Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BAHASA DAN MASYARAKAT ETNIK


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sosiolinguistik
Dosen Pembimbing
Dr. Mohamad Jazeri, S.Ag., M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Luluk Dewi Puspita (12210183105)
2. Najma Sthali Sthatu Zuhro (12210183106)
3. Nurul Karimatul Fitria (12210183142)

JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI TULUNGAGUNG
OKTOBER 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah swt. Karena berkat limpahan rahmad dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah mata kuliah Sosiolinguistik yang
berjudul “Bahasa dan Masyarakat Etnik” dengan tepat waktu tanpa ada halangan suatu apapun.
Shalawat serta salam mudah mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
saw. Nabi yang membawa umat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang-
benderang seperti sekarang ini dan Nabi akhir zaman yang dinantikan syafa’atnya fi yaumi
hadha ila yaumil kiyamah,
Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku dekan fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan.
2. Dr. Erna Iftanti, S.S., M.Pd selaku ketua jurusan tadris bahasa Indonesia.
3. Dr. M. Jazeri, S.Ag, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Sosiolinguistik, dan
4. Teman-teman dan semua pihak yang telah mendukung atas kelancaran penulisan makalah
ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah
Sosiolinguistik dan dipresentasikan dalam pembelajaran dalam jaringan (daring).Penulis
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, dan masih banyak kesalahan dan
kekurangan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah berikutnya.Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya atas perhatian pembaca sekalian dan semoga makalah ini bisa dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Tulungagung, 7 Oktober,2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Konsep Bahasa Dan Masyarakat Etnik.....................................................2


B. Hakikat Bahasa Dan Masyarakat Etnik.....................................................3
C. Korelasi Bahasa Dan Masyarakat Etnik....................................................5

BAB III : PENUTUP


A. Simpulan....................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana dalam komunikasi manusia sehari-hari yang memiliki aturan yang
telah diatur sesuai dengan aturan dan adat yang berlaku.Walaupun menggunakan satu bahasa
setiap harinya, namun manusia secara fasih disadari atau tidak, dapat menggunakan variasi
bahasa yang beragam karena telah memiliki pengetahuan dan terbiasa dengan
penggunaanya.Kita pada umumnya menggunakan ragam bahasa yang berbeda saat berbicara
dengan teman, orang tua, guru, dan berbagai macam mitra tutur lainnya.Ragam bahasa terjadi
didasarkan kepada manusia yang tidak homogen dan banyaknya kegiatan sosial yang
dilakukan.Dilihat dari bahasa Indonesia, ragam bahasa yang digunakan tidak lebih
rumit.Keragaman atau kevariasian ini semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh
penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas.Ilmu yang mempelajari
keragaman bahasa ini disebut dengan sosiolinguistik.
Selain itu kemampuan tutur sesorang juga dipengaruhi oleh masyrakat etnis yang tinggal
dilingkungannya. Setiap msyarakat memiliki tutur yang berbeda, perbedaan ini terjadi selain
karena daerah atau geografis juga kebiasaan, adat, dan hala lain yang mempengaruhi. Maka
sudah sepatutnya saling menghargai atas bahasa atau tindak tutur yang digunakan masyarakat.
Apalagi sebagai masyarakat etnis pastilah memiliki tutur yang berbeda satu sama lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep bahasa dan masyarakat etnis?
2. Bagaimana hakikat bahasa dan masyarakat etnis?
3. Bagaimana korelasi bahasa dan masyarakat etnis?

