan makalah
ini. Selain itu, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca sekalian. Akhir kata
semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmatnya untuk kita semua.

Sidoarjo, 01 Mei 2021

Penulis,

2
DAFTAR IS

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................6

1.3 Tujuan..........................................................................................................................6

BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................7

2.1 Definisi Masa Nifas..........................................................................................................7

a. Tahapan Masa Nifas....................................................................................................7

b. Tujuan Dari Pemberian Asuhan Postpartum..............................................................7

2.2. Definisi Laktasi...........................................................................................................8

2.3. Faktor Sosial Pada Masa Nifas dan Menyusui............................................................9

2.4 Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI Sebagai Faktor Sosial...............................10

2.5 Dampak Faktor-Faktor Pada Masa Nifas dan Menyusui..........................................12

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................13

3.1. Kesimpulan....................................................................................................................13

3.2. Saran..............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan
pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi–
fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga
dan komunitasnya. Masa nifas merupakan salah satu masa yang penting dalam suatu tahapan
pada kehidupan seorang perempuan. Namun, dewasa ini banyak aspek-aspek social yang
mempengaruhi.

Pada Ibu postpartum mengalami adaptasi terhadap perubahan-perubahan fisik dan


psikologis yang dialaminya serta adaptasi terhadap adanya perubahan peran menjadi orang
tua. Ibu yang sejak kehamilannya sudah mempersiapkan perannya sebagai orang tua,
kehamilan yang diinginkan serta direncanakan, maka proses adaptasinya menjadi lebih
mudah dan kesiapan peran orang tua menjadi lebih baik. Komponen pertama dalam proses
menjadi orangtua melibatkan aktivitas perawatan bayi, seperti menyusui, memandikan,
menggendong, mengganti baju bayi, dan menjaga dari bahaya. Kemampuan orangtua dalam
hal ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan budayanya. Banyak orangtua harus
belajar untuk melakukan tugas ini dan proses belajar ini mungkin sukar bagi orang tua. Akan
tetapi, hampir semua orangtua yang memiliki keinginan untuk belajar dan dibantu dukungan
keluarga menjadi terbiasa dengan aktivitas merawat anak serta mampu beradaptasi dengan
baik. Komponen psikologis dalam perubahan peran menjadi orangtua, sifat keibuan juga
berakar dari pengalaman orangtua di masa kecil saat mengalami dan menerima kasih sayang
dari ibunya.

Dalam hal ini orangtua bisa dikatakan mewarisi kemampuan untuk menunjukkan
perhatian dan kelembutan serta menyalurkan kemampuan ini ke generasi berikutnya dengan
mengadopsi peran hubungan orangtua-anak yang pernah dialaminya. Keterampilan kognitif-
afektif menjadi orangtua ini meliputi sikap yang lembut, waspada dan memberi perhatian
terhadap kebutuhan anak. Komponen menjadi orangtua ini memiliki efek yang mendasar
pada cara perawatan anak yang dilakukan dengan praktis dan berpengaruh pada respon
emosional anak terhadap asuhan yang diterimanya.

Pada masa postpartum terjadi transisi perubahan peran, yaitu menjadi orang tua
setelah kelahiran bayi. Sebenarnya ibu dan suami sudah mengalami perubahan peran sejak
masa kehamilan. Perubahan peran ini semakin meningkat setelah kelahiran anak. Contoh,
bentuk perawatan, dan asuhan sudah mulai diberikan oleh si ibu kepada bayinya saat masih
berada dalam kandungan adalah dengan cara memelihara kesehatannya selama masih hamil,
memperhatikan makanan dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan
sebagainya. Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan
tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku
ini akan terus berkembang dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan
waktu cenderung mempunyai dinamika seiring dengan perkembangan anak dan keluarga.
Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan sebaliknya bayi belajar mengenal
orang tuanya lewat suara, sentuhan, bau dan sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal
kebutuhan-kebutuhan bayinya akan kasih sayang, perhatian, makanan, sosialisasi dan
perlindungan. Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan keluarga sebagai
satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini menyangkut peran negosiasi (suami-istri,
ayah-ibu, orang tua anak, dan anak-anak). Selama periode postpartum, tugas dan tanggung
jawab baru muncul dan terdapat kebiasaan lama yang perlu diubah atau ditambah dengan
yang baru. Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan bayinya. Bayi
perlu perlindungan, perawatan, dan sosialisasi.

