Anda di halaman 1dari 225

PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN

ADMINISTRATIF PENERAPAN BADAN


LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)
PENGELOLAAN SAMPAH PEMERINTAH
PROVINSI DAN PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA

i
PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN ADMINISTRATIF PENERAPAN BADAN
LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) PENGELOLAAN SAMPAH PEMERINTAH
PROVINSI DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

TIM PENYUSUN
Pengarah:
1. Dr. Drs. A. Fatoni, M.Si. (Plh. Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri)
2. Drs. Komaedi, M.Si. (Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri)

Penyusun:
1. Drs. H. Budi Santosa, M.Si. (Direktur BUMD, BLUD dan Barang Milik Daerah,
Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri)
2. R. Wisnu Saputro, SE. (Kasubdit BLUD, Direktorat BUMD, BLUD dan Barang Milik
Daerah, Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri)
3. Wahyuni Sri Lestariningsih, MA (Analis Kebijakan Ahli Muda Pada Subdit BLUD,
Direktorat BUMD, BLUD dan Barang Milik Daerah, Direktorat Jenderal Bina
Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri)
4. Ochtavian R.Pelealu, SSTP, (Penyusun Laporan Kebijakan Pada Subbagian Tata
Usaha Pimpinan Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Keuangan
Daerah, Kementerian Dalam Negeri)
5. Eflin Danghentji Manusiwa, S.Kom (JFU pada Subdit BLUD, Direktorat BUMD,
BLUD dan Barang Milik Daerah, Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri)
6. Despia Malasari, S.STP (JFU pada Subdit BLUD, Direktorat BUMD, BLUD dan
Barang Milik Daerah, Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kementerian
Dalam Negeri)
7. Said Iskandar Abdullah, S.I.A (Analis Kebijakan Ahli Pertama pada Subdit BLUD,
Direktorat BUMD, BLUD dan Barang Milik Daerah, Direktorat Jenderal Bina
Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri)
8. Hendra Wijaya, S.Sos., M.Si. (Peneliti LPPSP FISIP UI)
9. Bramana Purwasetya, S.Sos., M.Si. (Peneliti LPPSP FISIP UI)
10. Fadly, S.E., M.M. (Peneliti LPPSP FISIP UI)
11. Muklis Abidi, APKASI
12. Teguh A., APEKSI
13. Novel Abdul Gofur, SYSTEMIQ
14. Haricha Tambunan, SYSTEMIQ
15. Guntur Sitorus, Ketua Umum InSWA
16. Boyke W. Triestiyanto, Pendiri BLUD Intan Hijau, Kab. Banjar
17. Sudartoyo Suwito, Konsultan BLUD - Pengelolaan Sampah Kota Bandung
18. Utardi, S.H. (Staf pada Subdit BLUD, Direktorat BUMD, BLUD dan Barang Milik
Daerah, Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri)

Didukung Oleh:
1. Kedutaan Besar Norwegia untuk Indonesia
2. APEKSI
3. APKASI
4. SYSTEMIQ
5. LPPSP FISIP UI

ii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BLU Badan Layanan Umum
BLUD Badan Layanan Umum Daerah
BPKP Badan Pemeriksa Keuangan Pembangunan
DLH Dinas Lingkungan Hidup
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dokumen
DPA Dokumen Pelaksanaan Anggaran
KDH Kepala Daerah
KLHK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

LPE Laporan Perubahan Ekuitas


LO Laporan Operasional
PK Pengelola Keuangan
Perda Peraturan Daerah
Perbup Peraturan Bupati
Permen Peraturan Menteri
Perwali Peraturan Walikota
Permendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri
PMK Peraturan Menteri Keuangan
PNBP Penerimaan Negara Bukan Pajak
PNS Pegawai Negeri Sipil
PP Peraturan Pemerintah
PPK Pejabat Pembuat Komitmen
PPK Pola Pengelolaan Keuangan
PPKD Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
RBA Rencana Bisnis dan Anggaran
Renstra Rencana Strategis
RSB Rencana Strategis Bisnis
Satker Satuan kerja
SDM Sumber Daya Manusia
TPA Tempat Pembuangan Akhir
TPS Tempat Penampungan Sementara
TPS3R Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse,
Recycle)
SOP Standard Operasional Prosedur
SPM Standar Pelayanan Minimal
UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah
UU Undang-Undang

iii
KATA PENGANTAR
MENTERI DALAM NEGERI

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, Pedoman Penyusunan Dokumen Administratif
Penerapan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Pengelolaan Sampah dapat
diselesaikan. Pedoman ini disusun Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah
Kementerian Dalam Negeri bersama Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh
Indonesia (APKASI), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), Indonesia
Solid Waste Association (InSWA), Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sosial dan
Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (LPPSP FISIP-UI),
SYSTEMIQ, akademisi dan praktisi yang berkompeten di bidangnya.
Peningkatan pelayanan publik dalam otonomi daerah, sudah menjadi
keharusan. Salah satunya pada pelayanan pengelolaan sampah yang disediakan oleh
pemerintah daerah. Evolusi peran kelembagaan dari Dinas dengan membentuk Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) merupakan perwujudan semangat untuk
memberikan pelayanan pengelolaan sampah menjadi lebih operasional. Namun
demikian, penerapan UPTD pada pelayanan pengelolaan sampah belum maksimal.
Oleh karena itu, diperlukan tata kelola kelembagaan yang ideal, yang dapat mengelola
pelayanan publik secara dinamis dengan memisahkan peran regulasi dan operasi serta
fleksibel namun tetap dalam koridor regulasi.
Indonesia telah berkomitmen melakukan perbaikan pengelolaan sampah yang
terintegrasi dari hulu sampai hilir sebagaimana telah tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, khususnya Arahan
Presiden tentang pembangunan infrastruktur. Strategi penyediaan infrastruktur
pelayanan dasar diantaranya adalah penyediaan akses sanitasi layak dan aman. Selain
itu, sesuai Kebijakan dan Strategi Nasional (JAKSTRANAS) Tahun 2025, Indonesia
memiliki sejumlah target nasional, diantaranya pengurangan sampah di sumber 30%,
penanganan dan pengurangan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah
tangga 70%, serta pengurangan sampah laut 70%.
Pedoman Penyusunan Dokumen Administratif Penerapan Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) Pengelolaan Sampah, digunakan untuk membantu UPTD
Pengelolaan Sampah di daerah dalam menerapkan BLUD. Dengan diterapkannya
BLUD Pengelolaan Sampah, diharapkan dapat mendorong pengelolaan sampah
menjadi fleksibel dan transparan dalam pengelolaan keuangan yang sehat,
mewujudkan kemandirian dalam kinerja pelayanan, dan manfaat bagi masyarakat.
Akhir kata, kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
terlibat dan ikut membantu dalam penyusunan pedoman ini, semoga Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Kuasa, selalu melindungi kita semua dalam menjalankan tugas.

a.n. Menteri Dalam Negeri


Plh. Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah,

Dr. Drs. A. Fatoni, M.Si.

iv
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Jakarta, 16 Desember 2021

Nomor : 981/9230/Keuda Yth. 1. Gubernur


Sifat : 2. Bupati/Wali Kota
Lampiran : Seluruh Indonesia
Hal : Pedoman Penyusunan di -
Dokumen Administratif Tempat
Penerapan Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD)
Pengelolaan Sampah

Dalam rangka implementasi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sesuai


dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah khususnya penerapan BLUD pada pengelolan sampah
pada pemerintah daerah, disampaikan sebagai berikut:
1. Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah
telah menerbitkan Pedoman Penyusunan Dokumen Administratif Penerapan
BLUD Pengelolaan Sampah.
2. Pedoman tersebut digunakan sebagai acuan terutama terkait dengan tata cara
penyusunan dokumen administratif sebagai persyaratan utama penerapan
BLUD Pengelolaan Sampah, sehingga dalam implementasinya dapat
memberikan layanan secara lebih efektif, efisien, ekonomis dan transparan
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat sejalan dengan
praktek bisnis yang sehat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Dokumen administratif dimaksud terdiri dari: a) surat pernyataan kesanggupan
untuk meningkatkan kinerja; b) pola tata kelola; c) rencana strategis (renstra);
d) standar pelayanan minimal (SPM); e) laporan keuangan atau
prognosis/proyeksi keuangan; dan f) laporan audit terakhir/pernyataan
bersedia untuk diaudit oleh pemeriksa eksternal pemerintah.
4. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan
daerah, Gubernur dan Bupati/Wali Kota melakukan pembinaan dan
pengawasan atas implementasi BLUD Pengelolaan Sampah di daerahnya dan
melaporkan kepada Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
Demikian untuk menjadi perhatian dalam pelaksanaannya.

a.n. Menteri Dalam Negeri


Plh. Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah,

Dr. Drs. A. Fatoni, M.Si.

Tembusan:
Menteri Dalam Negeri.

v
DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN ......................................................................................................................... ii


DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... iv
SURAT EDARAN ....................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 1
1.2 UPTD Pengelolaan Sampah ........................................................................... 2
1.3 Alur pembentukan UPTD................................................................................ 3
1.4 Tujuan.............................................................................................................. 4
1.5 Hasil yang diharapkan .................................................................................... 4
BAB II KONSEP BLUD PENGELOLAAN SAMPAH ................................................................. 5
2.1 Definisi BLUD.................................................................................................. 5
2.2 Landasan Filosofis BLUD .............................................................................. 7
2.3 Keunggulan BLUD Pengelolaan Sampah...................................................... 7
2.4 Sepuluh Fleksibilitas BLUD ........................................................................... 8
2.5 Tujuan dan Asas BLUD Pengelolaan Sampah ............................................ 15
2.6 Manfaat BLUD Pengelolaan Sampah........................................................... 15
BAB III PEMBENTUKAN BLUD PENGELOLAAN SAMPAH ................................................. 16
3.1 Persiapan ...................................................................................................... 16
3.2 Persyaratan Menjadi BLUD Pengelolaan Sampah...................................... 16
3.3 Penilaian BLUD Pengelolaan Sampah ........................................................ 18
BAB IV DOKUMEN POLA TATA KELOLA BLUD PENGELOLAAN SAMPAH....................... 31
4.1. Latar belakang .............................................................................................. 32
4.2. Pengertian Tata Kelola ................................................................................. 32
4.3. Tujuan Penerapan Tata Kelola ..................................................................... 33
4.4. Ruang Lingkup Tata Kelola .......................................................................... 33
4.5. Dasar Hukum Tata Kelola............................................................................. 33
4.6. Perubahan Pola Tata Kelola ......................................................................... 34
4.7. Sistematika Penulisan .................................................................................. 34
BAB V DOKUMEN RENCANA STRATEGIS BLUD PENGELOLAAN SAMPAH .................... 73
5.1. Latar Belakang .............................................................................................. 74
5.2. Pengertian Rencana Strategis ..................................................................... 74
5.3. Tujuan Penyusunan Rencana Strategis ...................................................... 75
5.4. Dasar Hukum Rencana Strategis................................................................. 75
5.5. Sistematika Penulisan .................................................................................. 76

vi
BAB VI PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) TEKNIS
PENGELOLAAN SAMPAH .................................................................................................... 130
6.1 Pendahuluan ............................................................................................... 130
6.1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 130
6.1.2 Tujuan ............................................................................................................. 131
6.1.3 Sistematika Penulisan SPM Teknis Pengelolaan Sampah .......................... 131
6.1.4 Kelengkapan Pedoman .................................................................................. 132
6.2 Tahapan Penyusunan SPM Teknis Pengelolaan Sampah ....................... 132
6.2.1 Persiapan Penyusunan SPM Teknis Pengelolaan Sampah ......................... 132
6.2.2 Pembentukan Tim Penyusun SPM Teknis Pengelolaan Sampah ............... 132
6.2.3 Penyusunan Rencana Kerja/Jadwal Pelaksanaan ....................................... 132
6.2.4 Tugas Dan Tanggung Jawab Anggota Tim Penyusun ................................ 133
6.3 Muatan Bab SPM Teknis Pengelolaan sampah ........................................ 133
6.3.1. Pendahuluan ............................................................................................... 133
6.3.1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 133
6.3.1.2 Tujuan........................................................................................................ 133
6.3.1.3 Lingkup Pelayanan ................................................................................... 134
6.3.1.4 Penerima Pelayanan ................................................................................. 134
6.3.1.5 Landasan Hukum ...................................................................................... 134
6.3.1.6 Kajian Literatur ......................................................................................... 134
6.3.1.7 Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) ...................................... 134
6.3.1.8 Perubahan SPM Teknis Pengelolaan sampah ........................................ 134
6.3.1.9 Persyaratan SPM Teknis Pengelolaan Sampah...................................... 134
6.3.1.10 Sistematika SPM Teknis Pengelolaan Sampah ...................................... 135
6.3.2 Jenis Pelayanan ............................................................................................. 136
6.3.2.1 Penanganan .............................................................................................. 136
6.3.2.1.1 Analisis Jenis Pelayanan ...................................................................... 136
6.3.2.1.2 Pemilahan .............................................................................................. 136
6.3.2.1.3 Pengumpulan......................................................................................... 136
6.3.2.1.4 Pengangkutan........................................................................................ 137
6.3.2.1.5 Pengolahan ............................................................................................ 137
6.3.2.1.6 Pemrosesan Akhir ................................................................................. 137
6.3.3 Mutu Pelayanan .............................................................................................. 137
6.3.3.1 Analisis Mutu Pelayanan .......................................................................... 137
6.3.3.2 Mutu Pelayanan Pengumpulan Sampah ................................................. 139
6.3.3.3 Mutu Pelayanan Pengangkutan Sampah ................................................ 139
6.3.3.4 Mutu Pelayanan Pengolahan Sampah..................................................... 139
6.3.3.5 Mutu Pelayanan Pemrosesan Akhir Sampah .......................................... 139

vii
6.3.4 Rencana Pencapaian ..................................................................................... 139
6.3.4.1 Pengumpulan Data ................................................................................... 139
6.3.4.2 Perhitungan Kebutuhan Barang dan Jasa .............................................. 139
6.3.4.3 Penyusunan Rencana Kerja..................................................................... 139
6.3.4.4 Operasional ............................................................................................... 139
6.3.5 Pembinaan Dan Pengawasan ........................................................................ 140
6.3.6 Penutup........................................................................................................... 140
BAB VII DOKUMEN LAPORAN KEUANGAN POKOKK ....................................................... 177
7.1 Pengantar Laporan Realisasi UPTD Pengelolaan Sampah ...................... 177
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 215

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Presiden No. 97 tahun 2017 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga, berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan
sampah dengan target penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga sebesar 70% dan target pengurangan sampah rumah tangga
dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebesar 30% sampai dengan Tahun 2025.
Tentunya komitmen ini harus dibarengi dengan kerja dan pengembangan kualitas
penanganan sampah di daerah.
Pembangunan dan pengembangan sistem Pengelolaan Sampah yang selama ini
telah dilakukan di daerah antara lain melalui pembangunan seperti Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-
Recycle (TPS3R), diharapkan dapat dimanfaatkan untuk melayani masyarakat dan
berkelanjutan.
Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban untuk mengelola
infrastruktur tersebut sesuai dengan kewenangannya dalam Undang – Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Manfaat infrastruktur Pengelolaan
Sampah akan terasa bagi masyarakat, bila dikelola dengan baik oleh pemerintah
daerah sebagai pelaksana wewenang sesuai peraturan yang ada. Pemerintah daerah
dapat membentuk institusi pengelola yang bertindak sebagai operator pengelola
Pengelolaan Sampah. Bentuk lembaga operator pengelola bergantung pada kondisi
dan kesiapan masing-masing daerah. Beberapa lembaga operator yang dapat dibentuk
oleh pemerintah daerah, antara lain: Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), UPTD
yang menerapkan sistem Badan Layanan Umum Daerah dan Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD)/Perusahaan Daerah.
Beberapa pemerintah daerah telah membentuk UPTD dalam menangani
pekerjaan teknis Pengelolaan Sampah. UPTD diharapkan dapat memberikan layanan
umum di Pengelolaan Sampah kepada masyarakat secara baik. Sebagai salah satu
kelembagaan di bawah pemerintahan, salah satu cara agar peningkatan layanan umum
yang diberikan oleh UPTD tercapai adalah memiliki fleksibilitas dalam lembaga dalam
melakukan kinerjanya. Salah satu caranya adalah menerapkan sistem BLUD dalam
UPTD itu sendiri. Untuk menerapkan BLUD khususnya di Pengelolaan Sampah
diperlukan panduan untuk memenuhi persyaratan dimana BLUD yang memiliki layanan
Pengelolaan Sampah di Indonesia masih sangat minim. Sehingga ada baiknya
disediakan panduan agar UPTD Pengelolaan Sampah yang ingin menerapkan BLUD
dapat memahami cara dan prosedur yang harus dilengkapi. Hal inilah yang menjadi
latar belakang dibuatnya Modul Penyusunan Dokumen Administratif Penerapan Badan
Layanan Umum Daerah Pengelolaan Sampah agar memudahkan para pihak dalam
memahami bentuk kelembagaan pengelola infrastruktur Pengelolaan Sampah, proses
dan penyusunan dokumen pembentukan UPTD, serta proses dan penyusunan
dokumen persyaratan BLUD yang akan menjadi pengelola/operator Pengelolaan
Sampah. Panduan teknis penerapan BLUD ini disusun untuk memudahkan para pihak
dalam memahami alur, proses, syarat dan penyusunan dokumen penerapan BLUD
untuk UPTD Pengelolaan Sampah.

1
1.2 UPTD Pengelolaan Sampah
UPTD Pengelolaan Sampah mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan
teknis Instansi terkait Pengelolaan Sampah. UPTD Pelayanan Pengelolaan Sampah
dibentuk harus memenuhi kriteria seperti yang tertuang pada Pasal 11 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 12 tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan dan
Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (selanjutnya disebut
Permendagri 12/2017) di Pemerintah Provinsi sebagai berikut:
a. Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang
tertentu dari urusan Pemerintahan yang bersifat pelaksanaan dan menjadi
tanggung jawab dari dinas/badan instansi induknya;
b. Penyediaan barang dan/atau jasa yang diperlukan oleh masyarakat dan/atau oleh
perangkat daerah lain yang berlangsung secara terus menerus;
c. Memberikan kontribusi dan manfaat langsung dan nyata kepada masyarakat dan
penyelenggaraan pemerintahan;
d. Tersedianya sumber daya yang meliputi pegawai, pembiayaan, dan infrastruktur;
e. Tersedianya jabatan fungsional teknis sesuai dengan tugas dan fungsi UPTD yang
bersangkutan;
f. Memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan tugas teknis
operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang tertentu; dan
g. Memperhatikan keserasian hubungan antar Pemerintah Provinsi dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota.

Sedangkan untuk UPTD di Pemerintah Kabupaten/Kota harus memenuhi kriteria seperti


yang tertuang pada Pasal 20 Permendagri 12/2017 sebagai berikut:
a. Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang
tertentu dari urusan Pemerintahan yang bersifat pelaksanaan dan menjadi
tanggung jawab dari dinas/badan instansi induknya;
b. Penyediaan barang dan/atau jasa yang diperlukan oleh masyarakat dan/atau oleh
perangkat daerah lain yang berlangsung secara terus menerus;
c. Memberikan kontribusi dan manfaat langsung dan nyata kepada masyarakat dan
penyelenggaraan pemerintahan;
d. Tersedianya sumber daya yang meliputi pegawai, pembiayaan, dan infrastruktur;
e. Tersedianya jabatan fungsional teknis sesuai dengan tugas dan fungsi UPTD yang
bersangkutan; dan
f. Memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan tugas teknis
operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang tertentu.
Klasifikasi UPTD Pengelolaan Sampah pada pemerintah provinsi menurut klasifikasi
UPTD pada Pasal 15 Permendagri 12/2017 terdiri atas:
a. UPTD provinsi kelas A untuk mewadahi beban kerja yang besar; dan
b. UPTD provinsi kelas B untuk mewadahi beban kerja yang kecil.

Penentuan klasifikasi berdasarkan hasil analisis beban kerja dengan ketentuan,


sebagai berikut:
a. UPTD provinsi Kelas A dibentuk apabila:
1. lingkup tugas dan fungsinya meliputi 2 (dua) fungsi atau lebih pada Dinas/Badan
atau wilayah kerjanya lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota; dan

2
2. jumlah beban kerja 15.000 (lima belas ribu) atau lebih jam kerja efektif per tahun
atau lebih
b. UPTD provinsi Kelas B dibentuk apabila:
1. lingkup tugas dan fungsinya hanya 1 (satu) fungsi pada Dinas/Badan atau
wilayah kerjanya hanya 1 (satu) kabupaten/kota; dan
2. jumlah beban kerja antara 6.000 (enam ribu) sampai dengan kurang dari 15.000
(lima belas ribu) jam kerja efektif per tahun.

Klasifikasi pengelolaan sampah pada pemerintah kabupaten/kota menurut klasifikasi


UPTD pada Pasal 24 Permendagri 12/2017 terdiri atas:
a. UPTD kabupaten/kota kelas A untuk mewadahi beban kerja yang besar; dan
b. UPTD kabupaten/kota kelas B untuk mewadahi beban kerja yang kecil.
Penentuan klasifikasi berdasarkan hasil analisis beban kerja dengan ketentuan,
sebagai berikut:
a. UPTD kabupaten/kota Kelas A dibentuk apabila:
1. lingkup tugas dan fungsinya meliputi 2 (dua) fungsi atau lebih pada Dinas/Badan
atau wilayah kerjanya lebih dari 1 (satu) kecamatan; dan
2. jumlah beban kerja 10.000 (sepuluh ribu) atau lebih jam kerja efektif per tahun
atau lebih
b. UPTD kabupaten/kota Kelas B dibentuk apabila:
1. lingkup tugas dan fungsinya hanya 1 (satu) fungsi pada Dinas/Badan atau
wilayah kerjanya hanya 1 (satu) kecamatan; dan
2. jumlah beban kerja antara 5.000 (lima ribu) sampai dengan kurang dari 10.000
(sepuluh ribu) jam kerja efektif per tahun.

1.3 Alur pembentukan UPTD


Dengan mempelajari arahan dari Permendagri 12/2017 tentang pembentukan
UPTD maka alur pembentukan UPTD dapat disusun sebagai berikut:
a. Persiapan: membuat rencana dan jadwal kegiatan pembentukan UPTD,
menentukan pihak-pihak yang akan melaksanakan kegiatan pembentukan UPTD,
melengkapi dokumen-dokumen pelengkap draft peraturan kepala daerah tentang
pembentukan UPTD seperti kajian akademis pembentukan UPTD dan analisis rasio
belanja pegawai.
b. Drafting: menyusun peraturan kepala daerah tentang pembentukan UPTD oleh tim
penyusun yang telah ditentukan para pihaknya dalam rencana kegiatan
pembentukan UPTD.
c. Konsultasi: melakukan konsultasi pembentukan UPTD provinsi kepada Menteri
Dalam Negeri dengan melakukan pembahasan draft peraturan gubernur beserta
dokumen pelengkap seperti kajian akademis pembentukan UPTD dan analisis rasio
belanja pegawai atau konsultasi pembentukan UPTD kabupaten/kota kepada

3
Gubernur dengan melakukan pembahasan draft peraturan bupati/walikota beserta
dokumen pelengkap seperti kajian akademis pembentukan UPTD dan analisis rasio
belanja pegawai.
d. Tindak Lanjut hasil Konsultasi: melakukan perbaikan draft peraturan kepala
daerah tentang pembentukan UPTD berdasarkan hasil konsultasi dengan Menteri
Dalam Negeri atau Gubernur
e. Penetapan peraturan: penetapan peraturan kepala daerah oleh gubernur atau
bupati/walikota setelah melakukan perbaikan hasil konsultasi dengan Menteri Dalam
Negeri atau Gubernur.

1.4 Tujuan
Modul ini membantu pemerintah daerah dalam menyusun dokumen administratif
penerapan Badan Layanan Umum Daerah Pengelolaan Sampah.

1.5 Hasil yang diharapkan


Setelah adanya modul ini, pemerintah daerah dapat lebih paham, mengerti dan
lebih mudah dalam menyusun dokumen administratif BLUD sebagai syarat dalam
membentuk BLUD pada UPTD Pengelolaan Sampah untuk meningkatkan layanan
umum di daerahnya.

Dok: SYSTEMIQ

4
BAB II
KONSEP BLUD PENGELOLAAN SAMPAH

2.1 Definisi BLUD


Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum yang diubah dengan peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang
Badan Layanan Umum Daerah (selanjutnya disebut Permendagri 79/2018) dimana
memberikan peluang UPTD Pengelolaan Sampah untuk menerapkan BLUD yang
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaannya.
Sesuai dengan Permendagri 79/2018 menyebutkan bahwa Badan Layanan
Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah sistem yang diterapkan oleh
unit pelaksana teknis dinas/badan daerah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai
pengecualian dari ketentuan pengelolaan daerah pada umumnya.
Ada beberapa hal yang menjadi pembeda ketika suatu UPTD telah menerapkan
BLUD, sebagai berikut:

Tabel 1. Perbandingan Berbagai Bentuk Organisasi Penyelenggara Layanan


Pengelolaan Sampah
Aspek PERANGKAT UPTD-BLUD BUMD
DAERAH (UPTD)
Pendapatan Masuk Kas Umum Masuk Rek Kas BLUD Masuk Rek Kas BUMD
Daerah
Tidak boleh langsung Boleh langsung Boleh langsung
digunakan digunakan digunakan
APBD Bukan APBD merupakan APBD merupakan
merupakan pendapatan “Penyertaan Modal”
Pendapatan
APBD merupakan Kewajiban PEMDA Tidak tergantung
kewajiban PEMDA masih ada APBD
Penetapan SKPD ditetapkan Penetapan BLUD PERDA
Kelembagaan melalui PERDA dengan Keputusan
Gubernur /
UPTD ditetapkan Walikota/ Bupati
melalui Peraturan
Gubernur / Walikota/
Bupati
Belanja Tidak boleh melebihi Boleh melebihi Diatur sendiri
PAGU PAGU (ada ambang
batas), tercantum
dalam Rencana
Bisnis Anggaran
(RBA) dan DPA

5
Utang & Tidak Boleh melakukan Boleh melakukan Boleh melakukan
Piutang utang & piutang Utang & piutang, utang dan piutang
- pinjaman jangka
panjang dengan
persetujuan
Gubernur / Walikota/
Bupati
Investasi Tidak boleh melakukan Boleh melakukan Boleh melakukan
investasi investasi, investasi
Investasi jangka
panjang dengan
persetujuan
Gubernur /
Walikota/ Bupati
Pengadaan Perpres Nomor 16/ Dapat tidak dengan Diatur sendiri
Barang dan 2018 dengan Perpres Nomor 16/
Jasa perubahannya 2018, untuk
pendapatan non
APBD
Pengelolaan Tidak boleh Boleh menghapus Diatur sendiri, dengan
barang menghapus Aset aset tidak tetap, tetap mengikuti
penghapusan aset peraturan
tetap mengikuti
peraturan yang
berlaku
Pegawai ASN ASN dan Non ASN Non ASN
sesuai kebutuhan,
profesionalisme,
dan kemampuan
keuangan
Dewan Tidak ada Dewan Dimungkinkan ada Badan Pengawas
Pengawas Pengawas Dewan Pengawas,
tergantung Aset/
Omset
Remunerasi Mengikuti penggajian Sesuai Diatur tersendiri,
PNS, bersumber APBD tanggungjawab & bersumber dari jasa
capaian kinerja, layanan
PNS bersumber
APBD dan jasa
layanan, Non PNS
bersumber dari jasa
layanan
Tarif/ retribusi PERDA Peraturan Gubernur Peraturan Gubernur /
/ Walikota/ Bupati Walikota/ Bupati

Laporan Standar Akuntansi Standar Akuntansi Standar Akuntansi


Keuangan Pemerintahan (SAP) Pemerintahan Keuangan (SAK)
(SAP) khususnya
PSAP 13

6
Bagian laporan Bagian laporan Dilampirkan dalam
keuangan SKPD /keuangan SKPD / laporan keuangan
PEMDA PEMDA dan PEMDA
Laporan Keuangan
BLUD sendiri
Sumber: Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan
Sampah. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat : 2015. Diolah
kembali.

2.2 Landasan Filosofis BLUD


a. Undang Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga
f. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2019 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2020 tentang
Pengelolaan Sampah Spesifik
i. Peraturan Menteri Dalam Negeri 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah.
j. Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Perangkat Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota.
k. Peraturan Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Unit Pelaksana
Teknis Pada Dinas dan Badan di Provinsi/Kabupaten/Kota.

2.3 Keunggulan BLUD Pengelolaan Sampah


a. Fleksibilitas
Keleluasaan dalam pengelolaan keuangan dengan menerapkan praktek bisnis
yang sehat untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat tanpa mencari
keuntungan dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan masyarakat.
b. Praktek bisnis yang sehat.
c. Penyelenggara fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang
baik dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, berkesinambungan dan
berdaya saing.

7
Gambar 1. Hak dan Kewajiban BLUD

2.4 Sepuluh Fleksibilitas BLUD


Ada 10 fleksibilitas yang dimiliki oleh BLUD agar dapat memberikan layanan
umum secara efektif dan efisien, dimana semuanya tetap harus diatur dalam
ketentuan peraturan kepala daerah. Berikut adalah fleksibilitas yang dimiliki BLUD:
a. Pengelolaan Pendapatan
Pengaturan umum keuangan negara termasuk keuangan daerah diatur dari
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yaitu pada
Pasal 3 ayat (1) yang menjelaskan bahwa Keuangan Negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan. Kemudian pengaturan penerimaan dan pengeluaran daerah
dijelaskan dalam Pasal 3 ayat (6) yaitu semua penerimaan yang menjadi hak
dan pengeluaran yang menjadi kewajiban daerah dalam tahun anggaran
yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD. Pengaturan tersebut
dirinci kembali oleh Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dimana pada Pasal 13 ayat (2) diatur bahwa semua
penerimaan dan pengeluaran daerah dilakukan melalui Rekening Kas Umum
Daerah. Kemudian pada Pasal 16 ayat (2) dijelaskan bahwa penerimaan
harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerah pada waktunya yang
selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah, selanjutnya Pasal 16 ayat (3)
menjelaskan penerimaan kementerian negara/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah tidak boleh digunakan langsung untuk membiayai
pengeluaran.

Pengaturan pendapatan untuk di pemerintah daerah diatur dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
pada pasal 120 ayat (1) yang menjelaskan bahwa semua Penerimaan dan
Pengeluaran Daerah dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui
Rekening Kas Umum Daerah yang dikelola oleh BUD. Kemudian pada ayat
(2) dijelaskan bahwa dalam hal Penerimaan dan Pengeluaran Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan tidak dilakukan melalui Rekening Kas Umum Daerah,
BUD melakukan pencatatan dan pengesahan Penerimaan dan Pengeluaran
Daerah tersebut. Pengaturan di perangkat daerah diatur pada pasal 123 yang
berbunyi Penerimaan perangkat daerah yang merupakan Penerimaan
Daerah tidak dapat dipergunakan langsung untuk pengeluaran, kecuali
ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengaturan ini juga kembali diulang di Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan

8
Daerah pada lampirannya di Bab V tentang Pelaksanaan dan Penatausahaan
pada huruf A Kerangka Pengaturan dalam pelaksanaan dan penatausahaan
keuangan daerah.

Berdasarkan pengaturan penerimaan daerah berupa pendapatan daerah


pada ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa pada dasarnya semua pendapatan disetor ke Rekening
Kas Umum Daerah, kecuali ditentukan lain dalam sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Penentuan lain tersebut adalah fleksibilitas
BLUD terkait pendapatan karena pendapatan BLUD akan masuk ke rekening
Kas BLUD, dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya, kemudian BUD
melakukan pencatatan dan pengesahan Penerimaan dan Pengeluaran
Daerah tersebut.

b. Pengelolaan Belanja
Pengelolaan belanja BLUD diberikan fleksibilitas dengan mempertimbangkan
volume kegiatan pelayanan. Fleksibilitas tersebut merupakan belanja yang
disesuaikan dengan perubahan pendapatan dalam ambang batas RBA dan
DPA yang telah ditetapkan secara definitif. Fleksibilitas tersebut dapat
dilaksanakan terhadap belanja BLUD yang bersumber dari pendapatan
BLUD. Ambang batas pada RBA dan DPA merupakan besaran persentase
realisasi belanja yang diperkenankan melampaui anggaran dalam RBA dan
DPA. Dalam hal belanja BLUD melampaui ambang batas pun belanja dapat
direalisasikan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan kepala daerah.

c. Pengadaan Barang dan/atau Jasa BLUD


Pada Pasal 76 Permendagri 79/2018 dijelaskan bahwa pengadaan barang
dan/atau jasa pada BLUD yang bersumber dari APBD dilaksanakan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pengadaan barang/jasa pemerintah dalam hal ini Peraturan Presiden Nomor
16 tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana
yang telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2021
(selanjutnya disebut Perpres No.16/2018). Kemudian pada Pasal 77
dijelaskan bahwa pengadaan barang dan/atau jasa pada BLUD yang
bersumber dari pendapatan BLUD, diberikan fleksibilitas berupa pembebasan
sebagian atau seluruhnya dari ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pengadaan barang dan/atau jasa pemerintah. Ketentuan lebih
lanjut mengenai pengadaan barang dan/atau jasa yang berasal dari
pendapatan BLUD diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Peraturan
Kepala Daerah tersebut bertujuan untuk menjamin ketersediaan barang
dan/atau jasa yang lebih bermutu, lebih murah, proses pengadaan yang
sederhana, cepat serta mudah menyesuaikan dengan kebutuhan untuk
mendukung kelancaran pelayanan BLUD.
Permendagri Nomor 79/2018 tersebut menegaskan bahwa pengadaan
barang dan jasa dari pendapatan BLUD tidak mengacu pada Peraturan
Presiden Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dimana hal ini berbeda
dengan SKPD atau Unit Kerja yang tidak menerapkan BLUD. Pasal 61 Ayat
(1) dan Ayat (2) Perpres No.16/2018 menegaskan hal tersebut dimana
dikecualikan dari ketentuan dalam Peraturan Presiden ini adalah
Pengadaaan Barang/Jasa:

9
1) Pada Badan Layanan Umum;
2) Yang dilaksanakan berdasarkan tarif yang dipublikasikan secara luas
kepada masyarakat;
3) Yang dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis yang sudah mapan;
dan/atau
4) Yang diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
5) Pengadaan barang dan/atau jasa pada BLUD yang bersumber dari APBD
dilaksanakan berdasarkan ketentuan perundang-undangan lainnya.

d. Pengelolaan Utang Piutang


Pada Pasal 84 Permendagri Nomor 79/2018 dijelaskan bahwa BLUD
mengelola piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, dan/atau
transaksi yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan
BLUD. BLUD melaksanakan penagihan piutang pada saat piutang jatuh
tempo, dilengkapi administrasi penagihan. Dalam hal piutang sulit tertagih,
penagihan piutang diserahkan kepada kepala daerah dengan melampirkan
bukti yang sah. Pasal 85 menjelaskan bahwa piutang dapat dihapus secara
mutlak atau bersyarat dimana tata cara penghapusan piutang diatur dengan
Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 86 Permendagri Nomor 79/2018 menjelaskan BLUD dapat melakukan
utang/pinjaman sehubungan dengan kegiatan operasional dan/atau perikatan
pinjaman dengan pihak lain. Pasal 86 menjelaskan lebih lanjut bahwa
utang/pinjaman tersebut dapat berupa utang/pinjaman jangka pendek atau
utang/ pinjaman jangka panjang. Pasal 87 menjelaskan utang/pinjaman
jangka pendek merupakan utang/pinjaman yang memberikan manfaat kurang
dari 1 (satu) tahun yang timbul karena kegiatan operasional dan/atau yang
diperoleh dengan tujuan untuk menutup selisih antara jumlah kas yang
tersedia ditambah proyeksi jumlah penerimaan kas dengan proyeksi jumlah
pengeluaran kas dalam 1 (satu) tahun anggaran. Pembayaran
utang/pinjaman jangka pendek merupakan kewajiban pembayaran kembali
utang/pinjaman yang harus dilunasi dalam tahun anggaran berkenaan.
Utang/pinjaman jangka pendek dibuat dalam bentuk perjanjian
utang/pinjaman yang ditandatangani oleh pemimpin BLUD dan pemberi
utang/pinjaman. Pembayaran kembali utang/pinjaman jangka pendek menjadi
tanggung jawab BLUD. Mekanisme pengajuan utang/pinjaman jangka
pendek harus diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Pasal 88 mengatur
bahwa BLUD wajib membayar bunga dan pokok utang/pinjaman jangka
pendek yang telah jatuh tempo. Pemimpin BLUD juga dapat melakukan
pelampauan pembayaran bunga dan pokok sepanjang tidak melebihi nilai
ambang batas yang telah ditetapkan dalam RBA.

Pasal 88 mengatur utang/pinjaman jangka panjang yang merupakan


utang/pinjaman yang memberikan manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dengan
masa pembayaran kembali atas utang/pinjaman tersebut lebih dari 1 (satu)
tahun anggaran. Utang/pinjaman jangka panjang hanya untuk pengeluaran
belanja modal. Pembayaran utang/pinjaman jangka panjang merupakan
kewajiban pembayaran kembali utang/pinjaman yang meliputi pokok
utang/pinjaman, bunga dan biaya lain yang harus dilunasi pada tahun
anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian utang/pinjaman

10
yang bersangkutan. Mekanisme pengajuan utang/pinjaman jangka panjang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Tarif BLUD
Tarif layanan diatur dalam Pasal 81 sampai dengan pasal 83 Permendagri
79/2018. Pasal 81 Permendagri 79/2018 menjelaskan bahwa BLUD
mengenakan Tarif Layanan sebagai imbalan atas penyediaan layanan
barang/jasa kepada masyarakat. Tarif Layanan berupa besaran Tarif
dan/atau pola Tarif yang disusun atas dasar:
1) Perhitungan biaya per unit layanan
Tarif Layanan yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan
bertujuan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan barang/jasa atas layanan yang
disediakan oleh BLUD
2) Hasil per investasi dana.
Tarif Layanan yang disusun atas dasar hasil per investasi dana
merupakan perhitungan Tarif yang menggambarkan tingkat pengembalian
dari investasi yang dilakukan oleh BLUD selama periode tertentu. Tarif
Layanan ini hanya diperuntukkan bagi BLUD yang mengelola dana.

Dalam hal penyusunan Tarif tidak dapat disusun dan ditetapkan atas
perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana, Tarif dapat
ditetapkan dengan perhitungan atau penetapan lain yang berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 82 menjelaskan tentang besaran Tarif merupakan penyusunan Tarif
dalam bentuk:
1) nilai nominal uang; dan/atau
2) persentase atas harga patokan, indeks harga, kurs, pendapatan
kotor/bersih, dan/atau penjualan kotor/bersih.

Sedangkan Pola Tarif merupakan penyusunan Tarif Layanan dalam bentuk


formula. Selanjutnya Pasal 83 menerangkan bahwa Pemimpin BLUD
menyusun Tarif Layanan BLUD dengan mempertimbangkan aspek
kontinuitas, pengembangan layanan, kebutuhan, daya beli masyarakat, asas
keadilan dan kepatutan, dan kompetisi yang sehat dalam penetapan besaran
Tarif Layanan yang dikenakan kepada masyarakat serta batas waktu
penetapan Tarif. Pemimpin mengusulkan Tarif Layanan BLUD kepada kepala
daerah. Usulan Tarif Layanan dapat berupa usulan Tarif Layanan baru
dan/atau usulan perubahan Tarif Layanan. Usulan Tarif Layanan dilakukan
secara keseluruhan atau per unit layanan. Untuk penyusunan Tarif Layanan
BLUD, pemimpin dapat membentuk tim yang keanggotaannya berasal dari:
1) SKPD yang membidangi kegiatan BLUD;
2) SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah;
3) unsur perguruan tinggi; dan
4) lembaga profesi.

Tarif Layanan yang sudah disusun diatur dengan peraturan kepala daerah
dan disampaikan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hal ini
berbeda dengan SKPD atau UPTD yang belum menerapkan BLUD dimana
tarif ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) sebagaimana yang diatur

11
pada Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku umum seperti Undang-
undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah:
dimana semua pembebanan pada masyarakat ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.

f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia


Berdasarkan Pasal 3 Permendagri No. 79/2018, sumber daya manusia BLUD
terdiri atas:
1) Pejabat pengelola dan pegawai. Pejabat pengelola ini bertanggungjawab
terhadap kinerja umum operasional, pelaksanaan kebijakan dan
keuangan BLUD dalam pemberian layanan. Pegawai sendiri berperan
untuk menyelenggarakan kegiatan untuk mendukung kinerja BLUD.
2) Pejabat Pengelola dan pegawai BLUD berasal dari PNS dan/atau
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K), BLUD dapat
mengangkat Pejabat pengelola dan pegawai selain PNS maupun P3K dari
professional lainnya.
3) Pengangkatan tenaga profesional lainnya ini harus didasarkan pada
kebutuhan dari BLUD itu sendiri, profesionalitas tenaga kerja tersebut dan
juga didasarkan pada pertimbangan kemampuan keuangan BLUD. Prinsip
pengangkatan tenaga profesional ini juga didasarkan pada prinsip
efisiensi, ekonomis dan produktifitas dalam mendukung peningkatan
pelayanan BLUD.
4) Tenaga kerja profesional lainnya ini dapat dipekerjakan secara tetap
maupun kontrak.
5) Untuk pejabat pengelola yang berasal dari profesional lainnya dapat
diangkat untuk masa jabatan paling lama 5 tahun dan dapat diangkat
kembali satu kali untuk periode masa jabatan berikutnya. Pengangkatan
kembali ini paling tinggi berusia 60 tahun.
6) Pengadaan Pejabat Pengelola dan pegawai yang berasal dari profesional
lainnya ini dilaksanakan sesuai dengan jumlah dan komposisi yang telah
disetujui oleh PPKD.
Pasal 4 menjelaskan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan,
persyaratan, pengangkatan, penempatan, batas usia, masa kerja, hak,
kewajiban dan pemberhentian Pejabat Pengelola dan pegawai yang berasal
dari tenaga profesional lainnya diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

g. Kerja Sama
Berbeda dengan SKPD atau UPTD yang belum menerapkan BLUD,
sebagaimana diatur dalam pasal 90 Permendagri Nomor 79/2018 BLUD
dapat melakukan kerjasama-kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan. Berdasarkan prinsip
kerjasama ekonomis, efektif, efisien, dan saling menguntungkan. Kerjasama
dengan pihak lain tersebut , meliputi: kerjasama operasional; dan
pemanfaatan barang milik daerah.

Kerjasama operasional dilakukan melalui pengelolaan manajemen dan


proses operasional secara bersama dengan mitra kerjasama dengan tidak
menggunakan barang milik daerah (BMD). Kerjasama pemanfaatan barang
milik daerah (BMD), dilakukan melalui pendayagunaan dan/atau optimalisasi
BMD dengan tidak mengubah status kepemilikan untuk memperoleh

12
pendapatan dan tidak mengurangi kualitas pelayanan umum yang menjadi
kewajiban BLUD. Pendapatan yang berasal dari pemanfaatan BMD yang
sepenuhnya untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi kegiatan
BLUD yang bersangkutan. Pemanfaatan barang milik daerah tersebut juga
harus mengikuti peraturan perundang-undangan.

Tata cara kerja sama BLUD dengan pihak lain diatur dengan Peraturan
Kepala Daerah. Pelaksanaan kerjasama BLUD tersebut juga dibuat dalam
bentuk perjanjian

h. Investasi
BLUD berdasarkan pasal 92 Permendagri 79/2018 dapat melakukan
investasi jangka pendek sepanjang memberi manfaat bagi peningkatan
pendapatan dan pelayanan masyarakat. serta tidak mengganggu likuiditas
keuangan BLUD dengan tetap memperhatikan rencana pengeluaran.
Pengertian investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera
dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 bulan. Bentuk investasi
jangka pendek berupa deposito pada bank umum dengan jangka waktu 3
bulan sampai dengan 12 bulan dan/atau yang dapat diperpanjang secara
otomatis surat berharga negara jangka pendek. Karakteristik investasi jangka
pendek dapat segera diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan untuk manajemen
kas dan merupakan instrumen keuangan dengan risiko rendah. Pengelolaan
investasi BLUD juga harus diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

i. Remunerasi
Pasal 23 Permendagri 79/2018 menjelaskan bahwa pejabat pengelola dan
pegawai BLUD diberikan remunerasi sesuai dengan tanggungjawab dan
profesionalisme. Remunerasi merupakan imbalan kerja yang diberikan dalam
komponen: gaji, tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus atas prestasi,
pesangon, dan/atau pensiun. Komponen remunerasi antara lain:
1) Gaji yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tetap setiap bulan;
2) Tunjangan tetap yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tambahan
pendapatan di luar gaji setiap bulan;
3) Insentif yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tambahan
pendapatan diluar gaji;
4) Bonus atas prestasi yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat
tambahan pendapatan diluar gaji, tunjangan tetap dan insentif, atas
prestasi kerja BLUD yang dapat diberikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun anggaran setelah BLUD memenuhi syarat tertentu;
5) Pesangon yaitu imbalan kerja berupa uang santunan purna jabatan sesuai
kemampuan keuangan BLUD; dan/atau
6) Pensiun yaitu imbalan kerja berupa uang.

Pasal 24 menjelaskan bahwa remunerasi diatur dengan peraturan kepala


daerah berdasarkan usulan pemimpin. Pengaturan remunerasi dalam
peraturan kepala daerah mempertimbangkan prinsip proporsionalitas,
kesetaraan, kepatutan, kewajaran dan kinerja. Selain mempertimbangkan
prinsip-prinsip tersebut, pengaturan remunerasi dapat memperhatikan indeks
harga daerah/wilayah. Untuk mengatur remunerasi BLUD, kepala daerah
dapat membentuk tim yang keanggotaannya dapat berasal dari unsur:

13
1) SKPD yang membidangi kegiatan BLUD;
2) SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah;
3) perguruan tinggi; dan
4) lembaga profesi.
Tim tersebut harus ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

j. SiLPA dan Defisit Anggaran.


Pasal 95 Permendagri 79/2018 menjelaskan bahwa Sisa lebih perhitungan
anggaran (SiLPA) BLUD merupakan selisih lebih antara realisasi penerimaan
dan pengeluaran selama 1 tahun anggaran (dihitung berdasarkan laporan
realisasi anggaran pada 1 periode anggaran). Selisih ini dapat digunakan
dalam tahun anggaran berikutnya. Kecuali atas perintah Kepala Daerah
disetorkan sebagian atau seluruhnya ke kas daerah dengan
mempertimbangkan posisi likuiditas dan rencana pengeluaran BLUD.
Pemanfaatan SiLPA dalam tahun berikutnya, dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas yang digunakan untuk membiayai program
dan kegiatan harus melalui mekanisme APBD. Pemanfaatan SiLPA dalam
tahun berikutnya, jika dalam kondisi mendesak dapat mendahului APBD.
Kondisi mendesak yang dimaksud yaitu pelayanan dasar masyarakat yang
anggarannya belum tersedia dan/atau belum cukup anggarannya pada tahun
anggaran berjalan dan keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda
akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan
masyarakat.

Dalam hal anggaran BLUD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk


menutupi defisit tersebut antara lain dapat bersumber dari SiLPA tahun
anggaran sebelumnya dan penerimaan pinjaman. Pengelolaan SiLPA BLUD
ini harus diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

Gambar 2. Fleksibilitas BLUD

14
2.5 Tujuan dan Asas BLUD Pengelolaan Sampah
1. Memberikan layanan umum secara lebih efektif, efisien, ekonomis, transparan
dan bertanggung jawab dgn memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan
manfaat sejalan dengan praktek bisnis yang sehat, yang pengelolaannya
dilakukan berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh Kepala Daerah
(KDH).
2. Dibentuk untuk membantu pencapaian tujuan Pemda, dengan status 15ubli
tidak terpisah dari Pemda
3. Kepala Daerah bertanggung jawab atas kebijakan penyelenggaraan
pelayanan umum
4. Pengelola BLUD bertanggung jawab atas pelaksanaan pemberian layanan
umum
5. Dalam melaksanakan tujuan, BLUD diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangannya.
6. Pengelolaan keuangan BLUD merupakan bagian dari pengelolaan keuangan
daerah.

2.6 Manfaat BLUD Pengelolaan Sampah


Meningkatkan pelayanan umum di pengelolaan sampah dan mendukung kebijakan
pemerintah untuk penanganan dan pengurangan timbulan sampah di daerah.

15
BAB III
PEMBENTUKAN BLUD PENGELOLAAN SAMPAH

3.1 Persiapan
Sesuai dengan Permendagri No.79 tahun 2018, syarat yang harus dipenuhi untuk
menerapkan BLUD yang utama adalah harus ada lembaga teknis/badan. Ada 3
tahapan untuk dapat menerapkan BLUD, sebagai berikut:
1. Persiapan: kepala UPTD mengajukan pembentukan BLUD kepada kepala dinas
dengan melampirkan persyaratan administrasi.
2. Penilaian: Gubernur/Bupati/Walikota membentuk tim untuk memberikan penilaian
atas pengajuan pembentukan BLUD tidak lebih dari 3 bulan. Hasil dari penilaian ini
akan disampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota sebagai pertimbangan untuk
menyetujui atau menolak.
3. Pengesahan peraturan: pembentukan BLUD ditetapkan oleh Keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan hasil penilaian.

Gambar 3: Alur dan Langkah Penerapan BLUD

3.2 Persyaratan Menjadi BLUD Pengelolaan Sampah


Sesuai dengan Permendagri No.79 tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum
Daerah menyebutkan ada 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi oleh unit pelaksana
teknis/badan untuk dapat menerapkan BLUD. Ketiga syarat tersebut sebagai
berikut:
a. Syarat Substantif
Terpenuhi apabila tugas dan fungsi UPTD bersifat operasional dalam
menyelenggarakan layanan umum yang menghasilkan semi barang/jasa
publik. Layanan umum berhubungan dengan:

16
1. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum diutamakan untuk
pelayanan kesehatan tidak termasuk penyediaan jasa layanan umum
yang berkaitan dengan pajak daerah, retribusi perizinan tertentu dan
perizinan;
2. Pengelolaan dana khusus untuk meningkatkan ekonomi dan/atau layanan
kepada masyarakat meliputi:
a) Dana bergulir untuk usaha mikro, kecil dan menengah; dan
b) Dana perumahan
dan/atau
3. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau layanan umum antara lain kawasan
pengembangan ekonomi terpadu.

Gambar 4. Syarat Substantif


b. Syarat Teknis
Persyaratan teknis agar dapat menjadi BLUD terpenuhi apabila:
1. Karakteristik tugas dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan
Daerah dalam memberikan pelayanan lebih layak apabila dikelola
dengan menerapkan BLUD, sehingga dapat meningkatkan pencapaian
target keberhasilan.
Kriteria layak tersebut, meliputi:
a) memiliki potensi untuk meningkatkan penyelenggaraan pelayanan
secara efektif, efisien, dan produktif; dan
b) memiliki spesifikasi teknis yang terkait langsung dengan layanan
umum kepada masyarakat
2. Berpotensi meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kinerja
keuangan apabila dikelola dengan menerapkan BLUD.
Kriteria berpotensi meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan
kinerja keuangan, meliputi:
a) perkiraan rencana pengembangan yang dilihat, misalnya dari
peningkatan/diversifikasi unit layanan, jumlah konsumen dan tingkat
kepuasan konsumen; dan
b) perhitungan/rencana peningkatan pendapatan dalam beberapa tahun
yang akan datang dengan ditetapkannya menjadi BLUD.
Kewenangan untuk memberikan rekomendasi atas penerapan BLUD
dilaksanakan oleh kepala SKPD melalui sekretaris daerah untuk Unit
Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah yang akan menerapkan BLUD

17
Gambar 5. Syarat Teknis

c. Syarat Administratif
Persyaratan administratif terpenuhi apabila Unit Pelaksana Teknis
Dinas/Badan Daerah membuat dan menyampaikan dokumen, meliputi:
1. Surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja.
2. Pola tata kelola
3. Rencana strategis
4. Standar Pelayanan Minimal
5. Laporan keuangan pokok
6. Laporan audit terakhir/ pernyataan bersedia untuk diaudit oleh pemeriksa
eksternal pemerintah.

Format Dokumen Surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan


kinerja dan Pernyataan bersedia untuk diaudit oleh pemeriksa eksternal
pemerintah dapat mengikuti contoh format yang terdapat pada lampiran
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah.

3.3 Penilaian BLUD Pengelolaan Sampah


Terkait proses penilaian, Bupati/Walikota membentuk tim untuk memberikan
penilaian atas pengajuan pembentukan BLUD tidak lebih dari 3 bulan. Hasil dari
penilaian ini akan disampaikan kepada Bupati/Walikota sebagai pertimbangan
untuk menyetujui atau menolak penerapan BLUD pada suatu UPTD.

a. Tim Penilai
Salah satu tahap pembentukan BLUD adalah penilaian atas permohonan
pembentukan BLUD yang dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD). Adapun tahap penilaian ini dilakukan oleh Tim Penilai yang
dibentuk oleh kepala daerah, dimana terdiri dari:
1. Sekretaris daerah sebagai ketua
2. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai sekretaris
3. Kepala SKPD yang membidangi kegiatan BLUD sebagai anggota
4. Kepala SKPD yang membidangi perencanaan pembangunan daerah
sebagai anggota

18
5. Kepala SKPD yang membidangi pengawasan di pemerintah daerah sebagai
anggota
Apabila diperlukan, tim penilai dapat melibatkan tenaga ahli yang berkompeten di
bidangnya

b. Tata Tertib Tim Penilai


Tata tertib Tim Penilai dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Tim Penilai wajib hadir dalam rapat penilaian.
2. Dalam hal anggota Tim Penilai berhalangan hadir, anggota Tim Penilai
tersebut dapat menunjuk pengganti yang memiliki kompetensi di bidangnya
dan pendapat yang disampaikan oleh pengganti dianggap mewakili anggota
Tim Penilai yang bersangkutan.
3. TIm Penilai yang tidak hadir dan tidak menunjuk pengganti dianggap
menyetujui keputusan yang diambil dalam rapat penilaian.
4. Dalam hal terjadi perbedaan pendapat, keputusan diambil berdasarkan
musyawarah/mufakat. Jika tidak dapat diputuskan dengan
musyawarah/mufakat, maka dilakukan pemungutan suara yang disetujui
paling sedikit setengah dari jumlah Tim Penilai yang hadir ditambah 1 (satu)
suara.
5. Tim Penilai atau pengganti yang ditunjuk, wajib menandatangani Berita
Acara Hasil Penilaian.

