NIM : 213020303137
MATKUL : TEORI AKUNTANSI
JURUSAN : AKUNTANSI (B)
FAKULTAS: EKONOMI DAN BISNIS
RESUME BAB 2 PENALARAN
Pengertian
Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu
keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan atau asersi (essertion). Pernyataan dapat berupa teori
(penjelasan) tentang suatu fenomena atau realitas alam, ekonomik, politik, atau sosial Penalaran perlu
diajukan dan dijabarkan untuk membentuk, mempertahankan atau mengubah keyakinan bahwa
sesuatu (misalnya teori, pernyataan, atau penjelasan) adalah benar. Penalaran melibatkan inferensi
(inference) yaitu proses penurunan konsekuensi logis dan melibatkan pula proses penarikan simpulan/
konklusi (conclusion) dari serangkaian pernyataan atau asersi. Proses penurunan simpulan sebagai
suatu konsekuensi logis dapat bersifat deduktif maupun induktif. Penalaran mempunyai peran penting
dalam pengembangan, penciptaan, pengevaluasian, dan pengujian suatu teori atau hipotesis.
Unsur dan Struktur Penalaran
Struktur dan proses penalaran dibangun atas dasar tiga konsep penting yaitu asersi (assertion),
keyakinan (belief), dan argumen (argument). Struktur penalaran menggambarkan hubungan ketiga
konsep tersebut dalam menghasilkan daya dukung atau bukti rasional terhadap keyakinan tentang
suatu pernyataan.
Asersi adalah suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa sesuatu (misalnya teori)
adalah benar. Bila seseorang mempunyai kepercayaan (confidence) bahwa statemen keuangan itu
bermanfaat bagi investor adalah berat, maka pernyataan “statemen keuangan itu bermanfaat bagi
investor” merupakan keyakinannya.
Keyakinan adalah tingkat kebersediaan (willingness) untuk menerima bahwa matu pernyataan atau
teori (penjelasan) mengenai suatu fenomena atau gejala (alam atau sosial) adalah benar. Orang
mendapatkan keyakinan akan suatu pernyataan karena dia melekatkan kepercayaan terhadap
pernyataan tersebut.
Argumen adalah serangkaian asersi beserta keterkaitan (artikulasi) dan inferensi atau penyimpulan
yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan. Bila dihubungkan dengan argumen, keyakinan
adalah tingkat kepercayaan yang dilekatkan pada suatu pernyataan konklusi atas dasar pemahaman
dan penilaian suatu argumen sebagai bukti yang masuk akal. Oleh karena itu, argumen menjadi unsur
penting dalam penalaran karena digunakan untuk membentuk, memelihara, atau mengubah suatu
keyakinan.
ASERSI
Asersi (pernyataan) memuat penegasan tentang sesuatu atau realitas. Pada umumnya asersi
dinyatakan dalam bentuk kalimat. Berikut ini adalah contoh beberapa asersi (beberapa adalah asersi
dalam akuntansi):
• Manusia adalah makhluk sosial.
• Semua binatang menyusui mempunyai paru-paru.
• Beberapa obat batuk menyebabkan kantuk.
• Tidak ada ikan hias yang melahirkan.
• Partisipasi mempengaruhi kinerja.
• Statemen aliran kas bermanfaat bagi investor dan kreditor.
• Perusahaar, besar akan memilih metoda MPКР.
• Informasi sumber daya manusia harus dicantumkan di neraca.
• Dalam sektor publik, anggaran merupakan alat pengendalian dan pengawasan yang paling
andal.
Beberapa asersi mengandung pengkuantifikasi yaitu semua (all), tidak ada (no), dan beberapa (some).
Asersi yang memuat pengkuantifikasi semua dan tidak ada merupakan asersi universal sedangkan
yang memuat penguantifikasi bebera pa merupakan asersi spesifik fikasi sedikit, banyak, sebagian
besar, atau bilangan tertentu. Pengkuantifikasi diperlukan untuk menentukan ketermasukan
(inclusiveness) atau keuniversalan saerai. "Burung dapat terbang" tidak dapat diinterpretasi sebagai
asersi universal karena kita tahu kecualian terhadap asersi tersebut yaitu misalnya burung unta (yang
tidak dapat terbang). Tanpa pengkuantifikasi ketermasukan akan sangat sulit ditentukan. Misalnya
seseorang mengajukan asersi "Pria lebih berat badannya daripada wanita." Asersi tersebut meragukan
(ambigu) karena sulit untuk diinterpretasi apa maksud sesungguhnya asersi tersebut. Asersi tersebut
dapat berarti:
• Semua pria lebih berat badannya daripada semua wanita?