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan konsep bahasa dan masyarakat etnis.
2. Mendeskipsikan hakikat bahasa dan masyarakat etnis.
3. Mendeskripsikan korelasi bahasa dan masyarakat etnis.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Bahasa Dan Masyarakat Etnis
Bahasa menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah suatu sistem tanda bunyi yang
secara sukarela dipergunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan
suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Sistem tersebut
mencakup unsur-unsur berikut.
1. Sistem lambang yang bermakna dan dapat dipahami oleh masyarakat pemakainya.
2. Sistem lambang tersebut bersifat konvesional yang ditentukan oleh masyarakat
pemakainya berdasarkan kesepakatan.
3. Lambang-lambang tersebut bersifat arbiter (kesepakatan) digunakan secara berulang
dan tetap.
4. Sistem lambang tersebut bersifat terbatas, tetapi produktif. Artinya, dengan sistem
yang sederhana dan jumlah aturan yang terbatas dapat menghasilakan jumla kata,
frasa, klausa, kalimat, paragraph, dab wacana yang tidak terbatas jumlahnya.
5. Sistem lambang bersifat unik, khas, dan tidak sama dengan lambang lain.
6. Sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat universal.
Menurut KBBI, kelompok etnik, etnis atau suku bangsa adalah suatu golongan
manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya,
biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku ditandai oleh
pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut seperti kesamaan budaya,
bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri (biologis).
Menurut Anthony Smith, Etnis adalah sebuah himpunan manusia yang berbaur
dan saling berinteraksi, yang diklasifikasikan berdasarkan kepercayaan dan agama yang
dianut, persamaan ras, adat ataupun tradisi, bahasa, persamaan latar belakang sejarah
serta asal usul keturunan nenek moyang yang sama pula,sehingga himpunan manusia
tersebut dapat menciptakan sebuah sistem budaya yang melekat kuat serta mengatur
kelompok manusia yang termasuk di dalamnya dengan nilai dan norma sosial yang
dianut.

2
Di Indonesia sendiri keberagaman etnis dapat dicontohkan dengan adanya garis
keturunan yang dianut suku tertentu, misal garis keturunan ayah yang terkenal dengan
istilah Patrialineal yang dianut suku batak, garis keturunan ibu atau Matrialineal yang
dianut suku sunda, serta adanya etnis atau suku bangsa campuran yang merupakan
perpaduan dari dua ras yang berbeda yang kemudian memunculkan percampuran suku
bangsa.Suatu kelompok etnis atau suku bangsa dik asifikasikan berdasarkan ikatan
hubungan darah. Sehingga seseorang yang tergabung ke dalam kelompok etnis tertentu,
mempunyai ikatan hubungan darah dengan kelompok etnis tersebut, be gitu pula sebaliknya
seseorang yang bukan termasuk dalam kelompok etnis jika tidak memiliki hubungan
darah meskipun telah mengimplementasikan nilai-nilai kebudayaan dalam kelompok
etnis tersebut. Hal ini dapat diambil contoh dalam kehidupan, ketika orang Batak tidak
berubah menjadi orang Jawa meskipun dirinya dalam keseharian berbaur dan
berinteraksi secara terus menerus dengan orang Jawa. Tidak jarang, Etnis sering kali
dikaitkan dengan agama, namun agama bukanlah indikasi yang merujuk pada identitas
etnis tertentu.

Berdasarkan teori-teori telah dijelaskan atas dapat diambil suatu kesimpulan


bahwa konsep bahasa bahasa berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat
aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Sedangkan etnis atau suku bangsa merupakan
suatu kesatuan sosial yang dapat membedakan kesatuan berdasarkan kesamaan asal-usul
seseorang sehingga dapat diklasifikasikan dalam status kelompok mana ia termasuk di
dalamnya. Istilah etnis ini juga digunakan untuk mengacu pada satu kelompok, atau
kriteria sosial yang perbedaannya terletak pada karakteristik kebudayaan yang melekat.

B. Hakikat Bahasa Dan Masyarakat Etnis


Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan
sesuatu kepada orang lain. Kridalaksana (1923) mengungkapkan bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk
bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri.Menurut Chaer dan Agustina
fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. 1 Hal ini sejalan dengan Soeparno

