Anda di halaman 1dari 31

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

Sistem Informasi Akuntansi


2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
Menurut Mujilan (2011:3): Sistem informasi akuntansi adalah kumpulan
sumberdaya, seperti manusia dan peralatan, diatur untuk mengubah data
menjadi informasi. Informasi ini dikomunikasikan kepada beragam
pengambil keputusan. SIA mewujudkan perubahan ini secara manual atau
terkomputerisasi.
Menurut Hall (2011:7): Sistem Informasi Akuntansi merupakan subsistem
dari sistem informasi yang terdiri dari transaksi keuangan dan transaksi non
keuangan yang secara langsung mempengaruhi pemrosesan transaksi
keuangan.
Menurut Soudani (2012:1): Sistem Informasi Akuntansi adalah perangkat
yang bila digabungkan ke dalam bidang informasi dan sistem teknologi,
dirancang untuk membantu dalam pengelolaan dan pengendalian topik yang
berkaitan dengan keuangan perusahaan .
Berdasarkan perngertian diatas, dapat disimpulkan bahwa SIA adalah
sebuah subsistem dari sistem infromasi dapat mengumpulkan, mencatat,
menyimpan dan memproses data transaksi keuangan dan transaksi non
keuangan secara langsung menjadi sebuah informasi, sehingga dapat
dikomunikasikan kepada beragam pengambil keputusan.
2.1.2 Manfaat Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo (2009:6),
manfaat SIA terdiri dari 5 komponen, yaitu:
a. Membuat Laporan Eksternal
Dalam menjalankan proses bisnisnya, perusahaan menggunakan SIA
untuk menghasilkan laporan yang memenuhi kebutuhan informasi bagi
stakeholder.
b. Mendukung Aktivitas Rutin
Manajer membutuhkan SIA untuk mendukung aktivitas rutin di dalam
perusahaan, seperti penerimaan pesanan, pengiriman barang, menagih

pelanggan, dan menerima kas. Sistem komputer dan beberapa software


akuntansi juga menangani aktivitas rutin.
c. Mendukung Pengambilan Keputusan
Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan
non-rutin pada semua tingkat organisasi, termasuk informasi mengenai
produk yang paling banyak terjual. Informasi ini sangat kritis dalam
perencanaan produk baru, memutuskan produk apa yang harus tetap
ada, dan pemasaran produk ke pelanggan.
d. Perencanaan dan Pengendalian
Sistem Informasi dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan dan
pengendalian. Contoh, informasi mengenai anggaran dan biaya
disimpan oleh sistem perusahaan, kemudian laporan yang dihasilkan
digunakan untuk membandingkan anggaran dengan jumlah aktual.
Menggunakan scanner untuk mencatat item yang dibeli dan pendapatan
hasil penjualan memungkinkan user merencanakan dan mengendalikan
secara detail. Sebagai contoh, analisis pendapatan dan beban dapat
diselesaikan pada individual product level. Data historis dapat ditarik
dari database dan digunakan pada spreadsheet atau program untuk
meramalkan kenaikan dan arus kas.
e. Menerapkan Pengendalian Internal
Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan SI yang
digunakan untuk melindungi aset perusahaan dari kerugian atau
pencurian. Selain itu, pengendalian internal juga dapat memelihara data
keuangan. Sangat mungkin untuk membangun pengendalian ke dalam
SIA komputerisasi untuk membantu mencapai tujuan ini. Sebagai
contoh, SI dapat menggunakan password untuk mencegah orang-orang
mengakses entri data dan laporan yang tidak dibutuhkan dalam jobdesk
masing-masing karyawan.
2.2

Sistem Informasi Akuntansi Pendapatan


2.2.1 Pengertian Pendapatan
Menurut PSAK No.23 (rev 2010) pengertian pendapatan dijelaskan
sebagai berikut :
Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal entitas selama satu periode. Jika arus masuk

tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi


penanm modal.
2.2.2

Pengertian Siklus Pendapatan (Revenue Cycle)

Melalui pengertianpengertian dari siklus pendapatan yang ada dapat


disimpulkan bahwa siklus pendapatan atau revenue cycle merupakan
rangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pemrosesan informasi yang terkait
dengan pertukaran barang/jasa dengan pelanggan dan

menagih kas

sebagai pembayaran dari penjualan barang/jasa tersebut.


Pengertian diatas dipertegas melalui pemaparan dalam buku Jones
dan Rama (2009:476), yang menyatakan

bahwa

siklus pendapatan

merupakan siklus transaksi dalam perusahaan yang meliputi kegiatan


seperti menerima pertanyaan pelanggan, pesanan pelanggan, penyediaan
barang atau jasa, penagihan pelanggan, mengumpulkan kas/bank dan
deposito kas.
2.2.3 Pengakuan Pendapatan atas Jasa
Menurut Kieso, Weygandt, dan Waterfield (2011:977) pengakuan
pendapatan atas jasa adalah :
1. Pendapatan tersebut harus dapat diukur.
2. Terdapat manfaat ekonomis bagi perusahaan.
3. Urutan langkah penyelesaian suatu jasa harus dapat diukur.
4. Biaya yang timbul selama pengerjaan jasa harus dapat diukur.
Yang termasuk ke dalam bidang jasa di dalam akuntansi antara lain :
1. Accounting
2. Cemetery Association
3. Electronic Security
4. Garbage and Wasted Removal
5. Health Spas
6. Dan Lain-Lain
Kualitas kinerja dalam pengerjaan suatu bidang jasa itu sendiri
merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dalam pengakuan
pendapatan atas jasa. Jika suatu transaksi jasa hanya terdiri dari satu
langkah pengerjaan saja, maka pendapatan harus diakui pada saat
pengerjaan tersebut dilakukan.

