Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

A. Tujuan Penyusunan Handout......................................................................................................3


B. Elemen...........................................................................................................................................3
C. Capaian Pembelajaran.................................................................................................................3
D. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................................3

Pengertian Piutang dan Klasifikasi Piutang..............................................................................4


Penghapusan Piutang Metode Langsung...................................................................................5
Penghapusan Piutang Metode Penyisihan.................................................................................6
Rangkuman.................................................................................................................................15

Glosarium....................................................................................................................................15
Daftar Pustaka............................................................................................................................16

2
A. TUJUAN PENYUSUNAN HANDOUT
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta didik diharapkan mampu
memahami tentang pencatatan penghapusan piutang menggunakan metode langsung
maupun metode penyisihan. Penguasaan materi ini diharapkan dapat memberi bekal
peserta didik untuk dapat mencatat segala bentuk transaksi piutang.

B. ELEMEN
Akuntansi Keuangan (Penghapusan Piutang Metode Langsung dan Metode
Penyisihan)

C. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Pada akhir Fase F peserta didik mampu mengelola kartu piutang, kartu utang,
dan kartu persediaan, serta memproses dokumen dana kas kecil dan dokumen dana
kas di bank.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN YANG AKAN DICAPAI

AkKeu.13 Peserta didik mampu memahami perbedaan pencatatan penghapusan


piutang metode langsung dan penyisihan.
AkKeu.14 Peserta didik mampu melakukan pencatatan penghapusan piutang
dengan menggunakan metode langsung berdasarkan permasalahan
kontekstual dengan tepat.
AkKeu.15 Peserta didik mampu melakukan pencatatan penghapusan piutang
dengan menggunakan metode penyisihan berdasarkan permasalahan
kontekstual dengan tepat.

3
PIUTANG

A. Pengertian dan Klasifikasi Piutang


Dalam arti luas, piutang adalah semua hak terhadap pihak lain atas uang,
barang, diharapkan dapat terpenuhi dengan penerimaan kas" (Smith-Skousen 1984).
Piutang perusahaan bisa timbul karena berbagai macam transaksi, tetapi pada
umumnya piutang berasal (timbul) dari aktivitas usaha perusahaan, yaitu penjualan
barang atau jasa kepada pelanggan dengan pembayaran kredit. Menurut sumber
terjadinya, piutang digolongkan dalam dua katagori yaitu piutang usaha dan piutang
lain-lain (PSAK).
1. Piutang usaha (accounts receivable)
Piutang usaha adalah piutang yang timbul karena penjualan produk atau jasa
dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha dibedakan
menjadi:
a. Piutang usaha yang tidak didukung dengan bukti formal dalam bentuk
perjanjian tertulis, sering disebut "piutang dagang". Perjanjian kredit antara
penjual dan pembeli merupakan persetujuan informal seperti faktur dan surat
bukti penerimaan barang. Jatuh tempo pembayaran piutang dagang, biasanya
antara tiga puluh sampai sembilan puluh hari setelah tanggal faktur. Karena
piutang dagang umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun maka
piutang ini dilaporkan sebagai aktiva lancar.
b. Piutang usaha yang didukung dengan bukti formal dalam bentuk surat wesel
atau promes, disebut piutang wesel atau wesel tagih (notes receivable).
"Piutang yang diperkuat dengan promes disebut wesel" (PSAK).
Piutang wesel adalah piutang berupa perjanjian tertulis dari debitur
kepada kreditor untuk membaya sejumlah uang yang tercantum dalam surat
perjanjian tersebut pada waktu tertentu di masa yang akan datang. Umumnya
jangka wesel berjangka tersebut lebih dari 60 hari, apabila piutang wesel
berjangka waktu kurang dari satu tahun maka dilaporkan dalam neraca sebagai
aktiva lancar, sedangkan untuk piutang wesel lebih dari satu tahun
diberlakukan sebagai piutang jangka panjang.