19
Tabel 2. Penilaian Dokumen Syarat Administrasi Penerapan BLUD

No. Dokumen Administratif Nilai Bobot Indikator Unsur yang dinilai Nilai per Bobot Hasil Nilai akhir
yang dinilai Dokumen unsur per penilaian (8x3)
(skala 1- unsur per
10) unsur
(6x7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pernyataan kesanggupan 5% Adanya pernyataan a. Kesesuaian dengan 2,0
untuk meningkatkan kerja kesanggupan untuk Format yang ditetapkan
meningkatkan dalam Peraturan Menteri
kinerja Dalam Negeri No.
79/2018
b. Ditandatangani oleh 8,0
Kepala UPTD dan
diketahui oleh Kepala
SKPD
Sub Total (1) 10,0
2 Pola tata kelola 20% Adanya kebijakan- a. Kelembagaan 1,0
kebijakan mengenai b. Prosedur kerja 2,0
organisasi dan tata (akuntabilitas berbasis
laksana kinerja)
c. Pengelompokan fungsi 2,0
(akuntabilitas berbasis
kinerja)
d. Pengelolaan SDM 2,0
(pengadaan persyaratan,
pengangkatan,
penempatan, batas usia,
masa kerja, hak,
kewajiban, termasuk
sistem reward dan
punishment, serta
pemberhentian (PHK))
Adanya pengesahan Peraturan Kepala Daerah 3,0
oleh kepala daerah
Sub Total (2) 10,0

20
3 Rencana Strategis 30% Adanya pernyataan Pernyataan visi dan misi 1,0
(Renstra) Visi dan Misi
Tergambarnya a. Kesesuaian dengan 1,0
strategi dan arah Renstra SKPD dan
kebijakan RPJMD
b. Kesesuaian visi, misi, 1,0
program dengan
pencapaian kinerja
(kinerja layanan, kinerja
keuangan dan kinerja
manfaat)
Rencana program a. Indikator kinerja 1,0
dan kegiatan b. Target kinerja 1,0
Rencana keuangan a. Program kegiatan dan 1,0
dan pengembangan pendanaan
layanan b. Penanggung jawab 0,5
program
c. Prosedur pelaksanaan 0,5
program
Adanya pengesahan Peraturan kepala daerah 3,0
oleh Kepala Daerah
Sub Total (3) 10,0
4 Standar Pelayanan Minimal 20% SPM yang sesuai a. Fokus 1,0
(SPM) dengan jenis dan
b. Terukur 1,0
mutu pelayanan
c. Dapat dicapai 0,5
d. Relevan dan dapat 1,0
diandalkan
e. Kerangka waktu 0,5
Kelengkapan dan Kelengkapan jenis 1,0
kesesuaian jenis pelayanan sesuai dengan
dan target kinerja SPM yang diberlakukan
Keterkaitan antara Kaitan antara SPM dengan 2,0
SPM dengan Renstra dan anggaran
Renstra dan tahunan
Anggaran
Adanya pengesahan Peraturan Kepala Daerah 3,0
dari kepala daerah

21
Sub Total (4) 10,0
5a Laporan Keuangan (Untuk 20% Laporan Realisasi LRA sesuai dengan SAP 2,0
SKPD yang sudah Anggaran (LRA)
mempunyai UPTD) Laporan Neraca Neraca sesuai dengan SAP 2,0
Laporan LO sesuai dengan SAP 2,0
Operasional (LO)
Laporan Perubahan LPE sesuai dengan SAP 2,0
Ekuitas (LPE)
Catatan atas CaLK sesuai dengan SAP 2,0
Laporan Keuangan
5b Prognosis/Proyeksi 20% Laporan Realisasi LRA sesuai dengan sistem 5,0
Keuangan (Untuk SKPD Anggaran (LRA) perencanaan dan
belum mempunyai UPTD) penganggaran yang
diterapkan oleh Pemda
Laporan LO sesuai dengan sistem 5,0
Operasional (LO) perencanaan dan
penganggaran yang
diterapkan oleh Pemda
Sub total (5) 10,0
6 Laporan Audit terakhir atau 5% Adanya hasil audit Hasil audit tahun terakhir 10
pernyataan bersedia untuk oleh BPK sebelum
diaudit oleh pemeriksa mengajukan untuk
eksternal Pemda sesuai menerapkan BLUD
ketentuan perundang- Atau
undangan Adanya pernyataan a. Kesesuaian dengan 2,0
bersedia untuk format yang ditetapkan
diaudit oleh dalam Peraturan
pemeriksa eksternal Menteri Dalam Negeri
Pemda sesuai Nomor 79/2018 tentang
dengan ketentuan Badan Layanan Umum
perundang- Daerah
undangan b. Ditandatangani oleh 8,0
kepala UPTD dan
diketahui oleh kepala
SKPD

Sub Total (6) 10,0

22
b. Unsur yang dinilai

Tabel 3. Penilaian Unsur Dokumen Syarat Administrasi Penerapan BLUD

No Unsur yang dinilai Defenisi Operasional Nilai


1 Surat pernyataan kesanggupan untuk Format yang sudah terisi lengkap dan Jika ditandatangani 10
meningkatkan kinerja sesuai dengan format ditandatangani oleh Kepala UPTD dan Jika tidak ditandatangani
yang ditetapkan dalam PMDN No. 79/2018 diketahui oleh Kepala SKPD
0
tentang BLUD dan ditandatangani oleh
kepala UPTD dan diketahui oleh SKPD
2 Kelembagaan Struktur organisasi menggambarkan posisi Ada struktur dan lengkap 10
jabatan yang ada pada UPTD dan Ada struktur, tidak lengkap 6
hubungan wewenang atau tanggung jawab Tidak ada struktur
sesuai ketentuan peraturan perundang- 0
undangan.
3 Prosedur kerja (akuntabilitas berbasis Prosedur kerja menggambarkan wewenang Ada prosedur yang lengkap 10
kinerja) atau tanggung jawab masing-masing Ada wewenang dan tanggung jawab,
jabatan dan prosedur yang dilakukan dalam namun prosedur pelaksanaan tugas 6
pelaksanaan tugasnya tidak lengkap
Ada prosedur kerja, tetapi tidak ada
4
wewenang dan tanggung jawab
Tidak ada prosedur kerja 0
4 Pengelompokkan fungsi (akuntabilitas Pengelompokkan fungsi merupakan Ada pengelompokkan fungsi yang
10
berbasis kinerja) struktur organisasi yang logis dan sesuai logis dan lengkap
dengan prinsip pengendalian internal. Ada pengelompokkan fungsi yang
Pengelompokkan fungsi-fungsi: pelayanan logis tetapi penempatannya tidak 6
(services) dan pendukung (supporting) sesuai
Tidak ada pengelompokkan fungsi
0
yang logis
5 Pengelolaan sumber daya Pengelolaan SDM (pengadaan, Pengelolaan SDM yang lengkap 10
persyaratan, pengangkatan, penempatan, Pengelolaan SDM yang lengkap,
8
batas usia, masa kerja, hak, kewajiban, kecuali kebijakan PHK

23
termasuk sistem reward dan punishment Pengelolaan SDM lengkap kecuali
serta pemberhentian (PHK) kebijakan mengenai PHK dan reward 6
punishment
Pengelolaan SDM lengkap kecuali
kebijakan PHK, reward punishment 4
dan hak, kewajiban
Pengelolaan SDM hanya memiliki
kebijakan pengadaan, persyaratan,
2
pengangkatan, penempatan, batas
usia, masa kerja dan hak, kewajiban
Tidak ada sama sekali 0
6 Peraturan kepala daerah Keabsahan dokumen tata kelola yang Sudah/akan ditandatangani oleh
10
ditandai dengan adanya tanda tangan dan kepala daerah
stempel kepala daerah Belum ditandatangani oleh kepala
0
daerah
7 Pernyataan visi dan misi Adanya pernyataan mengenai visi, misi Ada pernyataan visi dan misi yang
10
pada rencana strategis untuk periode 5 sesuai dengan definisi operasional
tahun mendatang Ada pernyataan visi dan misi tetapi
Visi: visinya tidak menggambarkan masa 8
- Gambaran mengenai masa depan yang depan
seolah-olah terjadi saat ini, pernyataan Ada pernyataan visi dan misi, tetapi
yang menantang dan menggerakkan visi tidak realistik dan tidak 6
semangat menggerakkan semangat
- Harus realistis Adanya pernyataan visi lengkap
- Bisa terukur (ada indikatornya) tetapi misinya tidak menggambarkan 4
Misi adalah pernyataan mengenai apa yang mengenai apa yang akan dikerjakan
akan dikerjakan, dan sesuatu yang harus Adanya pernyataan visi yang
diemban atau dilaksanakan sesuai visi lengkap tetapi misi tidak
yang ditetapkan, siapa yang akan menggambarkan mengenai apa
mengerjakan dan siapa yang dilayani yang akan dikerjakan, dan sesuatu
sesuai dengan bidangnya. yang harus diemban atau 2
dilaksanakan sesuai visi yang
ditetapkan, siapa yang akan
mengerjakan dan siapa yang dilayani
sesuai dengan bidangnya

24
Tidak ada pernyataan visi dan misi 0
8 Kesesuaian dengan renstra SKPD dan Kesesuaian Renstra SKPD dan RPJMD Renstra Bisnis sesuai dengan
RPJMD adalah Renstra yang tidak menyimpang kebijakan strategis Renstra SKPD 10
dari kebijakan strategis yang dijelaskan dan RPJMD.
dalam Renstra SKPD dan RPJMD. Renstra Bisnis tidak sesuai dengan
kebijakan strategis Renstra SKPD 0
dan RPJMD
9 Kesesuaian visi, misi, program dengan Kesesuaian visi, misi, program dengan Visi, misi, program sesuai dengan
pencapaian kinerja (kinerja layanan, kinerja pencapaian kinerja layanan, kinerja pencapaian kinerja pelayanan,
10
keuangan dan kinerja manfaat) keuangan dan kinerja manfaat. keuangan dan manfaat bagi
masyarakat
Visi, misi, program sesuai dengan
pencapaian kinerja pelayanan dan 8
keuangan
Visi, misi, program sesuai dengan
pencapaian kinerja pelayanan saja 6
atau keuangan saja
Visi, misi, program sesuai dengan
4
pencapaian kinerja manfaat
Tidak ada kesesuaian antara visi,
misi dan program dengan
0
pencapaian kinerja pelayanan,
keuangan dan manfaat
10 Indikator kinerja Ukuran kinerja pelayanan, keuangan dan Ada ukuran kinerja lengkap dengan
10
manfaat untuk mengetahui adanya target kinerja dan SPM
penyimpangan dari apa yang telah Ada ukuran kinerja lengkap tetapi
8
ditetapkan (target strategis dan SPM) tidak memiliki target kinerja dan SPM
Ada ukuran kinerja lengkap tetapi
6
tidak memiliki target strategis
Ada ukuran kinerja lengkap tanpa
4
target strategis maupun SPM
Tidak ada kinerja, target strategis
0
maupun SPM
11 Target kinerja Target kinerja adalah target strategis yang Memiliki target kinerja strategis pada
10
tercantum dalam Renstra Bisnis pada tahun tahun berjalan dalam Renstra

25
yang bersangkutan Tidak ada target kinerja tahun
0
berjalan
12 Program Kegiatan dan pendanaan Program kegiatan dan pendanaan dalam Memiliki program kegiatan dan
pelaksanaan pengembangan layanan pendanaan strategis dalam
pelaksanaan pengembangan 10
layanan

Tidak ada program kegiatan dan


pendanaan dalam pelaksanaan 0
pengembangan layanan
13 Penanggung jawab program Penanggung jawab program adalah Ada penanggung jawab pada setiap
10
personil yang bertanggung jawab terhadap program strategis
program strategis Tidak ada penanggung jawab pada
0
setiap program strategis
14 Prosedur pelaksanaan program Prosedur pelaksanaan program adalah Ada kebijakan prosedur pelaksanaan
10
kebijakan tentang prosedur pelaksanaan program
program Tidak ada kebijakan prosedur
0
pelaksanaan program
15 Peraturan kepala daerah Keabsahan dokumen renstra yang ditandai Sudah/akan ditandatangani oleh
10
dengan adanya tanda tangan dan stempel kepala daerah
kepala daerah Belum ditandatangani oleh kepala
0
daerah
16 Fokus Adalah SPM yang kegiatan pelayanannya SPM fokus pada jenis dan mutu
fokus pada jenis dan mutu pelayanan untuk pelayanan untuk menunjang tugas 10
menunjang tugas dan fungsi dan fungsi
SPM fokus pada mutu pelayanan
tetapi tidak fokus pada jenis 8
pelayanan
SPM fokus pada jenis pelayanan
tetapi tidak fokus pada mutu 6
pelayanan
SPM tidak fokus pada jenis dan mutu
4
pelayanan
Tidak ada SPM 0

26
17 Terukur Kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai Ada nominatornya dan
sesuai dengan standar yang telah denominatornya yang mampu
10
ditetapkan memunculkan nilai sebagai tolak
ukur pencapaian
Tidak ada nominator dan
denominator untuk memunculkan 0
nilai sebagai tolak ukur pencapaian
18 Dapat dicapai Kegiatannya nyata, realistis, tingkat Kegiatannya bersifat nyata, realistis
10
pencapaiannya dapat diukur dan tingkat pencapaiannya terukur
Kegiatannya bersifat nyata, tingkat
pencapaian dapat diukur tetapi tidak 6
realistis
Kegiatan tidak dapat diukur dan tidak
0
realistis
19 Relevan dan dapat diandalkan Relevan dan dapat diandalkan artinya Relevan dan dapat diandalkan 10
kegiatan yang sejalan dengan kebutuhan Tidak relevan dan tidak dapat
masyarakat dan organisasi, berkaitan dan diandalkan
0
dapat dipercaya untuk menunjang tugas
dan fungsi
20 Kerangka waktu Kerangka waktu artinya kejelasan dan Ada kerangka waktu yang jelas dan
10
ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan tepat
Ada kerangka waktu tetapi tidak rinci 6
Tidak ada kerangka waktu 0
21 Kelengkapan jenis pelayanan sesuai dengan Jenis pelayanan yang diberikan oleh UPT Jenis pelayanan sesuai dengan SPM
10
SPM yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang berlaku
yang berlaku Jenis pelayanan tidak sesuai dengan
0
SPM yang berlaku
22 Kaitan antara SPM dengan Renstra Bisnis Ada hubungan yang jelas antara SPM Ada hubungan yang jelas antara
dan anggaran tahunan dengan Renstra Bisnis dan anggaran SPM dengan Renstra Bisnis dan 10
tahunan SKPD/Unit kerja Anggaran
Tidak ada hubungan yang jelas
antara SPM dengan Renstra Bisnis 0
dan Anggaran
23 Peraturan Kepala Daerah Keabsahan dokumen SPM yang ditandai Sudah/akan ditandatangani oleh
10
dengan adanya tanda tangan dan stempel Kepala Daerah

27
Kepala Daerah Belum ditandatangani oleh Kepala
0
Daerah
24 Laporan keuangan LRA, Neraca, LO, LPE, dan CaLK sesuai Laporan keuangan sesuai dengan
10
dengan SAP SAP
Tidak ada laporan keuangan 0
25 Prognosis/proyeksi keuangan Prognosis/proyeksi keuangan berupa LRA Prognosis/proyeksi keuangan berupa
dan LO sesuai dengan sistem perencanaan LRA dan LO sesuai dengan sistem
dan penganggaran yang diterapkan oleh perencanaan dan penganggaran 10
pemerintah daerah yang diterapkan oleh pemerintah
daerah
Tidak ada prognosis/proyeksi
0
keuangan
26 Hasil audit tahun terakhir oleh BPK sebelumHasil audit tahun terakhir oleh BPK Ada hasil audit 10
mengajukan sebagai BLUD sebelum mengajukan untuk menerapkan Tidak ada hasil audit
0
PPK-BLUD
Atau
Pernyataan bersedia diaudit ditandatangani Format pernyataan bersedia diaudit sesuai Format sesuai 10
oleh Kepala UPTD dan diketahui Kepala dengan yang telah ditetapkan dalam Format tidak sesuai
SKPD Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 79 0
Tahun 2018
Ditandatangani oleh kepala UPTD dan Jika Ditandatangani 10
diketahui oleh Kepala SKPD Jika tidak ditandatangani 0

28
c. Proses Penilaian
Penilaian wajib meliputi: nomor urut, dokumen administratif yang dinilai, nilai
bobot dokumen, indikator, unsur yang dinilai, nilai per unsur (dalam angka 0-10);
bobot per unsur yang dinilai, hasil penilaian per unsur, dan nilai akhir. Bobot
masing-masing dokumen persyaratan administratif secara keseluruhan sebagai
berikut:

Tabel 4. Bobot Nilai Dokumen Syarat Administrasi Penerapan BLUD

No. Dokumen persyaratan Administratif Bobot


1 Surat Pernyataan kesanggupan meningkatkan kinerja 5%
2 Pola Tata Kelola 20%
3 Rencana Strategis (Renstra) 30%
4 Standar Pelayanan Minimal (SPM) 20%
5 Laporan Keuangan atau prognosis/proyeksi keuangan; dan 20%
6 Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit oleh 5%
pemeriksa eksternal pemerintah
Total 100%

d. Hasil Penilaian
Berdasarkan hasil penilaian dokumen administratif, dalam hal nilai dari dokumen
administratif kurang atau sama dengan 60, maka hasil penilaian DITOLAK
UNTUK MENERAPKAN BLUD dan apabila nilai dari dokumen administratif lebih
dari 60, maka hasil penilaian DITERIMA UNTUK MENERAPKAN BLUD. Untuk
selanjutnya hasil penilaian tersebut dituangkan dalam bentuk rekomendasi
penerapan BLUD. Rekomendasi disampaikan kepada kepala daerah sebagai
dasar penetapan penerapan BLUD yang dituangkan dalam Keputusan Kepala
Daerah. Berikut adalah contoh rekomendasi tim penilai terhadap penilaian
dokumen administratif

Tabel 5. Hasil Penilaian Penerapan BLUD

Status Yang
No Status Nilai Hasiil Penilaian
Direkomendasikan
1 Diterima >60 68,8 Diterima untuk
2 Ditolak ≤60 menerapkan BLUD
Catatan: Jika salah satu dokumen persyaratan administratif tidak ada, maka secara
otomatis permohonan menjadi BLUD DITOLAK

e. Alur Proses Penilaian dan Penetapan Penerapan BLUD


Alur proses penilaian dan pembentukan/penerapan BLUD setelah pembentukan
UPTD dilakukan mekanisme pengajuan penerapan BLUD sebagai berikut:
1. Memenuhi persyaratan BLUD
2. Mengajukan permohonan kepada kepala daerah
3. Membentuk tim penilai oleh kepala daerah
4. Melakukan penilaian pengajuan penerapan BLUD
5. Memperoleh surat rekomendasi diterima/ditolak menjadi BLUD
6. Mengeluarkan keputusan pembentukan BLUD oleh kepala daerah

29
7. Mengeluarkan keputusan oleh kepala daerah yang disampaikan kepada
pimpinan DPRD, paling lama 1 (satu) bulan setelah tanggal penerapan
BLUD
8. Menerapkan keputusan BLUD

Gambar 6. Alur Proses Penilaian dan Penetapan Penerapan BLUD

30
BAB IV
DOKUMEN POLA TATA KELOLA
BLUD PENGELOLAAN SAMPAH

Dokumen Pola Tata Kelola merupakan Dokumen tata kelola Unit Pelaksana Teknis
Dinas/Badan Daerah yang akan menerapkan BLUD. Dokumen Pola Tata Kelola
tersebut ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah. Dokumen Pola Tata Kelola
tersebut sekurangnya memuat:
1. Kelembagaan
Kelembagaan memuat posisi jabatan, pembagian tugas, fungsi, tanggung jawab,
hubungan kerja dan wewenang.
2. Prosedur Kerja
Prosedur kerja memuat ketentuan mengenai hubungan dan mekanisme kerja antar
posisi jabatan dan fungsi
3. Pengelompokan Fungsi
Pengelompokan fungsi memuat pembagian fungsi pelayanan dan fungsi pendukung
sesuai dengan prinsip pengendalian internal untuk efektivitas pencapaian
4. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Pengelolaan sumber daya manusia memuat kebijakan mengenai pengelolaan
sumber daya manusia yang berorientasi pada peningkatan pelayanan kepada
masyarakat.

Dokumen Pola Tata Kelola BLUD sebagai syarat administratif UPTD agar dapat
menjadi BLUD dapat disusun melalui struktur berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TATA KELOLA BLUD PENGOLAHAN SAMPAH
A. Kelembagaan
B. Prosedur Kerja
C. Pengelompokan Fungsi Yang Logis
D. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
E. Pengelolaan Keuangan BLUD
F. Pengelolaan Limbah Dan Dampak Lingkungan
BAB III PENUTUP
LAMPIRAN SOP-SOP

Dokumen Pola Tata Kelola berdasarkan struktur tersebut diatas dapat digambarkan
pada contoh penyajian Dokumen Pola Tata Kelola berikut ini.

31
BAB I
PENDAHULUAN

4.1. Latar belakang


Tuntutan akan kualitas pelayanan pengelolaan sampah dan limbah tampaknya akan
semakin gencar dilakukan oleh masyarakat karena telah menjadi kebutuhan dasar
kehidupan dan penyampaiannya sangat terkait perilaku. Dari aspek persaingan
yang semakin ketat dan masyarakat yang semakin kritis, meskipun didukung
peralatan dan tenaga kerja yang memadai, bila penyampaian jasa kurang
memuaskan maka konsumen akan beralih ke pihak yang memberikan pelayanan
yang terbaik.
UPTD Pengelolaan Sampah … dituntut untuk dapat menerapkan praktek-praktek
bisnis yang sehat, senantiasa memperhatikan keadaan sumber daya manusia,
sarana prasarana yang memadai, prosedur kerja, jaringan kerja, sistem informasi,
dan perangkat lainnya khususnya dalam memberikan pelayanan di Bidang
Pengelolaan Sampah. Di sisi lain sistem pembiayaan masih belum memberikan
keleluasaan bagi UPTD Pengelolaan Sampah … untuk berupaya dalam
peningkatan pelayanan, maka dipandang perlu untuk mengelola UPTD Pengelolaan
Sampah … secara entrepreneur bukan secara birokratik lagi. Untuk itu UPTD
Pengelolaan Sampah … perlu melakukan perubahan mendasar sehingga lebih
mandiri dan mampu berkembang menjadi lembaga yang berorientasi terhadap
kepuasan pelanggan.
Dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang
Badan Layanan Umum Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum, dimana memberikan peluang bagi UPTD Pengelolaan
Sampah … untuk menerapkan BLUD yang memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaannya.
Dalam rangka menerapkan BLUD pada UPTD Pengelolaan Sampah … maka perlu
disusun Tata Kelola yang merupakan aturan internal UPTD Pengelolaan Sampah …
dengan memperhatikan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas
dan independensi.

4.2. Pengertian Tata Kelola


Berdasarkan Pasal 38 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018
tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), pola tata kelola merupakan tata
kelola Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah yang akan menerapkan BLUD
dan ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah. Selanjutnya dalam Pasal 39 dan
Pasal 40 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 disebutkan bahwa
pola tata kelola memuat antara lain:
1. Struktur Organisasi, harus menggambarkan posisi jabatan, pembagian tugas,
fungsi, tanggung jawab, dan wewenang dalam organisasi
2. Prosedur Kerja, menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja antar posisi
jabatan dan fungsi dalam organisasi
3. Pengelompokan Fungsi yang Logis, dimaksudkan sebagai pembagian yang
jelas dan rasional antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai
dengan prinsip pengendalian internal dalam rangka efektifitas pencapaian
organisasi

32
4. Pengelolaan SDM termasuk di dalamnya penerimaan pegawai, penempatan
sistem remunerasi jenjang karir, pembinaan, termasuk sistem reward dan
punishment, pemutusan hubungan kerja yang berorientasi pada peningkatan
pelayanan kepada masyarakat.

UPTD yang ingin mengajukan status menjadi BLUD harus menyusun dokumen Pola
Tata Kelola. Sehubungan dengan diterbitkannya Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor 981/1011/SJ tahun 2019, terdapat beberapa perubahan dalam
penyusunan dokumen Pola Tata Kelola. Dokumen Pola Tata Kelola yang disusun
terdiri dari:
1. Pola Tata Kelola BLUD
2. Peraturan Kepala Daerah
3. Lampiran Struktur Organisasi BLUD
4. Lampiran Standar Operasional Prosedur (SOP) BLUD
Pola Tata Kelola adalah peraturan atau kebijakan internal yang harus
memperhatikan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, dan
independensi (lihat Permendagri No. 79 tahun 2018 pasal 38-39).

4.3. Tujuan Penerapan Tata Kelola


Pola Tata Kelola yang diterapkan pada Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Pengelolaan Sampah bertujuan untuk:
1. Memaksimalkan nilai BLUD Pengelolaan Sampah dengan cara menerapkan
prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas dan independensi, agar BLUD
Pengelolaan Sampah memiliki daya saing yang kuat.
2. Mendorong pengelolaan sampah secara profesional, transparan dan efisien,
serta memberdayakan fungsi dan peningkatan kemandirian organ BLUD
Pengelolaan Sampah.
3. Mendorong agar organ BLUD dalam membuat keputusan dan menjalankan
kegiatan senantiasa dilandasi dengan nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran atas
adanya tanggung jawab sosial BLUD Pengelolaan Sampah terhadap pemangku
kebijakan dan kepentingan.
4. Meningkatkan kontribusi BLUD Pengelolaan Sampah dalam mendukung
kesejahteraan umum masyarakat melalui pelayanan pengelolaan sampah.

4.4. Ruang Lingkup Tata Kelola


Ruang lingkup Tata Kelola BLUD Pengelolaan Sampah meliputi peraturan internal
UPTD dalam menerapkan BLUD. Tata Kelola dimaksud mengatur hubungan antara
organ sebagai UPTD yang menerapkan BLUD, yaitu Kepala OPD, Pemerintah
Daerah, Dewan Pengawas, dan Pejabat Pengelola serta Pegawai berikut tugas,
fungsi, tanggungjawab, kewajiban, kewenangan dan haknya masing-masing.

4.5. Dasar Hukum Tata Kelola


1. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum yang diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
sebagaimana yang diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2019.

33
3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan
Umum Daerah.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 77 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pengelolaan Teknis Keuangan Daerah
6. Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Perangkat Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota.
7. Peraturan Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Unit Pelaksana
Teknis Pada Dinas dan Badan di Provinsi/Kabupaten/Kota.

4.6. Perubahan Pola Tata Kelola


Pola Tata Kelola UPTD Pengelolaan Sampah ini akan direvisi apabila terjadi
perubahan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Pola Tata
Kelola BLUD Pengelolaan Sampah sebagaimana disebutkan di atas, serta
disesuaikan dengan tugas, fungsi, tanggungjawab, dan kewenangan BLUD
Pengelolaan Sampah serta perubahan lingkungan.

4.7. Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
BAB II TATA KELOLA BLUD PENGOLAHAN SAMPAH
A. Kelembagaan
B. Prosedur Kerja
C. Pengelompokan Fungsi Yang Logis
D. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
E. Pengelolaan Keuangan BLUD
F. Pengelolaan Limbah Dan Dampak Lingkungan
BAB III PENUTUP
LAMPIRAN SOP-SOP

34
BAB II
TATA KELOLA BLUD PENGELOLAAN SAMPAH

A. Kelembagaan
Kelembagaan membahas mengenai struktur organisasi yang menggambarkan
posisi jabatan yang ada pada UPTD dan hubungan wewenang atau tanggung jawab
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Gambaran Singkat UPTD Pengelolaan Sampah
UPTD Pengelolaan Sampah .... berada di Kecamatan terletak di Jalan Raya ....
No .... Kecamatan .... Provinsi/Kabupaten/Kota ..., terletak di .... km sebelah .....
dari Provinsi/Kabupaten/Kota.... UPTD Pengelolaan Sampah ditetapkan pada
tanggal … berdasarkan …. mempunyai Surat Izin Operasional yang ditetapkan
oleh Pemerintah dan Perizinan Nomor: .... tentang Izin Operasional pengelolaan
sampah. UPTD Pengelolaan Sampah Provinsi/Kabupaten/Kota ... ..., mempunyai
wilayah kerja sebanyak.... Desa dari .... desa di wilayah kecamatan ..... dan
Provinsi/Kabupaten/Kota.......(Khusus UPTD milik Provinsi). UPTD Pengelolaan
Sampah ..... sebagai penyedia jasa pengelolaan sampah mempunyai pelayanan
utama, yaitu:
a. Layanan pengumpulan sampah
b. Pengelolaan Tempat Penampungan Sementara (TPS)
c. Pengelolaan Sampah skala kawasan
d. Pengangkutan sampah dan limbah
e. Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Upaya layanan pengelolaan sampah tingkat pertama yang menjadi tanggung


jawab UPTD pengelolaan sampah …meliputi:
a. Upaya pemilahan sampah dari sumber
b. Upaya pengangkutan sampah dari sumber
c. Upaya pengangkutan sampah dari TPS ke TPA
d. Upaya pengolahan sampah organic dan non organik
e. Upaya penyediaan alat angkut pengelolaan sampah
f. Upaya kampanye dan edukasi tentang pengelolaan sampah
Selain itu, UPTD Pengelolaan Sampah..... juga melaksanakan pelayanan
tambahan lainnya yang terkait dengan pengelolaan sampah, seperti: layanan
pertamanan, layanan sampah kompos, dan layanan pengumpulan sampah non
organik yang memiliki nilai jual, dan lain sebagainya.

2. Struktur Organisasi dan Tata Laksana (Contoh)


Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan tata hubungan kerja
antar bagian dan garis kewenangan, tanggungjawab dan komunikasi dalam
menyelenggarakan pelayanan dan penunjang pelayanan.

UPTD Pengelolaan Sampah ….. merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah


Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. Provinsi/Kabupaten/Kota... yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pengelolaan pengelolaan sampah serta
kebersihan di lokasi Tempat Pembuangan Akhir dimana tata kerjanya diatur
melalui Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota... No. …. tahun …. tentang
Perangkat Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota... tentang Pembentukan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Instansi Teknis

35
Pengelolaan Sampah….. Provinsi/Kabupaten/Kota... yang ditindaklanjuti dengan
Keputusan Kepala Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. Nomor …. Tanggal
…. Bulan …. Tahun …. tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota ... Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi,
Kedudukan, dan Tugas Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengelolaan Sampah
Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. Provinsi/Kabupaten/Kota....
UPTD Pengelolaan Sampah..... mempunyai tugas melaksanakan sebagian
urusan pemerintahan bidang lingkungan hidup dan kebersihan di pengelolaan
sampah serta tugas pembantuan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
pokok Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. Provinsi/Kabupaten/Kota....
UPTD Pengelolaan Sampah dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Instansi Teknis Pengelolaan
Sampah….. yang melakukan tugas dan fungsi terkait pengelolaan sampah

Struktur organisasi dan uraian tugas UPTD Pengelolaan Sampah …. dalam


rangka penerapan BLUD disajikan dalam dua kondisi, yaitu kondisi sebelum dan
sesudah menerapkan Pengelolaan Keuangan BLUD, sebagai berikut:
a. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Sebelum Penerapan BLUD
Sebelum penerapan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), UPTD
Pengelolaan Sampah ….. merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah
Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. Provinsi/Kabupaten/Kota ....
Struktur Organisasi UPTD Pengelolaan Sampah ….. berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Instansi Teknis Pengelolaan Sampah…..
Provinsi/Kabupaten/Kota ... Nomor …. tanggal …. Bulan …. Tahun ….
dimana dalam struktur tersebut telah mengakomodasi Peraturan Menteri
……No. …. Tahun ....
Berikut ini struktur organisasi UPTD sebelum menerapkan BLUD, dimana
UPTD dipimpin oleh Kepala UPTD kemudian dibantu oleh Subbag TU untuk
administrasi dan keuangan, kemudian kelompok jabatan fungsional yang
membantu pelaksanaan teknis layanan.

Kepala UPTD

Subbag TU

Jabatan Fungsi

Gambar 7. Struktur organisasi UPTD sebelum menerapkan BLUD

b. Struktur Organisasi UPTD Pengelolaan Sampah …


Provinsi/Kabupaten/Kota … terdiri dari
1) Kepala UPTD mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan dan
mengendalikan seluruh kegiatan UPTD dalam melaksanakan sebagian
urusan pemerintahan bidang lingkungan hidup termasuk air limbah,
pengelolaan sampah dan limbah serta tugas pembantuan.

36
2) Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas membantu Kepala UPTD
dalam pengelolaan urusan administrasi umum, kepegawaian,
perencanaan, evaluasi dan pelaporan.
3) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan
sebagian kegiatan UPTD secara profesional sesuai dengan kebutuhan.
Kelompok Jabatan Fungsional dalam melaksanakan tugas bertanggung
jawab kepada Kepala UPTD.

c. Hubungan Antar Struktur Organisasi


1) Kedudukan Struktur Organisasi UPTD Pengelolaan Sampah dengan
Instansi Teknis Pengelolaan Sampah…..
UPTD Pengelolaan Sampah … berkedudukan sebagai Unit Pelaksana
Teknis di bawah Organisasi Perangkat Daerah Instansi Teknis
Pengelolaan Sampah….. Sebagai unsur pelaksana teknis, UPTD
Pengelolaan Sampah … melaksanakan kegiatan teknis operasional dan
atau kegiatan teknis penunjang tertentu.
Kegiatan teknis operasional UPTD Pengelolaan Sampah … secara
langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Kegiatan teknis
penunjang dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan tugas
organisasi induk yaitu Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. dengan
gambaran hubungan sebagai berikut:
- Sekretariat Instansi Teknis Pengelolaan Sampah…..
Dilaksanakan oleh 3 (tiga) Sub Bagian terdiri dari: Sub Bagian
Umum; Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan; dan Sub
Bagian Keuangan.
- Bidang Tata Lingkungan dan Konservasi.
Dilaksanakan oleh 3 (tiga) Seksi yang terdiri dari: Seksi Tata Kelola
Lingkungan; Seksi Konservasi dan Pemeliharaan Taman; dan Seksi
Pembangunan Taman.
- Bidang Pengendalian Pencemaran dan Penaatan Lingkungan.
Dilaksanakan oleh 2 (dua) Seksi yang terdiri dari: Seksi
Pengendalian Pencemaran dan Seksi Penaatan Lingkungan.
- Bidang Kebersihan dan Kemitraan.
Dilaksanakan oleh 3 (tiga) Seksi yang terdiri dari: Seksi
Pengurangan Sampah dan Kemitraan Lingkungan; Seksi
Pengangkutan Sampah; dan Seksi Pengolahan Sampah.
- Bidang Sarana dan Prasarana.
Dilaksanakan oleh 2 (dua) Seksi yang terdiri dari: Pengadaan Sarana
dan Prasarana; dan Seksi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah, Kepala UPTD Pengelolaan
Sampah …. bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instansi
Teknis Pengelolaan Sampah…..
2) Kedudukan Kepala UPTD Pengelolaan Sampah …. dan Kepala Sub
Bagian Tata Usaha Kepala UPTD Pengelolaan Sampah …. berwenang
memberikan penugasan kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan
pegawai UPTD Pengelolaan Sampah …. lainnya. Kepala Sub Bagian
Tata Usaha bertanggung jawab langsung terhadap Kepala UPTD
Pengelolaan Sampah ….. Kelompok Jabatan Fungsional dalam
melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Kepala UPTD
Pengelolaan Sampah …...

37
3) Tugas Pokok dan Fungsi:
a) Kepala UPTD Pengelolaan Sampah
Kepala UPTD Pengelolaan Sampah mempunyai tugas memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh kegiatan UPTD
dalam melaksanakan sebagian urusan pemerintahan bidang
lingkungan hidup termasuk air limbah, pengelolaan sampah dan
limbah serta tugas pembantuan.
Untuk melaksanakan tugasnya Kepala UPTD mempunyai fungsi:
- penyusunan rencana kerja dan rencana kegiatan UPTD di
Pengelolaan Sampah mengacu kepada rencana strategis
Instansi Teknis Pengelolaan Sampah…..;
- pelaksanaan pemeliharaan tempat pengelolaan sampah;
- penyusunan kebijakan teknis urusan retribusi pengelolaan
sampah;
- pembinaan, pengendalian pemantauan dan pengawasan
pengelolaan sampah dan petugas pengelola sampah;
- penyelenggaraan hubungan kerja sama/kemitraan dengan pihak
lain;
- pelaksanaan fasilitasi penyelesaian hak dan kewajiban
pemanfaat tempat pengelolaan sampah;
- pembaharuan data terhadap pemanfaatan tempat pengelolaan
sampah;
- pelaksanaan dan pengendalian retribusi pelayanan
pengangkutan sampah;dan
- pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Instansi Teknis
Pengelolaan Sampah….. sesuai bidang tugasnya
b) Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas membantu Kepala
UPTD dalam pengelolaan urusan administrasi umum, kepegawaian,
perencanaan, evaluasi dan pelaporan. Untuk menyelenggarakan
tugas pokok tersebut, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi:
- pelaksanaan penyiapan bahan penyusunan rencana kerja dan
rencana kegiatan UPTD;
- pelaksanaan penyelenggaraan urusan administrasi surat
menyurat, kearsipan, kepegawaian, keuangan;
- pelaksanaan penyelenggaraan tertib administrasi dan tertib kerja
di seluruh satuan organisasi di lingkungan UPTD;
- pelaksanaan pelayanan administrasi kepada Kepala UPTD dan
seluruh satuan organisasi di lingkungan UPTD;
- pelaksanaan penyusunan rencana anggaran UPTD dibawah
koordinasi Sekretaris Instansi Teknis Pengelolaan Sampah…..;
- pelaksanaan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana UPTD;
- pelaksanaan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana tempat pengelolaan sampah;
- penghimpunan dan inventarisasi peraturan/kebijakan yang
berhubungan dengan pengelolaan sampah;
- pelaksanaan penghimpunan data sebagai bahan penyusunan
rancangan peraturan/kebijakan yang berhubungan dengan tugas
UPTD;

38
- pelaksanaan koordinasi dengan instansi atau pihak lain untuk
kelancaran pelaksanaan tugas;
- pelaksanaan penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan
UPTD secara berkala; dan
- pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh
Kepala UPTD, sesuai bidang tugasnya.
c) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan
sebagian kegiatan UPTD secara profesional sesuai dengan
kebutuhan. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas sejumlah
tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam
berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan
keterampilan.
Setiap kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seorang tenaga
fungsional senior yang ditunjuk diantara tenaga fungsional yang ada
di lingkungan UPTD.
Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan sifat, jenis,
kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional
diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Hubungan Antar Struktur Organisasi


1) Struktur Organisasi
Dalam rangka penerapan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD),
organisasi UPTD Pengelolaan Sampah …. perlu disesuaikan
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018
tentang Badan Layanan Umum Daerah.
Susunan organisasi dalam penerapan pengelolaan keuangan, Pejabat
Pengelola Badan Layanan Umum Daerah terdiri dari:
a) Pemimpin BLUD
b) Pejabat Keuangan
c) Pejabat Teknis
Pejabat Pengelola BLUD Pengelolaan Sampah …. diangkat dan
diberhentikan oleh Gubernur/Bupati/Walikota. Pemimpin BLUD
Pengelolaan Sampah …. bertanggung jawab terhadap
Gubernur/Bupati/Walikota, sedangkan Pejabat Keuangan dan Pejabat
Teknis bertanggung jawab kepada Pemimpin BLUD Pengelolaan
Sampah …..

39
Pemimpin
Dewan Pengawas
BLUD Satuan
Pengawas
Internal (SPI)

Pejabat Pejabat Pejabat


Keuangan Teknis Teknis
Gambar 8. Struktur organisasi UPTD setelah menerapkan BLUD

2) Uraian Tugas Pejabat Pengelola BLUD


Dari bagan tersebut terlihat bahwa struktur organisasi BLUD UPTD
Pengelolaan Sampah ….. Provinsi/Kabupaten/Kota ... terdiri dari:
a) Pemimpin BLUD dijabat oleh Kepala UPTD Pengelolaan Sampah ….
b) Pejabat Keuangan dijabat oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha
c) Pejabat Teknis dijabat oleh para pejabat fungsional, khususnya yang
menjadi kordinator kelompok jabatan fungsional
Perubahan lainnya dari struktur organisasi UPTD Pengelolaan Sampah
…. Provinsi/Kabupaten/Kota ... yang perlu disesuaikan dengan
ketentuan dalam penerapan BLUD adalah sebagai berikut:
a) Penyebutan Pejabat Pengelola BLUD disesuaikan dengan
nomenklatur pemerintah daerah setempat, sebagai berikut:
(1) Kepala UPTD Pengelolaan Sampah …. sebagai Pemimpin
BLUD,
(2) Pejabat Keuangan direpresentasikan dengan jabatan Kepala Sub
Bagian Tata Usaha
(3) Pejabat Teknis direpresentasikan dengan koordinator kelompok
jabatan fungsional
b) Pemimpin BLUD dapat membentuk Satuan Pengawasan Intern (SPI)
dalam rangka meningkatkan sistem pengawasan dan pengendalian
internal UPTD Pengelolaan Sampah ….. terhadap kinerja pelayanan,
keuangan dan pengaruh lingkungan sosial dalam menyelenggarakan
Praktik Bisnis yang Sehat.
c) Adanya penambahan fungsi dalam penatausahaan keuangan BLUD
yaitu fungsi akuntansi, verifikasi dan pelaporan.

3) Pembina dan pengawas terdiri dari:


a) Pembina Teknis dan Pembina Keuangan
Pembina teknis BLUD Pengelolaan Sampah …. adalah Kepala
Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. sedangkan pembina
keuangan adalah Pejabat Pengelola Keuangan Daerah.
b) Satuan Pengawas Internal
Satuan Pengawas Internal berkedudukan langsung di bawah
pemimpin BLUD.

40
c) Dewan Pengawas
Pembentukan Dewan Pengawas dilakukan apabila BLUD
Pengelolaan Sampah …. telah memenuhi persyaratan tentang
Dewan Pengawas yaitu:
a. Jumlah anggota Dewan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang
apabila:
(1) Realisasi pendapatan menurut Laporan Realisasi Anggaran 2
(dua) tahun terakhir sebesar Rp.30.000.000.000,- (Tiga Puluh
Miliar) sampai dengan Rp.100.000.000.000,- (Seratus Miliar);
atau
(2) Nilai aset menurut neraca 2 (dua) tahun terakhir sebesar
Rp.150.000.000.000,- (Seratus Lima Puluh Miliar) sampai
dengan Rp.500.000.000.000,- (Lima Ratus Miliar).
b. Jumlah anggota Dewan Pengawas paling banyak 5 (lima) orang
apabila:
(1) Realisasi pendapatan menurut Laporan Realisasi anggaran 2
(dua) tahun terakhir, lebih besar dari Rp.100.000.000.000,-
(Seratus Miliar); atau
(2) Nilai aset menurut neraca 2 (dua) tahun terakhir lebih besar
dari Rp.500,000,000,000,- (Lima Ratus Miliar).

4) Tata Laksana
1) Dewan Pengawas
Dewan Pengawas BLUD adalah satuan fungsional yang bertugas
melakukan pembinaan dan pengawasan dan pengendalian internal
terhadap pengelolaan BLUD yang dilakukan oleh pejabat pengelola
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Dewan
Pengawas dibentuk dengan keputusan Kepala Daerah.
(1) Pengangkatan dan pemberhentian Dewan Pengawas
Anggota Dewan Pengawas yang berjumlah 3 (tiga) orang
dapat terdiri dari unsur-unsur:
- 1 (satu) orang pejabat Kepala Instansi Teknis Pengelolaan
Sampah….. yang membidangi BLUD Pengelolaan Sampah
….;
- 1 (satu) orang pejabat dari Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah (SKPKD); dan
- 1 (satu) orang tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan
BLUD Pengelolaan Sampah …..
Anggota Dewan Pengawas yang berjumlah 5 (lima) orang dapat
terdiri dari unsur-unsur:
- 2 (dua) orang pejabat Instansi Teknis Pengelolaan
Sampah….. yang membidangi BLUD Pengelolaan Sampah
….;
- 2 (dua) orang pejabat dari Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah (SKPKD);
- 1 (satu) orang tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan
BLUD Pengelolaan Sampah …..
(2) Tenaga ahli dapat berasal dari tenaga profesional atau
perguruan tinggi yang memahami tugas fungsi, kegiatan dan
layanan BLUD Pengelolaan Sampah …..

41
(3) Anggota Dewan Pengawas dapat diangkat menjadi anggota
Dewan Pengawas pada 3 (tiga) BLUD.
(4) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas dilakukan setelah
pengangkatan Pejabat Pengelola.
(5) Syarat untuk dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas,
yaitu:
- Sehat jasmani dan rohani;
- Memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman,
jujur, perilaku yang baik, dan dedikasi yang tinggi untuk
memajukan dan mengembangkan BLUD;
- Memahami penyelenggaraan pemerintahan daerah;
- Memiliki pengetahuan yang memadai tugas dan fungsi BLUD;
- Menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugasnya;
- Berijazah paling rendah S-1;
- Berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun;
- Tidak pernah menjadi anggota Direksi, Dewan Pengawas,
atau Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan
badan usaha yang dipimpin dinyatakan pailit;
- Tidak sedang menjalani sanksi pidana; dan
- Tidak sedang menjadi pengurus partai politik, calon kepala
daerah atau calon wakil kepala daerah, dan/atau calon
anggota legislatif.
(6) Masa Jabatan Dewan Pengawas
- Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama
5 (lima) tahun, dan dapat diangkat kembali untuk satu kali
masa jabatan berikutnya apabila belum berusia paling tinggi
60 (enam puluh) tahun.
- Dalam hal batas usia anggota Dewan Pengawas sudah
berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun, Dewan
Pengawas dari unsur tenaga ahli dapat diangkat kembali
untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
- Anggota Dewan Pengawas diberhentikan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota ... karena:
- meninggal dunia;
- masa jabatan berakhir;
- diberhentikan sewaktu-waktu.
- Anggota Dewan Pengawas diberhentikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c, karena:
- tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
- tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
- terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD
Pengelolaan Sampah ….;
- dinyatakan bersalah dalam putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
- mengundurkan diri;
- terlibat dalam tindakan kecurangan yang mengakibatkan
kerugian pada BLUD Pengelolaan Sampah …., negara
dan/atau daerah.

42
(7) Sekretaris Dewan Pengawas
- Gubernur/Bupati/Walikota ... dapat mengangkat Sekretaris
Dewan Pengawas untuk mendukung kelancaran tugas Dewan
Pengawas.
- Sekretaris Dewan Pengawas bukan merupakan anggota
Dewan Pengawas.
(8) Biaya Dewan Pengawas
Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
Dewan Pengawas termasuk honorarium Anggota dan Sekretaris
Dewan Pengawas dibebankan pada BLUD Pengelolaan Sampah
…. dan dimuat dalam Rencana Bisnis Anggaran.
(9) Pelaksanaan tugas Dewan Pengawas
Dewan Pengawas memiliki tugas:
- Memantau perkembangan kegiatan BLUD;
- Menilai kinerja keuangan maupun kinerja non keuangan BLUD
dan memberikan rekomendasi atas hasil penilaian untuk
ditindaklanjuti oleh Pejabat Pengelola BLUD;
- Memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja
dari hasil laporan audit pemeriksa eksternal pemerintah;
- Memberikan nasehat kepada Pejabat Pengelola dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya;
- Memberikan pendapat dan saran kepada
Gubernur/Bupati/Walikota mengenai:
- RBA yang diusulkan oleh Pejabat Pengelola;
- Permasalahan yang menjadi kendala dalam pengelolaan
BLUD; dan
- Kinerja BLUD.
- Penilaian kinerja keuangan diukur paling sedikit meliputi:
- Memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang
diberikan (rentabilitas);
- Memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuiditas);
- Memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas); dan
- Kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk
membiayai pengeluaran.
- Penilaian kinerja non keuangan diukur paling sedikit
berdasarkan perspektif pelanggan, proses internal pelayanan,
pembelajaran, dan pertumbuhan;
- Dewan Pengawas melaporkan tugasnya kepada Kepala
Daerah secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu
tahun atau sewaktu-waktu jika diperlukan.

2) Pemimpin BLUD
Dengan mengacu pada Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2005 sebagaimana yang telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 dan Pasal 6 ayat (2)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018, Kepala
UPTD Pengelolaan Sampah …..bertindak sebagai Pemimpin BLUD
Pengelolaan Sampah …..
(1) Pengangkatan dan pemberhentian Pemimpin BLUD

43
- Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..diangkat dan
diberhentikan oleh Kepala Daerah ....
- Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah.
- Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..diangkat dari
pegawai negeri sipil dan/atau pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja, sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
- BLUD Pengelolaan Sampah …..dapat mengangkat pemimpin
BLUD dari profesional lainnya sesuai dengan kebutuhan,
profesionalitas, kemampuan keuangan dan berdasarkan prinsip
efisiensi, ekonomis dan produktif dalam meningkatkan
pelayanan.
- Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..yang berasal dari
tenaga profesional lainnya dapat dipekerjakan secara kontrak
atau tetap.
- Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..dari tenaga
profesional lainnya diangkat untuk masa jabatan paling lama 5
(lima) tahun dan dapat diangkat kembali untk 1 (satu) kali
periode masa jabatan berikutnya jika paling tinggi berusia 60
(enam puluh) tahun.
- Standar Kompetensi Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..
- beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- berijazah setidak-tidaknya Strata Satu (S-1) dipengelolaan
sampah.
- sehat jasmani dan rohani.
- mampu memimpin, membina, mengkoordinasikan dan
mengawasi kegiatan BLUD Pengelolaan Sampah …..dengan
seksama.
- mampu melakukan pengendalian terhadap tugas dan
kegiatan BLUD Pengelolaan Sampah …..sedemikian rupa
sehingga dapat berjalan secara lancar, efektif, efisien dan
berkelanjutan.
- cakap menyusun kebijakan strategis BLUD Pengelolaan
Sampah …..dalam meningkatkan pelayanan pengelolaan
sampah kepada masyarakat.
- mampu merumuskan visi, misi, dan program BLUD
Pengelolaan Sampah …..yang jelas dan dapat diterapkan,
diantaranya meliputi:
- peningkatan kreativitas, prestasi, dan akhlak mulia insan
BLUD Pengelolaan Sampah …...
- penciptaan suasana BLUD Pengelolaan Sampah …..yang
asri, aman, dan indah.
- peningkatan kualitas tenaga pengelolaan sampah dan
administrasi BLUD Pengelolaan Sampah …...
- pelaksanaan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas
program.

44
(2) Fungsi Pemimpin BLUD
Sesuai dengan Pasal 8 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 79 tahun 2018, Pemimpin BLUD mempunyai fungsi
sebagai penanggung jawab umum operasional dan keuangan di
BLUD Pengelolaan Sampah …... Pemimpin BLUD bertindak
selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Kuasa Pengguna
Barang UPTD Pengelolaan Sampah …...
Dalam hal pemimpin BLUD tidak berasal dari Pegawai Negeri
Sipil maka pejabat keuangan ditunjuk sebagai Kuasa Pengguna
Anggaran/Kuasa Penggunan Barang.
(3) Tugas Pemimpin BLUD
Tugas Pemimpin BLUD adalah sebagai berikut :
- Memimpin, Mengarahkan, Membina, Mengawasi,
Mengendalikan, Dan Mengevaluasi Penyelenggaraan
Kegiatan BLUD Agar Lebih Efisien Dan Produktif;
- Merumuskan Penetapan Kebijakan Teknis BLUD Serta
Kewajiban Lainnya Sesuai Dengan Kebijakan Yang Telah
Ditetapkan Oleh Kepala Daerah;
- Menyusun Renstra;
- Menyiapkan RBA;
- Mengusulkan Calon Pejabat Keuangan Dan Pejabat Teknis
Kepada Kepala Daerah Sesuai Dengan Ketentuan;
- Menetapkan Pejabat Lainnya Sesuai Dengan Kebutuhan
BLUD Selain Pejabat Yang Telah Ditetapkan Dengan
Peraturan Perundangan-Undangan;
- Mengkoordinasikan Pelaksanaan Kebijakan BLUD Yang
Dilakukan Oleh Pejabat Keuangan Dan Pejabat Teknis,
Mengendalikan Tugas Pengawasan Internal, Serta
menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja
operasional serta keuangan BLUD kepada kepala daerah;
dan
- Tugas Lainnya Yang Ditetapkan Oleh Kepala Daerah Sesuai
Dengan Kewenangannya.

3) Pejabat Keuangan
Dengan mengacu pada Pasal 10 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 79 Tahun 2018, Kepala Sub Bagian Tata Usaha bertindak
sebagai Pejabat Keuangan dan berfungsi sebagai penanggung
jawab keuangan BLUD Pengelolaan Sampah …... yang meliputi
fungsi perbendaharaan, fungsi akuntansi, fungsi verifikasi dan
pelaporan.
(1) Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat Keuangan
- Pejabat Keuangan BLUD Pengelolaan Sampah …... diangkat dan
diberhentikan oleh Kepala Daerah ....
- Pejabat Keuangan bertanggung jawab kepada Pemimpin BLUD
Pengelolaan Sampah …....
- Pejabat Keuangan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran,
- Pejabat Keuangan, Bendahara Penerimaan dan Bendahara
Pengeluaran harus dijabat oleh Pegawai Negeri Sipil.

45
- Standar Kompetensi:
- Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Berijazah setidak-tidaknya D3.
- Sehat jasmani dan rohani.
- Cakap melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi jabatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
- Mempunyai kemampuan melaksanakan administrasi
kepegawaian.
- Mempunyai kemampuan melaksanakan administrasi
perkantoran.
- Mempunyai kemampuan melaksanakan administrasi barang.
- Mempunyai kemampuan melaksanakan administrasi rumah
tangga.
- Mempunyai kemampuan melaksanakan administrasi
penyusunan program dan laporan
(2) Tugas Pejabat Keuangan BLUD
Selain melaksanakan tugas sebagai Kepala Sub Bagian Tata
Usaha, Pejabat Keuangan BLUD Pengelolaan Sampah …...
memiliki tugas sebagai berikut:
- Merumuskan kebijakan terkait pengelolaan keuangan;
- Mengkoordinasikan penyusunan RBA;
- Menyiapkan DPA
- Melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;
- Menyelenggarakan pengelolaan kas;
- Melakukan pengelolaan utang, piutang, dan investasi;
- Menyusun kebijakan pengelolaan barang milik daerah yang
berada dibawah penguasaannya;
- Menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan;
- Menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan
keuangan; dan
- Tugas lainnya yang ditetapkan oleh kepala daerah dan/atau
pemimpin sesuai dengan kewenangannya.
4) Pejabat Teknis.
Dengan mengacu pada Pasal 11 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 79 Tahun 2018, Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional
bertindak sebagai Pejabat Teknis dan berfungsi sebagai
penanggung jawab teknis operasional dan pelayanan di bidangnya.
jabatan fungsional yang diperlukan meliputi jabatan fungsional
tertentu, misalnya Teknik Penyehatan Lingkungan yang merupakan
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional
penyelenggara pengelolaan air minum, air limbah, sampah dan
drainase. Selain itu, jabatan fungsional umum misalnya
pengadministrasi TPA, analis lingkungan hidup, Teknisi Mesin dan
peralatan, pengelola sampah, pengelola TPA, operator mesin, teknisi
keciptakaryaan dan lainnya yang akan mendukung tugas operasional
sistem pengelolaan pengelolaan sampah.
(1) Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat Teknis
- Pejabat Teknis BLUD diangkat dan diberhentikan oleh Kepala
Daerah ....

46
- Pejabat Teknis bertanggung jawab kepada Pemimpin BLUD.
- Pejabat Teknis BLUD dapat terdiri dari pegawai negeri sipil
dan/atau pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja, sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
- BLUD Pengelolaan Sampah …... dapat mengangkat Pejabat
Teknis BLUD dari profesional lainnya sesuai dengan kebutuhan,
profesionalitas, kemampuan keuangan dan berdasarkan prinsip
efisiensi, ekonomis dan produktif dalam meningkatkan pelayanan.
- Pejabat Teknis BLUD Pengelolaan Sampah …... yang berasal
dari tenaga profesional lainnya dapat dipekerjakan secara kontrak
atau tetap.
- Pejabat Teknis BLUD Pengelolaan Sampah …... dari tenaga
profesional lainnya diangkat untuk masa jabatan paling lama 5
(lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali
periode masa jabatan berikutnya jika paling tinggi berusia 60
(enam puluh) tahun.
- Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat Teknis BLUD yang
berasal dari pegawai negeri sipil disesuaikan dengan ketentuan
perundangan-undangan di bidang kepegawaian.
- Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan Pejabat Teknis
BLUD ditetapkan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan praktik
bisnis yang sehat. Kompetensi merupakan kemampuan dan
keahlian yang dimiliki oleh Pejabat Teknis BLUD berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas. Kebutuhan praktik bisnis yang sehat
merupakan kesesuaian antara kebutuhan jabatan, kualitas dan
kualifikasi dengan kemampuan keuangan BLUD.
(2) Standar Kompetensi:
- Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Berijazah setidak-tidaknya D3.
- Sehat jasmani dan rohani.
- Cakap melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi jabatan sesuai dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
- Menguasai secara umum tentang segala fasilitas dan
pelayanan UPTD Pengelolaan Sampah …....
- Menguasai pedoman pelayanan, prosedur pelayanan dan
standar pelayanan sesuai dengan bidang tugasnya.
- Memiliki komitmen kuat terhadap peningkatan mutu pelayanan
pengelolaan sampah …....
(3) Tugas Pejabat Teknis
Pejabat Teknis ini merupakan Pejabat Pengelola yang terakhir
yang memiliki tugas sebagai berikut:
- Menyusun perencanaan kegiatan teknis operasional dan
pelayanan di bidangnya;
- Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan pelayanan sesuai
dengan RBA;
- Memimpin dan mengendalikan kegiatan teknis operasional dan
pelayanan di bidangnya; dan

47
- Tugas lainnya yang ditetapkan oleh kepala daerah dan/atau
pemimpin sesuai dengan kewenangannya.
5) Satuan Pengawas Internal (SPI)
Satuan pengawas internal dapat dibentuk oleh Pimpinan BLUD untuk
pengawasan dan pengendalian internal terhadap kinerja pelayanan,
keuangan dan pengaruh lingkungan sosial dalam menyelenggarakan
Praktek Bisnis Yang Sehat. SPI adalah pengawas internal yang
berkedudukan langsung dibawah pemimpin, dengan
mempertimbangkan:
(1) Keseimbangan antara manfaat dan beban;
(2) Kompleksitas manajemen; dan
(3) Volume dan/atau jangkauan pelayanan.
Satuan Pengawasan Internal terdiri dari tim audit bidang administrasi
dan keuangan, serta tim audit pengelolaan sampah sesuai dengan
kebutuhan. Satuan Pengawasan Internal melaksanakan audit secara
rutin terhadap seluruh unit kerja di lingkungan BLUD Pengelolaan
Sampah …... meliputi bidang administrasi dan keuangan, dan
pengelolaan sampah …....
(1) Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Satuan Pengawas
Internal:
- Sehat jasmani dan rohani;
- Memiliki keahlian, integritas, pengalaman, jujur, Perilaku yang
baik, dan dedikasi yang tinggi untuk Memajukan dan
mengembangkan BLUD;
- Memahami penyelenggaraan pemerintahan daerah;
- Memahami tugas dan fungsi BLUD;
- Memiliki pengalaman teknis pada BLUD;
- Berijazah paling rendah D-3(diploma 3);
- Pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun;
- Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling Tinggi 55
(lima puluh lima) tahun pada saat mendaftar Pertama kali;
- Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak Pidana yang
merugikan keuangan negara atau Keuangan daerah;
- Tidak sedang menjalani sanksi pidana; dan
- Mempunyai sikap independen dan obyektif.
(2) Fungsi Satuan Pengawas Internal
- Membantu Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah dalam
melakukan pengawasan internal BLUD Pengelolaan Sampah
…....
- Memberikan rekomendasi perbaikan untuk mencapai sasaran
BLUD Pengelolaan Sampah …... secara ekonomis, efisien, dan
efektif.
- Membantu efektivitas penerapan tata kelola di BLUD
Pengelolaan Sampah …....
- Menangani permasalahan yang berkaitan dengan indikasi
terjadinya KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme) yang
menimbulkan kerugian BLUD Pengelolaan Sampah …... sama
dengan unit kerja terkait.
(3) Tugas Satuan Pengawasan Internal

48
Tugas Satuan Pengawasan Internal membantu manajemen
untuk:
- Pengamanan harta kekayaan;
- Menciptakan akurasi sistem informasi keuangan;
- Menciptakan efisiensi dan produktivitas; dan
- Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam
- Penerapan praktek bisnis yang sehat.
(4) Kewenangan Satuan Pengawas Internal
- Mendapatkan akses secara penuh dan tidak terbatas terhadap
unit-unit kerja BLUD Pengelolaan Sampah …..., aktivitas,
catatan-catatan, dokumen, personel, aset BLUD Pengelolaan
Sampah …..., serta informasi relevan lainnya sesuai dengan
tugas yang ditetapkan oleh Pemimpin BLUD Pengelolaan
Sampah …...
- Menetapkan ruang lingkup kerja dan menerapkan teknik-teknik
audit yang diperlukan untuk mencapai efektivitas sistem
pengendalian internal.
- Memperoleh bantuan, dukungan, maupun kerjasama dari
personel unit kerja yang terkait, terutama dari unit kerja yang
diaudit.
- Mendapatkan kerjasama penuh dari seluruh unsur Pejabat
Pengelola BLUD Pengelolaan Sampah …..., tanggapan terhadap
laporan, dan langkah-langkah perbaikan.
- Mendapatkan dukungan sumberdaya yang memadai untuk
keperluan pelaksanaan tugasnya.
- Mendapatkan bantuan dari tenaga ahli, baik dari dalam maupun
luar BLUD Pengelolaan Sampah …..., sepanjang hal tersebut
diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya.
6) Pegawai BLUD
(1) Pegawai BLUD menyelenggarakan kegiatan untuk mendukung
kinerja BLUD.
(2) Pegawai BLUD berasal dari Pegawai Negeri Sipil dan/atau
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pegawai BLUD dapat diangkat dari tenaga profesional lainnya
sesuai dengan kebutuhan profesionalitas, kemampuan keuangan
dan berdasarkan prinsip efisiensi, ekonomis dan produktif dalam
meningkatkan pelayanan.
(4) Pegawai BLUD dari tenaga profesional lainnya dapat
dipekerjakan secara kontrak atau tetap dan dilaksanakan sesuai
dengan jumlah dan komposisi yang telah disetujui Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
(5) Pengangkatan dan penempatan pegawai BLUD berdasarkan
kompetensi yaitu pengetahuan, keahlian, ketrampilan, integritas,
kepemimpinan, pengalaman, dedikasi dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan sesuai dengan
kebutuhan Praktek Bisnis Yang Sehat.

