Anda di halaman 1dari 24

SEMBILAN UNSUR ETNOGRAFI SUKU BATAK

DOSEN PENGAMPUH :

Christine.O.I.Sanggenafa,S.Sos.M.Si

DISUSUN OLEH :

NAMA : GRACE M SIMANJUNTAK


NIM : 2021011124002
TUGAS : ENTOGRAFI PAPUA

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS CENDRAWASIH

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah pada mata kuliah
Etnografi Papua dengan judul “ Sembilan Unsur Etnografi Suku Batak ” tepat
pada waktunya. Terima kasih juga saya haturkan kepada Ibu dosen pengasuh mata
kuliah Etnografi Papua yang telah memberikan tugas mengenai makalah ini
sehingga pengetahuan saya dalam penulisan Makalah ini semakin bertambah.

Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu saya menyadari masih
terdapat banyak kesalahan yang tanpa sengaja dibuat, baik kata maupun tata
bahasa di dalam makalah ini. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini . Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin

Jayapura, 09 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB 1................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah................................................................................................5

C. Tujuan / Manfaat kepenulisan............................................................................5

BAB 2................................................................................................................................6

PEMBAHASAN...............................................................................................................6

A. Letak Suku/Kabupaten Toba, Batak Toba........................................................6

B. Sejarah Suku Batak Toba....................................................................................7

C. Bahasa Batak......................................................................................................11

D. Sistem Mata Pencaharian..................................................................................12

E. Sistem Teknologi................................................................................................16

F. Sistem Pengetahuan...........................................................................................16

G. Organisasi Sosial.................................................................................................18

H. Sistem Religi.......................................................................................................18

I. Kesenian..............................................................................................................20

BAB 3..............................................................................................................................22

PENUTUP.......................................................................................................................22

A. Kesimpulan.........................................................................................................22

B. Saran...................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka
ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa
daerah.Masyarakatnya terdiri atas beberapa suku, seperti Melayu, Nias,
Batak Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli
Selatan (meliputi Sipirok, Angkola, Padang Bolak, dan Mandailing), serta
penduduk pendatang seperti Minang, Jawa dan Aceh yang membawa
budaya serta adat-istiadatnya sendiri-sendiri.

Daerah ini memiliki potensi yang cukup baik dalam sektor


pariwisata, baik wisata alam, budaya, maupun sejarah.Sumatera Utara
adalah daerah yang pantas untuk diperhitungkan sebagai tujuan wisata,
mulai dari wisata alam yang memiliki panorama yang indah, wisata
kuliner sampai dengan wisata sejarah yang memiliki berbagai situs yang
tersebar diwilayah Sumatera Utara.

Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat


istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki
bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung
dalam pasar pariwisata di Sumater Utara. Walaupun begitu banyak etnis
budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam
bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan
memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah
bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk dengan berbagai
etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap
daerah sumatera utara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan sistem pengetahuan dan teknologi yang di
gunakan oleh masyarakat batak ?
2. Bagaimana perkembangan bahasa yang di gunakan masyarakat dalam
kehidupan sehari hari ?
3. Apa saja organisasi sosial yang dimilki masyarakat batak ?
4. Bagaiamana perkembangan sistem mata pencaharian pada masyarakat
batak ?
5. Bagaimana perkembangan sistem peralatan hidup yang dimilki
masyarakt batak ?
6. Bagaimana perkembangan kesenian masyarakat batak ?
7. Bagaimana perkembangan religi atau agama yang dianut oleh
masyarakat batak ?

C. Tujuan / Manfaat kepenulisan


1. Untuk mengatahui tujuh unsur kebudayaan masyarakat batak secara
mendalam.
2. Untuk membantu menambah pengetahuan masyarakat luas tentang
suku bangsa batak.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Letak Suku/Kabupaten Toba, Batak Toba


Wilayah yang mayoritas orang Batak Toba, khusunya berada di
provinsi Sumatra Utara meliputi Kabupaten Toba, Kabupaten Samosir,
Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan
Kabupaten Tapanuli Tengah. Sebagian lagi tersebar di Kota Sibolga, Kota
Pematang Siantar, Kota Medan, Kabupaten Dairi, Kabupaten Deli
Serdang, dan sekitar provinsi Sumatra Utara, serta beberapa wilayah di
Indonesia.