1
Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik: Suatu Pengantar, (Jakarta : Rineka Cipta,
1995), hal 14
3
(1993:5) yang menyatakan bahwa fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi
sosial.Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai tingkah laku sosial (sosial behavior)
yang dipakai dalam komunikasi sosial. Suwarna (2002: 4) menyatakan bahwa bahasa
merupakan alat utama untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara
individu maupun kolektif sosial. Sedangkan Kridalaksana (dalam Aminuddin, 1985: 28-
29) mengartikan bahasa sebagai suatu sistem lambang arbitrer yang menggunakan suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Menurut Chaika (1982) bahasa mewakili gambaran hakikat pengetahuan terdalam
umat   manusia, maka  bahasa  adalah  cermin  masyarakat (language is a mirror of
soicety). Ilustrasinya sederhana bahwa masyarakat yang tidak stabil tergambar dengan
sangat jelas pada bahasa yang dipakai masyarakat. Sedangkan  Ricoueur (1991)
menegaskan bahwa keberadaan  dan kehidupan manusia pun ada di dalam bahasa. Tidak
dapat dihindari, pranata bahasa pun menjadi pembentuk utama sosok dan  jati-diri anak
manusia.2
Bahasa sebagai identitas etnik atau suku lebih sering disebut sebagai bahasa
daerah. Penggunaan bahasa daerah oleh seseorang atau sekelompok masyarakat dapat
menunjukkan etnik atau suku bangsanya. Di Indonesia, beragam etnik atau suku bangsa
tersebar dari Sabang sampai Merauke. Etnik-etnik tersebut salah satunya dapat diketahui
melalui alat identitasnya, yaitubahasa. Bahasa merupakan ihwal yang dapat menjadi
petunjuk seseorang atau kelompok masyarakat berasal. Tiap-tiap orang memiliki beragam
identitas etnis yang berbeda dan masing-masing dari identitas itu mempunyai label
3
sendiri-sendiri. Setiap bahasa yang digunakan dalam setiap etnik sudah barang tentu
memiliki ciri khas yang dapat dijadikan pembeda dengan etnik lainnya. Misalnya, di
Jakarta, selain bahasa Indonesia dan bahasa Betawi, banyak ditemukan bahasa daerah
lainnya, seperti bahasa Jawa, Sunda, Minang, Aceh, Batak, danB ali. Pada umumnya,
orang akan menyatakan diri sebagai anggota suatu etnik atau suku tertentu dengan ciri

3
Ishtla Singh, “Bahasa dan Etnisitas” dalam Linda Thomas dan Shan Wareing. Bahasa,
Masyarakat & Kekuasaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hal 141

4
penting bahasa ibunya. 4 Oleh sebab itu, kosakata, gaya bicara, dan dialek khas seseorang
dapat menunjukkan asal etniknya, sekalipun orang tersebut berkomunikasi menggunakan
bahasa Indonesia.
Ungkapan “bahasa menunjukkan bangsa” bermakna bahwa tutur seseorang akan
menunjukkan sifat, karakter, dan asal orang tersebut. Orang sering kali dapat menerka
asal lawan bicara melalui tutur bahasanya. Orang yang tahu sedikit tentang adanya
dialek-dialek regional di dalam bahasanya akan segera tahu darimana lawan bicaranya
meskipun ada kemungkinan terkaannya salah.5 Contohnya, orang Jawa kelahiran
Yogyakarta akan segera tahu lawan bicaranya berasal dari daerah Banyuwangi karena
adanya dialek dan kosakata bahasa Jawa tertentu pada lawan bicaranya tersebut.
Berdasarkan teori-teori diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa bahasa
adalah sistem tambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Sedangkan
masyarakat etnis adalah suatu masyarakat yang menggolongkan manusia didasarkan pada
sistem kepercayaan yang diyakini, pengimplementasian nilai- nilai di masyarakat
tersebut, pemahaman akan beragam kebiasaan, penguatan adat istiadat yang
terkonstruksikan, penegasan norma- norma, penggunaan bahasa, penjelasan latar
belakang sejarah manusia, wilayah geografis serta hubungan kekerabatan yang tak
terpisahkan.
C. Korelasi Bahasa Dan Masyarakat Etnis
Bahasa adalah faktor penting yang menunjukkan identitas suatu etnik dalam lingkungan
sosial. Etnik atau istilah yang mengacu kepada kelompok tertentu berdasarkan latar
belakang sosiokultural tidak lepas dari bahasa yang digunakannya. Budaya suatu
kelompok masyarakat atau etnik dapat diketahui dari bahasanya. Keduanya saling
berhubungan untuk terus menunjukkan eksistensinya walaupun tidak selalu mutlak. Suatu
etnik dalam masyarakat sudah barang tentu memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat
digunakan untuk membedakan antara etnik satu dan etnik yang lainnya. Salah satunya,