49
B. Prosedur Kerja
Prosedur kerja menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja antar posisi
jabatan dan fungsi dalam organisasi. Dalam melaksanakan prosedur kerja masing-
masing jabatan memiliki tugas, pokok, fungsi, dan rincian tugas sebagaimana
diuraikan dalam Peraturan Kepala Daerah tentang penerapan BLUD tersebut.
Prosedur kerja BLUD Pengelolaan Sampah tersebut dalam rangka memberikan
pelayanan kepada masyarakat dituangkan dalam bentuk Standar Operating
Prosedur (SOP) pelayanan pengelolaan sampah, penunjang pelayanan pengelolaan
sampah serta pelayanan manajemen yang mempunyai tupoksi dari Tahap
Pemilahan Sampah hingga Pemrosesan Akhir Sampah, meliputi:
1. SOP Manajemen & Administrasi Operator
2. SOP Sumber Daya Manusia
3. SOP Aset Operasi
Ruang Lingkup SOP Bidang Aset Operasi adalah:
a. SOP Tahap Pemilahan
Ruang lingkup Tahap Pemilahan adalah untuk Fasilitas Umum dan Fasilitas
Sosial. Ada 2 (dua) SOP Tahap Pemilahan yaitu:
1) SOP Menyediakan Bin Sampah pada Fasum dan Fasos
2) SOP Memelihara Bin Sampah pada Fasum dan Fasos
b. SOP Tahap Pengumpulan dan Pengolahan yang meliputi:
1) Tempat Penampungan Sementara (TPS) yaitu SOP Memelihara TPS
2) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R)
dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Ada 18 (delapan
belas) SOP terkait TPS 3R dan TPST yaitu:
a) SOP Mencatat Sampah Masuk di TPS 3R/TPST
b) SOP Memilah Sampah Secara Manual di TPS 3R/TPST
c) SOP Memilah Sampah Secara Mekanik di TPST
d) SOP Memelihara Mesin Pencacah Organik Tenaga Listrik di TPS
3R/TPST
e) SOP Memelihara Mesin Pencacah Organik BBM di TPS 3R/TPST
f) TKI Membuat Kompos Dengan Metode Open Windrow di TPS
3R/TPST
g) TKI Membuat Kompos Dengan Metode Caspary di TPS 3R/TPST
h) TKI Membuat Kompos Dengan Metode Takakura di TPS 3R/TPST
i) SOP Memelihara Mesin Pengayak Kompos Tenaga Listrik di TPS
3R/TPST
j) SOP Memelihara Mesin Pengayak Kompos BBM di TPS 3R/TPST
k) SOP Memelihara Mesin Pemadat Plastik di TPST
l) SOP Memelihara Listrik di TPS 3R/TPST
m) SOP Memelihara Instalasi Listrik di TPS 3R/TPST
n) SOP Memelihara Air Bersih di TPS 3R/TPST
o) SOP Memelihara Saluran Drainase di TPS 3R/TPST
p) SOP Memelihara Gudang Penyimpanan di TPS 3R/TPST
q) SOP Memelihara Unit Pengumpul Lindi di TPS 3R/TPST
r) SOP Mengajukan Analisa Komposisi Kompos ke Pihak Ke-3 di TPS
3R/TPS
3) Stasiun Peralihan Antara (SPA)
a) SOP Mencatat Sampah Masuk di SPA
b) SOP Memilah Sampah Secara Mekanik di SPA

50
c) SOP Memindah Sampah dari Alat Pengumpul ke Alat Pemadat
Sampah Skala Kota
d) SOP Memindah Sampah dari Alat Pengumpul ke Alat Pemadat
Sampah Skala Kawasan
e) SOP Mengoperasikan dan Memelihara Alat Pemadat Sampah di SPA
f) SOP Mengeluarkan Sampah di SPA Skala Kota
g) SOP Mengeluarkan Sampah di SPA Skala Kawasan
h) SOP Memelihara Listrik di SPA
i) SOP Memelihara Instalasi Listrik di SPA
j) SOP Memelihara Air Bersih di SPA
k) SOP Memelihara Saluran Drainase di SPA
l) SOP Memelihara Gudang Penyimpanan di SPA
m) SOP Memelihara Unit Pengumpul Lindi di SPA
c. SOP Tahap Pemrosesan Akhir meliputi
a) SOP Menerima Sampah Masuk di TPA Dengan Pencatatan Jembatan
Timbang
b) SOP Menerima Sampah Masuk di TPA Dengan Pencatatan Manual
c) SOP Menguruk Sampah di Sel Kerja TPA
d) SOP Menutup Sampah di Sel Kerja TPA
e) SOP Mengoperasikan TPA Pada Saat Beban Sampah Berlebih
(Shockloading )
f) SOP Mengoperasikan TPA Pada Saat Kondisi Hujan
g) SOP Mengoperasikan TPA Pada Saat Longsor
h) SOP Mengoperasikan TPA Pada Saat Terjadi Kebakaran
1) Fasilitas Dasar, yang memiliki beberapa SOP sebagai berikut:
a) SOP Memelihara Jalan Masuk ke TPA
b) SOP Memelihara Kantor dan Pos Jaga di TPA
c) SOP Memelihara Saluran Drainase di TPA
d) SOP Memelihara Pagar di TPA
2) Fasilitas Penunjang, yang memiliki beberapa SOP sebagai berikut:
a) SOP Memelihara Jembatan Timbang di TPA
b) SOP Memelihara Fasilitas Air Bersih di TPA
c) SOP Memelihara Listrik di TPA
d) SOP Memelihara Instalasi Listrik di TPA
e) SOP Memelihara Bengkel di TPA
f) SOP Memelihara Hanggar di TPA
3) Fasilitas Perlindungan Lingkungan, yang memiliki beberapa SOP sebagai
berikut:
a) SOP Memelihara Lapisan Kedap Air di TPA
b) SOP Memelihara Unit Pengumpul Lindi di TPA
c) SOP Menyiapkan Peralatan Operasional Instalasi Pengolahan Lindi
(IPL)
d) SOP Melakukan Test Kebocoran Bak Instalasi Pengolahan Lindi (IPL)
e) SOP Mengembangbiakkan (Seeding and Aklimatisasi) Bakteri Instalasi
Pengolahan Lindi (IPL)
f) SOP Mengoperasikan dan Memelihara Instalasi Pengolahan Lindi
(IPL) Dengan Sistem BioFilter
g) SOP Mengoperasikan dan Memelihara Instalasi Pengolahan Lindi
(IPL) Dengan Sistem Wetland
h) SOP Memonitoring Operasional Instalasi Pengolahan Lindi (IPL)

51
i) SOP Memelihara Instalasi Penanganan Gas TPA Baru
j) SOP Memelihara Instalasi Penanganan Gas TPA Lama
k) SOP Memelihara Zona Penyangga di TPA
l) SOP Memelihara Tanah Penutup di TPA
m) SOP Memelihara Sumur Uji/Sumur Pantau di TP
4) Fasilitas Operasional
a) SOP Mengoperasikan dan Memelihara Alat Berat di TPA
b) SOP Mengoperasikan dan Memelihara Alat Angkut Tanah Di TP
d. SOP Sarana Pengumpul Sampah
1) SOP Mengoperasikan dan Memelihara Gerobak Sampah
2) SOP Mengoperasikan dan Memelihara Motor Sampah Roda
3) SOP Mengoperasikan dan Memelihara Dump Truck
4) SOP Mengoperasikan dan Memelihara Amroll Truck
e. SOP Sarana Pengangkut Sampah
1) SOP Mengoperasikan dan Memelihara Dump Truck
2) SOP Mengoperasikan dan Memelihara Amroll Truck
SOP diusulkan oleh pelaksana kegiatan sesuai kebutuhan kemudian ditetapkan oleh
Kepala UPTD Pengelolaan Sampah /Pemimpin BLUD. SOP tersebut kemudian
disosialisasikan kepada pihak-pihak terkait baik internal maupun eksternal. SOP
yang telah disusun dilakukan evaluasi secara berkala dan dapat dibuat SOP baru
atau revisi jika diperlukan.

Jenis-jenis SOP yang berlaku di BLUD Pengelolaan Sampah .... lebih lengkap
dicantumkan pada Lampiran.
Selain melalui SOP, mekanisme kerja pelayanan di BLUD Pengelolaan Sampah....
digambarkan juga dalam Alur Pelayanan yang dapat dipahami masyarakat apabila
membutuhkan layanan Pengelolaan Sampah yaitu: (optional)

C. PENGELOMPOKAN FUNGSI (contoh)


Pengelompokan fungsi logis menggambarkan pembagian yang jelas dan rasional
antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung sesuai dengan prinsip pengendalian
internal dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi. Untuk
pengelompokan fungsi logis tersebut, mengacu pada Peraturan Kepala Daerah
yang mengatur organisasi dan rincian tugas pokok UPTD.
Dari uraian struktur organisasi tersebut di atas, tergambar bahwa organisasi BLUD
Pengelolaan Sampah telah dikelompokkan sesuai dengan fungsi sebagai berikut:
1. Telah dilakukan Pemisahan fungsi yang tegas antara Dewan Pengawas dan
Pejabat Pengelola BLUD yang terdiri dari Pemimpin BLUD, Pejabat Keuangan,
dan Pejabat Teknis.
2. Pembagian fungsi pelayanan pengelolaan sampah, fungsi penunjang pelayanan
pengelolaan sampah dan fungsi penyelenggaraan administrasi.
3. Pembagian tugas pokok dan kewenangan yang jelas untuk masing masing
fungsi dalam organisasi yang ditetapkan melalui keputusan Pemimpin BLUD.
4. Fungsi audit internal di lingkungan BLUD Pengelolaan Sampah dengan
membentuk Satuan Pengawas Internal (SPI).
Di bawah ini akan diuraikan pengelompokan fungsi pada UPTD Pengelolaan
Sampah domestik.

52
Tabel 6. Pengelompokkan Fungsi Layanan dan Pendukung BLUD

Pengelolaan Fungsi Pelayanan Fungsi Pendukung


Pengelolaan Sampah
Pemilahan, Pewadahan Sosialisasi kepada
dan 3R masyarakat berkaitan
dengan pemilahan dan 3R
Pengumpulan Sampah ● Pengoperasian
pengumpulan sampah
● Pemeliharaan moda
pengumpulan sampah
Pengolahan Sampah 1. Pemeliharaan sarana Sosialisasi kepada
dan prasarana TPS, TPS 3R masyarakat berkaitan
dan TPA. dengan 3R.
Pengangkutan sampah ● Pengoperasian moda
pengangkut sampah
● Pemeliharaan moda
pengangkutan sampah.
TPA ● Pengoperasian sarana
dan prasarana TPA
● Pengoperasian sarana
dan prasarana
pengelolaan leacheat
● Pengoperasian sarana
dan prasarana
pengelolaan gas methane
● Pelaksanaan
pengendalian
pencemaran lingkungan
(air, udara dan tanah)
● Pemeliharaan sarana dan
prasarana TPA
● Pemeliharaan sarana dan
prasarana pengelolaan
leacheat
● Pemeliharaan sarana dan
prasarana pengelolaan
gas methane

D. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (contoh)


Pengelolaan sumber daya manusia merupakan pengaturan dan kebijakan yang
jelas mengenai sumber daya manusia yang berorientasi pada pemenuhan secara
kuantitatif/kompetensi untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi secara
efisien, efektif, dan produktif. Gambaran umum sumber daya manusia di UPTD
BLUD Pengelolaan Sampah …. Dapat digambarkan sebagai berikut:

53
Tabel …. Contoh Profil Ketenagakerjaan di BLUD Pengelolaan Sampah
Perhitungan
Standar
Jumlah Analisis Kekurangan
No Jenis Tenaga Status Kebutuhan
(orang) Beban Kerja (orang)
(orang)
(orang)
1 Kasubag Tata 1 1 PNS 1 1 0
Usaha
2 Staf Pelaksana 1 1 PPPK 2 2 0
3 Tenaga 2 1 PPPK 2 2 0
Administrasi
4 Akuntan 0 1 1 1
5 Bendahara 1 1 PNS 1 1 0
Pengeluaran
Pembantu
6 Kasir 1 1 PPPK 1 1 0
7 Pengurus 1 1 PNS 1 1 0
Barang
Pembantu
8 Pengawas 1 1 PPPK 1 1 0
Operator
9 Petugas 4 4 PPPK 5 5 1
Operator
10 Pembantu 4 1 PPPK, 3 6 6 2
Operator Alat honorer
Berat
11 Petugas TPS 4 1 PPPK, 3 4 6 2
honorer
12 Petugas 6 2 PPPK, 4 6 6 0
Komposting honorer
13 Petugas gas 1 1 PPPK 2 2 1
Metan
14 Petugas 4 4 Honorer 4 2 0
Pemeliharaan
Sarpras
15 Satpam 6 2 PPPK, 4 6 4 0
honorer
JUMLAH 37 3 PNS, 16 43 41 7
P3K, 18
Honorer

Pengelolaan sumber daya manusia dimulai dari perencanaan pegawai sampai


dengan pemutusan hubungan kerja pegawai sebagai berikut:
1. Perencanaan Pegawai
Perencanaan Pegawai merupakan proses yang sistematis dan strategis untuk
memprediksi kondisi Jumlah PNS atau Non PNS, jenis kualifikasi, keahlian dan
kompetensi yang diinginkan di masa depan melalui Analisis Beban Kerja dan
diharapkan dapat melaksanakan tugas dengan baik agar pelayanan di BLUD
Pengelolaan Sampah dapat lebih baik dan hasilnya meningkat
2. Pengangkatan Pegawai
Pola rekruitmen SDM baik tenaga pelayanan pengelolaan sampah, penunjang
pelayanan pengelolaan sampah maupun administrasi pada UPTD Pengelolaan
Sampah ..... Provinsi/Kabupaten/Kota ... adalah sebagai berikut:
a. SDM yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Pola rekruitmen SDM yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) di UPTD
Pengelolaan Sampah..... Provinsi/Kabupaten/Kota ... dilaksanakan sesuai

54
dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku di Lingkungan
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ....
b. SDM yang berasal dari Tenaga Profesional Non PNS.
Pola rekruitmen SDM yang berasal dari tenaga profesional non PNS
dilaksanakan sebagai berikut:
1) Pengangkatan pegawai berstatus Non PNS dilakukan sesuai dengan
kebutuhan profesionalitas, kemampuan keuangan dan berdasarkan pada
prinsip efisiensi, ekonomis dan produktif dalam rangka peningkatan
pelayanan.
2) Rekrutmen SDM dimaksudkan untuk mengisi formasi yang lowong atau
adanya perluasan organisasi dan perubahan pada bidang-bidang yang
sangat mendesak yang proses pengadaannya tidak dapat dipenuhi oleh
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.
3) Jumlah dan komposisi pegawai Non PNS telah disetujui oleh Satuan Kerja
Pengelola Perangkat Daerah (SKPKD)
4) Tujuan rekrutmen SDM adalah untuk menjaring SDM yang profesional,
jujur, bertanggung jawab, netral, memiliki kompetensi sesuai dengan
tugas/jabatan yang akan diduduki sesuai dengan kebutuhan yang
diharapkan serta mencegah terjadinya unsur KKN (kolusi, korupsi, dan
nepotisme) dalam rekrutmen SDM.
5) Rekrutmen SDM dilakukan berdasarkan prinsip netral, objektif, akuntabel,
bebas dari KKN serta terbuka.
6) Mekanisme pengangkatan pegawai berstatus Non PNS lebih lanjut akan
diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota ....
7) Pengangkatan dan penempatan pegawai BLUD berdasarkan kompetensi
yaitu pengetahuan, keahlian, ketrampilan, integritas, kepemimpinan,
pengalaman, dedikasi dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas dan sesuai dengan kebutuhan Praktek Bisnis Yang
Sehat.

Beberapa perlakuan rekrutmen pegawai dapat ditentukan seperti di bawah ini;


a. Pejabat Pengelola,
Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola UPTD BLUD
Pengelolaan Sampah yang akan menerapkan BLUD diatur dengan
Keputusan Kepala daerah.
b. Karyawan biasa
Pada bagian ini menguraikan ketentuan pengadaan karyawan biasa, seperti:
1) Setiap Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam peraturan ini mempunyai kesempatan yang sama untuk
melamar dan diangkat menjadi karyawan.
2) Rekrutmen hanya untuk mengisi formasi yang dibutuhkan.
3) Rekrutmen karyawan diumumkan seluas-luasnya
c. Karyawan biasa
1) Persyaratan Umum Karyawan
Dijelaskan persyaratan usia, kondisi persyaratan jasmani dan rohani,
bersedia menandatangani surat perjanjian kerja, dan kesediaan mentaati
peraturan tata tertib yang berlaku.
2) Masa Percobaan (apabila diperlukan).
3) Status Karyawan

55
Status karyawan terbagi dalam status karyawan dalam masa percobaan
dan karyawan tetap.
4) Penempatan dan Pemindahan Karyawan .
5) Penempatan karyawan atas dasar kebutuhan pekerjaan dan persyaratan
jabatan.
6) Peraturan Kerja dan Disiplin Kerja,
Peraturan kerja dan disiplin kerja dapat diukur dari waktu dan kehadiran,
hak dan kewajiban karyawan, larangan bagi karyawan, sanksi bagi
pelanggaran dan tindakan disiplin, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),
pemberhentian sementara, masa sakit yang berkepanjangan, pengaturan
pesangon dan uang penghargaan masa kerja, tunjangan bagi keluarga
karyawan yang sedang menjalani proses hukum.
7) Remunerasi.
8) Sesuai dengan Permendagri Nomor 79 Tahun 2018, perlu diuraikan hal-
hal sebagai berikut:
a) Maksud remunerasi yang diberikan adalah apakah imbalan kerja yang
dapat diberikan berupa gaji, tunjangan tetap, honorarium, insentif,
bonus atas prestasi, pesangon dan/atau pensiun sesuai dengan
kondisi keuangan UPTD yang akan menerapkan BLUD.
b) Mekanisme penetapan remunerasi untuk BLUD ditetapkan oleh
Kepala Daerah berdasarkan usulan Kepala BLUD melalui Kepala
SKPD.
i. Bagi pejabat pengelola dan pegawai UPTD yang menerapkan
BLUD yang berstatus PNS, gaji pokok dan tunjangan mengikuti
peraturan perundangan-undangan tentang gaji dan tunjangan PNS
serta dapat diberikan tambahan penghasilan sesuai remunerasi
yang ditetapkan oleh kepala daerah.

3. Penempatan Pegawai
Penempatan pegawai BLUD berdasarkan kompetensi yaitu pengetahuan,
keahlian, ketrampilan, integritas, kepemimpinan, pengalaman, dedikasi dan sikap
perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan sesuai dengan
kebutuhan Praktek Bisnis Yang Sehat

4. Sistem Remunerasi
a. Pengaturan Remunerasi
Pejabat pengelola BLUD dan Pegawai BLUD dapat diberikan remunerasi
sesuai dengan tingkat tanggung jawab dan profesionalisme. Komponen
Remunerasi meliputi:
1) Gaji yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tetap setiap bulan;
2) Tunjangan tetap yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tambahan
pendapatan di luar gaji setiap bulan;
3) Insentif yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tambahan
pendapatan di luar gaji;
4) Bonus atas prestasi yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat
tambahan pendapatan di luar gaji, tunjangan tetap dan insentif, atas
prestasi kerja yang dapat diberikan 1 (satu) kali dala 1 (satu) tahun
anggaran setelah BLUD memenuhi syarat tertentu;
5) Pesangon yaitu imbalan kerja berupa uang santunan purna jabatan
sesuai dengan kemampuan keuangan; dan/atau

56
6) Pensiun yaitu imbalan kerja berupa uang.
b. Pengaturan Remunerasi ditetapkan oleh Bupati/Walikota berdasarkan usulan
yang disampaikan oleh pemimpin BLUD dengan mempertimbangkan prinsip
proporsionalitas, kesetaraan, kepatutan, kewajaran dan kinerja dan dapat
memperhatikan indeks harga daerah/wilayah.
c. Bupati/Walikota dapat membentuk tim pengaturan remunerasi yang
keanggotaannya dapat berasal dari unsur:
1) Instansi Teknis Pengelolaan Sampah…..;
2) Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah;
3) Perguruan Tinggi; dan
4) Lembaga Profesional.
d. Indikator Remunerasi meliputi:
1) Pengalaman dan masa kerja;
2) Ketrampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku;
3) Risiko kerja;
4) Tingkat kegawatdaruratan;
5) Jabatan yang disandang; dan
6) Hasil/capaian kinerja.
e. Remunerasi bagi Pejabat Pengelola meliputi:
1) Bersifat tetap berupa gaji;
2) Bersifat tambahan berupa tunjangan tetap, insentif, dan bonus atas
prestasi kerja; dan
3) Pesangon bagi Pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja dan
profesional lainnya serta pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil.
f. Indikator tambahan bagi remunerasi pemimpin BLUD mempertimbangkan
faktor:
1) Ukuran dan jumlah aset yang dikelola, tingkat pelayanan serta
produktivitas;
2) Pelayanan sejenis;
3) Kemampuan pendapatan; dan
4) Kinerja operasional berdasarkan indikator keuangan, pelayanan, mutu
dan manfaat bagi masyarakat.
g. Remunerasi bagi pejabat keuangan dan pejabat teknis ditetapkan paling
banyak sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari remunerasi pemimpin.
h. Remunerasi bagi Pegawai meliputi:
1) Bersifat tetap berupa gaji;
2) Bersifat tambahan berupa tunjangan tetap, insentif, dan bonus atas
prestasi kerja; dan
3) Pesangon bagi Pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja dan
profesional lainnya serta pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil.
i. Remunerasi bagi Dewan Pengawas berupa honorarium sebagai imbalan
kerja berupa uang, bersifat tetap dan diberikan setiap bulan. Honorarium
Dewan Pengawas sebagai berikut:
1) Honorarium Ketua Dewan Pengawas paling banyak sebesar 40% (empat
puluh persen) dari gaji dan tunjangan pemimpin;
2) Honorarium anggota Dewan Pengawas paling banyak sebesar 36% (tiga
puluh enam persen) dari gaji dan tunjagan pemimpin; dan
3) Honorarium sekretaris Dewan Pengawas paling banyak sebesar 15%
(lima belas persen) dari gaji dan tunjangan pemimpin.

57
j. Pemberian gaji, tunjangan dan pensiun bagi PNS sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
5. Suksesi Manajemen/Jenjang Karir
Kepala BLUD Pengelolaan Sampah mengusulkan persyaratan jabatan dan
proses seleksi untuk jabatan tertentu sesuai dengan kebutuhan UPTD
Pengelolaan Sampah dalam menjalankan strategi.
a. Penetapan persyaratan jabatan dan proses seleksi untuk jabatan tersebut
diatas harus dilaporkan kepada Kepala Daerah melalui kepala Instansi Teknis
Pengelolaan Sampah…...
b. Kepala BLUD Pengelolaan Sampah mengusulkan program pengembangan
kemampuan pegawai UPTD Pengelolaan Sampah baik fungsional maupun
struktural secara transparan
6. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Program pengembangan sumber daya manusia BLUD Pengelolaan Sampah
lima tahun ke depan diarahkan pada pemenuhan jumlah SDM agar berada pada
rasio yang ideal. Selain itu, pengembangan sumber daya manusia juga
diarahkan agar memenuhi kualifikasi SDM sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku agar pelayanan kesehatan kepada pasien/masyarakat
dapat berjalan sebagaimana mestinya. Program pengembangan SDM pada
BLUD Pengelolaan Sampah..... Provinsi/Kabupaten/Kota ... dijabarkan sebagai
berikut :
a. Melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi terpercaya dalam rangka
memenuhi tenaga pengelola sampah sesuai dengan kebutuhan BLUD
Pengelolaan Sampah.
b. Mengembangkan tenaga pengelola sampah yang potensial ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri.
c. Merintis kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pengembangan
kemampuan SDM baik tenaga pengelola sampah maupun administrasi
melalui kegiatan penelitian, kegiatan ilmiah, diskusi panel, seminar,
simposium, lokakarya, pelatihan/diklat, penulisan buku, studi banding, dll.
d. Meningkatkan standar pendidikan tenaga administratif yang potensial,
terutama ke jenjang Diploma III dan S1.
7. Pemutusan Hubungan Kerja
a. Hubungan kerja antara BLUD Pengelolaan Sampah dan Pegawai dapat
berakhir karena satu atau lebih sebab-sebab berikut:
1) Pegawai diberhentikan dengan hormat antara lain:
a) Meninggal dunia
b) Atas permintaan sendiri
c) Mencapai batas usia pensiun
d) Tidak cakap jasmani dan atau rohani
e) Adanya penyederhanaan organisasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2) Pegawai diberhentikan tidak dengan hormat:
a) Melakukan usaha dan atau kegiatan yang bertujuan mengubah
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 atau terlibat dalam
gerakan atau melakukan kegiatan yang menentang Negara dan
Pemerintah.
b) Dipidana penjara atau kurungan berdasarkan ketentuan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan

58
suatu tindak pidana kejahatan yang ada maupun tidak ada
hubungannya dengan jabatan.
3) Batas Usia Pensiun sebagai berikut:
a) Batas usia pensiun bagi PNS termasuk yang memangku jabatan
Dokter yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan kesehatan
sesuai peraturan perundang-undangan.
b) Bagi Pegawai yang memiliki keahlian tertentu yang dibutuhkan tenaga
pengelola sampah sebagaimana angka 1, dapat diperpanjang setiap
tahun.
c) Keahlian pada angka 2 tersebut ditentukan oleh Kepala tenaga
pengelola sampah.
d) Apabila terjadi penyederhanaan organisasi, Pegawai dapat
diberhentikan dengan hormat setelah mendapat persetujuan Kepala
tenaga pengelola sampah.
e) Pegawai yang diberhentikan tidak dengan hormat, tidak mendapat hak
hak kepegawaian.
f) Setiap proses pemutusan hubungan kerja akan dilaksanakan dengan
berpedoman pada ketentuan-ketentuan kepegawaian yang berlaku.

E. PENGELOLAAN KEUANGAN BLUD


1. Struktur Anggaran
Struktur anggaran BLUD Pengelolaan Sampah terdiri dari:
a. Pendapatan BLUD, terdiri dari:
Pendapatan BLUD, terdiri dari:
1) Jasa Layanan
Jasa layanan berupa imbalan yang diperoleh langsung oleh BLUD dari
jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat. Jasa layanan BLUD
Pengelolaan Sampah diperoleh dari jenis layanan yang diberikan kepada
masyarakat guna mendapatkan pelayanan di pengelolaan sampah.
Adapun komponen jasa layanan BLUD meliputi: jasa sarana dan jasa
pelayanan yang ditetapkan dalam tarif layanan.
2) Hibah
Pendapatan hibah diperoleh BLUD dari masyarakat atau badan lain yang
bersifat terikat atau tidak terikat. Pendapatan dari hibah yang bersifat
terikat digunakan sesuai dengan tujuan pemberi hibah sesuai dan selaras
dengan tujuan pengelolaan sampah sebagaimana tercantum dalam
naskah perjanjian hibah.
3) Hasil kerjasama dengan pihak lain
Pendapatan hasil kerjasama diperoleh BLUD Pengelolaan Sampah dari
hasil kerjasama dengan pihak lain baik melalui pemanfaatan aset maupun
melalui kerja sama usaha.
4) APBD
Pendapatan BLUD Pengelolaan Sampah dari APBD diperoleh dari alokasi
DPA APBD untuk BLUD Pengelolaan Sampah seperti anggaran
operasional pengelolaan sampah.
5) Lain-lain pendapatan BLUD yang sah
Pendapatan lain-lain yang sah meliputi:
a) Jasa giro;
b) Pendapatan bunga;
c) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

59
d) Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa BLUD;
e) Investasi;
f) Pengembangan usaha. Pengembangan usaha dilaksanakan dengan
cara pembentukan unit usaha yang merupakan bagian dari BLUD
Pengelolaan Sampah yang bertujuan untuk peningkatan dan
pengembangan layanan.
Pendapatan BLUD dilaksanakan melalui rekening kas BLUD Pengelolaan
Sampah dan dikelola langsung untuk membiayai pengeluaran pengelolaan
sampah sesuai RBA/DBA kecuali yang berasal dari hibah yang terikat.
b. Belanja BLUD
Belanja BLUD Pengelolaan Sampah terdiri dari:
1) Belanja Operasi
Belanja operasi mencakup seluruh belanja untuk menjalankan tugas dan
fungsi meliputi:
a) Belanja pegawai;
b) Belanja barang dan jasa;
c) Belanja bunga dan belanja lainnya.
2) Belanja Modal
Belanja modal mencakup seluruh belanja untuk perolehan asset tetapdan
asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk
digunakan dalam kegiatan BLUD Pengelolaan Sampah. Belanja modal
meliputi belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan
bangunan, belanja jalan, belanja irigasi dan jaringan, dan belanja aset
tetap lainnya, serta belanja modal aset lainnya.
c. Pembiayaan BLUD
Pembiayaan BLUD Pengelolaan Sampah adalah semua penerimaan yang
perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun anggaran
berikutnya.
Jenis pembiayaan meliputi:
1) Penerimaan pembiayaan
Penerimaan pembiayaan meliputi:
a) Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya;
b) Divestasi;
c) Penerimaan utang/pinjaman.
2) Pengeluaran pembiayaan meliputi:
a) Investasi;
b) Pembayaran pokok utang/pinjaman.

2. Perencanaan dan Penganggaran BLUD


BLUD Pengelolaan Sampah merencanakan anggaran dan belanja BLUD dengan
menyusun Rencana Bisnis Anggaran (RBA) yang mengacu kepada Renstra
BLUD Pengelolaan Sampah. RBA Pengelolaan Sampah disusun berdasarkan:
a. Anggaran berbasis kinerja, yaitu analisis kegiatan yang berorientasi pada
pencapaian output dengan penggunaan dana secara efisien.
b. Standar satuan harga, merupakan harga satuan setiap unit barang/jasa yang
berlaku di Pemerintah Daerah.
c. Kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan
diperoleh dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, hibah, hasil

60
kerjasama dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya, APBD, dan
sumber pendapatan BLUD lainnya. Belanja dirinci menjadi belanja modal dan
belanja operasi.

Penyusunan RBA BLUD Pengelolaan Sampah meliputi:


a. Ringkasan pendapatan dan belanja.
b. Rincian anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan yang merupakan
rencana anggaran untuk seluruh kegiatan tahunan yang dinyatakan dalam
satuan uang yang tercermin dari rencana pendapatan, belanja dan
pembiayaan. Khusus untuk rencana belanja disusun dari belanja per
program, kegiatan, dan sub kegiatan yang merupakan rincian dari program
Penunjang Urusan Pemerintah Daerah, kegiatan peningkatan pelayanan
BLUD, serta sub kegiatan pelayanan dan pendukung pelayanan BLUD.
c. Perkiraan harga, merupakan estimasi harga jual produk barang/jasa setelah
memperhitungkan biaya per satuan dan tingkat margin yang ditentukan
seperti tercermin dalam Tarif Layanan.
d. Besaran persentase ambang batas, yaitu besaran persentase perubahan
anggaran bersumber dari pendapatan operasional yang diperkenankan dan
ditentukan dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLUD.
e. Perkiraan maju/forward estimate, yaitu perhitungan kebutuhan dana untuk
tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan
kesinambungan program dan kegiatan yang yang telah disetujui dan menjadi
dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.

RBA BLUD Pengelolaan Sampah menganut pola anggaran fleksibel dengan


suatu persentase ambang batas. RBA juga disertai dengan Standar Pelayanan
Minimal. Konsolidasi perencanaan anggaran BLUD Pengelolaan Sampah dalam
APBD dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pendapatan BLUD yang berasal dari jasa layanan, hibah, hasil kerjasama
dan pendapatan lain yang sah, dikonsolidasikan ke dalam RKA BLUD
Pengelolaan Sampah pada akun pendapatan daerah pada kode rekening
kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain pendapatan asli daerah
yang sah dengan obyek pendapatan dari BLUD;
b. Belanja BLUD yang sumber dananya berasal dari Pendapatan BLUD (jasa
layanan, hibah, hasil kerjasama dan pendapatan lain yang sah) dan Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) BLUD dikonsolidasikan ke dalam RKA
BLUD Pengelolaan Sampah pada akun belanja daerah yang selanjutnya
dirinci dalam 1 (satu) program, 1 (satu) kegiatan, 1 (satu) output dan jenis
belanja. Belanja BLUD tersebut dialokasikan untuk membiayai program
Penunjang Urusan Pemerintah Daerah, kegiatan peningkatan pelayanan
BLUD, serta sub kegiatan pelayanan dan pendukung pelayanan BLUD;
c. Pembiayaan BLUD dikonsolidasikan ke dalam RKA Pengelolaan Sampah
yang selanjutnya dikonsolidasikan pada akun pembiayaan pada Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah;
d. BLUD Pengelolaan Sampah dapat melakukan pergeseran rincian belanja
sepanjang tidak melebihi pagu anggaran dalam jenis belanja pada DPA
untuk selanjutnya disampaikan kepada PPKD; Rincian belanja dicantumkan
dalam RBA.

61
3. Ketentuan konsolidasi RBA dalam RKA sebagai berikut:
a. RBA dikonsolidasikan dan merupakan kesatuan dari RKA BLUD Pengelolaan
Sampah.
b. RKA beserta RBA disampaikan kepada PPKD sebagai bahan penyusunan
rancangan peraturan daerah tentang APBD.
c. PPKD menyampaikan RKA beserta RBA kepada tim anggaran pemerintah
daerah (TAPD) untuk dilakukan penelaahan.
d. Hasil penelaahan antara lain digunakan sebagai dasar pertimbangan alokasi
dana APBD untuk BLUD.
e. Tim anggaran menyampaikan kembali RKA beserta RBA yang telah
dilakukan penelaahan kepada PPKD untuk dicantumkan dalam rancangan
peraturan daerah tentang APBD yang selanjutnya ditetapkan menjadi
Peraturan Daerah tentang APBD.
f. Tahapan dan jadwal proses penyusunan dan penetapan RBA mengikuti
tahapan dan jadwal proses penyusunan dan penetapan APBD dan diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah.
4. Perubahan Rencana Bisnis Anggaran (RBA) pada BLUD dapat dilakukan setiap
saat dalam 1 tahun anggaran. Perubahan RBA dapat dilakukan karena beberapa
hal sebagai berikut:
a. Pergeseran Anggaran Belanja BLUD yang tidak melebihi pagu jenis belanja
di DPA;
b. Pelaksanaan Ambang Batas yang dapat melebihi pagu jenis belanja di DPA,
dimana jika sebelum perubahan akan ditampung di perubahan APBD, jika
sesudah perubahan akan dilaporkan pada LRA;
c. Penggunaan SiLPA Tahun Sebelumnya BLUD dalam tahun anggaran
berikutnya yang dapat melebihi pagu jenis belanja di DPA, apabila belum
dianggarkan dan dalam kondisi mendesak dapat dilaksanakan mendahului
perubahan APBD. Penggunaan SiLPA tahun sebelumnya mendahului
perubahan APBD tersebut dilakukan dengan perubahan RBA tanpa
melakukan perubahan DPA; dan
d. Penyesuaian SiLPA Tahun Sebelumnya BLUD (untuk SiLPA TA sebelumnya
yang sudah dianggarkan) yang dapat melebihi pagu jenis belanja di DPA.
Apabila BLUD telah menganggarkan SiLPA tahun sebelumnya, harus
dilakukan penyesuaian anggaran dengan melakukan koreksi berdasarkan
saldo kas BLUD per 31 Desember yang telah diaudit. Koreksi tersebut
dilakukan melalui mekanisme perubahan RBA yang ditampung dalam
perubahan APBD mengikuti ketentuan mekanisme perubahan APBD.
5. Pelaksanaan Anggaran
Tahapan pelaksanaan anggaran BLUD Pengelolaan Sampah meliputi ketentuan
sebagai berikut:
a. BLUD Pengelolaan Sampah menyusun Dokumen Bisnis Anggaran (DBA)
baik dari dana APBD maupun BLUD, beserta Anggaran Kas sebagai dasar
penyusunan DPA. DBA tersebut yang berasal dari dana BLUD, disusun
atas belanja per program, kegiatan, dan sub kegiatan BLUD yang
merupakan rincian dari program Penunjang Urusan Pemerintah Daerah,
kegiatan peningkatan pelayanan BLUD, serta sub kegiatan pelayanan dan
pendukung pelayanan BLUD.
b. BLUD Pengelolaan Sampah menyusun DPA BLUD berdasarkan peraturan
daerah tentang APBD untuk diajukan kepada PPKD. DPA memuat
pendapatan, belanja dan pembiayaan BLUD.

62
c. PPKD mengesahkan DPA sebagai dasar pelaksanaan anggaran BLUD.
d. DPA yang telah disahkan PPKD menjadi dasar pelaksanaan anggaran yang
bersumber APBD yang digunakan untuk belanja pegawai, belanja modal
dan belanja barang dan/atau jasa yang mekanismenya dilakukan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan anggarannya
dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan
dengan memperhatikan anggaran kas dalam DPA dengan
memperhitungkan: jumlah kas yang tersedia, proyeksi pendapatan dan
proyeksi pengeluaran. Pelaksanaan anggaran dilengkapi dengan
melampirkan RBA.
e. DPA yang telah disahkan dan RBA menjadi perjanjian kinerja yang
ditandatangani oleh Bupati/Walikota. Perjanjian kinerja memuat
kesanggupan untuk:
1) meningkatkan kinerja pelayanan bagi masyarakat;
2) meningkatkan kinerja keuangan dan meningkatkan manfaat bagi
masyarakat.
Pemimpin BLUD menyusun laporan pendapatan BLUD, laporan belanja
BLUD dan laporan pembiayaan BLUD secara berkala dan dilaporkan
kepada PPKD. Laporan dilampiri dengan Surat Pernyataan Tanggungjawab
yang ditandatangani pemimpin BLUD.
f. Berdasarkan laporan BLUD tersebut, Kepala Instansi Teknis Pengelolaan
Sampah….. menerbitkan Surat Permintaan Pengesahan Pendapatan,
Belanja dan Pembiayaan untuk disampaikan kepada PPKD (SP3B).
g. PPKD kemudian mengesahkan dan menerbitkan Surat Pengesahan
Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan (SP2B).

Penatausahaan keuangan BLUD dilaksanakan dengan ketentuan:


a. Pemimpin BLUD membuka rekening kas BLUD untuk keperluan pengelolaan
kas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Rekening kas BLUD digunakan untuk menampung penerimaan dan
pengeluaran kas yang sumber dananya berasal dari Pendapatan BLUD yaitu
jasa layanan, hibah, hasil kerjasama dan pendapatan lain yang sah.
c. Rekening kas BLUD dikendalikan oleh Pejabat Keuangan
d. BLUD dapat membuka rekening untuk Bendahara Penerimaan BLUD dan
Bendahara Pengeluaran BLUD.
e. Penyelenggaraan pengelolaan kas BLUD meliputi:
1) Perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas.
2) Pemungutan pendapatan atau tagihan.
3) Penyimpanan kas dan dan mengelola rekening BLUD.
4) Pembayaran.
5) Perolehan sumber dana untuk menutupi defisit jangka pendek.
6) Pemanfaatan surplus kas untuk memperoleh pendapatan tambahan.
f. Penerimaan BLUD dilaporkan setiap hari kepada pemimpin melalui Pejabat
Keuangan
g. Penatausahaan keuangan BLUD paling sedikit memuat:
1) Pendapatan dan belanja.
2) Penerimaan dan pengeluaran.
3) Utang dan piutang.
4) Persediaan, aset tetap dan investasi.
5) Ekuitas.

63
Penatausahaan keuangan Pendapatan BLUD dicatat dalam Buku Kas Umum
Penerimaan dan Penyetoran yang dilaksanakan melalui prosedur :
a. Pembukuan atas pendapatan secara tunai
b. Pembukuan atas pendapatan melalui Rekening Bank Bendahara Penerimaan
BLUD
c. Pembukuan atas pendapatan melalui Rekening Kas BLUD

Penatausahaan keuangan Belanja BLUD dilaksanakan melalui prosedur :


a. Bendahara pengeluaran BLUD mengajukan Surat Permintaan Pencairan
Dana (S-PPD) dalam rangka melaksanakan belanja kepada Pemimpin BLUD
melalui Pejabat Keuangan
b. Dalam hal ini bendahara pengeluaran BLUD menyusun S-PPD yang dapat
berupa:
1) Uang Persediaan (UP), dipergunakan untuk mengisi uang persediaan
(UP) tiap-tiap BLUD. Pengajuan Surat PPD-UP hanya dilakukan sekali
dalam setahun, selanjutnya untuk mengisi saldo uang persediaan akan
menggunakan Surat PPD-GU.
2) Ganti Uang (GU), yang dipergunakan untuk mengganti UP yang sudah
terpakai.
3) Langsung (LS), yang dipergunakan untuk pembayaran langsung pada
pihak ketiga dengan jumlah yang telah ditetapkan
c. Pejabat Keuangan melakukan verifikasi S-PPD dan menyiapkan Surat
Otorisasi Pencairan Dana (S-OPD)
d. S-OPD dibedakan menjadi 3 (tiga) sesuai dengan jenis S-PPD-nya, yaitu S-
OPD UP, GU, dan LS.
e. Penerbitan S-OPD ditandatangan Pemimpin BLUD dan diserahkan kepada
Pejabat Keuangan untuk diterbitkan Surat Pencairan Dana (S-PD) sesuai
jenisnya, yaitu S-PD UP, GU, dan LS.
f. Pejabat Keuangan menandatangani S-PD dan menyerahkan kepada Bank
untuk dilakukan pencairan

Pembukuan Belanja BLUD dilakukan oleh bendahara pengeluaran BLUD


menggunakan:
a. Buku Kas Umum (BKU) Pengeluaran BLUD
b. Buku Pembantu BKU Pengeluaran BLUD sesuai dengan kebutuhan seperti:
1) Buku Pembantu Kas Tunai;
2) Buku Pembantu Simpanan/Bank;
3) Buku Pembantu Setara Kas;
4) Buku Pembantu Panjar;
5) Buku Pembantu Pajak;
6) Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja.

Pembukuan Belanja dari dana APBD yang sudah dilakukan bendahara


pengeluaran pembantu SKPD juga dapat dilakukan bendahara pengeluaran
BLUD menggunakan:
a. Buku Kas Umum (BKU) Pengeluaran APBD
b. Buku Pembantu BKU Pengeluaran APBD sesuai dengan kebutuhan minimal
seperti:
1) Buku Pembantu Pajak;
2) Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja.

64
Penatausahaan di Pejabat Keuangan BLUD dapat dijelaskan berdasarkan aliran
kas dan jenis anggarannya sebagai berikut:
a. Penerimaan pendapatan BLUD, dimana tidak ada yang dilakukan oleh
Pejabat Keuangan BLUD karena hanya menunggu pendapatan yang masuk
ke rekening kas BLUD.
b. Penerimaan Pembiayaan BLUD, dimana tidak ada yang dilakukan oleh
Pejabat Keuangan BLUD karena hanya menunggu pendapatan yang masuk
ke rekening kas BLUD.
c. Pengeluaran Belanja BLUD (UP/GU/LS), dimana berperan dalam verifikasi S-
PPD dari Bendahara Pengeluaran BLUD kemudian menyiapkan S-OPD
d. Pengeluaran Pembiayaan BLU, dimana Pejabat Keuangan BLUD
mengajukan S-PPD Pejabat Keuangan (S-PPD PK) dan draft S-OPD
e. Pengeluaran Setara Kas (aset setara kas seperti deposito dibawah tiga
bulan)
1) Pejabat Keuangan harus meyakini bahwa dana yang digunakan adalah
idle cash.
2) menyampaikan rencana penempatan dana pada aset setara kas kepada
Pemimpin BLUD mencakup jumlah dana dan pilihan deposito beserta
alasan dan hasil analisa pemilihan.
3) dilakukan dengan pemindahbukuan dari rekening kas BLUD
menggunakan surat perintah pemindahbukuan Pemimpin BLUD ke
Pejabat Keuangan.
4) Apabila Pemimpin BLUD menyetujui, dikeluarkan Surat Keputusan
Pemimpin BLUD tentang aset setara kas yang dipilih.
5) Berdasarkan SK Pemimpin BLUD, Pejabat Keuangan menerbitkan Surat
Perintah Pejabat Keuangan yang memerintahkan pemindahan dana dari
kas BLUD ke dalam aset setara kas yang dipilih.
Pembukuan Pejabat Keuangan BLUD dilakukan dalam rangka pembukuan untuk
mengendalikan rekening kas BLUD yang dilakukan dengan menggunakan Buku
Kas Umum Pejabat Keuangan BLUD.
a. Pembukuan Pejabat Keuangan BLUD meliputi pencatatan atas:
1) Penerimaan pendapatan BLUD (diluar pendapatan APBD) yang diterima
dari:
2) Bendahara Penerimaan BLUD secara tunai maupun pindah buku/transfer
dari rekening bank Bendahara Penerimaan BLUD
b. Pembayar Pendapatan BLUD secara tunai maupun pindah buku/transfer dari
rekening Pembayar Pendapatan BLUD
c. Penerimaan Pembiayaan BLUD
d. Pengeluaran Belanja BLUD baik untuk mekanisme UP/GU maupun LS
e. Pengeluaran Pembiayaan BLUD

Pertanggungjawaban Pendapatan dan Belanja BLUD dilakukan oleh Bendahara


Penerimaan BLUD dan Bendahara Pengeluaran BLUD sebagai berikut:
a. Bendahara penerimaan BLUD wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan
uang yang menjadi tanggung jawabnya kepada Pemimpin BLUD melalui
Pejabat Keuangan BLUD paling lambat pada tanggal 5 bulan berikutnya.
b. Pertanggungjawaban dituangkan dalam Laporan pertanggungjawaban (LPJ)
bendahara penerimaan BLUD yang memuat informasi tentang rekapitulasi

65
penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang ada di bendahara Penerimaan
BLUD
c. LPJ tersebut dilampiri dengan:
1) BKU Penerimaan yang telah ditutup pada akhir bulan berkenaan;
2) Register STS; dan
3) Bukti penerimaan yang sah dan lengkap.
d. Bendahara pengeluaran BLUD wajib menyampaikan pertanggungjawaban
atas pengelolaan uang yang terdapat dalam kewenangannya.
e. Pertanggungjawaban tersebut terdiri atas:
1) pertanggungjawaban penggunaan UP/GU
2) pertanggungjawaban bulanan disampaikan kepada kepada Pemimpin
BLUD melalui Pejabat Keuangan BLUD paling lambat pada tanggal 5
bulan berikutnya, kecuali untuk bulan Desember sebelum tanggal 31
Desember.

6. Pengelolaan Belanja
Pengelolaan Belanja BLUD diberikan fleksibilitas dengan mempertimbangkan
volume kegiatan pelayanan. Fleksibilitas yang dimaksud adalah belanja yang
disesuaikan dengan perubahan pendapatan dalam ambang batas RBA dan DPA
yang telah ditetapkan secara definitif. Fleksibilitas dilaksanakan terhadap Belanja
BLUD yang bersumber dari Pendapatan BLUD yang meliputi: jasa layanan,
hibah, hasil kerjasama dan pendapatan lain yang sah serta hibah tidak terikat.
Ambang batas RBA merupakan besaran persentase realisasi belanja yang
diperkenankan melampaui anggaran dalam RBA dan DPA dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. Dalam hal belanja BLUD melampaui ambang batas, terlebih dahulu
mendapat persetujuan Bupati/Walikota.
b. Dalam hal terjadi kekurangan anggaran BLUD Pengelolaan Sampah
mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBD kepada PPKD.
c. Besaran persentase ambang batas dihitung tanpa memperhitungkan saldo
awal kas.
d. Besaran persentase ambang batas memperhitungkan fluktuasi kegiatan
operasional meliputi:
1) Kecenderungan/tren selisih anggaran pendapatan BLUD selain APBD
tahun berjalan dengan realisasi 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya.
2) Kecenderungan/tren selisih pendapatan BLUD selain APBD dengan
prognosis tahun anggaran berjalan.
3) Besaran persentase ambang batas dicantumkan dalam RBA dan DPA
berupa catatan yang memberikan informasi besaran persentaseambang
batas.
4) Persentase ambang batas merupakan kebutuhan yang dapat diprediksi,
dicapai, terukur, rasional dan dipertanggungjawabkan.
e. Ambang batas digunakan apabila Pendapatan BLUD (jasa layanan, hibah,
hasil kerjasama dan pendapatan lain yang sah) diprediksi melebihi target
pendapatan yang telah ditetapkan dalam RBA dan DPA tahun yang
dianggarkan.

7. Pengelolaan Barang
Pengadaan barang dan/atau jasa di BLUD Pengelolaan Sampah mengikuti
ketentuan sebagai berikut:

66
a. Pengadaan barang dan/atau jasa yang bersumber dari APBD dilaksanakan
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan mengenai barang/ jasa
pemerintah.
b. Pengadaan barang dan/atau jasa yang bersumber dari jasa layanan, hibah
tidak terikat, hasil kerjasama dan lain-lain pendapatan BLUD yang sah,
diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari
peraturan perundangan-undangan mengenai pengadaan barang/jasa
pemerintah.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan barang dan/atau jasa diatur
dengan Peraturan Bupati/Walikota untuk menjamin ketersediaan barang
dan/atau jasa yang lebih bermutu, lebih murah, proses pengadaan yang
sederhana, cepat, serta mudah menyesuaikan dengan kebutuhan untuk
mendukung kelancaran pelayanan pengelolaan sampah.
d. Pengadaan barang dan/atau jasa yang dananya berasal dari hibah terikat,
dilakukan sesuai dengan kebijakan pengadaan dari pemberi hibah atau
Peraturan Bupati/Walikota sepanjang disetujui oleh pemberi hibah.
Pelaksanaan pengadaan barang dan/atau jasa dilakukan dengan memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. Pengadaan barang dan/atau jasa dilakukan oleh pelaksana pengadaan yaitu
panitia atau unit yang dibentuk pemimpin untuk BLUD Pengelolaan Sampah
untuk melaksanakan pengadaan barang dan/atau jasa BLUD.
b. Pelaksana pengadaan terdiri atas personil yang memahami tata cara
pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang
lain yang diperlukan.
Ketentuan pengelolaan barang BLUD Pengelolaan Sampah mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai barang milik daerah.

8. Tarif Layanan
BLUD Pengelolaan Sampah mengenakan Tarif Layanan sebagai imbalan atas
penyediaan layanan barang/jasa kepada masyarakat berupa besaran Tarif
dan/atau Pola Tarif. Penyusunan Tarif Layanan sesuai ketentuan berikut:
a. Tarif Layanan bisa disusun atas dasar:
1) Perhitungan biaya per unit layanan. Bertujuan untuk menutup seluruh atau
sebagian dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang/jasa
atas layanan yang disediakan oleh BLUD Pengelolaan Sampah. Cara
perhitungan dilakukan dengan memenuhi kaidah akuntansi biaya.
2) Hasil per investasi dana. Menggambarkan tingkat pengembalian dari
investasi yang dilakukan oleh pengelolaan sampah selama periode
tertentu.
3) Jika Tarif Layanan tidak dapat ditentukan atas dasar perhitungan biaya
per unit layanan atau hasil per investasi, maka Tarif ditentukan dengan
perhitungan atau penetapan lain yang berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Besaran Tarif disusun dalam bentuk:
1) Nilai nominal uang; dan/atau
2) Persentase atas harga patokan, indeks harga, kurs, pendapatan
kotor/bersih, dan/atau penjualan kotor/bersih.
c. Pola Tarif merupakan penyusunan Tarif Layanan dalam bentuk formula.
Proses penetapan Tarif Layanan sebagai berikut:

67
1) Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah menyusun Tarif Layanan BLUD
Pengelolaan Sampah dengan mempertimbangkan aspek kontinuitas,
pengembangan layanan, kebutuhan, daya beli masyarakat, asas keadilan
dan kepatutan, dan kompetisi sehat dalam penetapan Tarif Layanan yang
dikenakan kepada masyarakat serta batas waktu penetapan Tarif.
2) Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah mengusulkan Tarif Layanan BLUD
Pengelolaan Sampah kepala Bupati/Walikota berupa usulan Tarif Layanan
baru dan/atau usulan perubahan Tarif Layanan.
3) Usulan Tarif Layanan dilakukan secara keseluruhan atau per unit layanan.
4) Untuk penyusunan Tarif Layanan, pemimpin BLUD dapat membentuk tim
yang terdiri dari:
a) Instansi Teknis Pengelolaan Sampah…..;
b) Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah
c) Unsur Perguruan Tinggi
d) Lembaga/asosiasi profesi
5) Tarif Layanan diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota dan disampaikan
kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

9. Piutang dan Utang/Pinjaman


Ketentuan pengelolaan piutang BLUD Pengelolaan Sampah sesuai ketentuan
berikut:
a. Piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, dan/atau transaksi
yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan BLUD
Pengelolaan Sampah.
b. Penagihan piutang pada saat piutang jatuh tempo, dilengkapi dengan
administrasi penagihan.
c. Jika piutang sulit tertagih, penagihan piutang diserahkan kepada
Bupati/Walikota dengan melampirkan bukti yang sah.
d. Piutang dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat. Tata caranya diatur
melalui Peraturan Bupati/Walikota.
Ketentuan pengelolaan utang BLUD Pengelolaan Sampah sebagai berikut:
a. Utang/pinjaman sehubungan dengan kegiatan operasional dan/atau perikatan
pinjaman dengan pihak lain.
b. Utang/pinjaman dapat berupa:
1) Utang/pinjaman jangka pendek. Yaitu utang/pinjaman yang memberikan
manfaat kurang dari 1 (satu) tahun yang timbul karena kegiatan
operasional dan/atau yang diperoleh dengan tujuan untuk menutup selisih
antara jumlah kas yang tersedia ditambah proyeksi jumlah penerimaan
kas dengan proyeksi jumlah pengeluaran kas dalam 1 (satu) tahun
anggaran. Dibuat dalam bentuk perjanjian utang/pinjaman yang
ditandatangani oleh pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah dan pemberi
utang/pinjaman.
2) Pembayaran kembali utang/pinjaman jangka pendek harus dilunasi dalam
tahun anggaran berkenaan dan menjadi tanggung jawab BLUD
Pengelolaan Sampah. Pembayaran bunga dan pokok utang/pinjaman
yang telah jatuh tempo menjadi kewajiban BLUD Pengelolaan Sampah.
Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah dapat melakukan pelampauan
pembayaran bunga dan pokok sepanjang tidak melebihi nilai ambang
batas yang telah ditetapkan dalam RBA. Mekanisme pengajuan
utang/pinjaman jangka pendek diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota.

68
3) Utang/pinjaman Jangka Panjang, yaitu utang/pinjaman yang memberikan
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dengan masa pembayaran kembali atas
utang/pinjaman tersebut lebih dari 1 (satu) tahun anggaran.
Utang/pinjaman jangka panjang hanya untuk pengeluaran belanja modal.
Pembayaran utang/pinjaman jangka panjang merupakan kewajiban
pembayaran kembali utang/pinjaman yang meliputi pokok utang/pinjaman,
bunga, dan biaya lain yang harus dilunasi pada tahun anggaran
berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian utang/pinjaman yang
bersangkutan. Mekanisme pengajuan utang/pinjaman jangka panjang
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Kerjasama BLUD


BLUD Pengelolaan Sampah dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan berdasarkan prinsip
efisiensi, efektivitas, ekonomis dan saling menguntungkan. Prinsip saling
menguntungkan dapat berbentuk finansial dan/atau non finansial. Adapun bentuk
kerjasama tersebut meliputi:
a. Kerjasama operasional. Dilakukan melalui pengelolaan manajemen dan
proses operasional secara bersama dengan mitra kerjasama dengan tidak
menggunakan barang milik daerah.
b. Pemanfaatan barang milik daerah. Dilakukan melalui pendayagunaan barang
milik daerah dan/atau optimalisasi barang milik daerah dengan tidak
mengubah status kepemilikan untuk memperoleh pendapatan dan tidak
mengurangi kualitas pelayanan umum yang menjadi kewajiban BLUD
Pengelolaan Sampah. Pelaksanaan kerjasama dalam bentuk perjanjian.
Pendapatan dari pemanfaatan barang milik daerah yang sepenuhnya untuk
menyelenggarakan tugas dan fungsi kegiatan pengelolaan sampah yang
bersangkutan merupakan Pendapatan BLUD. Pemanfaatan barang milik
daerah mengikuti peraturan perundang-undangan. Tata cara kerjasama
dengan pihak lain mengikuti Peraturan Kepala Daerah.

11. Investasi BLUD


BLUD Pengelolaan Sampah dapat melakukan investasi sepanjang memberikan
manfaat bagi peningkatan pendapatan dan peningkatan pelayanan kepada
masyarakat serta tidak mengganggu likuiditas keuangan dengan tetap
memperhatikan rencana pengeluaran.
Investasi yang diperbolehkan adalah investasi jangka pendek, yaitu investasi
yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua
belas) bulan atau kurang. Investasi jangka pendek dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan surplus kas jangka pendek dengan memperhatikan rencana
pengeluaran. Investasi jangka pendek meliputi:
a. Deposito pada bank umum dengan jangka waktu 3 (tiga) sampai dengan 12
(dua belas) bulan dan/atau yang dapat diperpanjang secara otomatis
b. Surat berharga negara jangka pendek
Karakteristik investasi jangka pendek yaitu:
a. Dapat segera diperjualbelikan
b. Ditujukan untuk manajemen kas
c. Instrumen keuangan dengan risiko rendah

69
12. SILPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) BLUD
Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) merupakan selisih lebih antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran BLUD Pengelolaan Sampah selama 1 (satu) tahun
anggaran. Dihitung berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada 1
(satu) periode anggaran. Ketentuan mengenal SiLPA sebagai berikut:
a. SILPA dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya, kecuali atas
perintah kepala daerah disetorkan sebagian atau seluruhnya ke kas daerah
dengan mempedimbangkan posisi likuiditas dan rencana pengeluaran BLUD
Pengelolaan Sampah.
b. Pemanfaatan SILPA dalam tahun anggaran berikutnya dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.
c. Pemanfaatan SILPA dalam tahun anggaran berikutnya yang digunakan untuk
membiayai program dan kegiatan harus melalui mekanisme APBD.
d. Dalam kondisi mendesak, pemanfaatan SILPA tahun anggaran berikutnya
dapat dilaksanakan mendahului perubahan APBD.
e. Kondisi mendesak yang dimaksudkan adalah:
1) Program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya
belum tersedia dan/atau belum cukup anggarannya pada tahun anggaran
berjalan.
2) Keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan
kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat.

13. Defisit
Defisit anggaran merupakan selisih kurang antara pendapatan dengan belanja
BLUD. Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk
menutupi defisit tersebut antara lain dapat bersumber dari SILPA tahun
anggaran sebelumnya dan penerimaan pinjaman.

14. Laporan Keuangan


BLUD Pengelolaan Sampah menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan. Laporan keuangan BLUD terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
b. Laporan perubahan saldo anggaran lebih
c. Neraca
d. Laporan Operasional (LO)
e. Laporan arus kas
f. Laporan perubahan ekuitas, dan
g. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

Laporan keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)


khususnya PSAP nomor 13 tentang Penyajian Laporan Keuangan BLU yang
sudah disesuaikan dengan struktur RBA BLUD pada Surat Edaran Direktur
Jenderal Bina Keuangan Daerah Nomor Nomor 981/4092/KEUDA tanggal 2
Oktober 2020 hal Pedoman Pengelolaan Keuangan BLUD. Laporan keuangan
disertai dengan laporan kinerja yang berisikan informasi pencapaian hasil atau
keluaran BLUD. Laporan keuangan diaudit oleh pemeriksa eksternal pemerintah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyusunan laporan keuangan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. Pemimpin BLUD menyusun laporan keuangan semesteran dan tahunan

70
b. Laporan keuangan disertai dengan laporan kinerja paling lama 2 (dua) bulan
setelah periode pelaporan berakhir, setelah dilakukan review oleh bidang
pengawasan di Pemerintah Daerah.
c. Laporan keuangan diintegrasikan/dikonsolidasikan ke dalam laporan
keuangan Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….., untuk selanjutnya
diintegrasikan/dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan Pemerintah
Daerah.
d. Hasil review merupakan kesatuan dari laporan keuangan BLUD Pengelolaan
Sampah.

F. PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH


Kepala UPTD Pengelolaan Sampah yang menerapkan BLUD menetapkan kebijakan
pengelolaan sampah dan limbah baik limbah kimia, fisik dan biologik. Kebijakan
pengelolaan lingkungan dan limbah yang diselenggarakan di UPTD Pengelolaan
Sampah yaitu:
1. Pengelolaan limbah di UPTD Pengelolaan Sampah dengan menggunakan IPAL
(Instalasi Pengelolaan Air Limbah). Alur pembuangan limbah di UPTD
Pengelolaan Sampah semua dialirkan menjadi satu saluran pipa pembuangan
yang berakhir pada IPAL. IPAL ini terdiri dari 4 tahap di mulai dengan inlet
masuk di tahap 1. pada sistem ini ada penambahan bakteri starter, kemudian
masuk tahap 2 disini dilakukan penyaringan dengan bio ball dan batu zeolit
kemudian masuk tahap 3 disini ada proses aerasi, setelah itu masuk pada tahap
4 dilakukan penyaringan lagi, setelah itu baru air limbah keluar melalui outlet.
Selama ini di UPTD Pengelolaan Sampah sudah dilakukan uji baku mutu air
limbah ke BTKL …. dengan hasil yang baik dan memenuhi standar kualitas baku
mutu air limbah.
2. Pengelolaan sampah di UPTD Pengelolaan Sampah dibedakan menjadi 5 yaitu
untuk pengelolaan sampah bahan berbahaya dan beracun, sampah organik,
sampah guna ulang, sampah daur ulang, dan sampah residu.
3. UPTD Pengelolaan Sampah memiliki tanggung jawab sosial terhadap
lingkungan. Hal ini diwujudkan dalam upaya pencegahan penyakit yang dapat
ditimbulkan oleh lingkungan yang tidak sehat. Tidak hanya itu UPTD
Pengelolaan Sampah juga memiliki komitmen dalam masalah limbah dan
sampah dengan baik agar tidak mencemari lingkungan.