1. Kabupaten Toba adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatra Utara,


Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Balige. Kabupaten Toba
merupakan satu dari tujuh kabupaten yang mengelilingi Danau Toba,
yaitu danau terluas di Indonesia. Suku yang mendiami kabupaten ini
pada umumnya adalah suku Batak Toba, dengan jumlah penduduk
206.199 jiwa (2020). Kabupaten Toba memiliki luas wilayah 2.021.80
km² atau 3,19% dari total luas Provinsi Sumatra Utara. Kabupaten
Toba berada pada 2°03' - 2°40' Lintang Utara dan 98°56′ - 99°40′
Bujur Timur. Kabupaten Toba terletak pada wilayah dataran tinggi
dengan ketinggian antara 900 - 2.200 meter di atas permukaan laut.
Batas wilayah, Kabupaten Toba Memiliki Batas Wilayah Sebagai
Berikut:

Utara Kabupaten Simalungun


Timur Kabupaten Asahan dan Kabupaten Labuhanbatu Utara
Selatan Kabupaten Tapanuli Utara
Barat Kabupaten Samosir dan Danau Toba

2. Kabupaten Samosir adalah salah satu kabupaten yang berada di


provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kabupaten ini merupakan
pemekaran dari kabupaten Toba sesuai dengan UU RI Nomor 36
Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai. Terbentuknya
Samosir sebagai kabupaten baru merupakan langkah awal untuk
memulai percepatan pembangunan menuju masyarakat yang lebih
sejahtera. Penduduk kabupaten Samosir berjumlah 141.869 jiwa
(2021). Kabupaten Samosir memiliki luas wilayah 1.444,25 km2
(557,63 sq mi).
Batas wilayah Kabupaten Samosir Sebagai Berikut:

Utara Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun


Timur Kabupaten Toba Samosir
Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang
Selatan
Hasundutan
Barat Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat

B. Sejarah Suku Batak Toba


Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di
Indonesia, berdasarkan sensus dari Badan Pusat Satistik pada tahun 2010.
Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan
beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan
Pantai Timur di provinsi Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan
sebagai Batak adalah Angkola, Karo, Mandailing, Pakpak/Dairi,
Simalungun, dan Toba. Batak adalah rumpun suku-suku yang mendiami
sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Namun sering sekali orang
menganggap penyebutan Batak hanya pada suku Toba, padahal Batak
tidak hanya suku Toba.

Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia, tetapi tidak


diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di
Tapanuli dan Sumatra Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi
menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah
berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu
pada zaman batu muda (Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada
artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak,
maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke
Sumatra Utara pada zaman logam.

Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan


kota dagang bernama Barus, yang terletak di pesisir barat Sumatra Utara.
Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di
pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga
menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-
10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya
pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatra. Pada masa-masa
berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh
pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur
Sumatra Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam,
hingga Natal.

Hingga saat ini, teori-teori masih diperdebatkan tentang asal usul


dari Bangsa Batak. Mulai dari Pulau Formosa (Taiwan), Indochina,
Mongolia, Mizoram dan yang paling kontroversial Sepuluh Suku yang
Hilang dari Israel.

Asal usul suku Batak sangat sulit untuk ditelusuri dikarenakan


minimnya situs peninggalan sejarah yang menceritakan tentang suku
Batak, maka dengan mengutip dari berbagai sumber termasuk tulisan
diberbagai blog dan juga buku-buku yang menulis tentang Batak, kami
mencoba untuk menyajikanya bagi para pembaca yang budiman.

1. Cerita Singkat Sejarah Asal Muasal Suku Batak

Suku Batak adalah salah satu dari ratusan suku yang terdapat di
Indonesia. Suku Batak terdapat di wilayah Sumatera Utara. Menurut
legenda yang dipercayai sebahagian masyarakat Batak, bahwa Suku Batak
berasal dari Pusuk Buhit daerah Sianjur Mula Mula sebelah barat
Pangururan di pinggiran Danau Toba. Kalau versi ahli sejarah Batak
mengatakan bahwa siRaja Batak dan rombongannya berasal dari Thailand
yang menyeberang ke Sumatera melalui Semenanjung Malaysia dan
akhirnya sampai ke Sianjur Mula Mula dan menetap disana.

