Anda di halaman 1dari 12

NAMA : DELIA APRILIA

NIM : 213020303137
MATKUL : TEORI AKUNTANSI
JURUSAN : AKUNTANSI (B)
FAKULTAS: EKONOMI DAN BISNIS
RESUME BAB 2 PENALARAN
Pengertian
Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu
keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan atau asersi (essertion). Pernyataan dapat berupa teori
(penjelasan) tentang suatu fenomena atau realitas alam, ekonomik, politik, atau sosial Penalaran perlu
diajukan dan dijabarkan untuk membentuk, mempertahankan atau mengubah keyakinan bahwa
sesuatu (misalnya teori, pernyataan, atau penjelasan) adalah benar. Penalaran melibatkan inferensi
(inference) yaitu proses penurunan konsekuensi logis dan melibatkan pula proses penarikan simpulan/
konklusi (conclusion) dari serangkaian pernyataan atau asersi. Proses penurunan simpulan sebagai
suatu konsekuensi logis dapat bersifat deduktif maupun induktif. Penalaran mempunyai peran penting
dalam pengembangan, penciptaan, pengevaluasian, dan pengujian suatu teori atau hipotesis.
Unsur dan Struktur Penalaran
Struktur dan proses penalaran dibangun atas dasar tiga konsep penting yaitu asersi (assertion),
keyakinan (belief), dan argumen (argument). Struktur penalaran menggambarkan hubungan ketiga
konsep tersebut dalam menghasilkan daya dukung atau bukti rasional terhadap keyakinan tentang
suatu pernyataan.
Asersi adalah suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa sesuatu (misalnya teori)
adalah benar. Bila seseorang mempunyai kepercayaan (confidence) bahwa statemen keuangan itu
bermanfaat bagi investor adalah berat, maka pernyataan “statemen keuangan itu bermanfaat bagi
investor” merupakan keyakinannya.
Keyakinan adalah tingkat kebersediaan (willingness) untuk menerima bahwa matu pernyataan atau
teori (penjelasan) mengenai suatu fenomena atau gejala (alam atau sosial) adalah benar. Orang
mendapatkan keyakinan akan suatu pernyataan karena dia melekatkan kepercayaan terhadap
pernyataan tersebut.
Argumen adalah serangkaian asersi beserta keterkaitan (artikulasi) dan inferensi atau penyimpulan
yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan. Bila dihubungkan dengan argumen, keyakinan
adalah tingkat kepercayaan yang dilekatkan pada suatu pernyataan konklusi atas dasar pemahaman
dan penilaian suatu argumen sebagai bukti yang masuk akal. Oleh karena itu, argumen menjadi unsur
penting dalam penalaran karena digunakan untuk membentuk, memelihara, atau mengubah suatu
keyakinan.
ASERSI
Asersi (pernyataan) memuat penegasan tentang sesuatu atau realitas. Pada umumnya asersi
dinyatakan dalam bentuk kalimat. Berikut ini adalah contoh beberapa asersi (beberapa adalah asersi
dalam akuntansi):
• Manusia adalah makhluk sosial.
• Semua binatang menyusui mempunyai paru-paru.
• Beberapa obat batuk menyebabkan kantuk.
• Tidak ada ikan hias yang melahirkan.
• Partisipasi mempengaruhi kinerja.
• Statemen aliran kas bermanfaat bagi investor dan kreditor.
• Perusahaar, besar akan memilih metoda MPКР.
• Informasi sumber daya manusia harus dicantumkan di neraca.
• Dalam sektor publik, anggaran merupakan alat pengendalian dan pengawasan yang paling
andal.
Beberapa asersi mengandung pengkuantifikasi yaitu semua (all), tidak ada (no), dan beberapa (some).
Asersi yang memuat pengkuantifikasi semua dan tidak ada merupakan asersi universal sedangkan
yang memuat penguantifikasi bebera pa merupakan asersi spesifik fikasi sedikit, banyak, sebagian
besar, atau bilangan tertentu. Pengkuantifikasi diperlukan untuk menentukan ketermasukan
(inclusiveness) atau keuniversalan saerai. "Burung dapat terbang" tidak dapat diinterpretasi sebagai
asersi universal karena kita tahu kecualian terhadap asersi tersebut yaitu misalnya burung unta (yang
tidak dapat terbang). Tanpa pengkuantifikasi ketermasukan akan sangat sulit ditentukan. Misalnya
seseorang mengajukan asersi "Pria lebih berat badannya daripada wanita." Asersi tersebut meragukan
(ambigu) karena sulit untuk diinterpretasi apa maksud sesungguhnya asersi tersebut. Asersi tersebut
dapat berarti:
• Semua pria lebih berat badannya daripada semua wanita?
• Beberapa pria lebih berat badannya daripada semua wanita?
• Beberapa pria lebih berat badannya daripada beberapa wanita?
• Sebagian besar pria lebih berat badannya daripada sebagian besar wanita?
• Berat badan rata-rata pria lebih besar daripada berat rata-rata wanita?
