AKUNTANSI PERPAJAKAN
Drs. Syamsu Alam, M.Si., Ak.
REFERENSI
1. Akuntansi Pajak, Edisi Revisi, Shopar Lombanturuan, Gramedia Widia
Sarana Jakarta.
2. Akuntansi Pajak, Edisi Pertama, Pardiat, Mitra Wacana Media, Jakarta.
3. Akuntansi Perpajakan, Sukrisno Agus & Estralita Trisnawati, Salemba
Empat.
4. Akuntansi Pajak Penghasilan Rekonsiliasi Fiskal, Fiskal, Pusdiklat
Perpajakan.
Nomor urut;
nama barang/jasa;
kuantum;
nomor urut;
nama barang/jasa;
kuantum;
kepada PKP;
Saat dan tempat terutangnya PPN sangat renting dalam pemungutan pajak.
Karena itu, ketentuan peraturan undang-undang perpajakan menetapkan saat
dan tempat terutangnya PPN. Penentuan saat dan tempat terutangnya PPN juga
sangat diperlukan dalam akuntansi. Pada prinsipnya PPN dipungut berdasarkan
dua prinsip dasar, yaitu prinsip akrual dan prinsip kas.
1. Prinsip Akrual
Dalam prinsip akrual PPN terutang pada saat penyerahan barang, jasa,
atau impor barang, meskipun atas penyerahan tersebut belum atau belum
sepenuhnya diterima pembayarannya. Hal ini diatur dalam Pasal 11 Ayat (I) UU
PPN 1984.
2. Prinsip Kas
Dalam prinsip kas PPN terutang pada saat penerimaan pembayaran, dalam
hal pembayaran diterima sebelum penyerahan barang atau jasa. Hal ini diatur
dalam Pasal 11 Ayat (2) UU PPN 1984. Atas dasar hal tersebut, faktur pajak
harus dibuat pada saat penyerahan barang atau pada saat pembayaran diterima
sebelum penyerahan barang atau jasa dilakukan. Sesuai dengan ketentuan yang
terakhir (Kep. Menteri Keuangan No.1117/KMK.04/1989), faktur pajak harus
dibuat selambat-lambatnya pada saat penerimaan pembayaran. Dalam hal
pembayaran diterima setelah penyerahan, faktur pajak dibuat pada akhir bulan
berikutnya setelah penyerahan barang. Jadi, pembuatan faktur pajak dapat
ditunda sampai akhir bulan berikutnya. Meskipun demikian, prinsip akrual masih
tetap berlaku dalam ketentuan ini.
Ada dua cara pembukuan PPN dalam akumansi yaitu metode faktur dan
metode kas. Dalam metode yang pertama, PPN terhutang dicatat pada saat
faktur dikeluarkan. Faktur pajak dibuat pada saat pembayaran atau pada saat
penyerahan. Karena itu, metode faktur dipakai oleh Pengusaha Kena Pajak yang
telah dikukuhkan, sedangkan dalam metode kas, PPN dicatat pada saat
penerimaan pembayaran. Pencatatan tidak tergantung pada pembuatan faktur.
Dengan demikian, metode kas digunakan dalam perusahaan yang tidak
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
C. Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang
Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya
menentukan tempat
barang
yang
PPN-nya
dapat
dikreditkan
masih
dapat
2. Pembellan barang dari pengeluaran biaya lain yang tidak mempunyai hubungan langsung
dengan proses menghasilkan Barang Kena Pajak atau jasa kena pajak.
3. Pembelian dari pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, stasion wagon, van dari
kombi, kecuali untuk barang dagangan atau digunakan secara langsung sesuai dengan bidang
usahanya.
4. Pembelian yangsifatnya untuk kepentingan pribadi pemiliki pemegang saham, Direktur,
Komisaris, dari karyawan.
5. Penyerahan yang Pajak Keluarannya ditanggung Pemerintah kecuali ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan.
6. Perolehan BKP/JKP yang PPN-nya ditanggung oleh Pemerintah.
7. Faktur Pajaknya fiktif.
8. Pajak Masukan yang menggunakan Faktur Pajak Sederhana.
Berikut ini akan diuraikan prosedur pembukuan pembelian barang yang
PPN -nya dapat dikreditkan qan yang tidak dapat dikreditkan. Penjelasan
prosedur pembukuan akan diberikan dengan contoh untuk transaksi sebagai
berikut.