Sedangkan dari prasasti yang ditemukan di Portibi yang bertahun


1208 dan dibaca oleh Prof. Nilakantisari seorang Guru Besar ahli
Kepurbakalaan yang berasal dari Madras, India menjelaskan bahwa pada
tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya dan menguasai
daerah Barus. Pasukan dari kerajaan Cola kemunggkinan adalah orang-
orang Tamil karena ditemukan sekitar 1500 orang Tamil yang bermukim
di Barus pada masa itu. Tamil adalah nama salah satu suku yang terdapat
di India.

Raja Batak diperkirakan hidup pada tahun 1200 (awal abad ke13),
Raja Sisingamangaraja ke-XII diperkirakan keturunan siRaja Batak
generasi ke19 yang wafat pada tahun 1907 dan anaknya si Raja Buntal
adalah generasi ke 20. Dari temuan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa
kemungkinan besar leluhur dari siRaja batak adalah seorang pejabat atau
pejuang kerajaan Sriwijaya yang berkedudukan di Barus karena pada abad
ke-12 yang menguasai seluruh nusantara adalah kerajaan Sriwijaya di
Palembang.

Akibat dari penyerangan kerajaan Cole ini maka diperkirakan


leluhur siRaja Batak dan rombongannya terdesak hingga ke daerah Portibi
sebelah selatan Danau Toba dan dari sinilah kemungkinan yang
dinamakan siRaja Batak mulai memegang tampuk pemimpin perang, atau
boleh jadi siRaja Batak memperluas daerah kekuasaan perangnya sampai
mancakup daerah sekitar Danau Toba, Simalungun, Tanah Karo, Dairi
sampai sebahagian Aceh dan memindahkan pusat kekuasaanya di daerah
Portibi di sebelah selatan Danau Toba.

Pada akhir abad ke-12 sekitar tahun 1275 kerajaan Majapahit


menyerang kerajaan Sriwijaya sampai ke daerah Pane, Haru, Padang
Lawas dan sekitarnya yang diperkirakan termasuk daerah kekuasaan
siRaja Batak. Serangan dari kerajaan Majapahit inilah diperkirakan yang
mengakibatkan siRaja Batak dan rombonganya terdesak hingga masuk ke
pedalaman di sebelah barat Pangururan di tepian Danau Toba, daerah
tersebut bernama Sianjur Mula Mula di kaki bukit yang bernama Pusuk
Buhit, kemudian menghuni daerah tersebut bersama rombongannya.
Terdesaknya siRaja Batak oleh pasukan dari kerajaan Majapahit
kemungkinan erat hubungannya dengan runtuhnya kerajaan Sriwijaya di
Palembang karena seperti pada perkiraan di atas siRaja Batak adalah
kemungkinan seorang Penguasa perang di bawah kendali kerajaan
Sriwijaya.

Sebutan Raja kepada siRaja Batak bukanlah karena beliau seorang


Raja akan tetapi merupakan sebutan dari pengikutnya atau pun
keturunannya sebagai penghormatan karena memang tidak ada ditemukan
bukti-bukti yang menunjukkan adanya sebuah kerajaan yang dinamakan
kerajaan Batak. Suku Batak sangat menghormati leluhurnya sehingga
hampir semua leluhur marga-marga batak diberi gelar Raja sebagai gelar
penghormatan, juga makam-makam para leluhur orang Batak dibangun
sedemikian rupa oleh keturunannya dan dibuatkan tugu yang bisa
menghabiskan biaya milyaran rupiah. Tugu ini dimaksudkan selain
penghormatan terhadap leluhur juga untuk mengingatkan generasi muda
akan silsilah mereka.

Di dalam sistim kemasyarakatan suku Batak terdapat apa yang


disebut dengan Marga yang dipakai secara turun temurun dengan
mengikuti garis keturunan laki-laki. Ada sekitar lebih 227 nama Marga
pada suku Batak. Di dalam buku Tarombo Borbor Marsada dikatakan
bahwa siRaja Batak memiliki 3 (tiga) orang anak yaitu:

 GURU TATEA BULAN (Ompung siRaja Lontung)


 RAJA ISOMBAON (siRaja Sumba)
 TOGA LAUT.