71
BAB III
PENUTUP

UPTD yang menerapkan Badan Layanan Umum Daerah bertujuan untuk:


1. Memaksimalkan nilai UPTD Pengelolaan Sampah dengan cara menerapkan prinsip
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas dan independensi, agar UPTD
Pengelolaan Sampah memiliki daya saing yang kuat.
2. Mendorong pengelolaan UPTD Pengelolaan Sampah secara profesional, transparan
dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan peningkatan kemandirian organ
UPTD Pengelolaan Sampah.
3. Mendorong agar organisasi UPTD Pengelolaan Sampah dalam membuat keputusan
dan menjalankan kegiatan senantiasa dilandasi dengan nilai moral yang tinggi dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran
atas adanya tanggung jawab sosial UPTD Pengelolaan Sampah terhadap
stakeholder.
4. Meningkatkan kontribusi UPTD Pengelolaan Sampah dalam mendukung
kesejahteraan umum masyarakat melalui pelayanan pengelolaan sampah.

Untuk dapat terlaksananya aturan dalam Pola Tata Kelola perlu mendapat dukungan
dan partisipasi seluruh staf dan karyawan UPTD Pengelolaan Sampah serta perhatian
dan dukungan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota baik bersifat materiil, administratif
maupun politis.

Pola Tata Kelola UPTD Pengelolaan Sampah ini akan direvisi apabila terjadi perubahan
terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pola tata kelola BLUD
Pengelolaan Sampah sebagaimana disebutkan di atas, serta disesuaikan dengan
fungsi, tanggung jawab, dan kewenangan organ serta perubahan lingkungan.

72
BAB V
DOKUMEN RENCANA STRATEGIS BLUD PENGELOLAAN SAMPAH

Rencana Strategi BLUD merupakan perencanaan 5 (lima) tahun yang disusun untuk
menjelaskan strategi pengelolaan BLUD dengan mempertimbangkan alokasi sumber
daya dan kinerja dengan menggunakan teknik analisis bisnis. Rencana Strategi BLUD
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
UPTD Pengolahan Sampah yang ingin mengajukan status menjadi BLUD harus
menyusun Dokumen Rencana Strategi BLUD sebagai bagian dari Rencana Strategi
Dinas Intansi Teknis Pengelola Sampahnya. Penyusunan Rencana Strategi BLUD
tersebut sekurang-kurangnya memuat:
a. Rencana Pengembangan Layanan;
b. Strategis dan Arah Kebijakan;
c. Rencana Program dan Kegiatan; dan
d. Rencana Keuangan.
Dokumen Rencana Strategi BLUD sebagai syarat administratif UPTD agar dapat
menjadi BLUD dapat disusun melalui struktur berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN
1.1.1. Latar Belakang
1.1.2. Tujuan Penyusunan Renstra
1.1.3. Dasar Hukum Renstra
1.1.4. Sistematika Penulisan
BAB II GAMBARAN PELAYANAN
2.1. Gambaran Umum
2.2. Gambaran Organisasi
2.3. Kinerja Pelayanan
BAB III PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS
3.1. Identifikasi Masalah
3.2. Isu Strategis
3.3. Rencana Pengembangan Layanan
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN ARAH KEBIJAKAN
4.1. Visi
4.2. Misi
4.3 Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
4.4 Telaah Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
4.5 Telaah Rencana Strategis Instansi Teknis Pengelolaan Sampah
4.6. Tujuan
4.7. Sasaran
4.8. Strategi dan Arah Kebijakan
BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, DAN PENDANAAN
BAB VI PENUTUP
LAMPIRAN
Dokumen Rencana Strategi BLUD berdasarkan struktur tersebut diatas dapat
digambarkan pada contoh penyajian Dokumen Rencana Strategi BLUD berikut ini.

73
BAB I
PENDAHULUAN

5.1. Latar Belakang


Tuntutan akan kualitas pelayanan pengelolaan sampah dan limbah tampaknya akan
semakin gencar dilakukan oleh masyarakat karena telah menjadi kebutuhan dasar
kehidupan dan penyampaiannya sangat terkait perilaku. Dari aspek persaingan
yang semakin ketat dan masyarakat yang semakin kritis, meskipun didukung
peralatan dan tenaga kerja yang memadai, bila penyampaian jasa kurang
memuaskan maka konsumen akan beralih ke pihak yang memberikan pelayanan
yang terbaik.
UPTD Pengelolaan Sampah … dituntut untuk dapat menerapkan praktek-praktek
bisnis yang sehat, senantiasa memperhatikan keadaan sumber daya manusia,
sarana prasarana yang memadai, prosedur kerja, jaringan kerja, sistem informasi,
dan perangkat lainnya khususnya dalam memberikan pelayanan di Bidang
Pengelolaan Sampah. Di sisi lain sistem pembiayaan masih belum memberikan
keleluasaan bagi UPTD Pengelolaan Sampah … untuk berupaya dalam
peningkatan pelayanan, maka dipandang perlu untuk mengelola UPTD Pengelolaan
Sampah … secara entrepreneur bukan secara birokratik lagi. Untuk itu UPTD
Pengelolaan Sampah … perlu melakukan perubahan mendasar sehingga lebih
mandiri dan mampu berkembang menjadi lembaga yang berorientasi terhadap
kepuasan pelanggan.
Dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang
Badan Layanan Umum Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum, dimana memberikan peluang bagi UPTD Pengelolaan
Sampah … untuk menerapkan BLUD yang memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaannya.
Dalam rangka menerapkan BLUD pada UPTD Pengelolaan Sampah … maka perlu
disusun Tata Kelola yang merupakan aturan internal UPTD Pengelolaan Sampah …
dengan memperhatikan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas
dan independensi.

5.2. Pengertian Rencana Strategis


Berdasarkan Pasal 41 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 tahun 2018
tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), rencana strategis pada BLUD
adalah perencanaan 5 (lima) tahunan yang disusun untuk menjelaskan strategi
pengelolaan BLUD dengan mempertimbangkan alokasi sumber daya dan kinerja
dengan menggunakan teknik analisis bisnis.

Rencana Strategis BLUD Pengelolaan Sampah memuat antara lain:


1. Rencana pengembangan layanan
2. Strategi dan arah kebijakan
3. Rencana program dan kegiatan
4. Rencana keuangan

Rencana Strategis BLUD Pengelolaan Sampah ditetapkan dengan Peraturan


Kepala Daerah. Sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Kepala Daerah, Rencana

74
Strategis BLUD Pengelolaan Sampah tersebut disusun dan ditandatangani oleh
Kepala UPTD Pengelolaan Sampah untuk maju dalam tahap selanjutnya yaitu
penilaian.

5.3. Tujuan Penyusunan Rencana Strategis


Beberapa tujuan yang hendak dicapai atas penyusunan Rencana Strategis
diantaranya adalah:
1. Sebagai Road Map dalam mengarahkan kebijakan alokasi sumberdaya UPTD
Pengelolaan Sampah untuk pencapaian Visi Organisasi.
2. Sebagai pedoman alat pengendalian organisasi terhadap penggunaan anggaran.
3. Untuk mempersatukan langkah dan gerak serta komitmen seluruh staf,
meningkatkan kinerja sesuai standar manajemen dan standar mutu layanan
yang telah ditargetkan dalam dokumen perencanaan.

5.4. Dasar Hukum Rencana Strategis


Dasar Hukum untuk menyusun Rencana Strategis diantaranya adalah:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang nomor
9 Tahun 2015
3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum yang diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2012.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2019
5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan
Umum Daerah.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah
8. Peraturan Daerah tentang Perangkat Daerah.
9. Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota … Nomor … tahun … tentang Kedudukan,
Susunan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Instansi Teknis Pengelolaan
Sampah…...
10. Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota … No … tahun … tentang Unit Pelaksana
Teknis Pada Instansi Teknis Pengelolaan Sampah…...
11. Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota … No … tahun … tentang Rencana
Strategis Perangkat Daerah Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. ….. Tahun
...
12. Peraturan Kepala Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. terkait Renstra
Instansi Teknis Pengelolaan Sampah…..
13. Keputusan Kepala Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota … No … tahun … tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Unit Pelaksana
Teknis Daerah Pengelolaan Sampah.
14. Keputusan Kepala Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. tentang Struktur
Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengelolaan Sampah.

75
5.5. Sistematika Penulisan
Pada sub bab ini berisi sistematika penyusunan dokumen Rencana Strategis
dengan menampilkan pembagian bab dan isi dari masing masing bab. Sistematika
penyusunan dokumen renstra minimal adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1.5. Latar Belakang
1.1.6. Tujuan Penyusunan Renstra
1.1.7. Dasar Hukum Renstra
1.1.8. Sistematika Penulisan
BAB II GAMBARAN PELAYANAN
2.1. Gambaran Umum
2.2. Gambaran Organisasi
2.3. Kinerja Pelayanan
BAB III PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS
3.1. Identifikasi Masalah
3.2. Isu Strategis
3.3. Rencana Pengembangan Layanan
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN ARAH KEBIJAKAN
4.1. Visi
4.2. Misi
4.3 Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
4.4 Telaah Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
4.5 Telaah Rencana Strategis Instansi Teknis Pengelolaan Sampah
4.6. Tujuan
4.7. Sasaran
4.8. Strategi dan Arah Kebijakan
BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, DAN PENDANAAN
BAB VI PENUTUP
LAMPIRAN

76
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN

Tugas pokok UPTD Pengelolaan Pengelolaan Sampah … adalah melakukan


pengelolaan sampah serta kebersihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Untuk
melaksanakan tugas tersebut UPTD memiliki fungsi:
1. Pelaksanaan kebijakan teknis di pengelolaan sampah.
2. Perencanaan pelaksanaan, pengelolaan dan pengendalian teknis pengelolaan
sampah.
3. Perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pengawasan dan pengendalian teknis
limbah;
4. Pengelolaan urusan tata usaha

A. GAMBARAN ORGANISASI
1. Lokasi
BLUD Pengelolaan Sampah .... berada di Kecamatan terletak di Jalan Raya .... No
.... Kecamatan .... Provinsi/Kabupaten/Kota..., terletak di .... km sebelah ..... dari
Provinsi/Kabupaten/Kota.... UPTD Pengelolaan Sampah ditetapkan pada tanggal …
berdasarkan …. mempunyai Surat Izin Operasional yang ditetapkan oleh
Pemerintah dan Perizinan Nomor: .... tentang Izin Operasional pengelolaan sampah.
UPTD Pengelolaan Sampah Provinsi/Kabupaten/Kota ......, mempunyai wilayah
kerja sebanyak.... Desa dari .... desa di wilayah kecamatan ..... dan Kabupaten/Kota
.......(Khusus UPTD milik Provinsi).

2. Pelayanan BLUD Pengelolaan Sampah


BLUD Pengelolaan Sampah..... sebagai penyedia jasa pengelolaan sampah
mempunyai pelayanan utama, yaitu:
a. Layanan pengumpulan sampah
b. Pengelolaan Tempat Penampungan Sementara (TPS)
c. Pengelolaan Sampah skala kawasan
d. Pengangkutan sampah dan limbah
e. Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Upaya layanan pengelolaan sampah tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab
UPTD Pengelolaan Sampah …. meliputi:
a. Upaya pemilahan sampah dari sumber
b. Upaya pengangkutan sampah dari sumber
c. Upaya pengangkutan sampah dari TPS ke TPA
d. Upaya pengolahan sampah organic dan non organik
e. Upaya penyediaan alat angkut pengelolaan sampah
f. Upaya kampanye dan edukasi tentang pengelolaan sampah
Selain itu, UPTD Pengelolaan Sampah..... juga melaksanakan pelayanan tambahan
lainnya yang terkait dengan pengelolaan sampah, seperti: layanan pertamanan,
layanan sampah kompos, dan layanan pengumpulan sampah non organik yang
memiliki nilai jual, dan lain sebagainya.

77
B. GAMBARAN ORGANISASI UPTD PENGELOLAAN SAMPAH
1. Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi.
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan tata hubungan kerja
antar bagian dan garis kewenangan, tanggungjawab dan komunikasi dalam
menyelenggarakan pelayanan dan penunjang pelayanan.
UPTD Pengelolaan Sampah ….. merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah
Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. Provinsi/Kabupaten/Kota... yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pengelolaan pengelolaan sampah serta
kebersihan di lokasi Tempat Pembuangan Akhir dimana tata kerjanya diatur
melalui Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota... No. …. tahun …. tentang
Perangkat Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota... tentang Pembentukan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Instansi Teknis
Pengelolaan Sampah….. ….. Provinsi/Kabupaten/Kota... yang ditindaklanjuti
dengan Keputusan Kepala Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. Nomor ….
Tanggal …. Bulan …. Tahun …. tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota ... Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi,
Kedudukan, dan Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sampah Instansi
Teknis Pengelolaan Sampah….. Provinsi/Kabupaten/Kota....
UPTD Pengelolaan Sampah..... mempunyai tugas melaksanakan sebagian
urusan pemerintahan bidang lingkungan hidup dan kebersihan di pengelolaan
sampah serta tugas pembantuan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
pokok Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. Provinsi/Kabupaten/Kota....
UPTD Pengelolaan Sampah dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Instansi Teknis Pengelolaan
Sampah…..
a. Struktur Organisasi
Dalam rangka penerapan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), organisasi
UPTD Pengelolaan Sampah …. perlu disesuaikan berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan
Umum Daerah.
Susunan organisasi dalam penerapan pengelolaan keuangan, Pejabat
Pengelola Badan Layanan Umum Daerah terdiri dari:
1) Pemimpin BLUD
2) Pejabat Keuangan
3) Pejabat Teknis
Pejabat Pengelola BLUD Pengelolaan Sampah …. diangkat dan
diberhentikan oleh Gubernur/Bupati/Walikota. Pemimpin BLUD UPTD
Pengelolaan Sampah …. bertanggung jawab terhadap
Gubernur/Bupati/Walikota, sedangkan Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis
bertanggung jawab kepada Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..

78
Pemimpin
Dewan
Pengawas BLUD
Satuan
Pengawas
Internal (SPI)

Pejabat Pejabat Pejabat


Keuanga Teknis Teknis
n
Gambar 9. Struktur organisasi BLUD Pengelolaan Sampah ….

b. Uraian Tugas Pejabat Pengelola BLUD


Dari bagan tersebut terlihat bahwa struktur organisasi BLUD UPTD
Pengelolaan Sampah ….. Provinsi/Kabupaten/Kota ... terdiri dari:
1) Pemimpin BLUD dijabat oleh Kepala UPTD Pengelolaan Sampah ….
2) Pejabat Keuangan dijabat oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha
3) Pejabat Teknis dijabat oleh para pejabat fungsional, khususnya yang
menjadi kordinator kelompok jabatan fungsional
Perubahan lainnya dari struktur organisasi UPTD Pengelolaan Sampah ….
Provinsi/Kabupaten/Kota ... yang perlu disesuaikan dengan ketentuan dalam
penerapan BLUD adalah sebagai berikut:
1) Penyebutan Pejabat Pengelola BLUD disesuaikan dengan nomenklatur
pemerintah daerah setempat, sebagai berikut:
a) Kepala UPTD Pengelolaan Sampah …. sebagai Pemimpin BLUD,
b) Pejabat Keuangan direpresentasikan dengan jabatan Kepala Sub
Bagian Tata Usaha
c) Pejabat Teknis direpresentasikan dengan koordinator kelompok
jabatan fungsional
2) Pemimpin BLUD dapat membentuk Satuan Pengawasan Intern (SPI)
dalam rangka meningkatkan sistem pengawasan dan pengendalian
internal UPTD Pengelolaan Sampah ….. terhadap kinerja pelayanan,
keuangan dan pengaruh lingkungan sosial dalam menyelenggarakan
Praktik Bisnis yang Sehat.
3) Adanya penambahan fungsi dalam penatausahaan keuangan BLUD yaitu
fungsi akuntansi, verifikasi dan pelaporan.
4) Pembina dan pengawas terdiri dari:
a) Pembina Teknis dan Pembina Keuangan
Pembina teknis BLUD Pengelolaan Sampah …. adalah Kepala
Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. sedangkan pembina
keuangan adalah Pejabat Pengelola Keuangan Daerah.
b) Satuan Pengawas Internal
Satuan Pengawas Internal berkedudukan langsung di bawah
pemimpin BLUD.
c) Dewan Pengawas

79
Pembentukan Dewan Pengawas dilakukan apabila BLUD
Pengelolaan Sampah …. telah memenuhi persyaratan tentang Dewan
Pengawas yaitu:
(1) Jumlah anggota Dewan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang
apabila:
- Realisasi pendapatan menurut Laporan Realisasi Anggaran 2
(dua) tahun terakhir sebesar Rp.30.000.000.000,- (Tiga Puluh
Miliar) sampai dengan Rp.100.000.000.000,- (Seratus Miliar);
atau
- Nilai aset menurut neraca 2 (dua) tahun terakhir sebesar
Rp.150.000.000.000,- (Seratus Lima Puluh Miliar) sampai
dengan Rp.500.000.000.000,- (Lima Ratus Miliar).
(2) Jumlah anggota Dewan Pengawas paling banyak 5 (lima) orang
apabila:
- Realisasi pendapatan menurut Laporan Realisasi anggaran 2
(dua) tahun terakhir, lebih besar dari Rp.100.000.000.000,-
(Seratus Miliar); atau
- Nilai aset menurut neraca 2 (dua) tahun terakhir lebih besar
dari Rp.500,000,000,000,- (Lima Ratus Miliar).
c. Tata Laksana
1) Dewan Pengawas
Dewan Pengawas BLUD adalah satuan fungsional yang bertugas
melakukan pembinaan dan pengawasan dan pengendalian internal
terhadap pengelolaan BLUD yang dilakukan oleh pejabat pengelola
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Dewan
Pengawas dibentuk dengan keputusan Kepala Daerah.
a) Pengangkatan dan pemberhentian Dewan Pengawas
Anggota Dewan Pengawas yang berjumlah 3 (tiga) orang dapat
terdiri dari unsur-unsur:
(1) 1 (satu) orang pejabat Kepala Instansi Teknis Pengelolaan
Sampah….. yang membidangi BLUD Pengelolaan Sampah …..;
(2) 1 (satu) orang pejabat dari Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah (SKPKD); dan
(3) 1 (satu) orang tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan BLUD
Pengelolaan Sampah …...
Anggota Dewan Pengawas yang berjumlah 5 (lima) orang dapat
terdiri dari unsur-unsur:
(1) 2 (dua) orang pejabat Kepala Instansi Teknis Pengelolaan
Sampah….. yang membidangi BLUD Pengelolaan Sampah …..;
(2) 2 (dua) orang pejabat dari Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah (SKPKD);
(3) 1 (satu) orang tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan BLUD
Pengelolaan Sampah …...
b) Tenaga ahli dapat berasal dari tenaga profesional atau perguruan
tinggi yang memahami tugas fungsi, kegiatan dan layanan BLUD
Pengelolaan Sampah …...
c) Anggota Dewan Pengawas dapat diangkat menjadi anggota Dewan
Pengawas pada 3 (tiga) BLUD.
d) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas dilakukan setelah
pengangkatan Pejabat Pengelola.

80
e) Syarat untuk dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas,
yaitu:
(1) Sehat jasmani dan rohani;
(2) Memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman, jujur,
perilaku yang baik, dan dedikasi yang tinggi untuk memajukan
dan mengembangkan BLUD;
(3) Memahami penyelenggaraan pemerintahan daerah;
(4) Memiliki pengetahuan yang memadai tugas dan fungsi BLUD;
(5) Menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;
(6) Berijazah paling rendah S-1;
(7) Berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun;
(8) Tidak pernah menjadi anggota Direksi, Dewan Pengawas, atau
Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan badan usaha
yang dipimpin dinyatakan pailit;
(9) Tidak sedang menjalani sanksi pidana; dan
(10) Tidak sedang menjadi pengurus partai politik, calon kepala
daerah atau calon wakil kepala daerah, dan/atau calon anggota
legislatif.
f) Masa Jabatan Dewan Pengawas
(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5
(lima) tahun, dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa
jabatan berikutnya apabila belum berusia paling tinggi 60 (enam
puluh) tahun.
(2) Dalam hal batas usia anggota Dewan Pengawas sudah berusia
paling tinggi 60 (enam puluh) tahun, Dewan Pengawas dari
unsur tenaga ahli dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali
masa jabatan berikutnya.
(3) Anggota Dewan Pengawas diberhentikan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota ... karena:
- Meninggal dunia;
- Masa jabatan berakhir;
- Diberhentikan sewaktu-waktu.
(4) Anggota Dewan Pengawas diberhentikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c, karena:
- tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
- tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
- terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD Pengelolaan
Sampah …..;
- Dinyatakan bersalah dalam putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
- Mengundurkan diri;
- Terlibat dalam tindakan kecurangan yang mengakibatkan
kerugian pada BLUD Pengelolaan Sampah ….., negara
dan/atau daerah.
g) Sekretaris Dewan Pengawas
(1) Gubernur/Bupati/Walikota ... dapat mengangkat Sekretaris Dewan
Pengawas untuk mendukung kelancaran tugas Dewan Pengawas.
(2) Sekretaris Dewan Pengawas bukan merupakan anggota Dewan
Pengawas.

81
h) Biaya Dewan Pengawas
Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas Dewan
Pengawas termasuk honorarium Anggota dan Sekretaris Dewan
Pengawas dibebankan pada BLUD Pengelolaan Sampah …..dan
dimuat dalam Rencana Bisnis Anggaran.
i) Pelaksanaan tugas Dewan Pengawas
Dewan Pengawas memiliki tugas:
(1) Memantau perkembangan kegiatan BLUD;
(2) Menilai kinerja keuangan maupun kinerja non keuangan BLUD
dan memberikan rekomendasi atas hasil penilaian untuk
ditindaklanjuti oleh Pejabat Pengelola BLUD;
(3) Memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja dari
hasil laporan audit pemeriksa eksternal pemerintah;
(4) Memberikan nasehat kepada Pejabat Pengelola dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya;
(5) Memberikan pendapat dan saran kepada
Gubernur/Bupati/Walikota mengenai:
- RBA yang diusulkan oleh Pejabat Pengelola;
- Permasalahan yang menjadi kendala dalam pengelolaan
BLUD; dan
- Kinerja BLUD.
(6) Penilaian kinerja keuangan diukur paling sedikit meliputi:
- Memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang
diberikan (rentabilitas);
- Memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuiditas);
- Memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas); dan
- Kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai
pengeluaran.
(7) Penilaian kinerja non keuangan diukur paling sedikit berdasarkan
perspektif pelanggan, proses internal pelayanan, pembelajaran,
dan pertumbuhan;
(8) Dewan Pengawas melaporkan tugasnya kepada Kepala Daerah
secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu tahun atau
sewaktu-waktu jika diperlukan.

d. Manajemen Kepegawaian
Pejabat pengelola dan pegawai BLUD Pengelolaan Sampah …..dapat terdiri
dari pegawai negeri sipil dan/atau tenaga profesional non PNS sesuai
dengan kebutuhan BLUD pengelolaan sampah …... Syarat pengangkatan
dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLUD Pengelolaan
Sampah …..yang berasal dari PNS disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pejabat pengelola dan pegawai BLUD Pengelolaan
Sampah …..yang berasal dari non PNS dapat dipekerjakan secara tetap atau
berdasarkan kontrak sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan BLUD
Pengelolaan Sampah …... Pengangkatan dan pemberhentian pegawai BLUD
Pengelolaan Sampah …..yang berasal dari non PNS dilakukan berdasarkan
pada prinsip efisiensi, ekonomis, dan produktif dalam meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat.
Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..merupakan pejabat kuasa
pengguna anggaran/barang daerah pada SKPD induknya. Pemimpin BLUD

82
Pengelolaan Sampah …..dalam hal ini dapat berasal dari non PNS, Kepala
Bagian Tata Usaha BLUD Pengelolaan Sampah …..wajib berasal dari PNS
menjadi pejabat kuasa pengguna anggaran/barang daerah.
Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLUD
yang berasal dari non PNS, diatur lebih lanjut dengan keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota.
1) Pemimpin BLUD
Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2012 dan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
79 Tahun 2018 mengatur bahwa Kepala UPTD Pengelolaan Sampah …..
bertindak sebagai Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …...
a) Pengangkatan dan pemberhentian Pemimpin BLUD
(1) Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..diangkat dan
diberhentikan oleh Kepala Daerah;
(2) Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah;
(3) Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..diangkat dari pegawai
negeri sipil dan/atau pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja,
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
(4) BLUD Pengelolaan Sampah …..dapat mengangkat pemimpin
BLUD dari profesional lainnya sesuai dengan kebutuhan,
profesionalitas, kemampuan keuangan dan berdasarkan prinsip
efisiensi, ekonomis dan produktif dalam meningkatkan pelayanan.
(5) Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..yang berasal dari
tenaga profesional lainnya dapat dipekerjakan secara kontrak atau
tetap.
(6) Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..dari tenaga profesional
lainnya diangkat untuk masa jabatan paling lama 5 (lima) tahun
dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali periode masa
jabatan berikutnya jika paling tinggi berusia 60 (enam puluh) tahun.
(7) Standar Kompetensi Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …..
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Berijazah setidak-tidaknya Strata Satu (S-1) di pengelolaan
sampah …...
c. Sehat jasmani dan rohani.
d. Mampu memimpin, membina, mengkoordinasikan dan
mengawasi kegiatan BLUD Pengelolaan Sampah …..dengan
seksama.
e. Mampu melakukan pengendalian terhadap tugas dan kegiatan
BLUD Pengelolaan Sampah …..sedemikian rupa sehingga
dapat berjalan secara lancar, efektif, efisien dan berkelanjutan.
f. Cakap menyusun kebijakan strategis BLUD Pengelolaan
Sampah …..dalam meningkatkan pelayanan Pendidikan
kepada masyarakat.
g. Mampu merumuskan visi, misi, dan program BLUD
Pengelolaan Sampah …..yang jelas dan dapat diterapkan,
diantaranya meliputi:
i. Peningkatan kreativitas, prestasi, dan akhlak mulia insan BLUD
Pengelolaan Sampah …...

83
ii. Penciptaan suasana BLUD Pengelolaan Sampah …..yang asri,
aman, dan indah.
iii. Peningkatan kualitas tenaga medis, paramedis dan non medis
BLUD Pengelolaan Sampah …...
iv. Pelaksanaan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas program.
b) Fungsi Pemimpin BLUD
Sesuai dengan Pasal 8 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 79 tahun 2018, Pemimpin BLUD mempunyai fungsi sebagai
penanggung jawab umum operasional dan keuangan di BLUD
Pengelolaan Sampah ….... Pemimpin BLUD bertindak selaku Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA)/Kuasa Pengguna Barang UPTD
Pengelolaan Sampah …....
Dalam hal pemimpin BLUD tidak berasal dari Pegawai Negeri Sipil
maka pejabat keuangan ditunjuk sebagai Kuasa Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Barang sebagaimana tertuang pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 tahun 2018 Pasal 9 ayat
(1) dan ayat (2).
c) Tugas Pemimpin BLUD
(1) Memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi, mengendalikan
dan mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan BLUD agar lebih
efisien dan produktivitas;
(2) Merumuskan penetapan kebijakan teknis BLUD serta kewajiban
lainnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan Kepala
Daerah;
(3) Menyusun Rencana Strategis;
(4) Menyiapkan RBA dan DBA;
(5) Mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis kepada
kepala daerah sesuai dengan ketentuan;
(6) Menetapkan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan BLUD
selain pejabat yang telah ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan;
(7) Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan BLUD yang dilakukan
oleh pejabat keuangan dan pejabat teknis, mengendalikan tugas
pengawasan internal, serta menyampaikan dan
mempertanggungjawabkan kinerja operasional serta keuangan
BLUD kepada kepala daerah;
(8) Tugas lainnya yang ditetapkan oleh kepala daerah sesuai
kewenangannya.
2) Pejabat Keuangan
Pejabat keuangan yang dimaksud pada Pasal 10 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 adalah Kepala Sub Bagian Tata
Usaha yang memiliki fungsi sebagai penanggung jawab keuangan BLUD
Pengelolaan Sampah …... yang meliputi fungsi perbendaharaan, fungsi
akuntansi, fungsi verifikasi dan pelaporan.
a) Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat Keuangan
(1) Pejabat Keuangan BLUD Pengelolaan Sampah …... diangkat dan
diberhentikan oleh Kepala Daerah;
(2) Pejabat Keuangan bertanggung jawab kepada Pemimpin BLUD
Pengelolaan Sampah …...;

84
(3) Pejabat Keuangan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran BLUD
Pengelolaan Sampah …...;
(4) Pejabat Keuangan, Bendahara Penerimaan dan Bendahara
Pengeluaran harus dijabat oleh Pegawai Negeri Sipil;
(5) Standard Kompetensi:
(1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(2) Berijazah setidak-tidaknya S1/D4;
(3) Sehat jasmani dan rohani;
(4) Cakap melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi jabatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
(5) Mempunyai kemampuan melaksanakan administrasi
kepegawaian;
(6) Mempunyai kemampuan melaksanakan administrasi
perkantoran;
(7) Mempunyai kemampuan melaksanakan administrasi barang;
(8) Mempunyai kemampuan melaksanakan administrasi sekolah;
dan
(9) Mempunyai kemampuan melaksanakan administrasi
penyusunan program dan laporan.
b) Tugas Pejabat Keuangan BLUD
Selain melaksanakan tugas sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha,
Pejabat Keuangan BLUD Pengelolaan Sampah …... memiliki tugas
sebagai berikut:
(1) Merumuskan kebijakan terkait pengelolaan keuangan;
(2) Mengkoordinasikan penyusunan RBA dan DBA;
(3) Menyiapkan RKA dan DPA;
(4) Melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;
(5) Menyelenggarakan pengelolaan kas;
(6) Melakukan pengelolaan utang, piutang, dan investasi;
(7) Menyusun kebijakan pengelolaan barang milik daerah yang berada
di bawah penguasaannya;
(8) Menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan;
dan
(9) Tugas lainnya yang ditetapkan oleh kepala daerah dan/atau
pemimpin BLUD sesuai dengan kewenangannya.
3) Pejabat Teknis.
Dengan mengacu pada Pasal 11 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
79 Tahun 2018, Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional bertindak
sebagai Pejabat Teknis dan berfungsi sebagai penanggung jawab teknis
operasional dan pelayanan di bidangnya. jabatan fungsional yang
diperlukan meliputi jabatan fungsional tertentu, misalnya Teknik
Penyehatan Lingkungan yang merupakan pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan teknis fungsional penyelenggara pengelolaan air
minum, air limbah, sampah dan drainase. Selain itu, jabatan fungsional
umum misalnya pengadministrasi TPA, analis lingkungan hidup, teknisi
mesin dan peralatan, pengelola sampah, pengelola TPA, operator mesin,
teknisi keciptakaryaan dan lainnya yang akan mendukung tugas
operasional sistem pengelolaan pengelolaan sampah.
a) Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat Teknis

85
(1) Pejabat Teknis BLUD diangkat dan diberhentikan oleh kepala
daerah;
(2) Pejabat Teknis bertanggung jawab kepada Pemimpin BLUD;
(3) Pejabat Teknis BLUD dapat terdiri dari pegawai negeri sipil
dan/atau pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja, sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan;
(4) BLUD Pengelolaan Sampah …... dapat mengangkat Pejabat
Teknis BLUD dari profesional lainnya sesuai dengan kebutuhan,
profesionalitas, kemampuan keuangan dan berdasarkan prinsip
efisiensi, ekonomis dan produktif dalam meningkatkan pelayanan;
(5) Pejabat Teknis BLUD Pengelolaan Sampah …... yang berasal dari
tenaga profesional lainnya dapat dipekerjakan secara kontrak atau
tetap;
(6) Pejabat Teknis BLUD Pengelolaan Sampah …... dari tenaga
profesional lainnya diangkat untuk masa jabatan paling lama 5
(lima) tahun dan dapat diangkat kembali untk 1 (satu) kali periode
masa jabatan berikutnya jika paling tinggi berusia 60 (enam puluh)
tahun;
(7) Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat Teknis BLUD yang
berasal dari pegawai negeri sipil disesuaikan dengan ketentuan
perundangan-undangan di bidang kepegawaian; dan
(8) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan Pejabat Teknis
BLUD ditetapkan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan praktik
bisnis yang sehat. Kompetensi merupakan kemampuan dan
keahlian yang dimiliki oleh Pejabat Teknis BLUD berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas. Kebutuhan praktik bisnis yang sehat
merupakan kesesuaian antara kebutuhan jabatan, kualitas dan
kualifikasi dengan kemampuan keuangan BLUD.
(9) Standar Kompetensi:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Berijazah setidak-tidaknya D3;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Cakap melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi jabatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
e. Menguasai secara umum tentang segala fasilitas dan
pelayanan UPTD Pengelolaan Sampah …...;
f. Menguasai pedoman pelayanan, prosedur pelayanan dan
standar pelayanan sesuai dengan bidang tugasnya; dan
g. Memiliki komitmen kuat terhadap peningkatan mutu pelayanan
pengelolaan sampah …....
b) Tugas Pejabat Teknis
Pejabat Teknis BLUD Pengelolaan Sampah mempunyai tugas
sebagai berikut:
(1) Menyusun perencanaan kegiatan teknis operasional dan
pelayanan di unit kerjanya;
(2) Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan pelayanan
berdasarkan RBA dan DBA;

86
(3) Memimpin dan mengendalikan kegiatan teknis operasional dan
pelayanan di unit kerjanya; dan
(4) Tugas lainnya yang ditetapkan oleh kepala daerah dan/atau
pemimpin BLUD sesuai dengan kewenangannya.
4) Satuan Pengawasan Intern (SPI)
Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …... dapat membentuk Satuan
Pengawasan Internal yang merupakan aparat internal BLUD Pengelolaan
Sampah …... untuk pengawasan dan pengendalian internal terhadap
kinerja pelayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan sosial dalam
menyelenggarakan Praktek Bisnis Yang Sehat.
Satuan Pengawasan Internal dipimpin oleh seorang ketua yang
bertanggung jawab secara langsung di bawah Pemimpin BLUD
Pengelolaan Sampah, dengan mempertimbangkan:
a) Keseimbangan antara manfaat dan beban;
b) Kompleksitas manajemen; dan
c) Volume dan/atau jangkauan pelayanan.
Satuan Pengawasan Internal terdiri dari tim audit bidang administrasi dan
keuangan, tim audit pengelolaan sampah sesuai dengan kebutuhan.
Satuan Pengawasan Internal melaksanakan audit secara rutin terhadap
seluruh unit kerja di lingkungan BLUD Pengelolaan Sampah meliputi
bidang administrasi dan keuangan, dan pengelolaan sampah …....
a) Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Satuan Pengawas Internal:
(1) Sehat jasmani dan rohani;
(2) Memiliki keahlian, integritas, pengalaman, jujur, perilaku yang
baik, dan dedikasi yang tinggi untuk memajukan dan
mengembangkan BLUD;
(3) Memahami penyelenggaraan pemerintahan daerah;
(4) Memahami tugas dan fungsi BLUD;
(5) Memiliki pengalaman teknis pada BLUD;
(6) Berijazah paling rendah D3;
(7) Pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun;
(8) Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi 55
(lima puluh lima) tahun pada saat mendaftar pertama kali;
(9) Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan keuangan negara atau keuangan daerah;
(10) Tidak sedang menjalani sanksi pidana; dan
(11) Mempunyai sikap independen dan obyektif.
b) Fungsi Satuan Pengawas Internal
(1) Membantu Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …... dalam
melakukan pengawasan internal BLUD Pengelolaan Sampah …...;
(2) Memberikan rekomendasi perbaikan untuk mencapai sasaran
BLUD Pengelolaan Sampah …... secara ekonomis, efisien, dan
efektif;
(3) Membantu efektivitas penerapan pola tata kelola di BLUD
Pengelolaan Sampah …...; dan
(4) Menangani permasalahan yang berkaitan dengan indikasi
terjadinya KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme) yang
menimbulkan kerugian BLUD Pengelolaan Sampah …... sama
dengan unit kerja terkait.

87
c) Tugas Satuan Pengawasan Internal
Tugas Satuan Pengawas Internal adalah membantu manajemen
BLUD Pengelolaan Sampah …... untuk:
(1) Pengamanan harta kekayaan;
(2) Menciptakan akurasi sistem informasi keuangan;
(3) Menciptakan efisiensi dan produktivitas; dan
(4) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam penerapan
Praktek Bisnis Yang Sehat.
d) Kewenangan Satuan Pengawas Internal
(1) Mendapatkan akses secara penuh dan tidak terbatas terhadap
unit-unit kerja BLUD Pengelolaan Sampah …..., aktivitas, catatan-
catatan, dokumen, personel, aset BLUD Pengelolaan Sampah
…...,, serta informasi relevan lainnya sesuai dengan tugas yang
ditetapkan oleh Pemimpin BLUD Pengelolaan Sampah …...;
(2) Menetapkan ruang lingkup kerja dan menerapkan teknik-teknik
audit yang diperlukan untuk mencapai efektivitas sistem
pengendalian internal;
(3) Memperoleh bantuan, dukungan, maupun kerjasama dari personel
unit kerja yang terkait, terutama dari unit kerja yang diaudit;
(4) Mendapatkan kerjasama penuh dari seluruh unsur Pejabat
Pengelola BLUD Pengelolaan Sampah …...,, tanggapan terhadap
laporan, dan langkah-langkah perbaikan;
(5) Mendapatkan dukungan sumberdaya yang memadai untuk
keperluan pelaksanaan tugasnya; dan
(6) Mendapatkan bantuan dari tenaga ahli, baik dari dalam maupun
luar BLUD Pengelolaan Sampah …...,, sepanjang hal tersebut
diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya;
5) Pegawai BLUD
a) Pegawai BLUD menyelenggarakan kegiatan untuk mendukung kinerja
BLUD;
b) Pegawai BLUD berasal dari Pegawai Negeri Sipil dan/atau pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c) Pegawai BLUD dapat diangkat dari tenaga profesional lainnya sesuai
dengan kebutuhan profesionalitas, kemampuan keuangan dan
berdasarkan prinsip efisiensi, ekonomis dan produktif dalam
meningkatkan pelayanan; dan
d) Pegawai BLUD dari tenaga profesional lainnya dapat dipekerjakan
secara kontrak atau tetap dan dilaksanakan sesuai dengan jumlah
dan komposisi yang telah disetujui Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah (PPKD).
e) Pengangkatan dan penempatan pegawai BLUD berdasarkan
kompetensi yaitu pengetahuan, keahlian, ketrampilan, integritas,
kepemimpinan, pengalaman, dedikasi dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan sesuai dengan kebutuhan
Praktek Bisnis Yang Sehat.

2. Sumber Daya Manusia


Gambaran umum sumber daya manusia di UPTD BLUD Pengelolaan Sampah
…. Dapat digambarkan sebagai berikut:

88
Tabel …. Contoh Profil Ketenagakerjaan di BLUD Pengelolaan Sampah
Perhitungan
Standar
Jumlah Analisis Kekurangan
No Jenis Tenaga Status Kebutuhan
(orang) Beban Kerja (orang)
(orang)
(orang)
1 Kasubag Tata 1 1 PNS 1 1 0
Usaha
2 Staf Pelaksana 1 1 PPPK 2 2 0
3 Tenaga 2 1 PPPK 2 2 0
Administrasi
4 Akuntan 0 1 1 1
5 Bendahara 1 1 PNS 1 1 0
Pengeluaran
Pembantu
6 Kasir 1 1 PPPK 1 1 0
7 Pengurus 1 1 PNS 1 1 0
Barang
Pembantu
8 Pengawas 1 1 PPPK 1 1 0
Operator
9 Petugas 4 4 PPPK 5 5 1
Operator
10 Pembantu 4 1 PPPK, 3 6 6 2
Operator Alat honorer
Berat
11 Petugas TPS 4 1 PPPK, 3 4 6 2
honorer
12 Petugas 6 2 PPPK, 4 6 6 0
Komposting honorer
13 Petugas gas 1 1 PPPK 2 2 1
Metan
14 Petugas 4 4 Honorer 4 2 0
Pemeliharaan
Sarpras
15 Satpam 6 2 PPPK, 4 6 4 0
honorer
JUMLAH 37 3 PNS, 16 43 41 7
PPPK, 18
Honorer

3. Sumber Daya Keuangan


Sumber daya keuangan UPTD Pengelolaan Sampah ..... berasal dari dana
operasional APBD, Retribusi Pelayanan Pengelolaan Sampah/Kebersihan,
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dari Pemanfaatan Aset UPTD, dan
Hibah dari instansi swasta.
Berikut ini realisasi keuangan UPTD Pengelolaan Sampah...dari berbagai
sumber dana tersebut:

89
Tabel … Realisasi Pendapatan UPTD Pengelolaan Sampah 2016 – 2020
Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi
No Sumber Dana Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Operasional
1 325,890,000.00 391,068,000.00 469,281,600.00 563,137,920.00 675,765,504.00
APBD
Retribusi
Pelayanan
2 Pengelolaan 208,990,000.00 250,788,000.00 300,945,600.00 361,134,720.00 433,361,664.00
Sampah/
Kebersihan
Retribusi
Pemakaian
Kekayaan
Daerah
3 58,724,020.00 61,660,221.00 64,743,232.05 67,980,393.65 71,379,413.34
(Pemanfaatan
Aset UPTD
Pengelolaan
Sampah)
Hibah dari
4 Lembaga 120,580,200.00 126,609,210.00 132,939,670.50 139,586,654.03 146,565,986.73
Swasta
5 dst
1,131,839,687. 1,327,072,568.0
6 JUMLAH 714,184,220.00 830,125,431.00 967,910,102.55
68 6
*disesuaikan dengan sumber pendapatan UPTD Pengelolaan Sampah masing-masing

4. Sumber Daya Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana UPTD Pengelolaan Sampah ..... … cukup lengkap
dengan kondisi gedung yang baru dibangun pada tahun … Berikut disajikan
daftar sarana dan prasarana yang dimiliki oleh UPTD Pengelolaan Sampah .......

Tabel … Contoh Daftar Sarana dan Prasarana UPTD Pengelolaan Sampah


sampai dengan 31 Desember 2020
Jumlah Jumlah berdasarkan Kondisi
Total
Ruang/Area Kerja Ruang /
Luas (m2) Rusak Rusak
Kecukupan Baik
Sedang Berat
Kebun Pembibitan 1 4.000 1
Sanitary Landfill 1 2.000 1
Wetland 1 1.000 1
Gedung Kantor 1 500 1
Musholla 1 20 1
Pos Jaga 1 15 1
Gazebo 1 20 1
Rumah Jaga 1 60 1
Parkir Roda 2 & 4 1 500 1
Tempat Cuci Armada 1 1.000 1
Hanggar/Gudang
1 1.000 1
Alat Berat
Hanggar Pembuatan
1 2.000 1
Kompos
Hanggar Pemilahan 1 2.000 1

90
Hanggar 3R 1 1.000 1
Gudang Arsip 1 100 1
Gudang Bank
1 1.000 1
Sampah
Gudang Bahan Baku
1 1.000 1
Kompos
Green House 1 500 1
Screen House 1 300 1
Kolam Pengumpul
1 400 1
Lindi
Kolam Fakultatif 1 500 1
Kolam Biofilter 1 500 1
Kolam Anaerobik 1 500 1
Kolam Ikan 1 200 1
Sumur Pantau 5 50 1 4
Jembatan Timbang 1 100 1
Instalasi Pengolahan
1 100 1
Gas Metan
Instalasi Pemurnian
1 200 1
Gas Metan
Instalasi Pengolahan
1 200 1
Lumpur Tinja
Tangki Gas Metan 2 20 1 1
Solar Cell 10 4 8 2
Kendaraan Roda 2 5 - 4 1
Kendaraan Roda 4 2 - 2
Kendaraan Roda
8 - 4 2 2
lebih dari 4
Komputer 5 - 4 1
Laptop 10 - 8 1 1
Printer 3 - 3
Meubilair 30 - 25 4 1
Tanaman Obat
1 - 1
Keluarga
Buku Perpustakaan 1.000 - 850 100 50
Dst

C. KINERJA PELAYANAN (Contoh)


Pelayanan yang disediakan oleh UPTD Pengelolaan Sampah… sesuai dengan
fasilitas dan sumber daya manusia yang dimiliki meliputi:
1. Pengelolaan pengelolaan sampah seperti pengangkutan sampah, pemilahan
sampah, bank sampah, pengomposan dan sebagainya.
2. Pengelolaan limbah seperti limbah B3 dan limbah medis.
3. Pelayanan ketatausahaan seperti: administrasi kepegawaian, pengelolaan
keuangan dan perencanaan pembangunan UPTD Pengelolaan Pengelolaan
Sampah.

91
Dok: BLUD Intan Hijau, Kab,. Banjar, Kalsel

Kinerja pelayanan dari UPTD Pengelolaan Sampah… dapat diukur dari beberapa
aspek, yaitu: Produktivitas, Kualitas layanan, Responsivitas, Responsibilitas, dan
Akuntabilitas, sebagaimana diuraikan berikut:
1. Produktivitas Kinerja
Produktivitas kinerja UPTD Pengelolaan Sampah… dilihat dari aspek
produktivitas yaitu rasio antara input dan output, artinya perbandingan sejauh
mana upaya yang dilakukan dengan hasil yang diperolehnya dalam periode
tertentu. Produktivitas UPTD Pengelolaan Sampah… diukur dari besarnya
jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan dari masyarakat dan besarnya hasil
pengolahan sampah tersebut. Kalau melihat jumlah sampah yang ada, maka
dapat diperkirakan besarnya potensi sampah yang bisa dikumpulkan oleh UPTD
Pengelolaan Sampah… dan hasil pengolahannya. Namun Berdasarkan
penelusuran data sekunder diperoleh data yang sangat jauh dari target
sebagaimana dilihat pada tabel berikut:

Tahun Reduksi Sampah (kg)


2016 1.500.000
2017 1.700.000
2018 1.200.000
2019 950.000
2021 800.000

Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, terlihat bahwa produktivitas UPTD dalam
mengelola sampah belum sebanding dengan jumlah masyarakat. Berdasarkan
penelitian rata-rata produksi sampah/orang/hari adalah 0,14 kg (Ismail, 2018).
Jika jumlah penduduk Provinsi/Kabupaten/Kota … adalah 1.500.000 jiwa dikali
dengan 0,14 kg/hari maka idealnya jumlah sampah yang masuk adalah 210.000
kg/hari atau 76.650.000 kg/tahun dimana sekitar 80%nya adalah sampah organik
yaitu 61.320.000 kg/thn. Jumlah tersebut masih jauh dengan hasil reduksi
sampah yang dicapai di UPTD Pengelolaan Sampah…

92
2. Kualitas Layanan
Kinerja UPTD Pengelolaan Sampah… dilihat dari kemampuan untuk
memberikan pelayanan yang dapat memuaskan para konsumen baik melalui
pelayanan teknis maupun pelayanan administrasi. Kualitas layanan yang
diberikan oleh UPTD Pengelolaan Sampah… dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek,
yaitu dari aspek, jenis layanan, layanan penjemputan, dan layanan pembayaran.
a. Jenis layanan
Jenis layanan yang dimaksud di sini adalah jenis kategori layanan
berdasarkan objek retribusi sampah dan limbah yang dilayani yaitu:
1) Retribusi Sampah Kebutuhan Usaha Kecil
2) Retribusi Sampah Kebutuhan Usaha Menengah
3) Retribusi Sampah Kebutuhan Usaha Besar
4) Retribusi Sampah Kebutuhan Penginapan
5) Retribusi Sampah Kebutuhan Industri Kecil
6) Retribusi Sampah Kebutuhan Toko/Warung/Kios
7) Retribusi Sampah Kebutuhan Rumah Tangga
8) Retribusi Sampah Kebutuhan Gedung Pemerintahan
9) Retribusi Kendaraan Roda Dua
10) Retribusi Kendaraan Roda Empat
Berdasarkan data masing-masing obyek retribusi sampah dan limbah
tersebut, cakupan pelayanan UPTD Pengelolaan Sampah… masih belum
tercapai 50%
b. Layanan Penjemputan
Dari aspek layanan penjemputan, pihak UPTD Pengelolaan Sampah…
menyediakan armada penjemputan yang selalu siap menjemput secara
langsung produksi sampah dari dari semua jenis objek retribusi. Namun
demikian agar cakupan pelayanan semakin besar, diperlukan adanya
tambahan layanan penjemputan.
c. Layanan Pembayaran
Layanan pembayaran yang disediakan UPTD Pengelolaan Sampah…
dapat berupa tunai, transfer ke rekening kas umum daerah atau rekening
bendahara penerimaan pembantu UPTD, namun belum dikembangkan
melalui kanal pembayaran lainnya.
3. Responsivitas
Responsivitas petugas UPTD Pengelolaan Sampah… dilihat dari kemampuan
UPTD Pengelolaan Sampah… dalam mengenali kebutuhan masyarakat di
wilayahnya masing-masing. Responsivitas petugas UPTD Pengelolaan
Sampah… adalah kesigapan dalam menjemput sampah dari masyarakat,
pengadaan sarana operasional dan sosialisasi kepada masyarakat
4. Responsibilitas
Kinerja UPTD Pengelolaan Sampah… dilihat dari aspek responsibilitas adalah
adanya kesesuaian antara program dan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
UPTD Pengelolaan Sampah… dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Program dan kegiatan pelayanan di UPTD Pengelolaan Sampah…
dilaksanakan dengan prinsip 3R yang sesuai dengan amanah yang tertuang
dalam permen LH RI No. 13 Tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce,
reuse, dan recycle. Namun Kenyataannya, kegiatan ini belum sepenuhnya
dilaksanakan oleh UPTD Pengelolaan Sampah… dan masyarakat umum.
5. Akuntabilitas

93
Kinerja UPTD Pengelolaan Sampah… dilihat dari aspek Akuntabilitas adalah
pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan sampah dari UPTD Pengelolaan
Sampah… kepada para pihak terkait dan masyarakat berdasarkan etika dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bentuk akuntabilitas
UPTD Pengelolaan Sampah… adalah adanya laporan kepada Instansi Teknis
Pengelolaan Sampah….. yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah di
Provinsi/Kabupaten/Kota …., berupa laporan penggunaan anggaran pengelolaan
UPTD Pengelolaan Sampah… sebagai SPJ dan dilaporkan dalam laporan
keuangan Instansi Teknis Pengelolaan Sampah…...

Selain pengukuran Kinerja pelayanan dari UPTD Pengelolaan Sampah… dari


beberapa aspek tersebut diatas, kinerja layanan dapat juga dilihat dari capaian
kinerja pelayanan sampah sebagai berikut:
TARGET RENSTRA REALISASI CAPAIAN TAHUN RASIO CAPAIAN PADA TAHUN KE-
NO INDIKATOR
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
Persentase
1 10% 11% 12% 13% 14% 9% 10% 11% 12% 13% 90% 90,9% 91,67% 92,3% 92,86%
pembuatan pupuk
Persentasi
2 pembuatan 50% 51% 52% 53% 54% 40% 45% 50% 51% 50% 80% 88,23% 96,15% 96,23% 92,59%
bibit/pembibitan
Pengolahan dan
3 20% 21% 22% 23% 24% 15% 17% 19% 21% 22% 75% 80,95% 86,36% 91,3% 91,67%
pemilahan sampah
Persentase
4 pengelolaan limbah 5% 6% 7% 8% 9% 2% 4% 5% 6% 7% 40% 66,67% 71,43% 75% 77,78%
B3
Persentase design
5 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
pertamanan

94
BAB III
PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS

A. IDENTIFIKASI MASALAH
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Pelayanan UPTD Pengelolaan Sampah…
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan, ada beberapa faktor yang
menyebabkan kurang optimalnya kinerja UPTD Pengelolaan Sampah… dalam
pengelolaan sampah di Provinsi/Kabupaten/Kota …., antara lain yaitu:
1. Minimnya Sarana dan prasarana,
Sarana prasarana ini ada 2 pihak yaitu sarana prasarana yang dimiliki oleh
UPTD Pengelolaan Sampah… dan sarana prasarana yang dimiliki oleh wilayah
yang dilayani. Kemudian ada dua hambatan yang berpengaruh terhadap kinerja
UPTD Pengelolaan Sampah… , yang pertama keterbatasan lahan
penampungan sampah. Lokasi kantor yang sekaligus menjadi tempat melakukan
aktivitas pengolahan sampah, hanya sekitar 5300 m2 . Kedua adalah teknologi
mesin pengolahan yang tidak tersedia, seperti mesin pencacah plastik dan mesin
pencacah kertas. Penyediaan lahan yang representatif sebagai tempat
penampungan sampah menjadi sangat penting.
2. Kurangnya koordinasi antar lembaga dalam pemerintahan di tingkat kelurahan
Koordianasi yang dimaksud di sini adalah koordinasi antara UPTD Pengelolaan
Sampah… dan pihak kelurahan/kecamatan. Untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa sosialisasi
sangat penting bagi masyarakat untuk memasyarakatkan program UPTD
Pengelolaan Sampah… dan penerapan prinsip 3R. Selama ini sosialisasi
tentang pengolahan sampah sangat kurang dilakukan oleh UPTD Pengelolaan
Sampah… karena menganggap bahwa sosialisasi dan pendampingan itu
merupakan tanggung jawab pihak kelurahan atau kecamatan
3. Aspek peran serta masyarakat
Sasaran itu dari UPTD Pengelolaan Sampah… adalah warga masyarakat.
Sebagaimana tujuannya adalah mengumpulkan dan mengolah sampah dari
sumber. Rendahnya jumlah sampah yang masuk ke UPTD Pengelolaan
Sampah… disebabkan oleh rendahnya peran serta masyarakat dalam
mendukung program pengelolaan sampah UPTD Pengelolaan Sampah… . Hal
ini dapat dilihat dari masih banyaknya sampah yang terbuang secara
sembarangan dan tidak dikelola oleh warga masyarakat di lingkungan sekitar.
Rendahnya peran serta masyarakat terhadap pengelolaan sampah disebabkan
karena pengetahuan terhadap pola pengelolaan sampah berbasis 3R karena
kurangnya sosialisasi..
4. Belum adanya petunjuk pelaksanaan secara teknis kebijakan bank sampah
dalam lingkup Provinsi/Kabupaten/Kota …
Jika mencermati amanat UU No. 18 Tahun 2008 dan Kemen LH No . 13 Tahun
2012 pengelola utama dari bank sampah adalah warga masyarakat. Pemerintah
hanya berfungsi sebagai regulator dan fasilitator, yang tertuang dalam pasal 13
UU No.18 Tahun 2008. Makna dari pasal-pasal yang ada dalam kebijakan ini
perlu dijabarkan lagi dalam bentuk petunjuk teknis dan SOP agar pihak
pemerintah maupun masyarakat dapat mengoperasionalisasikan program UPTD
Pengelolaan Sampah… yang terkait Bank Sampah dengan mudah.

95
B. ISU STRATEGIS
Pelaksanaan pelayanan pengelolaan sampah yang dilaksanakan UPTD
Pengelolaan Sampah… Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. dihadapkan
pada isu-isu strategis yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan yang
diberikan. Isu-isu strategis yang dihadapi UPTD Pengelolaan Sampah… dan yang
akan ditangani melalui visi dan misi UPTD Pengelolaan Sampah… adalah sebagai
berikut:
1. Makin besarnya timbulan sampah akibat kenaikan jumlah penduduk sehingga
perlu cakupan pelayanan sarana dan prasarana sanitasi/pengelolaan sampah
masih rendah dan perlunya perbaikan bangunan, peralatan pemilahan sampah
khususnya di Tempat Pembuangan Sementara (TPS).
2. Meningkatkan koordinasi antar instansi khususnya di tingkat kelurahan.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah
khususnya di pemukiman serta terbatasnya penyelenggaraan pengelolaan dan
pemilahan sampah dan limbah pemukiman yang berbasis masyarakat.
4. Meningkatkan kualitas pengangkutan sampah yang sudah terpilah sejak dari
sumber.
5. Membangun regulasi pengaturan pengelolaan sampah.

C. RENCANA PENGEMBANGAN LAYANAN


Isu strategis berdasarkan analisis internal dan eksternal di BLUD Pengelolaan
Sampah… adalah sebagai berikut:
1. Related Diversification (keanekaragaman)
Diversifikasi pada BLUD Pengelolaan Sampah… dapat dilihat dari berbagai
macam jenis layanan yang sudah dikembangkan. Setiap layanan didukung oleh
petugas atau pekerja yang memahami tugas dan fungsinya misalnya, petugas
lapangan yang paham mana sampah organik dan tidak, sampah yang memiliki
nilai jual tinggi dan rendah. Diversifikasi layanan pada jam kerja pengangkutan
sampah yang juga sudah terpilah setiap harinya oleh petugas pengumpulan.
2. Market Development (pengembangan pasar)
Pengembangan pasar yang dilakukan oleh BLUD Pengelolaan Sampah…
adalah dengan menjangkau konsumen atau masyarakat melalui pendekatan
akses layanan pengangkutan sampah misalnya petugas lapangan memiliki
jadwal tertentu untuk mengangkut sampah organik dan non organik, BLUD
Pengelolaan Sampah… menjadi bank sampah induk di
provinsi/kabupaten/kota.
3. Product Development (pengembangan produk)
Pengembangan produk pelayanan yang dilaksanakan oleh BLUD Pengelolaan
Sampah… dengan memperhatikan kebutuhan konsumen melalui hasil
identifikasi kebutuhan dan umpan balik masyarakat. Beberapa produk layanan
yang menjadi unggulan antara lain:
a. Menerima penjualan produk plastic, kardus, botol kaca,dll
b. Menyediakan jasa layanan sedot tinja atau toilet mobile untuk kegiatan atau
acara besar seperti konser, dll
c. Menjual produk-produk daur ulang
4. Vertical Integration (integrasi vertikal)
Pengembangan pelayanan melalui strategi integrasi vertikal dilaksanakan
dengan meningkatkan koordinasi dengan Instansi Teknis Pengelolaan
Sampah….. Provinsi/Kabupaten/Kota melalui koordinasi perencanaan anggaran,
pembinaan dan pengawasan serta integrasi kegiatan yang menjadi prioritas di

96
Provinsi/Kabupaten/Kota. Misalnya daur ulang sampah organik yang bisa
dikerjasamakan dengan Dinas Pertanian atau Dinas Pertamanan Kota.
5. Pengembangan Jenis Pelayanan
Peningkatan jumlah sampah yang diangkut dari rumah tangga ke TPST setiap
tahunnya mengharuskan BLUD Pengelolaan Sampah… mencari inovasi agar
lebih efisien dalam memberikan pelayanan pada pasien misalnya pengadaan
armada angkutan bukan hanya truk namun juga kendaraan roda tiga agar dapat
menjangkau lebih jauh.
6. Peningkatan Sarana Prasarana Pelayanan
Kebutuhan sarana dan prasarana di BLUD Pengelolaan Sampah… meningkat
seiring dengan pemenuhan standar pelayanan dan peningkatan jumlah sampah
di masyarakat, dan dapat saja memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat
yang tidak terkait langsung produk pengolahan sampah dan limbah tapi tetap
menunjang produk-produk tersebut seperti:
a. Bengkel khusus peralatan dan angkutan sampah dan limbah.
b. Penjualan sparepart dan peralatan khusus angkutan sampah dan limbah.
c. Penjualan bahan bakar khusus untuk angkutan sampah dan limbah.
d. Kafe dan Resto.
e. Dan lain-lain.
7. Peningkatan Mutu SDM Pelayanan
Seiring dengan perkembangan alternatif-alternatif pengolahan sampah dan
limbah maka akan dilakukan perekrutan staf dan pekerja yang paham tentang
pengelolaan sampah serta hal-hal yang berhubungan lainnya.