10

Sebagai contoh ketika seorang makelar perumahan mencatat komisi


penjualan sebagai pendapatan ketika transaksi jual beli rumah
tersebut sudah diselesaikan.
Ketika suatu jasa mempunyai beberapa lebih dari satu langkah
pengerjaannya, maka pendapatan harus diakui tergantung pada saat
waktu terjadinya sebuah langkah pengerjaan tersebut dilakukan
(Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2011:980)
Metode ini dapat diterapkan dalam tiga kondisi yang berbeda yaitu:
1. Specified number of idential or similar acts.
Jumlah pendapatan yang sama dicatat pada saat tindakan
menghasilkan pendapatan tersebut dilakukan.
2. Specified number of defined but not identical acts.
Pendapatan diakui dengan menggunakan metode percentage-ofcompletion

basis

menggunakan

beberapa

aturan

tambahan

disesuaikan seperti biaya yang telah dikeluarkan untuk pengerjaan


suatu jasa dengan total biaya untuk menetukan presentasi
penyelesain.
3. Unspecified number of identical acts or similar acts with a fixed
period for performance.
Pendapatan diakui dengan menggunakan metode straight-line
basis dalam periode tertentu atau bisa saja menggunakan metode
lain jika ditemukan bukti yang lebih tepat untuk menangani pola
ini.
Secara konsep perusahaan jasa menggunakan pengakuan
pendapatan dengan meotde accrual basis dikarenakan pencatatan
dalam sistem akuntansi pada saat pengakuan didasarkan pada tanggal
yang tercantum dalam faktur penjual sebagai bukti transaksinya.
Dengan menggunakan dasar akrual, jika terjadi penjualan tunai
pengakuan pendapatan dapat dilakukan saat penyerahan barang dan
jasa, atau penerimaan kas, tergantung lebih dulu terjadi.
2.3

Teori Piutang
2.3.1 Pengertian Piutang
Piutang adalah jumlah yang dapat ditagih dalam bentuk tunai dari

11

seseorang atau perusahaan lain (Weygeandt, Kieso, dan Kimmel,


2012:416). Piutang sering kali digolongkan menjadi 3 macam yaitu :
a. Piutang Usaha : piutang yang timbul akibat dari penjualan barang
atau jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan tertagih dalam
waktu 30 sampai 60 hari. Secara umum, jenis piutang ini
merupakan piutang terbesar yang dimiliki oleh perusahaan.
b. Wesel Tagih : surat utang formal yang diterbitkan sebagai bentuk
pengakuan uatang. Wesel tagih biasanya memiliki waktu tagih
antara 60-90 hari atau lebih lama serta mewajibkan pihak yang
berutang untuk membayar bunga.
c. Piutang Lain-lain : Merupakan piutang yang tidak termasuk dari
kedua jenis piutang diatas. Contoh dari piutang lain-lain adalah
piutang bunga. Piutang karyawan, uang muka karyawan, dan
restitusi pajak penghasilan.
2.3.2 Akuntansi atas Piutang
Menurut Waluyo (2012:82), di dalam akuntansi komersial suatu
penjualan secara kredit akan dicatat dengan jurnal
Piutang Usaha

xxx

Penjualan

xxx

Barang yang dijual mungkin dikembalikan oleh pelanggan, dan


karennya diberikan potongan harga (sales return and allowance).
Berdasarkan nota kredit yang dikeluarkan, jurnal yang harus dibuat
adalah :
Retur dan Potongan Penjualan
Piutang Usaha

xxx
xxx

2.3.3 Sistem Akuntansi Piutang


Sistem akuntansi piutang menurut Mulyadi (2010: 16) dirancang untuk
mencatat transaksi terjadinya piutang dan berkurangnya piutang. Terjadi
piutang berasal dari transaksi penjualan kredit dan berkurangnya piutang
berasal dari transaksi retur penjualan dan penerimaan kas dari piutang.
Transaksi berkurangnya piutang yang timbul dari transaksi penerimaan kas
dari piutang dikelompokkan dalam sistem akuntansi kas. Kegiatan
penjualan kredit dimulai dari diterimanya order dari pelanggan, kemudian
dilanjutkan dengan permintaan persetujuan pembelian kredit, pengiriman

12

barang, penagihan, pencatatan piutang, dan berakhir dengan distribusi


penjualan.
Dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan ke dalam kartu
piutang adalah
a.

Faktur penjualan, digunakan sebagai


dasar pencatatan timbulnya piutang dari transaksi penjualan kredit.
Dokumen ini dilampiri dengan surat muat dan surat order pengiriman
sebagai dokumen pendukung untuk mencatat transaksi penjualan
kredit.

b. Bukti kas masuk, digunakan sebagai dasar pencatatan piutang dari


transaksi pelunasan piutang oleh debitur.
Catatan Akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang
menyangkut piutang adalah :
a. Jurnal penjualan, digunakan untuk mencatat timbulnya piutang dari
transaksi penjualan kredit.
b. Jurnal retur penjualan, digunakan untuk mencatat berkurangnya
piutang dari transaksi retur penjualan.
c. Jurnal umum,digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari
transaksi penghapusan piutang yang tidak dapat ditagih.
d. Jurnal penerimaan kas, digunakan untuk mencatat berkurangnya
piutang dari transaksi penerimaan kas dari debitur.
e. Kartu piutang digunakan untuk mencatat saldo piutang setiap debitur.
Salah satu metode pencatatan piutang adalah metode pencatatan
tanpa buku pembantu (Ledgerless Bookeping), yaitu metode pencatatan
piutang yang tidak menggunakan buku pembantu piutang. Faktur
Penjualan serta dokumen pendukungnya yang diterima dari bagian
penagihan oleh bagian piutang diarsipkan menurut nama pelanggan
dalam dalam arsip faktur yang belum dibayar. Arsip faktur penjualan ini
berfungsi sebagai catatan piutang. Pada saat diterima pembayarannya,
ada dua cara yang dapat ditempuh :
i. Jika pelanggan membayar penuh jumlah yang tercantum dalam faktur
penjualan, faktur yang bersangkutan diambil dari arsip faktur yang
belum dibayar dan dicap lunas, kemudian dipindahkan ke arsip faktur
yang sudah dibayar.

13

ii. Jika pelanggan hanya membayar sebagian jumlah dalam faktur,


jumlah kas yang diterima dan sisa yang belum dibayar oleh pelanggan
dicatat pada faktur tersebut. Kemudian dibuat faktur tiruan yang berisi
informasi sama dengan faktur aslinya, dan faktur tiruan tersebut
disimpan dalam arsip faktur yang telah dibayar, dan faktur asli
disimpan kembali kedalam arsip faktur yang belum dibayar.
2.3.4 Sistem Akuntansi Penerimaan Kas
Sistem akuntansi penerimaan kas menurut Mulyadi (2010: 455) berasal
dari dua sumber utama :
a. Penerimaan kas dari penjualan tunai
Dalam transaksi penjualan tunai, barang atau jasa baru diserahkan
oleh perusahaan kepada pembeli jika perusahaan telah menerima kas
dari pembeli.Fungsi yang terkait dengan sistem penerimaan kas dari
penjualan tunai adalah
Fungsi penjualan bertanggung jawab untuk menerima order dari
pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur
tersebut kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran harga
barang ke fungsi kas.
Fungsi kas bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli.
Fungsi gudang bertanggung jawab menyiapkan barang yang
dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi
pengiriman.
Fungsi pengiriman, bertanggung jawab untuk membungkus barang
dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya kepada
pembeli.
Fungsi Akuntansi, bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi
penjualan dan penerimaan kas dan pembuatan laporan penjualan.
Catatan Akutansi yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari
penjualan tunai adalah :
1) Jurnal penjualan, digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat
dan meringkas data penjualan.
2) Jurnal penerimaan kas, untuk mencatat penerimaan kas dari
berbagai sumber, diantaranya penjualan tunai.

