Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI KEUANGAN

“PENJUALAN ANGSURAN & PENJUALAN KONSINYASI”


12 AKUNTANSI 4

Nama Kelompok :
1. Ahmad Nur Ihsan
2. Anastasya
3. Dwi Mayshanda
4. Laudya Az Zahra
5. Maharani Marcelindia Ningrum
6. Zahra Caelia Antania

SMK NEGERI 7 KABUPATEN TANGERANG


2023/2024
DAFTAR ISI
BAB 5

AKUNTANSI PENJUALAN ANGSURAN

A. Pengertian dan Karakteristik

1. Pengertian Penjualan Angsuran

Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan

dengan perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau berangsur.

Biasanya pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, penjual menerima

uang muka (down payment) sebagai pembayaran pertama dan sisanya diangsur

dengan beberapa kali angsuran. Karena penjualan harus menunggu beberapa

periode untuk menagih seluruh piutang penjulannya, maka biasanya pihak penjual

akan membebankan bunga atas saldo yang belum diterimanya.

Resiko atas tidak tertagihnya piutang usaha angsuran ini sangat tinggi,

mungkin saat akan dilakukan penjualan angsuran telah dilakukan survai atas

pembeli dan memperoleh hasil yang baik. Karena penagihan piutang usaha angsuran

memakan waktu yang cukup lama (beberapa periode), hal tersebut kemungkinan

dapat merubah hasil survai yang telah dilakukan semula terhadap pembeli. Untuk

menghindari hal-hal demikian, penjual biasanya akan membuat kontrak jual beli

(security agreement), yang memberikan hak kepada penjual untuk menarik kembali

barang yang telah di jual dari pembeli.


Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko terbakar atau hilang,

pihak penjual dapat menetapkan syarat bagi pembeli agar barang angsuran tersebut

diasuransikan untuk kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi ditanggung oleh

pembeli, jika barang angsuran hilang atau terbakar, pihak asuransi akan membayar

ganti rugi kepada penjual dan bukan pembeli. Kadang kala mungkin jiwa dari

pembeli diwajibkan oleh penjual untuk diasuransikan dengan premi auransi atas

tanggungan si pembeli.

Jadi untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak

ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka terdapat beberapa

bentuk perjanjian atau kontrak penjualan angsuran, sebagai berikut.

a. Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di mana barang-

barang telah diserahkan, tetapi hak atas barang-barang masih berada di tangan

penjual sampai seluruh pembayarannya sudah lunas.

b. Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah dilakukan,

hak milik dapat diserahkan kapada pembeli, tetapi dengan menggadaikan atau

menghipotikan untuk bagian harga penjualan yang belum dibayar kapada si

penjual.
c. Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu badan

“trust” (trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi. Setelah

pembayaran lunas oleh pembeli, baru trustee menyerahkan hak atas barang-

barang itu kepada pembeli. Perjanjian semacam ini dilakukan dengan membuat

akta kepercayaan (trust deed / trust indenture).

d. Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah diserahkan

kepada pembeli. Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam

kontrak telah dibayar lunas, baru sesudah itu hak milik berpidah kepada

pembeli.

Penjualan angsuran dengan bentuk-bentuk perjanjian tersebut di atas

dilaksanakan untuk barang-barang tidak bergerak / barang yang bukan barang

dagang, seperti : gedung, tanah, dan aktiva-aktiva tetap lainnya. Apabila terjadi tidak

dipenuhinya kewajiban-kewajiban oleh pembeli, maka penjual tetap memiliki hak

untuk memiliki kembali barang yang dijualnya, tetapi nilainya sisa barang itu

mungkin akan lebih rendah dari nilai barang berdasarkan perhitungan yang sesuai

dengan perjanjian yang ada sehingga pemilikan kembali tersebut dapat

menimbulkan kerugian.

Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi pemilikan kembali,

maka faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh penjual adalah sebagai berikut :
a. Besarnya pembayaran pertama atau down payment harus cukup untuk menutup

besarnya semua kemungkinan terjadinya penurunan harga barang tersebut dari

semula barang baru menjadi barang bekas.

b. Jangka waktu pembayaran di antara angsuran yang satu dengan yang lain

hendaknya tidak terlalu lama, kalau dapat tidak lebih dari satu bulan.

c. Besarnya pembayaran angsuran periodik harus diperhitungkan cukup untuk

menutup kemungkinan penurunan nilai barang-barang yang ada selama jangka

pembayaran yang satu dengan pembayaran angsuran berikutnya.

2. Karakteristik Penjualan Angsuran

Menurut Drebin (1991:121) Penjualan Angsuran memliki beberapa

karakteristik yang perlu dimiliki dan dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan

usahanya, karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pada saat perjanjian penjualan angsuran disetujui, pembeli harus membayar

suatu jumlah tertentu yang merupakan uang muka (down payment) dari sisa

harga jual dibayar secara angsuran.

b. Kepada pembeli dibebankan bunga yang biasanya sudah dimasukkan dalam

perhitungan total pembayaran angsuran.

c. Hak milik atas barang tetap berada ditangan penjualan sampai seluruh/sebagian

dari harga jual telah dibayar.

d. Dalam hal pembeli tidak mampu untuk melunasi semua kewajibannya, penjual

berhak untuk menarik kembali barang yang telah dijual tersebut.


B. Prosedur Akuntansi Penjualan Angsuran
Masalah akuntansi dalam penjuakan angsuran adalah masalah pengakuan

pendapatan. Pada dasarnya ada 2 pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan

laba kotor yang diakui, yaitu pendekatan dasar waktu dan metode angsuran.

1. Pendapatan dasar waktu (accrual basis)

Yaitu sebuah teknik pencatatan akuntansi, yaitu pencatatannya dilakukan saat

terjadinya transaksi walaupun kas belum diterima. Dalam pencatatan

menggunakan basis akrual ini tentu akan lebih akurat, dan dengan menggunakan

basis akrual aset, kewajiban dan ekuitas mudah di ukur.

2. Metode Angsuran (installment method)

Adalah metode pengakuan pendapatan dimana laba ditangguhkan sampai uang

tunai dari penjualan diterima. Metode ini digunakan ketika kolektibilitas

pendapatan tidak dapat diperkirakan secara wajar.

C. Penjualan Angsuran Barang Tak bergerak dan Barang Bergerak

1. Pengertian Penjualan Angsuran Barang Tak Bergerak

Penjualan angsuran barang tak bergerak adalah penjualan yang pembayarannya

tidak diterima sekaligus (tidak langsung lunas), yaitu :

a. Pada saat membeli disertai dengan meninggalkan jaminan ke penjual.

b. Hak kepemilikian barang berpindah ke pembeli, apabila pembayaran sudah

lunas.
2. Pengertian Penjualan Angsuran Barang Bergerak

Penjualan angsuran barang bergerak merupakan penjualan yang pembayarannya

dilakukan beberapa kali. Biasanya terdapat uang muka ( Daun Payment ) dan sisanya

di angsur beberapa kali. Dengan demikian, penjualan angsuran barang bergerak

biasanya menjual barang secara tunai dan kredit. Jadi, transaksi yang menyangkut

penjualan angsuran harus disediakan khusus, terpisah dari akun-akun untuk mencatat

transaksi penjualan reguler. Disamping itu, diperlukan data lain sehubungan dengan

penjualan angsuran tahun yang lalu.

Dalam hal ini menggunakan metode angsuran, yaitu memberikan kemungkinan

untuk mengakui keuntungan propsional dengan tingkat penerimaan pembayaran

angsuran. Hanya saja perbedaannya terletak pada harga penjualan dalam kontrak

dengan harga pokoknya dicatat kredit akun Laba Bruto yang belum di realisasi.

Kemudian pada akhir periode dipindahkan menjadi akun laba bruto yang direalisasi.

