Disusun oleh :
Agnes D. Butar-Butar 1921096
Agung Kenedy 1921087
Abetnego Manalu 19210988
Kelas : PA 503
Dosen Pengampu :
PENDAHULUAN
B. Piutang usaha
Piutang usaha terjadi karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara
kredit. Dalam usaha pelayanan jasa, piutang dicatat pada saat pelayanan jasa
dilaksanakan. Adakalanya bentuk piutang usaha dinyatakan dalam bentuk surat
dagang komersial yaitu wesel tagih. Piutang yang dapat ditagih dalam 1 tahun dapat
digolongkan ke dalam aset lancar, sedangkan piutang yang tidak dapat ditagih dalam
1 periode dapat digolongkan pada asset lain-lain.
WP yang merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib memungut PPN
atas penyerahan barang dan jasa kena pajak yang dikakukannya.
Dalam akuntansi komersial, Wild dan Kwok (2011: 154-161) sering terjadi pemberian
potongan perniagaan ( trade discount -> potongan yang diberikan pada saat terjadi
transaksi penjualan dengan mengurangi harga jual yang berlaku) dan potongan tunai
( cash discount - > potongan yang diberikan kepada pelanggan dengan tujuan agar
pelanggan segera melakukan pembayaran tagihan). Selain itu, sering terjadi retur
penjualan. Praktik akuntanasi komersial membukukan potongan tersebut dengan
ketentuan perpajakan. Namun, pembukuan penyisihan (allowance) untuk potongan
tunai dan retur penjualan tidak diperkenankan untuk tujuan perpajakan karena
ketentuan perpajakan lebih menekankan pada keadaan senyatanya dan bukan bersifat
antisipatif dengan penyisihan tersebut.
Dalam praktik akuntansi komersial, pembentukan penyisihan (cadangan)
berguna untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian dari piutang tak tertagih
merupakan hal yang lazim. Menurut weygent. Kimmel dan kieso (2011: 353-355)
pembentukan estimasi penyisihan piutang tak tertagih di dasarkan pada: (1) persentase
penjualan -> income statement approach; atau (2) presentase piutang usaha ->
balance sheet approach. Selain itu perusahaan dapat membuat analisa umur piutang
( againg schedule of account receivable) yang menerapkan persentase yang berbeda
untuk berbagai kategori umur piutang.
Usaha bank dan badan usaha lain yang meyalurkan kredit, sewa guna usaha
dengan hak opsi,perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang
Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh Badan Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS)
Cadanagn biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industry untuk
usaha pengolahan limbah industry.
Contoh:
a. PT Abadi menjual barang dagang secara kredit kepada PT Zap sebesar
Rp.5.500.000 (sudah termasuk PPN 10%) pada tanggal 10 Febuari 2012. PT Abadi telah
dikukuhkan sebagai PKP pada tanggal 15 maret 2006. System pencatatan persediaan yang
digunakan oleh PT Abadi adalah system perpetual, di mana Harga Pokok Penjualan (HPP)
adalah sebesar Rp.3.500.000
b. Pada tanggal 14 febuari 2012, PT Zap mengembalikan barang yang telah dibeli pada
tanggal 10 febuari 2012 dari PT Abadi senilai Rp. 2.000.000. harga pokok barang tersebut
sebesar Rp. 500.000. PT Abadi mencatat transaksi retur penjualan sebagai berikut :
C. Pada tanggal 26 febuari PT Abadi menghapus piutang usaha terhadap salah satu
debiturnya, karena PT Bola telah mengalami pailit. Adapun syarat-syarat penghapusan
piutang yang tidak dapat ditagih telah memenuhi ketentuan perpajakan. Piutang yang
dihapuskan tersebut sebesar Rp. 1.000.000
C. PIUTANG DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
Piutang dalam hubungan istimewa merupakan saldo tagihan dari transaksi yang
dilakukandengan pihak dimana perusahaan mempunyai hubungan istimewa.
Piutang dalam hubungan istimewa dapat timbul karena terjadinya transaksi seperti.