1. Pembelian barang/persediaan yang PPN-nya dapat dikreditkan.
2. Pembelian barang modal yang PPN-nya dapat dikreditkan.
3. Pembelian barang/persediaan yang PPN-nya tidak dapat dikreditkan.
4. Pembelian barang modal yang PPN-nya tidak dapat dikreditkan.
5. Pembelian dengan potongan.
6. Pengembalian pembelian.
Contoh 1
Pembelian Barang/Persediaan yang PPN-nya Dapat Dikreditkan
PT Mimi membeli barang untuk persediaan dalam bulan Agustus 1990 seharga
Rp10.000,00 dengan kredit dari PT Merah.
Pembelian
PPN masukan
Utang
10.000,00
1.000,00
11.000,00
Contoh 2
Pembelian Barang Modal yang PPN-nya Dapat Dikreditkan
PT Mimi membeli mesin tenun seharga Rp100.000 dengan kredit pada bulan
Juni 1990 dari PT Mesin. Transaksi dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Mesin
PPN Masukan
Utang
100.000,00
10.000,00
110.000,00
Contoh 3
Pembelian Barang/Persediaan yang PPN-nya Tidak Dapat Dikreditkan
PT Mimi membeli tunai alat-alat tulis seharga Rp5.000,00 ditambah PPN 10%.
Karena alat-alat tulis ini tidak mempunyai hubungan langsung dengan proses
produksi, Pajak Masukannya tidak boleh dikreditkan. Sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-Undang PPH 1984, PPN yang tidak dapat dikreditkan dapat
dibebankan sebagai biaya operasi.
Transaksi ini dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Alat tulis menulis
Biaya PPN
Kas
5.000,00
500,00
5.500,00
Contoh 4
Pembelian Barang Modal yang PPN-nya Tidak Dapat Dikreditkan
PT Mimi membeli kendaraan sedan untuk keperluan kantor administrasi seharga
Rp20.000,00 tunai. Pajak masukan pembelian kendaraan sedan tidak dapat
dikreditkan. Namun, pajak tersebut dapat dibebankan sebagai biaya perolehan
kendaraan. Jadi, tidak dapat dibebankan sekaligus di tahun perolehannya,
melainkan disusut sesuai dengan tarif
penyusutannya. Transaksi ini dicatat sebagai berikut.
Kendaraan sedan
Kas
Rp 22.000,00
Rp 22.000,00
Contoh 5
Pembelian dengan Potongan
PT Mimi membeli barang seharga Rp 12.000,00 dengan potongan pembelian Rp
2.000,00 jika pembayaran dilakukan dalam periode yang ditentukan tarif PPN
10%. Transaksi ini dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Pembelian
Cadangan potongan pembelian
PPN Masukan
Utang
Rp.12.000,00
(Rp 2.000,00)
Rp 1.000,00
Rp 11.000,00
Apabila perusahaan tidak dapat membayar utang dalam waktu yang ditentukan
maka pembeli tidak berhak atas potongan. Pembayaran utang pembelian ini
dicatat dengan ayat jurnal:
Utang
Rp 11.000,00
PPN Masukan
Rp
200,00
Rugi karena potongan tidak diambil Rp 2.000,00
Kas
Rp 13.200,00
Karena potongan tidak diambil oleh pembeli maka PPN Masukan atas potongan
yang belum dihitung pada saat pembelian harus dibebankan. Demikian pula
penjual harus memperhitungkan PPN terutang dengan jumlah yang sama.
Contoh 6
Pengembalian Pembelian
Karena tidak sesuai dengan spesifikasi barang, pembelian sebanyak Rp1.000,00
ditambah PPN 10% dikembalikan kepada penjual. Transaksi ini dicatat dengan
ayat jurnal sebagai berikut.
Utang
Pembelian
PPN Masukan
Rp 1.100,00
Rp.1.000,00
Rp. 100,00
Pengembalian ini akan mengurangi PPN Masukan, demikian pula penjual akan
mengurangkan PPN terhutang.