2. Piutang Lain-Lain
Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul bukan karena transaksi usaha.
Biasanya didukung dengan perjanjian formal. Piutang lain-lain Terdiri atas
macam-macam tagihan yang tidak termasuk dalam piutang dagang maupun
piutang wesel. Contoh piutang yang termasuk dalam piutang lain, di antaranya: a.
Uang muka pembelian, yaitu pembayaran atas pembelian barang dan barang
tersebut belum sampai kepada kita. b. Piutang kepada pegawai, biasanya ada
beberapa perusahaan yang membayar gaji karyawan di awal bulan, pembayaran
gaji di awal bulan sebelum karyawan bekerja dianggap sebagai piutang. c. Piutang

4
kepada anak perusahaan. d. Piutang dividen, kadang kala
perusahaanmenginvestasikan dananya di perusahaan lain dalam bentuk saham.
Keuntungan kepemilikan saham yang berupa dividen tidak serta-merta langsung
dibagikan setiap akhir tahun. Maka selama dividen itu belum dibagikan tetap
dianggap sebaga piutang. e. Tagihan terhadap langganan untuk pengembalian
tempat barang.

B. Penghapusan Piutang
Piutang dihapuskan berdasarkan keputusan pejabat perusahaan yang
mempunyai kewenangan, setelah dinyatakan tidak mungkin dapat ditagih. Misalnya
debitor yang telah lama menunggak dan tidak diketahui lagi tempat tinggalnya atau
debitor yang dinyatakan tuh pailit (bangkrut) sehingga tidak dapat memenuhi
kewajibannya. Penghapusan piutang merupakan kerugian atau terjadinya beban.
Perlakuan terhadap kerugian karena piutang yang tidak dapat ditagih, bergantung
pada metode penghapusan piutang yang digunakan perusahaan. Ada dua metode
penghapusan piutang, yaitu metode penghapusan langsung dan metode penyisihan.

C. Penghapusan Metode Langsung


Metode langsung, yaitu metode pencatatan kerugian piutang yang langsung
mengurangi jumlah piutang yang bersangkutan. Dalam penerapan Metode
Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method), kerugian akibat piutang yang
tidak dapat ditagih, dicatat sebagai beban pada periode terjadinya penghapusan
piutang. Misalnya suatu piutang dihapuskan bulan Juli 2014, dicatat sebagai beban
periode 2014. Penerapan metode langsung memungkinkan adanya beban
penghapusan piutang yang tidak relevan dengan periode terjadinya piutang. Misalnya
piutang yang terjadi pada tahun 2014, dihapuskan pada tahun 2015 sehingga menjadi
kerugian periode tahun 2015. Disamping itu, piutang dalam neraca tidak
menggambarkan jumlah bruto piutang dan taksiran piutang yang tidak dapat ditagih.
1. Pencatatan Transaksi Penghapusan Piutang
Kerugian karena piutang yang tak tertagih dicatat ke dalam akun beban
piutang tak tertagih atau beban piutang sangsi (doubtful account expense). Dalam
penerapan metode langsung, transaksi penghapusan piutang dicatat dengan jurnal
debit akun Beban piutang tak tertagih dan kredit akun Piutang dagang (accounts
receivable). Dalam kartu piutang debitor yang bersangkutan dicatat sebagai mutasi
kredit.
Sebagai contoh, pada tanggal 10 Februari 2014, PD SARINA menghapuskan
piutang pada toko MURNI sebesar Rp. 1.150.000, karena yang bersangkutan jatuh
pailit. Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal umum sebagai berikut.

Feb 10 Beban Piutang Tak Tertagih (D) Rp. 1.150.000

Piutang Dagang (K) Rp. 1.150.000

5
Pada akhir periode tahun 2014, saldo akun Beban piutang tak tertagih dipindahkan
ke dalam akun Ikhtisar laba rugi. Artinya diperlakukan sebagai kerugian periode
akuntansi tahun 2014, terlepas dari periode terjadinya piutang yang bersangkutan.

2. Pencatatan Penerimaan Piutang yang Telah Dihapuskan


Adakalanya setelah piutang dihapuskan ternyata debitor yang bersangkutan
datang dan menyatakan kesanggupan untuk membayar. Dalam hal demikian,
piutang yang telah dihapuskan harus dimunculkan kembali dalam catatan, yaitu
dengan mendebit akun piutang dagang dan kredit akun beban piutang tak tertagih.
Dalam kartu piutang, dicatat sebagai mutasi debit.
Sebagai ilustrasi, merujuk pada contoh di atas. Misalkan pada tanggal 15 April
2014, toko MURNI datang dan menyatakan kesanggupan untuk melunasi
utangnya. Pada tanggal 20 April 2014, PD SARINA menerima pembayaran dari
toko MURNI sebesar Rp1.150.000.
Catatan jurnal yang harus dibuat PD SARINA atas peristiwa dan transaksi di
atas adalah sebagai berikut.
1) Mencatat kembali piutang yang telah dihapuskan pada tanggal 10 Februari
2014, yaitu dengan jurnal: (dibuat dalam buku jurnal umum)

