PENJUALAN ANGSURAN
(Real Estate)
Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I (Asistensi)
Disusun oleh:
0115101156
KELAS A
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
KOTA BANDUNG
2017
PENJUALAN ANGSURAN
Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan dengan perjanjian
dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau berangsur. Biasanya pada saat barang
atau jasa diserahkan kepada pembeli, penjual menerima uang muka (down payment)
sebagai pembayaran pertama dan sisanya diangsur dengan beberapa kali angsuran. Karena
penjualan harus menunggu beberapa periode untuk menagih seluruh piutang penjulannya,
maka biasanya pihak penjual akan membebankan bunga atas saldo yang belum
diterimanya.
Resiko atas tidak tertagihnya piutang usaha angsuran ini sangat tinggi, mungkin saat akan
dilakukan penjualan angsuran telah dilakukan survai atas pembeli dan memperoleh hasil
yang baik. Karena penagihan piutang usaha angsuran memakan waktu yang cukup lama
(beberapa periode), hal tersebut kemungkinan dapat merubah hasil survai yang telah
dilakukan semula terhadap pembeli. Untuk menghindari hal-hal demikian, penjual biasanya
akan membuat kontrak jual beli (security agreement), yang memberikan hak kepada penjual
untuk menarik kembali barang yang telah di jual dari pembeli.
Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko terbakar atau hilang, pihak penjual
dapat menetapkan syarat bagi pembeli agar barang angsuran tersebut diasuransikan untuk
kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi ditanggung oleh pembeli, jika barang angsuran
hilang atau terbakar, pihak asuransi akan membayar ganti rugi kepada penjual dan bukan
pembeli. Kadang kala mungkin jiwa dari pembeli diwajibkan oleh penjual untuk
diasuransikan dengan premi auransi atas tanggungan si pembeli.
2
3. Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu badan
“trust” (trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi. Setelah pembayaran
lunas oleh pembeli, baru trustee menyerahkan hak atas barang-barang itu kepada
pembeli. Perjanjian semacam ini dilakukan dengan membuat akta kepercayaan
(trust deed / trust indenture).
4. Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah diserahkan kepada
pembeli. Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam kontrak telah
dibayar lunas, baru sesudah itu hak milik berpidah kepada pembeli.
1. Besarnya pembayaran pertama atau down payment harus cukup untuk menutup
besarnya semua kemungkinan terjadinya penurunan harga barang tersebut dari
semula barang baru menjadi barang bekas.
2. Jangka waktu pembayaran di antara angsuran yang satu dengan yang lain
hendaknya tidak terlalu lama, kalau dapat tidak lebih dari satu bulan.
3. Besarnya pembayaran angsuran periodik harus diperhitungkan cukup untuk
menutup kemungkinan penurunan nilai barang-barang yang ada selama jangka
pembayaran yang satu dengan pembayaran angsuran berikutnya.
Untuk menghitung laba bersih pada penjualan angsuran adalah sangat kompleks, karena
beban sehubungan dengan penjualan angsuran tersebut tidak hanya terjadi pada saat
penjualan angsuran tersebut dilakukan, melainkan akan terjadi sepanjang penjualan
angsuran tersebut belum dilunasi.
3
Sesuai dengan konsep akuntasni yaitu membandingkan antara beban dengan pendapatan
(matching costs against revenue), maka pada saat penjualan angsuran dapat ditentukan nilai
dari penjualan, harga pokok dan beban yang terjadi pada periode tersebut. Karena
penagihan penjualan angsuran meliputi beberapa periode, timbul masalah bagaimana beban
yang terjadi pada periode berikutnya (misalkan beban penagihan, administrasi, perbaikan
dan pemilikan kembali) sehubungan penagihan piutang usaha angsuran tersebut.
Untuk menghitung laba kotor dalam penjualan angsuran pada prakteknya dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu :
Dalam metode ini seluruh laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan angsuran, atau
dengan kata lain sama seperti penjualan pada umumnya yang ditandai oleh timbulnya
piutang/tagihan kepada pelanggan. Apabila prosedur demikian diikuti maka sebagai
konsekuensinya pengakuan terhadap biaya-biaya yang berhubungan dam dapat
diidentifikasikan dengan pendapatan-pendapatan yang bersangkutan harus pula dilakukan.