• Beberapa pria lebih berat badannya daripada semua wanita?
• Beberapa pria lebih berat badannya daripada beberapa wanita?
• Sebagian besar pria lebih berat badannya daripada sebagian besar wanita?
• Berat badan rata-rata pria lebih besar daripada berat rata-rata wanita?
Asersi-asersi yang dicontohkan di atas lebih menyatakan makna atau arti (meaning) daripada struktur
atau bentuk (form). Menyajikan asersi berdasar arti sering menimbulkan salah interpretasi karena
keterbatasan bahasa atau karena kesalahan bahasa. Bila digunakan sebagai unsur argumen, penyajian
makna dapat mengacaukan evaluasi argumen. Dalam mengevaluasi argumen harus dipisahkan antara
validitas penalaran dan kesetujuan terhadap (kebersediaan menerima) kebenaran isi asersi. Oleh
karena itu, asersi sering disajikan dalam struktur atau diagram tanpa menunjukkan arti. Penyajian
struktur umum asersi adalah:
Semua A adalah B.
Tidak ada satupun A adalah B.
Beberapa A adalah B.
Interpretasi Asersi
Untuk menerima kebenaran suatu asersi, harus dipastikan lebih dahulu apa arti atau maksud asersi.
Sangat penting sekali untuk memahami arti asersi untuk menentukan keyakinan terhadap kebenaran
asersi tersebut. Untuk memahami, bila benar bahwa semua A adalah B atau bila A dan B merupakan
himpunan yang sama, benar juga dikatakan bahwa beberapa A adalah B. Dalam hal ini, representasi
dalam diagram akan menun jukkan area A ada di dalam aren U atau area A berimpitan (saling isi
penuh) dengan area B. Bila tidak ada informasi tersebut, pada umumnya asersi "Beberapa A adalah
B" diartikan sebagaimana direpresentasi dalam diagram (1) atau (2) dalam Gambar 2.6.
Dalam,tata bahasa, kata-kata semacam ini disebut pro-leksem. Penulisannya di depan dan mele kat
pada kata yang diwatasi. Istilah nirlaba digunakan oleh Ikatan Akuntan Indonesa (IAI) dalam Standar
Akuntansi Keu- angan 2002 (PSAK No. 45).
Maksud asersi, orang juga harus mempunyai pengetahuan tentang subjek atau topik yang dibahas.
Kesalahan interpretasi dapat terjadi karena dua bentuk azersi yang berbeda dapat berarti dua hal yang
sama atau dua hal yang sangat berbeda. Perhatikan beberapa contoh bentuk asersi berikut:
(1) Semua A adalah B.
(2) Semua B adalah A.
(3) Tidak satu pun A adalah B.
(4) Tidak satu pun B adalah A.
Asersi (1) jelas berbeda arti dan bentuknya dengan asersi (3). Demikian juga, asersi (1) jelas berbeda
dengan asersi (2). Kesalahan menginterpretasi asersi (1) sama dengan asersi (2) disebut dengan
kesalahan konversi premis (premise conversion error).
Asersi (3) mempunyai makna yang sama dengan asersi (4) karena kalau asersi yang satu benar, tidak
mungkin asersi yang lain salah. Dalam hal ini, asersi yang satu merupakan implikasi asersi yang lain.
Bila asersi (3) benar, dengan sendirinya asersi (4) juga benar.
Asersi untuk Evaluasi Istilah
Representasi asersi dalam bentuk diagram dapat digunakan untuk mengevaluasi ketepatan makna
suatu istilah. Sebagai contoh, manakah istilah yang tepat antara bersertifikat akuntan publik (BAP)
dan akuntan publik bersertifikat (APB) sebagai padan kata certified public accountant (CPA).