D. Pembatalan Penjualan Angsuran

Pembatalan Penjualan Angsuran Dalam penjualan angsuran kadangkala

pembeli tidak dapat melunasi angsurannya sehingga terjadi pembatalan penjualan

angsuran. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh penjual adalah:

1. Barang yang sudah dijual dimiliki kembali. Penjual harus menilai kembali barang

tersebut. Dalam penilaian kembali harus dipertimbangkan cadangan untuk

perbaikan dan laba normal yang diharapkan apabila barang tersebut dijual lagi

(nilai realisasi bersih).


2. Piutang penjualan angsuran yang belum dibayar dibatalkan

3. Mencatat laba atau rugi pembatalan penjualan angsuranTergantung metode

pengakuan laba kotor yang digunakan (laba kotor diakui saat penjualan atau laba

kotor diakui secara proporsional dengan penerimaan kas).

Sebagai ilustrasi, tanggal 5 Maret 2014 PT. EKA membatalkan kontrak

penjualan sebuah rumah untuk Tuan Egi karena tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Menurut catatan, data mengenai rumah tersebut sebagai berikut.

- Harga Pokok Rp.120.000.000

- Harga Jual Rp.160.000.000

- Uang Muka Rp.40.000.000

- Jumlah angsuran bulanan yang telah dierima Rp.30.000.000

- Saat rumah ditarik kembali, dinilai seharga Rp.80.000.000

a. Laba Kotor Diakui Saat Penjualan

Pada metode ini laba kotor diakui saat penjualan sehingga saldo piutang

penjualan angsuran merupakan beban pokok penjualan yang belum diterima

pembayarannya. Jadi, selisih antara nilai realisasi bersih atas barang yang diterima

kembali dengan saldo piutang penjualan angsuran merupakan laba atau rugi

pembatalan penjualan angsuran. Contoh perhitungan dari ilustrasi di atas:


a) Hasil penjualan yang diterima kas

Uang muka Rp40.000.000

Angsuran bulanan Rp30.000.000

Jumlah Rp70.000.000

b) Rugi penurunan harga rumah

Harga pokok rumah Rp120.000.000


Harga penilaian kembali Rp80.000.000
Rugi penurunan harga Rp40.000.000
Laba Rp30.000.000

c) Laba yang telah diakui saat terjadi penjualan

Rp160.000.000 – Rp120.000.000 Rp40.000.000


d) Rugi pemilikan kembali Rp10.000.000

Dari perhitungan di atas, jurnal nya sebagai berikut.

Maret 5, Rumah Rp80.000.000 -

Rugi pemilikan kembali Rp10.000.000 -

- Piutang angsurran - Rp90.000.000


b. Laba Kotor Diakui Secara Proporsional dengan Penerimaan Kas

Pada metode ini laba kotor diakui secara proporsional dengan penerimaan kas,

sehingga saldo piutang penjualan angsuran terdiri dari laba kotor yang belum

direalisasi dan beban pokok penjualan angsuran. Jadi, selisih antara nilai realisasi

bersih atas barang yang diterima kembali dengan saldo piutang penjualan angsuran dan

laba kotor belum direalisasi merupakan laba atau rugi pembatalan penjualan angsuran.

E. Tukar Tambah dalam Penjualan Angsuran

Pengertian tukar tambah dalam penjualan yang dibayar adalah kesepakatan

dimana pembeli menyerahkan barang yang sudah pernah dipakai sebagai tambahan

atas pembelian barang baru. Penjual harus menetapkan harga barang yang diserahkan

pembeli sebesar nilai wajar pada saat tersebut.

Tukar tambah dalam penjualan yang dicicil harus mencatat harga yang dianggap

sebagai harga pokok barang pengganti. Harga barang bekas yang diserahkan pembeli

akan dianggap sebagai harga barang bekas. Pertanyaan tentang penjualan cicilan sering

disebut penjualan yang dibayar. Pengertian tukar tambah dalam penjualan cicilan

berarti penjual menyerahkan barang baru yang dibeli pembeli dengan menukarkan

barang lama ditambah kas atau piutang dagang.