Ketiga anak siRaja Batak inilah yang diyakini meneruskan tampuk


pimpinan siRaja Batak dan asal mula terbentuknya marga-marga pada
suku Batak. Ada beberapa sub suku dan ratusan marga yang terdapat pada
suku Batak. Suku batak sendiri memiliki sub suku antara lain:

1. Karo

2. Mandailing

3. Simalungun

4. Toba

5. Pakpak

6. Angkola dan

7. Batak Pesisir

Walaupun masih menjadi kontroversi dari sebahagian orang dari


suku-suku Sub Suku Batak diatas tidak mau disebut Suku Batak tapi
sebahagian lagi dari Sub Suku itu ada yang setuju disebut suku Batak dan
juga pemerintah pada sensus penduduk tahun 2000 mengklasifikasikan sub
suku diatas masuk dalan satu suku yaitu suku Batak.

C. Bahasa Batak
1. Penyebutan Angka Satu sampai Sepuluh dalam Bahasa Batak Toba

Angka 1 = Sada

Angka 2 = Dua

Angka 3 = Tolu

Angka 4 = Opat

Angka 5 = Lima

Angka 6 = Onom

Angka 7 = Pitu

Angka 8 = Oalu (Walu)


Angka 9 = Sia

Angka 10 = Sampuluh

2. Penyebutan Anggota keluarga dalam Bahasa Batak Toba

Bapak = Amang/Among

Mama = omak (oma)/Inong

Abang/Kakak = Ito

Adek = Anggi

Kakek = Ompung doli

Nenek = Ompung boru

Paman = Tulang/Amang Boru/Uda

Tante = Nantulang/Bou/Namboru

D. Sistem Mata Pencaharian


Mata Pencaharian Masyarakat Batak Toba di Kota Medan. Pada
awalnya masyarakat Batak Toba yang datang ke Kota Medan tujuannya
adalah untuk menaikkan taraf hidup. Mereka cenderung beranggapan
bahwa dengan merantau ke Kota akan memperoleh sesuatu yang lebih
baik dari segi ekonomi daripada bertani di desa. Akibat dari latar belakang
dan pendidikan yang berbeda, maka sistem mata percaharian masyarakat
Batak Toba berbeda pula. Sistem mata pencaharian masyarakat pun sangat
beragam sesuai keahlian yang dimiliki. Berbeda dengan masyarakat Batak
Toba di desa yang sebagian besar menggeluti dunia usaha pertanian, di
Kota Medan mereka bekerja sebagai wiraswasta, pegawai baik di instansi
pemerintah maupun instansi swasta, seniman, buruh, sopir, pedagang dan
lainnya.
Sebagian besar masyarakat Batak Toba saat ini bermata
pencaharian sebagai petani, peladang, nelayan, pegawai, wiraswasta dan
pejabat pemerintahan. Dalam berwiraswasta bidang usaha yang banyak
dikelola oleh masyarakat adalah usaha kerajinan tangan seperti usaha
penenunan ulos, ukiran kayu, dan ukiran logam. Saat ini sudah cukup
banyak juga yang memulai merambah ke bidang usaha jasa. Berikut ini
kami akan memberikan beberapa contoh mata pencaharian pada
masyarakat batak.