4
Sumarsono dan Paina Partana, Sosiolinguistik. Cetakan Kedua, (Yogyakarta: Sabda,
2004), hal 72
5
Sumarsono dan Paina Partana, Sosiolinguistik. Cetakan Kedua, (Yogyakarta: Sabda,
2004), hal 68
5
hal tersebut dalam dilihat dari bahasa yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi.
Bahasa sebagai identitas etnik atau suku lebih sering disebut sebagai bahasa daerah.
Penggunaan bahasa daerah oleh seseorang atau sekelompok masyarakat dapat
menunjukkan etnik atau suku bangsanya. Di Indonesia, beragam etnik atau suku bangsa
tersebar dari Sabang sampai Merauke. Etnik-etnik tersebut salah satunya dapat diketahui
melalui alat identitasnya, yaitu bahasa. Bahasa merupakan ihwal yang dapat menjadi
petunjuk seseorang atau kelompok masyarakat berasal. Tiap-tiap orang memiliki beragam
identitas etnis yang berbeda dan masing-masing dari identitas itu mempunyai label
sendiri-sendiri.6 Setiap bahasa yang digunakan dalam setiap etnik sudah barang tentu
memiliki ciri khas yang dapat dijadikan pembeda dengan etnik lainnya. Misalnya, di
Jakarta, selain bahasa Indonesia dan bahasa Betawi, banyak ditemukan bahasa daerah
lainnya, seperti bahasa Jawa, Sunda, Minang, Aceh, Batak, dan Bali. Pada umumnya,
orang akan menyatakan diri sebagai anggota suatu etnik atau suku tertentu dengan ciri
penting bahasa ibunya. 7 Oleh sebab itu, kosakata, gaya bicara, dan dialek khas seseorang
dapat menunjukkan asal etniknya, sekalipun orang tersebut berkomunikasi menggunakan
bahasa Indonesia.
Seiring perkembangan zaman, bahasa sebagai identitas etnik seseorang tidak selalu
mutlak. Sebagai contoh, seseorang yang berlatar belakang etnik Jawa awalnya akan
menebak lawan bicaranya berasal dari Batak karena namanya yang khas Batak. Akan
tetapi, dari tutur katanya, lawan bicaranya tersebut ternyata fasih berbahasa Jawa dan
sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia berasal dari Batak. Setelah lama bercakap-
cakap, lawan bicaranya tersebut diketahui lahir di Solo dan menggunakan bahasa Jawa
sebagai bahasa ibunya. Bahkan, lawan bicara tersebut sama sekali tidak bisa
menggunakan bahasa Batak. Contoh tersebut menunjukkan bahwa bahasa ternyata tidak
selalu menunjukkan etniknya.
Walaupun hubungan antara bahasa dan etnik tidak selalu mutlak, tetapi dalam banyak
hal, bahasa tetap merupakan faktor penting dari keanggotaan etnik. Etnik memperhatikan