Piutang Dagang (D) Rp. 1.150.000


Beban Piutang Tak Tertagih (K) Rp. 1.150.000

2) Mencatat penerimaan piutang pada tanggal 20 April 2014 sebesar


Rp1.150.000, yaitu dengan jurnal: (dibuat dalam buku jurnal penerimaan kas)

Kas (D) Rp. 1.150.000


Piutang Dagang (K) Rp. 1.150.000

D. Penghapusan Metode Penyisihan


Dalam penerapan Metode Penyisihan (Allowance Method), kerugian piutang
yang menjadi beban suatu periode akuntansi dihubungkan dengan piutang yang terjadi
dalam periode yang bersangkutan. Besaran kerugian piutang ditetapkan berdasarkan
taksiran besarnya piutang yang tidak dapat ditagih. Taksiran kerugian piutang diakui
(dicatat) pada tiap akhir periode. Artinya, bukan pada saat terjadi penghapusan
piutang.
1. Pencatatan Beban Piutang Tak Tertagih
Pada tiap akhir periode, besarnya piutang yang ditaksir tidak dapat diterima
pembayarannya, dicatat dalam jurnal umum dengan mendebit akun Beban piutang
tak tertagih (doubtful accounts expense) dan kredit akun Penyisihan piutang tak
tertagih (allowance for doubtful accounts). Sebagai ilustrasi, berikut contoh
pencatatan taksiran kerugian piutang.
Dalam buku besar PD SARINA tanggal 31 Desember 2014, saldo akun
piutang dagang Rp225.000.000 Dari jumlah tersebut, ditaksir tidak dapat diterima
pembayarannya sebesar 3%, atau 3% x Rp225.000.000 = Rp6.750.000. Jumlah

6
tersebut diakui sebagai kerugian (beban) piutang tak tertagih periode tahun 2014.
Pada tanggal 31 Desember 2014, dibuat jurnal (penyesuaian piutang), sebagai
berikut.

Des 31 Beban Piutang Tak Tertagih (D) Rp. 6.750.000


Penyisihan Piutang Tak Tertagih (K) Rp. 6.750.000

Pada contoh di atas, tampak bahwa walaupun belum terjadi penghapusan


piutang taksiran kerugian dari piutang yang terjadi pada periode 2014 sudah
diakui sebagai beban tahun 2014, sehingga pengakuan kerugian piutang relevan
dengan periode terjadinya piutang. Saldo akun Beban piutang tak tertagih, pada
akhir periode dipindahkan ke dalam akun Ikhtisar laba rugi. Sementara akun
Penyisihan piutang tak tertagih merupakan akun neraca, saldo akun tersebut dalam
neraca diperlakukan sebagai pengurang akun piutang dagang.

2. Pencatatan Transaksi Penghapusan Piutang


Berdasarkan data neraca pada contoh di atas, akun Penyisihan piutang tak
tertagih pada tanggal 1 Januari 2015, menunjukkan saldo kredit sebesar Rp.
6.750.000. Akun tersebut didebit setiap terjadi transaksi penghapusan piutang.
Artinya, kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih dibebankan pada akun
Penyisihan piutang tak tertagih, sehingga piutang yang dihapuskan dalam tahun
2015 tidak menjadi beban (kerugian) tahun 2015.
Sebagai ilustrasi, pada tanggal 12 Maret 2015 PD SARINA menghapuskan
piutang pada toko BARU sebesar Rp750.000,00 karena debitor yang bersangkutan
jatuh pailit (bangkrut). Transaksi tersebut dicatat dalam buku jurnal umum sebagai
berikut.