1. Bertani

Masyarakat tradisional Batak Toba bercocok tanam padi di sawah


dan juga mengolah ladang secara berpindah-pindah. Pengelolaan tanaman
padi di sawah banyak terdapat di daerah selatan Danau Toba. Sebelum
teknologi pengolahan pangan mencapai daerah tano Batak, hasil
pengolahan tanaman padi di sawah hanya dapat menghasilkan panen satu
kali dalam satu tahun. Hal ini disebabkan oleh pengolahan tanah yang
tidak begitu baik, irigasi yang terbatas dan juga tanpa penanganan tanaman
yang terampil. Demikian halnya dengan hasil pengolahan tanaman di
ladang, hanya dapat menghasilkan panen satu hingga dua kali saja lalu
kemudaian lahan tidak dapat digunakan lagi. Kemudian ladang tersebut
akan ditinggalkan dan berpindah ke ladang yang baru. Dahulu
kala,pembukaan ladang yang baru dimulai dengan pemilihan lahan melalui
ritual bersama seorang datu (dukun) yang disebut parma-mang. Lahan
yang biasanya dijadikan ladang adalah lahan yang tidak ditempati atau
kawasan hutan alami yang belum dijamah oleh manusia. Kemudian lahan
tersebut dibersihkan dengan cara dibakar. Upacara selanjutnya adalah
memberikan sesaji kepada penunggu lahan agar tidak mengganggu
pengolah ladang dan juga sekaligus sebagai upacara pemilihan hari baik
untuk mulai menanam. Selama musim pembukaan lahan ini, masyarakat
kampung dilarang untuk keluar-masuk kampung. Hal ini dilakukan untuk
menghindari mala petaka dan bahaya yang mungkin terjadi karena
penunggu lahan yang merasa terusik. Sekarang keberadaan datu ini sudah
tidak menjadi dominan lagi, akan tetapi kebiasaan membuka lahan baru ini
masih tetap ada. Tanaman yang sering ditanam di ladang ini adalah tebu,
tanaman obat, ubi, sayu-sayuran dan mentimun.

bagi masyarak batak toba merupakan hasil pekerjaan utama sebab


wilayah yang tinggal di pegunungan sehingga mau tidak mau salah satu
kegitan untuk dapat bertahan hidup adalah bertani. Adapun alat-alat
pertanian yang digunakan masyarakat sudah banyak yang mengalami
perubahan.. hal ini seiring dengan perkembangan zaman maupun
perkembangan teknologi, sehingga masyarakat lebih memilih
menggunakan alat-alat yang sudah maju, hal ini bertujuan untuk
mempercepat dan meningkatkan hasil pertanian mereka.sehingga sifat
gotong royong dan kebersamaan itu sudah semakin berkurang. Berikut ini
beberapa gambar alat-alat pertanian pada zaman tradisional dan zaman
modren.

2. Nelayan

Selain bertani, umumnya masyarakat batak toba yang tinggal di


daerah pantai ataupun daerah laut lebih banyak masyarak memenuhi
kebutuhannya dengan cara berlaut atau menangkap ikan. Hal ini juga
hampir sama dengan penjelasan pertanian sebelumnya. Seperti halnya
bertani,hasil dari laut ini lebih banyak distribusikan atau di pasarkan di
pasar tradisional sehingga hal ini dapat saling memenuhi kebutuhan antara
petani dan nelayan yang saling bertukar.

Beberapa alat-alat melaut yang dulunya sering digunakan untuk


mencari ikan saat ini sudah banyak yang tidak digunakan lagi karena
sudah adanya alat-alat baru yang lebih maju dan lebih menghemat
penggunaan tenaga manusia. Misalnya adalah rakit, layar, pancing. Pada
zaman sekarang ini sudah banyak manusia yang lebih menggunakan cara
yang cepat dan instan tanpa menyadari akan kerusakan alam. Berikut ini
beberapa contoh alat yang digunakan manusia pada zaman dahulu untuk
melaut.

3. Pedagang
Umumnya masyarakat batak toba adalah berjualan, khususnya ibu-
ibu hal ini bertujuan untuk menjual hasil pertanian atau hasil laut dari
suaminya. Dan barang-barang yang dijual adalah umumnya
sembako.Biasanya mereka berdagang di pasar tradisional bukan di mall
mewah atau diswalayan sebab mereka sistem jualannya tidak menetap.

Pada zaman tradisional ibu-ibu ini pergi ke pasar ataupun jualan


tidak pernah menggunakan angkutan, tetapi mereka datang dengan
memikul ataupun menggunakan keranjang yang digendong. Tetapi saat ini
sudah banyak bahkan tidak ada lagi yang menggunakan hal tersebut.
Berikut ini beberapa gambar pedagang pada zaman tradisional dan zaman
modren.

4. Supir

Supir adalah pekerjaan yang sangat banyak diminati oleh orang


batak, orang batak banyak merantau hanya bermodalkan bisa mengemudi.
Hal ini bisa dilakukan karena bagi orang batak semua yang mereka temui
itu adalah keluarganya.selain suaranya yang keras untuk layak menjadi
seorang kernek yang kemudian naik menjadi supir.

5. Berternak

Peternakan juga salah satu mata pencaharian suku Batak antara lain
peternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan
ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba.

