Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA

Jalan Taman Suropati Nomor 2 Jakarta 10310


Telepon (021) 31936207, 3905650; Faksimile (021) 3145374
www.bappenas.go.id

Nomor : T-13647/Dt.2.3/PP.08.01/07/2023 Jakarta, 20 Juli 2023


Sifat : Biasa
Lampiran : 2 (dua) Berkas
Hal : Penyampaian Pokok-Pokok Catatan Field Visit Persampahan Jakarta

Yth. Daftar penerima surat terlampir


di tempat

Berkenaan dengan terselenggaranya Kegiatan Field Visit sebagai sarana penyamaan


persepsi dan pendalaman permasalahan pengelolaan sampah di Jakarta pada tanggal 13 Juli
2023 di Jakarta Recyle Center (JRC) Pesanggrahan dan TPST Bantargebang, berikut kami
sampaikan pokok-pokok catatan dari kegiatan tersebut (terlampir).
Apabila terdapat masukan atau tanggapan terhadap pokok-pokok catatan tersebut, mohon
dapat menghubungi Sdri. Andrea Nabilla (0877 7127 3917).

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerja sama Saudara/i, kami ucapkan
terima kasih.

Direktur Regional I
selaku Sekretaris Tim Penanggung Jawab Tim Koordinasi
Strategis Penyusunan Konsep Arah Pengembangan Jakarta
Pasca Pemindahan Ibukota Negara

Abdul Malik Sadat Idris

Tembusan:
1. Deputi Bidang Pengembangan Regional, Kementerian PPN/Bappenas
2. Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas
3. Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian PPN/Bappenas
4. Sekretaris Daerah, Provinsi DKI Jakarta
Lampiran I Surat
Nomor : T-13647/Dt.2.3/PP.08.01/07/2023
Tanggal : 20 Juli 2023

DAFTAR PENERIMA NOTA DINAS

Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta


1. Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup, Setda Provinsi DKI Jakarta
2. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Cq. Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Kepala Perencanaan Strategis dan Pendanaan Pembangunan
Kepala Bidang Perekonomian
Plh. Kepala Bidang Pembangunan dan Lingkungan Hidup
Kepala Pusat Riset dan Inovasi Daerah
3. Kepala Badan Pengelola Aset Daerah Provinsi DKI Jakarta
4. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
5. Kepala Biro Pemerintahan, Setda Provinsi DKI Jakarta
6. Kepala Unit Pengelola Sampah Terpadu (UPST)
Kementerian PPN/Bappenas
1. Direktur Perumahan dan Kawasan Permukiman
2. Direktur Transportasi
3. Plh. Direktur Pembangunan Daerah
4. Direktur Lingkungan Hidup
5. Direktur Pengembangan Pendanaan Pembangunan
6. Direktur Keuangan Negara dan Analisis Moneter
7. Direktur Tata Ruang, Pertanahan, dan Penanggulangan Bencana
8. Dr. Ir. Kemal Taruc, M.Sc, MBA
9. Dr. Ir. Oswar Muadzin Mungkasa, MURP, Perencana Ahli Utama
10. Ir. Hayu Parasati, MPS, Perencana Ahli Utama
11. Dr. Ariasa Hadibroto Supit, M.Si
12. Sdr. Richard Lion Frenkel dan Tim Kajian Korstra Jakarta
Kementerian/Lembaga
1. Direktur Pembinaan Penataan Ruang Daerah I, Kementerian ATR/BPN
2. Direktur Sanitasi, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR
3. Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur Wilayah II, BPIW, Kementerian PUPR
4. Direktur Penataan Daerah, Otonomi Khusus dan DPOD, Ditjen Otda, Kemendagri
5. Direktur Perencanaan, Evaluasi dan Informasi Pembangunan Daerah, Ditjen Bangda,
Kemendagri
6. Direktur Perumusan Kebijakan Kekayaan Negara, Ditjen Kekayaan Negara, Kementerian
Keuangan
7. Direktur Kapasitas dan Pelaksanaan Transfer, Ditjen Perimbangan Keuangan,
Kementerian Keuangan
8. Direktur Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan I, Ditjen Peraturan Perundang-
undangan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
9. Direktur Penanganan Sampah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
10. Direktur Pengurangan Sampah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
11. Asisten Deputi Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Kementerian
Sekretariat Negara
Lembaga Mitra Pembangunan
Sdr. Kian Siong, Bank Dunia



