Anda di halaman 1dari 74

MODEL PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SISWA

MELALUI PEMBINAAN KEAGAMAAN


PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 1
KABUPATEN CIREBON

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :
NURKHASANAH
NIM. 2016.1.19.1.02259

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
TAHUN 2020
PERNYATAAN KEASLIAN

LEMBAR PERSETUJUAN

MODEL PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SISWA


MELALUI PEMBINAAN KEAGAMAAN
PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 1
KABUPATEN CIREBON

Oleh :
NURKHASANAH
NIM : 2016.1.19.02259

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Sulaiman, M. M. Pd Eman Sulaeman, M. Ag.


NIDN. 2118096201 NIDN. 2123088401

i
NOTA DINAS
Kepada Yth.
Ketua Jurusan Tarbiyah
IAI Bunga Bangsa Cirebon
Di
Cirebon

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan
skripsi NURKHASANAH Nomor Induk Mahasiswa 2016.1.19.1.02259
berjudul “Model Pengembangan Kepribadian Siswa Melalui Pembinaan
Keagamaan Pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon” bahwa
skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada ketua jurusan tarbiyah untuk
dimunaqosahkan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sulaiman, M. M. Pd Eman Sulaeman, M. Ag.


NIDN. 2118096201 NIDN. 2123088401

ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “ Model Pengembangan Kepribadian Siswa
Melalui Pembinaan Keagamaan Pada Madrasah Aliyah Negeri 1
Kabupaten Cirebon” oleh NURKHASANAH Nomor Induk Mahasiswa
2016.1.19.1.02259, telah diajukan dalam sidang munaqosah Fakultas
Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam IAI Bunga Bangsa
Cirebon.
Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan
Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.

Cirebon, Juni 2020

Sidang Munaqosah,

Ketua Sekretaris
Merangkap Anggota Merangkap Anggota

Dr. H. Oman Fathurohman, M. A Drs. Sulaiman, M. M. Pd


NIDN. 8886160017 NIDN. 2118096201

iii
ABSTRAK

NURKHASANAH NIM : 2016.1.19.1.02259 MODEL


PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SISWA MELALUI PEMBINAAN
KEAGAMAAN PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 1
KABUPATEN CIREBON.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk
pengembangan setiap individu agar memiliki kepribadian yang berkarakter.
Selain dalam lingkungan keluarga, pembinaan agama dalam lingkungan
sekolah juga sangatlah penting bagi pengembangan karakter yang religius
bagi peserta didik melalui pembiasaan yang dikemas dalam tata tertib
sekolah. Sekalipun model pembinaan yang diterapkan berkualitas baik, akan
tetapi masih saja ditemukan problema dalam dunia pendidikan. Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon merupakan lembaga pendidikan religius
yang telah menerapkan model pengembangan siswa yang sudah sangat baik
khususnya dalam pembinaan keagamaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana model
pengembangan kepribadian siswa melalui pembinaan keagamaan pada
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon berikut pelaksanaannya dan
apa saja yang menjadi faktor penghambat dan pendukungnya. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Jenis
penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan. Sedangkan
teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan
dokumentasi yang dilakukan secara berurutan.
Hasil penelitian menunjukkan model pengembangan kepribadian
siswa melalui pembinaan keagamaan yang diterapkan di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kabupaten Cirebon sudah baik, demikian pula dengan pelaksanaan
model pengembangan kepribadian siswa tersebut berjalan dengan baik sesuai
dengan budaya madrasah yang berlaku dalam tata tertib madrasah. Faktor
yang mempengaruhi keberhasilan (pendukung) dalam pelaksanaan
pembinaan keagamaan tersebut karena adanya dukungan penuh dari kepala
madrasah, kerjasama yang baik antara guru dan siswa, serta fasilitas yang
memadai. Adapun yang menjadi faktor penghambat adalah kurangnya dana
serta solidaritas dalam acara pertemuan sehingga tidak jarang menimbulkan
miskomunikasi.

Kata Kunci : Kepribadian, Pembinaan, Siswa

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
“Model Pengembangan Kepribadian Siswa Melalui Pembinaan
Keagamaan Pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon”,
dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana
Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa
Cirebon.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah menerima banyak
bimbingan, dorongan, saran dan masukan serta bantuan dari berbagai pihak
yang tidak ternilai harganya. Jasa baik mereka tentu tidak dapat penulis
lupakan begitu saja, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Dr. H. Oman Fathurohman, M.A, selaku Rektor Institut Agama Islam
Bunga Bangsa Cirebon.
2. Agus Dian Alirahman, M.Pd.I, Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam
IAI Bunga Bangsa Cirebon.
3. Drs. Sulaiman, M.M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.
4. Eman Sulaeman, M. Ag, selaku Dosen Pembimbing II Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.
5. Drs. Effendi Mufied, WAKA Madrasah Bidang Kurikulum MAN 1
Kabupaten Cirebon
6. H. Muhajirin, S. Pd, M.Pd, selaku WAKA Madrasah Bidang
Kesiswaan MAN 1 Kabupaten Cirebon
7. Drs. H. Mahrom Ali, selaku Koordinator Bidang Keagamaan MAN 1
Kabupaten Cirebon
8. MAN 1 Kabupaten Cirebon
9. Segenap Dosen dan Staff Institut Agama Islam Bunga Bangsa
Cirebon
10. Yang Tercinta, Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan do’a tulus
dan motivasi, sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan
lancar.
11. Keluarga, teman-teman terdekat, teman seperjuangan, dan terutama
sahabat terkasih Nur Aeni yang selalu memberikan motivasi dan
bantuan dalam bentuk apapun, sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini.
12. PAI-A Tahun Akademik 2016
v
13. Segenap KSR PMI Unit Kota Cirebon
14. Seluruh pihak yang telah membantu dan mensuport dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Namun demikian, dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari


masih banyak kekurangan. Sehingga dengan segala kerendahan hati, penulis
menerima kritik dan saran dari para pembaca guna untuk penyempurnaan
skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut mendapat limpahan
balasan dari Allah. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Aamiin.

Cirebon, Juni 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... i
NOTA DINAS ....................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
Daftar isi ............................................................................................................... vii
BAB I .....................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB II ....................................................................................................................8
KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................................8
BAB III.................................................................................................................17
METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................................17
BAB IV ................................................................................................................30
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................................30
BAB V..................................................................................................................54
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................54
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................56
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................... Error! Bookmark not defined.

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesadaran terhadap besarnya peran agama bagi peningkatan
keimanan dan ketaqwaan juga pembentukan moral warga Negara
telah menjadikan pendidikan agama sebagai mata pelajaran yang
wajib bagi setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar
hingga pada pendidikan tinggi. Keberadaan pendidikan agama
sebagai mata pelajaran juga didukung oleh UUD 1945 dan Pancasila
sebagai dasar Negara.

Pendidikan agama memegang peranan penting dalam segala


aspek kehidupan karena pendidikan agama dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia (uu
sisdiknas, 2003: 50) Dengan demikian harapan yang tercipta yaitu
pendidikan agama menjadi acuan untuk membentuk moralitas dan
kepribadian masyarakat yang religius. Sekolah merupakan lingkungan
yang sangat berpengaruh bagi perkembangan peserta didik,demikian
pula pada perkembangan kepribadian. Namun, di era globalisasi ini
kita dihadapkan banyak masalah termasuk masalah moral dan akhlak.
Dalam hal ini tentunya pendidikan memiliki peran yang sangat
berpengaruh bagi perkembangan dan kemajuan suatu Negara. Negara
yang maju, salah satunya adalah karena adanya sistem pendidikan
yang berkualitas sehingga mampu menjamin mutu generasi suatu
bangsa. Sehubungan dengan hal tersebut, sejalan dengan penegertian
pendidikan yang tertuang dalam UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional bahwa :
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat
bangsa, dan negara”. (Sagala, 2008)

Pendidikan agama dilembaga pendidikan akan memberi


pengaruh terhadap pembentukan jiwa keagamaan pada peserta didik.
Namun demikian bagaimanapun pengaruh tersebut sangat bergantung
pada berbagai faktor yang dapat menstimulasi peserta didik untuk
memahami nilai-nilai pembelajaran. Sebab pendidikan agama pada
1
2

dasarnya adalah pendidikan nilai. Oleh karenanya pendidikan agama


sangat dititikberatkan terhadap pembentukan kepribadian yang selaras
dengan ajaran agama melalui pembiasaan.
Dewasa ini masalah moralitas dikalangan generasi muda
bangsa ini terkhusus para pelajar dan mahasiswa merupakan
persoalan besar. Generasi muda adalah aset dan penerus yang akan
menentukan bangsa dimasa depan. Pada realitanya, pelajar dan
mahasiswa yang merupakan generasi terpelajar justru mudah
terpengaruh, yang seringkali menyebabkan terjadinya tawuran
diberbagai sekolah bahkan perguruan tinggi. Maraknya kasus amoral
dilingkungan para remaja terpelajar seperti halnya kasus seks bebas,
minuman keras, narkoba, dan kasus sejenis lainnya. Berbagai
problema yang terjadi sulit untuk dipulihkan, melainkan
mengembalikan kepada ajaran agama dengan salah satu caranya
adalah mengefektikan dan mengefisiensikan pendidikan agama di
sekolah melalui penanaman pembiasaan.

Pembentukan kepribadian yang religius atau yang bermoral


dan kepribadian yang memiliki keberagamaan (religiusitas), tidak
cukup hanya mengacu pada mata pelajaran agama saja yang hanya
memiliki alokasi waktu dua sampai tiga jam pelajaran saja pada setiap
pekannya. Ditambah lagi berkembangnya pemahaman bahwa
keberhasilan pendidikan agama kepada peserta didik adalah tanggung
jawab guru agama. Hal ini menjadi permasalahan tambahan didalam
dunia pendidikan khususnya pada pendidikan agama Islam
dilingkungan sekolah.

Pembinaan adalah suatu usaha dan upaya yang dilakukan


secara sadar terhadap nilai-nilai yang dilaksankan oleh orang tua,
seorang pendidik atau tokoh masyarakat dengan metode tertentu baik
secara personal (perorangan) maupun secara lembaga yang merasa
punya tangggung jawab terhadap perkembangan pendidikan anak
didik atau generasi penerus bangsa dalam rangka menanamkan nilai-
nilai dan dasar kepribadian dan pengetahuan yang bersumber pada
ajaran agama Islam untuk dapat diarahkan pada sasaran dan tujuan
yang ingin dicapai.

Pembinaan agama Islam adalah segala usaha yang dilakukan


oleh individu maupun kelompok yang berorientasi pada rasa
ketuhanan dan dalam melaksanakan peraturan Allah hanya untuk
mengharap Ridho-Nya. Pendidikan agama tidak hanya membekali
manusia dengan pengetahuan serta mengembangkan intelektual saja,
akan tetapi juga membentuk kepribadian manusia sesuai dengan
3

ajaran agama Islam yaitu mulai dari latihan sehari-hari dengan ajaran
Islam, baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Allah,
manusia dengan manusia maupun manusia dengan makhluk lain.
Oleh karena itu pembinaan keagamaan yang dilakukan di luar sekolah
terutama di lingkungan keluarga akan sangat optimal jika dilakukan
untuk menambah atau menyempurnakan pengetahuan agama seorang
anak. Pembinaan keagamaan merupakan tujuan pokok yang hendak
dicapai dalam setiap dakwah Islamiyah, yang dilakukan oleh para
pendakwah. Materi dakwah adalah ajaran-ajaran agama Islam yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dan diberikan kepada umat
manusia untuk kemaslahtan dunia dan akhirat.

Dalam keseharian istilah model dimaksudkan terhadap pola


atau bentuk yang akan menjadi acuan. Dalam konteks pendidikan
sepertinya tidak jauh juga maknanya, yakni sebagai kerangka
konseptual berkenaan dengan rancangan yang berisi langkah teknis
dala kesatuan strategis yang harus dilakukan dalam mendorong
terjadinya situasi pendidikan; dalam wujud perilaku belajar dan
mengajar dengan kecenderungan berbeda antara satu dengan lainnya
atau dengan yang biasanya. Model merupakan contoh, acuan atau
gambaran realita yang memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari
kehidupan sebenarnya. Model dalam penelitian ini ialah model
normatif yaitu model yang menyediakan jawaban terbaik terhadap
satu persoalan. Pendidikan agama di sekolah membutuhkan model
dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Sangatlah wajar jika
sekolah sebagai pelaku dalam mendidik dasar-dasar moral pada
peserta didik. Peserta didik diarahkan untuk menjadi pelaku agama
yang loyal, memiliki sikap comitment (keberpihakan) dan dedikasi
(pengabdian yang tinggi terhadap agama yang dipelajarinya).
(Shomadah, 2017)

Kepribadian seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh dua


faktor yakni faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar
(eksternal) diri atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri terdiri
dari faktor fisik seperti bangun tubuh. Fisik seseorang seperti
gemuk, pendek, tinggi kurus, tubuh berotot, dan lemah sering
merupakan faktor fisik yang menetukan kepribadian. Faktor mantal
seperti intelegensi, emosionalitas, karakter, temperamen, keberanian,
ketenangan, daya penarik, percaya diri, baik pandangan dan
kebijaksanaan. Pengaruh sekolah dalam pembentukan kepribadian
seseoramg antara lain dilatar belakangi oleh kurikulum,
kegiatan kegiatan ekstra, hubungan guru dengan siswa dan pengaruh
pergaulan teman teman. Hal hal tersebut mempengaruhi pola sikap
4

anak contohnya, sekolah yang berorientasi umum akan berbeda


dengan sekolah yang berorientasi kejuruan, pun berbeda dengan
yang berorientasi agama. (Rohendi Edi, n.d.)

Pengembangan nilai karakter pada peserta didik harus melalui


contoh dan keteladanan. Apabila adanya komunikasi yang baik
antara keluarga, sekolah dan masyarakat maka, akan
mempermudah dalam pengembangan karakter pada anak, karena
karakter bisa dibentuk karena adanya pembiasaan, pengarahan, serta
adanya lingkungan yang mendukung.

Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter


jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Dengan begitu
fitrah setiap anak yang akan dilahirkan suci bisa berkembang secara
optimal. Oleh karena itu, penanaman atau pendidikan karakter bagi
anak menjadi penting. Pembentukan watak ini dapat dikatakan
sebagai upaya membentuk karakter. Karakter yang perlu dibentuk dari
diri siswa ialah karakter yang ada dalam diri Rasulullah Saw yang
telah tertuang dalam QS. Al Ahzab: 21. Kementrian Agama RI.
(2012;420)

ٓ ۡ ‫ٱَّلل َو ۡٱليَ ۡو َم‬


‫ٱۡل ِخ َر‬ َ َّ ‫ة لِّ َمن َكانَ يَ ۡر ُجو ْا‬ٞ َ‫سن‬
َ ‫ٱَّلل أُ ۡس َوةٌ َح‬
ِ َّ ‫ول‬ ُ ‫لَّقَ ۡد َكانَ لَ ُكمۡ فِي َر‬
ِ ‫س‬
َّ ‫َو َذ َك َر‬
‫ٱَّللَ َكثِ ٗيرا‬
Artinya: Sesungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
mengingat Allah. (QS. Al Ahzab:21)

Pendidikan agama bukan hanya sekedar mengajarkan mana


yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu pendidikan agama
bisa dikatakan usaha untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang
baik sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak
berdasarkan nilai nilai yang telah menjadi kepribadiannya sesuai
aturan agama.

Penelitian ini dilakukan pada Madrasah Aliyah Negeri 1


Kabupaten Cirebon Saat ini keberadaan Madrasah Aliyah Negeri
Cirebon 1 Kabupaten Cirebon yang letaknya berdampingan dengan 3
(tiga) lembaga pendidikan lain, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan
Al-Musyawirin, Sekolah Menengah Pertama Modern Al-Musyawirin
dan Madrasah Tsanawiyah Negeri Cirebon II.
5

Keberadaan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon ini


diharapkan dapat memfasilitasi masyarakat atas hak mendapatkan
pendidikan yang layak sebagaimana yang tercantum pada UUD 1945
dalam pasal 28C ayat 1 bahwa :

Setiap orang berhak mengembangkan dirimelalui pemenuhan


kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon memiliki


perpaduan program dari pemerintah dan pendidikan Islam akan
menjadi program khusus di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten
Cirebon ini. Selain itu budaya sekolah yang diterapkan di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon juga berbeda dengan sekolah
lainnya yaitu menerapkan program-program kegiatan dalam rangka
membudayakan nilai-nilai yang positif salah satunya budaya agamis,
seperti berdo’a bersama, budaya 5s (Salam, Senyum, Sapa, Sopan dan
Santun), sholat dhuha dan sholat berjama’ah, tahfidz al-qur’an
(menghafal al-qur’an) dan lain sejenisnya. Melalui budaya sekolah
tersebut terbentuk kepribadian peserta didik juga semua unsur di
lingkungan sekolah. .

Pembinaan kepada peserta didik lebih menekankan pada


pembentukan kepribadian, islam sebagai agama yang bersifat
rahmatan lil alamin, yang mengajarkan setiap makhluk agar bertakwa
kepada Allah Ta’ala serta menjauhi segala larangan-Nya sesuai
dengan apa yang telah disyariatkan dalam agama islam. Pembinaan
tidak hanya dilakukan didalam keluarga dan lingkungan sekolah saja,
akan tetapi diluar keduanya pun dapat dilakukan pembinaan, seperti
pembinaan melalui ekstrakurikuler keagamaan. Di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kabupaten Cirebon pembinaan kepribadian peserta didik
dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan termasuk
ekstrakurikuler Wahdaniyah

Dari paparan latar belakang diatas tentang pentingnya


pembinaan perilaku keagamaan melalui budaya sekolah tersebut serta
relevansinya terhadap permasalahan moral dan karakter, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Model
Pengembangan Kepribadian Siswa Melalui Pembinaan
Keagamaan Pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten
Cirebon.”
6

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
tersebut diatas, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah yang
terdapat pada penelitian ini antara lain, sebagai berikut :
1. Model pengembangan kepribadian siswa yang telah diterapkan di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon
2. Pelaksanaan pembinaan keagamaan pada Madrasah Aliyah Negeri
1 Kabupaten Cirebon
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembinaan
keagamaan untuk pengembangan kepribadian siswa di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon.

Berangkat dari identifikasi masalah diatas, peneliti perlu


membatasi penelitian agar lebih fokus, terarah dan tidak meluas,
untuk itu peneliti membatasi penelitian pada Model Perkembangan
Kepribadian Siswa Melalui Pembinaan Keagamaan Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon.

C. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana model pengembangan kepribadian yang telah
diterapkan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon?
2. Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon?
3. Apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
dalam pelaksanaan pengembangan kepribadian siswa melalui
pembinaan keagamaan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten
Cirebon?

D. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan, maka
tujuan penelitian ini mencakup beberapa hal yaitu :
1. Untuk mendeskripsikan model pengembangan kepribadian siswa
pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon
2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembinaan keagamaan di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan pengembangan kepribadian siswa melalui pembinaan
keagamaan pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Cirebon
7

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam
menambah pengetahuan pada dunia keilmuan terutama pada bidang
Pendidikan Agama Islam khususnya tentang model pengembangan
kepribadian siswa melalui pembinaan keagamaan dengan
karakteristik yang baik dan berkualitas, juga pentingnya sekolah
melaksanakan pembinaan keagamaan terhadap para peserta didiknya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi nyata
dalam upaya realisasi model pengembangan kepribadian siswa di
sekolah maupun lembaga pendidikan lainnya. Serta diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan bagi kepala sekolah, guru dan jajaran
sekolah lainnya dalam melaksanakan pengembangan kepribadian
siswa agar lebih baik, juga lebih mengembangkan pembinaan
keagamaan secara maksimal. Dan bagi para pembaca, penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan terutama bagi
peneliti selanjutnya yang juga meneliti pada kajian ini agar dapat
mengembangkan penelitian yang lebih baik.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Model Pengembangan Kepribadian Siswa


Model pengembangan kepribadian siswa melalui pembinaan
keagamaan diantaranya sebagai berikut.
a. Definisi Pembinaan
Kata pembinaan berasal dari bahasa Arab “bina”
artinya bangunan. Setelah dibakukan kedalam bahasa
Indonesia, jika diberi awalan “pe-“ dan akhiran “an” menjadi
pembinaan yang mempunyai arti pembaruan, penyempurnaan
usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya
guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.(A.“Pembinaan Keagamaan Dan Perilaku
Keagamaan,”2017, p.17)

Pengertian pembinaan hampir sama dengan


bimbingan dan penyuluhan. Bimbingan secara harfia dapat
diartikan sebagai memajukan, memberi jalan atau menuntun
orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi kehidupannya
di masa kini dan masa yang akan datang. Penyuluhan
juga dapat disebut seabgai suatu proses membantu individu
melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh
kebahagaiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. (B.“Pembinaan
Keagamaan Dan Perilaku Keagamaan,”2017)

Pembinaan adalah suatu usaha dan upaya yang


dilakukan secara sadar terhadap nilai-nilai yang dilaksankan
oleh orang tua, seorang pendidik atau tokoh masyarakat
dengan metode tertentu baik secara personal (perorangan)
maupun secara lembaga yang merasa punya tangggung jawab
terhadap perkembangan pendidikan anak didik atau generasi
penerus bangsa dalam rangka menanamkan nilai-nilai dan
dasar kepribadian dan pengetahuan yang bersumber pada
ajaran agama Islam untuk dapat diarahkan pada sasaran dan
tujuan yang ingin dicapai. (Mila Shomadah, 2017, p.19)

8
9

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan


adalah pembaharuan, penyempurnaan. Pembinaan merupakan
usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien
dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
(https://kbbi.web.id/pembinaan)
Maka dari beberapa definisi diatas dapat dipahami
bahwa pembinaan merupakan sebuah proses atau usaha yang
bertujuan untuk melakukan perbaikan dan berbenah diri
dalam segala aspek kehidupan serta dapat mengaktualisasi diri
didalam keluarga maupun lingkungan masyarakat.

Pembinaan juga memiliki beberapa fungsi pokok.


Adapun fungsi pokok pembinaan mencakup tiga hal, yaitu:
a) Penyampaian informasi dan pengetahuan.
b) Perubahan dan pengembangan sikap.
c) Latihan dan pengembangan kecakapan serta keterampilan.
(Mangundharjana, 1995: 18).

Dari uraian tersebut dalam hal pembinaan dapat


diketahui bahwa pembinaan merupakan salah satu hal yang
sangat penting bagi setiap individu agar dapat memperbaiki
kualitas diri baik dari aspek sikap, perilaku, kepribadian luhur
serta berbagai aspek lainnya didalam kehidupannya.

b. Model Pembinaan Keagamaan


Model pembinaan keagamaan berhubungan dengan
model pembelajaran.Model pembelajaran pada umumnya
adalah sebagaimana dikemukaan Joyce dan Weil (Syaiful
Sagala, 2005:176) yaitu empat kategori yang penting.
Keempatnya adalah yakni model informasi, model personal,
model interaksi dan model tingkah laku.

Model pembinaan dapat diartikan sebagai “suatu


rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun
kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada
pembina dalam setting pembinaan”. Penciptaan model-model
pembinaan didasari pada asumsi bahwa hanya ada model
pembinaan tertentu yang cocok untuk ditangani dengan model
pembinaan tertentu. Jadi untuk pembinaan tertentu diperlukan
model pembinaan tertentu pula. Banyak cara yang ditemukan
dalam menentukan model pembinaan. Ada yang ditemukan
melalui suatu penelitian khusus, kajian mendalam, pelatihan,
maupun melalui suatu terapi. Akan tetapi pada dasarnya
10

penemuan model pembinaan dilakukan melalui dua cara,


yakni kajian teoritik dan kajian berdasarkan empiris. Sehingga
akan ditemukan model pembinaan yang simple dan ada pula
model pembinaan yang kompleks. Untuk itu, pendidik
sebagai ujung tombak di dalam melaksanakan proses
pembinaan, memiliki kewenangan untuk dapat menentukan
model pembinaan yang bagaimana yang akan dikembangkan.
Penentuan model pembinaan pada dasarnya dapat
ditentukan berdasarkan karakteristik materi dan relevansi
materi dengan ketercapaian tujuan yang ingin dicapai.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Bruce Joyce dan
Marsha Weil membagi model mengajar itu kedalam
empat rumpun yang memiliki orientasi dan cara belajar siswa
yang berbeda.
(1) Model Pemrosesan Informasi (Information Processing);
Rumpun ini terdiri atas model mengajar yang menjelaskan
bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari
lingkungan atau menekankan cara-cara dalam
meningkatkan dorongan alamiah manusia untuk membentuk
makna tentang dunia (sense of the world) dengan memperoleh
dan mengolah data, merasakan masalah- masalah dan
menghasilkan solusi-solusi nyang tepat, serta
mengembangkan konsep dan bahasa untuk mentransfer
solusi/data tersebut, atau dengan kata lain dengan cara
mengorganisasikan data, memformulasikan masalah,
membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta
penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal.
(2) Model Pribadi (Personal); Rumpun model personal terdiri
atas model mengajar yang berorientasi kepada perkembangan
diri individu. Siswa, dengan model mengajar ini diharapkan
dapat melihat diri mereka sebagai pribadi yang berada
dalam suatu kelompok dan cukup mempunyai kecakapan
(capable). Dengan demikian ia dapat menghasilkan hubungan
inter- personal yang cukup kaya.
(3) Model Sosial (Social); Rumpun model mengajar Interaksi
Sosial ini mengutamakan hubungan individu dengan
masyarakat atau orang lain, dan memusatkan perhatiannya
kepada proses dimana realita yang ada dipandang sebagai
suatu negosiasi sosial (social negotiated).
11

(4) Model Perilaku (Behavioral); Rumpun model Perilaku


ini dibangun atas dasar teori yang umum, yaitu kerangka teori
perilaku. Salah satu cirri dari rumpun model mengajar ini
ialah adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar
kepada sejumlah perilaku yang kecil-kecil dan berurutan. (Nan
Rahminawati, 2018, p.324-325)

c. Siswa
Siswa menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun
2013. Mengenai sistem pendidikan nasional, dimana siswa
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
diri mereka melalui proses pendidikan pada jalur dan
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.(“siswa,”2019)
Menurut Daradjat (1995) siswa adalah pribadi yang
“unik” yang mempunyai potensi dan mengalami proses
berkembang. (“siswa,”2015)

d. Kepribadian Siswa
Rumusan kepribadian menurut Eysenck kurang lebih
sebagai berikut (Prawira, 2013:284): “Kepribadian
sebenarnya merupakan seluruh potensi tingkah laku individu
yang ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan.
Kepribadian individu berasal dan berkembang oleh adanya
empat faktor, yaitu inteligensi, karakter, tempramen, dan
somatis”

Menurut teori konvergensi yang di kemukakan oleh


W. Sterz (Prawira, 2013:71), bakat atau kepribadian pada
seorang anak yang merupakan faktor pembawaan (faktor dari
dalam) tidak akan berkembang dengan baik jika tidak adanya
pengaruh dari luar atau lingkungan sekitarnya. Tipe
Kepribadian Introvert dan Ekstrovert. Ekstrovert adalah
kepribadian yang lebih dipengaruhi oleh dunia objektif,
orientasinya terutama tertuju ke luar. Pikiran, perasaan serta
tindakannya lebih banyak ditentukan oleh lingkungan.
Sedangkan introvert adalah kepribadian yang lebih
dipengaruhi oleh dunia subjektif, orientasinya tertuju ke
dalam.

Introvert menurut Eysenck adalah satu ujung dari


dimensi kepribadian introversi-ekstroversi dengan
karakteristik watak yang tenang, pendiam, suka menyendiri,
suka termenung, dan menghindari resiko. Seseorang yang
12

bertipe kepribadian ekstrovert lebih suka pergaulan, tidak


kaku dan canggung, senang dalam kegiatan sosial.
Sedangkan seseorang dengan tipe kepribadian introvert pada
umumnya pendiam, kurang hangat kepada orang lain, suka
menyendiri, tidak suka bicara, mudah tersinggung, kurang
percaya diri, kurang bergaul dan lebih peduli. (Surya, 2012: 6)
Kepribadian didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap
seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang
atau bangsa lain. (https://kbbi.web.id/pribadi)

Carl Gustav Jung (dalam Jalaluddin, 2001)


mengatakan bahwa kepribadian merupakan wujud pernyataan
kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam
kehidupannya.Kepribadian sebagai sosok menyeluruh dari
kehidupan lahir dan batin seseorang yang tercermin dalam
sikap perilakunya sebagai individu. Kepribadian dibentuk oleh
kecenderungan yang berperan secara aktif dalam menentukan
tingkah laku individu yang berhubungan dengan dirinya
sendiri dan lingkungan masyarakat yang dalam prosesnya
selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Dari
pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa kepribadian adalah
sifat hakiki yang ada dalam diri seseorang yang menentukan
dirinya dapat atau tidak untuk menyesuaikan terhadap
lingkungannya.

Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian sebagai


berikut:
a. Faktor Internal:
1) Instink Biologis, seperti lapar, dorongan makan
yang berlebihan dan berlangsung lama akan
menimbulkan sifat rakus. Maka sifat itu akan
menjadi perilaku tetap,
2) Kebutuhan Psikologis, seperti rasa aman,
penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri,
3) Kebutuhan Pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang
membentuk cara berfikirr seseorang, seperti mitos,
agama, dan sebagainya.
b. Faktor Eksternal :
1) Lingkungan Keluarga,
2) Lingkungan Sosial, dan
3) Lingkungan Pendidikan (Abdul Mujib, 2006)
13

Pembentuk kepribadian dalam pendidikan meliputi


sikap, sifat, reaksi, perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini
secara relatif menetap pada diri seseorang yang disertai
beberapa pendekatan, yakni pembahasan mengenai tipe
kepribadian, tipe kematangan kesadaran beragama, dan tipe
orang- orang beriman. Melihat kondisi dunia pendidikan di
Indonesia sekarang, pendidikan yang dihasilkan belum
mampu melahirkan pribadi-pribadi yang mandiri dan
berkepribadian baik. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang
berjiwa lemah seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak
amanah. Untuk itu membentuk kepribadian dalam pendidikan
harus direalisasikan, dan mampu mengejar ketinggalan dalam
bidang pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan
dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam pendidikan
identik dengan hakekat pendidikan itu sendiri, keduanya tidak
dapat dipisahkan karena saling berkaitan.(Hari Arkani, 2017,
p.1)

Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian


psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau
temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus) para ahli.
Objek kajian kepribadian adalah “human behavior”, perilaku
manusia, yang pembahasannya, terkait dengan apa, mengapa,
dan bagaimana perilaku tersebut. (“Tipe Kepribadian,”2018)

Menurut Muhammad Yaumi, (2014:129-130) bahwa


pengembangan pendidikan karakter adalah memperbaiki budi
pekerti atau watak yang merupakan bersatunya gerak pikiran,
perasaaan dan kehendak atau kemauan yang menghasilkan
tenaga, dimana budi berarti pikiran, perasaan dan kemauan,
sedangkan pekerti berarti tenaga . (Puji Novita Sari, p.9)

e. Pengembangan Kepribadian siswa


Pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) memiliki arti proses, cara, perbuatan
mengembangkan. (https://kbbi.web.id/kembang)

Prinsip-prinsip pengembangan karakter siswa di


sekolah menurut Heri Gunawan, (2012:35) bahwa
pendidikan karakter di sekolah akan terlaksana dengan lancar,
jika guru dalam pelaksanaanya memperhatikan beberapa
prinsip karakter. Kementrian (2010) memberikan
14

rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan


karakter yang efektif sebagai berikut:
1. Mempromosikan nilai nilai dasar etika sebagai basis
karakter
2. Mengidentifikasikan karakter secara komperehensif
supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku
3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan
efektif untuk membangun karakter
4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki
kepedulian
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menunjukan perilaku yang baik.
6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna
dan menantang yang menghargai semua siswa,
membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk
sukses.
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para siswa
8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas
moral yang berbagai tanggung jawab untukpendidikan
karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama
9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan
dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan
karakter
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat
sebagai mitra dalam usaha membangun karakter
11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah serta
guru guru karakter, dan manifestasi karakter positif
dalam.(Puji Novita Sari, p.11)

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, dalam penulisan
skripsi ini peneliti juga mengumpulkan informasi dari penulisan yang
dikutip oleh peneliti sebelumnya sebagai bahan perbandingan.
Disamping itu, peneliti juga mengumpulkan informasi melalui buku-
buku maupun skripsi, dalam rangka mendapatkan suatu informasi
yang telah ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul
yang digunakan untuk memdapatkan landasan teori ilmiah.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Miftahol Ansyori, Mahasiswa


Pascasarjana Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya tahun 2018 dengan judul “ Pembentukan Perilaku
Keagamaan Melalui Budaya Sekolah ( Studi Multi Kasus pada SD
15

Plus Nurul Hikmah Pamekasan dan MI Sirojut Tholibin I


Pamekasan) ”.

Hasil penelitian tesis tersebut menunjukkan teknik pengumpulan


data menggunakan : wawancara, observasi participant dan
dokumentasi sehingga diperoleh data berupa catatan lapangan, dan
dokumen atau data yang berkaitan dengan fokus penelitian.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Insirotul Munawaroh, mahasiswa


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto tahun 2018 dengan judul “ Manajemen Pembinaan
Perilaku Budaya Religius di MTs Al-Hidayah Karangsuci
Purwokerto”.

Hasil penelitian skripsi tersebut bahwa dalam tahapan kegiatan


manajemen meliputi : perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, penggerakkan dan pengawasan. Proses perencanaan
melalui tahapan merencanakan kegiatan apa saja yang
dilaksanakan, memilih guru sebagai Pembina.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Erma Diah Ayu Aprilia, mahasiswa


program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2015 dengan judul “
Karakteristik Budaya Sekolah Dalam Pelaksanaan Pembinaan
Keagamaan (Studi Kasus di MTsN Jatinom Tahun Pelajaran
2014/2015) ”.

Hasil penelitian skripsi tersebut bahwa karakteristik budaya


sekolah di MTsN Jatinom tahun pelajaran 2014/2015 sangat baik
dan berkualitas, terlihat dari nilai-nilai budaya yang dikembangkan
dan diterapkan di sekolah. Seperti budaya Islam, religius, disiplin,
jujur dan visi misi yang merujuk pada generasi karakter Islam.
Kemudian pelaksanaan pembinaan keagamaan di MTsN Jatinom
sangat menekankan pada aspek disiplin dan pembiasaan seperti
shalat dhuha, dzuhur dan jum’at yang dilakukan secara berjamaah,
membaca ayat Al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai, tausiyah
sebelum shalat dzuhur, ekstra baca tulis Al-Qur’an bagi siswa yang
belum pandai membaca dan lain sebagainya.

C. Kerangka Pemikiran
MAN 1 Kabupaten Cirebon merupakan salah satu Madrasah
Aliyah Negeri di Kabupaten Cirebon. Dengan memiliki jurusan atau
peminatan bagi calon peserta didik baru yaitu diantaranya sebagai
16

berikut; Iilmu-ilmu keagamaan (IIK), ilmu-ilmu sosial (IIS), (MIA)


dan ilmu-ilmu Bahasa (IIB).
Pelaksanaan pembinaan keagamaan dalam hal ini adalah
pembinaan keagamaan (agama Islam) sangat perlu diterapkan
disekolah-sekolah terutama pada sekolah yang bernuansa agama
seperti Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon. Pembinaan
agama Islam merupakan salah satu pusat pembangunan mental
keagamaan.
Menurut Edi Setyawan et al. (2019) Kerangka berpikir
disusun sebagai bentuk tata pikir atau alur pikir penulis dalam
menjawab masalah dan menyelesaikan penelitian, sebagaimana
seorang arsitektur yang membuat gambar rumah yang akan
dibangunnya.

Model
Pengembangan Faktor yang
Kepribadian mempengaruhi
Siswa Pelaksanaan Model
Pengembangan
Kepribadian Siswa
Pelaksanaan
Model
Pengembangan
Kepribadian
Siswa
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang datanya adalah data
kualitatif sehingga analisisnya juga analisis kualitatif (deskriptif) atau
penggambaran temuan lapangan yang naturalistik atau apa adanya sesuai
kondisi lapangan. (Asep Kurniawan, 2017, p.24)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif


atau qualitative research. Penelitian Kualitatif adalah suatu prosedur data
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis fenomena dan
perilaku tertentu. Penelitian ini mendeskripsikan model pembinaan
keagamaan untuk pengembangan pembinaan kepribadian siswa di MAN 1
Kabupaten Cirebon.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif


deskriptif, dan metode penelitian studi kasus. Peneliti memilih
menggunakan penelitian ini karena fokus penelitian diarahkan untuk
mendeskripsikan pembinaan keagamaan dalam pengembangan kepribadian
siswa di sekolah ini. Pendekatan ini membantu peneliti untuk mendapatkan
informasi melalui tanggapan dari siswa dan guru sebagai subjek dan objek
penelitian mengenai model pembinaan keagamaan untuk pengembangan
kepribadian siswa, kemudian peneliti akan mengamati hasil dan
mengelaborasikan informasi yang didapat.

Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Sugiyono dalam bukunya


yang berjudul metode penelitian pendidikan bahwa metode penelitian
kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistikkarena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga
sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini banyak
digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai
metode kualitatif, karena data yang terkumpulkarena analisisnya lebih
bersifat kualitatif. (Sugiyono,2018, p.14)

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat postpositiveisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen)dimana peneliti adalah instrumen kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik
pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
17
18

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna


dari pada generalisasi. (p.15)

Dalam penelitian kualitatif seorang peneliti berbicara langsung serta


mengobservasi beberapa orang, dan melakukan interaksi selama penelitian
untuk mempelajari latar, kebiasan, perilaku dan ciri-ciri fisik dan mental
orang yang diteliti. Menurut Bogdan Biklen yang dikutip dalam Wati
(2019: 44) menyatakan bahwa karakteristik dari penelitian kualitatif
adalah: (1) alamiah, (2) data bersifat deskriptif bukan angka-angka, (3)
analisis data dengan induktif, (4) makna sangat penting dalam penelitian
kualitatif.

Melalui metode penelitian deskriptif, menurut Bungin (2009: 124)


peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga
merupakan suatu studi komparatif adakalanya peneliti mengadakan
klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan
menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli
menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei normatif (normative
survey). Dengan metode deskriptif juga diselidiki kedudukan (status)
fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan
faktor yang lain. Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan studi status
(status study).

Menurut Cressweel (2010: 20) mengemukakan bahwa studi kasus


merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki
secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok
tertentu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksakan di MAN 1 Kabupaten Cirebon, Jalan
Raya Kantor Pos No. 36, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Jawa
Barat Kode Pos 45154 No Telepon (0231) 321488.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan mulai 2 Desember
2019 sampai 30 Maret 2020. Selama empat bulan kegiatan, peneliti
akan melakukan persiapan, observasi, wawancara, dokumentasi dan
pengumpulan data. Adapun rincian kegiatan yang dilakukan secara
bertahap sebagai berikut :
a) Tahap persiapan, mencakup pengajuan judul, pembuatan proposal,
pencarian referensi yang relevan dengan penelitian, permohonan izin
di MAN 1 Kabupaten Cirebon sebagai tempat penelitian, pembuatan
SK penelitian, panduan observasi dan panduan wawancara.
19

b) Tahap pekerjaan lapangan, mencakup pengumpulan data dari


informan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi secara
berurutan. Data berurutan dikumpulkan dari subjek penelitian yaitu
ketua ekstrakurikuler wahdaniyah, wakil kepala madrasah bidang
kesiswaan, dan koordinator bidang keagamaan. Adapun gambaran
sederhana terdapat pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1
Rencana Proses Penelitian

Bulan – Tahun Pelaksanaan


No. Tahap
Penelitian Desember Januari Februari Maret
2019 2020 2020 2020
1 Tahap Persiapan
Kelapangan √
2 Pengumpulan
Data √
3 Pengolahan Data √
4 Penyusunan
Laporan √

C. Desain Penelitian
Desain penelitian pada hakikatnya merupakan rencana aksi penelitian
(action plan) berupa seperangkat kegiatan yang berurutan secara logis
yang menghubungkan antara pertanyaan penelitian yang hendak dijawab
dan kesimpulan penelitian yang merupakan jawaban terhadap masalah
penelitian. Desain penelitian merupakan pedoman dalam melakukan
proses penelitian diantaranya dalam menentukan instrumen pengambilan
data, penentuan sampel, pengumpulan data serta analisa data. (“Desain
Penelitian,”2019)

Desain penelitian selain sebagai sebuah rencana, desain penelitian


menurut Morse (Denzin dan Lincoln, 1994: 222) mencakup banyak
unsur, meliputi pemilihan situs dan strategi penelitian, persiapan
penelitian, menyusun dan memperbaiki pertanyaan penelitian, menyusun
proposal, dan jika perlu memperoleh ijin penelitian dari lembaga yang
berwenang mengeluarkannya.

Menurut Nursalam (2003: 81) dalam Asep Kurniawan 2017: 85


menyatakan bahwa desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai
suatu tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai
pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian.
20

D. Data dan Sumber Data Penelitian


Data adalah catatan atas kumpulan fakta (Vardiansyah, 2008: 3) atau
bukti dari hasil penggunaan instrumen penelitian. Data merupakan bentuk
jamak dari datum, berasal dari bahasa latin yang berarti”sesuatu yang
diberikan”. Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan
yang diterima secara apa adanya. Dalam bahasa penelitian data harus bisa
menjawab beberapa kata tanya, setidaknya, yaitu apa (what), kapan
(when), dimana (where), bagaimana (how), dan siapa (who). What adalah
berita peristiwanya, when adalah kapan terjadi peristiwa, where adalah
dimana peristiwa itu terjadi, how adalah bagaimana peneliti mendapat
data tentang peristiwa itu, dan who adalah siapa yang menjadi pelaku
dalam peristiwa itu serta siapa yang mendapatkan data. (Asep Kurniawan,
2017: 138)

Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya


(reliable), tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa
memberikan gambaran tentang suatu masalah secara menyeluruh
merupakan data relevan. (p.138)

Data penelitian dibagi kedalam beberapa kategori. Dalam hal ini data
berdasarkan sumbernya terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber
asli atau pertama. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh
peneliti sendiri atau dirinya sendiri. Ini adalah data yang belum
pernah dikumpulkan sebelumnya, baik dengan cara tertentu atau pada
periode waktu tertentu.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yangdiperoleh bukan dari sember pertama
tapi peneliti mendapatkannya dari sumber kedua atau melalui
perantara orang lain. Data ini biasanya berasal dari penelitian
lain.(p.142)

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian
kualitatif yaitu Observasi Partisipasi, wawancara, dan
dokumentasi(gunawan, n.d.). Ratcliff, D (2001: 75) dalam Pupu Saiful
Rahmat (2009: 7) menyatakan definisi observasi partisipatif yang dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar
terlibat dalam keseharian responden. Serta mendefinisikan dokumentasi
21

dengan kata dasar dokumen yaitu sejumlah besar fakta dan data
tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.

Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,


catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya. Sifat
utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga member
peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi
dimasa silam. Pengumpulan data merupaka sesuatu yang sangat penting
dalam penelitian ilmiah.

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan standart


untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk mendapatkan data-data
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan bagi peneliti, teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti terdiri dari 3 teknik yaitu,
observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Observasi (Pengamatan)
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-
gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
(Sugiyono, 2018, p.203)
Adapun macam-macam observasi menurut Sugiyono (2018:
203-205) terbagi menjadi 2, yaitu (1) Observasi Berperanserta
(participant observation), peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan
apa yang dilakukan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka
dukanya. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh lebih
lengkap, tajam dan sampai mengetahui tingkat makna dari setiap
perilaku yang nampak. (2) Observasi Nonpartisipan, peneliti tidak
terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat, dengan
menggunakan teknik observasi terus terang atau tersamar, dengan
begitu peneliti akan mengamati data yang diperoleh dari sumber data
tersebut. Dengan observasi penulis berharap akan mendapatkan data
yang akurat tentang gambaran umum sekolah, kondisi kepribadian
siswa dan peran kepemimpinan instruksional pembinaan keagamaan.
2. Metode Interview (Wawancara)
Interview disebut juga sebagai wawancara atau kuesioner
lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara
(interviewer), untuk memperoleh informasi dari terwawanca
(Arikunto, 2006: 155).
22

Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan


mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara
(pengumpul data kepada responden, dan jawaban-jawaban responden
dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder). Teknik
wawancara dapat digunakan pada responden yang buta huruf atau
tidak terbiasa membaca da menulis, termasuk anak-anak. Wawancara
juga dapat dilakukan dengan telepon (Soehartono, 2004: 68).

Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian


terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview)
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara
dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
(Saeful Rahmat, 2009)

Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan teknik


wawancara terstruktur, yakni sebelum melakukan wawancara
pengumpulan data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis. Dengan wawancara terstruktur ini
setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data
mencatatnya (Sugiyono, 2009: 233). Pertanyaan –pertanyaan yang
akan diajukan, diarahkan kepada topik yang akan digarap untuk
dilakukan interview. Adapun yag bertindak sebagai responden adalah
kepala sekolah berjumlah 1 orang, Kepala bidang keagamaan
berjumlah 1 orang, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan berjumlah
1 orang dan siswa kelas XI berjumlah 1 orang.

3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data berupa data-data tertulis yang mengandung
keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang
masih aktual dan sesuai dengan masalah penelitian (Mohammad,
2008: 152).

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah


berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
dokumentasi dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih
23

kredibel/ dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi


kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat,
dan autobiografi (Sugiono, 2013: 240).

Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan,


dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan; pemberian atau
pengumpulan bukti-buktidan keterangan-keterangan seperti gambar
atau kutipan. (Bonafacio Alexander & Yettik Wulandari, 2016)

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk


mengumpulkan data profil sekolah, absensi kehadiran siswa, foto
penelitian, serta semua yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
Dokumentasi ini dalam suatu penelitian sangat penting terutama di
era digital saat ini, menjadi sangat penting karena sebagai bukti fisik
bahwa peneliti sudah melakukan pross penelitian dan menjadikan
pengumpulan data lebih akurat.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam pengumpulan


data pada penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan tiga teknik
yaitu teknik observasi atau pengamatan (survey), wawancara
(interview), dan dokumentasi.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data


Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji
validitas dan reliabilitas. Validitas merupakan derajad ketepatan antara
data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah “data
yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data
yang terjadi pada obyek penelitian. Terdapat dua macam validitas
penelitian yaitu, validitas internal dan validitas eksternal. Validitas
internal berknaan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan hasil
yang dicapai. Validitas eksternal berkenaan dengan derajad akurasi
apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada
populasi dimana sampel tersebut diambil. (Sugiyono, 2018, p.363-364)

Dalam uji keabsahan data pada penelitian kualitatif meliputi uji :


(1) Credibility (validitas internal)
uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil peneliian
kualitatif antara lain dilakukan dengan cara berikut :
a. Perpanjangan pengamatan, dengan perpanjangan pengamatan
berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan,
melakukan wawancara kembali dengan sumber data atau
informan yang pernah ditemui maupun yang baru. Dalam
24

halini sebaiknya difokuskanpada pengujian data yang telah


diperoleh, memastikan kebenaran terhadap data tersebut
setelah diperiksa kembali ke lapangan, berubah atau tidak.
Bila setelah diperiksa ulang data tersebut sudah benar maka
data tersebut dapat dinyatakan kredibel dan masa
perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
b. Peningkatan ketekunan dalam penelitian, berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.
Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat
memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang
apa yang diamati.
c. Triangulasi sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan dengan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat beberapa triangulasi diantaranya : (1)
Triangulasi sumber, digunakan untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. (2) Triangulasi teknik dilakukan
untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. (3) Triangulasi waktu, waktu juga sering
mempengaruhi kredibilitas data.
d. Analisis kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau
berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu.
Melakukan analisis kasus negative berarti peneliti mencari
data yang erbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan.
e. Menggunakan bahan referensi adalah adanya pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-data yang
dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau
dokumentasi autentik, sehingga menjadi lebih dapat
dipercaya.
f. Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah
untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai
dengan apa yang telah diberikan kepada pemberi data.
Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah satu
periode pengumpulan data selesai , atau setelah mendapat
suatu temuan, atau kesimpulan.
(2) Transferabilitas (validitas eksternal) nilai transfer ini berkenaan
dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan
atau digunakan dalam situasi lain.
25

(3) Dependabilitas adalah pengujian yang dilakukan dengan cara


melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Bagaimana
peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan,
menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji
keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat
ditunjukkan oleh peneliti.
(4) Confirmability, dalam penelitian kualitatif, uji konfirmabilitas mirip
dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan
secara bersamaan. Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil
penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. (Sugiyono,
2018, 366-378)

G. Teknik Analisis Data


Dalam analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa “Data
analysis is the process of systematicallly searching and arranging the
interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you,
accumulate, to increase your own understanding of them and to enable
you to present what you have discovered to others” Analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Sugiyono, 2018,
334)

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis


berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola
hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan model interaktif menurut
Miles dan Huberman. Analisa data ini memiliki tiga langkah analis yaitu
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini


menggunakan model interaktif menurut Miles dan Huberman. Analisa
data ini memiliki tiga langkah analis yaitu reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.
26

Data collection Data display

Data reduction conclusion


drawing/verificatio
n

Gambar 3.2
Komponen Analisis Data

a. Data Reduction (Reduksi data) mereduksi data berarti


merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberi gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan. (Sugiyono, 2018, p.338)
b. Data display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam
hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan “ the most
frequent form of display data for qualitive research data in
the past has been narrative tex”. Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. (Sugiyono, 2018,
p.341)
a. Conclusion Drawing/verivication
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles
and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau
27

gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa


hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
(Sugiyono, 2018, p.345)

Terdapat tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian


kualitatif, yaitu analisis domain, taksonomi, dan komponensial, analisis tema
kultural. Sebagaimana yang terdapat dapa gambar 3.2 berikut. (p.348)
Analisis domain merupakan langkah pertama dalam penelitian
kualitatif. Langkah selanjutnya adalah analisis taksonomi yang aktivitasnya
adalah mencari bagaimana domain yang dipilih itu dijabarkan menjadi lebih
rinci. Selanjutnya analisis komponensial aktivitasnya adalah mencari mencari
perbedaan yang spesifik setiap rincian yang dihasilkan dari analisis
taksonomi. Yang terakhir adalah analisis tema, yang aktivitasnya adalah
mencari hubungan diantara domain, dan bagaimana hubungannya dengan
keseluruhan, selanjutnya dirumuskan dalam suatu tema atau judul penelitian.
(Sugiyono, 2018, p.349)
28

Analisis domain (Domain analysis).


Memperoleh gambaran yang umum dan
menyeluruh dari obyek/ penelitian atau
situasi sosial ditemukan berbagai
domain atau kategori. Diperoleh
dengan grand dan minitour. Peneliti
menetapkan domain tertentu sebagai
pijakan untuk penelitian selnjutnya.
Makin banyak domain yang dipilih,
maka akan semakin banyak waktu yang
diperlukan untuk penelitian.

Analisis taksonomi (Taxonomic


Analisis Analysis). Domain yang dipilih
data tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi
kualitatif lebih rinci, untuk mengetahui struktur
internalnya. Dilakukan dengan
observasi terfokus.

Analisis komponensial (Componential


Analysis). Mencari ciri spesifik pada
setiap struktur internal dengan cara
mengkontraskan antar elemen.
Dilakukan melalui observasi dan
wawancara terseleksi dengan
pertanyaan yang mengontraskan
(contras question).

Analisis tema kultural (discovering


cultural theme). Mencari hubungan
diantara domain, dan bagaimana
hubungan dengan keseluruhan, dan
selanjutnya dinyatakan ke dalam
tema/judul penelitian.

Gambar 3.2
Macam analisis data kualitatif (Spradley, 1980)

Analisis domain merupakan langkah pertama dalam penelitian


kualitatif. Langkah selanjutnya adalah analisis taksonomi yang aktivitasnya
29

adalah mencari bagaimana domain yang dipilih itu dijabarkan menjadi lebih
rinci. Selanjutnya analisis komponensial aktivitasnya adalah mencari mencari
perbedaan yang spesifik setiap rincian yang dihasilkan dari analisis
taksonomi. Yang terakhir adalah analisis tema, yang aktivitasnya adalah
mencari hubungan diantara domain, dan bagaimana hubungannya dengan
keseluruhan, selanjutnya dirumuskan dalam suatu tema atau judul penelitian.
(Sugiyono, 2018, p.349)
BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Model pembinaan keagamaan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten


Cirebon
Saat ini telah banyak dijumpai sekolah-sekolah yang memusatkan
perhatianya terhadap pembentukan dan pengembangan kepribadiaan
siswa dengan model pembinaan keagamaan yang baik dan positif ,
salah satunya Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon yang
terletak di kabupaten Cirebon.
Perilaku keagamaan dapat dibentuk melalui pembiasaan misalnya
melalui pembiasaan mengucapkan salam yang dikemas dalam bentuk
peraturan sekolah. Hal ini akan membentuk perilaku keagamaan yang
kuat dan berkarakter pada diri peserta didik. Kondisi pembinaan
keagamaan dapat menumbuhkan suasana yang positif dengan demikian
juga akan dapat membentuk perilaku yang positif dilingkungan
sekolah. Tentunya tanpa pembinaan melalui tata tertib yang baik maka
akan sulit melakukan pembiasaan dalam melaksanakan pembinaan
keagamaan bagi peserta didik di sekolah. Jika pembiasaan sudah
terealisasikan dan tertanam dengan matang, maka siapapun yang masuk
dan bergabung ke sekolah, secara langsung akan mengikuti kebiasaan
yang telah ada dan berlaku dilingkungan sekolah.
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon menerapkan
model pembinaan untuk pengembangan kepribadian siswa dilakukan
melalui budaya sekolah yang berlaku agar menjadi pembiasaan.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan pembinaan perilaku
keagamaan melalui budaya sekolah dalam berbagai jenis bidang kajian.
Hasil penelitian Erma Diah Ayu Aprilia misalnya, menunjukan
bahwa karakteristik budaya sekolah dalam pembinaan perilaku
keagamaan sangat berpengaruh positif dan signifikan hal tersebut
terlihat dari nilai-nilai budaya yang dikembangkan dan diterapkan di
sekolah melalui pembiasaan sehingga menjadikan sekolah lebih baik
dan berkualitas.
Hasil penelitian tersebut dan beberapa penelitian lain
menunjukkan adanya urgensi pembinaaan keagamaan dimana dalam
hal ini yang dimaksudkan adalah pembinaan keagamaan terhadap
pembentukan karakter, yang dititikberatkan pada kepribadian peserta
didik. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana model pembinaan

30
31

keagamaan untuk pengembangan kepribadian peserta didik dalam


mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana keberadaan pembinaan
keagamaan yang baik untuk pengembangan kepribadian dan membina
sebuah perilaku dalam lingkungan sekolah.
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon menerapkan
model pengembangan kepribadian siswa melalui pembinaan
keagamaan dalam upaya membudayakan nilai-nilai positif yaitu salah
satunya pembinaan keagamaan, seperti berdo’a bersama, budaya 5s
(Salam, Senyum, Sapa, Sopan dan Santun), sholat dhuha dan sholat
berjama’ah, tahfidz al-qur’an (menghafal al-qur’an) dan lain
sejenisnya. Melalui model pembinaan keagamaan tersebut bertujuan
untuk dapat mengembangkan kepribadian siswa yang religius dan juga
semua unsur di lingkungan sekolah. Adapun uraian model-model
pembinaan yang di terapkan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di ruang guru piket
dengan Bapak Drs. H. Mahrom Ali, sebagai koordinator keagamaan
adalah sebagai berikut :
a. Pondok Pesantren Tahfidz yaitu pondok atau asrama milik yayasan
yang memiliki pengajar atau ustadz dan ustadzah kompeten yang
merupakan lulusan pesantren kudus
b. DKM atau Dewan Kelembagaan Masjid Ihya Al-Qulub yaitu
organisasi keagamaan madrasah yang dibidangi langsung oleh
koordinator keagamaan dan saat ini telah berganti nama menjadi
“Wahdaniyah”
c. Jurusan Keagamaan yaitu salah satu peminatan yang ada di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon
Disamping itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan
Bapak H. Muhajirin, S. Pd, M. Pd. sebagai wakil kepala madrasah
bidang kesiswaan, dengan hasil wawancara yang dilakukan di Ruang
Auditorium Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon mengenai
model pembinaan yang diterapkan di Madrasah Aliyah Negeri 1
Kabupaten Cirebon sebagai berikut :
a. Tata Tertib Madrasah yaitu tata aturan yang dibuat dan berlaku di
madrasah untuk dipatuhi oleh setiap warga masyarakat di
lingkungan madrasah.
b. Ekstrakurikuler Keagamaan adalah kegiatan keagamaan di luar jam
pelajaran di madrasah yang disebut ekstrakurikuler Wahdaniyah
yang merupakan kepanjangan dari Wahana Dakwah Nilai-nilai
Islamiyah yang mana dibina oleh Bapak Ahmad Muhajir, S. Pd. I,
M. Pd.
c. Bidang Keagamaan Madrasah yaitu membawahi tiga bidang
diantaranya Pondok Pesantren Tahfidz, Dewan Kemakmuran
32

Masjid Ihya Al-Qulub, dan Jurusan keagamaan yang dikoordinatori


oleh Bapak Drs. H. Mahrom Ali.

2. Pelaksanaan pembinaan keagamaan di Madrasah Aliyah Negeri 1


Kabupaten Cirebon
Berdasarkan uraian-uraian hasil wawancara tersebut diatas
mengenai model pembinaan keagamaan untuk pengembangan
kepribadian siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon,
maka selanjutnya peneliti akan memaparkan dan menjabarkan secara
keseluruhan bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten dalam upaya pengembangan
kepribadian siswa yaitu antara lain sebagai berikut :
a. Pondok Pesantren Tahfidz
Salah satu yang membuat Madrasah Aliyah Negeri 1
Kabupaten berbeda dari madrasah atau sekolah pada umumnya yaitu
karena adanya asrama tahfidz atau pondok pesantren tahfidz berikut
uraian kegiatan dan tata tertib yang berlaku di asrama tahfidz
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon antara lain : (1)
pembimbing asrama membangunkan santri pada pukul 03.00 WIB
untuk sholat tahajud ataupun muroja’ah hafalan hingga datang
waktu subuh, (2) Sholat subuh berjama’ah lalu melanjutkan
muroja’ah selama 30 menit, 30 menit berikutnya persiapan
berangkat sekolah, (3) kajian Kitab pada pukul 16.30 WIB sampai
sekitar pukul 17.30 WIB, (4) Sholat maghrib berjama’ah dan
muroja’ah hafalan yang akan disetorkan, (5) Sholat Isya berjama’ah
sekaligus persiapan untuk setor hafalan kepada ustadz dan/atau
ustadzah yang akan menyimak hafalan para santri sampai pukul
21.00-22.00 WIB, (6) kegiatan pribadi dan waktu tidur.
Kegiatan tersebut diatas bertujuan untuk membina, mendidik
dan melatih sekaligus melakukan pembiasaan bagi para santri agar
menjadi pribadi yang disiplin dan berakhlak.

b. DKM Ihya Al-Qulub


Sebagaimana telah dipaparkan diatas DKM atau Dewan
Kelembagaan Masjid berganti nama menjadi Wahdaniyah yang
disertai dengan berdirinya Masjid Ihya Al-Qulub di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon. Nama “Ihya Al-Qulub” sendiri
memiliki arti hati yang hidup, tentunya dengan tujuan memfasilitasi
setiap kegiatan atu program-program keagamaan yang tidak lain
untuk mempermudah pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi setiap
peserta didik itu sendiri.
33

c. Jurusan Keagamaan
Jurusan keagamaan merupakan salah satu peminatan yang
disediakan oleh Madrasah Aliyah Negeri 1 kabupaten Cirebon bagi
para peserta didik yang pembelajarannya lebih dititikberatkan pada
materi-materi pelajaran tentang keagamaan yaitu sebagai berikut:
Sejarah Kebudayaan Islam, Menelaah Ilmu Hadits, Meneladani
Akhlak, Fikih, Bahasa Arab, Perjalanan Sejarah Budaya Islam,
Mahir Bahasa Arab, Akidah Akhlak, Mendalami Ushul Fikih dan
ilmu umum seperti Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan
Jasmani dan olahraga dan kesehatan, Bahasa Sunda.
Pelaksanaan KBM atau Kegiatan Belajar dan Mengajar yang
demikian merupakan upaya sekolah dalam membimbing sekaligus
membina setiap peserta didik termasuk dalam hal kepribadian
peserta didik itu sendiri.

d. Tata Tertib Madrasah bagian dari budaya Madrasah


Setiap lembaga tentunya memiliki aturan dan kebijakan
masing-masing sesuai dengan kebutuhan lembaga itu sendiri.
Demikian pula dengan Madrasah Aliyah Negeri 1 kabupaten
Cirebon, pembiasaan yang dikemas dalam tata tertib. Dalam hal ini
tata tertib juga ikut berkontribusi dan ambil peran dalam
pelaksanaan pembinaan keagamaan untuk pengembangan
kepribadian siswa, diantaranya; mereapkan budaya 5s yaitu Senyum,
Salam, Sapa, Sopan dan Santun, termsuk bersalaman dengan setiap
bertemu dengan para guru, disiplin termasuk disiplin waktu dan taat
aturan, juga pembiasaan setelah bel masuk berbunyi maka seluruh
siswa atau peserta didik untuk masuk kelas dan tadarus Al-Qur’an,
pembacaan Asmaul Husna, setelah itu barulah membaca doa belajar
dan dapat memulai kegiatan belajar mengajar sesuai dengan jadwal
pelajaran di kelas masing-masing. Adapun siswa yang datang
terlambat, Madrasah Aliyah Negeri 1 kabupaten juga
memberlakukan sanksi berupa hafalan ayat-ayat Al-Qur’an
ditangani oleh guru BK (Bimbingan dan Konseling), disamping itu
juga diatur tata tertib pakaian seragam bagi peserta didik Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon yaitu terbagiatas empat
peraturan dalam berpakaian yaitu sebagai berikut :
1) Peraturan PSAS atau Peraturan Pakaian Seragam Anak Sekolah
Pakaian SeragamAnak Sekolah (PSAS) dipakai pada hari
senin dan selasa dengan ketentuan untuk perempuan harus
mengenakan kerudung berwarna putih polos dengan pet dan ciput
berwarna putih, kerudung harus terurai menutupi dada,
menggunakan papan nama border berwarna putih dengan nama
sebenarnya di dada sebelah kanan, mengenakan logo merah putih
34