Asersi-asersi yang dicontohkan di atas lebih menyatakan makna atau arti (meaning) daripada struktur
atau bentuk (form). Menyajikan asersi berdasar arti sering menimbulkan salah interpretasi karena
keterbatasan bahasa atau karena kesalahan bahasa. Bila digunakan sebagai unsur argumen, penyajian
makna dapat mengacaukan evaluasi argumen. Dalam mengevaluasi argumen harus dipisahkan antara
validitas penalaran dan kesetujuan terhadap (kebersediaan menerima) kebenaran isi asersi. Oleh
karena itu, asersi sering disajikan dalam struktur atau diagram tanpa menunjukkan arti. Penyajian
struktur umum asersi adalah:
Semua A adalah B.
Tidak ada satupun A adalah B.
Beberapa A adalah B.
Interpretasi Asersi
Untuk menerima kebenaran suatu asersi, harus dipastikan lebih dahulu apa arti atau maksud asersi.
Sangat penting sekali untuk memahami arti asersi untuk menentukan keyakinan terhadap kebenaran
asersi tersebut. Untuk memahami, bila benar bahwa semua A adalah B atau bila A dan B merupakan
himpunan yang sama, benar juga dikatakan bahwa beberapa A adalah B. Dalam hal ini, representasi
dalam diagram akan menun jukkan area A ada di dalam aren U atau area A berimpitan (saling isi
penuh) dengan area B. Bila tidak ada informasi tersebut, pada umumnya asersi "Beberapa A adalah
B" diartikan sebagaimana direpresentasi dalam diagram (1) atau (2) dalam Gambar 2.6.

Dalam,tata bahasa, kata-kata semacam ini disebut pro-leksem. Penulisannya di depan dan mele kat
pada kata yang diwatasi. Istilah nirlaba digunakan oleh Ikatan Akuntan Indonesa (IAI) dalam Standar
Akuntansi Keu- angan 2002 (PSAK No. 45).
Maksud asersi, orang juga harus mempunyai pengetahuan tentang subjek atau topik yang dibahas.
Kesalahan interpretasi dapat terjadi karena dua bentuk azersi yang berbeda dapat berarti dua hal yang
sama atau dua hal yang sangat berbeda. Perhatikan beberapa contoh bentuk asersi berikut:
(1) Semua A adalah B.
(2) Semua B adalah A.
(3) Tidak satu pun A adalah B.
(4) Tidak satu pun B adalah A.
Asersi (1) jelas berbeda arti dan bentuknya dengan asersi (3). Demikian juga, asersi (1) jelas berbeda
dengan asersi (2). Kesalahan menginterpretasi asersi (1) sama dengan asersi (2) disebut dengan
kesalahan konversi premis (premise conversion error).
Asersi (3) mempunyai makna yang sama dengan asersi (4) karena kalau asersi yang satu benar, tidak
mungkin asersi yang lain salah. Dalam hal ini, asersi yang satu merupakan implikasi asersi yang lain.
Bila asersi (3) benar, dengan sendirinya asersi (4) juga benar.
Asersi untuk Evaluasi Istilah
Representasi asersi dalam bentuk diagram dapat digunakan untuk mengevaluasi ketepatan makna
suatu istilah. Sebagai contoh, manakah istilah yang tepat antara bersertifikat akuntan publik (BAP)
dan akuntan publik bersertifikat (APB) sebagai padan kata certified public accountant (CPA).
Bersertifikat akuntan publik bermakna himpunan (set) orang-orang yang bersertifikat dan salah satu
subhimpunannya adalah akuntan publik. Sesuai dengan makna eslinya, akuntan publik bersertifikat
bermakna sebagai subhimpunan akuntan publik dan akuntan publik merupakan subhimpunan akuntaa.
Diagram berikut menjelaskan perbedaan makna kodua istilah tersebut.
Jenis Asersi (Pernyataan)
Untuk menimbulkan keyakinan terhadap kebenaran suatu asersi, asersi harus didukung oleh bukti atau
fakta Untuk keperluan argumen, suatu asersi sering dianggap benar atau diterima tanpa harus diuji
dahulu kebenarannya. Bila dikait kan dengan fakta pendukung, asersi dapat diklasifikasi menjadi
asumsi (assumption), hipotesis (hypothesis), dan pernyataan fakta (statement of fact).
Asumsi adalah asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat menga- jukan atau
menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan atau asersi yang orang bersedia untuk
menerima sebagai benar untuk keperluan disku si atau debat. Hipotesis adalah asersi yang
kebenarannya belum atau tidak diketahui tetapi diyakini bahwa asersi tersebut dapat diuji
kebenarannya.
Fungsi Asersi
Telah ditunjukkan dalam Gambar 2.1 bahwa asersi merupakan bahan olah dalam Talahan. Dalam
argumen, asersi dapat berfungsi sebagai premis (premise) dan konklusi (conclusion). Premis adalah
asersi yang digunakan untuk mendukung suatu konklusi. Konklusi adalah asersi yang diturunkan dari
serangkaian asert Sustu argumen paling tidak berisi satu premis dan satu konklusi. Karena prom dan
konklusi keduanya merupakan asersi, konklusi (berbentuk asersi) dalam suatu argumen dapat menjadi
premis dalam argumen yang lain.