Sudah enam contoh pencatatan transaksi yang semuanya berkaitan dengan
PPN Masukan. Berikut ini akan dibahas contoh transaksi-transaksi yang
berkaitan dengan PPN terutang. Karena itu, ada 6 contoh yang akan diuraikan
yaitu: (a) penjualan barang, (b) pengembalian penjualan, (c) penjualan dengan
uang muka, (d) penjualan dengan cicilan, (e) saat perhitungan, pembayaran, dan
pembuatan laporan.
Contoh 7
Penjualan Barang
PT Mimi menjual barang secara tunai Rp10.000,00 dengan PPN 10%. Transaksi
ini dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Kas
Penjualan
PPN Keluaran
Rp 10.000,00
Rp 10.000,00
Rp 1.000,00
Contoh 8
Pengembalian Penjualan
Barang yang dijual dalam contoh 7 dikembalikan sebanyak Rp 2.000,00
Pengembalian ini dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Penjualan
PPN Keluaran
Kas
Rp 2.000,00
Rp 200,00
Rp 2.200,00
Contoh 9.
Penjualan dengan Uang Muka
Pada tanggal 12 April 1990 Pengusaha Kena Pajak "ABC" menerima uang muka
dari Pengusaha Kena Pajak "CDK" atas pembelian Barang Kena Pajak kertas
yaitu sebesar Rp1 0.000,00 ditambah PPN 10%. Pada tanggal 12 Mei 1990 yaitu
pada saat penyerahan barang, diterima sisa pembayaran Rp20.000,00 di mana
dalam pembayaran tersebut belum termasuk PPN. Karena itu, ada dua transaksi
yang harus dicatat yaitu pada saat:
a. Pembayaran uang muka
Kas
Uang muka pelanggan
PPN Keluaran
Rp. 11.000,00
Rp. 10.000,00
Rp. 1.000,00
b. Penyerahan barang
Kas
Uang muka pelanggan
Penjualan
PPN Keluaran
Rp 22.000,00
Rp 10.000,00
Rp 30.000,00
Rp. 2.000,00
Sesuai dengan ketemuan bahwa PPN sudah terutang pada saat pembayaran.
Karena itu, pada saat pembayaran uang muka Pengusaha Kena Pajak yang
menerima uang muka harus memungut PPN. Hal ini dapat dibaca kembali pada
butir B di atas. Dari contoh di atas, uang muka yang diterima terutang PPN untuk
masa bulan April. Setelah penyerahan barang PPN terutang pada bulan Mei
1990 dalam hal pembayarannya dilakukan pada bulan itu. Apabila sisa
pembayaran dilakukan secara tunai (pembayaran tidak dilakukan pada bulan
Mei), sesuai dengan ketentuan PPN terutang pada bulan berikutnya yaitu Juni.
contoh 10
Penjualan dengan Angsuran
PT ABC menjual suatu barang dengan angsuran seharga Rp24.000,OO.
Pembayaran dilakukan dengan 10 kali cicilan. Transaksi penjualan dan angsuran
setiap bulan dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut.
a. pada saat penyerahan barang
Piutang penjualan angsuran
Penjualan
PPN Keluaran
Rp 26.400,00
Rp 24.000,00
Rp. 2.400,00
10
Rp 2.640,00
Piutang penjualan angsuran
Rp 2.640,00
11
Contoh 11
Pedagang besar membeli Barang Kena Pajak sebesar Rp 100.000,00. Kemudian
barang tersebut dijual dengan harga Rp 200.000,00.
Harga beli
PPN Masukan 10%
Harga Jual
PPN Keluaran 10%
PPN ke Kas Negara
Rp 100.000,00
Rp 1.000,00
Rp 200.000,00
Rp 2.000,00
Rp 1.000,00
12
Pertanyaan
1. Mengapa Wajib Pajak PKP diwajibkan meyelenggarakan pembukuan?
2. Sebutkan hal-hal yang harus dicantumkan secara terpisah dalam pembukuan PKP.
3. Mengapa retur pembelian dan retur penjualan harus dicatat secara tersendiri?
4. Pengusaha Kena Pajak yang manakah yang diperkenankan untuk menyelenggarakan
pencatatan yang sederhana?
