Arti dan Tujuan Rekayasa Ulang Proses Bisnis ( Business Process Reengineering )
Rekayasa ulang proses bisnis adalah proses berpikir kembali (rethinking) dan proses
perancangan kembali (redesign) secara mendasar (fundamental) untuk memperoleh perbaikan
yang memuaskan atas kinerja perusahaan yang mencakup cost, quality, delivery, service, and
speed dengan pengukuran yang teliti atau kontemporer.
Ada beberapa tujuan dari BPRE/ Rekaya ulang proses bisnis antara lain :
1. Perbaikan proses untuk meningktkan kepuasan total baik bagi pelanggan internal
maupun pelanggan eksternal
2. Meningktkan kepuasan atas barang atau jasa sehingga pelanggan akan memilih
barang atau jasa perusahaan daripada perusahaan pesaing
3. Membuat lebih mudah dan menyenangkan bagi pelanggan untuk melakukan bisnis
dengan perusahaan
4. Memutuskan batasan organisasional, membawa pelanggan kepada saluran informasi
melalui komunikasi, jaringan dan teknologi komputer
5. Mempercepat waktu respon kepada pelanggan, mengeleminasi kesalahan dan ketidak
puasan, serta mengurangi pengembangan barang atau jasa dalam waktu siklus pabrik
6. Memperbaiki kualitas kerja dan kemampuan individu dalam memberikan kontribusi
pada perusahaan dan
7. Memperbaiki pembagian dan kegunaan pengetahuan organisasi sehingga organisasi
tidak tergantung pada keahlian beberapa orang saja.
Prinsip dan Tahapan Rekayasa Ulang Proses Bisnis. Adapun beberapa landasan prinsip
rekayasa ulang proses bisnis, yang terdiri atas:
1. Mengorganisasikan hasil dari seluruh langkah dalam proses, bukan satu langkah saja
2. Orang yang mengusulkan disain proses baru tersebut harus bisa melakukannya
dengan tepat
3. Pekerjaan dalam memproses inromasi diusahakan menjadi kerja nyata yang
menghasilkan informasi akurat yang dibutuhkan
4. Sumbersumber produksi yang letaknya menyebar harus dibuat agar seolaholah
disentralisasikan
Tahapan dasar dalam rekayasa ulang proses bisnis terdiri dari 3R, yaitu:
1. Rethink, Memikirkan kembali tujuan yang akan dicapai saat sekarang dengan asumsi
yang diperlukan untuk menentukan apakah tujuan tersebut masih bisa digunakan pada
komitmen yang baru untuk memenuhi kepuasan pelanggan di waktu yang akan
datang.
2. Redesign, Mencakup analisis tentang cara organisasi dalam pemproduksi barang atay
jasa, bagaimana struktur kerjanya, siapa yang menyelesaikan suatu tugas tertentu dan
apa hasil yang dicapai dari masingmasing prosedur tersebut.
3. Retool, Mencakup evaluasi tentang keuntungan atau manfaat yang diperoleh dari
teknologi mutakhir yang digunakan khususnya pada electronic word and data
processing system untuk menentukan kemungkinan merubah teknologi tersebut agar
kualitas meningkat
Apabila perusahaan telah menentukan bahwa suatu proses tidak efektif dan efisien maka
perusahaan harus merancang kembali proses baru dengan langkahlangkah sebagai berikut:
Menurut Manganelli dan Klein (1994 : 30) metodologi rekayasa ulang proses bisnis
meliputi lima tahap, yaitu :
1. Persiapan. Tahap ini dimulai dengan pengembangan dari persetujuan bersama yang
telah disepakati oleh eksekutif pada terobosan tujuan dan sasaran, yang mewakili
maksud untuk keberadaan organisasi serta proyek rekayasa ulang. Persiapan
membentuk hubungan yang utama antara tujuan bisnis dan kinerja proses rekayasa
ulang, dan mendefinisikan parameter proyek yang menyangkut jadwal, biaya, resiko
dan perubahan organisasional. Pada tahap ini, teknik manajemen
mengidentifikasikan : penetapan tujuan, fasilitasi, kelompok membangun, motivasi,
manajemen perubahan, taksiran sendiri, taksiran lingkungan dan manajemen proyek.
2. Identifikasi. Tahap ini mengembangkan model bisnis yang berorientasi pelanggan,
mengidentifikasi proses strategi nilai tambah, dan peta organisasi, sumber daya dan
volume untuk proses yang spesifik dan prioritas, serta merekomendasikan proses
spesifik sebagai akibat target rekayasa ulang yang tertinggi
3. Visi. Melihat peluang terobosan bisnis, analisis dan struktur sebagai visi dari
perubahan radikal
4. Pemecahan. Tahap ini dibagi dua, yaitu : (a) Rancangan Teknis: Tujuan tahap ini
adalah untuk menetapkan dimensi teknis dari proses yang baru. (b) Rancangan Sosial:
Tujuannya untuk menetapkan dimensi social proses bisnis yang baru.
5. Transformasi. Tahap ini bertujuan untuk mewujudkan visi proses rekayasa ulang.
Tahap ini adalah tahap akhir untuk melakukan implementasi pada perencanaan proses.
Teknik manajemen yang digunakan adalah proses model, informasi teknik mesin,
acuan keahlian, kelompok membangun, perbaikan terusmenerus, pengukuran kinerja,
manajemen perubahan, manajemen proyek dan fasilitasi.
Six Sigma
Secara umum ada 2 buah konsep dasar dari six sigma, yaitu :
Six sigma dapat diartikan sebagai suatu proses yang mempunyai defect opportunity atau
kemungkinan cacat sebanyak 3,4 buah dalam satu juta produk atau jasa. Untuk mencapai
target angka tersebut maka ada beberapa rangkain aktivitas six sigma yang perlu dilakukan,
misalnya :
a. Memahami dan mendefinsikan suatu proses design, manufacturing dan service secara
jelas.
b. Aplikasi untuk six sigma statistic tools dan proses.
c. Mengidentifikasikan faktor penyebab defect.
d. Analisa dan improvement (perbaikan).
e. Melalui penurunan defect ratio akan meningkatkan yield dan total kepuasan
pelanggan.
f. Management innovation tool memberikan kontribusi terhadap management out put.
Sig sixma merupakan suatu tool yang lengkap yang dapat dipergunakan dan diaplikasikan
pada bidang design, manufaktur, Sales, Service, dll. Six sigma dapat membantu kita dalam
meraih keuntungan pada suatu persaingan. Bila kita dapat memperbaiki sigma level pada
proses kita, berarti kualitas produk akan lebih baik dan biaya-biaya yang tidak perlu akan
berkurang sehingga kita dapat memenuhi kepuasan customer.