97
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN DAN ARAH KEBIJAKAN

A. VISI BLUD PENGELOLAAN SAMPAH (contoh)


Visi BLUD Pengelolaan Sampah …. adalah gambaran arah pembangunan atau
kondisi masa depan yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Visi BLUD
Pengelolaan Sampah …. disusun berdasarkan visi Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota.... pada dokumen RPJMD .... Tahun 20…. -20….. Jika
terjadi perubahan visi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota....., maka visi BLUD
Pengelolaan Sampah …. juga akan dilakukan revisi sesuai dengan perubahan
tersebut.
Visi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota........ tahun 20…. -20….. adalah
”Terwujudnya Masyarakat ….. yang Adil, Sejahtera, Unggul dan Berakhlak dengan
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik melalui Semangat Gotong Royong”. Visi
tersebut diturunkan pada beberapa misi dimana pada Misi ke-2 Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota........ : Misi ke-2 berbunyi “Meningkatkan pembangunan
infrastruktur dan kawasan permukiman yang berkualitas dan berwawasan
lingkungan” dimana misi ini dapat digunakan untuk menentukan visi BLUD
Pengelolaan Sampah …. Sebagai berikut:
Contoh:
BLUD Pengelolaan Sampah …. Provinsi/Kabupaten/Kota........ mencapai
pengurangan sampah sebesar 70% pada tahun 2025
Visi BLUD Pengelolaan Sampah …. sejalan dengan cita-cita Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota........ mewujudkan kehidupan berkualitas melalui
pemerataan layanan dasar. Selain melalui pemerataan tersebut, layanan
pengelolaan sampah harus lebih bermutu sehingga masyarakat dapat memiliki
kehidupan yang berkualitas, sehingga dapat menciptakan masyarakat yang lebih
baik dan terdorong untuk berperan aktif dan mandiri serta berdaya saing.
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota............ berupaya mewujudkan masyarakat
yang aktif, mandiri serta berdaya saing tinggi melalui pelayanan BLUD Pengelolaan
Sampah …. yang dapat memfasilitasi masyarakat sehingga menyadari kebutuhan
akan lingkungan yang bersih dan sehat.

B. MISI BLUD PENGELOLAAN SAMPAH (contoh)


Misi BLUD Pengelolaan Sampah …. adalah langkah-langkah yang akan diambil
untuk mewujudkan visi pengelolaan sampah. Berdasarkan Misi yang ada dalam
RPJMD Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota............ misi yang terkait dengan
program di BLUD Pengelolaan Sampah …. untuk mencapai visi BLUD
Pengelolaan Sampah …. adalah dengan:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sarana serta prasarana
2. Menerapkan pengelolaan sampah 3R di tingkat rumah tangga, TPST 3 R dan
TPA.
3. Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan pengelolaan sampah serta Bank
Sampah
4. Menciptakan lingkungan yang berkualitas untuk mendukung aktivitas masyarakat
di wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota............

98
C. TELAAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) (contoh)
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan produk dari hasil Rencana Tata
Ruang (RTR) di mana jika dilihat dari ruang lingkup materinya tergolong dalam
Rencana Umum Tata Ruang. RTRW kemudian dapat digolongkan lagi berdasarkan
ruang lingkup wilayahnya yang terdiri dari: 1. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(RTRWP); dan 2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Kota (RTRWK).
Keduanya harus mengacu ke RTRW Nasional.
Rencana tata ruang wilayah provinsi memuat:
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi
2. Rencana struktur ruang wilayah provinsi meliputi sistem perkotaan yang
berkaitan dengan kawasan pedesaan.
3. Penetapan kawasan strategis provinsi Arahan pemanfaatan ruang wilayah yang
berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan.
Arahan tata ruang wilayah provinsi yang berisi arahan peraturan zonasi sistem
provinsi, arahan perizinan, dan lainnya. Tujuan penataan ruang wilayah provinsi
merupakan arahan perwujudan ruang wilayah provinsi yang diinginkan pada masa
yang akan datang. Beberapa fungsi dari penataan ruang wilayah provinsi adalah:
1. Sebagai dasar untuk memformulasi kebijakan dan strategi penataan ruang
wilayah provinsi.
2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam rencana tata
ruang wilayah.
3. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah provinsi.
Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 11
Ayat 2, pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan
ruang wilayah kabupaten. Penataan tersebut meliputi perencanaan tata ruang
wilayah kabupaten, pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Fungsi rencana tata ruang wilayah
kabupaten atau kota di antaranya:
1. Acuan dalam pemanfaatan ruang atau pengembangan wilayah kabupaten atau
kota.
2. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah
kabupaten atau kota.
3. Acuan dalam penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah dan
rencana pembangunan jangka menengah daerah.
4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten atau kota yang dilakukan
pemerintah, masyarakat, dan swasta.
5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kabupaten atau
kota.
6. Acuan dalam administrasi pertahanan.
a. Manfaat rencana tata ruang wilayah terdapat beberapa, yaitu:
b. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kabupaten atau
kota.
c. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kabupaten kota dengan
wilayah sekitarnya
Selaras dengan penjelasan RTRW tersebut, maka tujuan dokumen RTRW ini
adalah memastikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang mengacu ke
RTRW tersebut dapat masuk ke dalam proses penyusunan dan dokumen RPJMD
Provinsi/Kabupaten/Kota..... Tahun 20…. -20…... Hasil Analisis terhadap Dokumen
KLHS Instansi Teknis Pengelolaan Sampah dapat dilihat sebagaimana tabel berikut:

99
Rencana Struktur Ruang Indikasi Program Pengaruh Arahan Lokasi
Struktur Ruang Saat Ini Pemanfaatan Rencana Pengembangan
Ruang pada Struktur Ruang Pelayanan
Periode terhadap Instansi Teknis
Perencanaan Kebutuhan Pengelolaan
Berkenaan Pelayanan Sampah
Instansi Teknis
Pengelolaan
Sampah
Perwujudan pusat Masih berproses Pembagian
kegiatan yang menjadi pusat wilayah serta
memperkuat kegiatan yang pembentukan dan
kegiatan memperkuat pengembangan
agribisnis, kegiatan agribisnis, pusat kegiatan
pariwisata dan pariwisata dan kawasan
kegiatan lainnya kegiatan yang
secara optimal optimal
Peningkatan Masih berproses Peningkatan
aksesibilitas dan meningkatkan kapasitas dan
transportasi yang kualitas aksesibilitas layanan jaringan
dapat dan transportasi jalan,
mengarahkan pengembangan
peningkatan terminal dan
fungsi dan peningkatan
keterkaitan antar pelayanan rute
pusat kegiatan transportasi
dan sistem
transportasi yang
optimal
Peningkatan Masih berproses Mewujudkan Mengurangi di seluruh wilayah
kualitas dan meningkatkan lingkungan volume sampah Provinsi/
jangkauan kualitas dan permukiman kota yang akan Kabupaten/ Kota …
pelayanan sarana jangkauan yang nyaman dan dibuang ke tempat
dan prasarana pelayanan sarana aman pemrosesan akhir
yang dapat dan prasarana yang (TPA) dengan
mendorong dapat mendorong cara pengolahan
perkembangan perkembangan setempat per
kegiatan dan kegiatan dan wilayah melalui
perbaikan perbaikan teknik-teknik
lingkungan lingkungan berwawasan
permukiman permukiman lingkungan

Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), program yang


dilaksanakan oleh Instansi Teknis Pengelolaan Sampah….. sudah memperhatikan:
1. Indikasi Program Pemanfaatan Ruang pada Periode Perencanaan Berkenaan; 2.
Pengaruh Rencana Struktur Ruang terhadap Kebutuhan Pelayanan Instansi Teknis
Pengelolaan Sampah; dan 3. Arahan Lokasi Pengembangan Pelayanan Instansi
Teknis Pengelolaan Sampah pada RTRW tersebut.

D. TELAAH KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) (contoh)


KLHS adalah adalah serangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan
partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan atau program. Selaras dengan pengertian KLHS tersebut,
maka tujuan penyelenggaraan pelaksanaan KLHS ini adalah memastikan bahwa
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dapat ke dalam proses penyusunan dan
dokumen RPJMD Provinsi/Kabupaten/Kota..... Tahun 20…. -20…... Hasil Analisis

100
terhadap Dokumen KLHS Dinas Lingkungan Hidup dapat dilihat sebagaimana tabel
berikut:
Catatan bagi Perumusan
Implikasi terhadap Pelayanan Program, Kegiatan, Sub
Aspek Kajian Ringkasan KLHS
BLUD Pengelolaan Sampah Kegiatan BLUD
Pengelolaan Sampah
Pengelolaan Isu strategis yang Timbulan sampah merupakan Program yang dilaksanakan
sampah dan muncul berdasar masalah lingkungan yang secara selama periode tahun 2015-
lingkungan hidup pemetaan tema langsung dan tidak langsung 2020 meliputi program yang
besar isu-isu berkaitan dengan pencapaian telah tercantum dalam
pembangunan visi dan misi lampiran Peraturan Menteri
berkelanjutan yang Provinsi/Kabupaten/Kota..... Dalam Negeri Nomor 13
berhubungan dengan Tahun 20…. -20…..., sekaligus Tahun 2006 tentang
lingkungan hidup mempunyai pengaruh terhadap Pengelolaan Keuangan
adalah optimalisasi kualitas air, udara dan lahan di Daerah yaitu Program
sistem pengelolaan Provinsi/Kabupaten/Kota..... Pengembangan Kinerja
sampah terpadu. Tahun 20…. -20….... Pengelolaan Persampahan,
Program Pengendalian
Pencemaran dan Perusakan
Lingkungan Hidup,
dan Program Peningkatan
Kualitas dan Akses
Informasi SDA dan LH.
Pada periode 2021-2025
diusulkan 2 (dua) program
untuk mendukung penilaian
kinerja yaitu Program
Pengelolaan Sampah

Berdasarkan dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Provinsi/Kabupaten/Kota............, program yang dilaksanakan oleh Instansi Teknis
Pengelolaan Sampah….. sangat mempengaruhi dan berdampak terhadap perbaikan
lingkungan.

E. TELAAH RENCANA STRATEGIS INSTANSI TEKNIS PENGELOLAAN


SAMPAH….. (contoh)
Dalam menyusun Rencana Strategi BLUD perlu dilakukan analisa terhadap
Rencana Strategi Instansi yang lebih tinggi. Hasil analisa terhadap Renstra Dinas
Instansi Teknis Pengelola Sampah dan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dapat dilihat sebagaimana tabel berikut:

Capaian Sasaran Sasaran pada Sasaran pada


Renstra Dinas Renstra Dinas Renstra
No Indikator Kinerja Instansi Teknis Instansi Teknis Kementerian
Pengelola Sampah Pengelola Sampah Lingkungan Hidup
(Kabupaten/Kota) (Provinsi) dan Kehutanan
1 Indeks Kualitas Air Meningkatnya kualitas Mengendalikan dan Menurunkan beban
(IKA) air dan menurunnya menurunkan beban pencemaran
pencemaran air pencemaran air dan lingkungan dan
pencemaran udara mengendalikan
dari sumber tidak kerusakan lingkungan
bergerak hidup
2 Indeks Kualitas Udara Meningkatnya kualitas Meningkatkan Meningkatkan
(IKU) udara dan kapasitas kapasitas
menurunnya pengelolaan sumber pengelolaan sumber
pencemaran udara daya alam dan daya alam dan
lingkungan hidup lingkungan hidup

101
3 Indeks Kualitas Meningkatnya kualitas Peningkatan tutupan Melestarikan
Tutupan Lahan (IKTL) lingkungan lahan/hutan melalui keseimbangan
penguatan upaya ekosistem dan
rehabilitasi hutan, keanekaragaman
peningkatan tutupan hayati serta
vegetasi terutama di keberadaan sumber
perkotaan, rehabilitasi daya alam sebagai
lahan kritis/terlantar, sistem penyangga
pengendalian kehidupan untuk
kerusakan ekosistem mendukung
dan pemulihan pembangunan
tutupan lahan/hutan, berkelanjutan
kawasan bekas
tambang, kawasan
terkontaminasi B3
serta kawasan pesisir
dan laut
4 Cakupan Pelayanan Meningkatnya
Penanganan Sampah pengelolaan
persampahan
5 Cakupan Pengelolaan Meningkatnya ruang
Taman terbuka hijau

Berdasarkan telaah dokumen Rencana Strategis Instansi Teknis Pengelola Sampah


dari Provinsi/Kabupaten/Kota............ dan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, teridentifikasi indikator kinerja yang harus diperhatikan dalam
penyusunan Rencana Strategi BLUD yaitu Cakupan Pelayanan Penanganan
Sampah dengan capaian sasaran Meningkatnya pengelolaan persampahan.

F. TUJUAN BLUD PENGELOLAAN SAMPAH (contoh)


Tujuan organisasi merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi
organisasi yang mengandung makna:
1. Merupakan hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu
sampai tahun terakhir renstra.
2. Menggambarkan arah strategis organisasi dan perbaikan-perbaikan yang ingin
diciptakan sesuai tugas pokok dan fungsi organisasi
3. Meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan arah saran dan strategi
organisasi berupa kebijakan, program operasional dan kegiatan pokok organisasi
selama kurun waktu renstra.

Mencermati hasil identifikasi masalah, telaah visi misi Gubernur/Bupati/Walikota dalam


RPJMD Provinsi/Kabupaten/Kota..... Tahun 20…. -20…..., telaah Renstra Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 20…. -20…..., telaah RTRW dan KLHS, serta
perumusan isu-isu strategis dengan berpedoman pada Misi 2 Gubernur/Bupati/Walikota
yakni “Meningkatkan pembangunan infrastruktur dan kawasan permukiman yang
berkualitas dan berwawasan lingkungan “, maka dapat ditetapkan Tujuan Instansi
Teknis Pengelolaan Sampah….. adalah “Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di
wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota..... “. Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di
bagian sebelumnya, dirumuskan sasaran jangka menengah Instansi Teknis
Pengelolaan Sampah….. Provinsi/Kabupaten/Kota..... sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di wilayah Provinsi/ Kabupaten/ Kota.....
2. Meningkatkan pengelolaan sampah dan keindahan di wilayah Provinsi/
Kabupaten/ Kota.....

102
2 (dua) butir sasaran yang dirumuskan guna mencapai tujuan jangka menengah,
pencapaiannya dapat dijadikan tolok ukur kinerja Provinsi/Kabupaten/Kota..... pada
umumnya dan khususnya pada BLUD Pengelolaan Sampah ….

TUJUAN SASARAN INDIKATOR TARGET TIAP TAHUN


20x1 20x2 20x3 20x4 20x5 20x6
Meningkatkan Meningkatkan Peningkatan Indeks 50 51 52 53 54 55
kualitas kualitas Kualitas Air
lingkungan lingkungan Peningkatan Indeks 85 86 87 88 89 90
hidup di wilayah hidup di Kualitas Udara
Provinsi/ wilayah Peningkatan Indeks 78 77 76 75 74 73
Kabupaten/ Provinsi/ Kualitas Tutupan
Kota..... Kabupaten/ Lahan
Kota.....
Meningkatkan Cakupan Pengelolaan 55 56 57 58 59 60
pengelolaan Sampah
sampah dan Cakupan Pengelolaan 45 46 47 48 49 50
keindahan di Taman
wilayah
Provinsi/
Kabupaten/
Kota.....

Berdasarkan tujuan dan sasaran pada Instansi Teknis Pengelolaan Sampah…..


Provinsi/Kabupaten/Kota..... dapat ditentukan tujuan dari BLUD Pengelolaan Sampah
… sebagai berikut:
1. Mewujudkan Aparatur Pemerintah yang Berkualitas dengan Peningkatan Kualitas
SDM, Ketersediaan Peralatan, dan Efektivitas serta Efisiensi dalam Pelaksanaan
2. Mewujudkan Kawasan Permukiman Masyarakat dengan Penyediaan Sarana,
Prasarana, dan Utilitas
3. Meningkatnya Kualitas Pelayanan secara Berkelanjutan yang Berorientasi pada
Kepuasan Pelanggan (masyarakat)
4. Meningkatnya Cakupan Pelayanan Infrastruktur untuk Mewujudkan Kualitas
Kesehatan Lingkungan Hidup Masyarakat
5. Meningkatkan Penataan Lingkungan Wilayah Perkotaan dan Pedesaan serta
Pengembangan Kapasitas Daerah dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan
6. Mewujudkan Kenyamanan Bekerja dan Kualitas Taraf Hidup SDM melalui
Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan

G. SASARAN BLUD PENGELOLAAN SAMPAH (contoh)


Sasaran merupakan penjabaran menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai dilakukan
secara operasional. Sasaran dan indikator sasaran BLUD Pengelolaan Sampah
berdasarkan tujuan adalah sebagai berikut:

103
Tabel 7. Sasaran BLUD Pengelolaan Sampah
TUJUAN SASARAN
Uraian Indikator Uraian Indikator
1 2 3 4
1. Mewujudkan Aparatur Lancarnya a. Meningkatkan a. Presentase
Pemerintah Yang Kegiatan Kualitas SDM pengurangan
Berkualitas Dengan Administrasi dan Sebagai sampah di
Peningkatan Kualitas SDM, Operasional Pelaksana perkotaan
Ketersediaan Peralatan, dan Kepegawaian Pembangunan
Efektivitas serta Efisiensi Daerah
Dalam Pelaksanaan b. Meningkatnya b. Presentase
kedisiplinan, pengangkutan
Kualitas SDM sampah
Aparatur
2. Mewujudkan Kawasan Sarana dan a. Meningkatnya a. Persentase
Permukiman Masyarakat prasarana kualitas pengoperasian
Dengan Penyediaan pengelolaan pelayanan TPA
Sarana, Prasarana, dan sampah pengelolaan
Utilitas sampah 3R
ditingkat rumah
tangga, TPST
3R, dan TPA
3. Meningkatnya Kualitas Indeks a. Meningkatnya a. Persentase
Pelayanan Secara kepuasan jenis pelayanan layanan
Berkelanjutan Yang pelanggan dan produk pengolahan
Berorientasi Pada Kepuasan (masyarakat) unggulan, serta sampah
Pelanggan (masyarakat) program
tambahan
4. Meningkatnya Cakupan Persentase a. Meningkatnya a. Persentase
Pelayanan Infrastruktur wilayah yang kondisi dan pengolahan dan
Untuk Mewujudkan Kualitas terlayani kualitas pemilahan
Kesehatan Lingkungan pelayanan serta sampah
Hidup Masyarakat pengolahan
pengelolaan
sampah
5. Meningkatkan Penataan Kualitas a. Meningkatnya a. Persentase
Lingkungan Wilayah Lingkungan kualitas pengolahan
Perkotaan dan Perdesaan Masyarakat lingkungan hidup limbah B3
Serta Pengembangan yang asri, indah,
Kapasitas Daerah Dalam bersih, nyaman
Peningkatan Kualitas dan sehat
Lingkungan
6. Mewujudkan Kenyamanan Peningkatan a. Meningkatnya a. Persentase
Bekerja dan Kualitas Taraf pendapatan dan kesejahteraan pembuatan
Hidup SDM Melalui kesejahteraan dan taraf hidup pupuk
Peningkatan Pendapatan SDM seluruh b. Persentase
dan Kesejahteraan karyawan pembuatan bibit
(pembibitan)
tanaman
c. Persentase
pembuatan
desain taman

104
H. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN (contoh)
Strategi dan kebijakan dibentuk untuk mencapai tujuan dan sasaran. Strategi dirumuskan dengan menentukan langkah pilihan yang
tepat melalui analisis metode SWOT.

Tabel 8. Faktor Internal Strategi dan Arah Kebijakan BLUD Pengelolaan Sampah
Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Adanya sistem manajemen yang 1. Keterbatasan jumlah SDM tenaga teknis
berlaku dibanding beban kerjanya
2. Adanya komitmen pimpinan 2. Masih kurangnya kualitas SDM teknis yang
disebabkan kurangnya peningkatan
kapasitas SDM
3. Tersedianya peralatan yang 3. Keterbatasan anggaran operasional
dibutuhkan untuk mendukung sistem
pengelolaan sampah dan limbah
4. Tersedianya sarana dan prasarana 4. Keterbatasan anggaran pemeliharaan
yang memadai (Gedung, kendaraan sarana prasarana
operasional)
5. Tersedianya SDM pelaksana yang 5. Belum memadainya gaji/insentif pegawai non
mencukupi PNS

Tabel 9. Faktor Eksternal Strategi dan Arah Kebijakan BLUD Pengelolaan Sampah
Faktor Eksternal:
Peluang SO WO
Meningkatnya minat 1. Meningkatkan mutu pelayanan 1. Mengatasi keterbatasan jumlah SDM melalui
masyarakat terhadap melalui sistem manajemen mutu yang peluang peningkatan pendapatan BLUD
kesehatan dan kelestarian baik (S1, O1) Pengelolaan Sampah (W1, O1)
lingkungan hidup 2. Mengoptimalkan ketersediaan 2. Mengatasi keterbatasan anggaran operasional
peralatan dan jenis layanan yang melalui peluang peningkatan BLUD
dapat dipenuhi (S3,O1) Pengelolaan Sampah (W3, O1)
3. Mengoptimalkan kondisi sarana 3. Mengatasi keterbatasan anggaran

105
prasarana melalui pemeliharaan dan pemeliharaan sarana prasarana melalui
perawatan yang baik (S4, O1) peluang peningkatan pendapatan BLUD
4. Mengoptimalkan tenaga pelayanan Pengelolaan Sampah (W4,O1)
dengan panduan SOP Pelayanan 4. Mengatasi rendahnya gaji/insentif pegawai
(S5, O1) Non PNS melalui peluang peningkatan
pendapatan BLUD Pengelolaan Sampah
(W5,O1)
Adanya kebijakan 1. Mengoptimalkan ketersediaan 1. Mengatasi keterbatasan jumlah tenaga SDM
pemerintah pusat dan daerah peralatan dan jenis layanan yang melalui peluang peningkatan pendapatan
yang mendukung dapat dipenuhi (S3, O2) BLUD Pengelolaan Sampah (W1,O2)
peningkatan kualitas 2. Mengoptimalkan kondisi sarana dan 2. Mengatasi keterbatasan kapasitas personel
pengelolaan sampah prasarana melalui pemeliharaan dan SDM melalui peluang peningkatan
perawatan yang baik (S4, O2) pendapatan BLUD Pengelolaan Sampah
3. Mengoptimalkan tenaga pelayanan (W2,O2)
dengan panduan SOP Pelayanan 3. Mengatasi keterbatasan anggaran operasional
(S5, O2) melalui peluang peningkatan pendapatan
BLUD Pengelolaan Sampah (W3,O2)
4. Mengatasi keterbatasan anggaran
pemeliharaan melalui peluang peningkatan
pendapatan BLUD Pengelolaan Sampah
(W4,O3)
Adanya dukungan kebijakan Mengoptimalkan adanya komitmen 1. Mengatasi keterbatasan anggaran operasional
daerah terhadap pemenuhan pimpinan dengan memanfaatkan melalui perencanaan sesuai kebijakan daerah
sarana dan operasional adanya dukungan kebijakan daerah (W3,O2)
pengelolaan sampah melalui perencanaan dan manajemen 2. Mengatasi keterbatasan anggaran
yang baik (S2, O2) pemeliharaan sarana prasarana melalui
perencanaan sesuai kebijakan daerah
(W4,O2)

106
Ancaman ST WT
Adanya sejumlah kompetitor 1. Mengoptimalkan adanya sistem 1. Mengatasi keterbatasan personil SDM untuk
pengelola sampah dan manajemen mutu (S1, T1) mengatasi Kompetitor (W1, T1)
limbah 2. Mengoptimalkan jenis layanan dan 2. Meningkatkan jangkauan layanan masyarakat
keunggulan BLUD Pengelolaan terutama di luar wilayah dengan teknologi
Sampah (S6, T1) komunikasi untuk mengurangi beban kerja
pegawai non PNS (W5, T1)
Kesadaran masyarakat akan 1. Mengoptimalkan mutu pelayanan Mengatasi rendahnya gaji/insentif pegawai Non
hukum melalui sistem manajemen mutu dan PNS untuk mengatasi masalah kesadaran
panduan SOP pelayanan BLUD masyarakat tentang hukum, budaya dan agama
Pengelolaan Sampah sebagai dasar melalui teknologi komunikasi untuk mengurangi
hukum kinerja pelayanan BLUD beban kerja pegawai non PNS (W5,T2)
Pengelolaan Sampah (S1, T2)
2. Mengoptimalkan komitmen pimpinan
tentang masalah perlindungan
hukum, budaya dan agama (S2,T2)
Kebijakan pelayanan 1. Mengoptimalkan mutu pelayanan Mengatasi rendahnya gaji/ insentif pegawai non
pengelolaan sampah yang melalui sistem manajemen mutu dan PNS untuk mengatasi kebijakan pelayanan yang
tidak menguntungkan panduan SOP pelayanan BLUD berubah-ubah dan tidak menguntungkan
Pengelolaan Sampah sebagai teknologi komunikasi untuk mengurangi beban
kebijakan pelayanan di BLUD kerja pegawai non PNS (W2.T2)
Pengelolaan Sampah (S1, T3)
2. Mengoptimalkan komitmen pimpinan
tentang kebijakan pelayanan
pengelolaan sampah di BLUD
Pengelolaan Sampah (S2,T3)

107
Strategi untuk mencapai sasaran dan tujuan sebagai berikut:

Tabel 9. Strategi Mencapai Tujuan BLUD Pengelolaan Sampah


TUJUAN SASARAN
STRATEGI KEBIJAKAN
Uraian Indikator Uraian Indikator
1 2 3 4 5 6
1. Mewujudkan Lancar nya a. Meningkatka a. Presentase a. Meningkatkan mutu a. Peningkatan mutu pelayanan melalui sistem
Aparatur Kegiatan n Kualitas pengurangan pelayanan melalui manajemen mutu yang baik
Pemerintah Administrasi SDM sampah di sistem manajemen b. Peningkatan peluang pendapatan BLUD
Yang dan Sebagai perkotaan mutu yang baik Pengelolaan Sampah
Berkualitas Operasional Pelaksana b. Mengatasi c. Optimalisasi tenaga pelayanan
Dengan Kepegawaian Pembangun keterbatasan
Peningkatan an Daerah kapasitas personel
Kualitas SDM, SDM melalui peluang
Ketersediaan peningkatan BLUD
Peralatan, dan Pengelolaan Sampah
Efektivitas serta c. Mengoptimalkan
Efisiensi Dalam tenaga pelayanan
Pelaksanaan dengan panduan
SOP Pelayanan

108
b. Meningkatny b. Presentase a. Meningkatkan mutu a. Peningkatan mutu pelayanan melalui sistem
a pengangkutan pelayanan melalui manajemen mutu
kedisiplinan, sampah sistem manajemen b. Peningkatan peluang pendapatan BLUD
Kualitas mutu yang baik Pengelolaan Sampah
SDM b. Mengatasi c. Optimalisasi tenaga pelayanan
keterbatasan
kapasitas personel
SDM melalui peluang
peningkatan BLUD
Pengelolaan
Sampah
c. Mengoptimalkan
tenaga pelayanan
dengan panduan
SOP Pelayanan
2. Mewujudkan Sarana dan Meningkatny Persentase Mengoptimalkan Optimalisasi kondisi sarana prasarana melalui
Kawasan prasarana a kualitas pengoperasian TPA kondisi sarana pemeliharaan dan perawatan
Permukiman pengelolaan pelayanan prasarana melalui
Masyarakat sampah pengelolaan pemeliharaan dan
Dengan sampah 3R perawatan yang baik
Penyediaan ditingkat
Sarana, rumah
Prasarana, dan tangga,
Utilitas TPST 3R,
dan TPA
3. Meningkatnya Indeks Meningkatny a. Persentase layanan a. Mengoptimalkan a. Optimalisasi ketersediaan peralatan dan jenis
Kualitas kepuasan a jenis pengolahan ketersediaan layanan
Pelayanan pelanggan pelayanan sampah peralatan dan jenis b. Peningkatan mutu layanan melalui sistem
Secara (masyarakat) dan produk layanan yang dapat manajemen mutu
Berkelanjutan unggulan, dipenuhi
Yang serta b. Meningkatkan mutu
Berorientasi program pelayanan melalui
Pada Kepuasan tambahan sistem manajemen
Pelanggan mutu yang baik
(masyarakat)

109
4. Meningkatnya a. Persentase a. Meningkatny a. Persentase a. Meningkatkan mutu a. Peningkatan mutu layanan melalui sistem
Cakupan wilayah yang a kondisi dan pengolahan dan pelayanan melalui manajemen mutu
Pelayanan terlayani kualitas pemilahan sampah sistem manajemen b. Optimalisasi ketersediaan peralatan dan jenis
Infrastruktur pelayanan mutu yang baik layanan
Untuk serta b. Mengoptimalkan c. Optimalisasi tenaga pelayanan
Mewujudkan pengolahan ketersediaan d. Optimalisasi kondisi sarana dan prasarana
Kualitas sampah peralatan dan jenis melalui pemeliharaan dan perawatan yang baik
Kesehatan layanan yang dapat
Lingkungan dipenuhi
Hidup c. Mengoptimalkan
Masyarakat tenaga pelayanan
dengan panduan
SOP Pelayanan
d. Mengoptimalkan
kondisi sarana dan
prasarana melalui
pemeliharaan dan
perawatan yang baik
5. Meningkatkan a. Kualitas a. Meningkatny a. Persentase a. Meningkatkan mutu a. Peningkatan mutu pelayanan melalui sistem
Penataan Lingkungan a kualitas pengolahan limbah pelayanan melalui manajemen mutu yang baik
Lingkungan Masyarakat lingkungan B3 sistem manajemen b. Optimalisasi ketersediaan peralatan dan jenis
Wilayah hidup yang mutu yang baik layanan
Perkotaan dan asri, indah, b. Mengoptimalkan
Perdesaan bersih, ketersediaan
Serta nyaman dan peralatan dan jenis
Pengembangan sehat layanan yang dapat
Kapasitas dipenuhi
Daerah Dalam
Peningkatan
Kualitas
Lingkungan

110
6. Mewujudkan a. Peningkatan a. Meningkatny a. Persentase Mengatasi rendahnya Peluang peningkatan pendapatan BLUD
Kenyamanan pendapatan a pembuatan pupuk gaji/insentif pegawai Pengelolaan Sampah
Bekerja dan dan kesejahteraa Non PNS melalui
Kualitas Taraf kesejahteraan n dan taraf peluang peningkatan
Hidup SDM SDM hidup pendapatan BLUD
Melalui seluruh Pengelolaan Sampah
Peningkatan karyawan b. Persentase Mengatasi rendahnya Peluang peningkatan pendapatan BLUD
Pendapatan dan pembuatan bibit gaji/insentif pegawai Pengelolaan Sampah
Kesejahteraan (pembibitan) Non PNS melalui
tanaman peluang peningkatan
pendapatan BLUD
Pengelolaan Sampah
c. Persentase Mengatasi rendahnya Peluang peningkatan pendapatan BLUD
pembuatan desain gaji/insentif pegawai Pengelolaan Sampah
taman Non PNS melalui
peluang peningkatan
pendapatan BLUD
Pengelolaan Sampah

111
BAB V
PROGRAM, KEGIATAN, SUB KEGIATAN,
INDIKATOR KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

A. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN


Rencana strategis pada akhirnya akan dilengkapi dengan Rencana Program dan
Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif sesuai
dengan masa jabatan Kepala Daerah sebagai arahan teknis yang benar-benar akan
dilaksanakan secara operasional oleh BLUD Pengelolaan Sampah …. . Dalam
melakukan perencanaan pengelolaan pengelolaan sampah dan limbah tahun ….. -
……, arah kebijakan menjadi acuan penyusunan program, kegiatan, dan sub
kegiatan di BLUD Pengelolaan Sampah …. Rencana strategis yang meliputi
Rencana Pendapatan dan rencana belanja program, kegiatan, dan sub kegiatan,
indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif dapat dilihat dalam
Lampiran.
Rencana pendapatan yang akan dicapai oleh BLUD Pengelolaan Sampah …. pada
tahun …. sampai dengan ….. adalah sebagai berikut:
Uraian
No 20X1 20X2 20X3 20X4 20X5
Pendapatan
PENDAPATAN
1 476,697,830.00 524,367,613.00 576,804,374.30 634,484,811.73 697,933,292.90
LAYANAN
Pendapatan
Pengelolaan
364,038,283.20 400,442,111.52 443,441,872.67 483,431,559.94 527,420,215.93
Sampah dan
Limbah
Kebersihan
25,503,833.20 28,054,216.52 30,859,638.17 33,945,601.99 37,340,162.19
Usaha Kecil
Kebersihan
Usaha 27,285,000.00 30,013,500.00 33,014,850.00 36,316,335.00 39,947,968.50
Menengah
Kebersihan
53,775,250.00 59,152,775.00 65,068,052.50 71,574,857.75 78,732,343.53
Usaha Besar
Kebersihan
22,189,000.00 24,407,900.00 26,848,690.00 29,533,559.00 32,486,914.90
Industri Kecil
Kebersihan
6,360,000.00 6,996,000.00 7,695,600.00 8,465,160.00 9,311,676.00
Penginapan
Kebersihan
Toko/Warung/Ki 32,455,200.00 35,700,720.00 39,270,792.00 43,197,871.20 47,517,658.32
os
Kebersihan
30,525,000.00 33,577,500.00 36,935,250.00 40,628,775.00 44,691,652.50
Rumah Tangga
Kebersihan
Gedung 24,800,000.00 27,280,000.00 30,008,000.00 33,008,800.00 36,309,680.00
Pemerintah
Pelayanan
Sistem
35,895,000.00 39,484,500.00 43,432,950.00 47,776,245.00 52,553,869.50
Pengelolaan
Limbah
Pelayanan
Pengolahan dan
33,545,000.00 36,899,500.00 43,545,000.00 43,545,000.00 43,545,000.00
Pemilahan
Sampah
Pelayanan
Pengolahan/Sed 33,450,000.00 36,795,000.00 40,474,500.00 44,521,950.00 48,974,145.00
ot Lumpur Tinja
Penyewaan
22,500,000.00 24,750,000.00 27,225,000.00 29,947,500.00 32,942,250.00
Toilet Mobile
Retribusi
15,755,000.00 17,330,500.00 19,063,550.00 20,969,905.00 23,066,895.50
Kendaraan

112
Roda 4 dan
Roda 2
Pendapatan
Pengelolaan 89,860,000.00 98,846,000.00 108,730,600.00 119,603,660.00 131,564,026.00
TPA
Pembuatan
28,225,000.00 31,047,500.00 34,152,250.00 37,567,475.00 41,324,222.50
Pupuk
Pembuatan dan
Penjualan Bibit 28,995,000.00 31,894,500.00 35,083,950.00 38,592,345.00 42,451,579.50
Tanaman
Pembuatan
Desain 32,640,000.00 35,904,000.00 39,494,400.00 43,443,840.00 47,788,224.00
Pertamanan
Bank Sampah 22,799,546.80 25,079,501.48 27,587,451.63 30,346,196.79 33,380,816.47
Hasil
Pengolahan 22,799,546.80 25,079,501.48 27,587,451.63 30,346,196.79 33,380,816.47
Sampah
PENDAPATAN
2 161,222,580.40 177,344,838.44 195,079,322.28 214,587,254.51 236,045,979.96
HIBAH
Terikat - - - - -
Tidak Terikat 161,222,580.40 177,344,838.44 195,079,322.28 214,587,254.51 236,045,979.96
HASIL
3 78,517,354.67 86,369,090.14 95,005,999.15 104,506,599.07 114,957,258.97
KERJASAMA
Terikat - - - - -
Tidak Terikat 78,517,354.67 86,369,090.14 95,005,999.15 104,506,599.07 114,957,258.97
PENDAPATAN
4 DARI KAS 743,342,054.40 817,676,259.84 899,443,885.82 989,388,274.41 1,088,327,101.85
DAERAH
Belanja
Operasional 743,342,054.40 817,676,259.84 899,443,885.82 989,388,274.41 1,088,327,101.85
APBD
PENGEMBANG
5 13,790,500.00 15,169,550.00 16,686,505.00 18,355,155.50 20,190,671.05
AN LAYANAN
Jasa Giro/Bunga - - - - -
Pengembangan
1,200,000.00 1,320,000.00 1,452,000.00 1,597,200.00 1,756,920.00
Usaha - Parkir
Pengembangan
Usaha - 2,225,000.00 2,447,500.00 2,692,250.00 2,961,475.00 3,257,622.50
Toko/Waserba
Pengembangan
Usaha - 2,500,000.00 2,750,000.00 3,025,000.00 3,327,500.00 3,660,250.00
Kafe/Resto
Pengembangan
Usaha - Bengkel
khusus
peralatan dan 2,245,000.00 2,469,500.00 2,716,450.00 2,988,095.00 3,286,904.50
angkutan
sampah dan
limbah
Pengembangan
Usaha -
Penjualan
sparepart dan
peralatan 1,850,000.00 2,035,000.00 2,238,500.00 2,462,350.00 2,708,585.00
khusus
angkutan
sampah dan
limbah
Pengembangan
Usaha -
Penjualan 3,770,500.00 4,147,550.00 4,562,305.00 5,018,535.50 5,520,389.05
bahan bakar
khusus untuk

113
angkutan
sampah dan
limbah
6 JUMLAH 1,473,570,319.47 1,620,927,351.42 1,783,020,086.56 1,961,322,095.21 2,157,454,304.74

Berdasarkan rencana pendapatan BLUD Pengelolaan Sampah …. dan


berdasarkan tujuan dan sasaran yang telah disusun sebelumnya maka selanjutnya
dapat disusun rencana program, kegiatan dan sub kegiatan pada BLUD
Pengelolaan Sampah …. …. selama … tahun kedepan sesuai periode
kepemimpinan Gubernur/Bupati/Walikota. Rencana program, kegiatan dan sub
kegiatan meliputi berikut ini:
1. Program Penunjang Urusan Pemerintah Daerah yang dibiayai dari dana BLUD
meliputi kegiatan dan sub kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan Perencanaan, Penganggaran, dan Evaluasi Kinerja Perangkat
Daerah
1) SubKegiatan Koordinasi dan Penyusunan Dokumen RBA BLUD
2) SubKegiatan Koordinasi dan Penyusunan Perubahan RBA BLUD
3) SubKegiatan Koordinasi dan Penyusunan DBA BLUD
4) SubKegiatan Koordinasi dan Penyusunan Perubahan DBA BLUD
b. Kegiatan Administrasi Keuangan Perangkat Daerah
1) Sub Kegiatan Pelaksanaan Penatausahaan dan Pengujian/Verifikasi
Keuangan BLUD
2) Sub Kegiatan Koordinasi dan Pelaksanaan Akuntansi BLUD
3) Sub Kegiatan Koordinasi dan Penyusunan Laporan Keuangan Akhir
Tahun BLUD
4) Sub Kegiatan Koordinasi dan Penyusunan Laporan Keuangan Bulanan/
Triwulanan/Semesteran BLUD
5) Sub Kegiatan Penyusunan Pelaporan dan Analisis Prognosis Realisasi
Anggaran BLUD
c. Kegiatan Administrasi Kepegawaian Perangkat Daerah
1) Sub Kegiatan Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Atribut Kelengkapannya
d. Kegiatan Administrasi Umum Perangkat Daerah dan/ atau BLUD
1) Sub Kegiatan Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor
e. Kegiatan Pengadaan Barang Milik Daerah Penunjang Urusan Pemerintah
Daerah
1) Sub Kegiatan Pengadaan Peralatan dan Mesin Lainnya
2. Program Penunjang Urusan Pemerintah Daerah yang dibiayai dari dana APBD
meliputi kegiatan dan sub kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan Perencanaan, Penganggaran, dan Evaluasi Kinerja Perangkat
Daerah
1) Sub Kegiatan Penyusunan Dokumen Perencanaan Perangkat Daerah
2) Sub Kegiatan Koordinasi dan Penyusunan Dokumen RKA-SKPD
3) Sub Kegiatan Koordinasi dan Penyusunan Dokumen Perubahan RKA-
SKPD
4) Sub Kegiatan Koordinasi dan Penyusunan DPA-SKPD
5) Sub Kegiatan Koordinasi dan Penyusunan Perubahan DPA-SKPD
6) Sub Kegiatan Evaluasi Kinerja Perangkat Daerah
b. Kegiatan Administrasi Keuangan Perangkat Daerah
1) Sub Kegiatan Penyediaan Administrasi Pelaksanaan Tugas ASN
2) Sub Kegiatan Pelaksanaan Penatausahaan dan Pengujian/Verifikasi
Keuangan SKPD

114
3) Sub Kegiatan Koordinasi dan Pelaksanaan Akuntansi SKPD
4) Sub Kegiatan Koordinasi dan Penyusunan Laporan Keuangan Akhir
Tahun SKPD
5) Sub Kegiatan Koordinasi dan Penyusunan Laporan Keuangan Bulanan/
Triwulanan/Semesteran SKPD
6) Sub Kegiatan Penyusunan Pelaporan dan Analisis Prognosis Realisasi
Anggaran
c. Kegiatan Administrasi Barang Milik Daerah pada Perangkat Daerah
1) Sub Kegiatan Rekonsiliasi dan Penyusunan Laporan Barang Milik Daerah
pada SKPD
d. Kegiatan Administrasi Kepegawaian Perangkat Daerah
1) Sub Kegiatan Koordinasi dan Pelaksanaan Sistem Informasi
Kepegawaian
2) SubKegiatan Monitoring, Evaluasi, dan Penilaian Kinerja Pegawai
e. Kegiatan Administrasi Umum Perangkat Daerah
1) Sub Kegiatan Fasilitasi Kunjungan Tamu
2) Sub Kegiatan Penyelenggaraan Rapat Koordinasi dan Konsultasi SKPD
3) Sub Kegiatan Penatausahaan Arsip Dinamis pada SKPD
f. Kegiatan Pengadaan Barang Milik Daerah Penunjang Urusan Pemerintah
Daerah
1) SubKegiatan Pengadaan Mebel
2) Sub Kegiatan Pengadaan Peralatan dan Mesin Lainnya
g. Kegiatan Penyediaan Jasa Penunjang Urusan Pemerintahan Daerah
1) Sub Kegiatan Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
h. Kegiatan Pemeliharaan Barang Milik Daerah Penunjang Urusan
Pemerintahan Daerah
1) Sub Kegiatan Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Lainnya
3. Program Pengelolaan Persampahan yang dibiayai dari dana BLUD meliputi
kegiatan dan sub kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan Penanganan Sampah di TPA/TPST Regional (Provinsi) atau
Pengelolaan Sampah (Kabupaten/Kota)
1) Sub Kegiatan Penyusunan Rencana, Kebijakan dan Teknis Penanganan
Sampah Regional/Kabupaten/Kota
2) Sub Kegiatan Pemrosesan Akhir di TPA/TPST Regional (Provinsi)
3) Sub Kegiatan Pengurangan Sampah dengan melakukan Pembatasan,
Pendauran Ulang dan Pemanfaatan Kembali (Kabupaten/Kota)
4) Sub Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Penyediaan Prasarana dan
Sarana Penanganan Sampah di TPA/TPST Regional (Provinsi)
5) Sub Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Penyediaan Prasarana dan
Sarana Pengelolaan Persampahan (Kabupaten/Kota)
6) Sub Kegiatan Penyediaan Sarana dan Prasarana Penanganan Sampah di
TPA/TPST/ SPA Regional/Kabupaten/Kota
4. Program Pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) yang dibiayai dari dana BLUD meliputi kegiatan
dan sub kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan Penyimpanan Sementara Limbah B3 (untuk Kabupaten/Kota)
1) Sub Kegiatan Fasilitasi Pemenuhan Komitmen Izin Penyimpanan
Sementara Limbah B3 Dilaksanakan melalui Sistem Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik

115
5. Program Pengelolaan Persampahan yang dibiayai dari dana APBD meliputi
kegiatan dan sub kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan Penanganan Sampah di TPA/TPST Regional (Provinsi) atau
Pengelolaan Sampah (Kabupaten/Kota)
1) Sub Kegiatan Pengurangan Sampah dengan melakukan Pembatasan,
Pendauran Ulang dan Pemanfaatan Kembali (Kabupaten/Kota)
2) Sub Kegiatan Kerjasama Penanganan Sampah di TPA/TPST Regional
(Provinsi)
3) Sub Kegiatan Penyusunan Kebijakan Kerjasama Pengelolaan
Persampahan (Kabupaten/Kota)
6. Program Pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) yang dibiayai dari dana APBD meliputi kegiatan
dan sub kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan Pengumpulan Limbah B3 Lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1
(satu) Daerah Provinsi
1. Sub Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Pengelolaan Limbah B3
dengan Pemerintah Pusat dalam rangka Pengangkutan, Pemanfaatan,
Pengolahan, dan/atau Penimbunan (untuk Provinsi)
Program, kegiatan dan sub kegiatan pada BLUD Pengelolaan Sampah ….
berdasarkan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, secara rinci
dapat dilihat dalam Lampiran dokumen Rencana Strategis BLUD Pengelolaan
Sampah …. … ini.

116
BAB VI
PENUTUP

Rencana Strategis pada pengelolaan sampah yang menerapkan Badan Layanan


Umum Daerah sangat bermanfaat sebagai acuan dalam pelayanan pengelolaan
sampah di pengelolaan sampah dan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja dengan
adanya fleksibilitas pengelolaan anggaran.

Terlaksananya Rencana Strategis perlu mendapat dukungan dan partisipasi


pengelola BLUD Pengelolaan Sampah serta perhatian dan dukungan Pemerintah
Daerah baik bersifat materiil, administratif maupun politis. Rencana Strategis
Pengelolaan Sampah ini akan direvisi apabila terjadi perubahan terhadap peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan sampah atau kebijakan
Pemerintah Daerah sesuai dengan fungsi, tanggung jawab, dan kewenangan
organisasi BLUD Pengelolaan Sampah serta perubahan lingkungan BLUD Pengelolaan
Sampah.

117
LAMPIRAN
PROGRAM, KEGIATAN, SUB-KEGIATAN DAN KERANGKA PENDANAAN
BLUD PENGELOLAAN SAMPAH ….(contoh)
Tujuan Sasaran Program/ Kegiatan/ Indikator Data Capaian pada Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja Sumber
Sub Kegiatan Tahun Awal Penanggu Dana
Perencanaan ng jawab

20X0 20X1 20X2 20X3 20X4 20X5


Terealisa Rp. (000) Target Rp. (000) Targe Rp. Target Rp. Tar Rp. Target Rp. (000)
si t (000) (000) get (000)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Mewujudkan Meningkatka PROGRAM Persentase 85% 2867000 85% 5,291,990 85% 555,650 86% 583,43 86% 612, 86% 643,234 Kepala BLUD
Aparatur n Kualitas PENUNJANG Peningkatan 2 604 UPTD
Pemerintah SDM URUSAN Pendapatan
Yang Sebagai PEMERINTAH Layanan
Berkualitas Pelaksana DAERAH (BLUD)
Dengan Pembangun Perencanaan, Jumlah 0 2200 4 15,400 4 17,220 4 18,081 4 18,9 4 19,934 Kasubag BLUD
Peningkatan an Daerah Penganggaran, Laporan dokume doku doku dokum dok 85 dokum TU
Kualitas SDM, dan Evaluasi n men men en ume en
Ketersediaan Kinerja Perangkat n
Peralatan, dan Daerah
Efektivitas
serta Efisiensi Koordinasi dan Jumlah 0 0 1 2,800 1 2,850 1 2,900 1 3,00 1 3,150 Kasubag BLUD
Dalam Penyusunan Korodinasi dokumen dokum dokum dokum dok 0 dokum TU
Pelaksanaan Dokumen RBA dan dokumen en en en ume en
BLUD n
Koordinasi dan Jumlah 0 0 1 2,850 1 2,900 1 2,950 1 3,10 1 3,200 Kasubag BLUD
Penyusunan Korodinasi dokumen dokum dokum dokum dok 0 dokum TU
Perubahan RBA dan dokumen en en en ume en
BLUD n
Koordinasi dan Jumlah 0 0 1 2,500 1 2,650 1 2,700 1 2,80 1 2,900 Kasubag BLUD
Penyusunan DBA Korodinasi dokumen dokum dokum dokum dok 0 dokum TU
BLUD dan dokumen en en en ume en
n
Koordinasi dan Jumlah 0 0 1 2,750 1 2,800 1 2,900 1 3,00 1 3,150 Kasubag BLUD
Penyusunan Korodinasi dokumen dokum dokum dokum dok 0 dokum TU
Perubahan DBA dan dokumen en en en ume en
BLUD n

118
Administrasi Jumlah 0 dok 2200 4 16,400 4 17,220 4 18,081 4 18,9 4 19,934 Kasubag BLUD
Keuangan Laporan doku doku dokum dok 85 dokum TU
Perangkat Daerah men men en ume en
n
Pelaksanaan Jumlah 0 0 1 2,500 1 2,550 1 2,650 1 2,75 1 2,850 Kasubag BLUD
Penatausahaan dan dokumen dokumen dokum dokum dokum dok 0 dokum TU
Pengujian/Verifikasi en en en ume en
Keuangan BLUD n

Koordinasi dan Jumlah 0 0 1 2,700 1 2,750 1 2,850 1 2,92 1 3,100 Kasubag BLUD
Pelaksanaan Korodinasi dokumen dokum dokum dokum dok 5 dokum TU
Akuntansi BLUD dan dokumen en en en ume en
n
Koordinasi dan Jumlah 0 0 1 2,800 1 2,850 1 2,950 1 2,97 1 3,000 Kasubag BLUD
Penyusunan Korodinasi dokumen dokum dokum dokum dok 5 dokum TU
Laporan Keuangan dan dokumen en en en ume en
Akhir Tahun BLUD n
Koordinasi dan Jumlah 0 0 1 2,600 1 2,700 1 2,800 1 2,85 1 3,000 Kasubag BLUD
Penyusunan Korodinasi dokumen dokum dokum dokum dok 0 dokum TU
Laporan Keuangan dan dokumen en en en ume en
Bulanan/ n
Triwulanan/Semeste
ran BLUD
Penyusunan Jumlah 0 0 1 2,700 1 2,800 1 2,900 1 3,00 1 3,100 Kasubag BLUD
Pelaporan dan dokumen dokumen dokum dokum dokum dok 0 dokum TU
Analisis Prognosis en en en ume en
Realisasi Anggaran n
BLUD
Administrasi Jumlah 1 22500 1 22,500 1 23,000 1 24,000 1 2,50 1 25,000 Kasubag BLUD
Kepegawaian dokumen laporan lapora lapora lapora lapo 0 lapora TU
Perangkat Daerah ketatausaha n n n ran n
an dan
kepegawaia
n
Pengadaan Pakaian Jumlah 1 set 22500 1 set 22,500 1 set 23,000 1 set 24,000 1 25,0 1 set 25,000 Kasubag BLUD
Dinas Beserta pengadaaan set 00 TU
Atribut pakaian dinas
Kelengkapannya

119
Administrasi Jumlah 1 5000 1 5,050 1 5,500 1 5,500 1 5,75 1 5,800 Kasubag BLUD
Umum Perangkat Laporan laporan lapora lapora lapora lapo 0 lapora TU
Daerah dan/ atau Penyediaan n n n ran n
BLUD Barang dan
Jasa
Penyediaan Jumlah paket 1 set 5000 1 set 5,050 1 set 5,500 1 set 5,500 1 5,75 1 set 5,800 Kasubag BLUD
Peralatan dan pengadaan set 0 TU
Perlengkapan
Kantor
Pengadaan Barang Jumlah 1 150000 1 150,000 1 155,000 1 155,00 1 160, 1 160,000 Kasubag BLUD
Milik Daerah Laporan laporan lapora lapora lapora 0 lapo 000 lapora TU
Penunjang Urusan Pengadaan n n n ran n
Pemerintah Daerah Sarana dan
Prasarana

Pengadaan Jumlah 1 set 150000 1 set 150,000 1 set 155,000 1 set 155,00 1 160, 1 set 160,000 Kasubag BLUD
Peralatan dan Mesin peralatan dan 0 set 000 TU
Lainnya mesin lainnya
Mewujudkan Meningkatka PROGRAM Persentase 85% 2867000 85% 5,291,990 85% 555,650 86% 583,43 86% 612, 86% 643,234 Kepala APBD
Aparatur n PENUNJANG Indikator 2 604 UPTD
Pemerintah Kedisiplinan URUSAN Program
Yang , Kualitas PEMERINTAH yang
Berkualitas dan DAERAH (APBD) Tercapai
Dengan Kesejahtera Persentase 85% 85% 85% 86% 86% 86%
Peningkatan an SDM realisasi
Kualitas SDM, Aparatur anggaran
Ketersediaan Indeks 80% 80% 80% 81% 81% 81%
Peralatan, dan profesionalit
Efektivitas as ASN
serta Efisiensi Perencanaan, Jumlah 0 dok 2200 4 16,400 4 17,220 4 18,081 4 18,9 4 19,934 Kasubag APBD
Dalam Penganggaran, Dokumen doku doku dokum dok 85 dokum TU
Pelaksanaan dan Evaluasi Perencanaa men men en ume en
Kinerja Perangkat n dan n
Daerah Anggaran
Perangkat
Daerah
Penyusunan Jumlah 0 0 7 4,500 11 4,725 11 4,961 11 5,20 11 5,470 Kasubag APBD
Dokumen Dokumen dokumen dokum dokum dokum dok 9 dokum TU
Perencanaan perencanaan en en en ume en
Perangkat Daerah perangkat n
daerah

120
Koordinasi dan Jumlah 1 2200 1 2,300 1 2,415 1 2,536 1 2,66 1 2,796 Kasubag APBD
Penyusunan dokumen dokumen dokum dokum dokum dok 3 dokum TU
Dokumen RKA- RKA en en en ume en
SKPD n
Koordinasi dan Jumlah 0 0 1 2,300 1 2,415 1 2,536 1 2,66 1 2,796 Kasubag APBD
Penyusunan dokumen dokumen dokum dokum dokum dok 3 dokum TU
Dokumen RKA en en en ume en
Perubahan RKA- Perubahan n
SKPD
Koordinasi dan Jumlah 0 0 1 2,500 1 2,625 1 2,756 1 2,89 1 3,039 Kasubag APBD
Penyusunan DPA- dokumen dokumen dokum dokum dokum dok 4 dokum TU
SKPD DPA en en en ume en
n
Koordinasi dan Jumlah 0 0 1 2,500 1 2,625 1 2,756 1 2,89 1 3,039 Kasubag APBD
Penyusunan dokumen dokumen dokum dokum dokum dok 4 dokum TU
Perubahan DPA- DPA en en en ume en
SKPD Perubahan n
Evaluasi Kinerja Jumlah 0 0 1 2,300 1 2,415 1 2,536 1 2,66 1 2,796 Kasubag APBD
Perangkat Daerah dokumen dokumen dokum dokum dokum dok 3 dokum TU
evaluasi en en en ume en
kinerja n
Administrasi Jumlah 0 0 12 63,990 12 67,190 12 70,549 12 74,0 12 77,780 Kasubag APBD
Keuangan laporan laporan lapora lapora lapora lapo 76 lapora TU
Perangkat Daerah pertanggung n n n ran n
jawaban
keuangan
Penyediaan jumlah 0 laporan 0 12 51,620 12 54,201 12 56,911 12 59,7 12 62,744 Kasubag APBD
Administrasi laporan lapora lapora laporan lapo 57 laporan TU
Pelaksanaan Tugas Administrasi n n ran
ASN Pelaksanaan
Tugas ASN
Pelaksanaan Jumlah 0 laporan 0 12 1,125 12 1,181 12 1,240 12 1,30 12 1,367 Kasubag APBD
Penatausahaan dan laporan lapora lapora laporan lapo 2 laporan TU
Pengujian/Verifikasi verifikasi n n ran
Keuangan SKPD penatausaha
an
Koordinasi dan Jumlah 0 laporan 0 12 3,000 12 3,150 12 3,308 12 3,47 12 3,647 Kasubag APBD
Pelaksanaan Laporan lapora lapora laporan lapo 3 laporan TU
Akuntansi SKPD akuntansi n n ran
perangkat
daerah

121
Koordinasi dan Jumlah 0 laporan 0 2 2,460 2 2,583 2 2,712 2 2,84 2 2,990 Kasubag APBD
Penyusunan dokumen dokum dokum dokum dok 8 dokum TU
Laporan Keuangan keuangan en en en ume en
Akhir Tahun SKPD SKPD n

Koordinasi dan Jumlah 0 laporan 0 12 2,000 12 2,100 12 2,205 12 2,31 12 2,431 Kasubag APBD
Penyusunan laporan lapora lapora laporan lapo 5 laporan TU
Laporan Keuangan keuangan n n ran
Bulanan/
Triwulanan/Semeste
ran SKPD
Penyusunan Jumlah 0 laporan 0 1 3,785 1 3,974 1 4,173 1 4,38 1 4,601 Kasubag APBD
Pelaporan dan laporan lapora lapora laporan lapo 2 laporan TU
Analisis Prognosis prognosis n n ran
Realisasi Anggaran

Administrasi Jumlah 0 0 12 4,000 12 4,200 12 4 12 4,63 12 4,862 Kasubag APBD


Barang Milik Laporan laporan lapora lapora lapora , lapo 1 lapora TU
Daerah pada Pengelolaan n n n 4 ran n
Perangkat Daerah Barang Milik 1
Daerah 0
Rekonsiliasi dan Jumlah 0 laporan 0 12 4,000 12 4,200 12 4,410 12 4,63 12 4,862 Kasubag APBD
Penyusunan Kegiatan dan lapora lapora laporan lapo 1 laporan TU
Laporan Barang Laporan n n ran
Milik Daerah pada
SKPD
Administrasi Jumlah 0 6500 12 6,500 12 6,825 12 7,166 12 7,52 12 7,901 Kasubag APBD
Kepegawaian dokumen laporan lapora lapora lapora lapo 5 lapora TU
Perangkat Daerah ketatausaha n n n ran n
an dan
kepegawaia
n
Koordinasi dan Jumlah 12 4000 12 4,000 12 4,200 12 4,410 12 4,63 12 4,862 Kasubag APBD
Pelaksanaan Sistem laporan data laporan lapora lapora laporan lapo 1 laporan TU
Informasi pegawai n n ran
Kepegawaian
Monitoring, Jumlah 12 2500 12 2,500 12 2,625 12 2,756 12 2,89 12 3,039 Kasubag APBD
Evaluasi, dan laporan SKP laporan lapora lapora laporan lapo 4 laporan TU
Penilaian Kinerja yang tepat n n ran
Pegawai waktu

122
Administrasi Jumlah 0 20000 3 162,100 3 170,205 3 178,71 3 187, 3 197,034 Kasubag APBD
Umum Perangkat Laporan laporan lapora lapora lapora 5 lapo 651 lapora TU
Daerah Penyediaan n n n ran n
Barang dan
Jasa
Fasilitasi Kunjungan jumlah paket 10 kali 20000 10 kali 23,000 10 kali 24,150 10 kali 25,358 10 26,6 10 kali 27,957 Kasubag APBD
Tamu pengadaan kali 25 TU

Penyelenggaraan Jumlah 0 laporan 0 1 136,000 1 142,800 1 149,94 1 157, 1 165,309 Kasubag APBD
Rapat Koordinasi Laporan lapora lapora laporan 0 lapo 437 laporan TU
dan Konsultasi n n ran
SKPD
Penatausahaan Jumlah daftar 0 0 3 3,100 3 3,255 3 3,418 3 3,58 3 3,768 Kasubag APBD
Arsip Dinamis pada arsip aktif, dokumen dokum dokum dokum dok 9 dokum TU
SKPD arsip inaktif, en en en ume en
arsip vital n
Pengadaan Barang Jumlah 2 140000 2 140,000 2 147,000 2 154,35 2 162, 2 170,171 Koordinat APBD
Milik Daerah Laporan laporan lapora lapora lapora 0 lapo 068 lapora or
Penunjang Urusan Pengadaan n n n ran n Fungsiona
Pemerintah Daerah Barang Milik l Teknisi
Daerah Mesin dan
Penunjang Peralatan
Urusan
Pemerintah
Daerah
Pengadaan Mebel Jumlah 1 set 40000 1 set 40,000 1 set 42,000 1 set 44,100 1 46,3 1 set 48,620 Koordinato APBD
mebel set 05 r
Fungsional
Teknisi
Mesin dan
Peralatan
Pengadaan Jumlah 1 paket 100000 1 100,000 1 105,000 1 paket 110,25 1 115, 1 paket 121,551 Koordinato APBD
Peralatan dan Mesin peralatan dan paket paket 0 pak 763 r
Lainnya mesin lainnya et Fungsional
Teknisi
Mesin dan
Peralatan