Mar 12 Penyisihan Piutang Tak Tertagih (D) Rp. 750.000


Piutang Dagang (K) Rp. 750.000
Setelah pos jurnal di atas dipindahbukukan, akun Penyisihan piutang tak tertagih
dalam buku besar pada tanggal 12 Maret 2015, akan tampak seperti dibawah ini.
Akun: Peyisihan Piutang Tak Tertagih

Saldo
Tgl. Keterangan Ref Debit Kredit
Debit Kredit

Jan 1 Saldo Rp. 6.750.000

Mar 12 Posting JU Rp. 750.000 Rp. 6.000.000

Saldo akun Penyisihan piutang tak tertagih di atas, berkurang sebesar piutang
yang dihapuskan. Saldo akun Penyisihan piutang tak tertagih akan berkurang

7
setiap terjadi transaksi penghapusan piutang, sehingga pada akhir periode akun
tersebut bisa bersaldo debit, bisa juga bersaldo kredit. Saldo debit menunjukkan
piutang yang dihapuskan lebih besar daripada penyisihan piutang tak tertagih yang
disediakan. Saldo kredit menunjukkan piutang yang dihapuskan lebih kecil
daripada penyisihan yang disediakan.
Setelah piutang pada toko BARU dihapuskan, kartu piutang toko BARU akan
tampak seperti di bawah ini.

Nama : Toko BARU


Kartu Piutang
No. Kartu Piutang : 045

No. Mutasi
Tgl Keterangan Saldo
Bukti Debit Kredit

Mar 1 - Saldo awal - - Rp. 750.000


Bulan

Mar 12 BM-08 Dihapuskan Rp. 750.000 -

3. Penentuan Jumlah Taksiran Kerugian Piutang


Dalam penerapan metode penyisihan, kerugian piutang ditetapkan pada tiap
akhir periode berdasarkan taksiran besarnya piutang yang tidak dapat diterima
pembayarannya. Taksiran jumlah kerugian piutang dapat ditetapkan sebagai
berikut.
1) Menggunakan pendekatan laba rugi (income statement approach).
Taksiran jumlah kerugian piutang dalam suatu periode, ditentukan
berdasarkan jumlah penjualan kredit dalam periode yang bersangkutan.
Artinya, taksiran kerugian dari piutang tak tertagih dikaitkan dengan
penghasilan dalam periode yang sama.
2) Menggunakan pendekatan neraca (balance sheet approach).
Taksiran jumlah kerugian piutang, ditentukan berdasarkan saldo
piutang pada akhir periode yang diinformasikan dalam neraca. Dalam
pelaksanaannya, dapat dilakukan dengan menetapkan suatu persentase tertentu
dari saldo piutang pada akhir periode, atau dengan cara menetapkan suatu
persentase tertentu dari tiap kelompok piutang, yang ditetapkan berdasarkan
analisis usia piutang (aging receivables). Cara yang terakhir ini disebut aging
method.
a. Penentuan Taksiran Kerugian Piutang Berdasarkan Jumlah Penjualan Taksiran
kerugian (beban) piutang tak tertagih untuk suatuperiode, ditentukan
berdasarkan jumlah penjualan kredit dalam periode yang bersangkutan.
Namun dalam perusahaan yang pada umumnya melakukan penjualan dengan

8
pembayaran kredit, jumlah penjualan tunai dipandang tidak cukup berarti.
Adakalanya untuk memudahkan penghitungan jumlah penjualan, taksiran
besarnya kerugian piutang ditentukan berdasarkan total penjualan.
Taksiran besarnya kerugian piutang, dihitung dengan cara mengalikan
suatu persentase tertentu dengan total penjualan. Penetapan besarnya
persentase taksiran kerugian piutang, biasanya berdasarkan pengalaman pada
periode-periode yang lalu, yaitu dengan membandingkan antara kerugian
piutang yang sebenarnya terjadi dan total penjualan pada periode yang
bersangkutan. Sebagai ilustrasi, dalam buku besar PD TIARA pada tanggal 31
Desember 2014, antara lain terdapat akun dengan saldo sebagai berikut.
 Piutang Dagang Rp. 175.000.000
 Penyisihan Piutang Tak Tertagih, Saldo Kredit Rp. 1.200.000
 Penjualan .Rp. 985.000.000

Taksiran kerugian piutang ditetapkan sebesar 0,5% dari total penjualan.