14

3) Jurnal umum, digunakan untuk mencatat harga pokok produk yang


dijual.
4) Kartu persediaan, digunakan untuk mencatat berkurangnya harga
pokok produk yang dijual, juga untuk mengawasi persediaan
barang yang disimpan digudang.
a) Kartu gudang, digunakan untuk mencatat persediaan barang
yang disimpan digudang.
Jaringan prosedur yang membentuk sistem penerimaan kas dari
penjualan tunai sebagai berikut :

Prosedur Order Penjualan. Fungsi penjualan menerima

order dari pembeli dan membuat faktur penjualan tunai untuk


memungkinkan pembeli melakukan pembayaran harga barang
ke fungsi kas dan untuk memungkinkan fungsi gudang dan
fungsi pengiriman menyiapkan barang yang akan diserahkan
kepada pembeli.

Prosedur

Penerimaan

Kas.

Fungsi

kas

menerima

pembayaran barang dari pembeli dan memberikan tanda


pembayaran kepada pembeli untuk memungkinkan pembeli
tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari
fungsi pengiriman.

Prosedur

menyerahkan

Penyerahan
barang

Barang.

kepada

Fungsi

pembeli.

pengiriman

Fungsi

akutansi

melakukan pencatatan transaksi penjualan tunai dalam jurnal


penjualan dan jurnal penerimaan kas. Disamping itu fungsi
akuntansi juga mencatat berkurangnya persediaan barang dari
kartu persediaan.
b. Penerimaan kas dari piutang.
Sumber penerimaan kas suatu perusahaan manufaktur berasal dari
pelunasan piutang dari debitur, karena sebagian besar produk atau jasa
perusahaan tersebut dijual melalui penjualan kredit. Dalam perusahaan
tersebut penerimaan kas dari penjualan tunai biasanya merupakan
sumber penerimaan yang relatif kecil. Berdasarkan sistem pengendalian
intern yang baik, sistem penerimaan kas dari piutang harus menjamin

15

diterimanya kas dari debitur oleh perusahaan dan bukan oleh karyawan
yang tidak berhak menerimanya.
Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari piutang
adalah :
1)

Fungsi sekretariat, bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan

surat pemberitahuan dari debitur perusahaan.


2)

Fungsi penagihan, bertanggung jawab untuk melakukan penagihan

kepada debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang yang ditagih


yang dibuat oleh fungsi akuntansi.
3)

Fungsi kas, bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi

penagihan dan menyetorkan kas yang diterima dalam jumlah penuh ke


bank.
4)

Fungsi akutansi, bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan

kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya


piutang ke dalam kartu piutang.
5)

Fungsi pemeriksa intern, bertanggung jawab dalam melaksanakan

perhitungan kas yang ada ditangan fungsi kas secara periodik.


Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari
piutang adalah
1)

Surat pemberitahuan, digunakan sebagai dokumen sumber dalam

pencatatan berkurangnya piutang pada kartu piutang.


2)

Daftar surat pemberitahuan merupakanr ekapitulasi penerimaan kas

yang dibuat oleh penagihan.


3)

Bukti setor bank adalah bukti penyetoran kas yang diterima dari

piutang ke bank.
4)

Kuitansi merupakan bukti penerimaan kas yang dibuat oleh

perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan pembayaran utang


mereka dan sebagai tanda penerimaan kas.
Prosedur yang dilakukan dalam penerimaan kas dari piutang
sebagai berikut :
1)

Bagian piutang memberikan daftar piutang yang sudah saatnya

ditagih kepada bagian penagihan.


2)

Bagian

penagihan

mengirimkan

penagih

yang

merupakan

karyawan perusahaan untuk melakukan penagihan kepada debitur.

16

3)

Bagian

penagihan

menerima

cek

atas

nama

dan

surat

pemberitahuan dari debitur.


4)

Bagian penagihan menyerahkan cek kepada bagian kas.

5)

Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada

bagian piutang untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang.


6)

Bagian kas mengirimkan kuitansi sebagai tanda penerimaan kas

kepada debitur.
7)

Bagian kas menyetorkan cek ke bank, setelah cek atas nama

tersebut dilakukan endorsement oleh pejabat yang berwenang.


8)

Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank

debitur.
2.4 Siklus Pendapatan
2.4.1 Pengertian Siklus Pendapatan
Siklus pendapatan adalah proses menyediakan barang atau jasa untuk
para pelanggan dan menagih uangnya.(Rama & Jones, 2009:4).
Siklus pendapatan adalah kejadian-kejadian yang berkaitan dengan
pendistribusian barang/jasa ke entitas-entitas lain, dan pengumpulan
pembayaran-pembayaran.(Mujilan, 2012:45).
2.4.2 Kegiatan dalam Siklus Pendapatan
Menurut Rama & Jones (2009:165) kegiatan yang termasuk siklus
pendapatan adalah :
1. Merespon pertanyaan pelanggan
Pertanyaan pelanggan bisa ditangani oleh tenaga penjual. Di beberapa
industri (misalnya komputer dan peranti lunak), produk-produknya
bersifat kompleks. Tenaga penjualan memainkan peran penting dalam
membantu para pelanggan untuk memahami suatu produk perusahaan
dan memilih produk yang sesuai untuknya.
2. Membuat perjanjian dengan para pelanggan untuk menyediakan
barang dan jasa di masa yang akan datang
Contoh dari perjanjian tersebut meliputi pesanan pelanggan untuk
produk atau jasa serta kontrak antara perusahaan dengan pelanggan
untuk penyerahan barang atau jasa di masa depan.
3. Menyediakan jasa atau mengirim barang ke pelanggan
Fungsi ini sangat penting dalam proses pendapatan. Untuk jasa,