Ketiga jenis asersi yang dibahas sebelum ini asumsi, hipotesis, pernyataan fakta dapat berfungsi
sebegai premis dalam suatu argumen. Dalam hal ini, prinsip yang harus dipegang adalah bahwa
kredibilitas konklusi tidak dapat melebihi kredibilitas terendah premis-premis yang digunakan untuk
menurunkan konklusi. Artinya, kalk u konklusi diturunkan dari serangkaian premis yang salah satu
merupakan pernyataan fakta dan yang lain asumsi, konklusi tidak dapat dipandang sebagai pernyataan
fakta. Dengan kata lain, keyakinan terhadap konklusi dibatasi oleh keyakinan terhadap premis.
Keyakinan
Keyakinan terhadap asersi adalah tingkat kebersediaan untuk menerima bahwa asersi tersebut benar.
Keyakinan diperoleh karena kepercayaan (confidence) tentang kebenaran yang dilekatkan pada suatu
asersi. Suatu asersi dapat dipercaya karena adanya bukti yang kuat untuk menerimanya
sebagai hal yang benar.
Properitas Keyakinan
Semua penalaran bertujuan untuk menghasilkan keyakinan terhadap asersi yang menjadi konklusi
penalaran. Berikut ini dibahas prioritas keyakinan yang perlu disadari dalam argumen.
• Keadabenaran (Pengetahuan yang mendasari (termasuk pengalaman))
• Bukan Pendapat (Keyakinan yang disertakan bukti)
• Bertingkat (Keyakinan yang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bukti mendukung aserti)
• Berbias (Kekuatan bukti objektif)
• Bermuatan nilai (Sebagai tolak ukur penting atau tidaknya keyakinan dipegangnya seseorang)
• Berkekuatan (Tingkat kepercayaanseseorang pada kebenaran suatu asersi)
• Veridikal (Tingkat kesesuaian keyakinan dengan realitas)
• Berketertempaan (Fleksibelitas keyakinan terhadap informasi yang relevan)
Argumen
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah argumen sering digunakan secara keliru untuk menunjuk
ketidaksepakatan, perselisihan pendapat (dispute), atau bahkan pertengkaran mulut (Jawa:padu).
Dalam pengertian ini, argumen mempunyai konotasi negatif. Orang yang suka bertengkar dan ingin
menangnya sendiri akan menikmati dan memburunya tetapi orang yang ingin mencari solusi atau
alternatif pemecahan masalah yang terbaik akan menghindarinya. Dalam arti positif, argumen dapat
disamakan dengan penalaran logis untuk menjelaskan atau mengajukan bukti rasional tentang suatu
asersi. Bila seseorang mengajukan alasan untuk mendukung suatu gagasan atau pandangan, dia
biasanya menawarkan suatu argumen. Argumen dalam arti positif selalu dijumpai dalam bacaan,
percakapan, dan dalam diskusi ilmiah. Argumen merupakan bagian penting dalam pengembangan
pengetahuan. Agar memberi keyakinan, argumen harus dievaluasi kelayakan atau validitasnya.
Anatomi Argumen
Dari definisi di atas dan Gambar 21 dapat dikatakan bahwa argumen terdiri atas serangkaian asersi.
Asersi berkaitan dengan yang lain dalam bentuk inferensi atau penyimpulan. Asersi dapat berfungsi
sebagai premis atau konklusi (atau asersi kunci) yang merupakan komponen argumen. Berikut ini
adalah beberapa contoh argumen (beberapa merupakan argumen dalam akuntansi):
• Merokok adalah penyebab kanker karena kebanyakan penderita kanker adalah perokok.
• Jika suatu binatang menyusui, maka binatang tersebut merapunyai paru-paru karena semua
binatang menyusui mempunyai paru-paru.
• Kreditor adalah pihak yang dituju oleh pelaporan keuangan sehingga statemen keuangan
harus memuat informasi tentang kemampuan membayar utang.
• Karena akuntansi menekankan substansi daripada bentuk, statemen keuangan beberapa
perusahaan yang secara yuridis terpisah tetapi secara ekonomik merupakan satu perusahaan
harus dikonsolidasi.
• Karena akuntansi menganut kesatuan usaha ekonomik, beberapa perusahaan yang secara
yuridis terpisah harus dianggap sebagai satu kesatuan ekonomik kalau perusahaan-perusahaan
tersebut ada di bawah satu kendali. Oleh karena itu, laporan konsolidasian harus disusun oleh
perusahaan pengendali.
Jenis Argumen
Berbagai karakteristik dapat digunakan sebagai basis untuk mengklasifikasi argumen. Misalnya
argumen dibedakan menjadi argumen langsung dan taklangsung. formal dan informal, serta
meragukan dan meyakinkan. Klasifikasi yang ditinjau dari bagaimana penalaran (reasoning)
diterapkan untuk menurunkan konklusi merupakan klasifikasi yang sangat penting dalam pembahasan
buku ini. Dalam hal ini, argumen dapat diklasifikasi menjadi argumen deduktif dan induktif. Contoh
argumen yang diberikan dalam interpretasi 1, 2, dan 3 di atas sebenarnya merupakan contoh argumen
deduktif. Salah satu jenis argumen yang lain adalah argumen dengan analogi (argument by analogy).