Selain kelima pekerjaan diatas, masih banyak pekerjaan yang di


lakukan orang batak untuk berusaha memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan ekonominya.diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Wartawan
2) Pengacara
3) Hakim
4) Mentri
5) Pengusaha
6) Polisi
7) Tentara

E. Sistem Teknologi
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat
sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya.
Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Batak), tongkat tunggal (engkol
dalam bahasa Batak), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga
memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah
dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis
pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitu kain ulos yang merupakan
kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.

F. Sistem Pengetahuan
Rumah bolon merupakan rumah adat suku Batak yang berasal dari
daerah di Provinsi Sumatera Utara. Rumah bolon menjadi simbol dari
identitas masyarakat Batak yang merupakan salah satu suku terbesar di
Indonesia. Rumah bolon sering disebut juga rumah gargo merupakan sebuah
rumah pertemuan kelurga besar. Sama umumnya dengan rumah adat di
Indonesia, rumah adat bolon juga berbentuk panggung. Di mana bagian atas
dijadikan sebagai tempat tinggal dengan memiliki kamar-kamar. Tempat tidur
cukup dibuat tinggi daripada dapur.

Rumah Bolon memiliki makna rumah besar, karena memang


ukurannya cukup besar. Perancang dari Rumah Bolon adalah arsitektur kuno
Simalungun. Rumah adat Bolon ini sekaligus menjadi simbol status sosial
masyarakat Batak yang tinggal di Sumatera Utara. Dulu rumah adat Bolon
ditinggali para raja di Sumatera Utara. Ada sekitar 13 kerajaan yang silih
berganti menempati rumah Bolon. Raja-raja tersebut adalah, Tuan Ranjinman,
Tuan Nagaraja, Tuan Batiran, Tuan Bakkaraja, Tuan Baringin. Kemudian
Tuan Bonabatu, Tuan Rajaulan, Tuan Atian, Tuan Hormabulan, Tuan
Raondop, Tuan Rahalim, Tuan Karel Tanjung, dan Tuan Mogang.

1) Bentuk Rumah Bolon


bentuk rumah adat Bolon pada umumnya tidak jauh beda dengan
rumah adat orang Batak lainnya. Indonesia Perbedaannya ada pada tiang
penyangga yang terbuat dari kayu bulat (basikah). Di atas bubungan atap
rumah panggung ini diletakkan tandung kerbau. Setiap struktur bangunan
dan ragam hias yang terdapat pada rumah Bolon mengandung makna
simbolis tertentu. Di mana berkaitan dengan kepercayaan dan adat-istiadat
mereka.

2) Bahan-bahan untuk membangun Rumah Bolon

Dalam pembuatan rumah adat Bolon ada bahan-bahan bangunan


yang harus disiapkan. Dikutip dari buku Patunggung Adat Simalungun:
Penyusunan dan Penyempurnaan Buku Adat Simalungun (2020) karya
Hisarma Saragih dan kawan-kawan, membangun rumah Bolon terdiri dari
tiang kayu raksasa (tiang penyangga).

Di bawah masing-masing tiang ditanam kepala orang, hal itu


terjadi sesuai dengan kepercayaan pada tempo dulu. Ini dilakukan demia
keselamatan kerajaan dan keturunannya agar terhindar dari roh-roh jahat.
Rumah Bolon dibangun dengan tenaga gotong royong dari seluruh rakyat
Kerajaan Purba. Di mana mulai mengambil kayu di hutan hingga
penyelesaian oleh tukang-tukang yang terpandai tanpa menggunakan satu
batang paku pun. Bagian depan pada rumah Bolon adalah lapou yang
menyatu dengan rumah Bolon (bangunan sebelah depan).

Selain kamar tidur raja diruangan tersebut juga dijadikan tempat


menerima tamu-tamu terhormat dan juga sidang-sidang yang bersifat
terbatas (khusus). Disebelah luar kamar raja dibuat tingkap (jendela) yang
khusus digunakan oleh raja untuk melihat siapa tamu yang datang. Selain
itu juga dapat melihat ke Losung Bolon untuk memperhatikan siapa-siapa
saja gadis yang menumpuk pada di sana.
G. Organisasi Sosial
Sistem kekerabatan orang Batak adalah patrilineal, yaitu menurut garis
keturunan ayah.Dalam berhubungan antara yang satu dengan yang lain pada
masyarakat Batak, mereka harus mampu menempatkan dirinya dalam struktur
itu sehingga mereka selalu dapat mencari kemungkinan hubungan kekerabatan
di antara sesamanya dengan cara martutur. Hubungan antara satu marga
dengan marga lainnya sangat erat, setelah terjadinya beberapa kelompok kecil
yang diakibatkan sebuah perkawinan.