17

karyawan pentingnya adalah para penyedia layanan. Untuk barang,


petugas gudang dan pengiriman memainkan peran yang aktif.
4. Mengakui klaim atas barang dan jasa yang disediakan
Pada kejadian ini, perusahaan mengakui klaimnya terhadap pelanggan
dengan mencatat piutang dan menagih ke pelanggan.
5. Menerima Kas
Pada suatu waktu dalam siklus pendapatan, kas diperoleh dari
pelanggan.
6. Menyetorkan kas ke bank
Agen yang terlibat disini adalah kasir dan bank.
7. Menyusun Laporan Keuangan
Berbagai macam laporan mungkin dibuat untuk siklus pendapatan.
Contohnya mencakup daftar pesanan, daftar pengiriman, dan daftar
penerimaan kas.
2.4.3 Jurnal Dalam Siklus Pendapatan
Jurnal umum menurut Yulius (2012: 23) mempunyai fungsi yaitu mencatat
segala transaksi yang terjadi dalamkegiatan operasional perusahaan dalam
periode waktu tertentu yang berkesinambungan. Jurnal khusus yang ada
dalam siklus pendapatan dapat dibagi dua yaitu :
1. Jurnal penjualan adalah jurnal yang bertujuan untuk mencatat semua
transaksi penjualan barang dagang atau pendapatan lain yang dilakukan
secara kredit yang menimbulkan piutang dagang pada si penjual.
2. Jurnal penerimaan kas adalah jurnal yang berfungsi untuk mencatat segala
pemasukan (penerimaan kas secara tunai) yang berhubungan dengan usaha
dagang.
Dalam siklus pendapatan ada beberapa proses yang mungkin
terjadi, yaitu: penjualan tunai atau kredit, piutang dan penerimaan kas. Jurnal
yang dipakai dalam siklus pendapatan adalah :

18

Tabel 2.1 Jurnal Siklus Pendapatan


Kondisi
Jurnal Penjualan

Jurnal
Tunai: Kas......xxx
Penjualan........xxx
Kredit: Piutangxxx
Penjualan.xxx

Jurnal Penerimaan Piutang

Kas.xxx
Piutang......xxx

2.4.4 Pengendalian Umum pada Siklus Pendapatan


Unsur pengendalian umum pada siklus pendapatan menurut Mulyadi (2010:
221) yaitu :
1.

Organisasi

a. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit.


b. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi kredit.
c. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas.
d. Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh semua fungsi, tidak
ada transaksi penjualan kredit yang dilakukan secara lengkap hanya oleh 1
fungsi saja.
2.

Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan


menggunakan formulir surat order pengiriman.
b. Terjadi piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan.
c. Segala macam pencatatan diotorisasi dan dilakukan oleh fungsi akuntansi.
d. Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada faktur penjualan yang
didukung surat order pengiriman dan surat muat.
2.4.5

Pengendalian Aplikasi (Application Control)

Pengendalian aplikasi menurut Hall (2011:290) adalah prosedur terprogram yang


dirancang untuk menangani potensi yang dapat mengancam aplikasi tertentu
seperti pembelian, penjualan, atau penggajian. Pengendalian aplikasi dirancang
untuk menjamin bahwa pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi yang
telah diotorisasi dan pemutakhiran arsip induk dapat menghasilkan informasi yang
teliti dan lengkap pada waktu yang sebenarnya. Ada 3 kategori pengendalian
aplikasi, yaitu:

19

1.

Kontrol Input
Kontrol input adalah prosedur terprogram yang melakukan tes pada transaksi
data untuk memastikan transaksi bebas dari eror, valid, akurat, dan lengkap.
Jenis kontrol yang diterapkan disini adalah sebagai berikut :
a. Source Document Controls, kontrol untuk melindungi fisik dokumen yang
digunakan untuk memicu transaksi, dapat digunakan prosedur kontrol
sebagai berikut
1)

Memakai Pre-numbered dokumen dimana setiap dokumen


yang dihasilkan sudah dicetak dengan nomor berurut yang unik
sehingga mengurangi resiko ada duplikasi pada dokumen.

2)

Memakai dokumen secara berurutan.

3)

Mengecek dokumen sumber secara berkala.

b. Data Coding Controls, kontrol yang digunakan untuk mengecek integritas


kode data yang digunakan dalam pemrosesan data.
c. Batch Controls, kontrol yang dirancang untuk menangani data transaksi
yang banyak dalam sistem
d. Validation Controls, kontrol yang digunakan untuk mendeteksi kesalahan
pada data transaksi sebelum data diproses.
e. Input Error Correction, kontrol yang menahan prosedur pemasukan data
kesistem sampai data yang dimasukkan user benar.
f. Generalized data input system, kontrol ini meliputi prosedur terpusat untuk
mengelola input data untuk semua sistem pemrosesan transaksi organisasi
2.

Kontrol Proses
Kontrol Proses adalah prosedur terprogram yang digunakan untuk
memastikan bahwa proses yang berjalan sesuai dengan tahapan yang
seharusnya.

3.

Kontrol Output
Kontrol Output adalah kombinasi dari program rutin dan prosedur lainnya
untuk memastikan sistem output tidak salah atau rusak dan tidak melanggar
privasi. Pelanggaran pada kontrol ini dapat mengakibatkan kekacauan yang
serius pada operasi dan berakibat kerugian pada perusahaan. Kontrol output
dapat terdiri dari :

20

a. Menjamin tindakan tak terpuji dicegah, seperti akses terhadap data,


merubah data, menggandakan dokumen, merusak dokumen sebelum
dicetak.
b. Program pencetakan, agar saat dokumen dicetak tidak perlu oleh pegawai
sehingga meminimalkan resiko penyalahgunaan data.
c. Kesalahan pencetakan dokumen harus langsung dihancurkan.
d. Saat pendistribusian data dapat disertakan nama dan alamat user untuk
meminimalisasi kehilangan, pencurian dan kesalahan tujuan pengiriman.
e. Kontrol dilakukan oleh End User terhadap kesalahan atau kekurangan dari
dokumen yang dicetak.
2.5

Perusahaan Jasa
2.5.1 Pengertian Perusahaan Jasa
Perusahaan jasa adalah sebuah badan usaha yg bergerak secara
utama

dalam

penyampaian

jasa

pada

konsumen

dan

tidak

memproduksi atau menjual barang secara langsung terhadap


konsumen (Yulius, 2012:3).
Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan dagang umumnya
terletak pada bidang usahanya. Perusahaan jasa tidak menjual barang
secara langsung pada konsumen, sementara perusahaan dagang
sebaliknya. Perusahaan dagang memiliki persediaan barang dagang
awal dan akhir yang akan dijual pada konsumen. Sementara
perusahaan jasa tidak memiliki persediaan barang dagang tersebut.
2.5.2