Berikut ini dibahas berbagai jenis argumen tersebut.
Argumen Deduktif
Telah disebutkan bahwa argumen atau penalaran deduktif adalah proses penyim pulan yang berawal
dari suatu pernyataan umum yang disepakati (premis) ke pernyataan khusus selingai simpulan
(konklusi). Argumen deduktif disebut juga argumen logis (logical argument) sebagai pasangan
argumen ada benarnya (plausible argument). Argumen logis adalah argumen yang asersi konklusinya
tersirat (implied) atau dapat diturunkan/dideduksi dari (deduced from) asersi-asersi lain (premis-
premis) yang diajukan. Disebut argumen logis karena kalau premis- premisnya benar konklusinya
harus benar (valid). Kebenaran konklusi tidak selalu berarti bahwa konklusi merefleksi realitas
(truth). Hal inilah yang membedakan argumen sebagai bukti rasional dan bukti fisis/langsung/empiris
berupa fakta. 10 Salah satu bentuk penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang disebut silogisma.
Silogisma terdiri atas tiga komponen yaitu premis major (major premise), premis minor (minor
premise), dan konklusi (conclusion). Dalam silogisma, konklusi diturunkan dari premis yang diajukan
seperti contoh berikut:

Premis major: Semua binatang menyusui mempunyai paru-paru.


Premis minor: Kucing binatang menyusui
Konklusi: Kucing mempunyai paru-paru.
Evaluasi Penalaran Deduktif
Tujuan utama mengevaluasi argumen adalah untuk menentukan apakah konklus argumen benar dan
meyakinkan.
Kelengkapan merupakan kriteria yang penting karena validitas konklusi menjadi kurang meyakinkan
bila premis-premis yang diajukan tidak lengkap. Dalam hal tertentu, konklusi tidak dapat ditarik
karena tidak lengkapnya premis. Bila konklusi dipaksakan, jelas argumen menjadi tidak logis.
Kejelasan arti diperlukan karena keyakinan merupakan fungsi kejelasan makna. Kejelasan tidak
hanya diterapkan untuk makna premis tetapi juga untuk hubungan antarpremis (inferensi dan
penyimpulan). Keterbatasan bahasa, kesalahan bahasa, dan keterbatasan pengetahuan tentang topik
yang dibahas merupakan faktor yang menentukan kejelasan dan bahkan pemahaman argumen.
Kesahihan (validitas) merupakan kriteria utama untuk menilai penalaran logis. Validitas berkaitan
dengan struktur formal argumen. Validitas adalah sifat yang melekat pada argumen sedangkan
kebenaran adalah sifat yang melekat pada asersi. Secara struktural, validitas argumen tidak
bergantung pada kebenaran esersi.
Keterpercayaian melengkapi ketiga kriterin sebelumnya agar konklusi meyakinkan sehingga orang
bersedia menerima Orang bersedia menerima suatu asersi kalau dia percaya pada asersi tersebut.
Orang dapat percaya pada suatu asersi kalau asersi tersebut ada benarnya (plausible). Kriteria
kesahihan ber kaitan dengan validitas logis (logical validity) suatu argumen sedangkan kriteria
kepercayaan berkaitan dengan kebenaran empiris (empirical truth) suatu asersi (premis) Gabungan
antara keduanya menentukan kebenaran konklusi. Secara struktural konklusi di atas akan selalu benar
tanpa memperhatikan makna empiris kata aset. Kata aset dapat diganti dengan kata apapun dan
konklusi akan tetap valid Jadi, validitas konklusi independen terhadap makna aset Akan tetapi, secara
empiris atau observasi dunia nyata, konklusi tersebut salah sehingga tidak dapat diterima. Dengan
kata lain, dapat dikatakan bahwa konklusi di atas valid tetapi tidak mempunyai makna empiris
(empirical content). Dunia praktik (observasi) menunjukkan bahwa rugi selisih kurs dapat
dikapitalisasi sehingga menjadi bagian dari aset.
Argumen Induktif
Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan atau keadaan yang khusus dan bera khir dengan
pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari keadaan khusus tersebut. Dalam argumen logis,
konklusi merupakan implikasi dari premis. Dalam argumen ada benarnya (plausible), konklusi
merupakan generalisasi dari premis sehingga tujuan argumen adalah untuk meyakinkan bahwa proba
bilitas atau kebolehjadian (likelihood) kebenaran konklusi cukup tinggi atau sebaliknya, ketakbenaran
konklusi cukup rendah kebolehjadiannya (unlikely).
Akibat generalisasi, hubungan antara premis dan konklusi dalam penalaran induktif tidak langsung
dan tidak sekuat hubungan dalam penalaran deduktif. Dalam penalaran deduktif, kebenaran premis
menjamin sepenuhnya kebenaran konklusi asal penalarannya logis. Dalam penalaran induktif,
kebenaran premis tidak selalu menjamin sepenuhnya kebenaran konklusi. Kebenaran konklusi hanya
dijamin dengan tingkat keyakinan (probabilitas) tertentu. Artinya, jika premis benar, konklusi tidak
selalu benar (not necessarily true).