6
Ishtla Singh, “Bahasa dan Etnisitas” dalam Linda Thomas dan Shan Wareing. Bahasa,
Masyarakat & Kekuasaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hal 141
7
Sumarsono dan Paina Partana, Sosiolinguistik. Cetakan Kedua, (Yogyakarta: Sabda,
2004), hal 72
6
keterpisahan dan identitas melalui bahasa meskipun ciri-ciri lain ikut menyertainya,
seperti agama, sejarah, tradisi, dan latar belakang budaya masyarakat.
Di samping bahasa, ragam bahasa suatu bahasa juga dapat dipakai sebagai identitas etnik
seseorang. Misalnya, bahasa Jawa memiliki ragam bahasa Jawa Jogja-Solo, bahasa Jawa
Ngapak, bahasa Asing, dan bahasa Jawa Timuran. Sebenarnya, ragam bahasa tersebut
hanya terdiri dari perbedaan kosakata yang digunakan untuk mempertahankan dialek
masing-masing daerah.
Kelompok beberapa etnik yang membentuk masyarakat merupakan awal dari
terbentuknya masyarakat multilingual (aneka bahasa). Dalam masyarakat multilingual,
bahasa berfungsi sebagai pembatas etnik karena di dalamnya terdapat dua kelompok
masyarakat, yaitu etnik mayoritas dan etnik minoritas. Bahasa merupakan bagian
identitas yang paling penting, terutama saat kelompok minoritas tertentu berbaur dengan
masyarakat luas.8 Perbedaan ragam bahasa dapat dijadikan sebagai penanda kelompok
masyarakat. Akan tetapi, hubungan bahasa dan etnik itu bersifat kecenderungan. Kadang-
kadang, kelompok-kelompok etnik yang sama memiliki bahasa yang berbeda-beda, tetapi
juga banyak kelompok yang terdiri dari berbagai etnik memiliki bahasa yang sama.
Sebenarnya, masalah yang berhubungan dengan keanekabahasaan dalam suatu negara
multilingual tidak terlalu menjadi masalah di Indonesia. Masalah yang berhubungan
dengan keanekabahasaan kebanyakan masih terjadi di Eropa dan Amerika. Jika
kelompok yang dianggap minoritas tersebut adalah pendatang, misalnya warga Afrika
yang akan menetap di Inggris, maka kelompok tersebut harus bisa menguasai bahasa
Inggris. Akan tetapi, penyesuaian bahasa secepat apa pun tidak akan mengubah identitas
etnik asli pendatang tersebut. Contohnya, orang-orang Negro yang berada di Inggris tetap
tampak sebagai kaum Negro meskipun telah menetap selama ratusan tahun. Hal tersebut
membuktikan bahwa ketika identitas etnik dari seseorang terus-menerus ditandai,
terutama jika yang ditandai itu adalah konsep negatif, maka stereotip negatif yang sudah
ada sebelumnya akan menjadi makin kuat. Oleh sebab itu, walaupun telah dihapuskannya

8
Bambang Yudi Cahyono, Kristal-Kristal Ilmu Bahasa, (Surabaya: Airlangga University
Press, 1995), hal 426

7
diskriminasi terhadap ras hitam, sebagian kaum Negro masih terus menghadapi berbagai
masalah dalam kehidupan sosialnya.
Selain keharusan dalam penguasaan bahasa mayoritas, masalah lain dalam masyarakat
multilingual adalah masih adanya teori inferioritas dalam berbahasa (kerendahan mutu
bahasa). Pandangan ini menganggap ada hubungan antara “bahasa yang jelek” dan
rendahnya derajat pemakai dalam masyarakat.9 Pandangan mengenai inferioritas dalam
berbahasa tersebut membawa kerugian bagi masyarakat Negro. Pada abad ke-17, oleh
golongan kulit putih, bahasa Inggris masyarakat Negro dianggap sebagai bahasa Inggris
yang tidak berpola dan menyimpang dari bahasa Inggris baku. Hal tersebut membuat
kaum Negro terkesan sebagai masyarakat yang tidak mampu berbahasa dengan baik.
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, bahasa selalu diidentikkan dengan etnik atau
suku. Etnik yang memiliki bahasa yang dipandang baik akan “diakui” dan unggul dalam
kehidupan sosial masyarakat. Akan tetapi, sebenarnya, tidak ada bahasa atau ragam
bahasa yang lebih tinggi atau lebih rendah dari bahasa yang lain menurut pandangan
linguistik. Keberagaman bahasa adalah cerminan positif dari keberagaman etnik dalam
suatu negara. Bahasa merupakan salah satu alat untuk menunjukkan identitas masing-
masing etnik atau suku tanpa ada sikap menghakimi dan mencela etnik yang lainnya.
Keanekabahasaan dalam suatu negara tidak selalu merupakan hal yang baik.
Keanekabahasaan dalam masyarakat multilingual dapat menimbulkan masalah,
misalnya, keanekabahasaan berpotensi menjadi suatu masalah bagi individu-individu dan
kelompok individu, terutama kalangan minoritas. Bagi individu atau kelompok individu
minoritas, masalah yang segera timbul ialah mereka harus menguasai sekurang-
kurangnya dua bahasa, yaitu bahasanya sendiri dan bahasa mayoritas.
Minoritas bahasa berbeda dengan minoritas dialek sosial. Pada dialek sosial, bahasa
utama yang digunakan sama (dialek baku), tetapi dialek yang dimilikinya adalah dialek
non baku. Misalnya, orang-orang di wilayah dialek JawaTimur, seperti Surabaya,
Malang, dan Madiun akan kesulitan menggunakan ragam bahasa Jawa, Jogja-
Solo.Walaupun kasus ini menyangkut dialek geografis, intinya sama, yaitu perbedaan
ragam dalam satu bahasa yang menyulitkan.