Sumber dan Pencatatan Keuangan Perusahaan Jasa

Menurut Yulius (2012:3) ada dua macam sumber dan dasar


pencatatan keuangan yang dapat digunakan di dalam pencatatan
keuangan perusahaan yaitu :
A. Sumber Internal
Sumber dan bukti transaksi ini biasanya dikeluarkan oleh perusahaan
sendiri. Salah satu lembar karbon kopi nya biasanya diserahkan pada
pihak luar yang terkait dalam suatu transaksi. Ada beberapa macam
bukti transaksi internal yang dikenal yaitu :
a. Bukti Kas Masuk dan Keluar
Bukti kas masuk mengindikasikan perusahaan telah menerima

21

sejumlah uang dari pihak luar. Misalnya konsumen membayar jasa


yang telah diberikan oleh suatu perusahaan. Bukti kas keluar
mencatat arus kas yang keluar dari perusahaan untuk pihak keluar.
Misalnya,

perusahaan

membayar

supplier/pemasok

untuk

pembelian perlengkapan kantor.


b. Memo
Memo adalah surat internal kantor yang dikeluarkan oleh
seseorang untuk menginstrusikan seseuatu. Misalnya, manajer
pemasaran mengirimkan memo instruksi pemasangan iklan beserta
biayanya kepada karyawannya.
B. Sumber Eksternal
Sumber Eksternal merupakan sumber dan bukti transaksi eksternal
yang berkaitan dengan transaksi yang berhubungan dengan pihak
luar. Ada beberapa macam bukti transaksi eksternal yaitu :
a.

Kuitansi
Kuitansi adalah lembaran bukti penerimaan sejumlah uang yang
dikeluarkan oleh pihak penerima uang. Pihak penerima harus
memberikan tanda tangannya sebagai bukti bahwa uang telah
mereka terima

b. Nota
Nota merupakan bukti aras pembayaran secara tunai. Misalnya
pembelian barang secara tunai di suatu toko, Nota terbagi atas
dua macam yaitu :
i. Nota Kredit : Nota yang dibuat oleh penjual bila barang yang
dibeli rusak atau tidak sesuai dengan permintaan pembeli.
Penjual mengeluarkan nota ini sebagai bentuk persetujuan
untuk menerima barang yang rusak atau tidak sesuai
tersebut
ii. Nota Debit : Nota yang dibuat oleh pembeli apabila barang
yang dibeli rusak atau tidak sesuai dengan permintaan
mereka
c. Faktur
Faktur adalah bukti pembelian atau penjualan barang dan jasa

22

yang terjadi secara kredit atau tidak dilakukan secara tunai dan
menimbulkan utang-piutang. Faktur terbagi atas dua macam
yaitu :
i. Faktur Penjualan : Faktur yang dikeluarkan oleh penjual atas
penjualan suatu barang yang dilakukan secara kredit.
ii. Faktur Pembelian : Faktur yang dikeluarkan oleh pembeli.
2.5.3

Transaksi Perusahaan Jasa

Semua perusahaan jasa pada dasarnya menjalankan proses akuntansi yang


sama. Hal yang membedakan setiap perusahaan tersebut ialah jenis
perusahaannya. Alasannya, setiap perusahaan mempunyai kegiatan yang
berbeda-beda. Transaksi yang biasa dilakukan oleh perusahaan jasa adalah
:
1.

Investasi oleh pihak pemilik atau calon pemilik

2.

Pembelian peralatan dan perlengkapan secara tunai atau kredit

3.

Menerima pendapatan dari penjualan jasa

4.

Membayar macam-macam beban

5.

Menerima piutang

2.6 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


2.6.1 Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Menurut Waluyo (2011:10) mekanisme pemungutan pajak terbagi menjadi
3 metode yaitu:
1. Addition Method
Pada metode ini bahwa PPN dihitung dari tarif kali seluruh penjumlahan
nilai tambah. Pada metode ini diisyaratkan bahwa setiap Pengusaha Kena
Pajak harus Mempunyai pembukuan yang tertib dan rinci atas biaya
dikeluarkan.
2. Subtraction Method
Pada metode ini, PPN terhutang dihitung dari tarif kali selisih antara harga
penjualan dengan harga pembelian.
3. Credit Method
Metode ini hampir sama dengan metode butir 2 diatas. Pada credit method
ini harus mencari selisih antara pajak yang dibayar saat pembelian dengan
pajak yang dipungut saat penjualan. Metode ini hasilnya lebih akurat
karena dimungkinkan komponen harga beli terdapat komponen yang tidak

23

terhutang PPN. Dalam hal ini metode pengkreditan menggunakan


subtraction method yang menghasilkan pajak atas nilai tambah secara
tidak langsung, disebut indirect subtraction. Demikian pula penyebutan
invoice method sebagai akibat dituntut alat bukti berupa Faktur Pajak (tax
invoice).
2.6.2 Sifat, Tipe, dan Prinsip Pemungutan PPN
2.6.2.1 Sifat Pemungutan
Menurut Waluyo (2011:11) Pajak Pertambahan Nilai mempunyai sifat
pemungutan atau` karakteristik yang dikenal dengan legal character :
1. PPN sebagai pajak objektif.
Pungutan PPN ini mendasar objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri
Wajib Pajak.
2. PPN sebagai pajak tidak langsung (indirect tax).
Sifat ini menjelaskan bahwa secara ekonomis beban PPN dapat dialihkan
kepada pihak lain. Namun dari segi yuridis tanggung jawab penyetoran
pajak tidak berada pada penanggung pajak (pemikul beban).
3. Pemungutan PPN multistage tax.
Pemungutan PPN dilakukan pada setiap rantai jalur produksi maupun jalur
distribusi dari pabrikan, pedagang besar, sampai dengan pengecer.
4. PPN dipungut dengan menggunakan alat bukti Faktur Pajak.
Credit Method

sebagai metode yang digunakan dengan konsekuensi

Pengusahan Kena Pajakharus menerbitkan Faktur Pajak sebagai bukti


pemotongan PPN.
5. PPN bersifat netral (Neutral).
Netralitas ini dapat dibentuk karena adanya 2 (dua) faktor:
a. PPN dikenankan atas konsumsi barang atau jasa;
b. PPN dipungut menggunakan prinsip tempat tujuan.
c. PPN tidak menimbulkan pajak ganda.
d. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri penyerahan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dilakukan atas konsumsi dalam
negeri.