Smith-Skousen (1984) menyebutkan "Jika basis penjualan digunakan


dalam perhitungan beban periodik piutang sangsi, saldo yang ada dalam
perkiraan penyisihan hasil dari beban-beban periode yang lalu tidak
diperhatikan". Dengan demikian, berdasarkan hitungan data di atas, besarnya
taksiran kerugian piutang yang menjadi beban tahun 2014 adalah 0,5%
Rp.985.000.000 X = Rp.4.925.000, dengan tidak memperhatikan saldo akun
Penyisihan kerugian piutang pada tanggal 31 Desember 2014 (kredit
Rp1.200.000). Jurnal penyesuaian yang dibuat pada tanggal 31 Desember
2014, sebagai berikut.

Des 31 Beban Piutang Tak Tertagih (D) Rp. 4.925.000

Penyisihan Piutang Tak Tertagih (K) Rp. 4.925.000

Setelah posting data jurnal di atas ke buku besar, akun Penyisihan piutang
tak tertagih pada tanggal 31 Desember 2014, tampak sepert, di bawah ini.
Akun: Peyisihan Piutang Tak Tertagih

Saldo
Tgl. Keterangan Ref Debit Kredit
Debit Kredit

Des 31 Saldo Rp. 1.200.000

Des 31 Penyesuaian JU Rp. 4.925.000 Rp. 6.125.000

Saldo kredit Rp. 6.125.000,00 akun Penyisihan piutang tak tertagih di


atas, diinformasikan dalam neraca 31 Desember 2014 sebagai pengurang

9
piutang. Selanjutnya menjadi saldo akun Penyisihan kerugian piutang pada
tanggal 1 Januari 2015. Saldo akun tersebut, berkurang dengan jumlah piutang
yang dihapuskan dalam tahun 2015.

b. Penentuan Taksiran Kerugian Piutang Berdasarkan Saldo Piutang


Taksiran besarnya kerugian piutang, dihitung dengan cara mengalikan
suatu persentase tertentu dengan saldo piutang pada akhir periode. Jumlah
hasil perkalian tersebut, merupakan jumlah penyisihan yang harus disediakan.
Artinya, jika akun Penyisihan piutang tak tertagih pada akhir periode berjalan
masih mempunyai saldo maka saldo yang bersangkutan harus diperhitungkan.
Sebagai ilustrasi, berikut contoh penghitungan beban piutang tak tertagih
apabila taksiran kerugian piutang ditetapkan berdasarkan saldo piutang pada
akhir periode. Dalam buku besar PD SARINA pada tanggal 31 Desember
2014, antara lain terdapat akun-akun dengan saldo sebagai berikut.
 Piutang Dagang Rp. 180.000.000
 Penyisihan Piutang Tak Tertagih, Saldo Kredit Rp. 900.000

Taksiran kerugian piutang tak tertagih ditetapkan sebesar 3% dari piutang per
tanggal 31 Desember 2014.

Berdasarkan data di atas, taksiran beban piutang tak tertagih untuk periode
tahun 2014 dihitung sebagai berikut.

Taksiran kerugian piutang tak tertagih, 3% x Rp 180.000.000.= Rp. 5.400.000


Saldo kredit akun Penyisihan piutang tak tertagih (penyisihan yang masih
tersedia) = (Rp. 900.000)

Taksiran kerugian piutang tak tertagih yang menjadi beban tahun 2014 = Rp.
4.500.000

Berdasarkan data diatas, jurnal penyesuaian yang dibuat tanggal 31 Desember


2014 sebagai berikut.

Des 31 Beban Piutang Tak Tertagih (D) Rp. 4.500.000

Penyisihan Piutang Tak Tertagih (K) Rp. 4.500.000

Dalam Buku Besar setelah penyesuaian, akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih
akan tampak seperti dibawah ini.
Akun: Peyisihan Piutang Tak Tertagih