Periode ini ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk
mengasuh. Lama periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat
minggu. Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama membangun
kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi (suami-istri, ibuayah, saudara-
saudara) orang tua mendemonstrasikan kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan
aktivitas merawat bayi dan menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode
berlangsung kira-kira selama 2 bulan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan masa nifas dan menyusui?


2. Apa yang yang menjadi faktor social dalam masa nifas serta nilai negative dan
positivenya?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan masa nifas dan menyusui
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor social dalam masa nifas.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat - alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas yaitu 6 - 8
minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu.

a. Tahapan Masa Nifas

1. Puerperium Dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan - jalan. Dalam
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium intermedial.

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote puerperium.

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna Kujungan nifas dilakukan
minimal 4 kali untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi
dan menangani masalah- masalah yang terjadi. Yaitu 6 - 8 jam setelah persalinan, 6 hari
setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan, 6 minggu setelah persalinan. Asuhan
postpartum merupakan upaya kolaboratif antara orangtua, keluarga, pemberi asuhan yang
sudah terlatih atau tradisional, profesi kesehatan,dll. Termasuk kepala anggota masyarakat,
pembuat kebijakan, perencana kesehatan dan administrator.

b. Tujuan Dari Pemberian Asuhan Postpartum

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.


2. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara
dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana

5. Mendapatkan kesehatan emosi.

6. Ada juga peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah :

7. Sebagai teman terdekat sekaligus pendamping untuk memberikan dukungan yang


terus menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar
mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.

8. Sebagai pendidik dalam asuhan pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu dan
keluarga.

9. Sebagai asuhan pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan,
pemantauan, penanganan masalah, rujukan, dan deteksi dini komplikasi masa nifas.

2.2. Definisi Laktasi


Laktasi atau Menyusui adalah suatu proses belajar. Bayi belajar menghisap keluar air
susu dari payudara dengan seefisien mungkin dan ibu belajar cara menyusui dengan
senyaman mungkin (Nugroho, 2014).

Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil
menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta huruf
sekalipun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan
kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah.

Seiring dengan perubahan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian pesat, pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru
terkadang terlupakan. Padahal, kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan
besar, karena menyusui adalah pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran
penting dalam mempertahankan kehidupan manusia (Roesli, 2002).
2.3. Faktor Sosial Pada Masa Nifas dan Menyusui
Ibu merasa sulit menyesuaikan dengan peran baru sebagai ibu. Apalagi kini gaya
hidupnya akan berubah drastis. Ibu merasa dijauhi oleh lingkungan dan merasa akan terasa
terikat terus pada si kecil. Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan ibu
post partum blues. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di
tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama dengan
melibatkan lingkungannya, yaitu suami, keluarga dan teman dekatnya. Faktor sosial di
pengaruhi oleh:

1. Faktor usia
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung
masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia
perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan
dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
2. Faktor pengalaman
Berdasarkan beberapa penelitian  Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001)
mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan
primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan semua yang berkaitan dengan
bayinya merupakan situasi  baru bagi dirinya yang dapat menimbulkan stres.
Berdasarkan  pendapat Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas
sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis
setelah kelahiran bayi pertama.

3. Faktor pendidikan
Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik
peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja
atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah
tangga dan orang tua dari anak–anak mereka (Kartono, 2011).

4. Faktor selama proses persalinan


Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan
selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan
pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul
dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi
pascasalin.

5. Faktor dukungan sosial


Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan
pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
Faktor sosial tersebut tidak lepas dari faktor budaya. Budaya atau kebiasaan
merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan
maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang
merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek
kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak
memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain masih
adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun masih dianut sampai saat ini.