1. Pengeluaran atau pembebanan yang dilakukan oleh WP kepada pihak lain dalam
hubungan istimewa untuk biaya suatu usaha, seperti sewa kantor, asuransi, listrik,
dan lain-lain; penjualan harta tetap seperti mesin di mana pengeluaran atau
pembebanan tersebut akan ditagih lagi kepada pihak tersebut
2. Peminjaman dana
3. Transaksi penyerahan barang atau penyerahan jas Menurut UU PPh Nomor 36 tahun 2008
pasal 18 ayat 4, (4) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai dengan
ayat (3d), Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah
25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan
penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua
Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang
disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di
bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
c. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan
lurus dan/atau ke samping satu derajat.
Saldo piutang neto pada neraca menurut akuntansi komersial adalah saldo piutang
di kurangi penyisihan piutang tak tertagih. Metode penghapusan piutang yang di
perkenankan dalam perpajakan di luar 6 usaha yang di atur dalam PMK-81/PMK.03/2009,
metode langsung sedangkan dalam akuntansi diperbolehkan memilih metode langsung
atau metode pencadangan.
1. Usaha bank dan badan usaha lain yang meyalurkan kredit, sewa guna usaha
dengan hak opsi,perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang.
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh Badan Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS).
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjaminan Simpanan.
Timbul karena pemberian pinjaman kepada pihak ketiga dan pegawai, klaim
asuransi, retitusi pajak, royalty, dll. Apabila dapat ditagih pada waktu singkat dapat di
golongkan sebagai asset lancar. Apabila penagihannya di lakukan lebih dari 1 tahun,
maka di golongkan sebagi aset lain – lain.
2. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
Wajib Pajak orang pribadi adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin
ditagih lagi, disebabkan karena :
a. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak mempunyai
harta warisan atau kekayaan;
d. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di
bidang perpajakan; atau
e. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena
kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau
berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
3. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
Wajib Pajak badan adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih
lagi, disebabkan karena :
a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan
b. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
c. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang
perpajakan; atau
d. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena
kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau
berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Syarat-syarat
Penghapusan Piutang Pajak Penghapusan piutang pajak dapat dilakukan dalam
hal hak menagih Direktorat Jenderal Pajak telah melampaui jangka waktu dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. Untuk memastikan keadaan
Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi,
Direktorat Jenderal Pajak wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian
administrasi dan hasilnya dilaporkan dalam Laporan Hasil Penelitian.
Laporan hasil penelitian tersebut harus menggambarkan keadaan Wajib Pajak atau
Piutang Pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya Piutang
Pajak yang tidak dapat ditagih lagi sehingga diusulkan untuk dihapus. Piutang
Pajak hanya dapat diusulkan untuk dihapuskan setelah adanya Laporan Hasil
Penelitian dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak setiap akhir tahun takwim
menyusun Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak berdasarkan Laporan Hasil
Penelitian. Usulan Penghapusan Piutang Pajak setiap awal tahun berikutnya
disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasannya.
Selanjutnya, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan
Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak yang telah diteliti kepada Direktur
Jenderal Pajak. Penelitian Setempat dan Penelitian Administrasi Dalam Pasal 2
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 625/PJ./2001 tentang Tata Cara
Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang
Pajak dijelaskan yang dimaksud dengan penelitian setempat dan penelitian
administrasi.
Penelitian setempat dilakukan oleh Juru Sita Pajak Negara terhadap
piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi karena :
Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan
dan tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan, yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan kematian dan surat keterangan yang
menyatakan bahwa Wajib Pajak yang meninggal dunia tersebut tidak
meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris dari pejabat yang
berwenang;
Wajib Pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dibuktikan dengan
surat keterangan dari pejabat yang berwenang yang menyatakan bahwa
Wajib Pajak memang benar-benar sudah tidak mempunyai harta kekayaan
lagi; Berdasarkan surat perintah penelitian setempat yang diterbitkan oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Selanjutnya, penelitian administrasi adalah
penelitian terhadap piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena Wajib
Pajak yang hak penagihannya telah daluwarsa berdasarkan Pasal 22 UU
KUP dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil Penelitian Administrasi