5. Mengapa saat terutangnya PPN sangat diperlukan untuk pembukuan?
6. Jelaskan dua prisip dasar pemungutan PPN.
7. Mengapa undang-undang menentukan tempat terutangnya PPN dan apa pengaruhnya pada
pembukuan yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak?
8. Sebutkan pembelian-pembelian yang PPN-nya tidak dapat dikreditkan dan mengapa tidak
boleh dikreditkan?
9. Perlakuan apa yang dikenakan terhadap Pengusaha Kena pajak yang memilih pedoman
Norma Perhitungan sehubungan dengan pembukuan?
10. Jelaskan secara garis besar perlakuan akuntansi dan fiskal atas Pajak Masukan yang tidak
dapat dikreditkan.
11. Jelaskan perlakuan Pajak Penghasilan dan PPN atas pemakaian BKP yang berasal dari
produksi sendiri yaitu untuk (a) pemakaian sendiri untuk tujuan untuk konsumsi, (b) pemakaian
sendiri untuk tujuan produktif.
12. Jelaskan perlakuan Pajak Penghasilan dan PPN atas pemberian cuma-cuma.
13. Jelaskan perlakuan Pajak Penghasilan dan PPN' atas pemakaian sendiri BKP yang berasal
bukan dari produksi.
Soal
1. Beberapa transaksi yang dilakukan oleh pedagang besar yang telah terdaftar sebagai
Pengusaha Kena Pajak terlihat sebagai berikut.
a. Dibeli barang dagangan yang akan dibayar dua bulan kemudian dan Faktur Pajaknya
telah diterima dengan nilai Rp. 130 juta.
b. Dibeli sebuah kendaraan sedan untuk keperluan Direksi dan dibawa pulang dengan
Faktur Pajak Rp 69 juta belum termasuk PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(tarif pajak 35%).
c. Dibeli alat tirnbangan barang dengan harga Rp 7 juta dengan tunai dan Faktur Pajak telah
diterima.
d. Dibeli alat-alat tulis dan keperluan rumah tangga perusahaan dengan harga Rp5 juta dari
penjual yang tercatat sebagai Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha tersebut menerbitkan
Faktur Pajak.
e. Dibeli barang dengan syarat akan diberi potongan tunai apabila pernbayaran dilakukan
dalarn waktu yang ditentukan yaitu dengan harga Rp 40 juta dan potongan tunai sebesar
Rp4 juta.
f. Ternyata pernbelian pada butir e tidak dibayar dalam waktu yang ditetapkan sehingga
tidak dapat memanfaatkan potongan tunai.
g. Dikernbalikan barang yang dibeli dengan transaksi pada butir a sebesar Rp 10 juta
h. Dijual barang yang dibeli pada butir a dengan harga jual Rp 150 juta.
i. Diterima retur penjualan seharga Rp 2 juta.
Diminta:
(a) Menghitung PPN yang harus dibayar atau lebih apabila transaksi tersebut dilakukan
dalam satu masa pajak yang sama.
(b) Membuat alat-alat jurnal transaksi di atas.
13
2. Suatu perusahaan yang terdaftar sebagai PKP melakukan transaksi sebagai berikut.
a. Diterirna uang muka dari PKP lain atas pembelian Barang Kena Pajak yaitu sebesar
Rp330 juta, terrnasuk PPN sebesar Rp30 juta. Barang akan diserahkan kernudian pada
saat pembayaran sisa harga jual.
b. Diterima pembayaran sebesar Rp 440 juta, terrnasuk PPN sebesar Rp40 juta, sebagai
bagian dari pembayaran transaksi di atas.
c. Dijual suatu barang dengan harga Rp. 66 juta (terrnasuk PPN sebesar Rp6 juta) dengan
pembayaran 10 kali angsuran yaitu masing-masing sebesar Rp6,6 juta.
Diminta:
(a) Mernbuat ayat jurnal untuk transaksi a dan b.
(b) Membuat ayat jumal untuk transaksi c pada saat penyerahan barang dan pada saat
pernbayaran angsuran pertama.