1. Tukar Tambah Penjualan Angsuran.

Dalam penjualan yang dibayar sering kali perusahaan (penjual) menerima

barang bekas sebagai uang muka (uang muka). Untuk membeli biasanya barang bekas

yang diterima sebagai uang muka (dinilai) lebih oleh perusahaan.


2. Pembatalan Penjualan Angsuran

Apabila pihak pembeli tidak dapat menyelesaikan kewajiban atas saldo piutang

anggsurannya (sesuai dengan kontrak), pihak penjual l berhak untuk menarik kembali

barang dagangan yang telah dijual dari si pembeli. jika terjadi hal yang demikian maka

pihak penjual melakukan tindakan sebagai berikut:

a. Menerima kembali barang.

b. Menghapus piutang penjualan yang dilunasi.

c. Mengakui laba atau rugi pelunasan penjualan anggsuran.

F. Perhitungan Bungan dalam Penjualan Angsuran

Ada beberapa cara untuk menghitung bunga dalam penjualan angsuran,

diantaranya:

1. Bunga jangka panjang (long- end interest).

2. Bunga jangka pendek (short- end Interest).

3. Bunga selama periode pembayaran dihitung atas pokok semula.

Pada tanggal 1 Maret 2014, suatu perusahaan menjual suatu peralatan dengan

pembayaan angsuran. Harga jual 20.000.000, uang muka 5.000.000 dan sisanya di

angsur dalam 6 kali angsuran. Masing-masing 2.500.000 dengn bunga 12%, angsuran

pertama jatuh tempo pada tanggal 1 April 2014.


1. Bunga Jangka Panjang (Long- End Interest)
Beban bunga diperhitungkan berdasarkan jangka waktu yang sama untuk setiap

angsuran, akan tetapi sebagai titik tolak perhitungan bunga dipakai saldo harga kontrak

pada setiap awal periode angsuran yang bersangkutan sehingga jumlahnya akan

semakin berkurang dari angsuran yang satu dengan angsuran berikutnya. Dengan

menggunakan metode ini perhitungan nya sebagai berikut.

a. Jumlah angsuran terhutang dalam masa antara tanggal 1 Maret – 1 April (1 bulan).

Bunga yang diterima, 1/12 dikali 12% dikali (20.000.000 – 5.000.000) = 150.000

b. Jumlah angsuran terhutang antara tanggal 1 April – 1 Mei (1 bulan)). Bungan yang

diterima, 1/12 dikali 12% dikali (15.000.000 – 2.500.000) = 125.000

Untuk lebih jelasnya jumlah bunga yang diterima pada tiap angsuran, akan tampak

pada tabel berikut.


Angsuran
Bunga atas Jumlah
Tanggal jatuh Jumlah yang
angsuran angsuran
jatuh tempo tempo diterima (Rp)
terhutang (Rp) terhutang (Rp)
(Rp)
1 Maret - - - 20.000.000
1 Maret - 5.000.000 5.000.000 15.000.000
1 April 150.000 2.500.000 2.650.000 12.500.000
1 Mei 125.000 2.500.000 2.625.000 10.000.000
1 Juni 100.000 2.500.000 2.600.000 7.500.000
1 Juli 75.000 2.500.000 2.575.000 5.000.000
1 Agustus 50.000 2.500.000 2.550.000 2.500.000
1 September 25.000 2.500.000 2.525.000 -
TOTAL 525.000 20.000.000 20.525.000 -
2. Bunga Jangka Pendek (Short-End Interest)

Pada metode ini bunga diperhitungkan dari besarnya angsuran yang tetap

jumlahnya, sedangkan jangka waktunya selalu dihitung dari permulaan ditandatangani

atau berlakunya perjanjian sampai dengan saat pembayaran angsuran yang

bersangkutan. Dengan metode ini, bunga yang diterima dihitung sebagai berikut.

a. Bunga pada angsuran pertama = 1 x 1% x 2.500.000 = 25.000

b. Bunga pada angsuran kedua = 2 x 1% x 2.500.000 = 50.000

Untuk lebih jelasnya jumlah bunga yang diterima pada tiap angsuran, akan tampak

pada tabel berikut.


Tanggal jatuh Bunga yang Angsuran jatuh Jumlah yang
tempo diterima (Rp) tempo (Rp) diterima (Rp)
1 Maret - - -
1 Maret - 5.000.000 5.000.000
1 April 25.000 2.500.000 2.525.000
1 Mei 50.000 2.500.000 2.550.000
1 Juni 75.000 2.500.000 2.575.000
1 Juli 100.000 2.500.000 2.600.000
1 Agustus 125.000 2.500.000 2.625.000
1 September 150.000 2.500.000 2.650.000
TOTAL 525.000 20.000.000 20.525.000

3. Bunga Selama Periode Pembayaran dihitung atas Pokok Semula


Dengan cara ini, bunga yang diterima pada setiap jatuh tempo angsuran,
dihitung dengan membagi jumlah bunga yang diterima selama periode penagihan
angsuran dengan banyaknya angsuran. Jumlah bunga yang diterima setiap jatuh tempo
angsuran, dihitung sebagai berikut.
a. Jumlah bunga yang diterima selama periode penagihan angsuran adalah bunga dari
jumlah piutang awal angsuran (Rp15.000.000), untuk msa selama 6 bulan dengan
tigkat bunga 12% setahun. Jadi, 6% x Rp15.000.000 = Rp900.000.
b. Jumlah bunga berkala yang diterima setiap jatuh tempo angsuran adalah
Rp900.000 : 6 = Rp150.000.
BAB 6

AKUNTANSI PENJUALAN KONSINYASI

A. Pengertian Penjualan Konsinyasi

Konsinyasi adalah kegiatan yang dilakukan olhe pemilik barang dengan

melakukan penyerahan fisik barang kepada pihak kedua yang berkewajiban untuk

menjualnya ke konsumen, yang mana kepemilikannya tetap pada pemilik sampai

barang terjual. Menurut Hadori Yunus dan Harnanto (1988), konsinyasi “merupakan

suatu perjanjian di mana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah

barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi”. Sementara

menurut Allan R. Drebin (1993) menyebutkan “konsinyasi berkaitan dengan

penyerahan fisik barang-barang oleh pihak pemilik kepada pihak lain yang bertindak

sebagai agen penjual. Penyerahan ini disebut konsinyasi”.

Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut “pengamanat” (consignor).

Pihak penerima barang disebut “komisioner” (consignee). Barangnya sendiri, bagi

pihak yang menyerahkan disebut “barang konsinyasi keluar” (consignment-out) dan

bagi pihak komisioner disebut “barang konsinyasi masuk” (consignment-in) atau

“barang komisi”.

B. Perjanjian Konsinyasi

Kontrak atau perjanjian konsinyasi dibuat tertulis, menunjukkan sifat hubungan

antara pihak yang menyerahkan dan pihak yang menerima barang. Hal penting adalah

ketentuan-ketentuan yang menyangkut hak dan kewajiban pihak komisioner.


1. Hak yang dimiliki pihak komisioner antar lain:

a. Memperoleh komisi atas barang konsonyasi yang telah dijualnya.

b. Mendapatkan penggantian atas beban-beban yang telah dikeluarkannya

sehubungan dengan penjualan barang konsinyasi, misal beban pengangkutan,

penyimpanan, asuransi, pajak dan beban lainnya yang dibebankan kepada

pengamanat.

c. Berhak menawarkan garansi terhadap barang konsinyasi yang dijual, atas

tanggung jawab pihak pengamanat.

2. Kewajiban komisioner antara lain:

a. Melindungi barang yang diterima dari pengamanat, sesuai dengan sifat barang

dan ketentuan perjanjian.

b. Menjual barang konsinyasi sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh

pengamanat, atau yang menguntungkan pengamanat.

c. Memberikan laporan perhitungan penjualan yang memuat informasi mengenai

jumlah barang yang diterima, jumlah barang yang terjual hasil penjualannya

yaitu beban penjualan, komisi, jumlah terutang, dan jumlah uang yang

dikirimkan.

C. Akuntansi Penjualan Konsinyasi bagi Pihak Komisioner

Menurut Dewi Ratnaningsih (2015:82) akuntansi yang diselenggarakan oleh

komisioner harus menyediakan informasi untuk :

1. Identifikasi barang milik pengamanat; dan


2. Menentukan utang-piutang antara komisioner dan pengamanat; dan

3. Menyusun laporan perhitungan penjualan yan menyajikan jumlah barang yang

diterima, jumlah barang yang terjual, hasil penjualan, biaya yang dibayar oleh

komisioner dan menjadi tanggungjawab pengamanat, uang muka dari komisioner

dan jumlah pembayaran atau jumlah yang terutang kepada pengamanat.

Akuntansi oleh komisioner dapat diselenggarakan dengan metode terpisah atau

tidak terpisah dari transaksi penjualan biasa.

1. Metode Terpisah

Dalam metode terpisah semua laba ataupun rugi yang diperoleh dari kegiatan

konsinyasi disajikan secara terpisah dari laba atau rugi biasa. Untuk memisahkan

pendapatan dan biaya digunakan satu rekening yang dapat menampung semua

pendapatan dan biaya yang terkait dengan kegiatan konsinyasi yaitu rekening “Barang

Komisi”.

Saat terjadi pengeluaran biaya terkait dengan kegiatan konsinyasi maka barang

komisi didebit sebaliknya apabila terjadi pendapatan pada kegiatan konsinyasi maka

barang komisi dikredit.

a. Penerimaan barang–barang konsinyasi dari pengamanat

Komisioner hanya mencatat penerimaan barang–barang konsinyasi dengan suatu

memorandum dalam buku harian atau buku pembantu yang dibuat tersendiri.

b. Ongkos angkut penerimaan barang–barang konsinyasi

Tidak dipengaruhi oleh pihak pengamanat sehingga tidak dilakukan pencatatan.

c. Penjualan barang barang konsinyasi


Pihak komisioner mencatat penjualan konsinyasi dengan mendebit rekening piutang

dagang (kas) dan mengkredit barang-barang komisi.

d. Ongkos angkut penjualan

Pihak komisioner mencatat ongkos angkut penjualan dengan mendebit rekening

barang barang komisi dan mengkredit rekening kas.

e. Pembayaran uang muka penjualan konsinyasi oleh komisioner

Pihak komisioner mencatat pembayaran uang muka dengan mendebit rekening uang

muka pengamanat dan mengkredit rekening kas.

2. Metode Tidak Terpisah

Dalam metode tidak terpisah semua laba/rugi yang diperoleh dari kegiatan

konsinyasi tidak dipisahkan dengan laba/rugi dari kegiatan regular.

a. Penerimaan barang–barang konsinyasi dari pengamanat

Komisioner hanya mencatat penerimaan barang–barang konsinyasi dengan suatu

memorandum dalam buku harian atau buku pembantu yang dibuat tersendiri.

b. Ongkos angkut penerimaan barang-barang konsinyasi

Tidak dipengaruhi oleh pihak pengamanat sehingga tidak dilakukan pencatatan.

c. Penjualan barang–barang konsinyasi

Pihak komisioner mencatat penjualan barang-barang konsinyasi dengan mendebit

rekening persediaan barang dagang dan mengkredit rekening utang pengamanat,

selain itu pihak komisioner juga mencatat rekening piutang dagang (kas) disebelah

debit pada sebelah kredit rekening penjualan. Untuk pencatatan dengan


menggunakan metode perpetual rekening harga pokok penjualan disebelah debit

sedangkan persediaan barang dagangan disebalah kredit.

d. Ongkos angkut penjualan

Pihak komisioner mencatat ongkos angkut penjualan dengan mendebit rekening

hutang dagang dan mengkredit rekening kas.

e. Pembayaran uang muka penjualan konsinyasi oleh komisioner Pihak komisioner

mencatat pembayaran uang muka dengan mendebit rekening uang muka

pengamanat dan mengkredit rekening kas.

Anda mungkin juga menyukai