Argumen dengan Analogi
Argumen induktif sebenarnya merupakan salah satu jenis penalaran nondeduktif. Salah satu penalaran
nondeduktif lainnya adalah argumen dengan analogi (argument by analogy). Penalaran dengan
analogi adalah penalaran yang menurunkan konklusi atas dasar kesamaan atau kemiripan (likeness)
karakteristik, pola, fungsi, atau hubungan unsur (sistem) suatu objek yang disebutkan dalam suatu
asersi. Analogi bukan merupakan suatu bentuk pembuktian tetapi merupakan suatu sarana untuk
meyakinkan bahwa asersi konklusi mempunyai kebolehjadian untuk benar. Dengan kata lain, bila
premis benar, konklusi atas dasar analogi belum tentu benar.
Kemiripan dalam suatu analogi merupakan suatu hubungan konseptual dan bukan hubungan fisis atau
keidentikan. Hubungan analogis bersifat implisit dan kompleks. Dalam banyak hal, penalar harus
mengidentifikasi dan menyimpulkan sendiri hubungan kemiripan tersebut dalam analogi. Walaupun
analogi banyak digunakan dalam argumen, argumen semacam ini banyak mengandung kelemahan.
Perbedaan-perbedaan penting yang mempe- ngaruhi (melemahkan) konklusi sering tersembunyi atau
disembunyikan. Perbedaan sering lebih dominan daripada kemiripan.
Argumen Sebab-Akibat
Hubungan penyebaban biasanya dinyatakan dalam struktur "X menghasilkan Y" atau "X memaksa Y
ter jadi" atau "X menyebabkan Y terjadi" atau "Y terjadi akibat X atau "Y berubah karena X
berubah." Akan tetapi, pernyataan tersebut sebenarnya hanyalah cara memverbalkan bahwa A
bervariasi atau berasosiasi dengan B tetapi tidak menunjukkan bahwa apa yang sebenarnya lerjadi
merupakan hubungan kausal.
Untuk dapat menyatakan adanya hubungan kausal perlu diadakan pengujian tentang apa yang
sebenarnya terjadi, Kaidah untuk menguji adanya hubungan kausal adalah apa yang disebut kaidah
kecocokan (method of agreement), kaidah kecocokan negatif (negative canon of agreement) dan
kaidah perbedaan (method of difference) yang dikemukakan oleh John Stuart Mill (sehingga seluruh
kaidah. disebut dengan kaidah Mill). Kaidah ketiga sebenarnya merupakan gabungan antara kaidah
pertama dan kedua. Kaidah Mill didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada faktor lain (selain C) yang
mempengaruhi gejala Z. Kaidah Mill digunakan untuk meyakinkan apakah hubungan dua faktor
bersifat korelasional atau kausal.
Kriteria Penyehaban
Kaidah perbedaan Mill sebenarnya merupakan suatu rancangan untuk menguji secara ekperimental
apakah memang terdapat hubungan keusal. Akan tetapi, kaidah tersebut belum dapat sepenuhnya
meyakinkan karena mungkin ada faktor lain (selain C) yang menyebabkan gejala Z terjadi. Oleh
karena itu, untuk menguji dan menyatakan hahwa suatu faktor atau variabel (C) menyebabkan suatu
gejala atau variabel lain (2) terjadi, tiga kriteria berikut harus dipenuhi:
(1) C dan Z bervariasi bersama. Bila C berubah, Z juga berubah.
(2) Perubahan C terjadi sebelum atau mendahului perubahan Z terjadi.
(3) Tidak ada faktor lain selain C yang mempengaruhi perubahan Z.
Kriteria (1) harus dipenuhi karena hubungan sebab-akibat hanya terjadi jika ada perubahan baik faktor
sehab maupun faktor akibat. Perubahan di sini harus diartikan secara luas sebagai perbedaan keadaan
(status/klasifikasi/gejala) atau nilai (skor/peringkat). Demikian juga, perbedaan skor hasil pengukuran
dua kasus atau lebih menunjukkan adanya perubahan.
Kriteria (2) harus dipenuhi karena penyebaban menuntut adanya pengaruh satu faktor terhadap faktor
yang lain dalam selang waktu tertentu. Oleh karena itu, perubahan faktor sebab harus terjadi dahulu
sebelum perubahan faktor akibat terjadi. Dengan kata lain, harus ada semacam ketergantungan atau
dependensi faktor akibat pada faktor sehab. Selang waktu tersebut dapat sekejap atau lama bergantung
pada masalah yang dibahas.
Kriteria (3) harus dipenuhi. Tidak adanya faktor-faktor lain selain faktor sebab yang diteorikan harus
diartikan bahwa faktor-faktor lain tersebut memang tidak ada atau kalau ada, pengaruh faktor-faktor
lain tersebut dapat dikendalikan, diukur, atau diisolasi sehingga diperoleh keyakinan yang tinggi
bahwa perubahan faktor sebab benar-benar menyebabkan perubahan.