123
Penyediaan Jasa Jumlah 0 118000 12 121,200 12 127,260 12 133,62 12 140, 12 147,319 Koordinat APBD
Penunjang Urusan laporan laporan lapora lapora lapora 3 lapo 304 lapora or
Pemerintahan Penyediaan n n n ran n Fungsiona
Daerah Jasa l Teknisi
Penunjang Mesin dan
Urusan Peralatan
Pemerintaha
n Daerah
Penyediaan Jasa Jumlah 12 bulan 118000 12 121,200 12 127,260 12 133,62 12 140, 12 147,319 Koordinato APBD
Komunikasi, Sumber penyediaan J bulan bulan bulan 3 bula 304 bulan r
Daya Air dan Listrik asa n Fungsional
Komunikasi, Teknisi
Sumber Daya Mesin dan
Air dan Listrik Peralatan
Pemeliharaan Jumlah 0 0 12 15,000 12 15,750 12 16,538 12 17,3 12 18,233 Koordinat APBD
Barang Milik laporan laporan lapora lapora lapora lapo 64 lapora or
Daerah Penunjang Pemeliharaa n n n ran n Fungsiona
Urusan n Barang l Teknisi
Pemerintahan Milik Daerah Mesin dan
Daerah Penunjang Peralatan
Urusan
Pemerintaha
n Daerah
Pemeliharaan Jumlah 0 paket 0 6 15,000 6 15,000 6 paket 16,538 6 17,3 6 paket 18,233 Koordinato APBD
Peralatan dan Mesin peralatan dan paket paket pak 64 r
Lainnya mesin lainnya et Fungsional
yang Teknisi
dipelihara Mesin dan
Peralatan
Mewujudkan Meningkatny PROGRAM Persentase 1 unit 300000 1 unit 350,000 1 unit 400,000 1 unit 400,00 1 450, 1 unit 450,000 Kepala BLUD
Kawasan a kualitas PENGELOLAAN Cakupan 0 unit 000 UPTD
Permukiman pelayanan PERSAMPAHAN Kawasan
Masyarakat pengelolaan (BLUD) Permukiman
Dengan sampah 3R Masyarakat 1 unit 300000 1 unit 350,000 1 unit 400,000 1 unit 400,00 1 450, 1 unit 450,000
Penyediaan ditingkat yang 0 unit 000
Sarana, rumah mendapat
Prasarana, tangga, layanan
dan Utilitas TPST 3R, persampaha
dan TPA n

124
Penanganan Jumlah 1 unit 300000 1 unit 350,000 1 unit 400,000 1 unit 400,00 1 450, 1 unit 450,000 Koordinat BLUD
Sampah di Laporan 0 unit 000 or
TPA/TPST Fungsiona
Regional (Prov) l
Atau Pengelola
Pengelolaan TPA
Sampah
(Kab/Kota)

Penyusunan Jumlah 1 unit 300000 1 unit 350,000 1 unit 400,000 1 unit 400,00 1 450, 1 unit 450,000 Koordinato BLUD
Rencana, dokumen 0 unit 000 r
Kebijakan dan Fungsional
Teknis Pengelola
Penanganan TPA
Sampah
Regional/Kab/
Kota
Penyediaan Jumlah 1 unit 300000 1 unit 350,000 1 unit 400,000 1 unit 400,00 1 450, 1 unit 450,000 Koordinato BLUD
Sarana dan Penyediaan 0 unit 000 r
Prasarana Sarana dan Fungsional
Penanganan Prasarana Pengelola
Sampah di Penanganan TPA
TPA/TPST /SPA Sampah di
Regional/Kab/ TPA/TPST
Kota
Meningkatnya Meningkatny PROGRAM Persentase 70% 68500 70% 68,550 72% 68,750 75% 69,000 78% 69,2 80% 69,500 Kepala BLUD
Kualitas a jenis PENGELOLAAN Cakupan 50 UPTD
Pelayanan pelayanan PERSAMPAHAN Kawasan
Secara dan produk (BLUD) Permukima
Berkelanjutan unggulan, n 70% 55000 70% 55,200 72% 55,300 75% 55,400 78% 55,6 80% 55,700
Yang serta Masyarakat 00
Berorientasi program yang
Pada tambahan
mendapat
Kepuasan
layanan
Pelanggan
(masyarakat) persampah
an

125
Penanganan Jumlah 2 50000 2 52,500 2 53,000 2 53,500 2 54,0 2 55,000 Koordinat BLUD
Sampah di Laporan laporan lapora lapora lapora lapo 00 lapora or
TPA/TPST n n n ran n Fungsiona
Regional (Prov) l
Atau Pengelola
Pengelolaan TPA
Sampah
(Kab/Kota)
Pemrosesan Akhir Jumlah 1 unit 25000 1 unit 25,500 1 unit 27,500 1 unit 28,000 1 28,5 1 unit 29,000 Koordinato BLUD
di TPA/TPST Pemrosesan unit 00 r
Regional (Prov) Akhir di Fungsional
TPA/TPST Pengelola
Regional TPA
Pengurangan Jumlah 3 kali 5000 3 kali 5,250 3 kali 5,300 3 kali 5,350 3 5,40 3 kali 5,500 Koordinato BLUD
Sampah dengan Penguranga kali 0 r
melakukan n Sampah Fungsional
Pembatasan, Pengelola
Pendauran Ulang TPA
dan Pemanfaatan
Kembali
(Kab/Kota)
Koordinasi dan Peningkatan 10% 25000 20% 30,000 30% 35,000 40% 40,000 50% 40,0 50% 450,000 Koordinato BLUD
Sinkronisasi Jumlah 00 r
Penyediaan Koordinasi Fungsional
Prasarana dan dan Pengelola
Sarana Sinkronisasi TPA
Penanganan Penyediaan
Sampah di Prasarana
TPA/TPST dan Sarana
Regional/ Penanganan
Pengelolaan Sampah di
Persampahan TPA/TPST
Regional/
Pengelolaan
Persampaha
n
Meningkatnya Meningkatny PROGRAM Persentase 80% 100000 80% 100,000 85% 110,000 85% 120,00 90% 125, 90% 125,000 Kepala BLUD
cakupan a kondisi PENGENDALIAN Cakupan 0 000 UPTD
Pelayanan dan kualitas B3 DAN LIMBAH Kawasan

126
Infrastruktur pelayanan B3 (APBD) Permukima
untuk serta n
Mewujudkan pengelolaan Masyarakat
Kualitas persampaha yang
Kesehatan n dan limbah mendapat
Lingkungan layanan
Hidup persampah
Masyarakat
an
Penyimpanan Jumlah 1 100000 2 100,000 2 110,000 2 120,00 2 125, 2 125,000 Koordinat BLUD
Sementara Laporan laporan lapora lapora lapora 0 lapo 000 lapora or
Limbah B3 n n n ran n Fungsiona
(Kab/Kota) l
Pengelola
TPA

Jumlah 1 unit 100000 1 unit 100,000 1 unit 110,000 1 unit 120,00 1 125, 1 unit 125,000 Koordinato BLUD
Pembangun 0 unit 000 r
an Fungsional
TPA/TPST/S Pengelola
PA/TPS- TPA
3R/TPS
Meningkatkan Meningkatny PROGRAM Persentase 80% 305000 80% 355,000 85% 405,00 85% 405,5 90% 455, 90% 455,500 Kepala BLUD
Penataan a kualitas PENGENDALIAN Cakupan 0 00 000 UPTD
Lingkungan lingkungan B3 DAN LIMBAH Kawasan
Wilayah hidup yang B3 (APBD) Permukima
Perkotaan dan asri, indah, n
Perdesaan bersih, Masyarakat
serta nyaman, dan yang
Pengembanga sehat
mendapat
n Kapasitas
layanan
Daerah dalam
Peningkatan persampah
an

127
Kualitas Pengumpulan Jumlah 2 305000 2 355,000 2 405,00 2 405,5 2 455, 2 455,500 Koordinat BLUD
Lingkungan Limbah B3 Lintas Laporan laporan lapor lapor 0 lapora 00 lap 000 lapora or
Hidup Daerah an an n ora n Fungsiona
Kabupaten/Kota n l Analis
dalam 1 (satu) Lingkunga
Daerah Provinsi n Hidup
Fasilitasi Banyaknya 1 ton 300000 1,5 350,000 2 ton 400,00 2,5 ton 400,0 3 450, 4 ton 450,000 Koordinat BLUD
Pemenuhan penguranga ton 0 00 ton 000 or
Komitmen Izin n sampah Fungsiona
Penyimpanan l Analis
Sementara Lingkunga
Limbah B3 n Hidup
Dilaksanakan
melalui Sistem
Pelayanan
Perizinan
Berusaha
Terintegrasi
secara Elektronik
Mewujudkan Meningkatny PROGRAM Persentase 0% 0 90% 5,000 100% 5,000 100% 5,500 100 5,50 100% 5,500 Kepala APBD
kenyamanan a PENGELOLAAN Cakupan % 0 UPTD
bekerja dan kesejahteraa PERSAMPAHAN Kawasan
kualitas taraf n dan taraf (APBD) Permukima
hidup SDM hidup n
melalui seluruh Masyarakat
peningkatan karyawan yang
pendapatan
mendapat
dan
layanan
kesejahteraan
persampah
an
Penanganan Jumlah 0 0 1 5,000 1 5,000 1 5,500 1 5,50 1 5,500 Koordinat APBD
Sampah di Laporan lapora lapora lapora lapo 0 lapora or
TPA/TPST n n n ran n Fungsiona
Regional (Prov) l Analis
Atau Lingkunga
Pengelolaan n Hidup
Sampah
(Kab/Kota)

128
Penyusunan Jumlah 0 0 2 5,000 2 5,000 2 5,500 2 5,50 5,500 Koordinato APBD
Kebijakan Kebijakan 0 2 r
Kerjasama / Kerjasama/ Fungsional
Kerjasama Kerjasama Analis
Penanganan Penanganan Lingkunga
Sampah di Sampah di n Hidup
TPA/TPST TPA/TPST
JUMLAH TOTAL BELANJA
Harus sama dengan TOTAL PENDAPATAN 1,473,570 1,620,9 1,783, 1,96 2,157,454
● Total Pendapatan APBD = Belanja dari dana ,319.47 27,351. 020,08 1,32 ,304.74
APBD 42 6.56 2,09
● Total Pendapatan BLUD = Belanja dari dana 5.21
BLUD

129
BAB VI
PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) TEKNIS
PENGELOLAAN SAMPAH

6.1 Pendahuluan
6.1.1 Latar Belakang
SPM sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 angka 17 Undang Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu
Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh
setiap warga negara secara minimal. SPM menjadi pedoman pelaksanaan pelayanan
dasar pada urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar.
Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi:
pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum dan penataan ruang; perumahan rakyat dan
kawasan permukiman; ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat;
dan sosial.
Pasal 36 Permendagri No 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah
mengatur bahwa SPM menjadi salah satu syarat administratif bagi UPTD yang akan
menerapkan BLUD. Sedangkan pengelolaan sampah merupakan sub komponen
urusan lingkungan hidup yang bukan merupakan bagian dari urusan wajib yang
berkaitan dengan pelayanan dasar, sehingga SPM dalam modul ini merupakan
persyaratan teknis minimal dalam pengelolaan sampah yang selanjutnya disebut
Standar Pelayanan Minimal Teknis atau disingkat SPM Teknis Pengelolaan sampah
dimana SPM Teknis Pengelolaan sampah dalam modul ini mengacu pada suatu
pernyataan mengenai kewajiban dan janji yang dapat diberikan oleh unit pelayanan
publik kepada masyarakat. Dalam hal ini pelayanan pemerintah daerah guna
memastikan keberadaan, keterjangkauan, pemerataan, kesetaraan, kemudahan, dan
kualitas pelayanan umum yang diberikan oleh UPTD Pengelolaan sampah di daerah.
Penentuan standar pelayanan untuk pengelolaan sampah mengacu pada Peraturan
Presiden Nomor 97 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional (Jakstranas)
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.10/Menlhk/Setjen/Plb.0/4/2018 Tentang Pedoman Penyusunan Kebijakan dan
Strategi Daerah (Jakstrada) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga. Penyusunan Kebijakan dan Strategi Daerah dibidang
pengelolaan sampah sebagaimana dijelaskan dalam ketentuan di atas meliputi
peningkatan kinerja di bidang:
- Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga; dan
- Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga

UPTD Pengelolaan sampah merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah dari Dinas
Lingkungan Hidup dan atau instansi teknis Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pengelolaan sampah di suatu daerah, dimana dalam
pelaksanaannya dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas,
pelayanan yang aman, dan ramah lingkungan sehingga perlu disusun sistem
manajemen untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan, meliputi : identifikasi risiko,
analisa risiko, evaluasi risiko, penanganan risiko, monitoring yang berkesinambungan,
dan komunikasi, untuk itu diperlukan adanya indikator (tolak ukur) dan target yang
harus dicapai atau dipenuhi.

130
Upaya untuk meningkatkan kepuasan pelayanan, menjamin keamanan dan
perlindungan terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan standarisasi pelayanan,
sehingga diperlukan pengembangan Standar Pelayanan Minimal yang juga merupakan
salah satu persyaratan administratif pembentukan BLUD. Sebagai sebuah UPTD
Pengelolaan Sampah yang menerapkan BLUD, selain pelayanan dasar SPM Teknis
Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah, juga melaksanakan SPM Teknis
Pengelolaan sampah Pelayanan lain, dan SPM Teknis Pengelolaan sampah
Pendukung yang disesuaikan dengan kemampuan BLUD Pengelolaan sampah
tersebut. Dalam menyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah BLUD Pengelolaan
sampah hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami
sehingga pemahaman mengenai ukuran kinerja dapat diseragamkan.

6.1.2 Tujuan
Tujuan Pedoman penyusunan SPM Teknis Pengelolaan sampah ini untuk digunakan
sebagai acuan, panduan dan referensi bagi Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota/Instansi Teknis/UPTD Pengelolaan Sampah dalam menyusun
SPM Teknis Pengelolaan sampah yang memenuhi persyaratan, sistematis, terarah,
terpadu dan tanggap terhadap kebutuhan sesuai kemampuan pemerintah daerah, serta
tanggap terhadap kebutuhan pemangku kepentingan dalam kegiatan penanganan
sampah.

6.1.3 Sistematika Penulisan SPM Teknis Pengelolaan Sampah


Sistematika Penulisan SPM Teknis Pengelolaan Sampah BLUD Pengelolaan sampah
sekurang-kurangnya mencakup hal-hal sesuai dengan sistematika sebagai berikut:
BAB. 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang,
1.2. Tujuan
1.3. Lingkup Pelayanan
1.4. Penerima Pelayanan
1.5. Landasan Hukum,
1.6. Kajian Literatur
1.7. Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)
1.8. Perubahan SPM Teknis Pengelolaan sampah
1.9. Kriteria SPM Teknis Pengelolaan sampah
1.10. Sistematika SPM Teknis Pengelolaan sampah

BAB. 2. JENIS PELAYANAN


2.1. Analisis Jenis Pelayanan
2.2. Pemilahan
2.3. Pengumpulan
2.4. Pengangkutan
2.5. Pengolahan
2.6. Pemrosesan Akhir

BAB. 3. MUTU PELAYANAN :


3.1. Analisis Mutu Pelayanan
3.2. Mutu Pelayanan Pengumpulan Sampah
3.3. Mutu Pelayanan Pengangkutan Sampah
3.4. Mutu Pelayanan Pengolahan Sampah
3.5. Mutu Pelayanan Pemrosesan Akhir Sampah

BAB. 4. RENCANA PENCAPAIAN


131
4.1. Pengumpulan Data
4.2. Penghitungan Kebutuhan Barang Dan Jasa
4.3. Penyusunan Rencana Kerja
4.4. Operasional

BAB. 5. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


BAB. 6. PENUTUP
LAMPIRAN

6.1.4 Kelengkapan Pedoman


Pedoman Penyusunan SPM Teknis Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah terdiri
dari tiga bagian yaitu:
⮚ Tahapan Penyusunan SPM Teknis Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah,
berisi penjelasan tahapan dan langkah-langkah penyusunan SPM Teknis
Pengelolaan sampah
⮚ Dokumen SPM Teknis Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah (template), berisi
contoh dokumen SPM Teknis Pengelolaan sampah
⮚ Lampiran, Penjelasan mengenai tata cara penentuan Standar Pelayanan Minimal
UPTD Pengelolaan sampah, Rencana Pencapaian Indikator SPM Teknis
Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah, Program
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.

6.2 Tahapan Penyusunan SPM Teknis Pengelolaan Sampah


6.2.1 Persiapan Penyusunan SPM Teknis Pengelolaan Sampah
Persiapan penyusunan SPM Teknis Pengelolaan sampah meliputi :
1. Pembentukan Tim Penyusun
2. Penyusunan Rencana Kerja/Jadwal Pelaksanaan
3. Tugas Dan Tanggung Jawab Anggota Tim Penyusun

6.2.2 Pembentukan Tim Penyusun SPM Teknis Pengelolaan Sampah


Pembentukan tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah dimulai dari penyiapan
Surat keputusan kepala daerah tentang pembentukan tim penyusun SPM Teknis
Pengelolaan sampah. Susunan keanggotaan tim penyusun berasal dari pejabat dan
staf instansi yang bersangkutan yang memiliki kemampuan dan kompetensi.
Anggota tim penyusun yang dilibatkan harus siap bertugas secara penuh dalam
menyiapkan dokumen
SPM Teknis Pengelolaan sampah. dengan demikian perlu dipilih orang-orang yang
mempunyai kesiapan waktu dan kemampuan teknis yang cukup. Tim penyusun terdiri
atas perwakilan dari setiap unit kerja (bagian/bidang/subdin/atau sebutan lain) dan
dapat melibatkan tenaga ahli sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Tugas tim
penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah dijabarkan kedalam rencana kerja yang
dijadikan sebagai panduan kerja sampai dengan ditetapkannya SPM Teknis
Pengelolaan sampah.

6.2.3 Penyusunan Rencana Kerja/Jadwal Pelaksanaan


Rencana kerja/jadwal pelaksanaan Tim Penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah
sebagai acuan untuk pelaksanaan penyusunan SPM Teknis Pengelolaan sampah
mengacu kepada kemampuan dan ketersediaan waktu.
Tabel 1. 1 Contoh Rencana kerja/jadwal pelaksanaan

132
6.2.4 Tugas Dan Tanggung Jawab Anggota Tim Penyusun
Tugas dan tanggung jawab anggota tim penyusun perlu diuraikan agar setiap orang
yang terlibat dalam penyusunan SPM Teknis Pengelolaan sampah dapat mengetahui
dan menjalankan tugas masing-masing sehingga memudahkan untuk pengendalian
kemajuan penyusunan SPM Teknis Pengelolaan sampah.
UPTD Pengelolaan sampah melalui tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah
menyusun Rancangan Peraturan Kepala Daerah (Perkada) dan mengusulkan untuk
diterbitkan Perkada tentang SPM Teknis Pengelolaan sampah BLUD Pengelolaan
sampah. Proses ini dilaksanakan dengan pendampingan oleh Dinas LH. Selanjutnya
Kepala Daerah melakukan kajian yang diperlukan dalam menerbitkan Peraturan Kepala
Daerah (Perkada) SPM Teknis Pengelolaan sampah BLUD.

6.3 Muatan Bab SPM Teknis Pengelolaan sampah


Muatan SPM Teknis Pengelolaan sampah sekurang-kurangnya mencakup
Pendahuluan, Jenis Pelayanan , Mutu Pelayanan,Penerima Pelayanan, Rencana
Pencapaian, Pembinaan Dan Pengawasan, Penutup Dan Lampiran yang akan
diuraikan lebih rinci berikut ini. Yang dimaksud dengan SPM Teknis Pengelolaan
sampah di dalam dokumen ini adalah Standar Teknis Minimal yang harus dipenuhi
dalam menyediakan pelayanan pengelolaan sampah kepada masyarakat, sehingga
untuk selanjutnya dokumen ini disebut Standar Pelayanan Minimal Teknis yang
disingkat menjadi SPM Teknis Pengelolaan sampah.

6.3.1. Pendahuluan
Bab Pendahuluan memuat tentang Latar Belakang, Tujuan, Lingkup
Pelayanan,Penerima Pelayanan
Landasan Hukum, Kajian Literatur, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK), Perubahan
SPM Teknis Pengelolaan sampah, Kriteria SPM Teknis Pengelolaan sampah,
Sistematika SPM Teknis Pengelolaan sampah.

6.3.1.1 Latar Belakang


Menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari perlunya disusun SPM Teknis
Pengelolaan sampah, antara lain:
- Peraturan/landasan hukum tentang SPM Teknis Pengelolaan sampah.
- Kondisi pengelolaan sampah saat ini
- Tugas dan fungsi UPTD Pengelolaan sampah

6.3.1.2 Tujuan
Menjelaskan tentang tujuan disusunnya SPM Teknis Pengelolaan sampah, misalnya
untuk dijadikan sebagai acuan dalam memenuhi pelayanan pengelolaan sampah pada
masyarakat sesuai dengan standar minimal yang telah ditetapkan.
133
6.3.1.3 Lingkup Pelayanan
Menjelaskan tentang ruang lingkup jenis pelayanan secara spesifik yang akan
dilaksanakan oleh UPTD Pengelolaan Sampah, misalnya penanganan sampah,
penanganan air limbah dan lain-lain.

6.3.1.4 Penerima Pelayanan


Menjelaskan tentang penerima pelayanan misalnya batasan kelompok umur, batasan
wilayah dan lain-lain.

6.3.1.5 Landasan Hukum


Menjelaskan tentang landasan hukum yang digunakan sebagai dasar penyusunan SPM
Teknis Pengelolaan sampah, misalnya Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Peraturan Menteri dan lain-lain.

6.3.1.6 Kajian Literatur


Menjelaskan tentang kajian literatur yang digunakan sebagai referensi dan sumber
informasi dalam penyusunan SPM Teknis Pengelolaan sampah, misalnya studi
terdahulu, teks book, jurnal dan lain-lain.

6.3.1.7 Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)


Menjelaskan tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria yang digunakan dalam
penyusunan SPM Teknis Pengelolaan sampah, misalnya SNI, Standar Internasional
dan kriteria lainnya.

6.3.1.8 Perubahan SPM Teknis Pengelolaan sampah


SPM Teknis Pengelolaan sampah BLUD Pengelolaan sampah ini dapat direvisi apabila
terjadi perubahan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait, serta
disesuaikan dengan tugas, fungsi, tanggung jawab, dan kewenangan organisasi UPTD
Pengelolaan sampah dan pengembangan jenis pelayanan serta perubahan lingkungan.
6.3.1.9 Persyaratan SPM Teknis Pengelolaan Sampah
Dalam menyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Fokus mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan
fungsi BLUD;
2. Terukur merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai, dihitung atau
dianalisa sesuai dengan standar yang telah ditetapkan;
3. Dapat dicapai merupakan kegiatan nyata, dapat dihitung tingkat pencapaiannya,
rasional, sesuai dengan kemampuan dan tingkat pemanfaatannya;
4. Relevan dan dapat diandalkan merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan
dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi BLUD;
5. Tepat waktu atau kerangka waktu merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan
yang telah ditetapkan
6. Konsensus, yaitu disepakati bersama oleh komponen-komponen atau unit-unit
kerja yang ada pada lembaga yang bersangkutan.
7. Sederhana, yaitu mudah dimengerti dan dipahami.
8. Nyata, yaitu memiliki dimensi ruang dan waktu serta persyaratan atau prosedur
teknis.
9. Terbuka, yaitu dapat diakses oleh seluruh warga lapisan masyarakat.
10. Terjangkau, yaitu dapat dicapai bersama SPM Teknis Pengelolaan sampah jenis-
jenis pelayanan dasar lainnya dengan menggunakan sumber-sumber daya dan
dana yang tersedia.
11. Akuntabel, yaitu dapat dipertanggung jawabkan kepada public.
134
12. Bertahap, yaitu mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampuan keuangan,
kelembagaan, dan personil dalam pencapaian SPM Teknis Pengelolaan sampah.
13. Ditetapkan oleh Kepala Daerah melalui Peraturan Kepala Daerah yang meliputi
pelayanan pengelolaan pengelolaan sampah sesuai dengan tugas dan fungsi
lembaga pengelola, bahkan dapat mencakup pelayanan non pengelolaan
pengelolaan sampah.
14. Dapat dilakukan perubahan SPM Teknis Pengelolaan sampah BLUD ketika dinilai
perlu untuk masing masing BLUD, terutama ketika rencana pengembangan
pelayanan BLUD Pengelolaan sampah yang tertera dalam Renstra BLUD
Pengelolaan sampah telah terealisasi dengan baik dan menjadi layanan rutin, maka
layanan itu bisa dijadikan SPM Teknis Pengelolaan sampah BLUD.
15. Pelayanan pengelolaan sampah oleh BLUD dapat disesuaikan dengan
kemampuan lembaga pengelola tersebut pada saat disusunnya dokumen SPM
Teknis Pengelolaan sampah.
16. Standar Pelayanan dapat berbeda antar BLUD Pengelolaan sampah tergantung
kondisi, karakteristik, cakupan layanan masing masing BLUD.
17. Tidak terbatas pada pelayanan pengelolaan sampah, dapat melakukan pelayanan
lain yang secara jelas dapat disediakan oleh BLUD Pengelolaan sampah, dan
dibutuhkan oleh konsumen/masyarakat sebagai pendukung layanan utamanya.
18. Keterkaitan yang kuat antara SPM Teknis Pengelolaan sampah dengan Renstra
Dinas Lingkungan Hidup dan Anggaran Tahunan.

6.3.1.10 Sistematika SPM Teknis Pengelolaan Sampah


SPM Teknis Pengelolaan sampah disusun mengikuti sistematika sebagai berikut :
BAB. 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang,
1.2. Tujuan
1.3. Lingkup Pelayanan
1.4. Penerima Pelayanan
1.5. Landasan Hukum
1.6. Kajian Literatur
1.7. Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)
1.8. Perubahan SPM Teknis Pengelolaan sampah
1.9. Kriteria SPM Teknis Pengelolaan sampah
1.10. Sistematika SPM Teknis Pengelolaan sampah

BAB. 2. JENIS PELAYANAN


2.1. Analisis Jenis Pelayanan
2.2. Pemilahan
2.3. Pengumpulan
2.4. Pengangkutan
2.5. Pengolahan
2.6. Pemrosesan Akhir

BAB. 3. MUTU PELAYANAN :


3.1. Analisis Mutu Pelayanan
3.2. Mutu Pelayanan Pengumpulan Sampah
3.3. Mutu Pelayanan Pengangkutan Sampah
3.4. Mutu Pelayanan Pengolahan Sampah
3.5. Mutu Pelayanan Pemrosesan Akhir Sampah

BAB. 4. RENCANA PENCAPAIAN


135
4.1. Pengumpulan Data
4.2. Perhitungan Kebutuhan Barang Dan Jasa
4.3. Penyusunan Rencana Kerja
4.4. Operasional

BAB. 5. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


BAB. 6. PENUTUP
LAMPIRAN

6.3.2 Jenis Pelayanan


Tim Penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah mengidentifikasi Jenis Pelayanan
yang saat ini telah mampu disediakan bagi masyarakat yang berada di wilayah
kerjanya. Jenis Pelayanan itu mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi BLUD
Pengelolaan sampah, yaitu Fungsi Pelayanan dan Fungsi Pendukung. Untuk semua
jenis pelayanan tersebut perlu dibuat Standar Pelayanan Minimal Teknisnya. Dalam
hal ini harus ditentukan jenis pelayanan yang akan dilaksanakan misalnya penanganan
sampah meliputi : pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemrosesan akhir.
Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah juga mengidentifikasi Jenis Pelayanan
yang akan dikembangkan untuk dapat disediakan bagi semua warga di wilayah
kerjanya di masa mendatang. Jenis pelayanan ini yang akan dimasukkan ke dalam
Renstra UPTD Pengelolaan sampah sebagai Rencana Pengembangan dalam kurun
waktu lima tahun.
Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah memilih Jenis Pelayanan yang dapat
dipastikan pelaksanaannya dengan kualitas terbaik, untuk ditetapkan sebagai SPM
Teknis Pengelolaan sampah BLUD.

6.3.2.1 Penanganan
6.3.2.1.1 Analisis Jenis Pelayanan
Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus menjelaskan jenis pelayanan
yang tercakup dalam SPM Teknis Pengelolaan sampah ini, meliputi bidang atau sektor
yang dilayani misalnya pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah dan lain-lain.
Kemudian dilanjutkan dengan uraian jenis kegiatan yang akan dilayani misalnya
pengelolaan sampah terdiri dari kegiatan pengurangan dan penanganan dimana
pengurangan terdiri dari ; pembatasan timbulan sampah, pemanfaatan kembali dan
pendaur ulangan sampah; penanganan sampah terdiri dari : pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir. Dalam hal ini Tim penyusun SPM
Teknis Pengelolaan sampah harus menetapkan jenis pelayanan yang akan dilakukan
mengacu pada tugas dan fungsi serta kemampuan dan kondisi lingkungan.

6.3.2.1.2 Pemilahan
Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus menjelaskan secara terinci jenis
pelayanan yang mencakup pemilahan termasuk didalamnya kegiatan pemilahan yang
akan dilakukan cara pemilahan, lokasi pemilahan dan pelaku pemilahan.

6.3.2.1.3 Pengumpulan
Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus menjelaskan secara terinci
pengumpulan yang akan dilayani misalnya pengumpulan tidak langsung dari sumber ke
TPS dan pengumpulan langsung dari sumber ke TPA dan juga menjelaskan jenis
sumber sampah yang mendapat pelayanan pengumpulan, misalnya rumah tangga, dan
non rumah tangga.

136
6.3.2.1.4 Pengangkutan
Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus menjelaskan secara terinci
pengangkutan yang akan dilayani misalnya pengangkutan tidak langsung dari sumber
ke TPS dan pengangkutan langsung dari sumber ke TPA dan juga menjelaskan jenis
sumber sampah yang mendapat pelayanan pengangkutan, misalnya rumah tangga,
dan non rumah tangga.

6.3.2.1.5 Pengolahan
Pengolahan adalah satu proses perubahan kegiatan merubah bentuk, komposisi,
karakteristik sampah melalui suatu proses dengan menggunakan teknologi tertentu
sehingga volume sampah dapat tereduksi dan stabil. Tim penyusun SPM Teknis
Pengelolaan sampah harus menjelaskan secara terinci sistem pengolahan sampah
yang diterapkan misalnya TPS 3R.

6.3.2.1.6 Pemrosesan Akhir


Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus menjelaskan secara terinci
pelayanan yang dilakukan dalam hal pemrosesan akhir sampah, misalnya sistem
pengoperasian TPA.

6.3.3 Mutu Pelayanan


Pengertian mutu pelayanan dasar adalah ukuran kuantitas dan kualitas barang
dan/atau jasa kebutuhan dasar serta pemenuhannya secara minimal dalam Pelayanan
Dasar sesuai standar teknis agar penerima pelayanan hidup secara layak. Untuk itu
Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah menjelaskan tentang mutu pelayanan
yang akan dicapai meliputi Indikator, Standar Nilai, Target Dan Batasan Waktu
Pencapaian. Mutu pelayanan yang dimaksud meliputi mutu pelayanan pengumpulan
sampah, Pengangkutan, Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah.

6.3.3.1 Analisis Mutu Pelayanan


Dalam menyusun mutu pelayanan yang akan dicapai perlu ditetapkan indikator,
Standar Nilai, Target Dan Batasan Waktu Pencapaian.
⮚ Indikator
Indikator adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk
menggambarkan besaran-besaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM
Teknis Pengelolaan sampah berupa masukan, proses, keluaran, hasil dan atau manfaat
pelayanan dasar. Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus menjelaskan
indikator yang digunakan dalam dokumen SPM Teknis Pengelolaan sampah, sebagai
contoh indikator dapat dilihat pada Perpres 97/2017 Pasal 10 sebagai berikut :
1. Capaian pengurangan diukur dengan indikator:
a. besaran penurunan jumlah timbulan Sampah per kapita;
b. besaran peningkatan jumlah Sampah yang terdaur ulang di Sumber; dan
c. besaran peningkatan jumlah Sampah yang termanfaatkan kembali di Sumber.
2. Capaian penanganan Sampah diukur dengan indikator:
a. besaran peningkatan jumlah Sampah yang terpilah di Sumber
b. besaran penurunan jumlah Sampah yang diangkut ke tempat pemrosesan akhir;
c. besaran peningkatan jumlah Sampah yang diangkut ke pusat pengolahan
Sampah untuk menjadi bahan baku dan/atau sumber energi;
d. besaran peningkatan jumlah Sampah yang terolah menjadi bahan baku;
e. besaran peningkatan jumlah Sampah yang termanfaatkan menjadi sumber
energi; dan
f. besaran penurunan jumlah Sampah yang terproses di tempat pemrosesan akhir

137
⮚ Standar Nilai
Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah menetapkan standar nilai berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku dengan mempertimbangan kondisi dan
kemampuan yang dimiliki.
⮚ Target
Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus menetapkan target yang
digunakan dalam dokumen SPM Teknis Pengelolaan sampah, sebagai contoh target
dapat dilihat pada Perpres 97/2017 Pasal 5 sebagai berikut :
a. pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
sebesar 30% (tiga puluh persen) dari angka timbulan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sebelum adanya kebijakan dan strategi
nasional
b. penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari angka timbulan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sebelum adanya kebijakan dan strategi
nasional penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga di tahun 2025.

⮚ Batasan Waktu Pancapaian


Batasan Waktu Pencapaian adalah jangka waktu untuk pencapaian target jenis
pelayanan, tim penyusun harus menetapkan batasan waktu pencapaian dalam
dokumen SPM Teknis Pengelolaan sampah, sebagai contoh batasan waktu pencapaian
dapat dilihat pada Lampiran Perpres 97/2017 sebagai berikut :

TAHUN
INDTKATOR
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Proyeksi
timbulan
Sampah
Rumah Tangga
dan Sampah 65,8 66,5 67,1 67,8 68,5 69,2 69,9 70,6 70,8
Sejenis
Sampah
Rumah Tangga
(juta ton)
Target
Pengurangan
Sampah
Rumah Tangga 9,89 12 13,4 14 16,4 17,99 18,9 19,7 20,9
dan Sampah
Sejenis
Sampah
Rumah Tangga
(15%) (18%) (20%) (22%) (24%) (26%) (27%) (28%) (30%)
(juta ton)
Target
Penanganan
Sampah
Rumah Tangga 47,3 48,5 53,7 50,8 50,7 50,52 50,3 50,1 49,9
dan Sampah
Sejenis
Sampah
Rumah Tangga
(72%) (73%) (80%) (75%) (74%) (73%) (72%) (71%) (70%)
(juta ton)
(87%) (91%) (100%) (97%) (98%) (99%) (99%) (99%) (100%)

138
6.3.3.2 Mutu Pelayanan Pengumpulan Sampah
Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus menjelaskan Standar mutu
jumlah dan kualitas Barang dan/atau Jasa yang harus dicapai dalam pelayanan
pengumpulan sampah.

6.3.3.3 Mutu Pelayanan Pengangkutan Sampah


Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus menjelaskan Standar mutu
Jumlah dan kualitas Barang dan/atau Jasa yang harus dicapai dalam pelayanan
pengangkutan sampah.

6.3.3.4 Mutu Pelayanan Pengolahan Sampah


Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus menjelaskan Standar mutu
Jumlah dan kualitas Barang dan/atau Jasa yang harus dicapai dalam pelayanan
pengolahan sampah.

6.3.3.5 Mutu Pelayanan Pemrosesan Akhir Sampah


Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus menjelaskan Standar mutu
Jumlah dan kualitas Barang dan/atau Jasa yang harus dicapai dalam pelayanan
pemrosesan akhir sampah.

6.3.4 Rencana Pencapaian


Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus menjelaskan rencana
pencapaian SPM Teknis Pengelolaan sampah meliputi Pengumpulan Data,
Perhitungan barang dan jasa, Penyusunan Rencana Kerja dan Pelaksanaan.
6.3.4.1 Pengumpulan Data
Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah melakukan pengumpulan data dapat
berupa data primer, melalui survei lapangan, kuesioner dan wawancara, serta data
sekunder melalui dokumen dan studi terdahulu seperti Rencana Induk Pengelolaan
Sampah (Master Plan) atau Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan
(PTMP), Studi kelayakan, rencana rinci dan lain-lain.

6.3.4.2 Perhitungan Kebutuhan Barang dan Jasa


Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus melakukan perhitungan barang
dan jasa yang dibutuhkan untuk mencapai standar mutu yang telah ditetapkan sesuai
jenis pelayanan. Contohnya kebutuhan untuk pelayanan pengumpulan yaitu gerobak
dorong, gerobak motor, mobil pick up, street sweeper (alat pengumpul sampah dijalan)
petugas pengumpul, pengawas dan lain-lain. Untuk kebutuhan pelayanan
pengangkutan yaitu alat pengangkutan sampah berupa dump truck, compactor truck,
amroll truck, petugas (supir dan kenek). Untuk kebutuhan pelayanan pengolahan yaitu
pengomposan,Biodigester, Black Soldier Fly (BSF), petugas. Untuk kebutuhan
pelayanan pemrosesan akhir yaitu fasilitas dasar, fasilitas perlindungan lingkungan,
fasilitas operasional, fasilitas penunjang.

6.3.4.3 Penyusunan Rencana Kerja


Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus menyusun rencana kerja yang
akan dilaksanakan untuk mencapai mutu pelayanan sesuai jenis pelayanan yang
ditetapkan. Rencana kerja tersebut mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan,
Kebutuhan data, Rencana pembiayaan, Langkah penyusunan rencana.

6.3.4.4 Operasional
Tim penyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah menjelaskan pelaksanaan operasional
untuk mencapai mutu pelayanan sesuai jenis pelayanan yang telah ditetapkan.
139
Operasional pelaksanaan merujuk pada Standard Operation Procedure (SOP).
Pelaksana pemenuhan SPM Teknis Pengelolaan sampah , Pelaksanaan pembiayaan
SPM Teknis Pengelolaan sampah dan Langkah pelaksanaan.

6.3.5 Pembinaan Dan Pengawasan


Menjelaskan tentang pembinaan dan pengawasan yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Kegiatan pembinaan dan
pengawasan dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut
● Pelaksana pembinaan
Pemerintah Kabupaten/Kota melalui OPD yang diberi tugas melaksanakan urusan
pengelolaan sampah melaksanakan pembinaan pelayanan pengelolaan sampah
kepada BLUD dalam pelaksanaan SPM.
● Materi pembinaan
Materi pembinaan teknis pelayanan pengelolaan sampah terdiri dari:
- Pembinaan pelayanan pengumpulan sampah
- Pembinaan pelayanan pengolahan sampah
- Pembinaan pelayanan pengangkutan sampah
- Pembinaan pelayanan pemrosesan akhir sampah
● Rujukan materi pembinaan:
- Peraturan tentang Sarana Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga;
- Peraturan tentang Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah Daerah
Kabupaten/Kota
- Peraturan tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;

6.3.6 Penutup

SPM Teknis Pengelolaan sampah ini merupakan target yang ingin dicapai oleh UPTD
Pengelolaan sampah dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya berdasarkan mandat
yang dilimpahkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan atau instansi teknis yang
menyelenggarakan pengelolaan sampah kepada UPTD Pengelolaan sampah. Target
ini dibuat dengan pertimbangan kemampuan daerah dan akan dipenuhi secara
bertahap. Indikator yang ada di dalam Standar Pelayanan Minimal Teknis ini dapat
dievaluasi dan disesuaikan bilamana dibutuhkan untuk menyesuaikan dengan kondisi
nyata di lapangan. Standar Pelayanan Minimal Teknis ini juga akan direvisi apabila
terjadi perubahan terhadap peraturan perundang-undangan sehingga fungsi, peran dan
tanggung jawabnya selalu disesuaikan dengan mandat kebijakan pemerintah.
Walaupun dokumen SPM Teknis Pengelolaan sampah ini telah tersedia, tetap
diperlukan dukungan dan keterlibatan seluruh staf UPTD Pengelolaan sampah, Dinas
Lingkungan Hidup, lintas sektor terkait, dukungan seluruh mitra dan masyarakat serta
pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi.
SPM Teknis Pengelolaan sampah ini bersifat terbuka untuk umum sebagai bagian dari
prinsip keterbukaan pemerintah terhadap informasi publik. SPM Teknis Pengelolaan
sampah ini selain menjadi acuan bagi penyelenggara pelayanan publik UPTD
Pengelolaan sampah, juga menjadi acuan bagi masyarakat dan para pemangku
kepentingan untuk mengevaluasi kinerja UPTD Pengelolaan sampah.

140
DOKUMEN SPM TEKNIS PENGELOLAAN SAMPAH (TEMPLATE)

BAB. 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang,
1.2. Tujuan
1.3. Lingkup Pelayanan
1.4. Penerima Pelayanan
1.5. Landasan Hukum,
1.6. Kajian Literatur
1.7. Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)
1.8. Perubahan SPM Teknis Pengelolaan sampah
1.9. Persyaratan SPM Teknis Pengelolaan sampah
1.10. Sistematika SPM Teknis Pengelolaan sampah

BAB. 2. JENIS PELAYANAN


2.1. Analisis Jenis Pelayanan
2.2. Pemilahan
2.3. Pengumpulan
2.4. Pengangkutan
2.5. Pengolahan
2.6. Pemrosesan Akhir

BAB. 3. MUTU PELAYANAN :


3.1. Analisis Mutu Pelayanan
3.2. Mutu Pelayanan Pengumpulan Sampah
3.3. Mutu Pelayanan Pengangkutan Sampah
3.4. Mutu Pelayanan Pengolahan Sampah
3.5. Mutu Pelayanan Pemrosesan Akhir Sampah

BAB. 4. RENCANA PENCAPAIAN


4.1. Pengumpulan Data
4.2. Perhitungan Barang Dan Jasa
4.3. Penyusunan Rencana Kerja
4.4. Operasional

BAB. 5. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


BAB. 6. PENUTUP
LAMPIRAN

DOKUMEN STANDAR PELAYANAN MINIMAL TEKNIS (SPM TEKNIS


PENGELOLAAN SAMPAH) BLUD UPTD PENGELOLAAN SAMPAH
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Dalam penyelenggaraan pelayanan yang menyangkut masyarakat umum, pemberi
pelayanan publik selalu dihadapkan dengan norma, aturan, standar, dan ukuran yang
harus dipenuhi agar dalam menjalankan pelayanan dapat diberikan secara akuntabel,
berkelanjutan dapat dipertanggungjawabkan, dan berkinerja tinggi.
UPT Pengelolaan Persampahan adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dari
Dinas atau Badan provinsi/kabupaten/kota yang bertanggungjawab
Pelayanan publik harus menjadi pelayanan yang berkualitas, disamping hal tersebut
pelayanan publik juga dituntut untuk memberikan pelayanan yang aman (safety),
sehingga tidak terjadi sesuatu tindakan yang membahayakan maupun mencederai
141
pelanggan, oleh karena itu perlu disusun sistem manajemen untuk mencegah terjadinya
kejadian yang tidak diinginkan, yang meliputi: Identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi
risiko, penanganan risiko, monitoring yang berkesinambungan, dan komunikasi. Untuk
melakukan monitoring yang berkesinambungan diperlukan adanya indikator (tolak ukur)
dan target (threshold) yang harus dicapai atau dipenuhi.
Untuk menjamin terlaksananya pelayanan pengelolaan persampahan yang
bermutu/dapat menjamin kepuasan pelanggan, maka UPT Pengelolaan Persampahan
perlu mengembangkan Standar Pelayanan Minimal yang juga merupakan salah satu
syarat administrasi BLUD UPT Pengelolaan Persampahan dengan mengacu pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum
Daerah.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan
Umum Daerah, Standar Pelayanan Minimal (SPM) memuat batasan minimal mengenai
jenis dan mutu layanan dasar yang harus dipenuhi oleh unit pelaksana teknis
dinas/badan daerah yang akan menerapkan BLUD.
Menjadi catatan atau semacam disclaimer bahwa yang dimaksud dengan SPM dalam
Buku Pedoman BLUD Persampahan ini, khususnya di bagian /Bab SPM adalah
Standar Pelayanan Minimal Teknis yang disediakan oleh BLUD Pengelolaan Sampah
Kabupaten dan Kota untuk penerima jasa layanan dari BLUD Pengelolaan Sampah.
Mengacu pada disclaimer seperti yang disebutkan diatas, maka butir-butir Standar
Pelayanan Minimal Teknis (SPM Teknis Pengelolaan sampah) ini diuraikan sebagai
berikut
a. Ditetapkan oleh Kepala Daerah melalui Peraturan Kepala Daerah yang meliputi
pelayanan pengelolaan persampahan sesuai dengan tugas dan fungsi lembaga
pengelola, dan bertujuan untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan,
pemerataan, kesetaraan, kemudahan dan kualitas layanan umum yang diberikan
oleh unit pelaksana teknis daerah/badan daerah yang akan menerapkan BLUD
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Dapat dilakukan perubahan SPM Teknis Pengelolaan sampah BLUD, ketika dinilai
perlu untuk masing masing BLUD, terutama ketika rencana pengembangan
pelayanan BLUD Pengelolaan Sampah yang tertera dalam Renstra BLUD telah
terealisasi dengan baik dan menjadi layanan rutin.
c. Pelayanan pengelolaan sampah oleh BLUD dapat disesuaikan dengan kemampuan
lembaga pengelola tersebut pada saat disusunnya dokumen SPM atau SPM Teknis
Pengelolaan sampah ini.
d. Standar Pelayanan dapat berbeda antar BLUD Pengelolaan Sampah tergantung
kondisi, karakteristik, cakupan layanan masing masing BLUD.

I.2. TUJUAN
Adapun tujuan disusunnya Standar Pelayanan Minimal atau Standar Pelayanan
Minimal Teknis adalah sebagai berikut:
1) Sebagai pedoman bagi UPTD Pengelolaan Sampah dalam penyelenggaraan
layanan kepada masyarakat.
2) Terjaminnya hak masyarakat dalam menerima suatu layanan.
3) Dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan alokasi anggaran yang
dibutuhkan
4) Alat akuntabilitas dalam penyelenggaraan layanan
5) Mendorong terwujudnya check and balance
6) Terciptanya transparansi dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
pengelolaan sampah
Dokumen SPM atau SPM Teknis Pengelolaan sampah pada BLUD agar pelayanan
UPTD BLUD sesuai dengan standar-standar tertentu. SPM/ SPM Teknis Pengelolaan
142
sampah BLUD akan menjadi acuan UPTD BLUD Pengelolaan Sampah dalam
mencapai standar kinerja, membuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan.

I.3. LINGKUP PELAYANAN


Lingkup SPM Teknis Pengelolaan sampah pada UPTD BLUD adalah Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dalam bentuk
penanganan sampah meliputi kegiatan: pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir.

I.4. PENERIMA PELAYANAN


Penerima pelayanan meliputi seluruh warga masyarakat di wilayah kerja UPTD
pengelolaan sampah.

I.5. LANDASAN HUKUM


1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga
4. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga;
5. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut
6. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 Tahun 2013
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No:
P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat
Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Urusan
Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pembentukan Cabang Dinas dan UPTD
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD)
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.10/Menlhk/Setjen/Plb.0/4/2018 Tentang Pedoman Penyusunan Kebijakan
dan Strategi Daerah (Jakstrada) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
12. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten/Kota.
13. Peraturan Kepala Daerah Kabupaten/Kota tentang Unit Pelaksana Teknis
Pada Dinas dan Badan di Kabupaten/Kota.

I.6. KAJIAN LITERATUR


Literatur yang digunakan sebagai sumber informasi dan referensi adalah dokumen
yang tersedia yaitu Rencana Induk Pengelolaan Sampah (Master Plan).
Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP), studi kelayakan dan
rencana rinci.

143
I.7. NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA (NSPK)
Norma, standar, prosedur dan kriteria yang digunakan meliputi norma yang
tercantum peraturan perundangan yaitu Undang-undang Nomor 18/2018,
Peraturan Pemerintah Nomor 81/2012. Perpres Nomor 97/2017, Permen PU
Nomor 12/2013, Standar Nasional Indonesia (SNI), RPJMD, Kebijakan dan
strategis daerah, prosedur penanganan sampah dan kriteria perencanaan
penanganan sampah.

I.8. PERUBAHAN SPM TEKNIS PENGELOLAAN SAMPAH


SPM atau SPM Teknis Pengelolaan sampah BLUD ini akan direvisi apabila terjadi
perubahan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan SPM
Teknis Pengelolaan sampah sebagaimana disebutkan di atas, serta disesuaikan
dengan tugas, fungsi, tanggung jawab, dan kewenangan organisasi UPTD
Pengelolaan Sampah.

I.9. KRITERIA SPM TEKNIS PENGELOLAAN SAMPAH


Dalam menyusun SPM Teknis Pengelolaan sampah harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Fokus mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas
dan fungsi BLUD;
2. Terukur merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai, dihitung atau
dianalisa sesuai dengan standar yang telah ditetapkan;
3. Dapat dicapai merupakan kegiatan nyata, dapat dihitung tingkat pencapaiannya,
rasional, sesuai dengan kemampuan dan tingkat pemanfaatannya;
4. Relevan dan dapat diandalkan merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan
dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi BLUD;
5. Tepat waktu atau kerangka waktu merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan
yang telah ditetapkan
6. Konsensus, yaitu disepakati bersama oleh komponen-komponen atau unit-unit
kerja yang ada pada lembaga yang bersangkutan.
7. Sederhana, yaitu mudah dimengerti dan dipahami.
8. Nyata, yaitu memiliki dimensi ruang dan waktu serta persyaratan atau prosedur
teknis.
9. Terbuka, yaitu dapat diakses oleh seluruh warga lapisan masyarakat.
10. Terjangkau, yaitu dapat dicapai bersama SPM Teknis Pengelolaan sampah
jenis-jenis pelayanan dasar lainnya dengan menggunakan sumber-sumber daya
dan dana yang tersedia.
11. Akuntabel, yaitu dapat dipertanggung jawabkan kepada public.
12. Bertahap, yaitu mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampuan keuangan,
kelembagaan, dan personil dalam pencapaian SPM Teknis Pengelolaan
sampah.
13. Ditetapkan oleh Kepala Daerah melalui Peraturan Kepala Daerah yang meliputi
pelayanan pengelolaan pengelolaan sampah sesuai dengan tugas dan fungsi
lembaga pengelola, bahkan dapat mencakup pelayanan non pengelolaan
pengelolaan sampah.
14. Dapat dilakukan perubahan SPM Teknis Pengelolaan sampah BLUD ketika
dinilai perlu untuk masing masing BLUD, terutama ketika rencana
pengembangan pelayanan BLUD yang tertera dalam Renstra BLUD Pengelolaan
sampah telah terealisasi dengan baik dan menjadi layanan rutin, maka layanan
itu bisa dijadikan SPM Teknis Pengelolaan sampah BLUD.
15. Pelayanan pengelolaan sampah oleh BLUD dapat disesuaikan dengan
kemampuan lembaga pengelola tersebut pada saat disusunnya dokumen SPM
144
Teknis Pengelolaan sampah
16. Standar Pelayanan dapat berbeda antar BLUD Pengelolaan sampah tergantung
kondisi, karakteristik, cakupan layanan masing masing BLUD Pengelolaan
sampah
17. Tidak terbatas pada pelayanan pengelolaan sampah, dapat melakukan
pelayanan lain yang secara jelas dapat disediakan oleh BLUD Pengelolaan
sampah, dan dibutuhkan oleh konsumen/masyarakat sebagai pendukung
layanan utamanya.
18. Keterkaitan yang kuat antara SPM Teknis Pengelolaan sampah dengan Renstra
Dinas Lingkungan Hidup dan Anggaran Tahunan.

I.10. SISTEMATIKA SPM TEKNIS PENGELOLAAN SAMPAH


Sistematika penyajian dokumen Standar Pelayanan Minimal Teknis (SPM) Teknis
Pengelolaan sampah BLUD adalah sebagai berikut:

BAB. 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang,
1.2. Tujuan
1.3. Lingkup Pelayanan
1.4. Penerima Pelayanan
1.5. Landasan Hukum,
1.6. Kajian Literatur
1.7. Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)
1.8. Perubahan SPM Teknis Pengelolaan sampah
1.9. Kriteria SPM Teknis Pengelolaan sampah
1.10. Sistematika SPM Teknis Pengelolaan sampah

BAB. 2. JENIS PELAYANAN


2.1. Analisis Jenis Pelayanan
2.2. Pemilahan
2.3. Pengumpulan
2.4. Pengangkutan
2.5. Pengolahan
2.6. Pemrosesan Akhir

BAB. 3. MUTU PELAYANAN :


3.1. Analisis Mutu Pelayanan
3.2. Mutu Pelayanan Pengumpulan Sampah
3.3. Mutu Pelayanan Pengangkutan Sampah
3.4. Mutu Pelayanan Pengolahan Sampah
3.5. Mutu Pelayanan Pemrosesan Akhir Sampah

BAB. 4. RENCANA PENCAPAIAN


4.1. Pengumpulan Data
4.2. Perhitungan Kebutuhan Barang Dan Jasa
4.3. Penyusunan Rencana Kerja
4.4. Operasional

BAB. 5. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


BAB. 6. PENUTUP
LAMPIRAN

145
BAB II. JENIS PELAYANAN
II.1. ANALISIS JENIS PELAYANAN
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) sebagaimana dimaksud dalam Permendagri
Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan Cabang Dinas dan UPTD
adalah organisasi yang melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan
teknis penunjang tertentu pada Dinas atau Badan Daerah.
Berdasarkan pengertian ini, maka jenis layanan yang disediakan oleh UPTD
Pengelolaan Sampah yang disesuaikan dengan ketentuan pembentukannya adalah
lingkup kegiatan pengelolaan sampah yang merupakan kegiatan teknis operasional.
Kegiatan pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor
18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yaitu meliputi kegiatan:
A. Pengurangan Sampah, meliputi kegiatan:
a. Pembatasan timbulan sampah
b. Pendaur ulangan sampah
c. Pemanfaatan ulang sampah
B. Penanganan Sampah, meliputi kegiatan:
a. pemilahan,
b. pengumpulan,
c. pengangkutan,
d. pengolahan dan
e. pemrosesan akhir sampah.
Kegiatan pengurangan sampah lebih lanjut diatur Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga (SRT dan SSRT), merupakan kegiatan yang wajib dilakukan
oleh Produsen sebagaimana dalam Pasal 12, 13, 14 dan 15 sebagai berikut:
Pasal 12
Produsen wajib melakukan pembatasan timbulan sampah dengan:
a. menyusun rencana dan/atau program pembatasan timbulan sampah sebagai
bagian dari usaha dan/atau kegiatannya; dan/atau
b. menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah diurai
oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin.
Pasal 13
(1) Produsen wajib melakukan pendauran ulang sampah dengan:
a. menyusun program pendauran ulang sampah sebagai bagian dari usaha
dan/atau kegiatannya;
b. menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang; dan/atau
c. menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk didaur
ulang.
(2) Dalam melakukan pendauran ulang sampah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), produsen dapat menunjuk pihak lain.
(3) Pihak lain, dalam melakukan pendauran ulang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), wajib memiliki izin usaha dan/atau kegiatan.
(4) Dalam hal pendauran ulang sampah untuk menghasilkan kemasan pangan,
pelaksanaan pendauran ulang wajib mengikuti ketentuan peraturan
perundangan-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan.
Pasal 14
Produsen wajib melakukan pemanfaatan kembali sampah dengan:
a. menyusun rencana dan/atau program pemanfaatan kembali sampah sebagai
bagian dari usaha dan/atau kegiatannya sesuai dengan kebijakan dan
strategi pengelolaan sampah;
b. menggunakan bahan baku produksi yang dapat diguna ulang; dan/atau

146
c. menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk digunakan
ulang.
Pasal 15
(1) Penggunaan bahan baku produksi dan kemasan yang dapat diurai oleh proses
alam, yang menimbulkan sesedikit mungkin sampah, dan yang dapat didaur
ulang dan/atau diguna ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 sampai
dengan Pasal 14 dilakukan secara bertahap persepuluh tahun melalui peta
jalan.
(2) Pentahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
(3) Dalam menetapkan peta jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup berkoordinasi dengan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian dan
melakukan konsultasi publik dengan produsen.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan sampah diatur dengan
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup setelah berkoordinasi dengan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian
dan melakukan konsultasi publik dengan produsen.

Berdasarkan pemahaman terhadap kegiatan pengurangan sampah sebagaimana


diatur dalam PP tersebut diatas, maka peran pemerintah (daerah) dalam
pengurangan sampah adalah menjalankan fungsi pengaturan atau sebagai
“regulator”.
Oleh karena kegiatan pengurangan sampah merupakan tugas yang diperankan
oleh regulator, maka kegiatan pengurangan sampah tidak termasuk kegiatan
teknis operasional, dan tidak menjadi jenis layanan yang disediakan oleh UPTD
Pengelolaan Sampah yang berperan sebagai “operator”.
Pasal 22, UU 18/2008 PS menguraikan kegiatan penanganan sampah meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah; dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Lebih lanjut kegiatan penanganan sampah sebagai kegiatan yang dipahami
sebagai kegiatan yang bersifat teknis operasional diatur dalam PP Nomor
81/2012, dari Pasal 17 sampai Pasal 25. Selanjutnya dalam Pasal 26, mengatur
bahwa pemerintah kabupaten/kota membentuk Lembaga untuk melaksanakan
kegiatan penanganan sampah.
Pasal 17
(1) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a dilakukan
oleh:
a. setiap orang pada sumbernya;
147
b. pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya; dan
c. pemerintah kabupaten/kota.
(4) Pemerintah kabupaten/kota menyediakan sarana pemilahan sampah skala
kabupaten/kota.
Pasal 18
(1) Pengumpulan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b
dilakukan oleh:
a. pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya; dan
b. pemerintah kabupaten/kota.
(3) Pemerintah kabupaten/kota menyediakan TPS dan/atau TPS 3R pada wilayah
permukiman.
Pasal 19
(1) Pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota.
Pasal 21
(1) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d meliputi
kegiatan:
a. pemadatan;
b. pengomposan;
c. daur ulang materi; dan/atau
d. daur ulang energi.
(2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. setiap orang pada sumbernya;
b. pengelola Kawasan permukiman, Kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya; dan
c. pemerintah kabupaten/kota.
(3) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib
menyediakan fasilitas pengolahan sampah skala kawasan yang berupa TPS
3R.
(4) Pemerintah kabupaten/kota menyediakan fasilitas pengolahan sampah pada
wilayah permukiman yang berupa:
a. TPS 3R;
b. stasiun peralihan antara;
c. TPA; dan/atau
d. TPST.
Pasal 22
(1) Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf e
dilakukan dengan menggunakan:
a. metode lahan urug terkendali;
b. metode lahan urug saniter; dan/atau
c. teknologi ramah lingkungan.
(2) Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh pemerintah kabupaten/kota.
Pasal 23
(1) Dalam melakukan pemrosesan akhir sampah, pemerintah kabupaten/kota wajib
menyediakan dan mengoperasikan TPA.

148
Pasal 24
(1) Pengoperasian TPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) harus
memenuhi persyaratan teknis pengoperasian TPA yang ditetapkan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.

Pasal 26
(1) Dalam melakukan kegiatan pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir
sampah, pemerintah kabupaten/kota dapat:
a. membentuk kelembagaan pengelola sampah;
b. bermitra dengan badan usaha atau masyarakat; dan/atau
c. bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota lain.
Berdasarkan ketentuan dalam pasal-pasal tersebut diatas tentang kegiatan
penanganan sampah yang bersifat teknis operasional, dan untuk
melaksanakannya pemerintah daerah kabupaten/kota membentuk kelembagaan
pengelolaan sampah, maka jenis pelayanan dari BLUD Pengelolaan Sampah
adalah pelayanan penanganan sampah meliputi : (1) pemilahan, (2)
pengumpulan, (3) pengangkutan, (4) pengolahan dan (5) pemrosesan akhir
sampah.
Dibawah ini diagram yang menjelaskan kegiatan pengelolaan sampah yang akan
disediakan oleh BLUD Pengelolaan Sampah, khususnya kotak-kotak yang diarsir
warna kuning.

Paparan analisis kegiatan pengelolaan sampah berdasarkan UU Nomor 18/2008


dan PP Nomor 81/2012 diatas merupakan rumusan untuk jenis layanan dari
UPTD Pengelolaan Sampah berdasarkan Permendagri Nomor 12/2017 tentang
Pedoman Pembentukan Cabang Dinas dan UPTD.