24

2.6.2.2 Jasa yang tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai


Menurut Waluyo (2011:14) Kelompok jasa yang tidak dikenai Pajak
Pertambahan Nilai yaitu jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai
berikut:
1. Jasa dibidang pelayanan kesehatan medik.
2. Jasa pelayanan sosial.
3. Jasa pengiriman surat denga perangko, yang jenisnya meliputi jasa
pengiriman surat dengan menggunakan perangko tempel dan
menggunakan cara lain pengganti perangko tempel.
4. Jasa keuangan.
5. Jasa asuransi.
6. Jasa keagamaan.
7. Jasa pendidikan.
8. Jasa kesenian dan hiburan.
9. Jasa penyiaran.
10. Jasa angkutan umum.
11. Jasa tenaga kerja.
12. Jasa perhotelan.
13. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum, jenisnya meliputi jenis-jenis jasa yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah.
14. Jasa penyedia tempat parkir.
15. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam.
16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos;
17. Jasa boga atau katering.
2.6.4 Tarif pajak
2.6.4.1 Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Waluyo (2011:20) Tarif pajak pertambahan nilai terbagai menjadi 2
yaitu:
1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen).
Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku atas penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak adalah tarif tunggal, sehingga
mudah dalam pelaksanaannyadan tidak memerlukan daftar penggologan

25

barang atau pengolongan jasa dengan tarif yang berbeda sebagaimana


berlaku pada Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
2.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak


sebesar 0%(nol persen).
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakaan atas konsumsi
Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. Oleh karena itu, Barang Kena
Pajak yang diekspor atau dikonsumsi diluar Daerah Pabean, dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0% (nol persen). Pengenaan tarif 0%
(nol persen) bukan berarti pembebasan dari pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai. Dengan demikia, Pajak Masukan yang telah dibayar dari barang yang
diekspor tetap dapat dikreditkan.

2.6.4.2 Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai


Menurut Waluyo (2011:21) Cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang
terhutang adalah dengan mengalikan Tarif Pajak Pertambahan Nilai (10%
atau 0% untuk ekspor Barang Kena Pajak) dengan Dasar Pengenaan Pajak.
PPN yang terutang = Tarif PPN X Dasar Pengenaan Pajak
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah harga jual, penggantian, nilai impor,
nilai ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang
dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terhutang.
Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang ini merupakan Pajak Keluaran
yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak. Bagi Pengusaha Kena Pajak
pembeli merupakan Pajak Masukan.
2.7 Object Oriented Analysis Design (OOAD)
2.7.1 Object Oriented Analysis Design (OOAD)
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:60) Object Oriented Analysis
(OOA) adalah semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam sistem
dan menunjukkan interaksi apa saja yang dibutuhkan pengguna untuk
menyelesaikan tugas tersebut.
Object Oriented Design (OOD) adalah semua jenis objek yang dibutuhkan
dapat berkomunikasi dengan orang dan perangkat pada sistem,
menunjukkan bagaimana objek tersebut berinteraksi untuk menyelesaikan
tugas dan menyempurnakan definisi dari tiap jenis objek sehingga dapat
diimplemetasikan dengan bahasa tertentu atau lingkungan.

26

2.7.2 System Development Life Cycle (SDLC)


Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:39), siklus hidup pengembangan
sistem adalah proses secara keseluruhan dari pembuatan, penyebaran,
penggunaan, dan pembaharuan dari sistem informasi. Fase-fase dari
pendekatan ini meliputi:
1. Project Planning Phase
Mengidentifikasikan ruang lingkup dari sistem baru, memastikan bahwa
proyek

tersebut

dapat

dilaksanakan,

mengembangkan

jadwal,

merencanakan sumber daya, dan membuat anggaran.


2. Analysis Phase
Memahami dan mendokumentasikan kebutuhan bisnis secara detail dan
memproses kebutuhan dari sistem baru.
3. Design Phase
Merancang sistem berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan dan
keputusan yang dibuat selama proses analisis berlangsung.
4. Implementation Phase
Membuat, menguji, dan menginstal sistem informasi yang reliable dengan
pengguna yang sudah dilatih sebelumnya.
5. Support Phase
Menajaga sistem agar dapat beroperasi secara produktif dari awal
penggunaan sampai dengan tahun-tahun berikutnya.
2.7.3 Unified Model Language (UML)
Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo (2009:60-61)
Unified Model Language (UML) adalah bahasa pemodelan untuk
menspesifikasi, visualisasi, membangun dan mendokumentasikan suatu
sistem informasi. UML tersebut dikembangkan sebagai alat untuk analisis
objek yang berorientasi dan desain dan dapat digunakan untuk memahami
sistem informasi serta dokumentasi dari sistem informasi tersebut.
Menurut Satzinger (2012:46), Unified Model Language (UML) adalah
suatu set standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara
spesifik dalam pengembangan berorientasi objek. Dengan UML, analis
dan pengguna akhir dapat digambarkan dan dipahami dalam diagram
spesifik yang digunakan dalam proyek pengembangan sistem.

27

2.7.4 Unified Process (UP)


Menurut Satzinger (2010:667) Unified Process (UP) adalah metodologi
pengembangan

sistem

berorientasi

obyek

ditujukan

untuk

menyempurnakan metodologi yang menggunakan UML untuk model


sistem dan mendeskripsikan siklus hidup pengembangan sistem baru dan
adaptif. UP sekarang diakui sebagai metodologi pengembangan sistem
standar untuk pengembangan sistem berorientasi objek.
UP memiliki 4 fase utama, dimana masing masing fase melambangkan
goal atau pengaruh utama pada setiap bagian dari proyek pengembangan
sistem. Emapat fase tersebut adalah:
1. Inception
Didalam fase ini dibahas tentang perencanaan dan pengembangan visi,
perkiraan sistem yang akan dibuat, membuat bussines case, menentukan
ruang lingkup, dan menghasilkan estimasi biaya dan jadwal.
2. Elaboration
Fase ini menjelaskan tentang penentuan visi, mengidentifikasi dan
menjelaskan semua persyaratan pembuatan sistem, finalisasi ruang
lingkup, merancang dan mengimplementasikan arsitektur inti dan fungsi,
mengatasi risiko tinggi, dan menghasilkan perkiraan yang realistis untuk
biaya dan jadwal.
3. Construction
Didalam fase ini secara iteratif menerapkan elemen yang memiliki risiko
rendah

dan

dapat

diprediksi

dan

melakukan

persiapan

untuk

pengimplementasian.
4. Transition
Fase terakhir dari UP ini dilakukan dengan menyelesaikan beta test dan
proses implementasi sehingga user dapat menggunakan sistem tersebut
didalam aktivitas bisnis.
2.7.5 Activity Diagram
Menurut Satzinger (2010:141), activity diagram adalah suatu diagram alur
kerja yang dapat menggambarkan berbagai aktivitas pengguna, siapa yang
melakukan aktivitas tersebut dan aliran sekuensial dari aktivitas tersebut.