Saldo
Tgl. Keterangan Ref Debit Kredit
Debit Kredit

Des 31 Saldo Rp. 900.000

10
Des 31 Penyesuaian JU Rp. 4.500.000 Rp. 5.400.000

Setelah penyesuaian 31 Desember 2014, akun di atas menunjukkan


saldo Rp. 5.400.000, sama dengan taksiran kerugian piutang yang ditetapkan,
yaitu sebesar 3% dari saldo piutang 31 Desember 2014. Saldo akun penyisihan
piutang tak tertagih Rp5.400.000, diinformasikan dalam neraca 31 Desember
2014 sebagai pengurang akun piutang. Selanjutnya menjadi saldo akun
Penyisihan piutang tak tertagih awal periode tahun 2015.
Apabila akun Penyisihan piutang tak tertagih pada akhir periode
bersaldo debit, artinya jumlah penyisihan yang disediakan tahun lalu, lebih
kecil daripada jumlah piutang yang dihapuskan. Kekurangannya diakui
sebagai beban periode berjalan, diperlakukan sebagai penambah jumlah
taksiran kerugian piutang periode yang bersangkutan. Sebagai ilustrasi, pada
tanggal 31 Desember 2014, dalam buku besar PD PUTRI antara lain terdapat
akun dengan saldo sebagai berikut.
 Piutang Dagang Rp. 175.000.000
 Penyisihan Piutang Tak Tertagih, Saldo Kredit Rp. 1.200.00

Taksiran kerugian piutang tak tertagih, ditetapkan 2% dari piutang per tanggal
31 Desember 2014. Berdasarkan data tersebut, beban piutang tak tertagih
tahun 2014 dihitung sebagai berikut.

Taksiran kerugian piutang tak tertagih, 2% x Rp175.000.000= Rp. 3.500.000

Saldo debit akun Penyisihan piutang tak tertagih (kekurangan penyisihan


tahun lalu) Rp. 1.200.000

Beban piutang tak tertagih tahun 2014.Rp. 4.700.000 Dari hasil perhitungan
diatas, jurnal penyesuaian yang dibuat tanggal 31 Desember 2014 sebagai
berikut.

Des 31 Beban Piutang Tak Tertagih (D) Rp. 4.700.000

Penyisihan Piutang Tak Tertagih (K) Rp. 4.700.000

Dalam Buku Besar setelah penyesuaian, akun Penyisihan Piutang Tak


Tertagih akan tampak seperti dibawah ini.
Akun: Peyisihan Piutang Tak Tertagih

Saldo
Tgl. Keterangan Ref Debit Kredit
Debit Kredit

Des 31 Saldo Rp. 1.200.000

11
Des 31 Penyesuaian JU Rp. 4.700.000 Rp. 3.500.000

c. Penentuan Taksiran Kerugian Piutang Berdasarkan Analisis Usia Piutang


Penerapan metode ini pada dasarnya sama dengan cara penentuan
taksiran kerugian piutang berdasarkan saldo piutang akhir periode.
Perbedaannya terletak pada penentuan persentase taksiran kerugian piutang
yang ditetapkan untuk tiap kelompok piutang. Dalam metode ini, piutang
dikelompokkan berdasarkan usia masing-masing. Sebagai ilustrasi, misalkan
dalam buku besar PD CARISA tanggal 31 Desember 2014, akun Piutang dan
Penyisihan piutang tak tertagih menunjukkan data sebagai berikut.
 Piutang Dagang Rp. 154.500.000
 Penyisihan Piutang Tak Tertagih, Saldo Kredit Rp. 1.100.00
Taksiran kerugian piutang ditentukan berdasarkan analisis usia piutang.
Persentase taksiran kerugian untuk masing-masing kelompok piutang
ditetapkan sebagai berikut.

KELOMPOK PIUTANG PRESENTASE KERUGIAN

Belum jatuh tempo 1%

Lewat jatuh tempo 1-30 hari 4%

Lewat jatuh tempo 31-60 hari 8%

Lewat jatuh tempo 61-90 hari 15%

Lewat jatuh tempo 91-180 hari 25%

Lewat jatuh tempo 181-365 hari 50%

Lewat jatuh tempo diatas 365 hari 80%

Dari analisis usia piutang pada tanggal 31 Desember 2014, diperoleh data
sebagai berikut.

12
PD CARISA

DAFTAR USIA PIUTANG PER 31 DESEMBER 2014 (Dalam Rupiah)

Belum Lewat Jatuh Tempo (dalam Hari)


Nama Saldo
No Jatuh Diatas
Debitur Piutang 1-30 31-60 61-90 91-180 181-365
Tempo 365