149
Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka jenis layanan UPTD Pengelolaan
Sampah BLUD meliputi:
a. Pengumpulan sampah;
b. Pengangkutan sampah;
c. Pengolahan sampah; dan
d. Pemrosesan akhir sampah (TPA).
Kegiatan pemilahan sampah skala kabupaten/kota, menjadi bagian dari kegiatan
pengolahan sampah dan tidak berdiri sendiri sebagai bentuk atau jenis layanan
UPTD Pengelolaan Sampah BLUD.

II.2. PEMILAHAN
Kegiatan pemilahan sampah yang menjadi jenis pelayanan dari BLUD
Pengelolaan Sampah adalah kegiatan pemilahan sampah yang merupakan bagian
dari kegiatan pelayanan pengolahan sampah skala kabupaten/kota atau di TPS3R
atau TPST yang diselenggarakan oleh UPTD. Kegiatan pemilahan sampah disini
bukan merupakan kegiatan pemilahan sampah di sumber timbulan sampah yang
menjadi kewajiban dari setiap orang.

Kegiatan pemilahan sampah yang merupakan bagian dari pelayanan pengolahan


sampah adalah memilah sampah berdasarkan jenisnya dalam rangka menyiapkan
bahan baku sampah untuk proses pengolahan. Misalnya memilah sampah jenis
organik sebagai bahan baku untuk pengolahan menjadi kompos, pengolahan
menjadi biogas, pengolahan untuk pakan lalat tentara hitam (Black Soldier Flys-
BSF) dan pemilahan jenis lainnya untuk jenis pengolahan yang lain.

II.3. PENGUMPULAN
Pelayanan pengumpulan sampah dilakukan dalam bentuk pengambilan dan
pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara
atau tempat pengolahan sampah terpadu. Pelayanan pengumpulan sampah
merupakan jenis pelayanan yang langsung dirasakan atau dinikmati oleh setiap
pengguna jasa layanan.
Pada dasarnya pelayanan pengumpulan sampah merupakan tanggung jawab dari
pemerintah daerah kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh BLUD Pengelolaan
Sampah, namun dalam teknis pelaksanaan saat ini khususnya untuk
pengumpulan sampah di lingkungan permukiman, dilakukan oleh organisasi
masyarakat yang dikoordinasikan oleh RT/RW setempat. Dalam hal pelayanan
pengumpulan sampah dilakukan oleh pihak lain selain BLUD Pengelolaan
Sampah, maka pertanggungjawaban hasil pelaksanaan pengumpulan sampah

150
harus diketahui oleh pemerintah daerah kabupaten/kota melalui BLUD
Pengelolaan Sampah.
Pelayanan pengumpulan sampah di daerah layanan diluar permukiman seperti
pengumpulan sampah hasil sapuan jalan, sampah pasar, sampah perkantoran,
dan lainnya dilakukan oleh BLUD Pengelolaan Sampah.

II.4. PENGANGKUTAN
Pelayanan pengangkutan sampah oleh BLUD Pengelolaan Sampah dilakukan
dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke
tempat pemrosesan akhir.

Objek pelayanan pengangkutan adalah TPS/TPS3R/TPST dan sumber sampah


atau pengguna jasa pengangkutan yang diberikan pelayanan berupa
pengumpulan sampah menggunakan armada pengangkutan secara door to door
dan langsung diangkut ke TPA. Pelayanan pengangkutan sampah tidak
seluruhnya berhubungan langsung dengan pengguna jasa, namun merupakan
rantai pelayanan penanganan sampah yang sangat berpengaruh terhadap
kelancaran pelayanan pengumpulan sampah. Dalam hal terjadi gangguan
pelaksanaan layanan pengangkutan sampah dari TPS/TPS3R/TPST, maka akan
mempengaruhi kelancaran pelayanan pengumpulan sampah dari sumber sampah
atau pengguna jasa ke TPS/TPS3R/TPST tersebut.

II.5. PENGOLAHAN
Untuk memudahkan proses pengolahan, sedapat mungkin sampah sudah dipilah
sejak dari sumbernya, minimal sampah dipilah menjadi sampah organik (mudah
busuk) dan sampah non-organik (susah busuk). Selanjutnya sampah organik
dikumpulkan di rumah kompos terdekat, sedangkan sampah non-organik dapat
diserahkan ke Bank Sampah terdekat.

151
Sampah yang belum terpilah dapat dikumpulkan dan/atau diangkut ke TPS/TPS-
T/TPS-3R untuk diolah sesuai dengan sarana prasarana yang tersedia.

Pengolahan sampah merupakan jenis layanan yang tidak secara langsung


dinikmati oleh pengguna jasa layanan penanganan sampah, namun berkaitan
dengan rantai penanganan sampah yang dapat berpengaruh terhadap kelancaran
sistem pelayanan, dan terhadap manfaat pelayanan yang dinikmati oleh pengguna
jasa. Pelayanan pengolahan sampah juga akan memberikan manfaat terhadap
keberlanjutan sistem penanganan sampah dengan prinsip sirkular karena sampah
diperlakukan sebagai sumberdaya.

Pelayanan pengolahan sampah yang dilakukan oleh BLUD dalam bentuk kegiatan
mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah melalui pemadatan,
pengomposan, daur ulang materi, dan/atau daur ulang energi. Pelayanan
pengolahan dapat dilakukan di TPS3R, TPST dan/atau di TPA.

II.6. PEMROSESAN AKHIR


Pemrosesan akhir sampah merupakan jenis layanan yang tidak secara langsung
dinikmati oleh pengguna jasa layanan penanganan sampah, namun berkaitan erat
dengan rantai penanganan sampah yaitu dapat berpengaruh terhadap kelancaran
sistem pelayanan dan terhadap manfaat pelayanan yang dinikmati oleh pengguna
jasa.

Pelayanan pemrosesan akhir sampah yang dilakukan oleh BLUD Pengelolaan


Sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan

sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

152
BAB III. MUTU PELAYANAN
III.1. ANALISIS MUTU PELAYANAN
Mutu pelayanan merupakan bagian dari substansi SPM Teknis Pengelolaan sampah
yang disusun sebagai dokumen persyaratan dalam penerapan pengelolaan keuangan
BLUD pada UPTD, sebagaimana dimaksud dalam Permendagri Nomor 79 Tahun 2019
tentang Badan Layanan Umum Daerah (selanjutnya akan disebut sebagai Permendagri
BLUD). Substansi SPM Teknis Pengelolaan sampah yang diatur dalam Permendagri
BLUD, menyangkut 3 (tiga) hal, yaitu:
1) Standar pelayanan minimal memuat batasan minimal mengenai jenis dan mutu
layanan dasar yang harus dipenuhi oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan
Daerah yang akan menerapkan BLUD (Pasal 43 ayat (1)).
2) Standar pelayanan minimal diatur dengan Peraturan Kepala Daerah untuk
menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, kesetaraan, kemudahan dan
kualitas layanan umum yang diberikan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan
Daerah yang akan menerapkan BLUD sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Pasal 43 ayat (2))
3) Standar pelayanan minimal menyertai dokumen Rencana Bisinis Anggaran/RBA
(Pasal 59, ayat (3)).

● Mutu Pelayanan
Pelayanan penanganan sampah merupakan penyelenggaraan urusan
pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar, sehingga tidak
terdapat ketentuan yang mengatur tentang SPM Teknis Pengelolaan sampah
penanganan sampah termasuk didalamnya yang mengatur tentang mutu
pelayanan. Sehubungan dengan hal ini, maka penyusunan SPM Teknis
Pengelolaan sampah dan yang terkait dengan mutu pelayanan penanganan
sampah yang diselenggarakan oleh BLUD Pengelolaan Sampah dianalogikan
dengan mutu pelayanan dasar.
Substansi dari mutu pelayanan yang diatur dalam pedoman ini, dianalogikan untuk
menyusun mutu pelayanan dari jenis pelayanan penanganan sampah berdasarkan
pada PP Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dan Permen PU Nomor
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga bahwa:
1) Setiap jenis pelayanan harus memiliki mutu pelayanan;
2) Mutu pelayanan untuk setiap jenis pelayanan ditetapkan dalam standar teknis
yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Standar jumlah dan kualitas barang/jasa;
b. Petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar.
Penyusunan materi mutu pelayanan penanganan sampah dalam SPM Teknis
Pengelolaan Sampah ini melalui pendekatan atau analogi dengan peraturan
tentang SPM Teknis Pengelolaan sampah, sebagai berikut:
1) Pengertian mutu pelayanan penanganan sampah adalah ukuran kuantitas dan
kualitas barang dan/atau jasa serta pemenuhannya secara minimal dalam
penanganan sampah, sesuai standar teknis dalam rangka mencapai tujuan
pengelolaan sampah yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
2) Setiap jenis pelayanan yang diselenggarakan oleh BLUD Pengelolaan Sampah
yaitu : (1) pengumpulan sampah, (2) pengangkutan sampah, (3) pengolahan
sampah dan (4) pemrosesan akhir sampah, memiliki mutu layanan yang
ditetapkan dalam standar teknis yang memuat :
153
a. Standar jumlah dan kualitas barang/jasa;
b. Petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar
3) Mutu pelayanan, sesuai dengan ketentuan teknis yang diatur oleh menteri teknis
yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Wajib di bidang persampahan.
Dalam hal ini mutu pelayanan disusun menggunakan acuan ketentuan teknis
penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana
diatur dalam Permen PU Nomor 03/PRT/M/2013. Dibawah ini diagram yang
menjelaskan alur Mutu Pelayanan.

III.2. MUTU PELAYANAN PENGUMPULAN SAMPAH


1) Standar Jumlah dan kualitas Barang dan/atau Jasa
Ukuran kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa dalam pelayanan
pengumpulan sampah, sesuai standar teknis adalah sebagai berikut:

Tabel : Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa Pelayanan


Pengumpulan Sampah
No Jenis Mutu
Barang/Jasa Jumlah Kualitas
A Alat Pengumpulan
1 Motor Sampah Disesuaikan dengan kebutuhan Berfungsi untuk
jumlah motor sampah, dihitung pengumpulan dari
berdasarkan spesifikasi kinerja sumber sampah ke
dan volume timbulan sampah di tempat pengumpulan
daerah pelayanan pengumpulan
dengan motor sampah.
2 Gerobak Sampah Disesuaikan dengan kebutuhan Berfungsi untuk
jumlah gerobak sampah, dihitung pengumpulan dari
berdasarkan spesifikasi kinerja sumber sampah ke
dan volume timbulan sampah di tempat pengumpulan
daerah pelayanan pengumpulan
dengan gerobak sampah.

154
3 Pick Up Disesuaikan dengan kebutuhan Berfungsi untuk
jumlah kendaraan pick up, pengumpulan dari
dihitung berdasarkan spesifikasi sumber sampah ke
kinerja dan volume timbulan tempat pengumpulan
sampah di daerah pelayanan
pengumpulan dengan kendaraan
pick up.
4 Dump Truck Disesuaikan dengan kebutuhan Berfungsi untuk
jumlah dump truck, dihitung pengumpulan dari
berdasarkan spesifikasi kinerja sumber sampah ke
dan volume timbulan sampah di tempat pengumpulan
daerah pelayanan pengumpulan atau ke TPA
dengan kendaraan dump truk
B Tempat Pengumpulan
5 TPS Disesuaikan dengan volume Penampungan
pelayanan pengumpulan sementara sampah
tercampur dilanjutkan
dengan pelayanan
pengangkutan
6 TPS3R Disesuaikan dengan volume Penampungan
pelayanan pengumpulan sementara sampah
terpilah dilanjutkan
dengan pelayanan
pengolahan
7 TPST Disesuaikan dengan volume Penampungan
pelayanan pengumpulan sementara sampah
terpilah dilanjutkan
dengan pelayanan
pengolahan
C Jasa pengumpulan sampah
1 Pengumpulan Disesuaikan dengan daerah Pengumpulan sampah
sampah pelayanan pengumpulan dari sumbernya minimal
tercampur 2 (dua) hari sekali
Pengumpulan sampah
terjadwal
Pengumpulan sampah
secara tercampur
sifatnya sementara
untuk ditingkatkan
menjadi pengumpulan
terpilah.
2 Pengumpulan Disesuaikan dengan daerah Pengumpulan sampah
sampah terpilah pelayanan pengumpulan dari sumbernya minimal
2 (dua) hari sekali
Pengumpulan sampah
terjadwal dan terpilah
sesuai dengan jenis
sampah

155
2) Petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar
Tata cara pemenuhan standar teknis pengumpulan sampah dilakukan
dengan cara mengukur indikator capaian kinerja pengumpulan sampah
berdasarkan target capaian yang ditetapkan pada setiap tahun rencana
kerja dan anggaran.
a. Kondisi saat ini pengumpulan sampah masih dilakukan secara
tercampur dikarenakan masyarakat atau sumber sampah belum
melakukan pewadahan secara terpilah dan juga belum tersedia
pelayanan pengolahan sampah yang memadai.
(1) Target cakupan wilayah pelayanan pengumpulan sampah
tercampur adalah 0 %, dengan indikator capaian adalah penurunan
% wilayah layanan pengumpulan sampah tercampur terhadap
seluruh wilayah pengumpulan dengan tingkat capaian tahunan
berdasarkan rencana kerja dan anggaran BLUD Pengelolaan
Sampah.
(2) Target tingkat pelayanan pengumpulan sampah tercampur adalah 0
%, dengan indikator capaian adalah penurunan % layanan
pengumpulan timbulan sampah tercampur terhadap timbulan
sampah di seluruh wilayah pengumpulan dengan tingkat capaian
tahunan berdasarkan rencana kerja dan anggaran BLUD
Pengelolaan Sampah.
b. Target pengumpulan sampah terpilah adalah 100 %, dengan indikator
capaian adalah peningkatan % daerah layanan pengumpulan sampah
terpilah terhadap seluruh wilayah pengumpulan pada setiap tahun
rencana kerja dan anggaran BLUD Pengelolaan Sampah.
(1) Target cakupan wilayah pelayanan pengumpulan sampah terpilah
adalah 100 %, dengan indikator capaian adalah peningkatan %
wilayah layanan pengumpulan sampah terpilah terhadap seluruh
wilayah pengumpulan dengan tingkat capaian tahunan berdasarkan
rencana kerja dan anggaran BLUD Pengelolaan Sampah.
(2) Target tingkat pelayanan pengumpulan sampah tercampur adalah
100 %, dengan indikator capaian adalah peningkatan % layanan
pengumpulan timbulan sampah tercampur terhadap timbulan
sampah di seluruh wilayah pengumpulan dengan tingkat capaian
tahunan berdasarkan rencana kerja dan anggaran BLUD
Pengelolaan Sampah.

Tabel : Indikator dan Target Capaian Pelayanan Pengumpulan Sampah


No Jenis pelayanan Indikator Capaian Target Batas Waktu
pengumpulan Capaian Capaian
Pengumpulan sampah
a. % wilayah terlayani 100 % Setiap tahun,
pengumpulan, sesuai dengan
terhadap seluruh rencana kerja
wilayah pelayanan
pengumpulan
b. % timbulan sampah 100 % Setiap tahun,
terlayani sesuai dengan
pengumpulan, rencana kerja
terhadap jumlah
timbulan sampah.
1 Pengumpulan a. % wilayah terlayani Penurunan Setiap tahun,
156
sampah pengumpulan sampah indikator sesuai dengan
tercampur tercampur, terhadap capaian rencana kerja
seluruh wilayah sampai 0 %
pelayanan
pengumpulan;
b. % timbulan sampah Penurunan Setiap tahun,
terlayani indikator sesuai dengan
pengumpulan capaian rencana kerja
tercampur, terhadap sampai 0 %
jumlah timbulan
sampah.
2 Pengumpulan a. % wilayah terlayani Peningkatan Setiap tahun,
sampah terpilah pengumpulan sampah indikator sesuai dengan
terpilah, terhadap capaian rencana kerja
seluruh wilayah sampai 100
pelayanan %
pengumpulan;
b. % timbulan sampah Peningkatan Setiap tahun,
terlayani indikator sesuai dengan
pengumpulan terpilah, capaian rencana kerja
terhadap jumlah sampai 100
timbulan sampah. %

III.3. MUTU PELAYANAN PENGANGKUTAN SAMPAH


1) Standar Jumlah dan kualitas Barang dan/atau Jasa
Mutu pelayanan pengangkutan sampah yang ditetapkan standar
teknisnya adalah meliputi ukuran jumlah dan kualitas :
a. Peralatan tempat pemindahan (transfer) sampah dari kegiatan
pelayanan pengumpulan sampah;
b. Peralatan pengangkutan sampah berdasarkan jenisnya dan
berdasarkan sistem pengangkutannya; dan
c. Jasa pelayanan pengangkutan sampah.
Ukuran kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa dalam pelayanan
pengangkutan sampah, sesuai standar teknis adalah sebagai berikut:

Tabel : Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa Pelayanan


Pengangkutan Sampah
No Jenis Barang/Jasa Mutu
Jumlah Kualitas
A Alat Pemindahan
1 Wadah sampah Disesuaikan dengan kebutuhan, Wadah sampah berupa
komunal dihitung berdasarkan kapasitas container atau bin (tong)
wadah sampah komunal dan bertutup, mudah
volume timbulan sampah di dikosongkan,
daerah pelayanan pengumpulan ringan/mudah
komunal dan pengangkutan ke dipindahkan, kapasitas
TPST/TPA. antara 100 – 1.000 liter,
pengosongannya setiap
periode tidak lebih dari
24 jam.
2 Kontainer di TPS/ Disesuaikan dengan kebutuhan, Kontainer tertutup, tidak
TPS3R/TPST dihitung berdasarkan kapasitas bocor, sesuai dengan
157
kontainer dan volume spesifikasi/jenis truk
sampah/residu di TPS/TPS3R/ pengangkut dan
TPST. terpelihara serta
pengosongannya setiap
periode tidak lebih dari
24 jam.
3 Stasiun Peralihan Disesuaikan dengan kebutuhan, Berfungsi memadatkan
Antara (SPA) skala dihitung berdasarkan kapasitas sampah untuk efisiensi
lingkungan SPA skala lingkungan dan pengangkutan ke TPA
volume sampah di wilayah dan memenuhi syarat
pelayanan. pengelolaan lingkungan
4 SPA skala Disesuaikan dengan kebutuhan, Berfungsi memadatkan
Kabupaten/Kota dihitung berdasarkan kapasitas sampah untuk efisiensi
SPA skala Kab./Kota dan volume pengangkutan ke TPA
sampah di wilayah pelayanan. dan memenuhi syarat
pengelolaan lingkungan
B Armada Pengangkutan
1 Dump truck Disesuaikan dengan kebutuhan Berfungsi untuk
dihitung berdasarkan spesifikasi pelayanan
kinerja Dump truck dan daerah pengangkutan langsung
layanan pengangkutan langsung dari wadah sampah
individual dan komunal
dilengkapi dengan tutup
terpal.
2 Arm Roll truck Disesuaikan dengan kebutuhan Berfungsi untuk
dihitung berdasarkan spesifikasi pengangkutan sampah
kinerja Arm Roll truck dan dari TPS/TPS3R/TPST
daerah layanan dengan yang dilengkapi dengan
penampungan sampah berupa wadah sampah berupa
container container.
3 Compactor truck Disesuaikan dengan kebutuhan Berfungsi untuk
dihitung berdasarkan spesifikasi memadatkan muatan
kinerja compactor truck dan sampah dan
daerah layanan pengumpulan pembongkaran sampah
dan pengangkutan langsung secara mekanis dalam
pelayanan
pengumpulan dan
pengangkutan langsung
4 Trailer Disesuaikan dengan kebutuhan Berfungsi untuk
dihitung berdasarkan spesifikasi mengangkut sampah
kinerja trailer truck dan beban dari SPA ke TPA
pengangkutan sampah dari SPA dilengkapi dengan
skala lingkungan dan SPA skala sistem hidrolis untuk
kab./kota pembongkaran
sampahnya.
C Jasa pengangkutan sampah
1 Pengangkutan Disesuaikan dengan daerah Pengumpulan dan
sampah langsung pelayanan pengangkutan pengangkutan sampah
sampah secara langsung dari sumbernya minimal
2 (dua) hari sekali
secara terjadwal.

158
2 Pengangkutan Disesuaikan dengan beban Pengangkutan terjadwal
sampah tidak pelayanan pengangkutan dan tidak terjadi
langsung sampah di TPS/TPS3R/TPST ceceran sampah dan air
dan SPA lindi selama proses
pengangkutan.

2) Petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar


Tata cara pemenuhan standar teknis pengangkutan sampah dilakukan
dengan cara mengukur indikator capaian kinerja pengangkutan sampah
berdasarkan target capaian yang ditetapkan pada setiap tahun rencana
kerja dan anggaran.

Kondisi saat ini pelayanan pengangkutan sampah baik pengangkutan


langsung dari sumber sampah maupun pengangkutan tidak langsung dari
TPS ke TPA, merupakan kegiatan pokok dalam mewujudkan kebersihan
suatu wilayah pelayanan penanganan sampah. Dalam hal demikian maka
indikator kinerja pelayanan pengangkutan diukur berdasarkan persentase
jumlah sampah yang terangkut ke TPA terhadap jumlah beban timbulan
sampah wilayah pelayanan kabupaten/kota. Peningkatan jumlah sampah
yang berhasil diangkut ke TPA merupakan peningkatan kinerja pelayanan
pengangkutan.

Namun berdasarkan Perpres Nomor 97 tahun 2017 tentang Kebijakan


dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah, bahwa indikator pelayanan
pengangkutan sampah adalah penurunan jumlah sampah yang terangkut
ke TPA. Maksud dari indikator pelayanan pengangkutan sampah adalah
peningkatan kinerja pelayanan penanganan sampah yaitu penurunan
jumlah sampah terangkut ke TPA sebanding dengan peningkatan volume
sampah yang berhasil dilakukan pengolahan di TPS3R dan TPST.

Tabel : Indikator dan Target Capaian Pelayanan Pengangkutan Sampah


No Jenis pelayanan Indikator Capaian Target Batas Waktu
pengangkutan Capaian Capaian
Pelayanan % jumlah sampah yang 100 % Setiap tahun,
Pengangkutan Sampah terangkut terhadap beban sesuai dengan
pengangkutan sampah rencana kerja
wilayah pelayanan
kabupaten/kota
1 Pengangkutan % jumlah sampah Penurunan Setiap tahun,
sampah tercampur yang terangkut indikator sesuai dengan
tercampur terhadap beban capaian rencana kerja
pengangkutan sampah sampai 0 %
wilayah pelayanan
pengangkutan
2 Pengangkutan % jumlah sampah Peningkatan Setiap tahun,
sampah terpilah terpilah yang terangkut indikator sesuai dengan
terhadap beban capaian rencana kerja
pengangkutan sampah sampai 100
wilayah pelayanan %
pengangkutan
3 Pengangkutan % jumlah residu sampah 100 % Setiap tahun,
residu sampah yang terangkut terhadap sesuai dengan
159
beban pengangkutan rencana kerja
residu sampah wilayah
pelayanan pengangkutan

III.4. MUTU PELAYANAN PENGOLAHAN SAMPAH


1) Standar Jumlah dan kualitas Barang dan/atau Jasa
Mutu pelayanan pengolahan sampah yang ditetapkan standar teknisnya
adalah meliputi ukuran jumlah dan kualitas dari :
a. Lokasi tempat pengolahan sampah;
b. Sarana/Peralatan pengolahan sampah; dan
c. Jasa pelayanan pengolahan sampah.
Ukuran kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa dalam pelayanan
pengolahan sampah, sesuai standar teknis adalah sebagai berikut:

Tabel : Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa Pelayanan


Pengolahan Sampah
No Jenis Mutu
Barang/Jasa Jumlah Kualitas
A Lokasi tempat pengolahan sampah
1 TPS3R Disesuaikan dengan a. Lokasi mudah diakses
kebutuhan, dihitung dengan sarana
berdasarkan luasan pengumpulan
lahan/kapasitas olah setiap b. luas TPS 3R, lebih besar
lokasi TPS3R dan volume dari 200 m2;
timbulan sampah di daerah c. cakupan layanan dengan
pelayanan pengolahan. radius 1 km
2 TPST Disesuaikan dengan a. luas TPST, lebih besar dari
kebutuhan, dihitung 20.000 m2;
berdasarkan luasan b. jarak TPST ke permukiman
lahan/kapasitas olah lokasi terdekat paling sedikit 500
TPST dan volume timbulan m;
sampah di daerah pelayanan c. berada di dalam kota atau
pengolahan. di lokasi TPA.
3 SPA skala Disesuaikan dengan a. Luas lahan peruntukan SPA
lingkungan kebutuhan, dihitung minimal 600 m2
berdasarkan luasan b. lokasi penempatan di titik
lahan/kapasitas olah SPA pusat area lingkungan
skala lingkungan dan volume hunian;
timbulan sampah di daerah
pelayanan SPA skala
lingkungan
4 SPA skala Disesuaikan dengan a. Luas lahan peruntukan SPA
kota/kabupaten kebutuhan, dihitung minimal 20.000 m2
berdasarkan luasan b. penempatan lokasi SPA
lahan/kapasitas olah SPA dapat di dalam kota
skala kota/kab. dan volume
timbulan sampah di daerah
pelayanan SPA skala kota/kab.
B Sarana/peralatan pengolahan sampah
1 TPS3R Disesuaikan dengan jenis Berfungsi untuk mengolah
pengolahan, dihitung sampah;
160
berdasarkan kapasitas a. pemilahan;
pengolahan sampah di TPS3R b. pengomposan;
c. biodigester
d. bank sampah
2 TPST Disesuaikan dengan jenis Berfungsi untuk mengolah
pengolahan, dihitung sampah dengan sarana;
berdasarkan kapasitas a. pemadatan;dan/atau
pengolahan sampah di TPST b. daur ulang materi; dan/atau
c. konversi biologi dan/atau
termal menjadi
sumberdaya.
3 SPA skala Disesuaikan dengan Berfungsi memadatkan
lingkungan kebutuhan dihitung sampah untuk efisiensi
berdasarkan kapasitas SPA pengangkutan ke TPA dan
memenuhi syarat pengelolaan
lingkungan
4 SPA skala Disesuaikan dengan Berfungsi memadatkan
kota/kab. kebutuhan dihitung sampah untuk efisiensi
berdasarkan kapasitas SPA pengangkutan ke TPA dan
memenuhi syarat pengelolaan
lingkungan
C Jasa pelayanan pengolahan sampah
1 Pengolahan Penyelenggaraan pengolahan a. proses pengolahan tidak
sampah di diseluruh lokasi TPS 3R mencemari dan
TPS3R mengganggu lingkungan;
b. menghasilkan sumberdaya
2 Pengolahan Penyelenggaraan pengolahan a. proses pengolahan tidak
sampah di diseluruh lokasi TPST mencemari dan
TPST mengganggu lingkungan;
b. menghasilkan sumberdaya
3 Pengolahan Penyelenggaraan pengolahan a. proses pengolahan tidak
sampah di diseluruh lokasi SPA skala mencemari dan
SPA lingkungan dan/atau SPA skala mengganggu lingkungan;
kota./kab. b. menghasilkan efektifitas
dan efisiensi pengangkutan
sampah ke TPA/TPST.
2) Petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar
Tata cara pemenuhan standar teknis pengolahan sampah dilakukan
dengan cara mengukur indikator capaian kinerja pengolahan sampah
berdasarkan target capaian yang ditetapkan pada setiap tahun rencana
kerja dan anggaran.
Kondisi saat ini pelayanan pengolahan sampah yang dilakukan oleh
Pemda/ UPTD belum merupakan kegiatan pokok yang kinerja olah
sampahnya masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan kegiatan
pengangkutan sampah.
Indikator kinerja pelayanan pengolahan sampah diukur berdasarkan
persentase jumlah sampah yang diolah di TPS3R/TPST terhadap jumlah
beban timbulan sampah wilayah pelayanan kabupaten/kota.
Berdasarkan Perpres Nomor 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengelolaan Sampah, bahwa indikator pelayanan
pengolahan sampah adalah peningkatan jumlah sampah yang terolah
menjadi bahan baku dan yang termanfaatkan menjadi energi.
161
Tabel : Indikator dan Target Capaian Pelayanan Pengolahan Sampah
No Jenis pelayanan Indikator Capaian Target Batas Waktu
pengolahan Capaian Capaian
Pengolahan sampah % jumlah sampah yang 100 % Setiap tahun,
diolah terhadap beban sesuai dengan
timbulan sampah rencana kerja
potensial diolah di
wilayah kabupaten/kota
1 Pengolahan % jumlah sampah 100 % Setiap tahun,
sampah organik organic yang diolah sesuai dengan
terhadap beban timbulan rencana kerja
sampah organic terpilah
di wilayah
kabupaten/kota
2 Pengolahan % jumlah sampah non 100 % Setiap tahun,
sampah non organic yang sesuai dengan
organic diolah/dimanfaatkan rencana kerja
kembali terhadap beban
timbulan sampah non
organic terpilah di
wilayah kabupaten/kota

III.5. MUTU PELAYANAN PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


1) Standar Jumlah dan kualitas Barang dan/atau Jasa
Mutu pelayanan pemrosesan akhir sampah yang ditetapkan standar
teknisnya adalah meliputi ukuran jumlah dan kualitas dari :
a. Prasarana dan sarana pemrosesan akhir sampah; dan
b. Jasa pelayanan/ operasional pemrosesan akhir sampah.

Ukuran kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa dalam pelayanan


pengolahan sampah, sesuai standar teknis adalah sebagai berikut:

Tabel : Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa Pelayanan


Pemrosesan Akhir Sampah
No Jenis Barang/Jasa Mutu
Jumlah Kualitas
A Prasarana dan Sarana
1 Fasilitas dasar
a. Jalan masuk Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
b. Jalan operasional Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
c. Listrik Sesuai kebutuhan Tersedia dan dapat digunakan
d. air Sesuai kebutuhan Tersedia dan dapat digunakan
e. Kantor Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
f. pagar Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi

2 Fasilitas perlindungan
a. Lapisan kedap Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
b. Saluran Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
pengumpulan
lindi

162
c. Instalasi Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
pengolahan lindi
d. Zona penyangga Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
e. Sumur uji/pantau Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
f. Penanganan gas Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
3 Fasilitas operasional
a. Alat berat Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
b. Truk pengangkut Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
tanah penutup
c. Tanah penutup Sesuai kebutuhan Tersedia dan dapat digunakan
4 Fasilitas penunjang
a. Bengkel Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
b. Garasi Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
c. Tempat Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
pencucian
kendaraan
d. Jembatan Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
timbang
e. Tempat parkir Sesuai kebutuhan Tersedia dan berfungsi
f. Alat P3K Sesuai kebutuhan Tersedia dan dapat digunakan
g. Laboratorium Sesuai kebutuhan Dapat disediakan dan berfungsi
B Pelayanan operasional pemrosesan akhir sampah
1 Operasional Operasional Operasional penimbunan
penimbunan sampah penimbunan sampah sampah dan penutupan dengan
sesuai dengan jumlah tanah penutup secara periodic
beban sampah yang berdasarkan metode lahan urug
harus dilakukan terkendali atau lahan urug saniter
pemrosesan akhir (sanitary landfill)
setiap hari kerja.
2 Operasional Operasional Operasional pengolahan lindi
pengolahan lindi pengolahan lindi menggunakan instalasi pengolah
sesuai dengan volume lindi dengan kualitas hasil
debit lindi pengolahan sesuai dengan
ambang batas berdasarkan
ketentuan.

2) Petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar


Tata cara pemenuhan standar teknis pemrosesan akhir sampah dilakukan
dengan cara mengukur indikator capaian kinerja pemrosesan akhir
sampah berdasarkan target capaian yang ditetapkan pada setiap tahun
rencana kerja dan anggaran.
Indikator kinerja pelayanan pemrosesan akhir sampah diukur berdasarkan
persentase jumlah sampah yang proses akhir di TPA terhadap jumlah
beban timbulan sampah wilayah pelayanan kabupaten/kota.
Target dari kinerja pelayanan pemrosesan akhir sampah adalah
penurunan jumlah sampah yang diproses akhir melalui penimbunan,
sebanding dengan peningkatan jumlah sampah yang berhasil dilakukan
pengolahan. Target dari penimbunan sampah adalah hanya melakukan
penimbunan terhadap jumlah residu sampah yaitu sisa sampah yang tidak
dapat dilakukan pengolahan. Target penimbunan sampah yang

163
dinyatakan dalam %, adalah sama dengan besaran % komposisi residu
dalam komposisi sampah wilayah kabupaten/kota.

Tabel : Indikator dan Target Capaian Pelayanan Pemrosesan Akhir Sampah


No Jenis pelayanan Indikator Capaian Target Batas Waktu
pemrosesan Capaian Capaian
akhir
1 Penimbunan % rata-rata jumlah Penurunan Setiap tahun,
sampah sampah yang ditimbun indikator sesuai dengan
setiap hari kerja.terhadap capaian, rencana kerja
jumlah beban timbulan sampai
sampah rata-rata harian angka %
wilayah layanan BLUD komposisi
residu
2 Operasional % capaian tingkat 100 % Setiap tahun,
pengolahan lindi kualitas hasil pengolahan sesuai dengan
lindi terhadap nilai rencana kerja
ambang batas kualitas air
buangan.

BAB IV. RENCANA PENCAPAIAN


Rencana pelaksanaan SPM Teknis Pengelolaan sampah dilakukan melalui
tahapan pengumpulan data pelayanan, perhitungan kebutuhan pelayanan,
penyusunan rencana dan pelaksanaan pemenuhan SPM Teknis Pengelolaan
sampah.

IV.1. PENGUMPULAN DATA


a. Pelaksanaan pengumpulan data
Pengumpulan data SPM Teknis Pengelolaan sampah merupakan tanggung
jawab dari Organisasi Perangkat Daerah yang melaksanakan tugas
pengelolaan sampah. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan oleh
BLUD.
b. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan untuk mendata kondisi penyelenggaraan
penanganan sampah antara lain:
1. Data wilayah pelayanan penanganan sampah;
2. Data objek pelayanan penanganan sampah;
3. Data wajib bayar retribusi
4. Data timbulan dan komposisi sampah;
5. Data sarana dan prasarana penanganan sampah, jumlah dan kapasitas
c. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilaksanakan secara primer, melalui sensus,
survei angket dan wawancara, serta secara sekunder melalui studi
dokumen terkait yang sudah tersedia yaitu Rencana Induk (Master Plan)
Pengelolaan Sampah atau Perencanaan Teknis dan Manajemen
Persampahan (PTMP).

IV.2. PERHITUNGAN KEBUTUHAN BARANG DAN JASA


Penghitungan kebutuhan pelayanan penanganan sampah dilaksanakan untuk
menunjukkan wilayah yang akan diselenggarakan pelayanan (cakupan wilayah
pelayanan) dan jenis objek pelayanan meliputi kawasan permukiman (rumah
164
tinggal), Kawasan usaha (bisnis), pasar, industri, fasilitas umum dalam wilayah
kabupaten/kota. Dalam kegiatan penghitungan kebutuhan pelayanan
penanganan sampah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain
data dan dokumen, metode dan langkah penghitungan.
a. Data dan dokumen yang dibutuhkan
1. Rencana Induk (Master Plan) Pengelolaan Sampah atau Perencanaan
Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP).
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten/Kota.
3. Rencana Strategis Dinas

b. Metode pengolahan data


Metode pengolahan data untuk menghitung kebutuhan pelayanan
penanganan sampah dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode
analisis beban pelayanan. BLUD melakukan analisis data terkait volume
beban pelayanan penanganan sampah dan kapasitas prasarana dan
sarana di kabupaten/kota dan target pencapaian berdasarkan Renstra
Dinas dibidang pengelolaan sampah.
c. Langkah penghitungan kebutuhan
1) Mengidentifikasi jumlah kebutuhan total pelayanan pada daerah
pelayanan BLUD untuk mengetahui cakupan wilayah pelayanan per
satuan wilayah kelurahan/desa pada setiap wilayah kecamatan dan
volume beban timbulan sampah.
Perhitungan beban timbulan sampah dihitung per tahun dari setiap
daerah pelayanan kelurahan/desa pada setiap kecamatan, volume
beban timbulan berdasarkan sumber sampahnya dan jumlah total
volume beban untuk setiap tahun perencanaan sebagaimana table : 4.1
berikut.

Tabel 4.1: Perhitungan volume beban timbulan sampah (ton/hari)


tahun …
Wilayah Kelurahan/Desa Volume beban timbulan sampah (ton/hari)
Layanan BLUD Permukiman Pasar Komersial Perkantoran Dst. Jumlah
1 Kecamatan 1.1
Kelurahan/Desa…
… 1.2
Kelurahan/Desa…
1.3
Kelurahan/Desa…
1.4
dst.
Jumlah 1
2 Kecamatan 2.1 Kelurahan/Desa…
… 2.2 Kelurahan/Desa…
2.3 Kelurahan/Desa…
2.4 dst.
Jumlah 2
3 dst 3.4 dst.
JUMLAH TOTAL
Perhitungan volume beban timbulan sebagaimana table diatas,
dihitung selama 5 (lima) tahun anggaran disesuaikan dengan periode
RPJMD dan disajikan rekapitulasinya sebagaimana table 4.2 berikut.
Tabel 4.2 : Perhitungan volume beban timbulan sampah (ton/hari)
Tahun … - …….

165
No Kecamatan Jml Kel./Desa Volume beban timbulan sampah (Ton/hari)
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
1 Kec. …..
2 Kec. …..
dst Kec. …..
Jumlah

2) Kebutuhan prasarana dan sarana


Perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana penanganan sampah
dihitung berdasarkan volume beban pelayanan sampah sebagaimana
table 4.1 dan dirinci berdasarkan jenis pelayanannya. Besar volume
beban layanan menurut jenis pelayanan pada masing wilayah
pelayanan disajikan sebagaimana table 4.3 berikut:

Tabel 4.3 : Volume beban layanan per jenis layanan tahun ….


Kecamatan Kelurahan/Desa Volume Volume beban layanan/jenis layanan (ton/hari)
beban Pengumpulan Pengolahan Pengangkutan TPA
pelayanan
(ton/hari)
1 Kecamatan 1. Kelurahan/
… 1 Desa…
1. Kelurahan/
2 Desa…
1. Kelurahan/
3 Desa…
1. dst.
4
Jumlah 1
2 Kecamatan 2. Kelurahan/
… 1 Desa…
2. Kelurahan/
2 Desa…
2. Kelurahan/
3 Desa…
2. dst.
4
Jumlah 2
3 dst 3. dst.
4
Jumlah Total

Beban volume layanan sebagaimana table 4.3, dihitung untuk


periode RPJMD dan disajikan sebagaimana table 4.4 berikut:
Tabel 4.4 : Volume beban layanan per jenis layanan Tahun …. -
…..
No Jenis Layanan Vol. beban layananton/hari)
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
1 Pengumpulan
2 Pengolahan
3 Pengangkutan
5 Pemrosesan Akhir

Berdasarkan volume beban layanan sebagaimana dimaksud table


4.4, dihitung kebutuhan sarana dan prasarana penanganan
166
sampah untuk setiap jenis layanan dan disajikan seperti pada tabel
4.5 berikut:
Tabel 4.5: Kebutuhan unit sarana dan prasarana pelayanan
penanganan sampah Tahun …. - ……
No Jenis Layanan Kebutuhan unit sarana dan prasarana
Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
1 Pengumpulan
Gerobak
Motor Sampah
Pick Up
2 Pengolahan
TPS3R
TPST
SPA
3 Pengangkutan
Dump truk
Arm roll truk
Compactor truk
Trailer
5 Pemrosesan Akhir
Bulldozer
Excavator
Landfill compactor
Pengolahan lindi

IV.3. PENYUSUNAN RENCANA KERJA


Rencana pelayanan sarana dan prasarana penanganan sampah merupakan
rencana peningkatan cakupan daerah pelayanan dan peningkatan kualitas
layanan. Rencana pelayanan penanganan sampah disusun berdasarkan
Rencana Induk Pengelolaan Sampah dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota.

a. Kebutuhan data
Kebutuhan data dalam penyusunan rencana pelayanan penanganan
sampah adalah:
1. Data wilayah cakupan pelayanan penanganan sampah oleh BLUD
2. Data volume beban timbulan sampah sebagaimana Tabel 4.1 dan
Tabel 4.2,
3. Data volume beban layanan sebagaimana table 4.3 dan 4.4,
4. Data data kebutuhan prasarana dan sarana sebagaimana Tabel 4.5

b. Rencana pembiayaan
Pembiayaan penyelenggaraan pelayanan penanganan sampah
bersumber dari :
1. APBD Pemerintah Kab./Kota, pada DPA BLUD
2. Pendapatan jasa layanan BLUD
3. Pendapatan lainnya

c. Langkah penyusunan rencana


1. Wilayah pelayanan
BLUD menyiapkan rencana wilayah pelayanan berdasarkan satuan
wilayah kelurahan/desa pada setiap wilayah layanan kecamatan. Selain
merencanakan wilayah pelayanan, juga objek sasaran pelayanan yaitu
167
jenis-jenis sumber sampah yang akan dilayani seperti wilayah
permukiman, pasar, daerah komersiil, perkantoran dan objek sumber
sampah lainnya.
1. Rencana kegiatan
BLUD menyiapkan rencana kegiatan penanganan sampah dalam
wilayah pelayanan BLUD meliputi:
1. Rencana operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pengumpulan sampah sebagaimana dalam Tabel 4.5 dengan
volume beban sebagaimana Tabel 4.3.
2. Rencana operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pengolahan sampah sebagaimana dalam Tabel 4.5 dengan volume
beban sebagaimana Tabel 4.3.
3. Rencana operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pengangkutan sampah sebagaimana dalam Tabel 4.5 dengan
volume beban sebagaimana Tabel 4.3.
4. Rencana operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pemrosesan akhir sampah sebagaimana dalam Tabel 4.5 dengan
volume beban sebagaimana Tabel 4.3.
Rencana kegiatan pelayanan penanganan sampah, dengan target
capaian kualitas pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar operasional dan prosedur
(SOP).
1. Rencana pendanaan
Rencana pendanaan penyelenggaraan pelayanan penanganan sampah
tahunan meliputi kebutuhan:
1. Rencana pendanaan untuk pengadaan prasarana dan sarana sesuai
dengan standar jumlah pemenuhan kebutuhan. Rencana pendanaan
pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan rencana strategi
bisnis (RSB) dan rencana bisnis anggaran (RBA)
2. Rencana pendanaan untuk membiayai operasional dan
pemeliharaan dari kegiatan :
1. Pengumpulan sampah meliputi komponen biaya: personil,
pakaian dan kelengkapan kerja, alat pelindung diri (APD), bahan
bakar dan oli, suku cadang, perbaikan dan
pemeliharaan/perawatan.
2. Pengolahan sampah meliputi komponen biaya : personil, pakaian
dan kelengkapan kerja, alat pelindung diri (APD), bahan bakar
dan oli, suku cadang, perbaikan dan pemeliharaan/perawatan,
bahan dan material.
3. Pengangkutan sampah meliputi komponen biaya: personil,
pakaian dan kelengkapan kerja, alat pelindung diri (APD), bahan
bakar dan oli, suku cadang, perbaikan dan
pemeliharaan/perawatan.
4. Pemrosesan akhir meliputi komponen biaya: Pengolahan sampah
meliputi biaya : personil, pakaian dan kelengkapan kerja, alat
pelindung diri (APD), bahan biaya bakar dan oli, suku cadang,
perbaikan dan pemeliharaan/perawatan, bahan dan material.
Rencana pendanaan kegiatan operasional dan pemeliharaan sesuai
dengan rencana strategi bisnis (RSB) dan rencana bisnis anggaran
(RBA)

168
Pendanaan operasional dan pemeliharaan terhadap kegiatan
pelayanan penanganan sampah sesuai dengan kebutuhan
pemenuhan standar kualitas pelayanan.

IV.4. OPERASIONAL
a. Pelaksana pemenuhan SPM Teknis Pengelolaan sampah
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bertugas melaksanakan
pengelolaan sampah Kabupaten/Kota bertanggung jawab untuk
pemenuhan SPM Teknis Pengelolaan sampah, melalui BLUD. Jumlah SDM
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pelayanan pengolahan sampah
merujuk ke Perhitungan Analisis Beban Kerja. Tugas-tugas yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pelayanan pengolahan sampah merujuk
pada Pedoman SOP Pengelola Sampah.
b. Pelaksanaan pembiayaan SPM Teknis Pengelolaan sampah
Pelaksanaan pembiayaan pelayanan penanganan sampah untuk
memenuhi SPM Teknis Pengelolaan sampah sesuai dengan ketentuan
pengelolaan keuangan BLUD.
c. Langkah pelaksanaan
1. Menentukan wilayah yang akan dilayani
Berdasarkan data identifikasi wilayah sasaran pelayanan ditetapkan
jenis-jenis objek sumber sampah, yang menjadi sasaran pelayanan
penanganan sampah.
2. Pelaksanaan pelayanan
Pelaksanaan pelayanan berdasarkan SOP dan target kinerja
berdasarkan SPM Teknis Pengelolaan sampah.

BAB V. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

1. Pelaksana pembinaan
Pemerintah Kabupaten/Kota melalui OPD yang diberi tugas melaksanakan
urusan pengelolaan sampah melaksanakan pembinaan pelayanan pengelolaan
sampah kepada BLUD dalam pelaksanaan SPM Teknis Pengelolaan sampah.
2. Materi pembinaan
Materi pembinaan teknis pelayanan pengelolaan sampah terdiri dari:
1) Pembinaan pelayanan pengumpulan sampah
2) Pembinaan pelayanan pengolahan sampah
3) Pembinaan pelayanan pengangkutan sampah
4) Pembinaan pelayanan pemrosesan akhir sampah

3. Rujukan materi pembinaan:


1) Peraturan tentang Sarana Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga;
2) Peraturan tentang Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah Daerah
Kabupaten/Kota
3) Peraturan tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;

BAB VI. PENUTUP


Standar Pelayanan Minimal ini merupakan Standar Pelayanan Minimal Teknis (SPM)
Teknis Pengelolaan sampah seperti yang telah ditentukan dari awal (bagian
Pendahuluan) untuk BLUD. SPM Teknis Pengelolaan sampah ini merupakan capaian-
capaian yang ingin dicapai oleh BLUD Pengelolaan Sampah dalam pelaksanaan
169
kegiatan sehari-harinya berdasarkan mandat yang dilimpahkan oleh Dinas Lingkungan
Hidup kepada UPTD Pengelolaan Sampah yang akhirnya menerapkan BLUD
Pengelolaan Sampah. Capaian ini dibuat dengan pertimbangan kemampuan daerah
dan akan dipenuhi secara bertahap. Indikator yang ada di dalam SPM Teknis
Pengelolaan sampah ini dapat dievaluasi dan disesuaikan bilamana dibutuhkan untuk
menyesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan. Standar Pelayanan Minimal Teknis
BLUD Pengelolaan Sampah juga akan direvisi apabila terjadi perubahan terhadap
perundang-undangan sehingga fungsi, peran dan tanggung jawabnya selalu
disesuaikan dengan mandat dan kebijakan Pemerintah Indonesia.

Walaupun dokumen SPM Teknis Pengelolaan sampah ini telah tersedia, tetap
diperlukan dukungan dan keterlibatan seluruh staf yang ada di lingkup Dinas
Lingkungan Hidup, lintas sektor terkait, dan dukungan seluruh mitra serta masyarakat,
dan yang paling utama adalah dukungan dari Pemerintah Kabupaten dan serta
Pemerintah Provinsi.

Standar pelayanan ini bersifat terbuka untuk umum sebagai bagian dari prinsip
keterbukaan pemerintah terhadap informasi publik. Standar ini selain menjadi acuan
bagi penyelenggara pelayanan publik BLUD Pengelolaan Sampah, juga menjadi acuan
bagi masyarakat dan para pihak untuk mengevaluasi kinerja BLUD Pengelolaan
Sampah.

LAMPIRAN
▪ Standar Pelayanan Minimal BLUD Pengelolaan sampah
Pelayanan Minimal BLUD Pengelolaan sampah mengacu kepada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.10/MENLHK/SETJEN/PLB.0/4/2018 Tentang Pedoman
Penyusunan Kebijakan Dan Strategi Daerah Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dengan
menggunakan format neraca pengelolaan sampah satu tahun dalam
satuan ton, sebagai berikut:

170
Tabel 11. Standar Pelayanan Minimal UPTD Pengelolaan sampah

Jenis Layanan Indikator kinerja Mutu Pelayanan Penerima Pelayanan Target


No Pernyataan Standar Keterangan
Dasar Dasar Dasar 2025
1 Pengurangan Pembatasan Besaran penurunan jumlah timbulan
sampah rumah 1 timbulan Sampah Sampah Rumah Tangga dan
tangga dan sampah . Rumah Tangga Sampah Sejenis Sampah Rumah
sejenis sampah dan Sampah Tangga per kapita
rumah tangga Sejenis Sampah
Rumah Tangga
2 Pendauran ulang Besaran peningkatan jumlah
. Sampah Rumah Sampah Rumah Tangga dan
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Sampah Sejenis Tangga yang terdaur ulang di
Sampah Rumah Sumber Sampah
Tangga
3 Pemanfaatan Besaran peningkatan jumlah
kembali Sampah Sampah Rumah Tangga dan
Rumah Tangga Sampah Sejenis Sampah Rumah
dan Sampah Tangga yang termanfaatkan kembali
Sejenis Sampah di Sumber Sampah
Rumah Tangga
2 Penanganan 1 Pemilahan Besaran peningkatan jumlah Potensi
sampah rumah Sampah Rumah Tangga dan timbunan
tangga dan sampah Sampah Sejenis Sampah Rumah sampah
sejenis sampah Tangga yang terpilah di Sumber (ton/ thn)
rumah tangga Sampah
2 Pengumpulan Besaran penurunan jumlah Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga yang
diangkut ke tempat pemrosesan
akhir

171
Pengangkutan besaran peningkatan jumlah
3 Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga yang diangkut ke pusat
pengolahan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga untuk menjadi bahan
baku dan/atau sumber energi
4 Pengolahan besaran peningkatan jumlah
Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga yang terolah menjadi bahan
baku dan besaran peningkatan
jumlah Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga yang dimanfaatkan menjadi
sumber energi
5 Pemrosesan besaran penurunan jumlah Sampah
AKhir Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga yang
terproses di tempat pemrosesan
akhir

172
▪ Rencana Pencapaian Indikator
Rencana pencapaian pelayanan minimal BLUD Pengelolaan sampah mengacu
kepada indikator yang tercantum Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.10/ MENLHK/SETJEN/PLB.0/4/2018
Tentang Pedoman Penyusunan Kebijakan Dan Strategi Daerah Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Pelaksanaan pelayanan dasar tersebut dilakukan oleh tenaga dengan kualifikasi
dan kompetensi di bawah tanggung jawab Pimpinan BLUD UPTD Pengelolaan
sampah. Sedangkan mekanisme penyelenggaraan layanan dasar akan diatur lebih
lanjut oleh Kepala BLUD UPTD.
Monitoring dan evaluasi (monev) terhadap pencapaian SPM Teknis Pengelolaan
sampah oleh BLUD UPTD Pengelolaan sampah secara periodik atau sewaktu-
waktu dilakukan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup. Monev ini dilakukan dengan
mengacu pada Tabel 2 di atas meliputi pemenuhan jenis layanan dan target
capaian indikator kinerja sesuai batasan waktu yang ditentukan. Dalam
melaksanakan monitoring dan evaluasi Kepala Dinas dapat mengikutsertakan OPD
terkait dan/atau pihak ketiga yang berkompeten.
Di sisi lain, UPTD Pengelolaan KKP Kaimana menyampaikan laporan secara
periodik atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan terhadap pelaksanaan,
penerapan dan pencapaian SPM Teknis Pengelolaan sampah kepada Kepala Dinas
Lingkungan Hidup.

173
Tabel 12. Rencana Pencapaian Indikator SPM Teknis Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah

No Indikator 2021 2022 2023 2024 2025


Pembatasan timbulan Sampah
1. Rumah Tangga dan Sampah % % % % %
Sejenis Sampah Rumah
Tangga
Pendauran ulang Sampah % % % % %
2. Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah
Tangga
Pemanfaatan kembali Sampah % % % % %
3. Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah
Tangga
4. Pemilahan % % % % %
5. Pengumpulan % % % % %
6. Pengangkutan % % % % %
7. Pengolahan % % % % %
8. Pemprosesan ahir % % % % %

▪ Strategi Pencapaian SPM Teknis Pengelolaan sampah Berdasarkan Rencana


Strategis
Strategi pencapaian SPM Teknis Pengelolaan sampah dilaksanakan melalui
program kegiatan yang disusun dalam Rencana strategis BLUD Pengelolaan
sampah. Kesesuaian Rencana strategis BLUD bidang pengelolaan sampah dengan
SPM Teknis Pengelolaan sampah. Berikut format sesuai Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.10/MENLHK/SETJEN/ PLB.0/4/2018 Tentang Pedoman Penyusunan Kebijakan
Dan Strategi Daerah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga:

Tabel 13 Program Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah


Sejenis Sampah Rumah Tangga
No Kebijakan Strategi Program Keterangan

174
▪ Rencana Anggaran Biaya
1. Berdasarkan jenis layanan

Tabel 14. Rencana Anggaran Berdasarkan Jenis Layanan


No Jenis Layanan Satuan Tahun
20 x 1 20 x 2 20 x 3 20 x 4 20 x 5
1 Pembatasan Rupiah
timbulan sampah
rumah tangga dan
sampah sejenis
sampah rumah
tangga
2 Menggunakan Rupiah
ulang sampah
rumah tangga dan
sampah sejenis
sampah rumah
tangga
3 Pendauran ulang Rupiah
sampah rumah
tangga dan
sampah sejenis
sampah rumah
tangga

Tabel 15. Volume Beban Layanan per Jenis Layanan

No Jenis Layanan Satuan Tahun


20 x 1 20 x 2 20 x 3 20 x 4 20 x 5
1 Pemilahan Rupiah
2 Pengumpulan Rupiah
3 Pengangkutan Rupiah
4 Pengolahan Rupiah
5 Pemprosesan akhir Rupiah
Jumlah

2. Rencana anggaran biaya berdasarkan jenis belanja

Tabel 16. Rencana Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja


No Jenis Belanja Satuan Tahun
20 x 1 20 x 2 20 x 3 20 x 4 20 x 5
1 Belanja Rupiah
pegawai/jaspel
dan honor (PNS)

2 Belanja Barang Rupiah


dan Jasa)
3 Belanja Modal Rupiah
tanah

175
4 Belanja modal
peralatan dan
mesin
5 Belanja modal
gedung dan
bangunan
6 Belanja modal
jalan, irigasi dan
jaringan
7 Belanja modal
aset tetap
lainnya
8 Belanja modal
aset lainnya
Jumlah

1. Upaya Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah


Sejenis Sampah Rumah Tangga dilakukan melalui:
• Layanan pemilahan dari TPS, TPST dan TPS3R ke TPA;
• Layanan Pengumpulan dari sumber ke TPST dan
selanjutnya ke TPA;
• Layanan Pengangkutan dari sumber ke TPST/TPS3R dan
selanjutnya ke TPA;
• Layanan pengolahan; dan
• Layanan pemrosesan akhir dari TPS, TPST, TPS3R ke
TPA.

b. Prosedur Pelayanan
Digambarkan hal-hal yang terkait dengan prosedur dan penetapan
pelayanan minimal BLUD pengelolaan sampah perlu memperhatikan:
Prosedur pelayanan BLUD Pengelolaan sampah sebaiknya dibuat
dalam bentuk Standar Operasional Prosedur (SOP) yang menjadi
dasar pelaksanaan setiap layanan sehingga target yang akan dicapai
dapat terpenuhi. SOP ini juga nanti dapat memberikan manfaat,
seperti contoh berikut:
1. Memberikan jaminan bahwa masyarakat akan menerima suatu
pelayanan publik dari pemerintah daerah sehingga akan
meningkatkan kepercayaan masyarakat.
2. Dengan ditetapkannya SPM Teknis Pengelolaan sampah akan
dapat ditentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk
menyediakan suatu pelayanan public.
3. Menjadi dasar dalam menentukan anggaran berbasis kinerja.
4. Masyarakat dapat mengukur sejauh mana pemerintah daerah
memenuhi kewajibannya dalam menyediakan pelayanan kepada
masyarakat, sehingga hal ini dapat meningkatkan akuntabilitas
pemerintah daerah kepada masyarakat.
5. Sebagai alat ukur bagi kepala daerah dalam melakukan penilaian
kinerja yang telah dilaksanakan oleh unit kerja penyedia suatu
pelayanan.
6. Sebagai benchmark untuk mengukur tingkat keberhasilan
pemerintah daerah dalam pelayanan publik.
7. Menjadi dasar bagi pelaksanaan pengawasan yang dilakukan
oleh institusi pengawasan.

176
BAB VII
Dokumen Laporan Keuangan Pokok

7.1 Pengantar Laporan Realisasi UPTD Pengelolaan Sampah


Laporan Keuangan UPTD Pengelolaan Sampah adalah dokumen keuangan yang
wajib disusun untuk menerapkan BLUD. Hal ini dikarenakan Laporan Keuangan
merupakan salah satu dari persyaratan dokumen administratif. Laporan keuangan
disusun untuk menjelaskan nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan operasional UPTD Pengelolaan Sampah, menilai kondisi
keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas, dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan yang kemudian
akan ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
Kepala UPTD yang akan menerapkan BLUD pada UPTD Pengelolaan Sampah
harus membuat laporan keuangan sesuai dengan sistem akuntansi yang diterapkan
pemerintah daerah. Dikarenakan UPTD Pengelolaan Sampah bukan merupakan
entitas akuntansi maka dalam penyusunan 5 (lima) komponen laporan keuangan
dimaksud harus memecah dari laporan keuangan OPD baik secara manual
dan/atau sistem aplikasi.
Alternatif lain yang dapat digunakan jika terdapat kesulitan dalam memecah laporan
keuangan OPD menjadi laporan keuangan UPTD adalah dengan menyusun 5 (lima)
komponen laporan keuangan tersebut berdasarkan bukti transaksi atau media
rekapitulasi data dari bukti transaksi seperti Buku Kas Umum (BKU) Bendahara
Penerimaan dan Pengeluaran Pembantu atau catatan yang memiliki informasi yang
mirip dengan BKU, ditambah data-data lain seperti data persediaan, aset tetap, aset
tak berwujud (berikut penyusutan dan amortisasi) serta data-data akrual lain seperti
data utang piutang.
5 (lima) komponen laporan keuangan yang dimaksud diatas terdiri atas:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar
sumber, alokasi, dan pemakai sumber daya ekonomi yang dikelola, serta
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu
periode pelaporan yang terdiri dari unsur pendapatan dan belanja.
2. Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal pelaporan.
Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas.
3. Laporan Operasional (LO) merupakan salah satu unsur laporan keuangan yang
menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) merupakan laporan yang menyajikan
peningkatan maupun penurunan aktiva-aktiva bersih atau kekayaan entitas
selama periode tertentu yang didasarkan prinsip-prinsip pengukuran tertentu
yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
5. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan salah satu unsur laporan keuangan
yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis
atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Neraca
dalam rangka pengungkapan yang memadai.
Dalam hal UPTD Pengelolaan Sampah baru dibentuk dan akan menerapkan
BLUD maka UPTD baru tersebut tidak menyusun 5 (lima) komponen laporan

177
keuangan tetapi hanya menyusun prognosis/proyeksi keuangan berupa LRA dan
LO sesuai dengan sistem perencanaan dan penganggaran yang diterapkan oleh
pemerintah daerah.