28

Tabel 2.2 Activity Diagram


Symbol

Kegunaan Symbol
Initial Activity sebagai awal dari aktivitas
modul sistem aplikasi

Initial State
Aktivitas yang dilakukan sistem , aktivitas
biasanya diawali dengan kata kerja
Action State
Unutk

menunjukan

aktivitas-aktivitas

selanjutnya
Control Flow
Decision menunjukkan aktivitas yang harus
dipilih apakah pilihan pertama atau kedua.
Decision
Memisahkan

organisasi

bisnis

yang

bertanggung jawab terhadap aktivitas yang


Swimlane

terjadi.

Digunakan untuk menunjukkan kegiatan


yang dilakukan secara paralel

Transition (Fork)
Digunakan

untuk

menunjukkan

kegiatanyang digabungkan
Transition (Join)
Final activity menunjukkan akhir dari
aktifitas
Final State

29

Gambar 2.1 Activity diagram symbols


(Satzinger, 2010:142)
Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo
(2008:61) activity diagram dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
- Overview activity diagram adalah suatu aktivitas diagram
berbasis UML yang menyajikan pemodelan proses bisnis tingkat
tinggi dengan mendokumentasikan kejadian kunci, urutan
kejadian, dan aliran informasi diantara tiap kejadian.
- Detailed activity diagram adalah suatu aktivitas diagram
berbasis UML yang menyediakan penyajian rinci dari tiap
aktivitas yang berasosiasi dengan satu atau dua dari kejadian
yang ada pada diagram overview.
2.7.6 Event Table
Menurut Satzinger (2010:168) Event table merupakan katalog dari usecase
yang daftar kejadian di rincikan dalam baris dan bagian kunci informasi
dalam setiap kejadian dirincikan dalam kolom.

30

Event

Trigger

Source

Use case

Response

Destination

Apa yang

Apa yang

sistem

dihasilkan

Untuk siapa

Ringkasan menyebabkan sumber

lakukan

dari event /

hasil /

dari proses

event itu

infrmasi event

ketika event

use case

response itu

bisnis

dilakukan?

itu berasal?

itu terjadi?

itu?

ditujunkkan ?

Apa yang

Darimana

Tabel 2.3 Event Table


Demikian bahwa tabel diatas merupakan penjelasan dari event table.

2.7.7 Use Case Diagram


Menurut Satzinger (2010:242) Use Case Diagram adalah diagram dimana
cara yang mudah dalam mendokumenatsikan kejadian pada interaksi
pengguna dan sistem, sehingga dapat membantu mengidentifikasi berbagai
macam proses yang dilakukan pengguna dan sistem yang saling mendukung
proses tersebut.
Tabel 2.4 Use Case Diagram
Symbol

Kegunaan symbol
Mengidentifikasi fitur kunci dari sistem.
Tanpa fitur ini, sistem tidak akan memenuhi
permintaan

Use Case

user/actor.

Setiap

use

case

mengekspresikan goal dari sistem yang harus


dicapai. Diberi nama sesuai dengan goalnya
dan digambarkan dengan elips dan nama
didalamnya.
Menyatakan batasan sistem dalam relasi
dengan

actoractor

(diluar sistem)

yang

mengunakanya

dan fiturfitur yang harus

disediakan (dalam sistem).Di gambarkan


System Boundary

dengan segi empat yang membatasi semua


usecase dalam sistem terhadap pihak mana
sistem akan beraksi

31

Mengidentifikasi interaksi antara setiap actor


tertentu dengan setiap usecase tertentu.
Digambarkan sebagai garis antara actor
Communication

terhadap usecase yang bersangkutan


Actor adalah segala sesuatu yang perlu
berinteraksi dengan sistem untuk pertukaran
informasi. Bisa merupakan manusia, sistem
atau device.

Actor

Gambar 2.3 Simple use case with an actor


(Satzinger, 2010:243)
Demikian bahwa tabel diatas merupakan penjelasan dari usecase diagram.

2.7.8 Use Case Description


Menurut Satzinger (2010:171) Use Case Description merupakan gambaran
mengenai urutan tertentu dari tahapan yang ada di use case, karena use case itu
sendiri memiliki beberapa skenario yang berbeda di dalamnya. Use case
description memiliki 3 tingkatan dalam perinciannya, yaitu Brief Description,
Intermediate Descriptiom, dan Fully developed Description.
Tabel 2.5 Use Case Description
Penamaan usecase yang menggunakan
Use Case Name :

kata kerja

32

Scenario :

Merupakan gambaran proses


Mengidentifikasikan pemicu dalam hal

Triggering Event :

kegiatan bisnis jika pelakunya adalah


orang atau organisasi
Merupakan penjelasan mengenai tujuan

Brief Description :

use case dan nilai yang akan didapatkan


oleh aktor

Actors :

Merupakan orang yang menjalankan atau


berperan dalam hal kegiatan bisnis

Related Use Cases :

Merupakan use case yang terkait

Stakeholders :

Merupakan aktor pendukung

Preconditions :

Merupakan kondisi yang harus dipenuhi


sebelum use case ini dijalankan
Merupakan batasan pada keadaan sistem

Postconditions:

setelah use case ini diesksekusi dengan


baik

Flow of Activities :

Actor

System

Merupakan aliran peristiwa


yang penggunaannya berisi
informasi yang paling
penting dan berasal dari
penggunaan kasus modeling
Exceptions Conditions :

merupakan definisi sistem dari kesalahan


data atau kondisi yang dapat terjadi untuk
setiap langkah dalam keadaan normal dan
alternatif aliran.

Demikian bahwa tabel diatas merupakan penjelasan dari usecase description.

33

2.7.9 Domain Class Diagram


Menurut Satzinger (2010:187), domain class diagram menggambarkan struktur
dan deskripsi dari kelas, objek, dan atribut serta menjelaskan hubungan satu sama
lain seperti asosiasi, pewarisan, dan lain-lain.