Memang benar, apabila seorang Batak menyebut anggota marga-nya


dengan sebutan dongan-sabutuha (mereka yang berasal dari rahim yang sama).
Garis keturunan laki-laki diteruskan oleh anak laki-laki, dan menjadi punah
kalau tidak ada lagi anak laki-laki yang dilahirkan. Sistem kekerabatan
patrilineal ini yang menjadi tulang punggung masyarakat Batak, yang terdiri
atas turunan-turunan, marga, dan kelompok-kelompok suku, semuanya saling
dihubungkan menurut garis laki-laki. Laki-laki itulah yang membentuk
kelompok kekerabatan, sedangkan perempuan menciptakan hubungan besan
(affinal relationship), karena ia harus kawin dengan laki-laki dari kelompok
patrilineal yang lain.

H. Sistem Religi
Batak telah dipengaruhi oleh beberapa agama, yaitu agama Islam dan
Kristen Protestan yang masuk sejak permulaan abad ke-19. Agama Islam
masuk di Minangkabau sejak tahun 1810 dan sekarang dianut oleh sebagian
besar dari orang Batak selatan (Mandailing dan Angkola). Sedangkan agama
Kristen disiarkan ke daerah Toba dan Simalungun oleh organisasi penyiar
agama dari Jerman sejak tahun 1863 dan ke daerah Karo oleh organisasi
Belanda pada masa yang sama. Di samping itu juga ada agama-agama lain dan
agama pribumi.

Walaupun sebagian besar orang Batak telah menganut agama Kristen


atau Islam, namun banyak konsep-konsep agama aslinya masih hidup
terutama di pedesaan. Hal ini dapat diketahui lewat buku-buku kuno (pustaha)
yang berisi silsilah Batak dan dunia makhluk halus.

Orang Batak punya konsepsi bahwa alam ini beserta segala isinya
diciptakan oleh Debata (Ompung) Mulajadi na Bolon. Dia berada di atas
langit dan mempunyai nama-nama lain sesuai dengan tugas dan tempat
kedudukannya. Sebagai Debata Mulajadi na Bolon, ia tinggal di langit dan
merupakan maha pencipta. Sebagai penguasa dunia tengah, ia bertempat
tinggal di dunia ini dan bernama Silaon na Bolon (Toba) ,atau Tuan Padukah
ni Aji (Karo). Sebagai penguasai dunia makhluk halus ia bernama Pane na
Bolon. Selain daripada pencipta, Debata Mulajadi na Bolon juga menciptakan
dan mengatur kejadian gejala-gejala alam, seperti hujan, kehamilan,
sedangkan Pane na Bolon mengatur setiap penjuru-mata angin.

Dalam hubungan dengan jiwa dan roh orang Batak mengenal tiga
konsep,yaitu Tondi, sahala dan begu.Tondi itu adalah jiwa atau roh orang itu
sendiri dan sekaligus juga merupakan kekuatan. Sahala adalah jiwa atau roh
kekuatan yang dimiliki seseorang.Bedanya dengan tondi ialah bahwa tidak
semua orang mempunyai sahala dan jumlah serta kwalitasnya juga berbeda-
beda.Sahala dari seorang raja atau datu lebih banyak dan lebih kuat dari orang
biasa dan begitu pula sahala dari orang hula-hula lebih kuat dari sahala orang
boru. Sahala itu dapat berkurang dan menentukan peri kehidupan
seseorang.Berkurangnya sahala menyebabkan seseorang kurang disegani, atau
ke- datuannya menjadi hilang.