Lampiran II Nota Dinas
Nomor : T-13647/Dt.2.3/PP.08.01/07/2023
Tanggal : 20 Juli 2023

POKOK-POKOK CATATAN
FIELD VISIT PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DKI JAKARTA

I. Waktu dan Tempat Kegiatan


Hari, tanggal : Kamis, 13 Juli 2023
Waktu : 08.30 – 16.30 WIB
Tempat : 1) Balai Kota DKI Jakarta
2) JRC Pesanggarahan
3) PLTSa Merah Putih Bantargebang
4) RDF Plant Bantargebang

II. Peserta Kegiatan


Field visit diikuti oleh: i) Direktur Regional I Bappenas; ii) Kepala Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi DKI Jakarta beserta jajaran; iii) Perwakilan Bappeda Provinsi DKI
Jakarta beserta jajaran; iv) Perencana Ahli Utama Bappenas; v) Perwakilan Direktur
Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan I, Ditjen Peraturan Perundang-
undangan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; vi) Perwakilan Direktur
Penataan Daerah, Otonomi Khusus dan DPOD, Ditjen Otda, Kemendagri; vii)
Perwakilan Direktur Perencanaan, Evaluasi dan Informasi Pembangunan Daerah,
Ditjen Bangda, Kemendagri; viii) Perwakilan Direktur Pembinaan Perencanaan Tata
Ruang Daerah Wilayah I, Kementerian ATR/BPN; ix) Perwakilan Direktur Sanitasi,
Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR; x) Perwakilan Direktur Penanganan Sampah,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; xi) Perwakilan Asisten Deputi
Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Kementerian Sekretariat Negara;
xii) Perwakilan Direktur Tata Ruang, Pertanahan, dan Penanggulangan Bencana
Bappenas; xiii) Perwakilan Direktur Keuangan Negara dan Analisis Moneter
Bappenas; xiv) Perwakilan Direktur Pembangunan Daerah Bappenas; xv) Perwakilan
Direktur Pengembangan Pendanaan Pembangunan Bapppenas; xvi) Kian Siong,
Bank Dunia xvii) Sdr. Richard Lion Frenkel dan Tim Kajian Korstra Jakarta; dan xviii)
Tim Sekretariat Korstra Jakarta

III. Tujuan dan Pengantar Field Visit


1. Penyelenggaran kegiatan field visit merupakan sarana penyamaan persepsi dan
pendalaman permasalahan bidang persampahan di Jakarta, dengan tujuan i)
Mengetahui gambaran dan kewenangan sistem pengelolaan persampahan saat ini di
DKI Jakarta dari hulu ke hilir; ii) Memetakan permasalahan persampahan yang
dihadapi DKI Jakarta dan role sharing dalam penyelesaiannya; iii) Mengetahui sistem
pengelolaan sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) menuju implementasi circular
economy; iv) Mengetahui penerapan teknologi pengelolaan persampahan; v)
Mengidentifikasi skema pendanaan untuk pengelolaan persampahan secara end to
end di DKI Jakarta
2. Pengantar field visit
a. Direktur Regional I, Bappenas : Kegiatan field visit tidak hanya dilihat dari sudut
pandang persampahan saja, tetapi secara lebih luas terkait pengelolaan isu-isu
metropolitan dan role sharing antara berbagai pemangku kepentingan
b. Wakil Kepala Bappeda Daerah DKI Jakarta:
• Kegiatan field visit diharapkan dapat melihat situasi dan permasalahan yang
terjadi di DKI Jakarta, sehingga kebijakan yang diambil dapat mendukung
Jakarta menjadi kota yang lebih baik, baik dari sisi pengelolaan dan
keberlanjutannya.

1
• Dengan adanya keistimewaan dan kewenangan khusus DKI Jakarta,
diharapkan DKI Jakarta dapat menjadi contoh bagi kota-kota lainnya.