Beban untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus meliputi biaya-biaya yang
diperkirakan akan terjadi dalam hubungannya dengan pengumpulan piutang atas kontrak
penjualan angsuran, kemungkinan tidak dapatnya piutang itu direalisasikan maupun
kemungkinan rugi sebagai akibat pembatalan kontrak. Terhadap biaya yang ditaksir itu
biasanya dibentuk suatu rekening Cadangan Kerugian Piutang.
Jika barang tidak bergerak dijual secara angsuran, perusahaan akan mendebit piutang usaha
angsuran dan mengkredit perkiraan aktiva yang bersangkutan serta mengkredit pula laba
atas penjualan aktiva tersebut.
Jurnalnya adalah:
4
Pada metode ini memakai asumsi bahwa seluruh beban sehubungan dengan penjualan
angsuran terjadi pada periode yang sama dengan penjualannya. Mengenai beban pada
periode berikutnya, yaitu misalnya beban tidak tertagihnya piutang dan lain sebagainya,
harus diestimasi pada periode terjadinya penjualan nagsuran yaitu dengan mendebit
perkiraan beban dan mengkredit perkiraan penilaian asset seperti penyisihan biaya
penjualan angsuran dan penyisihan piutang angsuran.
Jurnalnya adalah:
Jika pada periode berikutnya penjualan nagsuran tersebut terjadi, perkiraan penyisihan
tersebut akan didebit, dan kas yang dikeluarkan serta saldo piutang usaha yang tidak
tertagih akan dikredit.
Jurnalnya adalah:
Dalam metode ini laba kotor diakui sesuai dengan realisasi penerimaan kas dari penjualan
5
1. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai pengembalian harga pokok (Cost)
dari barang-barang yang dijual atau service yang diserahkan, sesudah seluruh harga
pokok (Cost) kembali, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya baru dicatat
sebagai keuntungan. Prosedur ini dianggap sangat konservatif. Dapat didukung jika
timbul keraguan mengenai nilai yang dapat diperoleh kembali, baik yang berkaitan
dengan saldo atau sisa kontrak cicilan maupun yang berkaitan dengan
barang-barang yang terkena pemilikan kembali.
2. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi keuntungan yang
diperoleh sesuai dengan kontrak penjualan; sesudah seluruh keuntungan yang ada
terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya dicatat sebagai pengumpulan
kembali atau pengembalian harga pokok (Cost).
3. Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat baik sebagai
pengembalian harga pokok (Cost) maupun sebagai realisasi keuntungan di dalam
perbandingan yang sesuai dengan posisi harga pokok dan keuntungan yang terjadi
pada saat perjanjian penjualan angsuran ditandatangani. Di dalam hal ini
keuntungan akan selalu sejalan dengan tingkat pembayaran angsuran selama jangka
perjanjian.
Pada metode ini jika harta tak gerak (bukan barang dagang) dijual secara angsuran,
perusahaan akan mendebit perkiraan piutang usaha angsuran dan mengkredit harta yang
bersangkutan serta mengkredit laba kotor yang ditangguhkan (yang belum direalisasi).
Jurnalnya adalah:
6
Mengenai penagihan piutang usaha angsuran tersebut akan dicatat dengan mendebit
perkiraan kas dan mengkredit perkiraan piutang usaha
Jurnalnya adalah:
Selanjutnya pada akhir periode, saat dilakukan jurnal penyesuaian akan dicatat sbb:
Jurnalnya adalah:
Laba kotor yang belum direalisasi adalah selisih antara penjualan angsuran dengan harga
pokoknya. Laba kotor yang berlum direalisasi akan direalisasi pada saat penerimaan
piutang usaha angsuran yaitu dengan mengalikan presentase laba kotor dengan kas yang
diterima dari piutang usaha angsuran tersebut.
Untuk menghitung presentase laba kotor yaitu dengan membagi laba kotor yang belum
dieralisasi dengan penjualan angsuran yang bersangkutan dan hasilnya dikalikan 100%.
% Laba kotor = (Laba kotor yang belum direalisasi : Penjualan angsuran) x 100%
7
DAFTAR PUSTAKA
http://windaaviany.web.ugm.ac.id/2015/04/20/akuntansi-penjualan-angsuran/
https://www.scribd.com/document/361021220/MAKALAH-PENJUALAN-ANGSURAN