3. Dari catatan pernbelian dan penjualan PT Sukaramai sebagai distributor barang kelontong dan
telah tercatat sebagai PKP dalarn bulan Mei 1991 diperoleh keterangan sebagai berikut:
3 Mei Penjualan tekstil ke Tukang Jahit Baju
Rp 6.000.000,00
7 Mei Penjualan sahlin dan bahan kirnia kepada
Tukang Cuci Globe
Rp 1.000.000,00
8 Mei Penjualan alar-alar tulis ke PT Astro
Rp 23.000.000,00
10 Mei Dijual barang ke pengecer
Rp 10.000.000,00
11 Mei Dibayar uang sewa kantor
Rp
200.000,00
13 Mei Dibeli kedelai
Rp 4.000.000,00
15 Mei Dibeli persediaan tekstil
Rp 8.000.000,00
16 Mei Dibeli minuman botol untuk konsumsi
Rp
500.000,00
20 Mei Dibeli persediaan alat-alat tulis
Rp 16.000.000,00
25 Mei Dikembalikan tekstil yang dibeli tanggal 15 Mei
Rp 1.000.000,00
29 Mei Alat-alat tulis yang dibeli sebagian dipakai
sendiri untuk usaha
Rp
500.000,00
30 Mei Alat-alat tulis yang dijual pada tanggal 8 Mei
diterima kembali
Rp 1.000.000,00
Catatan:
1. Faktur Pajak atas pernbelian alar-alar tulis akan diterirna tanggal 29 Juni 1991.
2. Penjualan kepada PT Astra akan ditagih dalam bulan Juni 1991.
3. Semua pemasok barang kepada PT Sukaramai terdaftar sebagai PKP.
Diminta:
(a) Menghitung Pajak Keluaran, Pajak Masukan, dan jumlah PPN yang harus disetor atau
kelebihan bayar untuk masa pajak bulan Mei 1991.
(b) Membuat catatan pembukuan (ayat-ayat jumal) atas transaksi-transaksi tersebut.
(c) Perlakuan PPh atas Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan apabila ada transaksi di
atas yang tidak dapat dikreditkan.
4. Dari catatan pembelian dan penjualan PT Pabrik Roti yang telah terdaftar sebagai Pengusaha
Kena Pajak terlihat transaksi selama bulan September 1991.
1 Sept. Dibeli tepung terigu dari PT XYZ Jakarta dengan harga Rp90 juta belum termasuk
PPN.
9 Sept. Diserahkan roti kalengan kepada PT Y Bandung seharga Rp125 juta.
10 Sept. Dibeli sebuah mobil Jeep Toyota seharga Rp40 juta dari PT X.
15 Sept. Dibeli gula pasir, ragi kismis, coklat, dan bahan dari P&D "SGE" seharga Rp170
juta.
20 Sept. Dibeli bahan bakar premium 1.000 liter @ Rp700,00 dari Pompa Bensin.
14
25 Sept.
26 Sept.
28 Sept.
30 Sept.
30 Sept.
30 Sept.
Dibeli biji kacang kedelai dan buah nanas serta biji coklat dari KUD Maju, seharga
Rpl,5 juta.
Diserahkan roti seharga Rp80 juta kepada Perusahaan Penerbangan
Cendrawasih dalam rangka memenuhi kontrak pengadaan makanan triwulan.
Pembayaran dilakukan 1 bulan kemudian.
Diekspor roti kalengan ke Singapura Rp250 juta.
Dikirim roti kalengan ke pengusaha di Medan Rp 140 juta.
Dibagikan roti kepada pegawai seharga Rp6 juta dan disumbangkan roti seharga
Rp7 juta kepada Asrama Yatim Piatu.
Roti sebagian dipakai sebagai komsumsi tamu usaha sebesar Rpl juta dan
sebesar Rp2,5 juta sebagai contoh yang dibagikan sebagai alat promosi.
Diminta:
(a) Diminta menghitung Pajak Masukan, Pajak Keluaran, dan PPN yang hams dibayarkan
atau lebih setor selama masa pajak bulan September.
(b) Membuat ayat jurnal transaksi di atas dan bagaimana perlakuan PPh atas Pajak
Masukan dan Keluaran yang tidak dapat diperhitungkan dalam menghitung utang PPN.