Bersertifikat akuntan publik bermakna himpunan (set) orang-orang yang bersertifikat dan salah satu
subhimpunannya adalah akuntan publik. Sesuai dengan makna eslinya, akuntan publik bersertifikat
bermakna sebagai subhimpunan akuntan publik dan akuntan publik merupakan subhimpunan akuntaa.
Diagram berikut menjelaskan perbedaan makna kodua istilah tersebut.
Jenis Asersi (Pernyataan)
Untuk menimbulkan keyakinan terhadap kebenaran suatu asersi, asersi harus didukung oleh bukti atau
fakta Untuk keperluan argumen, suatu asersi sering dianggap benar atau diterima tanpa harus diuji
dahulu kebenarannya. Bila dikait kan dengan fakta pendukung, asersi dapat diklasifikasi menjadi
asumsi (assumption), hipotesis (hypothesis), dan pernyataan fakta (statement of fact).
Asumsi adalah asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat menga- jukan atau
menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan atau asersi yang orang bersedia untuk
menerima sebagai benar untuk keperluan disku si atau debat. Hipotesis adalah asersi yang
kebenarannya belum atau tidak diketahui tetapi diyakini bahwa asersi tersebut dapat diuji
kebenarannya.
Fungsi Asersi
Telah ditunjukkan dalam Gambar 2.1 bahwa asersi merupakan bahan olah dalam Talahan. Dalam
argumen, asersi dapat berfungsi sebagai premis (premise) dan konklusi (conclusion). Premis adalah
asersi yang digunakan untuk mendukung suatu konklusi. Konklusi adalah asersi yang diturunkan dari
serangkaian asert Sustu argumen paling tidak berisi satu premis dan satu konklusi. Karena prom dan
konklusi keduanya merupakan asersi, konklusi (berbentuk asersi) dalam suatu argumen dapat menjadi
premis dalam argumen yang lain.
Ketiga jenis asersi yang dibahas sebelum ini asumsi, hipotesis, pernyataan fakta dapat berfungsi
sebegai premis dalam suatu argumen. Dalam hal ini, prinsip yang harus dipegang adalah bahwa
kredibilitas konklusi tidak dapat melebihi kredibilitas terendah premis-premis yang digunakan untuk
menurunkan konklusi. Artinya, kalk u konklusi diturunkan dari serangkaian premis yang salah satu
merupakan pernyataan fakta dan yang lain asumsi, konklusi tidak dapat dipandang sebagai pernyataan
fakta. Dengan kata lain, keyakinan terhadap konklusi dibatasi oleh keyakinan terhadap premis.
Keyakinan
Keyakinan terhadap asersi adalah tingkat kebersediaan untuk menerima bahwa asersi tersebut benar.
Keyakinan diperoleh karena kepercayaan (confidence) tentang kebenaran yang dilekatkan pada suatu
asersi. Suatu asersi dapat dipercaya karena adanya bukti yang kuat untuk menerimanya
sebagai hal yang benar.
Properitas Keyakinan
Semua penalaran bertujuan untuk menghasilkan keyakinan terhadap asersi yang menjadi konklusi
penalaran. Berikut ini dibahas prioritas keyakinan yang perlu disadari dalam argumen.
• Keadabenaran (Pengetahuan yang mendasari (termasuk pengalaman))
• Bukan Pendapat (Keyakinan yang disertakan bukti)
• Bertingkat (Keyakinan yang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bukti mendukung aserti)
• Berbias (Kekuatan bukti objektif)
• Bermuatan nilai (Sebagai tolak ukur penting atau tidaknya keyakinan dipegangnya seseorang)
• Berkekuatan (Tingkat kepercayaanseseorang pada kebenaran suatu asersi)
• Veridikal (Tingkat kesesuaian keyakinan dengan realitas)
• Berketertempaan (Fleksibelitas keyakinan terhadap informasi yang relevan)
Argumen
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah argumen sering digunakan secara keliru untuk menunjuk
ketidaksepakatan, perselisihan pendapat (dispute), atau bahkan pertengkaran mulut (Jawa:padu).