Tondi diterima oleh seseorang itu pada waktu ia masih ada di dalam
rahim ibunya dan demikian pula sahala atau sumangat (Karo). Demikian tondi
itu juga merupakan kekuatan yang memberi hidup kepada bayi (calon
manusia), sedangkan sahala adalah kekuatan yang akan menentukan wujud
dan jalan orang itu dalam hidup selanjutnya.Seperti halnya dengan sahala
,yang dapat berkurang atau bertambah,tondi itu dapat pergi meninggalkan
badan. Bila tondi meninggalkan badan untuk sementara, maka orang yang
bersangkutan itu sakit, bila untuk seterusnya,orang itu mati. Keluarnya tondi
dari badan disebabkan karena ada kekuatan lain(sambaon) yang menawannya.
Konsep yang ketiga ialah begu, adalah seperti tingkah laku manusia,
hanya secara kebalikannya,yaitu misalnya apa yang dilakukan oleh manusia
pada siang hari di lakukan begu pada malam hari. Orang batak mengenal begu
yang baik dan yang jahat.Sesuai dengan kebutuhannya,begu di puja dengan
sajian (pelean).

Di kalangan orang batak toba,begu yang terpenting ialah sumangot ni


ompu(begu dari nenek moyang). Akhirnya dalam sistem religi aslinya orang
batak toba juga percaya kepada kekuatan sakti dari jimat, tongkat wasiat, atau
tunggal panaluandan kepada mantra-mantra yang mengandung kekuatan
sakti.Semua kekuatan itu menurut kitab-kitab ilmu gaib orang batak
toba(pustaha),berasal dari si Raja Batak. Contohnya begu ganjang, ulu balang,
dll.

I. Kesenian

Rumah Bolon atau Jabu Bolon, rumah adat orang Batak Toba.

Rumah Adat Batak Toba Sumatra Utara – Rumah Adat Batak Toba
disebut Rumah Bolon, yang memiliki bangunan empat persegi panjang yang
kadang-kadang ditempati oleh 50 keluarga. Berbeda dengan rumah-rumah
Batak di daerah pesisir, pintu rumah di daerah Batak Toba berupa pintu kolong
yang terdapat di bawah lantai rumah. Bagian dalam rumah tidak memiliki
bagian dalam yang terpisah melainkan membentuk satu ruangan besar yang
berukuran 20 sampai 40 kaki. Rumah batak toba pada umumnya dibangun
dengan menggunakan bahan-bahan bangunan yang bagus. Memperlihatkan
tanda-tanda keahlian yang tinggi, dan banyak diantara rumah-rumah tersebut
yang turut dihiasi dengan ukiran dan lukisan.

Ulos ( Kain Sutra yang di Tenun )

Batak Toba merupakan suku yang tinggal di Sumatera Utara, tepatnya di


wilayah Danau Toba. Berbeda dengan baju adat dari suku Batak yang lain, baju
Batak Toba terbuat dari kain ulos yang dililitkan, baik untuk pria maupun
wanita.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini
merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku
bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di
Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah:
Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola,
dan Batak Mandailing.

Saat ini pada umumnya orang Batak menganut agama Kristen


Protestan,Kristen Katolik, dan Islam Sunni. Tetapi ada pula yang menganut
kepercayaan tadisional yakni: tradisi Malim dan juga menganut
kepercayaananimisme (disebut Sipelebegu atau Parbegu), walaupun kini
jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.

B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

IT, N. (2019, Desember 19). sistem mata pencaharian batak toba. Retrieved from
http://jhonsonpardede628.blogspot.com/2017/03/sistem-mata-pencaharian-
batak-toba.html

Mata Pencaharian Masyarakat Batak Toba Di Kota Medan Sistem Kekerabatan


Batak Toba. (n.d.). Retrieved from https://text-
id.123dok.com/document/oy8g7v75z-mata-pencaharian-masyarakat-
batak-toba-di-kota-medan-sistem-kekerabatan-batak-toba.html

Ringo. (2014). Cerita Singkat Sejarah Asal muasal suku Batak. Retrieved from
http://blog-sipituama.blogspot.com/2015/02/cerita-singkat-sejarah-asal-
muasal-suku.html

Welianto, A. (2021, Januari 13). Rumah Bolon, Rumah Adat Suku Batak di
Sumatera Utara. Retrieved from
https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/13/180000369/rumah-bolon-
rumah-adat-suku-batak-di-sumatera-utara

Anda mungkin juga menyukai