1. Akuntansi UPTD Pengelolaan Sampah


Agar UPTD Pengelolaan Sampah dapat menyusun 5 (lima) komponen
laporan keuangan tersebut, diperlukan pemahaman akuntansi yang
memadai. Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian
laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya. Maksud dari proses
identifikasi dan pencatatan dalam akuntansi disini adalah setiap kejadian
transaksi keuangan diperlukan adanya pencatatan serta identifikasi pada
pos-pos akun mana yang sesuai dengan kejadian transaksinya. Begitu pula
dengan pengklasifikasi transaksi yang dilakukan termasuk dalam bagian pos
akun yang mana saja nanti digunakan ketika sudah melakukan pencatatan,
pengklasifikasian dan pengikhtisaran transaksi kemudian disajikan dalam
bentuk laporan keuangan yang sesuai dengan pedoman atau peraturan-
peraturan yang mengatur proses penyusunan laporan keuangan.
Akuntansi UPTD Pengelolaan Sampah sendiri adalah bagian dari akuntansi
OPD karena UPTD merupakan unit kerja dari OPD. Dalam pengaturan
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah sebenarnya tidak
dikenal akuntansi UPTD Pengelolaan Sampah, namun untuk keperluan
persyaratan dokumen administratif menjadi BLUD, maka UPTD Pengelolaan
Sampah harus membuat 5 (lima) komponen laporan keuangan. Laporan
keuangan UPTD Pengelolaan Sampah mempunyai basis akuntansi yang
sama dengan laporan keuangan OPD yaitu basis kas untuk statutory report
seperti LRA dan basis akrual untuk laporan keuangan LO dan Neraca.

2. Tahapan Penyusunan Laporan Keuangan Pembentukan BLUD UPTD


Pengelolaan Sampah
Siklus akuntansi pemerintah daerah dan UPTD Pengelolaan Sampah sama
dengan siklus akuntansi pada umumnya. Dimana pencatatan transaksi harus
disertakan dengan dokumen-dokumen dan bukti transaksi yang sah untuk
kemudian dimasukkan kedalam jurnal dan buku besar. Bukti transaksi dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu bukti penerimaan kas, bukti pengeluaran kas
dan bukti memorial yang kemudian dimasukkan ke jurnal umum, yang
kemudian diposting kebuku besar dan selanjutnya dimasukan dalam neraca
saldo sampai ke penyajian laporan keuangan. Berikut ini merupakan gambar
ilustrasi dari Siklus Akuntansi.

178
DOKUMEN
TRANSAKSI

LAPORAN
JURNAL
KEUANGAN

NERACA BUKU BESAR


SALDO

Gambar 10. Siklus Akuntansi

Gambar di atas menerangkan siklus akuntansi yang perlu dijadikan pedoman


bagi para entitas pemerintah daerah khususnya pada entitas akuntansinya
seperti OPD termasuk UPTD Pengelolaan Sampah. Dokumen transaksi disini
maksudnya adalah dokumen-dokumen yang terkait transaksi pendapatan dan
belanja yang terjadi di dalam BLUD, misalnya dana pendapatan dari Retribusi
Pelayanan Pengelolaan Sampah/Kebersihan dan pengeluaran untuk belanja
ATK. Pendanaan yang diberikan dicatat sebagai penerimaan kas dan
pengeluaran dicatat sebagai belanja.
Setelah mendokumentasikan transaksi yang terjadi, kemudian dimasukan
dalam jurnal transaksi, dimana dalam membuat jurnal ini perlu pemahaman
lebih jauh tentang persamaan akuntansi yang akan dibahas dalam sub bab
ini. Pada saat penjurnalan yang dilakukan harus dilakukan dengan teliti
dimana posisi debit dan kreditnya, agar tidak salah dalam tahapan
selanjutnya. Pada tahapan selanjutnya tiap transaksi dalam penjurnalan yang
sudah dimasukan kedalam pos-pos akun dibuatkan buku besar yang sifatnya
sebagai penerjemah kenaikan atau penurunan akun atas transaksi pada
penjurnalan sebelumnya. Hal ini cukup mudah, karena hanya melakukan
posting atau memindahkan tiap-tiap akun yang terjadi pada saat transaksi
penjurnalan. Hal penting yang perlu diingat sebelum melakukan posting
setiap akun jurnal ke buku besar adalah nilai saldo awal atau saldo tahun
sebelumnya yang wajib dimasukan terlebih dahulu.
Tahapan selanjutnya adalah membuat neraca saldo. Neraca saldo
merupakan tahapan sebelum penyusunan laporan keuangan, dimana dalam
neraca saldo ini berfungsi untuk mengelompokan saldo nilai akun-akun yang
ada di dalam buku besar, serta sebagai koreksi untuk penyeimbangan posisi
debit dan kredit yang telah dilakukan pada saat transaksi sebelumnya. Ketika
neraca saldo yang sudah seimbang posisi debit dan kreditnya, kemudian
dimasukan ke dalam tahapan laporan keuangan. Laporan keuangan ini
sesuai dengan penyajian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dimana setiap akun dalam neraca saldo perlu disajikan dalam tujuh
komponen laporan keuangan yang telah ditentukan sebelumnya.
Siklus akuntansi ini merupakan rangkaian tahapan perlakuan data transaksi
keuangan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, hal ini dikarenakan

179
adanya saling keterkaitan tahapan satu sama lain. Jika didapati ada salah
satu tahapan/siklus yang perlu dikoreksi maka pembetulan tersebut tidak
dapat dilakukan secara langsung dan harus melihat proses awalnya terlebih
dahulu. Oleh sebab itu, bagi UPTD Pengelolaan Sampah, yang akan
menyajikan laporan keuangan perlu memahami siklus akuntansi dengan baik
dan benar.
a. Persamaan Akuntansi
Persamaan akuntansi, atau juga disebut persamaan dasar akuntansi
adalah komponen yang membentuk dasar untuk semua sistem akuntansi.
Persamaan sederhana ini menggambarkan dua fakta tentang perusahaan
atau suatu instansi yakni apa yang dimiliki perusahaan dan berapa besar
hutang perusahaan atau instansi tersebut. Persamaan akuntansi
menyamakan aset dengan kewajiban/liabilitas dan modalnya, hal ini
menunjukkan bahwa semua aset perusahaan atau instansi diperoleh
melalui kewajiban hutang dan/atau modal. Berikut ini adalah gambar
ilustrasi persamaan akuntansi:

ASET KEWAJIBAN MODAL

Gambar diatas menjelaskan bahwa aset sama dengan jumlah


kewajiban/liabilitas dan modal. Ini adalah pemahaman dasar dan awal
ketika mempelajari persamaan dasar akuntansi.
Kewajiban/liabilitas dan modal pada dasarnya hanyalah sumber
pendanaan bagi perusahaan/instansi untuk memperoleh aset. Persamaan
akuntansi umumnya ditulis dengan kewajiban/liabilitas yang muncul
sebelum modal. Hal seperti ini harus konsisten dengan pelaporan
keuangan di mana aset dan kewajiban/liabilitas lancar selalu dilaporkan
sebelum aset dan kewajiban/liabilitas jangka panjang. Persamaan ini
berlaku untuk semua kegiatan bisnis dan transaksi. Aset akan selalu
sama dengan kewajiban/liabilitas dan modal. Jika aset meningkat,
kewajiban/liabilitas atau modal pemilik harus meningkat untuk
menyeimbangkan persamaan. Sebaliknya berlaku jika kewajiban/liabilitas
atau modal yang menurun.
Persamaan akuntansi ini adalah alat bantu dalam menganalisis dokumen
transaksi yang kemudian dicatat dalam bentuk jurnal. Persamaan
akuntansi ini juga merupakan persamaan untuk seluruh transaksi yang
terdapat dalam instansi manapun, termasuk untuk transaksi di pemerintah
daerah. Namun demikian istilah modal pada pemerintahan diganti dengan
istilah ekuitas sehingga persamaan akuntansinya menjadi seperti berikut:

ASET KEWAJIBAN EKUITAS

Persamaan akuntansi di OPD pun tidak terlalu berbeda dengan di


pemerintah daerah. Sedikit perbedaan ada pada komponen ekuitas,
karena posisi OPD sebagai entitas akuntansi maka terdapat akun
Rekening Koran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (RK-PPKD) untuk

180
menampung penerimaan dan pengeluaran kas antara OPD dengan
PPKD.
Persamaan akuntansi yang serupa juga dapat digunakan pada UPTD
Pengelolaan Sampah dengan asumsi UPTD Pengelolaan Sampah setara
dengan OPD sehingga dianggap seperti entitas akuntansi yang langsung
bertransaksi dengan PPKD, sehingga masih menggunakan akun RK-
PPKD sebagai akun transitoris dengan PPKD. Hal ini dikarenakan tidak
dikenal akun transitoris antar unit kerja didalam OPD dalam regulasi dan
pedoman manapun. Persamaan akuntansi UPTD Pengelolaan Sampah
dapat digambarkan sebagai berikut:

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa persamaan


akuntansi menjadi dasar pemahaman akuntansi untuk segala bidang
terkait yang menjadi alat yang sangat membantu dalam penyusunan
laporan keuangan. Hal ini membutuhkan pemahaman yang cukup baik
dan benar agar tercapainya penyusunan laporan keuangan UPTD
Pengelolaan Sampah yang baik dan benar.
b. Jurnal
Proses awal dalam siklus akuntansi adalah identifikasi transaksi dimulai
dengan pengumpulan data, bukti transaksi kemudian dikelompokkan
transaksi-transaksi yang terjadi yang dapat dipertanggung jawabkan
berupa nota, faktur, kuitansi atau memo yang diverifikasi. Semua
transaksi yang sudah dikelompokkan, maka harus dicatat ke dalam jurnal
berdasarkan urutan kronologi transaksi keuangan. Jurnal adalah alat
untuk mencatat transaksi-transaksi suatu entitas secara kronologis dan
sistematis.

181
Contoh format jurnal umum dapat dilihat sebagai berikut:
Tangga Kode
No Bukti Uraian Debit Kredit
l Rekening
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Keterangan:
(1) Tanggal terjadinya transaksi secara berurutan dengan kronologis
terjadinya transaksi.
(2) Nomor bukti transaksi.
(3) Nomor kode rekening.
(4) Nama akun yang di debit ditulis terlebih dahulu kemudian baris
selanjutnya ditulis akun yang di kredit dan ditulis menjorok ke
sebelah kanan.
(5) dan (6) Jumlah rupiah dari akun yang di debit maupun di kredit.

Pencatatan transaksi dalam jurnal diatur dalam sebuah mekanisme debit


dan kredit. Pengertian debit dalam persamaan akuntansi menunjukan sisi
sebelah kiri dan kredit menunjukan sebelah kanan. Mekanisme untuk
menggunakan aturan debit dan kredit pada setiap akun utama akuntansi
terlihat dalam tabel sebagai berikut:

No Jenis Akun Bertambah Berkurang Keterangan

Aset jika bertambah dicatat di debit.


1 Aset Debit Kredit Aset jika berkurang dicatat di kredit.

Utang jika bertambah dicatat di kredit.


2 Utang Kredit Debit Utang jika berkurang dicatat di debit.

Ekuitas jika bertambah dicatat di kredit.


3 Ekuitas Kredit Debit Ekuitas jika berkurang dicatat di debit.

Pendapatan jika bertambah dicatat di kredit.


4 Pendapatan Kredit Debit Pendapatan jika berkurang dicatat di debit.

Beban jika bertambah dicatat di debit.


5 Beban Debit Kredit Beban jika berkurang dicatat di kredit.

Berikut ini adalah contoh jurnal dari beberapa transaksi UPTD


PENGELOLAAN SAMPAH:
Pada tanggal 5 Januari 2020 instansi membeli perlengkapan kantor
seharga Rp2.000.000,00.

Kode
No
Tanggal Rekenin Uraian Debit Kredit
Bukti
g
5-Jan-20 xxxx x.x.x.xx Perlengkapan 2.000.000,00
Kantor
x.x.x.xx Kas di 2.000.000,00

182
Bendahara
Pengeluaran
Pembantu

Pada tanggal 15 Januari 2020 dibayar beban telepon sebesar


Rp1.000.000,00.

Kode
Tangga No
Rekenin Uraian Debit Kredit
l Bukti
g
15-Jan- xxxx x.x.x.xx Beban telepon 1.000.000,00
20 x.x.x.xx Kas di
Bendahara 1.000.000,00
Pengeluaran
Pembantu

Pada tanggal 21 Januari 2020 instansi telah menerima pendapatan


layanan sebesar Rp5.000.000,00.

Kode
Tangga No
Rekenin Uraian Debit Kredit
l Bukti
g
21-Jan- xxxx x.x.x.xx Kas di 5.000.000,00
20 Bendahara
x.x.x.xx Penerimaan 5.000.000,00
Pembantu
Retribusi
Pelayanan
Sampah - LO

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah


adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset,
kewajiban, dan ekuitas (Paragraf 42 Kerangka Konseptual Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan). Sedangkan dalam hal anggaran disusun dan
dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis
kas (Paragraf 44 Kerangka Konseptual PP No. 71 Tahun 2010). Jadi
dapat dikatakan bahwa basis kas masih digunakan khusus untuk LRA.
Mekanisme basis laporan keuangan pemerintah terlihat dalam tabel
sebagai berikut:

Kode Uraian Laporan Basis


Akun
1 Aset
2 Kewajiban Neraca Akrual
3 Ekuitas
4 Pendapatan LRA
5 Belanja LRA Kas
6 Pembiayaan
7 Pendapatan LO
LO Akrual
8 Beban
183
Hal penting yang wajib diketahui terkait pencatatan jurnal realisasi anggaran
yang berbasis kas, dimana jurnal basis kas ini akan dilakukan apabila sudah
memenuhi 2 kriteria yaitu:
a) Terdapat aliran kas (masuk/keluar); dan
b) Merupakan realisasi anggaran.

Apabila dua syarat di atas tidak terpenuhi maka pencatatan realisasi anggaran
tidak perlu dilakukan. Contoh jurnal realisasi anggaran pada sebagai berikut:
⮚ Bendahara Penerimaan Pembantu UPTD Pengelolaan Sampah menerima
uang sebesar Rp5.000.000,00 dari pembayaran pendapatan jasa layanan.

Kode
Tangga No
Rekenin Uraian Debit Kredit
l Bukti
g
x-xx-xx xxxx x.x.x.xx Estimasi 5.000.000,00
x.x.x.xx Perubahan SAL 5.000.000,00
Retribusi
Sampah-LRA

⮚ Bendahara Pengeluaran Pembantu UPTD Pengelolaan Sampah


membayarkan uang sebesar Rp3.000.000,00 untuk belanja perjalanan dinas.

Kode
Tangga No
Rekenin Uraian Debit Kredit
l Bukti
g
x-xx-xx xxxx x.x.x.xx Belanja 3.000.000,00
Perjalanan
x.x.x.xx Dinas 3.000.000,00
Estimasi
Perubahan SAL

Hal lain yang perlu menjadi perhatian bahwa setiap transaksi harus dilakukan
jurnal basis akrual dan apabila memenuhi syarat maka juga dilakukan jurnal
basis kas. Apabila dalam satu transaksi terdapat jurnal basis akrual dan jurnal
basis kas maka jurnal dicatat pada saat yang sama. Berikut ini adalah contoh
transaksi yang memenuhi syarat basis kas dan basis akrual:

⮚ Bendahara Penerimaan Pembantu UPTD Pengelolaan Sampah menerima


uang sebesar Rp5.000.000,00 dari pembayaran Retribusi Sampah.

Kode
Tangga No
Rekenin Uraian Debit Kredit
l Bukti
g
x-xx-xx xxxx x.x.x.xx Kas di 5.000.000,00
Bendahara
Penerimaan 5.000.000,00
x.x.x.xx Pembantu
Retribusi
Sampah -LO
x-xx-xx xxxx x.x.x.xx Estimasi 5.000.000,00
Perubahan SAL
184
x.x.x.xx Retribusi 5.000.000,00
Sampah -LRA

⮚ Bendahara Pengeluaran Pembantu UPTD Pengelolaan Sampah


membayarkan uang sebesar Rp3.000.000,00 untuk belanja perjalanan dinas.

Kode
Tangga No
Rekenin Uraian Debit Kredit
l Bukti
g
x-xx-xx xxxx x.x.x.xx Beban 3.000.000,00
Perjalanan
x.x.x.xx Dinas 3.000.000,00
Kas di
Bendahara
Pengeluaran
Pembantu
x-xx-xx xxxx x.x.x.xx Belanja 3.000.000,00
Perjalanan
x.x.x.xx Dinas 3.000.000,00
Estimasi
Perubahan SAL

Pada pelaksanaan penyusunan laporan keuangan UPTD Pengelolaan


Sampah, jurnal akuntansi tersebut diatas idealnya dibuat langsung
berdasarkan bukti transaksi. Selain itu untuk mempercepat proses jurnal
akuntansi dapat dibuat dari catatan Buku Kas Umum (BKU) yang dibuat
oleh Bendahara Penerimaan Pembantu dan Bendahara Pengeluaran
pembantu selama satu tahun anggaran yang disepakati menjadi laporan
keuangan untuk dokumen administratif menjadi BLUD. Apabila semua
transaksi tersebut sudah dicatat dalam jurnal akuntansi maka laporan
keuangan UPTD Pengelolaan Sampah yang berbasis kas akan terbentuk.
Selanjutnya perlu dilakukan jurnal untuk mencatat transaksi akrual yang
meliputi transaksi sebagai berikut:
1) Pengakuan piutang jika ada, dapat dilakukan berdasarkan tagihan
kepada penerima jasa dari UPTD Pengelolaan Sampah. Untuk kasus
tertentu diperlukan adanya tanda terima atau berita acara serah terima
pekerjaan yang ditandatangani pihak UPTD Pengelolaan Sampah dan
dan penerima jasa dari UPTD Pengelolaan Sampah;
2) Pengakuan persediaan baik yang bertambah maupun berkurang
berdasarkan laporan persediaan yang menyajikan informasi saldo
awal, mutasi keluar, mutasi masuk dan saldo akhir;
3) Pengakuan investasi baik jangka pendek maupun jangka Panjang jika
ada, berdasarkan surat berharga, sertifikat deposito maupun dokumen
investasi lain.
4) Pengakuan aset tetap, aset dikerjasamakan, dan aset tak berwujud
baik yang bertambah maupun berkurang berdasarkan laporan barang
yang menyajikan informasi saldo awal, mutasi keluar, mutasi masuk
dan saldo akhir;
5) Pengakuan beban penyusutan/amortisasi di LO dan akumulasi
penyusutan/amortisasi di Neraca berdasarkan tahun perolehan dari
laporan barang dan kebijakan akuntansi pemda;

185
6) Pengakuan aset rusak sebagai aset lainnya jika ada berdasarkan surat
permohonan penghapusan aset dari Kuasa Pengguna Barang; dan
7) Pengakuan utang jangka pendek maupun jangka Panjang jika ada,
berdasarkan tagihan dari debitur atau perjanjian pinjaman.

c. Buku Besar
Transaksi yang sudah dikelompokkan dan dicatat ke dalam jurnal
berdasarkan urutan kronologi transaksi keuangan memerlukan proses
klasifikasi. Proses klasifikasi transaksi dari jurnal ke buku besar dikenal
dengan istilah Posting. Posting adalah proses pemindahan jurnal suatu
transaksi ke dalam buku besar dari masing-masing akun dalam jurnal
terkait. Buku besar adalah buku yang digunakan untuk mengelompokan
transaksi berdasarkan akun / kode rekening sehingga diperoleh saldo
akhir akun/kode rekening tersebut. Setiap akun memiliki satu buku
besarnya masing-masing sehingga jumlah buku besar yang dimiliki
sebuah entitas sama banyaknya dengan jumlah akun yang dimilikinya.
Buku besar dibuat dalam sebuah format tertentu dan dengan aturan
tertentu yang telah disepakati. Contoh format buku besar dapat dilihat
sebagai berikut:

Kode Rekening :
Uraian :
Anggaran :
Tanggal No Uraian Ref Debit Kredit Saldo
Bukti
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Keterangan:
(1) Tanggal terjadinya transaksi secara berurutan dengan
kronologis terjadinya transaksi.
(2) Nomor surat bukti transaksi.
(3) Uraian transaksi.
(4) Bagian ref mengacu pada pencatatan dalam jurnal yaitu
halaman jurnal pada saat transaksi dicatat.
(5) dan (6) Jumlah rupiah dari akun yang di debit maupun di
kredit.
(7) Jumlah saldo dari transaksi

Sebelum melakukan posting, terlebih dahulu memasukkan semua saldo


awal untuk akun-akun Aset, Kewajiban dan Ekuitas yang diperoleh dari
Neraca Awal Tahun kedalam buku besarnya masing-masing. Ketika
transaksi periode berjalan telah dimulai, tiap transaksi yang telah dicatat
dalam jurnal kemudian diposting ke buku besar. Berdasarkan contoh
jurnal diatas, dapat dilakukan posting ke buku besar sebagai berikut:
Jurnal Transaksi pendapatan tunai oleh Bendahara Penerimaan
Pembantu:

186
No Kode Debit
Tanggal Bukti Rekenin Uraian Kredit
g
21-Jan- xxxx x.x.x.xx Kas di 5.000.000,00
20 Bendahara 5.000.000,00
Penerimaan
x.x.x.xx Pembantu

Retribusi
Sampah-LO

Buku Besar :
Kode Rekening : x.x.x.xxx
Uraian : Kas di Bendahara Penerimaan Pembantu
Anggaran :

Tanggal No Uraian Ref Debit Kredit


Bukti
21-Jan- xxxx Penerimaan xx 5.000.000,00
20 pendapatan

BukuBesar :
Kode Rekening : x.x.x.xxx
Uraian : Retribusi Sampah-LO
Anggaran :

Tanggal No Uraian Ref Debit Kredit


Bukti
21-Jan-20 xxxx Retribusi Sampah xx 5.000.000,0
0

Perlu diingat bahwa sebelum posting dilakukan, pastikan saldo awal akun-
akun neraca sudah masuk ke dalam buku besar.
d. Neraca Saldo
Proses mengumpulkan saldo akhir dari setiap buku besar memerlukan
keakurasian dari pencatatan pada buku besar itu sendiri. Proses ini
merupakan tujuan dari penyusunan neraca saldo, dimana jika dilakukan
dengan benar akan menghasilkan neraca saldo yang seimbang antara
penjumlahan kolom debit dan kreditnya. Neraca Saldo adalah daftar
seluruh akun dalam transaksi beserta saldonya pada posisi debet maupun
kredit. Neraca saldo disusun untuk memastikan bahwa Buku Besar secara
matematis adalah akurat dengan pengertian bahwa jumlah saldo-saldo
debet selalu sama dengan saldo-saldo kredit. Contoh format neraca saldo
dapat dilihat sebagai berikut:

187
Neraca Saldo

Kode
Uraian Debit Kredit
Akun
(1) (2) (3) (4)

Keterangan:
(1) Nomor kode rekening.
(2) Nama akun.
(3) dan (4) Jumlah rupiah dari akun yang di debit maupun di kredit.

Berdasarkan contoh jurnal buku besar diatas, dapat dilakukan penyusunan


neraca saldo sebagai berikut:
Neraca Saldo

Kode
Uraian Debit Kredit
Akun
1.1.1.01.01 Kas di Bendahara Penerimaan Pembantu 3.000.000,00
1.1.1.01.02 Kas di Bendahara Pengeluaran
Pembantu
1.1.1.01.03 Perlengkapan Kantor 2.000.000,00
2.1.1.01.01 Utang
3.1.1.01.01 Ekuitas 7.000.000,00
4.1.1.01.01 Pendapatan Jasa Layanan LRA 1.000.000,00
5.1.1.01.01 Belanja Telepon 2.000.000,00
7.1.1.01.01 Pendapatan Jasal Layanan LO 1.000.000,00
8.1.1.01.01 Beban Telepon 2.000.000,00
Total 9.000.000,00 9.000.000,00

Dengan menggunakan neraca saldo tersebut maka UPTD Pengelolaan Sampah


dapat mulai menyusun komponen-komponen laporan keuangan seperti laporan
realisasi anggaran, laporan operasional, laporan perubahan ekuitas dan neraca.

A. LAPORAN REALISASI ANGGARAN


Laporan realisasi anggaran (LRA) yaitu laporan yang menyajikan informasi
realisasi pendapatan dan belanja, yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya dalam satu periode. Unsur-unsur yang dicakup secara langsung
oleh laporan realisasi anggaran. Masing-masing unsur di dalam LRA dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Penerimaan Pembantu


dan/atau rekening kas Bendahara Penerimaan Pembantu yang menambah
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak UPTD Pengelolaan Sampah, dan tidak perlu dibayar
kembali oleh UPTD Pengelolaan Sampah.

188
2. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu
dan/atau rekening kas Bendahara Pengeluaran Pembantu yang mengurangi
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh UPTD Pengelolaan
Sampah.

Penyusunan LRA dilakukan dengan mengambil saldo-saldo dari akun 4 dan 5 di


neraca saldo yang diposting ke kolom realisasi di LRA. Setelah LRA terbentuk
maka dilakukan jurnal penutup atas akun-akun temporer LRA tersebut. Tahapan
sederhana penyusunan LRA dapat digambarkan sebagai berikut:

Berikut adalah ilustrasi format Laporan Realisasi Anggaran UPTD Pengelolaan


Sampah untuk keperluan persyaratan dokumen administratif dalam pengajuan
sebagai BLUD

189
PEMERINTAH …
DINAS … (Instansi Teknis Pengelolaan Sampah)
UPTD PENGELOLAAN SAMPAH …
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X1
Anggaran
Setelah Realisasi Selisih
Uraian
Perubahan (Rp) (Rp)
(Rp)
1 2 3 4
PENDAPATAN – LRA
PENDAPATAN ASLI DAERAH - LRA
Pendapatan Pajak Daerah – LRA
Pendapatan Retribusi Daerah – LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan – LRA
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
sah – LRA

JUMLAH PENDAPATAN- LRA

BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Jumlah Belanja Operasi

BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah Belanja Modal

JUMLAH BELANJA

SURPLUS/DEFISIT

B. LAPORAN OPERASIONAL
Laporan operasional (LO) adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber daya
ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh entitas
untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.
Unsur yang dicakup secara langsung dalam laporan operasional terdiri dari
pendapatan-LO, beban, dan surplus/(defisit-LO).
Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah dalam hal ini adalah UPTD
Pengelolaan Sampah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

190
2. Beban adalah kewajiban pemerintah dalam hal ini adalah UPTD Pengelolaan
Sampah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
3. Surplus/(defisit-LO) adalah selisih antara pendapatan-LO dan beban.
Penyusunan LO dilakukan dengan mengambil saldo-saldo dari akun 7 dan 8 di
neraca saldo yang diposting ke LO. Setelah LO terbentuk maka dilakukan jurnal
penutup atas akun-akun temporer LO tersebut agar dapat menghasilkan
surplus/defisit-LO. Tahapan sederhana penyusunan LO dapat digambarkan
sebagai berikut:

Berikut adalah ilustrasi format Laporan Operasional UPTD Pengelolaan Sampah


untuk keperluan persyaratan dokumen administratif dalam pengajuan sebagai
BLUD

PEMERINTAH …
DINAS … (Instansi Teknis Pengelolaan Sampah)
UPTD PENGELOLAAN SAMPAH…
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X1 DAN 31 DESEMBER
20X0
20X1 20X0
URAIAN (Rp) (Rp)

1 2 3
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LO
Pendapatan Pajak Daerah - LO
Pendapatan Retribusi Daerah - LO
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan - LO
Lain-lain PAD yang sah - LO

TOTAL PENDAPATAN - LO

BEBAN
Beban Operasi
Beban Pegawai

191
Beban Barang dan Jasa
Beban Penyusutan dan Amortisasi
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain

TOTAL BEBAN

SURPLUS (DEFISIT) - LO

C. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laporan
perubahan ekuitas ini adalah penyajian laporan keuangan yang menyajikan
sekurang-kurangnya pos-pos Ekuitas awal, Surplus/Defisit-LO pada periode
bersangkutan dan koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi
ekuitas. Tahapan sederhana penyusunan LO dapat digambarkan sebagai
berikut:

Penyusunan laporan perubahan ekuitas diambil dari neraca saldo berupa akun
ekuitas awal dan lain-lain dan surplus/defisit-LO kemudian menjadi laporan
perubahan ekuitas sehingga mendapatkan ekuitas akhir. Contoh format laporan
perubahan ekuitas UPTD Pengelolaan Sampah dapat dilihat sebagai berikut:

192
PEMERINTAH …
DINAS … (Instansi Teknis Pengelolaan Sampah)
UPTD PENGELOLAAN SAMPAH…
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X1 DAN 31 DESEMBER
20X0
20X1 20X0
URAIAN (Rp) (Rp)

1 2 3
EKUITAS AWAL

SURPLUS/DEFISIT LO

KOREKSI LEBIH (KURANG) EKUITAS


RK PPKD
Koreksi Aset Tetap
Koreksi Persediaan
Koreksi Lainnya

EKUITAS AKHIR

D. NERACA
Neraca adalah bagian dari sebuah laporan keuangan yang mencatat informasi
mengenai aset, kewajiban pembayaran pada pihak-pihak yang terkait dalam
operasional perusahaan, dan modal pada waktu tertentu. Unsur yang dicakup
oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur
didefinisikan sebagai berikut:
1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki
pemerintah daerah dalam hal ini UPTD Pengelolaan Sampah sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di
masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh UPTD Pengelolaan
Sampah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya.
2. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya konomi
pemerintah daerah dalam hal ini UPTD Pengelolaan Sampah.
3. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah dalam hal ini UPTD
Pengelolaan Sampah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban.
Penyusunan neraca diambil dari neraca saldo kode akun 1 dan 2 kemudian
menjadi neraca dan ekuitas akhir. Tahapan sederhana penyusunan LO dapat
digambarkan sebagai berikut:

193
Contoh format laporan Neraca UPTD Pengelolaan Sampah dapat dilihat
sebagai berikut:

PEMERINTAH …
DINAS … (Instansi Teknis Pengelolaan Sampah)
UPTD PENGELOLAAN SAMPAH…
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 31 DESEMBER 20X0
20X1 (Rp) 20X0 (Rp)
URAIAN
1 2 3
ASET
Aset Lancar
Kas dan Setara Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang
Persediaan
Aset Lancar Lainnya
Jumlah Aset Lancar
Investasi Jangka Panjang
Investasi Non Permanen
Investasi Permanen
Jumlah Investasi Jangka Panjang
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Jumlah Aset Tetap

194
Aset Lainnya
Tagihan Piutang Penjualan
Angsuran
Tagihan Tuntutan Ganti Rugi
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tetap Non Operasional
Aset Tak Berwujud
Aset lain-lain
Jumlah Aset Lainnya
TOTAL ASET

KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Utang Biaya
Utang Pajak
Pendapatan Diterima di Muka
Utang Jangka Pendek Lainnya
Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
TOTAL KEWAJIBAN

EKUITAS
Ekuitas
TOTAL EKUITAS

TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS

195
E. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CaLK)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan


Maksud penyusunan laporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan oleh entitas selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan
digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan
anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas
dan efisiensi kinerja dan membantu menentukan ketaatannya terhadap
peraturan perundang-undangan.
Setiap entitas mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang
telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara
sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara periodik.
2. Manajemen
Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan entitas dalam periode pelaporan sehingga
memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas
seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah daerah untuk
kepentingan masyarakat.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban
entitas dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan
ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
4. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan
pemerintah daerah pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh
pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

Tujuan pelaporan keuangan UPTD Pengelolaan Sampah adalah untuk


menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang
dipercayakan kepada UPTD Pengelolaan Sampah, dengan:

1. Menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan


cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran.
2. Menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan
dan peraturan perundang-undangan.

196
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan-kegiatan di UPTD Pengelolaan Sampah serta
hasil-hasil yang telah dicapai.
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana UPTD mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi UPTD
Pengelolaan Sampah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya.
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan UPTD
Pengelolaan Sampah, apakah mengalami kenaikan atau penurunan,
sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
7. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan UPTD
menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, aset, kewajiban
dan ekuitas.

B. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan


Landasan hukum penyusunan laporan keuangan di UPTD Pengelolaan
Sampah … Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota … adalah:
1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, khususnya bagian yang
mengatur Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah.
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
14. Peraturan Daerah … Nomor … Tahun … tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah.
15. Peraturan Bupati/Walikota … Nomor … Tahun … tentang Kebijakan
Akuntansi.
16. Peraturan Bupati/Walikota … Nomor … Tahun … tentang Sistem
Akuntansi.

197
C. Sistematika
Catatan atas Laporan Keuangan disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I : PENDAHULUAN
A. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
B. Dasar Hukum
C. Sistematika

Bab II : PROFIL UPTD PENGELOLAAN SAMPAH …


A. Gambaran Umum UPTD Pengelolaan Sampah…
B. Struktur Organisasi dan Susunan Pengelola UPTD
Pengelolaan Sampah …

Bab III : KEBIJAKAN AKUNTANSI


A. Entitas Akuntansi
B. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan
Keuangan
C. Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan
Keuangan
D. Penerapan Kebijakan Akuntansi

Bab IV : PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN


A. Penjelasan Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
B. Penjelasan Pos-pos Neraca
C. Penjelasan Pos-pos Laporan Operasional
D. Penjelasan Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas

Bab V : PENUTUP
Kesimpulan

198
BAB II
PROFIL UPTD PENGELOLAAN SAMPAH INTAN HIJAU

A. Gambaran Umum UPTD Pengelolaan Sampah


1. Latar Belakang
Masalah pengelolaan pengelolaan sampah yang dihadapi di
Kabupaten Banjar:
1. Faktor Keterlambatan APBD
2. Peningkatan Sampah dari Tahun Ke Tahun
3. Potensi Pengembangan Aspek Bisnis pengelolaan sampah

Pertimbangan memilih kelembagaan UPTD Pengelolaan Sampah:


1. Meningkatkan layanan umum di pengelolaan sampah
2. Dapat melakukan aktivitas bisnis untuk mendapatkan pendapatan
yang bisa dimanfaatkan untuk pelayanan pengelolaan sampah
secara langsung tanpa harus terlebih dahulu masuk ke kas daerah.

2. Visi dan Misi


Visi:
Menjadikan BLUD Intan Hijau Profesional, Mandiri dan Berwawasan
Lingkungan
Misi:
1.Meningkatkan Kemampuan SDM, Peralatan dan Metode Kerja
2.Menerapkan Pengelolaan Sampah 3R di tingkat RT, TPS3R,
TPA
3.Meningkatkan Kualitas Produk Sehingga memiliki daya saing
Tinggi
4.Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan pengelolaan
sampah dan Limbah
5.meningkatkan kesejahteraan karyawan

3. Data Tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten/Kota


Mengemukakan data-data tentang:
- Timbunan Sampah: 2.100 ton/hari
- Komposisi Sampah: 60% organic dan 40% non organik
- Sumber Sampah: rumah tangga, bisnis, industry, hotel, dll
- Infrastruktur pengelolaan sampah: TPS 3R, TPA
- Jumlah TPA: 1 (satu) TPA Cahaya Kencana
- Jumlah TPS/TPST: 2 TPS3R
- Jumlah Armada yang dimiliki UPTD: 2 truk dan 2 alat berat

4. Data Sumber Daya Manusia UPTD Pengelolaan Sampah


Mengemukakan kondisi Sumber Daya Manusia di UPTD Pengelolaan
Sampah yang meliputi:
- Jumlah personil: 20 orang
- Latar belakang Pendidikan: SMA- Sarjana
- Pangkat dan golongan: pegawai kontrak, kepala,
- Status kepegawaian: PNS dan tenaga kontrak

199
B. Struktur Organisasi UPTD Pengelolaan Sampah

200
BAB III
KEBIJAKAN AKUNTANSI

A. ENTITAS AKUNTANSI
Kebijakan akuntansi yang terkait dengan entitas akuntansi meliputi
beberapa asumsi yang mendasarinya. Asumsi-asumsi tersebut adalah:

1. Kemandirian Entitas
Asumsi kemandirian entitas, yang berarti entitas akuntansi dianggap
sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan
laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit
pemerintahan dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi
terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan yang diberikan
kepada entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan
tanggung jawab penuh. Entitas bertanggungjawab atas pengelolaan aset
dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas
pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber
daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat pembuatan keputusan
entitas, serta terlaksana tidaknya program dan kegiatan yang telah
ditetapkan.

2. Kesinambungan Entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas akan berlanjut
keberadaannya dan tidak bermaksud untuk melakukan likuidasi.

3. Keterukuran dalam Satuan Uang


Laporan keuangan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan
dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan
dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi. Satuan uang
yang digunakan adalah rupiah.

B. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan


Basis akuntansi yang digunakan adalah basis kas untuk pengakuan
pendapatan, belanja dalam laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk
pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca.
Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti pendapatan diakui
pada saat kas diterima oleh kas daerah atau bendahara penerimaan
termasuk bendahara penerimaan pembantu, serta belanja diakui pada saat
kas dikeluarkan dari kas daerah atau bendahara pengeluaran termasuk
bendahara pengeluaran pembantu. Pemerintah daerah tidak menggunakan
istilah laba, melainkan menggunakan sisa perhitungan anggaran
(lebih/kurang) untuk setiap tahun anggaran. Sisa perhitungan anggaran
tergantung pada selisih realisasi penerimaan pendapatan dengan
pengeluaran belanja.
Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas
diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian
atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan entitas, bukan pada
saat kas diterima atau dibayar oleh kas daerah.

201
C. Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam
laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar
pengeluaran kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk
memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.

D. Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan dengan Ketentuan yang ada


dalam SAP
1. Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan pada Rekening Kas Umum
Daerah atau bendahara penerimaan termasuk bendahara penerimaan
pembantu yang menambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan diakui saat
diterimanya kas oleh bendahara penerimaan termasuk bendahara
penerimaan pembantu atau pada Rekening Kas Umum Daerah. Akuntansi
pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatatkan jumlah netto
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

2. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Bendahara
Pengeluaran termasuk bendahara pengeluaran pembantu/Kas Umum
Daerah yang mengurangi ekuitas dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah daerah. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari
Bendahara Pengeluaran termasuk bendahara pengeluaran pembantu
atau Rekening Kas Umum Daerah.

3. Kas
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat
dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Kas diakui
pada saat kas diterima oleh bendahara penerimaan termasuk bendahara
penerimaan pembantu /Rekening Kas Umum Daerah dan pada saat
dikeluarkan oleh bendahara pengeluaran termasuk bendahara
pengeluaran pembantu /Rekening Kas Umum Daerah.

4. Piutang
Piutang adalah hak pemerintah untuk menerima pembayaran dari entitas
lain termasuk wajib pajak/bayar atas kegiatan yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Piutang dikelompokkan menjadi Bagian Lancar Tagihan
Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/D, Bagian
Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi, Piutang Pajak,
Piutang Retribusi, Piutang Denda, dan Piutang Lainnya. Piutang diakui
sebesar nilai nominal dari piutang.

5. Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah

202
daerah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan merupakan aset yang berwujud:
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka
kegiatan operasional pemerintah.
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses
produksi.
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat.
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan.
Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan
inventarisasi fisik. Inventarisasi fisik dapat berupa penghitungan,
pengukuran atau penimbangan barang pada akhir masa pembukuan untuk
menghitung jumlah suatu persediaan. Berdasarkan jumlah tersebut
diperoleh suatu nilai rupiah persediaan yang bersangkutan untuk
dimasukkan ke dalam pembukuan. Inventarisasi fisik dilakukan setiap
akhir periode akuntansi.

6. Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah
daerah. Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat
atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap
adalah sebagai berikut:
a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap adalah tanah yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
b. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor,
alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya
yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas)
bulan dan dalam kondisi siap pakai.
c. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang
dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
e. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh
dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap dipakai.
f. Konstruksi dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam
proses pembangunan namun dalam tanggal laporan belum selesai
seluruhnya.

203
Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan.
b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas.
d. Diperoleh atau dibangun dengan tujuan untuk digunakan.
Aset tetap dinilai dengan harga perolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan harga perolehan tidak memungkinkan maka nilai
aset tetap didasarkan pada nilai wajar saat perolehan.

Pengeluaran Setelah Perolehan


Pengeluaran setelah perolehan suatu aset tetap yang memperpanjang
masa manfaat atau yang kemungkinan memberi manfaat ekonomis di
masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau
peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan/dikapitalisasi pada nilai
tercatat aset yang bersangkutan.

Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap
yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset
yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui
sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban
penyusutan dalam laporan operasional.
Metode penyusutan dipergunakan adalah Metode garis lurus (straight line
method)/Metode saldo menurun ganda (double declining balance
method)/Metode unit produksi (unit of production method). 1 Perkiraan
masa manfaat untuk setiap aset tetap adalah sebagai berikut (contoh): 2

Masa
Kodifikasi Uraian Manfaat
(Tahun)
1 3 ASET TETAP
1 3 2 Peralatan dan Mesin
1 3 2 01 Alat-Alat Besar Darat 10
1 3 2 02 Alat-Alat Besar Apung 8
1 3 2 03 Alat-alat Bantu 7
1 3 2 04 Alat Angkutan Darat Bermotor 7
1 3 2 05 Alat Angkutan Berat Tak Bermotor 2
1 3 2 06 Alat Angkut Apung Bermotor 10
1 3 2 07 Alat Angkut Apung Tak Bermotor 3
1 3 2 08 Alat Angkut Bermotor Udara 20
1 3 2 09 Alat Bengkel Bermesin 10
1 3 2 10 Alat Bengkel Tak Bermesin 5
1 3 2 11 Alat Ukur 5
1 3 2 12 Alat Pengolahan Pertanian 4

1
Pilih salah satu.
2
Tabel perkiraan umur tersebut di atas adalah sekedar ilustrasi.
204
1 3 2 13 Alat Pemeliharaan Tanaman/Alat Penyimpan 4
Pertanian
1 3 2 14 Alat Kantor 5
1 3 2 15 Alat Rumah Tangga 5
1 3 2 16 Peralatan Komputer 4
1 3 2 17 Meja Dan Kursi Kerja/Rapat Pejabat 5
1 3 2 18 Alat Studio 5
1 3 2 19 Alat Komunikasi 5
1 3 2 20 Peralatan Pemancar 10
1 3 2 21 Alat Kedokteran 5
1 3 2 22 Alat Kesehatan 5
1 3 2 23 Unit-Unit Laboratorium 8
1 3 2 24 Alat Peraga/Praktek Sekolah 10
1 3 2 25 Unit Alat Laboratorium Kimia Nuklir 15
1 3 2 26 Alat Laboratorium Fisika Nuklir / Elektronika 15
1 3 2 27 Alat Proteksi Radiasi / Proteksi Lingkungan 10
1 3 2 28 Radiation Application and Non Destructive 10
Testing Laboratory (BATAM)
1 3 2 29 Alat Laboratorium Lingkungan Hidup 7
1 3 2 30 Peralatan Laboratorium Hidrodinamika 15
1 3 2 31 Senjata Api 10
1 3 2 32 Persenjataan Non Senjata Api 3
1 3 2 33 Alat Keamanan dan Perlindungan 5
1 3 3 Gedung dan Bangunan
1 3 3 01 Bangunan Gedung Tempat Kerja 50
1 3 3 02 Bangunan Gedung Tempat Tinggal 50
1 3 3 03 Bangunan Menara 40
1 3 3 04 Bangunan Bersejarah 50
1 3 3 05 Tugu Peringatan 50
1 3 3 06 Candi 50
1 3 3 07 Monumen/Bangunan Bersejarah 50
1 3 3 08 Tugu Peringatan Lain 50
1 3 3 09 Tugu Titik Kontrol/Pasti 50
1 3 3 10 Rambu-Rambu 50
1 3 3 11 Rambu-Rambu Lalu Lintas Udara 50
1 3 4 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
1 3 4 01 Jalan 10
1 3 4 02 Jembatan 50
1 3 4 03 Bangunan Air Irigasi 50
1 3 4 04 Bangunan Air Pasang Surut 50
1 3 4 05 Bangunan Air Rawa 25
1 3 4 06 Bangunan Pengaman Sungai dan 10
Penanggulangan Bencana Alam
1 3 4 07 Bangunan Pengembangan Sumber Air dan 30
Air Tanah
1 3 4 08 Bangunan Air Bersih/Baku 40

205
1 3 4 09 Bangunan Air Kotor 40
1 3 4 10 Bangunan Air 40
1 3 4 11 Instalasi Air Minum/Air Bersih 30
1 3 4 12 Instalasi Air Kotor 30
1 3 4 13 Instalasi Pengolahan Sampah 10
1 3 4 14 Instalasi Pengolahan Bahan Bangunan 10
1 3 4 15 Instalasi Pembangkit Listrik 40
1 3 4 16 Instalasi Gardu Listrik 40
1 3 4 17 Instalasi Pertahanan 30
1 3 4 18 Instalasi Gas 30
1 3 4 19 Instalasi Pengaman 20
1 3 4 20 Jaringan Air Minum 30
1 3 4 21 Jaringan Listrik 40
1 3 4 22 Jaringan Telepon 20
1 3 4 23 Jaringan Gas 30

7. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah. Kewajiban pemerintah daerah dapat muncul akibat
melakukan pinjaman kepada pihak ketiga, perikatan dengan pegawai
yang bekerja pada pemerintahan, kewajiban kepada masyarakat,
alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban kepada
pemberi jasa. Kewajiban bersifat mengikat dan dapat dipaksakan secara
hukum sebagai konsekuensi atas kontrak atau peraturan perundang-
undangan.
Kewajiban dikategorisasikan berdasarkan waktu jatuh tempo
penyelesaiannya, yaitu kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
Panjang

8. Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca
berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.

206
BAB IV
PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN

A. PENJELASAN POS-POS LAPORAN REALISASI


1. Pendapatan
UPTD Pengelolaan Sampah ….. memiliki pendapatan senilai Rp …..
Pendapatan tersebut merupakan Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari:
a. Retribusi pelayanan persampahan atau kebersihan
b. Lain-Lain PAD yang Sah

Pendapatan retribusi daerah senilai Rp …… dengan rincian sebagai berikut:

Tabel Perbandingan Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah


Tahun 20XX
Pendapatan Asli Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) %
Daerah

JUMLAH

Pendapatan Retribusi pelayanan persampahan atau kebersihan adalah


pendapatan dari pelayanan Unit Usaha yang meliputi:
1) pengambilan atau pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi
pembuangan sementara;
2) pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan
sementara ke lokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah; dan/atau
3) penyediaan lokasi pembuangan atau pemusnahan
4) akhir sampah.

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah senilai Rp …..


Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah berupa Jasa Pemanfaatan Aset,
missal persewaan Gedung Serbaguna, persewaan Kantin dll.

2. Belanja
Belanja UPTD Pengelolaan Sampah senilai Rp ….. Belanja di UPTD
Pengelolaan Sampah diklasifikasikan menjadi belanja:
a. belanja operasi; dan
b. belanja modal.
Perincian belanja operasi adalah sebagai berikut:

Tabel Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Operasi


Tahun 20XX
No Belanja Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) %
1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barang
dan Jasa
Jumlah

207
Belanja modal merupakan belanja yang digunakan untuk pengadaan barang
daerah yang memiliki masa manfaat ekonomi lebih dari satu Tahun Anggaran,
yang terdiri dari tanah, peralatan, mesin, jalan, irigasi, jaringan, bangunan dan
aset lainnya yang dikategorikan menambah aset daerah.

Jumlah realisasi pengeluaran belanja modal tahun anggaran 20XX mencapai


nilai total Rp…… Rinciannya dapat dijelaskan melalui tabel sebagai berikut ini:

Tabel Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Modal


Tahun Anggaran 20XX
No Belanja Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) %
1. Belanja Modal
Tanah
2. Belanja Modal
Peralatan dan
Mesin
3. Belanja Modal
Gedung dan
Bangunan
4. Belanja Modal
Jalan, Irigasi dan
Jaringan
5. Belanja Modal Aset
Tetap Lainnya
6. Belanja Modal Aset
Lainnya
Jumlah

B. PENJELASAN POS-POS NERACA


1. Kas dan Setara Kas
Kas dan setara kas terdiri dari saldo uang tunai dan simpanan di bank yang
setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan UPTD Pengelolaan
Sampah.
UPTD Pengelolaan Sampah … Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota… memiliki
saldo kas sebesar Rp ….. per 31 Desember 20XX yang terdiri dari saldo kas
tunai sebesar Rp… dan saldo rekening bank sebesar Rp….

2. Piutang
Piutang merupakan tagihan UPTD Pengelolaan Sampah kepada pihak lain
sehubungan dengan transaksi di masa yang lalu. UPTD Pengelolaan Sampah
… Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota … mempunyai piutang senilai Rp …..
per 31 Desember 20XX.

3. Persediaan
Persediaan merupakan aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan
barang-barang untuk dijual ataupun diserahkan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat. Persediaan di UPTD Pengelolaan Sampah … Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota … adalah persediaan obat senilai Rp ….. per 31
Desember 20XX.

208
4. Aset Tetap
Aset tetap yang terdapat di UPTD Pengelolaan Sampah … Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota … senilai Rp ….. per 31 Desember 20XX.
Aset tetap UPTD Pengelolaan Sampah … Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
……… terdiri dari:
a. Tanah
Tanah yang dikuasai dan atau dimiliki adalah senilai Rp… untuk aset tetap
tanah tahun 20XX UPTD Pengelolaan Sampah … Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota …. Tidak ada penambahan ataupun penghapusan.

b. Peralatan dan Mesin


Peralatan dan Mesin yang dimiliki adalah senilai Rp… terdiri dari:

Tabel Daftar Peralatan dan Mesin


Per 31 Desember 20XX
No Uraian Saldo 20XX-1 Mutasi Saldo
(Rp.) 20XX(Rp.)
Selama Tahun 20XX (Rp.)
Penambahan Pengurang
an
A B C D E F=(C+D)-(E)
1 Alat-alat Besar
2 Alat-alat Angkutan
3 Alat Bengkel dan
Alat Ukur
4 Alat Pertanian
5 Alat Kantor dan
Rumah Tangga
6 Alat Studio dan
Alat Komunikasi
7 Alat-alat
kedokteran
8 Alat Laboratorium

Rincian detail peralatan dan mesin seperti terlampir dalam lampiran Daftar
Inventarisasi Aset.

c. Gedung dan Bangunan


Nilai Gedung dan Bangunan adalah senilai Rp… yang terdiri dari:

Tabel Daftar Peralatan dan Mesin


Per 31 Desember 20XX
No Uraian Saldo 20XX-1 (Rp.) Mutasi Saldo
20XX(Rp.)
Selama Tahun 20XX (Rp.)
Penambahan Pengurang
an
A B C D E F=(C+D)-(E)
1 Gedung dan
Bangunan
Jumlah
209
Selama Tahun Anggaran 20XX belum terdapat penambahan aset Gedung
dan Bangunan pada UPTD Pengelolaan Sampah … Pemerintah Provinsi/
Kabupaten/Kota ….

d. Jalan Irigasi Jaringan


Nilai Jalan Irigasi Jaringan adalah senilai Rp …

e. Konstruksi dalam Pengerjaan


Nilai Konstruksi dalam Pengerjaan adalah senilai Rp…

f. Akumulasi Penyusutan
Nilai Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per 31 Desember 20XX adalah Rp…
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap merupakan alokasi sistematis atas nilai
suatu aset tetap yang disusutkan selama masa manfaat aset yang
bersangkutan selain untuk Tanah dan Konstruksi dalam Pengerjaan.

5. Aset Lainnya
Aset lain-lain adalah senilai Rp…

6. Kewajiban
Kewajiban yang terdapat di UPTD Pengelolaan Sampah … Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota …. Merupakan Utang Perhitungan Pihak Ketiga senilai
Rp…

7. Ekuitas
Saldo Ekuitas per 31 Desember 20XX sebesar Rp… Ekuitas merupakan
kekayaan bersih UPTD Pengelolaan Sampah … Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota …..

C. PENJELASAN POS-POS LAPORAN OPERASIONAL (LO)


1. Pendapatan
Jumlah pendapatan LO UPTD Pengelolaan Sampah … Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota …. Per 31 Desember 20XX sebesar Rp… dengan
rincian sebagai berikut:

Tabel Pendapatan LO UPTD Pengelolaan Sampah ….


Per 31 Desember 20XX

PENDAPATAN Jumlah (Rp.)


Pendapatan Asli daerah
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang Sah
Pendapatan Lainnya
Jumlah

a. Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp… berasal dari jasa layanan Unit
Produksi UPTD Pengelolaan Sampah.

210
b. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebesar Rp… berasal dari
Pendapatan Hasil Pemanfaatan Aset UPTD Pengelolaan Sampah.

2. Beban
Jumlah beban UPTD Pengelolaan Sampah …. Per 31 Desember 20XX sebesar
Rp… Beban merupakan penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran
atau konsumsi aset atas timbulnya kewajiban. Beban UPTD Pengelolaan
Sampah … Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota …. Per 31 Desember 20XX
adalah sebagai berikut:
a. Beban Pegawai
Beban Pegawai UPTD Pengelolaan Sampah …. sebesar Rp…
b. Beban Barang dan Jasa
Beban Barang dan Jasa sebesar Rp… setelah dikoreksi dengan Beban
Persediaan UPTD Pengelolaan Sampah …. Per 31 Desember 20XX sebesar
Rp…
c. Beban Penyusutan dan Amortisasi
Beban Penyusutan dan Amortisasi UPTD Pengelolaan Sampah …. Per 31
Desember 20XX sebesar Rp…
d. Beban Penyisihan Piutang
Beban Penyisihan piutang merupakan beban untuk mencatat estimasi atas
risiko kemungkinan piutang tidak tertagih yang ditentukan oleh kualitas
piutang berdasarkan umur piutang dan upaya penagihan dalam suatu
periode. Jumlah Beban Penyisihan Piutang per 31 Desember 20XX sebesar
Rp…
e. Beban Lain-lain
Beban lain-lain UPTD Pengelolaan Sampah …. Per 31 Desember 20XX
sebesar Rp…

D. PENJELASAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


Ekuitas akhir UPTD Pengelolaan Sampah …. Per 31 Desember 20… menunjukkan
surplus sebesar Rp… Perubahan tersebut dikarenakan adanya surplus LO sebesar
Rp… dan nilai RK PPKD sebesar Rp…; koreksi nilai Aset Tetap sebesar Rp…;
koreksi persediaan sebesar Rp…; dan koreksi lainnya sebesar Rp….
Rincian Perubahan Ekuitas UPTD Pengelolaan Sampah … Pemerintah Provinsi/
Kabupaten/Kota …. Per 31 Desember 20XX terlihat pada tabel berikut:

UPTD PENGELOLAAN SAMPAH ….


Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 20XX-1 Dan 31 Desember 20XX
Uraian 20XX-1 20XX (Rp)
Ekuitas Awal
Surplus/Defisit LO
Koreksi Lebih (Kurang)
Ekuitas
RK PPKD
Koreksi Aset Tetap
Koreksi Persediaan
Koreksi Lainnya
Ekuitas Akhir

211
BAB V
PENUTUP

Laporan Keuangan merupakan rangkaian Informasi terkini atas kondisi riil aspek
keuangan Tahun Anggaran 20XX yang penyusunannya didasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah dan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun
2020 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah seperti tertuang di dalam Peraturan Kepala Daerah tentang
Sistem dan Kebijakan Akuntansi.

Dokumen Laporan Keuangan sebaiknya dicetak dalam bentuk buku sekurangnya dengan susunan:

Cover muka buku;


Kata pengantar;
Daftar isi;
Laporan Realisasi Anggaran;
Laporan Operasional;
Laporan Perubahan Ekuitas
Neraca;
Catatan atas Laporan Keuangan:
Lampiran sekurang-kurangnya:
Rekening koran 20X1 dan 20X0;
BKU yang digunakan 20X1 dan 20X0;

212
F. PROGNOSIS/PROYEKSI LAPORAN REALISASI ANGGARAN & LAPORAN
OPERASIONAL
Untuk pembentukan BLUD pada OPD yang belum mempunyai UPTD atau
mempunyai UPTD yang baru beroperasi kurang dari 1 tahun anggaran, harus
menyusun prognosis / proyeksi keuangan berupa LRA dan LO sesuai dengan
sistem perencanaan dan penganggaran yang diterapkan oleh pemerintah
daerah.
Prognosis / proyeksi keuangan merupakan perencanaan keuangan Instansi
untuk di masa mendatang dengan berlandaskan pada informasi keuangan dan
laporan keuangan tahun yang lalu. Informasi yang di dalamnya masih dalam
bentuk proyeksi/perencanaan mengenai kondisi keuangan dimasa yang akan
datang. Tahun berjalan adalah tahun yang masih berjalan realisasinya,
sedangkan tahun yang akan datang adalah tahun yang anggarannya baru akan
diperhitungkan.
Proyeksi Laporan Keuangan meliputi:
1. Proyeksi Laporan Rencana Anggaran (LRA)
Proyeksi Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah Proyeksi laporan
yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya
keuangan yang dikelola oleh pemerintah/instansi, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode
pelaporan sedang berjalan dan yang akan datang. Untuk menyusun
laporan rencana Anggaran (LRA) tersebut membutuhkan RKA dan
Laporan Realisasi penggunaan dana, yang kemudian diproyeksikan
dengan tahun berjalan dengan rata-rata kenaikan per tahun 5 sd 15 %
pertahun dari total realisasi anggaran.
Format prognosis / proyeksi LRA gunakan format ini:

2. Proyeksi Laporan Operasional (LO)


Proyeksi laporan operasional ini berisikan proyeksi pendapatan dan biaya yang
akan diproyeksikan untuk tahun mendatang. Tabel ini tidak jauh berbeda dengan

213
tabel proyeksi laporan pendapatan dan belanja, bedanya hanya di tabel ini
menggunakan konsep beban, bukan belanja.
Untuk menyusun Laporan Operasional yaitu dengan memodifikasi LRA ke LO,
dengan cara memindahkan angka pendapatan-LRA ke Pendapatan-LO dan
Belanja ke Beban. Ada Belanja yang tidak pindah ke Beban yaitu Belanja Modal,
namun harus menghitung proyeksi beban penyusutan, dan memasukan data
aset tetap sekolah untuk diketahui tahun perolehan dan umur ekonomisnya agar
bisa dihitung beban penyusutannya. Hal yang sama berlaku untuk aset tak
berwujud.
Format prognosis / proyeksi LO gunakan format ini:

214
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Program Asistensi Badan Layanan


Umum Daerah. Diakses melalui http://www.bpkp.go.id/ pada tanggal 6 September
2019.

Fatmawati, Andi dkk. (2019). Kinerja Pelayanan Bank Sampah Kota Makassar. Jurnal
Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 2, Juli – Desember
2019. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Hamdani. (2018). Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.


Jakarta: Kemendagri.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2015). Buku 1 : Penjelasan


Umum SOP UPTD Persampahan. Jakarta: Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2015). Panduan Praktis


Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan. Jakarta: Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman.

Kementerian Dalam Negeri. (2019). Modul Penyusunan Dokumen Administratif Badan


Layanan Umum Daerah Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Direktorat BUMD,
BLUD dan Barang Milik Daerah.

Kementerian Dalam Negeri. (2019). Modul Penilaian dan Penetapan Badan Layanan
Umum Daerah. Jakarta: Direktorat BUMD, BLUD dan Barang Milik Daerah.

Kementerian Dalam Negeri. (2020). Pedoman Pengelolaan Keuangan Badan Layanan


Umum Daerah. Jakarta: Direktorat BUMD, BLUD dan Barang Milik Daerah.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. (2013). Pernyataan Standar Akuntansi


Pemerintahan Nomor 13 Tentang Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan
Umum.

Krina, L.L. (2003). Indikator Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi, dan
Partisiasi. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Republik Indonesia. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun


2008. Tentang Pengolahan Sampah.

Republik Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana yang telah diubah
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2014.

Republik Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang


Standar Akuntansi Pemerintahan.

Republik Indonesia. (2019). Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 Tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah.

215
Republik Indonesia. (2018). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana yang telah
diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020.

Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik


Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse
Dan Recycle Melalui Bank Sampah.

Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan
Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah
Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Republik Indonesia. (2018). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018
Tentang Badan Layanan Umum Daerah.

Republik Indonesia. (2018). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020
Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah.

Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengelahan Sampah dan Air Limbah Dinas Perumahan
dan Pemukiman Kabupaten Banjar. (2015). Rencana Strategi Bisnis 2016 – 2020.
Martapura.

216
Lampiran

INFO GRAFIS:

217

Anda mungkin juga menyukai