1 Arri & Co 18.500.000 14.500.000 3.000.000 1.000.000 - - - -

2 Icca & Co 13.500.000 - 13.500.000 - - - - -

3 PD PURA 9.125.000 9.125.000 - - - - - -

4 PD YUAN 6.625.000 - 4.000.000 2.625.000 - - - -

5 CV ARIES 3.250.000 - - - - - 3.250.000 -

6 PD EXIS 5.750.000 - 3.000.000 2.000.000 750.000 - - -

7 Rina & Co 4.325.000 - - - 3.000.000 1.325.000 - -

8 PD CILIK 15.750.000 8.750.000 4.000.000 3.000.000 - - - -

9 Toko NITA 10.875.000 7.875.000 3.000.000 - - - - -

10 PD HANS 1.800.000 - - - - - - 1.800.000

11 Gatot & Co 13.250.000 8.250.000 3.750.000 1.250.000 - - - -

12 PD SINAR 18.250.000 10.000.000 8.250.000 - - - - -

13 PD LARAS 15.000.000 12.000.000 3.000.000 - - - - -

14 Budi & Co 16.000.000 12.000.000 3.000.000 1.000.000 - - - -

15 Hady & Co 2.500.000 - - - 2.500.000 - - -

Jumlah 154.500.000 82.500.000 48.500.000 10.875.000 6.250.000 1.325.000 3.250.000 1.800.000

13
d. Berdasarkan data diatas, beban piutang tak tertagih tahun 2014 dihitung
sebagai berikut. Besarnya taksiran kerugian piutang:
Rp. 82.500.000 x 1% = Rp. 825.000
Rp. 48.500.000 x 4% = Rp. 1.940.000
Rp. 10.875.000 x 8% = Rp. 870.000
Rp. 6.250.000 x 15% = Rp. 937.500
Rp. 1.325.000 x 25% = Rp. 331.250
Rp. 3.250.000 x 50% = Rp. 1.625.000
Rp. 1.800.000 x 80% = Rp. 1.440.000
Jumlah Taksiran Kerugian Piutang = Rp. 7.968.750

Saldo kredit akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih 31 Desember 2014 = Rp.
1.100.000
Beban Piutang Tak Tertagih tahun 2014 = Rp. 6.868.750
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, jurnal penyesuaian yang harus
dibuat pada tanggal 31 Desember 2014, sebagai berikut.

Des 31 Beban Piutang Tak Tertagih (D) Rp. 6.868.750


Penyisihan Piutang Tak Tertagih (K) Rp. 6.868.750

14
RANGKUMAN

Piutang adalah semua hak terhadap pihak lain atas uang, barang, diharapkan dapat
terpenuhi dengan penerimaan kas. Piutang perusahaan bisa timbul karena berbagai macam
transaksi, tetapi umumnya timbul dari aktivitas penjualan barang atau jasa dengan
pembayaran kredit. Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua katagori
yaitu piutang usaha dan piutang lain- lain.

Piutang bisa dihapuskan berdasarkan keputusan pejabat perusahaan. Penghapusan


piutang merupakan kerugian atau terjadinya beban. Perlakuan terhadap kerugian karena
piutang yang tidak dapat ditagih, bergantung pada metode penghapusan piutang yang
digunakan perusahaan. Ada dua metode penghapusan piutang, yaitu metode penghapusan
langsung dan metode penyisihan.

Metode langsung, yaitu metode pencatatan kerugian piutang yang langsung


mengurangi jumlah piutang yang bersangkutan. Dalam penerapan Metode Penghapusan
Langsung (Direct Write-Off Method), kerugian akibat piutang yang tidak dapat ditagih,
dicatat sebagai beban pada periode terjadinya penghapusan piutang.

Dalam penerapan Metode Penyisihan (Allowance Method), kerugian piutang yang


menjadi beban suatu periode akuntansi dihubungkan dengan piutang yang terjadi dalam
periode yang bersangkutan. Besaran kerugian piutang ditetapkan berdasarkan taksiran
besarnya piutang yang tidak dapat ditagih. Taksiran kerugian piutang diakui (dicatat) pada
tiap akhir periode.

GLOSARIUM

Piutang: Hak perusahaan atau individu atas sejumlah uang dari transaksi penjualan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chanifah, U. (2020). Akuntansi Keuangan Untuk SMK/MAK Kelas XII, Bidang Keahlian:
Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian: Akuntansi dan Keuangan, Kompetensi Keahlian
Akuntansi dan Keuangan Lembaga. CV Putra Nugraha.

Somantri, H. (2016). Akuntansi Keuangan Untuk SMK/MAK Kelas 11 Bidang Keahlian


Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Keuangan. CV Armico.

Widayati, W. (2019). Akuntansi Keuangan. CV Putra Nugraha.

16

Anda mungkin juga menyukai