Penalaran Induktif dalam Akuntansi
Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya digunakan untuk menghasilkan pernyataan umum
yang menjadi penjelasan (teori) terhadap gejala akuntansi tertentu. Pernyataan-pernyataan umum
tersebut biasanya berasal dari hipotesis yang diajukan dan diuji dalam suatu penelitian empiris. Bila
bukti empiris konsisten dengan (mendukung) generalisasi tersebut maka generalisasi tersebut. menjadi
teori yang valid dan mempunyai daya prediksi yang tinggi. Secara statistis, generalisasi berarti
menyimpulkan karakteristik populasi atas dasar karakteristik sampel melalui pengujian statistis.
Untuk sampai pada proposisi, tentu saja diperlukan argumen dalam bentuk rerangka atau landasan
teoretis. Setelah definisi operasional diukur untuk sampel amatan, konsep-konsep yang diteorikan
direpresentasi dalam bentuk variabel dan diberi notasi (misalnya X dan Y) agar analisis data mudah
dilakukan.
Dalam praktiknya, penalaran induktif tidak dapat dilaksanakan terpisah dengan penalaran deduktif
atau sebaliknya. Kedua penalaran tersebut saling berkaitan. Premis dalam penalaran deduktif,
misalnya, dapat merupakan hasil dari suatu penalaran induktif. Demikian juga, proposisi-proposisi
akuntansi yang diajukan dalam penelitian biasanya diturunkan dengan penalaran deduktif. Bila
dikaitkan dengan perspektif teori yang lain, teori akuntansi normatif biasanya berbasis penalaran
deduktif sedangkan teori akuntansi positif biasanya berbasis penalaran induktif. Secara umum dapat
dikatakan bahwa teori akuntansi sebagai penalaran logis bersifat normatif, sintaktik, semantik, dan
deduktif sementara teori akuntansi sebagai sains bersifat positif, pragmatik, dan induktif.
Kecohan (Fallacy)
Bahwa keyakinan mempunyai beberapa sifat yang menjadikan perubahan atau pemertahanan
keyakinan tidak semata-mata dilandasi oleh validitas dan kekuatan argumen tetapi juga oleh faktor
manusia. Dalam kasus tertentu (bahkan dalam konteks ilmiah atau akademik), manusia lebih ter-
bujuk atau terkecoh oleh emosi atau kepentingan pribadi daripada logika. Dengan kata lain, keyakinan
tidak selalu diperoleh melalui argumen logis atau akal sehat. Apapun faktor yang menyebabkan, bila
terdapat suatu asersi yang nyatanya membujuk dan dianut banyak orang padahal seharusnya tidak
lantaran argumen yang diajukan mengandung cacat (faulty), maka pasti terjadi kesalahan yang disebut
kecohan atau salah nalar (fallacy).
Stratagem (Ralat: selanjutnya kata strategen seharusnya ditulis stratagem)
Stratagem adalah pendekatan atau cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan orang dengan cara selain
mengajukan argumen yang valid atau masuk akal (reasonable argument). Stratagem merupakan salah
satu bentuk argumen karena merupakan upaya untuk menyakinkan seseorang agar dia percaya atau
bersedia mengerjakan sesuatu. Berbeda dengan argumen yang valid, stratagem biasanya digunakan
untuk membela pendapat yang sebenarnya keliru atau lemah dan tidak dapat dipertahankan secara
logis. Karenanya, stratagem dapat mengandung kebohongan (deceit) dan muslihat (trick). Berikut ini
dibahas beberapa strategem yang sering dijumpai dalam diskusi atau perdebatan baik politis maupun
akademik.
Persuasi Tak Langsung
Persuasi taklangsung merupakan strategem untuk menyakinkan seseorang akan kebenaran suatu
pernyataan bukan langsung melalui argumen atau penalaran melainkan melalui cara-cara yang sama
sekali tidak berkaitan dengan validitas argumen. Contoh persuasi taklangsung banyak dijumpai dalam
periklanan (advertising). Untuk membujuk agar orang mau membeli produk, orang tidak disuguhi
argumen tentang mengapa produk tersebut berkualitas melainkan ditunjuki pemandangan bahwa
seorang selebritis menggunakan produk tersebut.
Membidik Orangnya
Strategem ini digunakan untuk melemahkan atau menjatuhkan suatu posisi atau pernyataan dengan
cara menghubungan pernyataan atau argumen yang diajukan seseorang dengan pribadi orang tersebut.
Alih-alih mengajukan kontra-argumen (counter-argument) yang lebih valid, pembicara mengajukan
kejelekan atau sifat yang kurang menguntungkan dari lawan berargumen. Jadi, yang dilawan orang-
nya bukan argumennya. Dengan cara ini diharapkan bahwa daya bujuk argumen akan menjadi turun
atau jatuh. Taktik ini sering disebut argumentum ad hominem.
Menyampingkan Masalah
Strategem ini dilakukan dengan cara mengajukan argumen yang tidak bertumpu pada masalah pokok
atau dengan cara mengalihkan masalah ke masalah yang lain yang tidak bertautan. Hal ini sering
dilakukan orang jika dia (karena sesuatu hal) tidak bersedia menerima argumen yang dia tahu lebih
valid dari argumen yang dipegangnya. Penyampingan masalah ini juga merupakan salah satu contoh
salah nalar karena penyampingan dilakukan dengan memberi penjelasan yang tidak menjawab
masalah.
Misrepresentasi
Strategem ini digunakan biasanya untuk menyanggah atau menjatuhkan posisi lawan dengan cara
memutarbalikkan atau menyembunyikan fakta baik secara halus maupun terang-terangan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara misalnya: mengekstremkan posisi lawan, menyalah artikan maksud baik
posisi lawan, atau menonjolkan kelemahan dan menyembunyikan keunggulan argumen lawan.
Imbauan cacah
Stratagem ini dilakukan untuk mendukung suatu posisi dengan menunjukkan bahwa banyak orang
melakukan apa yang dikandung posisi tersebut.
Imbauan autoritas
Stratagem ini dilakukan untuk meningkatkan daya bujuk suatu posisi dengan menunjukkan bahwa
posisi tersebut dipegang oleh orang yang mempunyai otoritas dalam masalah bersangkutan tanpa
menunjukkan bagaimana otoritas bernalar.
Imbauan Tradisi
Stratagem ini dilakukan untuk mendukung suatu posis/keyakinan dengan menunjukkan bahwa sesuatu
telah lama dilakukan/menjadi tradisi.
Dilema semu
Taktik seseorang untuk mengaburkan argumen dengan cara menyajikan gagasannya dan satu
alternatif lain kemudian mengkarakterisasi alternatif lain sangat jelek, merugikan atau mengerikan
sehingga tidak ada cara lain kecuali menerima apa yang diusulkan penggagas.
Imbauan Emosi
emosi orang yang dituju diagitasi sehingga dia merasa tidak enak untuk tidak menerima alasan yang
diajukan. Dapat dibagi dua : imbauan belas kasih (appeal to pity) dan imbauan tekanan (appeal to
fore).
Salah Nalar (Reasoning Fallacy)
Salah Nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan simpulan,
sehingga simpulan menjadi salah atau tidak valid. Salah nalar biasanya bukan kesengajaan dan tidak
dimaksudkan untuk mengecoh atau mengelabui. Berikut beberapa salah nalar yang banyak dijumpai
dalam diskusi atau karya tulis profesional, akademik atau ilmiah :
Menegaskan konsekuen
Agar argumen valid maka kita harus mengikuti kaidah menegaskan anteseden. Bila simpulan diambil
dengan pola premis yang menegaskan konsekuen akan terjadi salah nalar.
Menyangkal anteseden
Suatu argumen yang mengandung penyangkalan akan valid apabila konsklusi ditarik mengikuti
kaidah konsekuen. Bila simpulan diambil dengan struktur premis yang menyangkal anteseden,
simpulan akan menjadi tidak valid.
Pentaksaan (Equivocation)
Salah nalar dapat terjadi apabila ungkapan dalam premis satu mempunyai makna yang berbeda
dengan ungkapan dalam premis lainnya.
Perampatan-lebih (Overgeneralization)
Salah nalar yang terjadi akibat melekatkan karakteriskti sebagian kecil anggota ke seluruh anggota
himpunan, kelas atau kelompok secara berlebihan
Parsialitas
Kesalahan nalar yang terjadi ketika menarik konsklusi hanya atas dasar sebagian dari bukti yang
tersedia yang kebetulan mengandung konsklusi.
Pembuktian dengan analogi
Analogi bukan merupakan cara untuk membuktikan validitas atau kebenaran asersi namun lebih
merupakan sarana untuk meyakinkan bahwa asersi konsklusi mempunyai kebolehjadian(likelihood)
untuk benar. Bila premis benar, konklusi atas dasar analogi belum tentu benar.
Merancukan urutan kejadian dengan penyebaban
Kesalahan yang dilakukan orang yang merancukan urutan kejadian dengan penyebab. Bila kejadian B
selalu mengikuti kejadian A, orang cenderung menyimpulkan bahwa B disebabkan oleh A.
Menarik Simpulan Pasangan
Salah nalar yang terjadi ketika orang menyimpulkan bahwa suatu konsklusi salah lantaran argumen
tidak disajikan dengan meyakinkan (tidak konsklusif) sehingga dia lalu menyimpulkan bahwa
kosnklusi atau posisi pasanganlah yang benar. Mirip dengan bentuk salah nalar menyangkal
anteseden.
Aspek Manusia Dalam Penalaran
Telah disinggung sebelumnya bahwa mengubah keyakinan melalui argumen dapat merupakan proses
yang kompleks karena pengubahan tersebut menyangkut dua hal yang berkaitan yaitu manusia yang
meyakini dan sersi yang menjadi objek keyakinan. Manusia tidak selalu rasional dan bersedia
berargumen sementara itu tidak semua asersi dapat ditentukan kebenarannya secara objektif dan tun
tas. Hal ini tidak hanya terjadi dalam kehidupan umum sehari-hari tetapi ji dalam dunia ilmiah dan
akademik yang menuntut keobjektifan tinggi. Yang memprihatinkan dunia akademik adalah kalau
para pakar pun lebih suka berstrategem daripada berargumen secara ilmiah.