Pada Fator Sosial ini, Ibu nifas yang pertama kali melahirkan mempunyai kebutuhan
yang berbeda dibanding ibu-ibu nifas yang telah melahirkan sebelumnya. Ibu-ibu nifas yang
pertama kali melahirkan membutuhkan lebih banyak  support  dan tindakan lanjut terhadap
perannya sebagai orang tua, termasuk sumber pendukung dari lingkungannya. Pengalaman
juga merupakan bagian dari faktor sosial ini. Depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan
pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan semua yang berkaitan
dengan bayinya merupakan situasi  baru bagi dirinya yang dapat menimbulkan stres.
Perempuan dengan multipara, ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaannya
terhadap perannya sebagai ibu. Ia akhirnya menjadi tahu bahwa begitu beratnya ia harus
berjuang untuk melahirkan dan mengasuh bayinya dan hal itu akan memperkaya pengalaman
hidupnya untuk lebih dewasa.

2.4 Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI Sebagai Faktor Sosial


1) Tidurkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam
pertama.
Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan disamping bagi pemberIbun ASI.
Bayi yang normal berada dalam keadaan bangun dan sadar dalam beberapa jam
pertama sesudah lahir. KemudIbun mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas.
Penting untuk membuat bayi menerima ASI pada waktu masih terbangun tersebut.
Seharusnya dilakukan perawatan mata bayi pada jam pertama sebelum atau sesudah
bayi menyusui untuk pertama kalinya. Buatlah bayi merasa hangat dengan
membaringkannya dan menempel pada kulit ibunya dan menyelimuti mereka. Jika
mungkin lakukan ini paling sedikit 30 menit, karena saat itulah kebanyakan bayi si
Ibu menyusu.

2) Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul.
Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu bersih untuk mencegah
kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Ini juga mencegah luka pada putting
susu dan infeksi pada payudara. Seorang ibu harus mencuci tangannya dengan sabun
dan air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui bayinya. Ibu juga
harus mencuci tangannya sesudah buang air kecil atau air besar atau menyentuh
sesuatu yang kotor. Ibu juga harus membersihkan payudaranya dengan air bersih satu
kali sehari. Ibu tidak boleh mengoleskan krim, minyak, alkohol, atau sabun pada
putting susunya.

3) Bantulah ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.


Posisi menyusui yang benar disini adalah penting.
Berbaring miring, ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali
atau bila Ibu merasa lelah atau merasakan nyeri.
Duduk, penting untuk memberikan topangan/sandaran pada punggung Ibu dalam
posisinya tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat
dilakukan dengan duduk bersila di atas tempat tidur atau di lantai, atau duduk di kursi.
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara yaitu:
1) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada Ibu
2) Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara
3) Areola tidak akan bias terlihat dengan jelas
4) Bayi terlihat tenang dan senang
5) Ibu tidak akan merasakan nyeri pada putting susu
4) Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat
gabung/rooming in).
Dengan demikian Ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus
belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukkan bahwa byinya lapar. Bila Ibu
terpisah tempatnya dari bayi, maka Ibu akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda
tersebut.

5) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.


Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24
jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, katakana pada Ibu untuk memberikan ASInya
pada bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama dua hari pertama sesudah lahir,
beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi
setiap/sesudah 4 jam, yang paling baik adalah membangunkannya selama siklus
tidurnya. Pada hari ketiga setelah lahir, sebagian besar bayi menyusu setiap 2-3 jam.

6) Hanya berikan kolostrum dan ASI saja.


Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi saki dan menurunkan persediaan ASI
Ibunya karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASInya
dihisap oleh bayi. Bila minuman lain atau air diberikan, bayi tidak akan merasa lapar,
sehingga ia tidak akan menghisap.

7) Hindari susu botol dan “dot empeng”.


Susu botol atau kempengan membuat bayi bingung dan dapat membuatnya menolak
pentil ibunya atau tidak menghisap dengan baik. Mekanisme menghisap botol atau
kempengan berbeda dari mekanisme menghisap putting susu pada payudara ibu. Ini
akan membingungkan bayi. Bila bayi diberi susu botol atau kempengan, ia akan lebih
susah belajar menghisap ASI ibunya.

2.5 Dampak Faktor-Faktor Pada Masa Nifas dan Menyusui

Menurut (Wilkins, et al 2009), kelahiran bayi seharusnya membawa suka cita, tetapi
untuk beberapa wanita melahirkan bisa membuat stress dan berpengaruh negatif yang
berdampak baik fisik, sosial dan psikologis. Halbreich dan Karkun (2006), banyak ibu selama
pengalaman pertama enam minggu setelah kelahiran anak semacam distress yang ditandai
dengan sulit tidur ringan, kelelahan, konsentrasi yang buruk dan depresi mempengaruhi
disebut postpartum blues, dan sebagian besar berhasil mengatasi dan menanggulangi
penderitaan ini.

Halbreich dan Karkun (2006) perempuan lain mengalami penderitaan yang sama,
tetapi berkembang menjadi depresi postpartum mewujudkan sebagai hilangnya minat dalam
aktivitas sehari-hari, suasana hati mengalami depresi berat, kehilangan nafsu makan,
perubahan berat badan, problem tidur, kelelahan, perasaan bersalah dan ide bunuh diri.
Manifestasi ini dapat bervariasi dari orang ke orang karena budaya mereka (Tracy, 2011).
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Nifas ialah darah yang keluar dari rahim disebabkan kelahiran, baik
bersamaan dengan dengan kelahiran itu, sesudahnya atau sebelumnya (2 atau 3 hari)
yang disertai dengan rasa sakit.

Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasentasampai


pemulihan kembali alat-alat reproduksi seperti keadaan semula sebelum hamil yang
berlangsung 6 minggu (40 hari). Munyusui adalah suatu proses belajar. Bayi belajar
menghisap keluar air susu dari payudara dengan seefisien mungkindan ibu belajar
cara menyusui dengan senyaman mungkin. Faktor fisik, psikologi, budaya, soaial,
ekonomi dan lingkungan ternyata sangat berpengaruh terhadap ibu nifas dengan
adanya masa transisi. Jadi, perlu dukungan dari keluarga disekitarnya. Di Indonesia,
kebudayaan tersebut tidak dapat dihilangkan, salah satu alasan yang kuat
dikarenakan pembuktian terhadap beberapa mitos hingga kepercayaan ibu nifas
benar adanya. Namun, ada juga yang sama sekali tidak membawa dampak positif.

Salah satu Faktor Sosial ialah adanya Respon dan dukungan keluarga dan
teman Bagi ibu postpartum, apalagi pada ibu yang baru pertama kali melahirkan
akan sangat membutuhkan dukungan orang-orang terdekatnya, karena ibu belum
sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik fisik maupun psikologisnya. Ia masih
sangat asing dengan perubahan peran barunya yang begitu dramatis terjadi dalam
waktu yang begitu cepat, yaitu peran sebagai seorang “ibu”. Dengan respon positif
dari lingkungan terdekatnya, akan mempercepat proses adaptasi peran ini sehingga
akan memudahkan bagi bidan untuk memberikan asuhan pada ibu postpartum dengan
optimal.

Adapun dukungan bidan sebagai factor sosial dalam pemberian ASI yang
harus diperhatikan yaitu sebagai berikut:
1.Tidurkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa
jam pertama.

2.Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.

3.Bantulah ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

4.Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat


gabung/rooming in).

5.Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.

6.Hanya berikan kolostrum dan ASI saja.

7.Hindari susu botol dan “dot empeng”.

3.2. Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan memahami
tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin
pada setiap ibu nifas agar keadaan  ibu dan bayi tetap baik. Selain itu juga diharapkan
khususnya para pembaca agar memahami faktor-faktor yang mempengaruhi masa nifas dan
menyusui. Mengingat bahwa di Indonesia masih sangat banyak kepercayaan dan budaya yang
terkait dengan kesehatan ibu nifas, maka perlu dilakukan pengawasan khusus agar
kebudayaan tersebut memberikan dampak positif. Dan berikan dukungan yang penuh untuk
ibu nifas agar dapat membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA

Erdan, Soeryani. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.

Suherni S.pd,APP,M.kes.dkk (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Syafruddin, (2009). Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

Dahlah, A.Kasrida. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang : Selaksa Media

Nugroho, Taufan. 2014. Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika

Sofian, Amru. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai