BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Akibat arus modrenisasi yang meliputi hampir sebagian besar Negara-negara yang dihuni
mayoritas umat islam. Dengan adanya arus modrenisasi tersebut, mangakibatkan
munculnya berbagai macam perubahan dalam tatanan sosial umat islam, baik yang
menyangkut Ideologi Politik, Sosial, Budaya dan sebagainya. Berbagai perkembangan
tersebut seakan-akan cenderung menjauhkan umat dari nilai-nilai agama. Hal tersebut
terjadi karena aneka prubahan tersebut banyak melahirkan simbol-simbol sosial dan
kultural yang secara eksplisit tidak memiliki simbol keagamaan yang telah mapan, atau
disebabkan kemajuan modrenisasi tidak diimbangi dengan pembaharuan pemikiran
keagamaan.
2. Telah mapannya sistem pemikiran barat1[1] di mayoritas negeri muslim secara faktual
lebih mudah diterima dan diamalkan apa lagi sangat didukung oleh kekuatan yang
bersifat struktural maupun kultural, namun masyarakat islam dalam penerimaan konsepsi
barat tersebut tetap merasakan adanya semacam “kejanggalan” baik secara psikologis,
sosiologis maupun politis. Tetapi karena belum terwujudnya konsepsi islam yang lebih
kotekstual, maka dengan rasa ketidak berdayaan mereka mengikuti saja konsepsi yang
tidak islami. Hal tersebut akhirnya menggugah naluri pakar hukum islam yang lebih
relevan dengan perkembangan zaman.
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tujuan fiqh kontemporer.
2. Untuk mengetahui pemikiran Islam Tentang Fiqh Kontemporer.
3. Untuk mengetahui Ruang lingkup kajian Fiqh Kontemporer.
4. Untuk Mengetahui Metode Fiqh Kontemporer.
BAB II
PEMBAHASAN
Pandangan Prof. Said Rramadan tentang hal serupa. Semua pendapat yang harus
di timbang dengan kriteria Al-Qur’an dan As- sunnah. Dan semua manusia sesudah
Rasulullah SAW dapat berbuat keliru. Dalam segala hal dimana tidak ada teks yang
mengikat, maka pertimbangan masalah sajalah yang mengikat. dan bahwa aturan demi
maslahah dapat berubah bersama perubahan keadaan di masa, terdahulu: “Di mana ada
maslahah disanalah letak jalan Allah”. Perbedaan antara syari’ah (Sebagaimana
tercantum dalam Al-Qura’an dan As-sunnah) yang mengikat abadi dengan dalil- dalil
yang diterangkan oleh para fuqoha’ seharusnya memeberikan pengaruh yang sangat sehat
terhadap umat islam pada zaman ini.
Pernyataan diatas dapat kita ambil kesimpulan khususnya berkenaan dengan
munculnya isu fiqih kontemporer tersebut, yakni: bagaimanapu pemikiran ulama bisa di
pertanyakan kembali berdasarkan kriteria Al-Qur’an dan As-Sunnah di sisi lain
pertimbangan maslahah dapat di jadikan rujukan dalam upaya penyesuaian fiqh dengan
zaman yang berkembang. Terakhir, perbedaan antara syari’ah dengan fiqih menjadi
peluang timbulnya pengkajian fiqih kontemporer. Demikianlah sekelumit beberapa latar
belakang munculnya isu fiqih kontemporer yang dapat penulis kemukakan.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, metode berpikir ulama klasik terkait langsung
dengan al-qur’an dan hadist, sehingga banyak melahirkan ijtihad yang kualitatif, hal ini
banyak di contohkan oleh para sahabat nabi terutama Umar bin Khattab. Metode berpikir
itu pulalah yang di tiru oleh imam-imam mazhab fiqih seperti imam Malik, Abu hanafiah,
Syafi’i, dan ibnu hambal. Juga oleh para mutakallimin seperti: Washil bin ‘Atha’, Abu al-
huzail, Al-jubba’i, Al-asy’ari, Al-maturidi, dan Al-ghozali.
Sedangkan pemikiran zaman pertengahan, berbeda dengan pemikiran zaman
klasik, menjadi terikat sekali dengan hasil pemikiran para ulama zaman klasik. Ruang
geraknya sempit, pemikiran rasional diganti dengan pola pemikiran tradisional. Dalam
menghadapi maslah-masalah baru mereka tidak lagi secara langsung menggali ke al-
qur’an dan hadist tetapi lebih banyak terikat denga produk pemikiran ulama abad klasik.
Sehingga orisinalitas pemikiran semakin berkurang dan cenderung dogmatis. Maka
bekulah pemikiran serta kurang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Corak pemikiran ini menampilkan sosok ulama islam abad pertengahan dengan
pola penalaran fiqih yang tradisional. Di zaman modern inipun masih banyak umat islam
yang terpaku dengan pola pemikiran islam abad pertengahan tersebut hanya sebagian
kecil yang sudah mulai memakai pola pemikiran rasional zaman klasik.
Sebenarnya bila umat islam ingin maju dan punya kemampuan untuk
mengantisipasi perkembangan zaman modern, pola permikiran rasional para sahabat dan
ulama klasik sudah selayaknya untuk dikembangkan lagi disinilah letak relevansinya
antar fiqih kontemporer dengan fiqih klasik nantinya, yakni relevan dalam pola penalaran
fiqhiyahnya, walaupun akan menghasilkan produk fiqih yang berbeda karena perbedaan
situasi dan kondisi yang ada.
3[3] Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer H.E. Hassan Saleh
4[4] kebaikan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adanya fiqih kontemporer yaitu pemikiran ulama/ijtihad berdasarkan kriteria Al-
Qur’an dan As-Sunnah di sisi lain pertimbangan maslahah dapat di jadikan rujukan dalam
upaya penyesuaian fiqh dengan zaman yang berkembang. dan perbedaan antara syari’ah
dengan fiqih menjadi peluang timbulnya pengkajian fiqih kontemporer.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin , Bey. Terjemah Sunan An-Nasai, Semarang : CV Syi Syifa, 1992.
Qardhowi , Yusuf. Fatwa – fatwa Kontenporer, Jakarta : Gema Insani Press, 1996.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah , Depok : Al-Quran Tajwid , 2008.
Saleh, Hasan . Kajian Fiqh Nawawi & Fiqh Kontemporer , Jakarta : Rajawali Press ,
2008.
Anwar, Syahrul. ilmu fiqh dan usul fiqh, Bogor : Ghalia Indonesia, 2010.
Al Qardhawi, Yusuf. Ijtihad Kontemporer, Surabaya : Risalah Gusti, 1995
Mubarok, Jaih. Fiqh Kontemporer, Bandung : Pustaka Setia, 2003.