IV. Kunjungan Jakarta Recycle Center (JRC) Pesanggrahan


1. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta:
a. Jakarta Recycle Center (JRC) merupakan kegiatan pengurangan sampah di
sumber dan bentuk implementasi prinsip KUPILAH (Kurangi – Pilah – Olah) yang
diatur dalam Peraturan Gubernur No. 77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan
Sampah Lingkup Rukun Warga. Sedangkan implementasi KUPILAH pada tingkat
kawasan dan perusahaan diatur dalam Peraturan Gubernur No. 102 Tahun 2021
tentang Kewajiban Pengelolaan Sampah di Kawasan dan Perusahaan.
b. JRC merupakan perubahan pengelolaan sampah dengan mengedepankan
partisipasi warga dalam bentuk pemilahan sampah serta komitmen pengangkutan
sampah secara terpilah. Operasional JRC mengadaptasi pola pengelolaan
sampah dari Kota Osaki Jepang.
c. JRC telah diimplementasikan di 6 model area (2.688 rumah) dan ditargetkan
dapat diimplementasikan di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. JRC juga
berencana melakukan pembangunan BBJP (Bahan Bakar Jumputan Padat) yang
ditargetkan dapat mengolah sampah organik 30 ton/hari.
d. Pengolahan sampah organik menggunakan metode BSF/Maggot jika dapat
diimplementasikan di Kecamatan Pesanggrahan dapat mengonsumsi sampah
hingga 100 ton/hari. Dikarenakan JRC baru diterapkan di 6 model area,
kapasitas sampah yang dapat diolah JRC saat ini hanya 10% dari kapasitas
maksimum.
e. Untuk pengolahan sampah padat, JRC akan bekerjasama bersama PLN dengan
perencanaan pengolahan sebesar 50-60 ton/hari dan saat ini masih dalam tahap
pembangunan.
f. Pengelolaan JRC masih terhambat dari sisi kelembagaan
• Sebagai contoh, peralatan mesin press (pengolahan sampah padat) dari lokal
tidak dapat dioperasikan karena menunggu izin dari dari Japan International
Cooperation Agency (JICA), KLHK, dan Kemenlu sehingga pengoperasian
dilakukan secara manual.
• Di satu sisi, APBD mendukung pendanaan dan mengikuti pola pengelolaan
sampah dari Kota Osaki, tetapi masih ada kontrak terikat dan kendala perizinan
dengan K/L terkait.
g. Pengelolaan sampah di tingkat kawasan komersial (gedung tinggi), mengacu
pada Pergub DKI Jakarta No. 102 Tahun 2021 untuk melakukan pengelolaan
secara mandiri. Saat ini, beberapa kawasan komersial sudah menyalurkan
sampah kepada pengelola swasta (telah ada 60 penyedia swasta) dengan
pendekatan Business to Business (B2B).
2. Ketua Rukun Warga (RW):
a. Dukungan dari perwakilan pihak warga terhadap implementasi KUPILAH
(Kurangi – Pilah – Olah) di tingkat Rumah Tangga.
• Masyarakat membutuhkan waktu adaptasi untuk menerapkan KUPILAH
dikarenakan adanya perubahan kebiasaan pengelolaan sampah di tingkat
rumah tangga. Penerapan KUPILAH dan pengambilan sampah dari rumah
tangga telah dilakukan setiap hari.
3. Direktur Regional I, Bappenas :
• Perlu dilakukan perhitungan timbulan air lindi, perencanaan pengolahan
air lindi dan timbulan sampah yang belum terolah yang kemudian akan
dibuang ke Bantargebang.
• Pengelolaan persampahan di Jakarta perlu melibatkan sektor swasta untuk
menuju pengelolaan yang lebih efisien dan profesional.
• Pembiayaan pengelolaan persampahan dapat dipelajari dari Kota Global

2
lainnya, antara lain melalui Local Taxation di Jepang, serta diperlukan
perhitungan dan estimasi biaya yang tepat dalam meningkatkan efisiensi
pengolahan sampah Jakarta.
• Best practice di JRC perlu dikembangkan di wilayah lain di Jakarta.

V. Kunjungan TPST Bantargebang


1. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah Putih Bantargebang
a. Pembangunan PLTSa menggunakan APBN dan merupakan kerjasama dengan
BRIN, namun untuk pembiayaan operasional menggunakan dana APBD dan
merupakan aset milik DKI Jakarta. Nilai investasi yang dibutuhkan adalah Rp. 100-
150 Miliar, dengan operational cost sebesar Rp. 15 – 16 Miliar per tahun.
b. Pengelolaan sampah di PLTSa ini mampu untuk mengolah 100 ton sampah per
hari, dengan perkiraan kebutuhan lahan sebesar 3 Ha. Namun pada saat ini
operasionalnya baru mencapai 70-80% dari kemampuan maksimum
pengelolaan sampah yang dapat menghasilkan daya listrik sebesar 590 kilowatt.
c. Hasil residu PLTSa dapat dimanfaatkan kembali menjadi paving block, jalur
pedestrian, hingga perkerasan jalan.
d. Proses pemantauan lingkungan rutin dilakukan, yaitu uji emisi cerobong 2 kali
dalam satu tahun, serta per 3 bulan untuk udara ambien. Kandungan partikulat dan
PM 2,5 di incinerator yaitu dioxin dan furan. Untuk saat ini kualitas lingkungan
masih aman.
e. Dibutuhkan harmonisasi kebijakan dengan PT. PLN (Persero) terkait
pemanfaatan daya listrik yang dihasilkan oleh PLTSa Bantargebang, agar dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan yang lebih luas.