9
Sumarsono dan Paina Partana, Sosiolinguistik. Cetakan Kedua, (Yogyakarta: Sabda,
2004), hal 94
8
Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan diatas dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa penggunaan bahasa oleh seseorang atau sekelompok masyarakat dapat
menunjukkan etnik atau suku bangsanya. Budaya suatu kelompok masyarakat atau etnik
dapat diketahui dari bahasanya yang dipakai. Suatu etnik dalam masyarakat tentu
memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat digunakan untuk membedakan antara etnik satu dan
etnik yang lainnya. Salah satunya, hal tersebut dalam dilihat dari bahasa yang digunakan
masyarakat untuk berkomunikasi. Bahasa merupakan hal yang dapat menjadi petunjuk
seseorang atau kelompok masyarakat berasal. Bahasa sebagai identitas etnik atau suku
lebih sering disebut sebagai bahasa daerah. Di Indonesia memiliki beragam etnik atau
suku bangsa tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB III
PENUTUP

9
A. Simpulan
Konsepsi bahasa menunjukkan bahwa sistem lambang bunyi ujaran dan lambang
tulisan digunakan untuk berkomunikasi dalam masyarakat dan lingkungan akademik.
Bahasa yang baik dikembangkan oleh pemakainya berdasarkan kaidah-kaidahnya yang
tertata dalam suatu sistem. Sedangkan masyarakat etnis merupakan suatu kesatuan sosial
yang dapat membedakan kesatuan berdasarkan kesamaan asal-usul seseorang sehingga
dapat diklasifikasikan dalam status kelompok mana ia termasuk di dalamnya.
Kridalaksana mengungkapkan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,berkomunikasi dan
mengidentifikasikan diri. Menurut KBBI, kelompoketnik,etnis atau suku bangsa adalah
suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan
sesamanya,biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama.
Korelasi antara bahasa dan masyarakat etnik ialah bahasa menjadi salah satu faktor
penting yang menunjukkan identitas suatu etnik dalam lingkungan sosial atau
masyarakat. Bahasa sebagai identitas etnik atau suku lebih sering disebut sebagai bahasa
daerah. Penggunaan bahasa daerah oleh seseorang atau sekelompok masyarakat dapat
menunjukkan etnik atau suku bangsanya.

B. Saran
Sangat penting bagi masayarakat untuk memahami konsep bahasa, regam bahasa kelas
social, ragam baku dan hubungan bahasa dengan social. Karena, sebagai orang yang
berbahasa kita memerlukan pengetahuan dan bentuk pemahaman bahasa yang sangat
baik. Jadi, sangat diharapkan agar penelitian dan pembahasan konsep bahasa dapat
dikembangkan lagi.Sehingga, para pembaca dapat menambah wawasan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

10
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Mudjia Rahardjo, Bahasa Itu Apa? (Materi Sosiolinguistik) dikutip dalam https://www.uin-
malang.ac.id/r/150201/bahasa-itu-apa-materi-kuliah-sosiolinguistik.html pada 05 Oktober
2020 pukul 15.48 WIB.
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University
Press.
Singh, Ishtla. 2007. “Bahasa dan Etnisitas” dalam Linda Thomas dan Shan Wareing. Bahasa,
Masyarakat & Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumarsono dan Paina Partana. 2004. Sosiolinguistik. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Sabda.

11

Anda mungkin juga menyukai