Kepentingan Mengalahkan Nalar
Hambatan untuk bernalar sering muncul akibat orang mempunyai kepentingan tertentu (vested
interest) yang harus dipertahankan. Kepentingan sering memaksa orang untuk memihak suatu posisi
(keputusan) meskipun posisi tersebut sangat lemah dari segi argumen.
Dalam dunia akademik dan ilmiah, kepentingan untuk menjaga harga diri individual atau kelompok
(walaupun semu) dapat menyebabkan orang (akademisi atau ilmuwan) berbuat yang tidak masuk akal.
Hal ini terjadi umumnya pada mereka yang sudah mendapat julukan pakar atau ilmuwan yang
kebetulan mempunyai kekuasaan politis (baik formal atau informal). Nickerson (1986)
menggambarkan hal ini dengan mengatakan bahwa people with good reasoning ability may find
themselves behaving in an unreasonable way.
Kebebasan akademik merupakan suatu ciri penting lingkungan akademik yang kondusif untuk
pengembangan pengetahuan dan profesi (khususnya akuntansi). Kebebasan akademik harus diartikan
sebagai kebebasan untuk berbeda pendapat secara akademik dalam suatu forum yang memungkinkan
akademisi berargumen secara terbuka. Sikap akademisi yang patut dihargai adalah kebersediaan untuk
berargumen
Sindroma Tes Klinis
Sindroma ini menggambarkan seseorang yang merasa (bahkan yakin) bahwa terdapat ketidakberesan
dalam tubuhnya dan dia juga tahu benar apa yang terjadi karena pengetahuannya tentang suatu
penyakit. Akan tetapi, dia tidak berani untuk memeriksakan diri dan menjalani tes klinis karena takut
bahwa dugaan tentang penyakitnya tersebut benar. Akhirnya orang ini tidak memeriksakan diri ke
dokter dan mengatakan pada orang lain bahwa dirinya sehat. Jadi, orang ini takut mengetahui
kebenaran gagasan sehingga menghindarinya secara semu. Dalam dunia akademik, sindroma
semacam ini dapat terjadi kalau seseorang mempunyai pandangan yang menurut dirinya sebenarnya
keliru atau tidak valid lagi karena adanya pandangan atau gagasan baru. Gagasan baru dia peroleh
karena dia sering mendengar dari kolega atau mahasiswa. Orang lain memperoleh gagasan baru
tersebut dari artikel atau hasil penelitian ilmiah.
Mentalitas Djoko Tingkir
Budaya Djoko Tingkir digunakan untuk menggambarkan lingkungan akademik atau profesi seperti ini
karena konon perbuatan Djoko Tingkir yang tidak terpuji harus dibuat menjadi terpuji dengan cara
mengubah skenario yang sebenarnya terjadi semata-mata untuk menghormatinya karena dia bakal
menjadi raja (kekuasaan). Dalam dunia akademik, status pakar merupakan kekuasaan atau autoritas
akademik. Kepakaran merupakan kekuasaan karena orang dapat memperoleh kekuasaan dan
kedudukan (baik politik, struktural, atau institusional) lantaran pengetahuan atau ilmunya. Namun,
tidak semestinya kalau kekuasaan tersebut lalu menentukan ilmu. Dunia akademik harus
mengembangkan ilmu atas dasar validitas argumen dan bukan atas dasar kekuasaan politik/jabatan.
Merasionalkan Daripada Menalar
Bila karena keberpihakan, kepentingan, atau ketakkritisan, orang telanjur mengambil posisi dan
ternyata posisi tersebut salah atau lemah, orang ada kalanya berusaha untuk mencari-cari justifikasi
untuk membenarkan posisinya. Dalam hal ini, tujuan diskusi bukan lagi untuk mencari kebenaran atau
validitas tetapi untuk membela diri atau menutupi rasa malu. Bila hal ini terjadi, orang tersebut
sebenarnya tidak lagi menalar (to reason) tetapi merasionalkan (to rationalize).
Sikap merasionalkan posisi dapat terjadi karena keterbatasan pengetahuan orang bersangkutan dalam
topik yang dibahas tetapi orang tersebut tidak mau mengakuinya. Agar argumen berjalan dengan baik,
para penalar paling tidak harus mempunyai pengetahuan yang cukup dalam dan topik yang dibahas.
Persistensi
Sampai tingkat tertentu persistensi merupakan sikap yang penting agar orang tidak dengan mudahnya
pindah dari keyakinan atau paradigma yang satu ke yang lain. Paradigma adalah satu atau beberapa
capaian ilmu pengetahuan pada masa lalu (past scientific achievements) yang diakui oleh masyarakat
ilmiah pada masa tertentu sebagai basis atau tradisi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
praktik selanjutnya. Capaian (achievements) dalam ilmu pengetahuan (sciences) dapat berupa filosofi,
postulat, konsep, teori, prosedur ilmiah, atau pendekatan ilmiah. Untuk menjadi paradigma, suatu
capaian harus mempunyai penganut yang cukup teguh dan capaian tersebut bersaing dengan capaian
atau kegiatan ilmiah lain yang juga mempunyai sekelompok penganut.

Anda mungkin juga menyukai