border di atas saku sebelah kiri, mengenakan logo OSIS di saku


sebelah kiri, mengenakan kemeja berlengan panjang berwarna
putih dikeluarkan terurai 15-25 cm di bawah pinggang (sesuai
tinggi badan). Adapun ketentuan untuk siswa laki-laki yaitu
mengenakan kopiah berwarna hitam standar, mengenakan dasi
berlogo kementrian agama, mengenakan papan nama border
berwarna putih dengan nama sebenarnya di dada sebelah kanan,
mengenakan logo merah putih bordir di atas saku sebelah kiri,
mengenakan logo OSIS di saku sebelah kiri, mengenakan kemeja
berlengan pendek berwarna putih dimasukan dan mengenakan
sabuk hitam, mengenakan celana panjang berwarna abu-abu
dengan model standar, mengenakan sepatu warior berwarna
hitam dan berkaos kaki panjang berwarna putih.
2) Peraturan pakaian seragam Batik
peraturan Pakain Seragam Batik dipakai pada hari rabu dan
kamis dengan ketentuan untuk perempuan harus mengenakan
kerudung berwarna putih polos dengan pet dan ciput berwarna
putih, kerudung harus terurai menutupi dada, mengenakan
kemeja batik berlengan panjang dikeluarkan terurai 15-25 cm di
bawah pinggang (sesuai tinggi badan), rok span panjang
berwarna abu-abu dengan satu rempel di bagian depan,
mengenakan sepatu warior berwarna hitam dan berkaos kaki
panjang berwarna putih. Adapun untuk ketentuan siswa laki-laki
yaitu mengenakan baju batik berlengan pendek sesuai ketentuan
madrasah, kemeja dimasukkan dan menggunakan sabuk
berwarna hitam standar, mengenakan celana panjang berwarna
abu-abu dengan model standar, mengenakan sepatu warior
berwarna hitam dan berkaos kaki panjang berwarna putih.
3) Peraturan pakaian seragam TAQWA
Peraturan Pakaian Seragam TAQWA dipakai pada hari jum’at
dengan ketentuan untuk perempuan harus mengenakan kerudung
berwarna biru muda polos dengan pet dan ciput berwarna putih,
kerudung harus terurai menutupi dada, mengenakan kemeja
taqwa berlengan panjang dikeluarkan terurai 15-25 cm di bawah
pinggang (sesuai tinggi badan), rok span panjang berwarna abu-
abu dengan satu rempel di bagian depan, mengenakan sepatu
warior berwarna hitam dan berkaos kaki panjang berwarna putih.
Adapun untuk ketentuan siswa laki-laki yaitu mengenakan
kopiah berwarna hitam standar, mengenakan baju taqwa
berlengan panjang sesuai ketentuan madrasah, kemeja
dikeluarkan dan menggunakan sabuk berwarna hitam,
mengenakan celana panjang berwarna abu-abu dengan model
35

standar, mengenakan sepatu warior berwarna hitam dan berkaos


kaki panjang berwarna putih.
4) Peraturan Pakaian Seragam PRAMUKA
Peraturan pakaian seragam PRAMUKA dipakai pada hari
sabtu dengan ketentuan untuk perempuan harus mengenakan
kerudung berwarna coklat tua polos dengan pet dan ciput
berwarna hitam, kerudung harus terurai menutupi dada, memakai
kacu pramuka sesuai ketentuan, mengenakan seragam pramuka
berlengan panjang dikeluarkan terurai 15-25 cm di bawah
pinggang (sesuai tinggi badan), rok span panjang berwarna coklat
tua dengan satu rempel di bagian depan, mengenakan sepatu
warior berwarna hitam dan berkaos kaki panjang berwarna putih.
Adapun untuk ketentuan siswa laki-laki yaitu mengenakan baju
pramuka berlengan pendek sesuai ketentuan madrasah, kemeja
dimasukkan dan menggunakan sabuk berwarna hitam, memakai
kacu pramuka sesuai ketentuan, mengenakan celana panjang
berwarna coklat tua dengan model standar, mengenakan sepatu
warior berwarna hitam dan berkaos kaki panjang berwarna putih.
Uraian-uraian tersebut diatas adalah pelaksanaan pembinaan
keagamaan bagi para peserta didik untuk pengembangan
kepribadian siswa itu sendiri, tentunya dalamhal ini adalah
pengembangan kepribadian yang baik dan positif bagi diri siswa
tersebut.

e. Ekstrakurikuler Keagamaan
Sebagaimana disekolah-sekolah atau dimadrasah-madrasah
lainnya, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon juga
memiliki ekstrakurikuler keagamaan yaitu Wahdaniyah yang
merupakan ekstrakurikuler keagamaan yang memiliki kepanjangan
dari Wahana Dakwah Nilai-nilai Islamiyah. Wahdaniyah awalnya
bernama Dewan Kelembagaan Masjid (DKM), yang didirikan pada
tahun 1978. Pada tahun 2014 DKM berubah nama menjadi
“Wahdaniyah” disertai dengan berdirinya Masjid Ihya Al-Qulub di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon, dengan Pembina
pertamanya yaitu Bapak H. Hasbullah.
Wahdaniyah membidangi beberapa cabang diantaranya : (1)
Hadroh, (2) Qiro’at, (3) LKDI atau Latihan Kader Dakwah Islam,
(4) K3 atau Kajian Kitab Kuning, (5) Kaligrafi. Biasanya
wahdaniyah mengadakan event pada hari santri, yaitu festival
hadroh dan MAN 1 bersholawat berdasarkan arahan dari madrasah.
Demikian pula dengan hari-hari besar Islam lainnya, Wahdaniyah
selalu diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.
Wahdaniyah juga setiap bulan mengadakan JUMBAR atau Jum’at
36

Akbar yang merupakan program rutin menampilkan keahlian setiap


cabang dari wahdaniyah termasuk kegiatan marhabanan. Hal ini
dengan tujuan untuk dapat melatih mental dan kepribadian atau
kualitas diri setiap anggota wahdaniyah. Adapun program rutinan
lainnya adalah bersih-bersih seluruh area masjid termasuk mencuci
dan membersihkan perlengkapan sholat.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
yang dilakukan secara berurutan oleh peneliti, bahwa diatas telah
penulis paparkan bagaimana pelaksanaan model pembinaan
keagamaan pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon
yang mana bertujuan untuk pengembangan kepribadian siswa pada
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon.

3. Faktor dalam pelaksanaan model pengembangan kepribadian siswa


melalui pembinaan keagamaan pada Madrasah Aliyah Negeri 1
Kabupaten Cirebon

Dalam segala tatanan kehidupan sudah pasti memiliki pengaruh


yang datang oleh sebuah faktor, faktor yaitu sesuatu hal, keadaan,
peristiwa dan sebagainya yang ikut menyebabkan, mempengaruhi
terjadinya sesuatu. (Kamus Poket Bahasa Indonesia.2016, p.197)

Peneliti melakukan observasi terkait faktor pendukung dan


penghambat dalam pelaksanaan model pengembangan kepribadian
siswa melalui pembinaan keagamaan pada Madrasah Aliyah Negeri 1
Kabupaten Cirebon sebagai berikut.
a. Faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan yaitu
berdasarkan temuan peneliti dari hasil observasi di lapangan bahwa
kurangnya kedisiplinan dan kesadaran diri dari beberapa siswa
terhadap aturan dan tata tertib yang berlaku di madrasah, Selain itu
berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. H. Mahrom Ali
bahwa “faktor penghambatnya adalah yang pertama kurangnya
dana untuk bidang keagamaan, dan yang kedua kurangnya
solidaritas dalam perkumpulan sehingga adanya pemahaman yang
berbeda atau miskomunikasi”.

b. Faktor pendukung dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan yaitu


mencakup; (1) Disiplin, menurut Bonafacio Alexander dan Yettik
Wulandari (2016), disiplin adalah tata tertib (di sekolah, kemiliteran
dan sebagainya); ketaatan pada peraturan atau tata tertib yang sudah
disepakati (p.172). ketika semua unsur di lingkungan Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon dapat mengedepankan
37

kedisiplinan terhadap tata tertib yang berlaku maka akan tercipta


suasana tertib dalam lingkungan madrasah (2) taat dan hormat pada
guru, ketika pembelajaran dimulai maka kelas adalah milik
pengawasan dan dampingan guru. Maka sepatutnya guru berperan
tegas apabila didapati ketidakselarasan terahadap tata tertib yang
berlaku di madrasah. (3) Tanggung jawab, setiap individu wajib
memiliki sifat tanggung jawab yang tinggi agar mampu membawa
diri pada hal-hal yang positif. Adapun menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya (jika terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya).
(https://kbbi.web.id/tanggungjawab.html), (4) Kesadaran Diri
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu keadaan mengerti.
(https://kbbi.web.id/sadar.html) Dalam hal ini, jika setiap peserta
didik mengerti maka tidak akan terjadi pelanggaran aturan atau tata
tertib yang berlaku. Siswa akan membuat pertimbangan sebelum
melakukan sesuatu hal.
Faktor-faktor tersebut diatas merupakan faktor yang menjadi
faktor pendukung yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan pembinaan keagamaan di madrasah jika setiap warga
madrasah terutama para peserta didik, sehingga apabila ada
pelanggaran maka akan dapat diminimalisir atau bahkan tidak akan
terjadi.
Rasa tanggung jawab ini hendaknya dimiliki oleh seluruh
warga sekolah/madrasah, dan adanya saling kerja sama dalam
menciptakan keberhasilan pembelajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003
pasal 3 dinyatakan bahwa “ pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”(p.55). Adapun faktor pendukungnya menurut
Bapak Drs. H. Mahrom Ali mengatakan bahwa adanya dukungan
penuh dari kepala madrasah, kedua adanya kerjasama antara guru
dan siswa serta fasilitas yang memadai sehingga pelaksanaan
pembinaan keagamaan akan terselenggara dengan baik dan sesuai
dengan perencanaan dan tujuan yang hendak dicapai.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Model pengembangan kepribadian siswa melalui pembinaan
keagamaan pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon
menggunakan model sebagai berikut; pondok pesantren tahfidz,
Dewan Kelembagaan Masjid (DKM) yang saat ini berganti nama
Wahdaniyah, jurusan keagamaan, tata terib madrasah sebagai
budaya madrasah, ekstrakurikuler keagamaan, bidang keagamaan
madrasah ( asrama tahfidz, DKM dan jurusan keagamaan
2. Pelaksanaan pengembangan kepribadian siswa melalui pembinaan
keagamaan pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon
dilaksanakan oleh seluruh warga masyarakat di lingkungan
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon dengan tujuan
saling bekerja sama dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang
diharapkan oleh madrasah.
3. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pelaksanaan model
pengembangan kepribadian siswa melalui pembinaan keagamaan
pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon yaitu
mencakup faktor penghambat sekaligus faktor pendukung dalam
pelaksanaan model pengembanagan kepribadian siswa tersebut.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan model pengembangan
kepribadian siswa ini diantaranya adalah adanya dukungan dari
kepala madrasah dan kerjasama yang baik antara guru dan siswa.
Sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya dana untuk
pelaksanaan pembinaan keagamaan dan kurangnya solidaritas
dalam kegiatan pertemuan yang tidak jarang menimbulkan
miskomunikasi dalam pelaksanaan pembinaan sehingga
haltersebut menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan model
pengembangan kepribadian siswa melalui pembinaan keagamaan
pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon.

B. Saran
Model pengembangan kepribadian siswa melalui pembinaan
keagamaan yang diterapkan pada Madrasah Aliyah Negeri 1
Kabupaten Cirebon ini sudah baik, karena di Madrasah Aliyah Negeri
1 Kabupaten Cirebon menggunakan model-model pembinaan
keagamaan yang mengutamakan pembentukan kepribadian yang
berkarakter Islami sehingga memiliki citra yang baik dalam benak
masyarakat, meskipun demikian dalam pelaksanaan pengembangan
54
55

kepribadian siswa melalui pembinaan keagamaan harus tetap dijaga


dan dipertahankan citra positifnya agar pembiasaan yang berlaku di
madrasah dapat tertanam pada pribadi setiap peserta didik baik di
lingkungan madrasah, lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat. Adapun beberapa saran lainnya yaitu :

1. Bagi Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Cirebon, model


pengembangan kepribadian siswa melalui pembinaan keagamaan
yang telah diterapkan dari sisi kualitas, standar dan pelaksanaan yang
sudah baik harus tetap dipertahankan sehingga dapat menjadi contoh
positif bagi sekolah dan/atau sekolah lainnya.

2. Bagi peneliti, seharusnya masih banyak informasi yang perlu digali


lebih dalam di MAN 1 Kabupaten Cirebon ini untuk mendapatkan
keakuratan data yang lebih baik dan lebih jelas lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Adi Sulistiono, 2015. pengaruh kepribadian siswa dan persepsi siswa tentang
model pembelajaran guru terhadap prestasi belajar siswa kelas xi smk
gondang pada pembelajaran matematika¸ p.76-77. Pekalongan

Al-Qur’an terjemah kemenag RI

Alexander, B., & Wulandari, Y. (2016). Kamus Poket Bahasa Indonesia.


Aksara Sukses.

Ansyori, M. (2018). Pembentukan Perilaku Melalui Budaya Sekolah.


Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Bahtiar, G. (2015). Pembinaan Keagamaan Remaja Islam Dalam


Meningkatkan Akhlak Melalui Kajian Sabtu Malam Di Dusun
Ngipiksari Hargobinangun Pakem Sleman. 1–59

Diyah Ayu Aprilia, E. (2015). Karakteristik Budaya Sekolah Dalam


Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan. 1–20.

Effendi, K. (2017). Pendidikan Multibudaya (Nilai-nilai Moral Isi


Pendidikan Karakter). UAD PRESS.

Fitriani. (n.d.). Manajemen Sekolah Untuk Mencapai Sekolah Unggul.


1006–1017.

gunawan, imam. (n.d.). Metode Penelitian Kualitatif. 1–27.

Hadi, A., & Haryono. (1998). Metodologi Penelitian Pendidikan. CV


PUSTAKA SETIA.

Hizkia Tobing, D. ; dkk. (2016). Metode Penelitian Kualitatif. 1–42.


aondi, ondi., suherman, aris. (2010).

Hari Arkani.2017. Pembentukan kepribadian oleh guru melalui pendidikan


karakter di sma puspita kabupaten banyuasin. Palembang

Karakteristik Budaya Sekolah dalam Pelaksanaan Pembinaan


Keagamaan. (2015).
56
57

Kusmayadi, Muhammad Agus. 2001. Profil Kepribadian Siswa Berprestasi


Unggul dan Ashor berdasarkan Program Studi.

Munawaroh, I. (2018). Manajemen Pembinaan Perilaku Budaya Religius


DI MTs Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto. 1–20.

Nan Rahminawati. 2018. Model pengembangan kegiatan keagamaan


pada ikatan remaja masjid (irma) luqman sma negeri 10
bandung. Bandung. Hlm 324-325

Neprializa. (2015). MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH. Manajer


Pendidikan, 9, 419–412.

Neprializa. (2015). Manajemen Budaya Sekolah. Manajer Pendidikan,


9(3), 419–429.

Nofita Sari, P. (2017). Pengembangan Karakter Siswa Melalui Budaya


Sekolah yang Religius di SD Aisiyah Unggulan Gemolong.

Oliver, J. (2019). No Title No Title. Hilos Tensados, 1, 1–476.


https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Puspitasari, I. (2013). Pembinaan Perilaku Beragama Melalui Aktivitas


Keagamaan. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Rohendi Edi. (n.d.). Ajaran Agama dan Pembentukan Kepribadian. 6.

Rosyada, D. (2017). Madrasah dan Profesionalisme Guru. KENCANA.

Sagala, S. (2008). Budaya dan Reinventing Organisasi Pendidikan.


ALFABETA.

Saeful Rahmat, P. (2009). Penelitian Kualitatif. 5, 1–8.

Shomadah, M. (2017). Model Pembinaan Keagamaan Pada Keluarga


Muslim Pra-Sejahtera. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
58

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian & Pengembangan(Research and


Development). ALFABETA.Sulaiman. (2014). Manajemen
Pendidikan Islam (A. R. Wati (Ed.)).

Ulya Dalila, Pembinaan Keagamaan Bagi Ibu-Ibu Majelis Taklim Di Pondok


Pesantren Drussalam Kelurahan Jatigumi Kecamatan Sumberpucung
Kabupaten Malang (Skripsi: 2012), Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang Tahun 2014, hlm. 19

Online

(https://kbbi.web.id/tanggungjawab.html)

(https://kbbi.web.id/sadar.html)
LAMPIRAN-LAMPIRAN

59
60

LAMPIRAN I
1. Sejarah Singkat Madrasah
Madrasah Aliyah Negeri Cirebon 1 adalah peralihan dari
Pendidikan Guru Agama Islam (PGAN) Putri Cirebon, berdasarkan
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1978
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Madrasah Aliyah Negeri,
ditetapkan di Jakarta tanggal 16 Maret 1978 yang ditandatangani oleh
Menteri Agama Republik Indonesia waktu itu H.A. Mukti Ali.
Pada awal mulanya kegiatan pendidikan MAN Cirebon 1
berlokasi di gedung koperasi batik Desa Panembahan Kecamatan Weru
Kabupaten Cirebon. Kemudian sejalan dengan perkembangannya
MAN Cirebon 1 berpindah lokasi pendidikannya ke Desa Weru Kidul
Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon sejak tahun 1982. Hingga saat ini
Lokasi pendidikan MAN Cirebon berada di Jl. Kantor Pos No. 36 Weru
yang di atas lahan tanah seluas 10.760 m2 dengan bersertifikat Hak
MAN Cirebon 1 / Kementerain Agama.
Sejak awal pendirian sampai dengan sekarang, kepemimpinan
MAN Cirebon 1 sudah mengalami 7 (tujuh) kali pergantian, yaitu :

Gambar 1.1 Daftar kepala madrasah

1. Drs. H. Soependri Surdinata, M.Pd., mulai tahun 1978 s.d 1985


2. Drs. H. Zaenuddin Ranasasmita, mulai tahun 1985 s.d 1996
3. Drs. H. Sudirno, mulai tahun 1996 s.d 1998
4. Drs. H. Irsyad, mulai tahun 1998 s.d 2003
5. Drs. H. Amin Kartubi, mulai tahun 2003 s.d 2008
6. Drs. H. Lukman Al Hakim, M.Pd., mulai tahun 2008 s.d 2011
7. Drs. H. Kumaedi, M.Pd., mulai tahun 2011 s.d 2017
8. Muh. Isro Mutmarullah, S.Pd.I, M.A. mulai tahun 2017 s.d Sekarang.
61

a. Profil Madrasah
1) Visi Misi
Visi : Terwujudnya sumber daya manusia yang religius,
berkualitas, terampil dan mampu berkarya.
Misi :
a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT;
b) Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam mencapai
prestasi akademik dan nonakademik;
c) Meningkatkan kualifikasi akademik dan profesionalisme tenaga
pendidik dan kependidikan sesuai dengan tuntutan globalisasi;
d) Meningkatkan daya kreativitas menuju madrasah unggul
berprestasi.
Tujuan :
a) Menguatkan pengetahuan, pemahaman dan pengamalan ajaran
Islam bagi pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik;
b) Menghasilkan lulusan yang kompeten dalam bidang akademik
dan life skill;
c) Menghasilkan lulusan yang memiliki pengalaman belajar dari
hasil pembinaan non akedemik berupa pribadi berkahlakul
karimah yang manfaatnya dirasakan oleh masyarakat;
d) Memberikan pengalaman berkompetisi dan semangat juang
untuk meraih prestasi terbaik;
e) Menjaring calon peserta didik yang berintake bagus;
f) Meningkatkan kualitas pembelajaran;
g) Meningkatkan kualitas penilaian pendidikan;
h) Meningkatkan kualtias pembinaan kesiswaan;
i) Meningkatkan manajemen madrasah yang efektif dan efisien;
j) Meningkatkan kuantitas dan kualitas Program yang realistis,
transparan dan akuntabel;
k) Meningkatkan Layanan pendidikan mengarah pada peningkatan
mutu madrasah.

Motto : “Raih Prestasi dengan : Kerja Keras, Kerja Cerdas


dan Kerja Ikhlas.”
62

2) Keadaan Guru dan Siswa


i. Daftar Nama Pimpinan
Tabel. 3.1 Daftar Nama Pimpinan Madrasah
NO NAMA NAMA PEJABAT NIP
JABATAN

Kepala Muh. Isro Mutamarullah,


1 19680916 199403 1 004
Madrasah S.Pd.,MA.

Kepala Urusan Hj. Eti Chusnul Chotimah,


2 19671102 199303 2 002
Tata Usaha SE

Bendahara
3 Ida Rahmanidar 19720625 201411 2 002
Pengeluaran

2. Tenaga Pendidik

Tabel 3.2 Jumlah Tenaga Pendidik Berdasarkan Status Kepegawaian dan


Jenis Kelamin
NO JENIS
KELAMIN
STATUS JML
KEPEGAWAIAN
L P

1 PNS Kemenag 36 34 70

2 PNS Non Kemenag 0 0 0

3 Non PNS 9 9 18

JUMLAH 45 43 88
63

Tabel 3.3 Jumlah Tenaga Pendidik Berdasarkan Status Kepegawaian dan


Kualifikasi Pendidikan
NO STATUS KUALIFIKASI PENDIDIKAN JML
KEPEGAWAIAN
<-SLTA D1 D2 D3 S1 S2 S3

1 PNS Kemenag 46 12 58

2 PNS Non Kemenag 0

3 Non PNS 19 19

JUMLAH 65 12 77

Tabel 3.4 Jumlah Tenaga Pendidik PNS Berdasarkan Status Kepegawaian


dan Golongan Ruang
NO STATUS GOLONGAN RUANG JML
KEPEGAWAIAN
Gol II Gol III Gol IV
a B c d a b c d a b c d
1 PNS Kemenag 10 7 13 7 12 16 65
2 PNS Non Kemenag 0
JUMLAH 0 10 7 13 7 12 16 65

Tabel 3.5 Jumlah Tenaga Pendidik yang Telah Disertifikasi Berdasarkan


Status Kepegawaian dan Jenis Kelamin
NO STATUS JENIS JML
KEPEGAWAIAN KELAMIN
L P
1 PNS Kemenag 30 25 55
2 PNS Non Kemenag 0 0 0
3 Non PNS 0
JUMLAH 30 25 55
64

Tabel 3.6 Jumlah Tenaga Pendidik yang Telah Disertifikasi Berdasarkan


Status Kepegawaian dan Kualifikasi Pendidikan
NO STATUS KUALIFIKASI JML
KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN
S1 S2 S3
1 PNS Kemenag 46 12 58
2 PNS Non Kemenag 0
3 Non PNS 0
JUMLAH 46 12 58

Tabel 3.7 Jumlah Tenaga Pendidik PNS yang Telah Disertifikasi Berdasarkan
Status Kepegawaian dan Gol. Ruang
GOLONGAN RUANG
NO STATUS JML
Gol II Gol III Gol IV
KEPEGAWAIAN
A B C d a b c d a b c d

1 PNS Kemenag 7 4 11 12 14 17 65

2 PNS Non Kemenag 0

JUMLAH 7 4 11 12 14 17 65

3. Tenaga Kependidikan

Tabel 3.8 Jumlah Tenaga Kependidikan Berdasarkan Status Kepegawaian dan


Jenis Kelamin
NO JENIS PNS NON PNS
KETENAGAAN
LK PR JML LK PR JML

1 Kepala Urusan TU 1 1
65

2 Tenaga Administrasi 4 4 5 5

3 Pustakawan 2 2

4 Laboran

5 Teknisi Keterampilan

6 Lainnya 10 1 11

JUMLAH - 5 5 15 3 18

Tabel 3.9 Jumlah Tenaga Kependidikan Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan


NO TENAGA KUALIFIKASI PENDIDIKAN JML
KEPENDIDIKAN
<SLTA D1 D2 D3 S1 S2 S3

1 Kepala Urusan TU 1 1

2 Tenaga 7 5 12
Administrasi

3 Pustakawan 1 1

4 Laboran 0

5 Teknisi
Keterampilan

6 Lainnya 9 9

JUMLAH 16 7 0 23
66

Tabel 3.10 Jumlah Tenaga Kependidikan PNS Berdasarkan Golongan Ruang


N JENIS GOLONGAN RUANG J
O KETEN M
AGAAN Gol I Gol II Gol III Gol IV L

a b c d J a B c d J a b c d J a b c d J
m m m m
l l l l

1 Kepala 1 1 1
Urusan
TU

2 Tenaga 2 1 3 1 1 4
Adminis
trasi

3 Pustaka
wan

4 Laboran

5 Teknisi
Keteram
pilan

6 Lainnya

JUMLAH 2 1 3 1 1 2 5

4. Kondisi Siswa
Tabel 3.11 Jumlah Siswa
KELAS ROMBEL SISWA JUMLAH
SISWA MISKIN

LK PR JML LK PR JML

X AGAMA 2 22 46 68
67

X MIA 5 43 128 171

X IIS 5 51 125 176

XI 1 4 26 30
BAHASA

XI 1 14 24 38
AGAMA

XI MIA 5 48 128 176

XI IIS 5 41 133 174

XII 1 10 29 39
AGAMA

XII MIA 6 44 180 224

XII IIS 5 62 139 201

JML 36 339 958 1297

5. Sarana dan Prasarana

Luas Tanah
: 10,760 m2
Seluruhnya
Luas tanah untuk
bangunan : 9,125 m2

Luas tanah untuk sarana lingkungan (jalan, taman


:-
dll)
Luas tanah Kosong : 1,635 m2
Surat-Surat Hak atas
: Sertifikat : 10,760 m2
Tanah
: Akta Jual Beli :-
: SK HGB/P :-
68

: Sewa :-
a. Tanah

b. Gedung dan Bangunan


KONDISI
JENIS LUAS Rusak JM
NO Rusak
BANGUNAN ( m2) Baik Ringa L
Berat
n
1 Ruang Kelas 2448 34 - - 34
2 Ruang Kepala 48 1 - - 1
Ruang Tata
3 72 1 - - 1
Usaha
4 Ruang Guru 126 1 - - 1
5 Perpustakaan 210 1 - - 1
Laboratorium
6 144 1 - - 1
IPA
Komputer 90 1 - - 1
Bahasa 100 1 - - 1
Ruang
7 892 4 - - 4
Keterampilan
8 Ruang Seni 18 1 - - 1
9 Aula 361 1 - - 1
10 Masjid 600 1 - - 1
11 Ruang Komite 12 1 - - 1
12 Ruang Wakamad 28 1 - - 1
13 Ruang BK 45 1 - - 1
14 Ruang Puskom 32 1 - - 1
15 Ruang Fullday 34 1 - - 1
16 Ruang UKS 81 1 - - 1
17 Ruang OSIS 64 1 - - 1
18 Ruang Paskibra 30 1 - - 1
69