Gambar 2.4 Internal symbols used to define a design class


(Satzinger, 2010:187)
Demikian bahwa gambar diatas merupakan penjelasan dari domain class
diagram.
2.7.10 Sequence Diagram
Menurut Satzinger (2010:252) sequence diagram adalah diagram yang
menunjukkan urutan dari pesan antara actor eksternal dan sistem berdasarkan
use case atau skenario, digunakan untuk menjelaskan

interaksi objek dan

keputusan dokumen desain


Tabel 2.6 Sequence Diagram
Symbol

Kegunaan Symbol
Fokus kontrol :

persegi panjang

yang

sempit panjang ditempatkan diatas sebuah


garis hidup, menandakan ketika suatu
objek mengirim atau menerima pesan.
Activation
Orang, proses, atau sistem lain yang
berinteraksi dengan sistem informasi dan
mendapat manfaat dari sistem.
Actor

34

Sebuah object yang berpartisipasi secara


berurutan dengan mengirimkan dan / atau
menerima pesan

Object Lifeline
Object mengirim satu pesan ke object
lainnya
Message (call)
Object menghasilkan suatu kembalian ke
object tertentu, arah panah mengarah pada
Message (return)

object yang menerima kembalian


Menandakan kehidupan object selama
urutan.

Lifeline

Gambar 2.5 Notasi Use Case Sequence Diagram


(Satzinger, 2010:253)
Demikian bahwa gambar diatas merupakan penjelasan dari sequence
diagram.
2.7.11 Updated Design Class Diagram
Menurut Satzinger (2010:457), updated design class diagram dapat
dikembangkan untuk setiap layer. Pada view dan data access layer,
beberapa class baru harus ditambahkan. Demikian pula dengan domain
layer juga membutuhkan penambahan class baru sebagai use case

35

controller. Pada updated design class diagram, method dapat ditambahkan


untuk setiap class. Tiga method umum yang sering dijumpai pada classclass updated design class diagram adalah constructor methods, data get
and set methods, dan use case specific method objects.

Gambar 2.7 Updated Design Class Diagram


(Satzinger, 2010:457)
Demikian bahwa gambar diatas merupakan penjelasan dari updated
design class diagram.
2.7.12 User Interface
Menurut Satzinger (2010:531) user interface adalah sauatu rancangan untuk input
dan output yang terlibat untuk setiap use case digunakan ketika pengguna
berinteraksi dengan komputer untuk melaksanakan tugas. Pada Satzinger
(2010:541) dijelaskan bahwa dalam melakukan desain interface, harus mengacu
kepada suatu aturan seperti Eight Golden Rules for Designing Interactive
Interfaces dari Ben Shneiderman, delapan aturan emas dalam mendesain interface
yang interaktif tersebut sebagai berikut:
1. Strive for consistency.
Menitik beratkan pada kesamaan desain tata letak menu, ukuran, bentuk ikon,
form, dan tata letak layar bantuan.
2. Enable frequent users to use shortcuts.
Untuk mengefisiensikan waktu, terdapat tampilan yang menyediakan shortcut
untuk mengurangi beberapa tahapan dalam proses interaksi. Desainer sistem juga
dapat menyediakan fasilitas untuk pengguna agar dapat membuat shortcut sesuai
dengan kebutuhannya.

36

3. Offer informative feedback..


Dalam setiap tindakan atau tahapan interaksi, desainer system

sebaiknya

menyediakan fasilitas umpan balik dari komputer sehingga pengguna mengetahui


bahwa tindakannya terhadap komputer tersebut telah diakui. Umpan balik tersebut
dapat berupa peringatan bahwa ada kesalahan, atau sekedar memberitahu
pengguna apabila tindakannya telah dieksekusi sistem dengan baik.
4. Design dialogs to yield closure.
Rancangan dialog pada sistem harus terorganisir dalam urutan, dari adanya
awal, tengah, dan akhir. Sehingga pengguna akan terkonfirmasi bahwa
tugasnya telah selesai dan dapat menjadi acuan pengguna untuk memulai tugas
berikutnya.
5. Offer simple error handling.
Sangat mungkin jika terdapat error pada penggunaan sistem, dan desainer harus
mencegah pengguna untuk membuat kesalahan walaupun memungkinkan. Sistem
harus dapat meminimalisir kesalahan dengan memberikan bantuan kepada
pengguna apabila memang terjadi kesalahan, bantuan tersebut berupa peringatan
akan kesalahan dan cara penanganan yang sangat sederhana.
6. Permits easy reversal of actions.
Memungkinkan pengguna untuk memilih dan mengambil keputusan apakah
tindakannya akan dibatalkan atau dikembalikan pada tahapan sebelumnya. Aturan
ini memberikan kemudahan pada pengguna untuk mengembalikan kesalahan ke
kondisi awal dengan adanya tombol cancel untuk membatalkan tindakan.
Sekaligus mencegah kesalahan yang dapat terjadi.
7. Support internal locus of control.
Pengguna ingin merasakan bahwa dapat mengontrol sistem tersebut dan sistem
menanggapi tindakan dilakukan oleh pengguna sehingga pengguna tidak merasa
bahwa sistem mengontrol.
8. Reduce short-term memory load.
Desainer sistem diharuskan untuk mendesain sistem dengan tampilan yang mudah
diingat oleh pengguna, karena ada keterbatasan dalam ingatan manusia
memungkinkan akan menghambat kelancaran dari proses interaksi dengan sistem

37

2.8 Kerangka Pikir

KERANGKA PIKIR
PERENCANAAN
Penentuan Awal

Metodologi Penelitan

1. Latar belakang Penelitian

1. Penelitian Kepustakaan
2. Penelitian Lapangan, terdiri dari
- Wawancara
- Studi Dokumentasi
- Observasi

2. Ruang lingkup Penelitian


3. Tujuan dan manfaat

2.6 Kerangka Pikir


ANALISIS
Analisis Data

Teori yang digunakan:

1. Profil Perusahaan
2. Struktur organisasi, tugas
dan wewenangnya
3. Gambaran sistem yang berjalan

1. Sistem Revenue Cycle


2. Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
3. Object Oriented Analysis
and Design (OOAD) oleh
Satzinger

Identifikasi masalah dalam sistem berjalan

Rekomendasi solusi terhadap masalah yang terjadi

PERANCANGAN

Hasil analisis direpresentasikan ke dalam fitur rancangan berbentuk Object Oriented


Analysis & Design (OOAD)

SIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai