DOSEN PENGAMPUH :
Christine.O.I.Sanggenafa,S.Sos.M.Si
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS CENDRAWASIH
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah pada mata kuliah
Etnografi Papua dengan judul “ Sembilan Unsur Etnografi Suku Batak ” tepat
pada waktunya. Terima kasih juga saya haturkan kepada Ibu dosen pengasuh mata
kuliah Etnografi Papua yang telah memberikan tugas mengenai makalah ini
sehingga pengetahuan saya dalam penulisan Makalah ini semakin bertambah.
Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu saya menyadari masih
terdapat banyak kesalahan yang tanpa sengaja dibuat, baik kata maupun tata
bahasa di dalam makalah ini. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini . Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB 1................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
BAB 2................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
C. Bahasa Batak......................................................................................................11
E. Sistem Teknologi................................................................................................16
F. Sistem Pengetahuan...........................................................................................16
G. Organisasi Sosial.................................................................................................18
H. Sistem Religi.......................................................................................................18
I. Kesenian..............................................................................................................20
BAB 3..............................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
A. Kesimpulan.........................................................................................................22
B. Saran...................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka
ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa
daerah.Masyarakatnya terdiri atas beberapa suku, seperti Melayu, Nias,
Batak Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli
Selatan (meliputi Sipirok, Angkola, Padang Bolak, dan Mandailing), serta
penduduk pendatang seperti Minang, Jawa dan Aceh yang membawa
budaya serta adat-istiadatnya sendiri-sendiri.
PEMBAHASAN
Suku Batak adalah salah satu dari ratusan suku yang terdapat di
Indonesia. Suku Batak terdapat di wilayah Sumatera Utara. Menurut
legenda yang dipercayai sebahagian masyarakat Batak, bahwa Suku Batak
berasal dari Pusuk Buhit daerah Sianjur Mula Mula sebelah barat
Pangururan di pinggiran Danau Toba. Kalau versi ahli sejarah Batak
mengatakan bahwa siRaja Batak dan rombongannya berasal dari Thailand
yang menyeberang ke Sumatera melalui Semenanjung Malaysia dan
akhirnya sampai ke Sianjur Mula Mula dan menetap disana.
Raja Batak diperkirakan hidup pada tahun 1200 (awal abad ke13),
Raja Sisingamangaraja ke-XII diperkirakan keturunan siRaja Batak
generasi ke19 yang wafat pada tahun 1907 dan anaknya si Raja Buntal
adalah generasi ke 20. Dari temuan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa
kemungkinan besar leluhur dari siRaja batak adalah seorang pejabat atau
pejuang kerajaan Sriwijaya yang berkedudukan di Barus karena pada abad
ke-12 yang menguasai seluruh nusantara adalah kerajaan Sriwijaya di
Palembang.
1. Karo
2. Mandailing
3. Simalungun
4. Toba
5. Pakpak
6. Angkola dan
7. Batak Pesisir
C. Bahasa Batak
1. Penyebutan Angka Satu sampai Sepuluh dalam Bahasa Batak Toba
Angka 1 = Sada
Angka 2 = Dua
Angka 3 = Tolu
Angka 4 = Opat
Angka 5 = Lima
Angka 6 = Onom
Angka 7 = Pitu
Angka 10 = Sampuluh
Bapak = Amang/Among
Abang/Kakak = Ito
Adek = Anggi
Tante = Nantulang/Bou/Namboru
1. Bertani
2. Nelayan
3. Pedagang
Umumnya masyarakat batak toba adalah berjualan, khususnya ibu-
ibu hal ini bertujuan untuk menjual hasil pertanian atau hasil laut dari
suaminya. Dan barang-barang yang dijual adalah umumnya
sembako.Biasanya mereka berdagang di pasar tradisional bukan di mall
mewah atau diswalayan sebab mereka sistem jualannya tidak menetap.
4. Supir
5. Berternak
Peternakan juga salah satu mata pencaharian suku Batak antara lain
peternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan
ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba.
1) Wartawan
2) Pengacara
3) Hakim
4) Mentri
5) Pengusaha
6) Polisi
7) Tentara
E. Sistem Teknologi
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat
sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya.
Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Batak), tongkat tunggal (engkol
dalam bahasa Batak), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga
memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah
dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis
pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitu kain ulos yang merupakan
kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.
F. Sistem Pengetahuan
Rumah bolon merupakan rumah adat suku Batak yang berasal dari
daerah di Provinsi Sumatera Utara. Rumah bolon menjadi simbol dari
identitas masyarakat Batak yang merupakan salah satu suku terbesar di
Indonesia. Rumah bolon sering disebut juga rumah gargo merupakan sebuah
rumah pertemuan kelurga besar. Sama umumnya dengan rumah adat di
Indonesia, rumah adat bolon juga berbentuk panggung. Di mana bagian atas
dijadikan sebagai tempat tinggal dengan memiliki kamar-kamar. Tempat tidur
cukup dibuat tinggi daripada dapur.
H. Sistem Religi
Batak telah dipengaruhi oleh beberapa agama, yaitu agama Islam dan
Kristen Protestan yang masuk sejak permulaan abad ke-19. Agama Islam
masuk di Minangkabau sejak tahun 1810 dan sekarang dianut oleh sebagian
besar dari orang Batak selatan (Mandailing dan Angkola). Sedangkan agama
Kristen disiarkan ke daerah Toba dan Simalungun oleh organisasi penyiar
agama dari Jerman sejak tahun 1863 dan ke daerah Karo oleh organisasi
Belanda pada masa yang sama. Di samping itu juga ada agama-agama lain dan
agama pribumi.
Orang Batak punya konsepsi bahwa alam ini beserta segala isinya
diciptakan oleh Debata (Ompung) Mulajadi na Bolon. Dia berada di atas
langit dan mempunyai nama-nama lain sesuai dengan tugas dan tempat
kedudukannya. Sebagai Debata Mulajadi na Bolon, ia tinggal di langit dan
merupakan maha pencipta. Sebagai penguasa dunia tengah, ia bertempat
tinggal di dunia ini dan bernama Silaon na Bolon (Toba) ,atau Tuan Padukah
ni Aji (Karo). Sebagai penguasai dunia makhluk halus ia bernama Pane na
Bolon. Selain daripada pencipta, Debata Mulajadi na Bolon juga menciptakan
dan mengatur kejadian gejala-gejala alam, seperti hujan, kehamilan,
sedangkan Pane na Bolon mengatur setiap penjuru-mata angin.
Dalam hubungan dengan jiwa dan roh orang Batak mengenal tiga
konsep,yaitu Tondi, sahala dan begu.Tondi itu adalah jiwa atau roh orang itu
sendiri dan sekaligus juga merupakan kekuatan. Sahala adalah jiwa atau roh
kekuatan yang dimiliki seseorang.Bedanya dengan tondi ialah bahwa tidak
semua orang mempunyai sahala dan jumlah serta kwalitasnya juga berbeda-
beda.Sahala dari seorang raja atau datu lebih banyak dan lebih kuat dari orang
biasa dan begitu pula sahala dari orang hula-hula lebih kuat dari sahala orang
boru. Sahala itu dapat berkurang dan menentukan peri kehidupan
seseorang.Berkurangnya sahala menyebabkan seseorang kurang disegani, atau
ke- datuannya menjadi hilang.
Tondi diterima oleh seseorang itu pada waktu ia masih ada di dalam
rahim ibunya dan demikian pula sahala atau sumangat (Karo). Demikian tondi
itu juga merupakan kekuatan yang memberi hidup kepada bayi (calon
manusia), sedangkan sahala adalah kekuatan yang akan menentukan wujud
dan jalan orang itu dalam hidup selanjutnya.Seperti halnya dengan sahala
,yang dapat berkurang atau bertambah,tondi itu dapat pergi meninggalkan
badan. Bila tondi meninggalkan badan untuk sementara, maka orang yang
bersangkutan itu sakit, bila untuk seterusnya,orang itu mati. Keluarnya tondi
dari badan disebabkan karena ada kekuatan lain(sambaon) yang menawannya.
Konsep yang ketiga ialah begu, adalah seperti tingkah laku manusia,
hanya secara kebalikannya,yaitu misalnya apa yang dilakukan oleh manusia
pada siang hari di lakukan begu pada malam hari. Orang batak mengenal begu
yang baik dan yang jahat.Sesuai dengan kebutuhannya,begu di puja dengan
sajian (pelean).
I. Kesenian
Rumah Bolon atau Jabu Bolon, rumah adat orang Batak Toba.
Rumah Adat Batak Toba Sumatra Utara – Rumah Adat Batak Toba
disebut Rumah Bolon, yang memiliki bangunan empat persegi panjang yang
kadang-kadang ditempati oleh 50 keluarga. Berbeda dengan rumah-rumah
Batak di daerah pesisir, pintu rumah di daerah Batak Toba berupa pintu kolong
yang terdapat di bawah lantai rumah. Bagian dalam rumah tidak memiliki
bagian dalam yang terpisah melainkan membentuk satu ruangan besar yang
berukuran 20 sampai 40 kaki. Rumah batak toba pada umumnya dibangun
dengan menggunakan bahan-bahan bangunan yang bagus. Memperlihatkan
tanda-tanda keahlian yang tinggi, dan banyak diantara rumah-rumah tersebut
yang turut dihiasi dengan ukiran dan lukisan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini
merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku
bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di
Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah:
Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola,
dan Batak Mandailing.
B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
IT, N. (2019, Desember 19). sistem mata pencaharian batak toba. Retrieved from
http://jhonsonpardede628.blogspot.com/2017/03/sistem-mata-pencaharian-
batak-toba.html
Ringo. (2014). Cerita Singkat Sejarah Asal muasal suku Batak. Retrieved from
http://blog-sipituama.blogspot.com/2015/02/cerita-singkat-sejarah-asal-
muasal-suku.html
Welianto, A. (2021, Januari 13). Rumah Bolon, Rumah Adat Suku Batak di
Sumatera Utara. Retrieved from
https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/13/180000369/rumah-bolon-
rumah-adat-suku-batak-di-sumatera-utara