19 Ruang Pramuka 30 1 - - 1
20 Ruang KIR 32 1 - - 1
Ruang
21 20 1 - - 1
Wahdaniyah
22 Ruang Olah Raga 30 1 - - 1
23 Ruang Pertemuan 130 1 - - 1
24 Kantin 48 1 - - 1
25 Pos Satpam 9 1 - - 1
26 Gudang TU 20 1 - - 1
27 Gudang K3 30 1 - - 1
28 Gudang Aula 16 1 - - 1
Gudang
29 28 1 - - 1
Kesiswaan
30 Asrama Putra 48 1 - - 1
31 Asrama Putri 36 1 - - 1
32 Asrama Putra 1 48 1 - - 1
33 Asrama Putri 2 48 1 - - 1
34 Koperasi Siswa 16 1 - - 1
35 Koperasi Guru 28 1 - - 1
36 Kelas Terbuka 60 1 - - 1
37 Ruang DKM 20 1 - - 1

3) Alat Kantor dan Rumah Tangga


KONDISI
NO JENIS PERALATAN Rusak Rusak JML
Baik
Ringan Berat
1 Mesin Ketik 15 15
2 Mesin Hitung 0
3 Alat Penggandaan 1 1
4 Lemari 3 3
70

5 Rak 3 3
6 Filing Cabinet 11 2 2 15
7 Brandkas 1 1
8 AC 13 13
Meja ( Ruang Guru dan
9 75 75
Kantor)
Kursi ( Ruang guru dan
10 75 75
Kantor)
11 Sice 7 7
: PC. Unit 50 50
12 Komputer
: Lap Top 36 36
13 Telepon 2 2
14 Faximili 1 1

Kendaraan : Roda 4 1 1
15
Bermotor : Roda 2 0
71

6. Hubungan dan Kerjasama


Kondisi MAN Cirebon 1 saat ini merupakan hasil
perkembangan yang periodik dari tahun-ketahun. Keberadaan
gedung dan bangunan pendidikan, peralatan penunjang
kegiatan belajar, instalasi dan jaringan, personalia guru
(pendidik) dan tata usaha (tenaga kependidikan), siswa/ siswi
(peserta didik) adalah hasil usaha yang terencana dan
sistematis serta kerja keras diiringi keikhlasan para pendahulu
MAN Cirebon 1 dan pihak lain yang terkait sampai dengan
seluruh komponen MAN Cirebon 1 saat ini. Berkat kerja keras
dan keikhlasan para pengelola madrasah, guru-guru, staf TU,
orang tua siswa, pemerintah, pemerintah daerah dari dulu
hingga kini MAN Cirebon menjadi besar dan dipercaya
masyarakat.
7. Administrasi Sekolah
a. Administrasi Kepala Madrasah
(i) Administrasi yang Berkaitan dengan Pengajaran
 Daftar pembagian tugas mengajar;
 Buku pemeriksaan persiapan mengajar;
 Buku penyelesaian kasus sekolah;
 Daftar hasil evaluasi belajar tahap akhir;
 Buku rekapitulasi kenaikan kelas dan kelulusan;
 Buku serah terima STTB atau Ijazah;
 Jadwal pelaksanaan supervisi mengajar;
 Program semester;
 Silabus mata pelajaran;
 RPP;
 Buku program bimbingan;
 Buku pencapaian target dan daya serap kurikulum;
 Buku serah terima rapor;
 Buku kunjungan pengawas sekolah;
 Buku agenda;
 Buku pengaduan, masukan, kritik, dan saran;
 Buku notulen rapat komite sekolah/guru;
 Kegiatan menggunakan SK kepala sekolah;
 Buku ekspedidi;
 Buku tamu umum dan buku tamu khusus;
 Buku supervisi kunjungan kelas.
72

(ii) Administrasi yang Berkaitan dengan Kesiswaan


 Formulir pendaftaran siswa baru;
 Buku calon siswa baru;
 Buku data siswa baru;
 Buku klapper;
 Papan absen dan rekapitulasi absen harian siswa;
 Buku mutasi siswa;
 Buku rekap mutasi siswa 1 semester;
 Surat permohonan pindah sekolah;
 Surat keterangan pindah sekolah;
 Pendaftaran masuk sekolah;
 Buku kenaikan kelas;
 Buku prestasi siswa.

(iii) Administrasi yang Berkaitan dengan Kepegawaian


 Buku catatan/penilaian Tata Usaha atau Guru PNS;
 Data kepegawaian;
 Buku diklat;
 Buku penghargaan;
 Buku seminar atau lokakarya;
 Buku cuti pegawai;
 Buku izin keluar pegawai;
 Buku piket guru.

(iv) Administrasi yang Berkaitan dengan Keuangan


 Buku Kas Umum (BKU);
 Buku Kas Pembantu Kepala Sekolah.

(v) Administrasi yang Berkaitan dengan Barang dan


Perlengkapan
 Buku kartu inventaris barang sekolah;
 Buku keadaan barang inventaris lainnya.
b. Administrasi Guru
a. Buku I (Program)
 Standar Kompetensi (KI dan KD sesuai mapel);
 Silabus;
 Prota;
 Promes;
 RPP dan kisi-kisi.
73

b. Buku II (Pelaksanaan)
 Daftar hadir;
 Daftar nilai;
 Analisis hasil evaluasi;
 Program dan pelaksanaan perbaikan dan pengayaan;
 Catatan pribadi siswa;
 Agenda guru

3. Administrasi Umum
(i) Administrasi Kelembagaan;
(ii) Struktur Organisasi Pengurus dan Kepala
Sekolah/Madrasah;Program Kerja Pengurus;
(iii) Agenda Surat Masuk;
(iv) Desposisi Surat;
(v) Agenda Surat keluar;
(vi) Arsip Surat;
(vii) Buku Pengumuman;
(viii) Buku Dokumentasi Kegiatan Sekolah;
(ix) Buku Tamu (Umum, Khusus);
(x) Buku Ekspedisi;
(xi) Papan Sekolah/Madrasah;
(xii) Buku Kontrol Kegiatan;
(xiii) Contoh Proposal dan Surat Menyurat.
74

3. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
MAN 1 CIREBON
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

KEPALA MADRASAH
KOMITE
Muh. Isro Mutamarullah, S.Pd.,MA.

KEPALA TATA USAHA


Hj. ETI CHUSNUL CHOTIMAH, SE.

TENAGA KEPENDIDIKAN

WAKA MADRASAH WAKA MADRASAH WAKA MADRASAH WAKA MADRASAH


BID. KURIKULUM BID. KESISWAAN BID. SARPRAS BID. HUMAS
Drs. Effendi Mufied H. Muhajirin, M.Pd. Drs. Ayamin Ubaidillah, S.Ag, M.Pd.I
1. Kepa l a La bora tori um Komputer
1. Pembi na OSIS 1. Kepa l a Perpus ta ka a n 1. Kordi na tor Progra m Ta hfi dzul Qura n
Ba ha s a da n Bi da ng Penga ja ra n
2. Kepa l a La b. Fi s i ka , Ki mi a , Bi ol ogi
2. Pembi na Eks . KIR Ma tema ti ka 2. Kepa l a La b. Ketera mpi l a n 2. Kordi na tor Bi mbi nga n Kons el i ng
da n Penga rs i pa n Dokumen Kuri kul um
3. Ti m. Pengel ol a Progra m Ful l da y 3. Pembi na Eks . KIR Fi s i ka 3. Pembi na Kopera s i Si s wa 3. Seks i Kekel ua rga a n
4. Ti m. Pengemba nga n Pus kom da n 4. Sta f Penga da a n da n
4. Pembi na Eks . KIR Ki mi a 4. Seks i Pengemba nga n Webs i te / Internet
Da ta Pemel i ha ra a n Sa ra na
5. Pembi na Eks . KIR Bi ol ogi 5. Petuga s Kebers i ha n
6. Pembi na Eks . Cl ub Ba ha s a Inggri s 6. Petuga s Kea ma na n
7. Pembi na Eks . Cl ub Ba ha s a Ara b
8. Pembi na Eks . KIR/KSM Geogra fi
9. Pembi na Eks . KIR/KSM Ekonomi
10. Pembi na Eks . Pa s ki bra
11. Pembi na Eks . Pra muka
12. Pembi na Eks . PMR/UKS
13. Pembi na Eks . Seni Buda ya
14. Pembi na Eks . Ol a h Ra ga
15. Pembi na Eks . Ha droh/ Kea ga ma a n
16. Pembi na Eks . KTI, Bul eti n da n Ma di ng
17. TIM Pembi na OSIS Cirebon, 17 Juli 2019
Kepala Madrasah

DEWAN GURU DAN WALI KELAS

PESERTA DIDIK MAN CIREBON I KAB. CIREBON Muh. Isro Mutamarullah, S.Pd.,MA.
NIP. 19680916 199403 1 010

Gambar 3.1 Bagan struktur organisasi kepemimpinan


STRUKTUR ORGANISASI TENAGA KEPENDIDIKAN
MAN 1 CIREBON KAB. CIREBON
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

KEPALA MADRASAH
Muh. Isro Mutamarullah, S.Pd.I

KEPALA TATA USAHA


Hj. ETI CHUSNUL CHOTIMAH

Bendahara Adm. Keuangan/ Inventaris Barang


PPABP Daftra Gaji/ Umum Arsiparis / Umum Admin Perpustakaan Puskom Koperasi S iswa Operator Lab Kesiswaan/ Umum S IMAK BMN / Umum
Pengeluaran Kesiswaan / Umum

1. Kaeni, S.Pd.I
1.Saiful Anwar, SP.
Ida Rahmanidar N. Yuanah Deden Amirudin, S.Pd.I. Rodiawati Koriah Rodiawati Koriah N. Yuanah 2. Rizky Anggraeni Yulyana Dewi Supaat Iskandar Ashari Sembiring, S.Pd.I Solihin, Amd.Kom.
2. Asep Suryaman
3. Rara Antika

S atpam RT/K.3 Penjaga Malam TK. Kebun/K.3 TK. Kebun/K.3 TK. Kebun/K.3 TK. Kebun/K.3 S atpam

Bambang Suhandi Kaedir Safi'i Wardeni Sulaeman Wahyu Setiawan Cita Arsali

Gambar32.2 Bagan struktur organisasi TU Cirebon, 17 Juli 2019


Kepala Madrasah

Muh. Isro Mutamarullah, S.Pd.,MA.


NIP. 19680916 199403 1 010
75

LAMPIRAN II

PEDOMAN WAWANCARA

NO WAKTU NARASUMBER PERTANYAAN


1) Apa saja model
pengembangan kepribadian
siswa melalui pembinaan
keagamaan yang diterapkan
1 SELASA, B. MUHAJIRIN, pada Madrasah Aliyah
11 S.Pd, M.Pd. Negeri 1 Kabupaten
FEBRUARI Cirebon?
2020 2) Bagaimana pelaksanaan
pembinaan keagamaan pada
Madrasah Aliyah Negeri 1
Kabupaten Cirebon?

1) Apa saja model


pengembangan kepribadian
siswa melalui pembinaan
keagamaan yang diterapkan
2 RABU, 12 Drs. H.MAHROM pada Madrasah Aliyah
FEBRUARI ALI Negeri 1 Kabupaten
2020 Cirebon?
2) Bagaimana pelaksanaan
pembinaan keagamaan pada
Madrasah Aliyah Negeri 1
Kabupaten Cirebon?
3) Faktor apa saja yang
menjadi pendukung dan
penghambat dalam
pelaksanaan pembinaan
keagamaan pada Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten
Cirebon?
76

1) Bagaimana Sejarah
singkat ekstrakurikuler
Wahdaniyah Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten
Cirebon?
3 KAMIS, 25 AGUNG SUGIARTA, 2) Apa saja Bidang
JUNI 2020 Ketua keagamaan yang ada di
Ekstrakurikuler ekstrakurikuler Wahdaniyah
Wahdaniyah periode Madrasah Aliyah Negeri 1
2019/2020 Kabupaten Cirebon?
3) Bagaimana pelaksanaan
kegiatan ektrakurikuler
Wahdaniyah?
77

LAMPIRAN III

DOKUMENTASI

Tata Tertib Pakaian Seragam MAN 1 Kabupaten Cirebon


78

Wawancara dengan Bapak H. Muhajirin, S.Pd, M.Pd


79

Wawancara dengan Bapak Drs. H. Mahrom Ali


80

Kegiatan Ekstrakurikuler Wahdaniyah


81
82

Anda mungkin juga menyukai