2. Refuse Derived Fuel (RDF) dan Landfill Mining


a. Fasilitas pengolahan sampah Landfill Mining dan RDF Plant akan mereduksi 1.000
ton/hari sampah lama dan 1.000 ton/hari sampah baru serta menghasilkan RDF
curah sebanyak 700 ton/hari. Fasilitas Landfill Mining dan RDF dikelola oleh BLUD
UPST Dinas LH DKI Jakarta sejak Juni 2023.
b. UPST Dinas LH DKI Jakarta telah menjalin kerja sama hasil RDF dengan PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (625 ton) dan PT. Solusi Bangun Indonesia
Tbk./PT. Holcim (75 ton) dengan harga RDF berkisar 24 – 44 USD per ton.
c. Pada tahun 2050, PLTU tidak bisa menggunakan batu bara, sehingga pengolahan
sampah menggunakan RDF akan menjadi peluang yang sangat baik.
d. Kendala operasional adalah terbatasnya SDM karena di setiap tahapan
memerlukan monitoring oleh tenaga kerja mulai dari manual sorting hingga
cleaning, sehingga belum dapat beroperasi secara menyeluruh.
e. Untuk tahun pertama, biaya operasional membutuhkan Rp 105 miliar, diharapkan
pada Desember 2023 dapat mencapai kapasitas produksi maksimum
sebesar 2000 ton.

3. Direktur Regional I, Bappenas:


a. Perlu ditinjau pengolahan timbulan air lindi.
b. Manajemen pengaturan mobilitas pengangkutan sampah (1000 truk per hari)
perlu diperhatikan karena berdampak pada dwelling time truk sampah.
c. Diperlukan fleksibilitas atau keistimewaan kepada Pemprov DKI Jakarta untuk
dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan persampahan yang sangat besar dan
juga tidak menghadapi kesulitan dalam proses audit.
d. Perlu dimatangkan rencana strategis dan pendanaan persampahan sampai tahun
2045, untuk menuju Jakarta sebagai kota global.
e. Kerjasama antardaerah untuk pengelolaan sampah memerlukan mekanisme
kompensasi sehingga diperlukan peraturan turunan dari UU kekhususan Jakarta.

3
f. Pengalaman pengelolaan TPST Bantargebang memberikan banyak pembelajaran
bahwa masih terdapat bottleneck dalam kerjasama lintas pemangku kepentingan
di bidang persampahan.
g. Mengingat jumlah sampah tiap harinya menuju TPST Bantar Gebang sebanyak
7000 ton/hari, dengan kapasitas maksimum truk sampah adalah 10 ton,
diperkirakan sebanyak 700 truk yang melakukan pergerakan dari dan menuju
TPST Bantar Gebang. Oleh sebab itu dibutuhkan sinkronisasi dengan jalur
transportasi agar dampak dari pergerakan truk sampah ini tidak menjadi masalah
lalu lintas sehari-hari warga di Kecamatan Bantargebang.