Dalam pengertian ini, argumen mempunyai konotasi negatif. Orang yang suka bertengkar dan ingin
menangnya sendiri akan menikmati dan memburunya tetapi orang yang ingin mencari solusi atau
alternatif pemecahan masalah yang terbaik akan menghindarinya. Dalam arti positif, argumen dapat
disamakan dengan penalaran logis untuk menjelaskan atau mengajukan bukti rasional tentang suatu
asersi. Bila seseorang mengajukan alasan untuk mendukung suatu gagasan atau pandangan, dia
biasanya menawarkan suatu argumen. Argumen dalam arti positif selalu dijumpai dalam bacaan,
percakapan, dan dalam diskusi ilmiah. Argumen merupakan bagian penting dalam pengembangan
pengetahuan. Agar memberi keyakinan, argumen harus dievaluasi kelayakan atau validitasnya.
Anatomi Argumen
Dari definisi di atas dan Gambar 21 dapat dikatakan bahwa argumen terdiri atas serangkaian asersi.
Asersi berkaitan dengan yang lain dalam bentuk inferensi atau penyimpulan. Asersi dapat berfungsi
sebagai premis atau konklusi (atau asersi kunci) yang merupakan komponen argumen. Berikut ini
adalah beberapa contoh argumen (beberapa merupakan argumen dalam akuntansi):
• Merokok adalah penyebab kanker karena kebanyakan penderita kanker adalah perokok.
• Jika suatu binatang menyusui, maka binatang tersebut merapunyai paru-paru karena semua
binatang menyusui mempunyai paru-paru.
• Kreditor adalah pihak yang dituju oleh pelaporan keuangan sehingga statemen keuangan
harus memuat informasi tentang kemampuan membayar utang.
• Karena akuntansi menekankan substansi daripada bentuk, statemen keuangan beberapa
perusahaan yang secara yuridis terpisah tetapi secara ekonomik merupakan satu perusahaan
harus dikonsolidasi.
• Karena akuntansi menganut kesatuan usaha ekonomik, beberapa perusahaan yang secara
yuridis terpisah harus dianggap sebagai satu kesatuan ekonomik kalau perusahaan-perusahaan
tersebut ada di bawah satu kendali. Oleh karena itu, laporan konsolidasian harus disusun oleh
perusahaan pengendali.
Jenis Argumen
Berbagai karakteristik dapat digunakan sebagai basis untuk mengklasifikasi argumen. Misalnya
argumen dibedakan menjadi argumen langsung dan taklangsung. formal dan informal, serta
meragukan dan meyakinkan. Klasifikasi yang ditinjau dari bagaimana penalaran (reasoning)
diterapkan untuk menurunkan konklusi merupakan klasifikasi yang sangat penting dalam pembahasan
buku ini. Dalam hal ini, argumen dapat diklasifikasi menjadi argumen deduktif dan induktif. Contoh
argumen yang diberikan dalam interpretasi 1, 2, dan 3 di atas sebenarnya merupakan contoh argumen
deduktif. Salah satu jenis argumen yang lain adalah argumen dengan analogi (argument by analogy).
Berikut ini dibahas berbagai jenis argumen tersebut.
Argumen Deduktif
Telah disebutkan bahwa argumen atau penalaran deduktif adalah proses penyim pulan yang berawal
dari suatu pernyataan umum yang disepakati (premis) ke pernyataan khusus selingai simpulan
(konklusi). Argumen deduktif disebut juga argumen logis (logical argument) sebagai pasangan
argumen ada benarnya (plausible argument). Argumen logis adalah argumen yang asersi konklusinya
tersirat (implied) atau dapat diturunkan/dideduksi dari (deduced from) asersi-asersi lain (premis-
premis) yang diajukan. Disebut argumen logis karena kalau premis- premisnya benar konklusinya
harus benar (valid). Kebenaran konklusi tidak selalu berarti bahwa konklusi merefleksi realitas
(truth). Hal inilah yang membedakan argumen sebagai bukti rasional dan bukti fisis/langsung/empiris
berupa fakta. 10 Salah satu bentuk penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang disebut silogisma.
Silogisma terdiri atas tiga komponen yaitu premis major (major premise), premis minor (minor
premise), dan konklusi (conclusion). Dalam silogisma, konklusi diturunkan dari premis yang diajukan
seperti contoh berikut: