Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan

pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional.UUD 1945 dan

pancasila menempatkan pajak sebagai suatu perwujudan kewajiban kenegaraan

dalam gotong royong nasional suatu peran serta masyarakat dalam pembiayaan

pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah republik

Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan masyarakat.

Otonomi daerah dipandang sebagai suatu cara mewujudkan secara nyata

tujuan republik Indonesia dan penyelenggaraan pemerintah yang efektif, efisien,

dan berwibawa guna mewujudkan pemberian pelayanan terhadap masyarakat

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama sejak diberlakukannya

UU no 18 tahun 2008 sebagai pengganti UU no 22 tahun 1999 tentang pemerintah

daerah dan UU no 33 tahun 2004 sebagai pengganti atas UU no 25 tahun 1999

tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah menetapkan

bahwa penerimaan daerah dalam melaksanakan desentralisasi terdiri dari pajak

daerah dan retribusi daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang

bersumber dari daerah itu sendiri.

Untuk merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah maka sumber

pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peranan PAD. Pembiayaan

1
2

pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan

senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan (Marihot P.

Siahaan, 2010). Dengan adanya otonomi daerah, maka daerah dipacu untuk

sedapat mungkin berusaha dalam mencari sumber penerimaan daerah.Sumber-

sumber penerimaan daerah ini dapat berasal dari bantuan dan sumbangan

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah itu sendiri. Hal ini berdasarkan UU

No 33 tahun 2004 pasal 5 yang menyebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan

daerah terdiri dari :

1. Pendapatan asli daerah (PAD), yaitu :

a. Hasil pajak daerah

b. Hasil retribusi daerah

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

2. Dana perimbangan, yaitu :

a. Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan, bea perolehan

hak atas tanah dan bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam

b. Dana alokasi umum

c. Dana alokasi khusus

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Salah satu komponen pendapatan asli daerah yang mempunyai kontribusi

dan potensi terbesar di Kabupaten Bandung adalah pajak daerah. Sumber

pendanaan pemerintah daerah dari sektor pajak daerah diatur dalam UU RI No. 28
3

tahun 2009 yang merupakan perubahan terakhir tentang pajak daerah dan retribusi

daerah, meliputi 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten atau kota.

a. Pajak provinsi terdiri dari :

1) Pajak kendaraan bermotor

2) Bea balik nama kendaraan bermotor

3) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

4) Pajak air permukaan, dan

5) Pajak rokok

b. Pajak kabupaten atau kota terdiri dari :

1) Pajak hotel

2) Pajak restoran

3) Pajak hiburan

4) Pajak reklame

5) Pajak penerangan jalan

6) Pajak mineral bukan logan dan batuan

7) Pajak parkir

8) Pajak air tanah

9) Pajak sarang burung walet

10) Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan, dan

11) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

Di era otonomi daerah, salah satu sumber PAD yang paling dapat

diandalkan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan dan pemerintahannya


4

yang tentunya tidak mengesampingkan sumber-sumber yang lainnya adalah pajak

daerah.Marihot P. Siahaan (2010) mengatakan bahwa:

Dari berbagai alternatif sumber penerimaan yang mungkin dipungut oleh


daerah, Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah menetapkan pajak
dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal
dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-
masing daerah.

Salah satu penerimaan daerah yang memberikan kontribusi yang cukup

besar terhadap penerimaan PAD adalah pajak daerah dan retribusi daerah, karena

penerimaan ini mencakup sekitar 90% dari pendapatan rutin yang diterima oleh

daerah (M. Suparmoko:2002).

Upaya untuk meningkatkan penerimaan PAD yaitu dengan pengoptimalan

pajak daerah. Seperti yang diungkapkan Abdul Halim (2002) bahwa pajak daerah

harus dikelola secara professional dan transparan dalam rangka optimalisasi dan

usaha meningkatkan kontribusinya terhadap anggaran pendapatan dan belanja

daerah melalui intensifikasi pemungutannya dan ekstensifikasi subyek dan obyek

pajak daerah.

Perpajakan tidak dicapai dalam waktu yang singkat, hal ini mengingat

bahwa pada umumnya tidak seorangpun yang senang membayar pajak, tunggakan

yang dilakukan oleh wajib pajak dalam membayar pajak daerah dapat

menghambat usaha pemerintah dalam rangka mencapai penerimaan yang telah

ditargetkan dan juga untuk memperlancar PAD. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung untuk mengoptimalkan PAD

sebagai sumber pendanaan bagi anggaran, pendapatan dan belanja daerah adalah
5

dengan meningkatkan jumlah pendapatan yang berasal dari penerimaan pajak

daerah dan retribusi daerah.

Kriteria pajak daerah tidak jauh dengan kriteria pajak secara umum, yang

membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Pajak umum yang

memungutnya Pemerintah Pusat, sedangkan pajak daerah yang memungutnya

adalah Pemerintah Daerah.Pemungutan pajak daerah merupakan perwujudan dari

pengabdian dan peran wajib pajak untuk langsung dan bersama-sama

melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan Negara

dan pembangunan nasional.

Tabel 1.1
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2008-2013
(dalam juta rupiah)
KOMPONEN TAHUN
PAD 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pajak Daerah 51.654.333 47.951.110 59.385.578 137.799.041 186.141.858 287.602.874
Retribusi
36.067.479 41.592.879 60.254.329 32.795.103 41.045.068 49.705.072
Daerah
Hasil
Pengelolaan
Kekayaan 35.674.088 43.280.145 52.790.345 43.137.049 45.168.813 50.139.506
Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain
PAD yang 21.264.507 20.447.514 26.220.266 80.827.286 93.961.160 126.519.481
Sah
Total PAD 144.660.409 153.271.649 198.650.518 294.558.480 366.316.900 513.966.936
Sumber : DPPK Kabupaten Bandung

Dari Tabel 1.1 bisa diketahui bahwa pajak daerah berada di urutan pertama

sebagai penyumbang terbesar dan sangat berperan terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Bandung.Pajak reklame merupakan salah satu jenis pajak

daerah yang cukup potensial dan berpengaruh terhadap penerimaan daerah dari

sektor pajak.
6

Begitupun peningkatan penerimaan pajak daerah di daerah Kabupaten

Bandung salah satunya dikarenakan Kabupaten Bandung banyak terdapat lokasi

wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun internasional

pada saat liburan maupun saat akhir pekan, banyaknya angka wisatawan yang

datang memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan lokasi atau tempat

yang strategis untuk memperkenalkan, mempublikasikan, atau menganjurkan

suatu produk barang, jasa atau hal lainnya, baik untuk tujuan komersil maupun

non komersil. Maka dari itu dibutuhkan sarana untuk mempromosikannya salah

satunya menggunakan reklame.

Fenomena yang terjadi menyangkut dengan pajak reklame adalah Bupati

Bandung H. Dadan M. Naser merasa heran dengan masih sangat minimnya

Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) dari pajak reklame. Potensi pajak reklame di

Kabupaten Bandung cukup besar sebab luas wilayah Kabupaten Bandung sampai

31 kecamatan.Bupati menerka pengaruh dari kurang maksimalnya pendapatan

dari sektor pajak reklame karena pajak reklame masih banyak yang bocor, dimana

banyak terdapat reklame-reklame yang dipasang tanpa membayar pajak ke Dinas

Pajak. Terdapatnya 280 reklame liar yang terpasang sepanjang daerah Kabupaten

Bandung mulai dari Jln. Kopo-Bihbul, Kecamatan Margahayu hingga Jalan Raya

Ciwidey, Kecamatan Rancabali, yang ditertibkan oleh tim gabungan di bawah

koordinasi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Bandung.

(www.pajakreklame.net, 2012)

Keadaan tersebut didukung oleh pernyataan Kepala Bidang Pendapatan I

pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kab.Bandung, Sastra Laksana


7

mengungkapkan, reklame liar yang terpasang di wilayah Kab.Bandung jumlahnya

sekitar 280. Reklame yang tidak berizin menyebabkan pendapatan dari sektor

pajak reklame kurang maksimal. Tahun ini DPPK memasang target pendapatan

dari pajak reklame sekitar Rp 2,3 miliar. Nilai rupiah untuk 280 reklame liar

tersebut masih dalam perhitungan, diperkirakan potensi pendapatannya bisa

mencapai jutaan rupiah.Sementara tahun 2011 target Rp 2 miliar, berhasil

tercapai.

(www.klik-galamedia.com, 2012)

Tabel 1.2

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame

TAHUN TARGET REALISASI

2008 1,600,000,000.00 1,818,712,880.00

2009 2,100,000,000.00 1,599,992,419.00

2010 2,220,000,000.00 2,022,621,402.00

2011 2,000,000,000.00 2,547,378,797.00

2012 2,500,000,000.00 2,712,275,886.00

2013 2,750,000,000.00 2,774,117,112.00

Sumber: DPPK Kabupaten Bandung

Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten

Bandung dalam Laporan Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Tahun

anggaran 2008 sampai dengan 2013, bahwa target penerimaan pajak reklame

tahun 2008 dan 2012 sudah terealisasi bahkan penerimaan melebihi target masing-

masing sebesar Rp 200 juta. Sedangkan target penerimaan pajak reklame tahun
8

2009 dan 2010, dalam tahun tersebut target penerimaan tidak terealisasi. Tahun

2011 penerimaan melampaui target sebesar 500 juta. Juga dengan tahun 2013

melampaui target sebesar 24 juta, meskipun tidak jauh besar dari target tetapi

cukup berarti bagi pendapatan daerah.

Hasil penelitian sebelumnya yang sejalan dengan penelitian ini

adalahAristanti Widyaningsih mengenai Analisis Potensi Penerimaan Pajak

Reklame Kota Bandung Periode Tahun 2001-2007 , hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa potensi penerimaan pajak reklame untuk tahun 2003-2007

masih diatas target dan realisasi yang dicapai Kota Bandung. Sedangkan tahun

2001 dan 2002 berada dibawah target dan realisasi yang diperoleh.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah objek penelitian

yaitu pajak reklame dansubjek penelitiannya yaitu Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Keuangan, penelitian tersebut juga menitik beratkan pada analisis

potensipenerimaan pajak reklame.Sedangkan perbedaan penelitian tersebut

dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pajak reklame di Kabupaten Bandung terutama mengenai potensi,

realisasi, efektivitas, dan kontribusi penerimaan pajak reklame, maka dari itu

penulis mengambil judul : ANALISIS PENERIMAAN PAJAK

REKLAMEKABUPATEN BANDUNG (Studi Kasus pada Dinas Pendapatan

dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung).


9

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas dapat diambil identifikasi

masalahnya yaitu bagaimana potensi penerimaan pajak reklame di Kabupaten

Bandung periode tahun 2008-2013

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari pengumpulan dan

mendapatkan data yang dapat memberikan informasi yang kompeten dan relevan.

Sesuai dengan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana potensi

penerimaan pajak reklame di Kabupaten Bandung periode tahun 2008-2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian tentang analisis penerimaan pajak reklame di

Kabupaten Bandung, diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam memahami

potensi penerimaan pajak reklame di Kabupaten Bandung.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan

ilmu perpajakan, khususnya dalam perpajakan daerahdan diharapkan menjadi

bahan informasi untuk pendalaman penelitian selanjutnya.

3. Bagi instansi terkait


10

Dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan khususnya

masalah yang berhubungan dengan pendapatan asli daerah (PAD) sehingga

dapat memberikan manfaat dalam peningkatan PAD terutama dari sektor

pajak reklame.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan

Keuangan Kabupaten Bandung sebagai tempat pengumpulan data yang berlokasi

di Komplek Pemda Kabupaten Bandung Jl. Raya Soreang Km. 17.Sedangkan

waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini dimulai pada bulan

Maret2014 sampai dengan selesai.


This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.

Anda mungkin juga menyukai