VI. Diskusi dan Penutup


1. Perwakilan Direktorat TRPPB, Bappenas: Sehubungan dengan kapasitas
Bantargebang yang akan melampaui batas, apakah sudah dilakukan kajian seperti
opsi teknologi, opsi perpindahan atau opsi lainnya selain mempertahankan TPST
Bantargebang?
• Kadis LH, DKI Jakarta: Pengelolahan sampah seperti ITF dan PLTSa sudah
melewati banyak proses birokrasi. Namun, pengolahan sampah tidak dapat
hanya mengandalkan PLTSa, diharapkan RDF dapat dicontoh karena relatif
cepat untuk dibangun. Saat ini akan dilelang RDF Rorotan yang memerlukan
dukungan dari Pemerintah Pusat.
2. Perwakilan Direktorat KNAM, Bappenas: Terkait opsi pembiayaan pengolahan
sampah, apakah sudah ada kajian carbon trading dan potensial emisi yang
dihasilkan PLTSa? Kedepannya, Pemda Jakarta dapat memanfaatkan waste
management untuk menjadi sumber pendanaan.
• Kadis LH, DKI Jakarta: Isu carbon trading sedang dipelajari. Terdapat peluang
carbon trading di aset Bantargebang. Dari aspek kehutanan, carbon trading
belum termasuk waste management. Pemda Jakarta memerlukan bantuan
Kemenkeu dan KLHK dalam proses perhitungan karbon dan regulasinya.
Sehingga diperlukan dukungan dari pemerintah pusat. Sejauh ini pengelolaan
RDF hanya mampu menutupi biaya operasional dan tidak dapat untuk
investasi. Sehingga pengelolaan persampahan disini tidak dapat bersifat profit-
oriented.
3. Perwakilah Bangda, Kemendagri:
a. Bagaimana pengelolahan sampah Kepulauan Seribu?
• Kadis LH, DKI Jakarta: Terdapat 2 (dua) fasilitas sampah di Kepulauan
Seribu. Sampai saat ini sampah di Kep. Seribu dikumpulkan ke
Bantargebang,
b. Bagaimana kerjasama DKI dengan Kota Bekasi, sehingga selain
masyarakat Jakarta, juga ada manfaat bagi masyarakat Bekasi. Apakah
sampah yang diangkut meliputi sampah Bekasi?
• Kadis LH, DKI Jakarta: Sampah yang dikumpulkan hanya berasal dari
Jakarta. Selain sampah yang berasal dari Jakarta, tidak diperbolehkan
menggunakan Bantargebang, dikarenakan sudah tidak ada ruang
untuk menampung.
4. Kepala Dinas LH DKI Jakarta menyampaikan kebutuhan dukungan dari
Pemerintah Pusat untuk efektivitas pengelolaan persampahan di DKI Jakarta, sbb:
a. Pembangunan fasilitas pengolahan sampah dalam kota dengan jenis
teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan, kapasitas, dan karakteristik
sampah Jakarta serta menunjang pertumbuhan perekonomian Jakarta.
b. Kemudahan dalam perolehan sumber pendanaan lainnya untuk
pengelolaan sampah dan lingkungan hidup.

4
c. Pelaksanaan kerjasama wajib antar Pemerintah Daerah di sekitar Jakarta
dengan menyetarakan hak dan kewajiban antar daerah sehingga tidak
memberatkan salah satu pihak Pemerintah Daerah.
d. Dukungan pengelolaan lingkungan hidup yang berdampak kepada lintas
daerah.
e. Adanya regulasi untuk alokasi pendanaan pengelolaan sampah dan
lingkungan hidup dalam APBD atau sumber lain yang sah sebesar 5-10%.
f. Pengaturan harga by product (harga jual RDF, material daur ulang, dan lain-
lain) dari pengolahan sampah yang berpihak kepada Pemerintah Daerah.
g. Kewenangan Pemerintah Jakarta dalam pengelolaan Extended Producer
Responsibility.
h. Penetapan pengolahan sampah sebagai Proyek Strategis Nasional

VII. Dokumentasi
Jakarta Recycle Center (JRC) Pesanggrahan

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah Putih Bantargebang

5
Refuse Derived Fuel (RDF) & Landfill Mining

VIII. Lampiran
a. Pelaksanaan Kegiatan Field Visit Pengelolaan Persampahan DKI Jakarta telah diliput
oleh media massa dengan tautan sebagai berikut:
1. https://m.beritajakarta.id/read/124896/pemerintah-pusat-diajak-tinjau-
pengelolaan-sampah-terpadu-dki
2. https://m.beritajakarta.id/video/play/31563/pemerintah-pusat-dan-pemprov-dki-
kunjungi-pengelolaan-sampah-terpadu-di-jakarta
3. https://m.beritajakarta.id/potret/album/14385/sejumlah-lembaga-pemerintah-
kunjungi-fasilitas-pengelolaan-sampah-terpadu-di-jakarta
b. Tautan Bahan Kegiatan Field Visit Pengelolaan Persampahan DKI Jakarta:
https://link.bappenas.go.id/BahanFieldVisitSampahJKT

Anda mungkin juga menyukai