Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

( MATERIALISME, DETERMINISME, NATURALISME DALAM FILSAFAT )

DOSEN PENGAMPUH

AHMAD YUSUF, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 9

1. NUR ISLAMIAH HASMI (922862010041)


2. KIKI AMANDA (922862010042)
3. NURLINDA (922862010043)
4. NURLAENI (922862010044)
5. SINDY LESTARI (922862010045)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

STKIP ANDI MATAPPA

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpah rahmat dan karunianya
yang begitu besar. sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang
telah ditentukan . kami sadar bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami selalu
membuka diri akan kritikan dan saran yang membangun bagi membaca untuk melengkapi
makalah ini.
Makalah ini kami susun berdasarkan buku-buku yang pernah kami  baca,makalah ini
dapat dijadikan acuan bagi teman-teman khususnya kelompok kami  dan umummnya bagi
kita semua dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan,oleh karena itu kami  mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang tentunya bersifat  membangun demi kelengkapan makalah yang  kami susun.

Akhir kata kami ucapkan banyak-banyak terimakasih kepada semua pihak yang
menyempatkan diri membuka dan membaca makalah ini semoga dapat bermanfaat.

Pangkajene, 30 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

 HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………


 KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..
 DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….
 BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………..
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………….
C. Tujuan…………………………………………………………………………………………………………
 BAB 2 METERIALISME ……………………………………………………………………..
A. Pengertian Materialisme……………………………………………………………………….
B. Sejarah perkembangan Materialisme…………………………………………………….
C. Aliran - Aliran dalam Materialisme………………………………………………………..
D. Ciri – Ciri Meterialisme ………………………………………………………………………….
E. Dampak – Dampak Meterialisme …………………………………………………………..
 BAB III Determinisme……………………………………………………………………….
A. Pengertian Determinisme ………………………………………………………………..
B. Interpretasi Determinisme……………………………………………………………….
C. Sejarah Determinisme………………………………………………………………………
D. Jenis – Jenis Determinisme……………………………………………………………….
 BAB IV NATURALISME……………………………………………………………………….
A. Pengertian Naturalisme…………………………………………………………………….
B. Tokoh Dan Pandangan Aliran Filsafat Naturalisme ……………………………
C. Hukum alam memiliki Ciri………………………………………………………………….
 BAB V PENUTUP ……………………………………………………………………………….
E. Kesimpulan……………………………………………………………………………………….
F. Saran…………………………………………………………………………………………………
 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………...
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada perumusan tujuan yang akan dicapai seseorang setelah pendidikan itu berlangsung. Setiap rumusan tujuan


pendidikan selalu berupaya menjangkau kawasan paling ideal dan baikseperti; mandiri dan berguna (UU No. 20
Tahun 2003). Formulasi tujuan pendidikan merupakan persoalan yang mendasar dan dalam, sehingga tidak
mungkin dapat dirumuskandan terjawab oleh analisis ilmiah yang dangkal, tetapi memerlukan analisis dan
pemikiranfilosofis.Selain persoalan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep.

perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran filosofis. Dari sini jugakemudian
lahir aliran-aliran dan pemikiran yang berbeda pada para ahli dalam filsafat pendidikan. Beberapa di
antaranya ialah aliran filsafat pendidikan Materialisme, Determinisme dan Naturalisme. Materialisme saat ini
telah memberikan dampak yang luar biasa bagi umat manusia. Di satu sisi, kebutuhan hidup semakin mendesak,
sementara di sisi lain pendapatan tidak dapat memenuhi kebutuhan. Hal inilah yang membuat tidak sedikit
orang mengambil jalan mudah dengan menghalalkan segala cara agar semua kebutuhan dan keinginan
terpenuhi. Padahal, hal itu yang akan menjerumuskan manusia pada sekularisme (pandangan yang berpendirian
bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada ajaran agama) dan dehumanisasi (kehilangan nurani dan jati diri).
Nilai kemanusiaan, kejujuran, keadilan dan moralitas semakin menyusut dan kehilangan kendali, karena
seseorang telah disibukkan oleh persoalan sehari-hari sehingga saling melupakan tugas dan tanggung jawab
sebagai makhluk ciptaanya aliran Determinisme adalah suatu aliran filsafat yang berpendapat, bahwa semua
amal perbuatan manusia telah ditentukan begitu rupa oleh sebab musabab terdahulu, sehingga manusia praktis
tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan tersebut atas kehendaknya sendiri yang bebas. Dengan perkataan
lain, dalam aliran tersebut manusia tidak mempunyai kebebasan untuk berbuat dan berkehendak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan Materialisme?
2. Apa yang di maksud dengan Determinisme?
3. Apa yang di maksud dengan Naturalisme?
C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui apa itu Materialisme ?
2. Dapat mengetahui apa itu Determinisme?
3. Dapat mengetahui apa aitu Naturalisme?
BAB II

METERIALISME

A. Pengertian Materialisme

Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi manusia
bersifat material atau fisik, hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Ciri utamanya adalah
menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan (res extensa), dan bersifat objektif, sehingga biasa diukur,
dikuantifikasi (dihitung), dan diobservasi. dalam sipiritual atau jiwa tidak menempati ruang dan tidak biasa
disebut sebagai esensi kenyataan, sehingga ditolak keberadaannya.

Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi
adalah satu-satunya subtansi. Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontoligi monistik. Akan tetapi,
materialisme berbeda dengan teoriontologis yang didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Dalam
memberikan penjelasan tentang tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan idealisme.
Para materialis tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti roh, hantu, setan dan malaikat. Tidak ada
Allah atau dunia adikodrati. Realitas satu-satunya adalah materi yang bersifat abadi dan segala sesuatu
merupakan manifestasi dari aktivitas materi. Tidak ada penggerak pertama atau sebab pertama. Tidak ada
kehidupan, tidak ada pikiran yang kekal. Semua gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang
kembali lagi ke dasar material primordial, abadi, dalam suatu peralihan wujud yang abadi dari materi.

Para materialis percaya bahwa tidak ada kekuatan apa pun yang bersifat spiritual di balik gejala atau
peristiwa material itu. Kalau ada gejala atau peristiwa yang masih belum diketahui, maka hal itu bukan
berarti kekuatan yang bersifat spiritual di belakang peristiwa tersebut, melainkan karena pengetahuan dan
akal kita saja yang belum dapat memahaminya.

B. Sejarah Perkembangan Materialisme

Filsuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah epikuros. Ia merupakan salah satu
filsufterkemuka pada masa filsafat kuno. Selain Epikuros, filsuf lain yang juga turut mengembangankan
aliran filsafat ini adalah Demokritos dan Lucretius Carus. Pendapat mereka tentang Materialisme, dapat
kita samakan dengan materialisme yang berkembang di Prancis pada masa pencerahan. Dua karangan
karya La Mettrie yang cukup terkenal mewakili paham itu adalah L’homme machine (manusia mesin)
danL’homme plante (manusia tumbuhan). Dalam waktu yang sama, di tempat lain muncul seorang
Baronvon Holbach yang mengemukakan suatu materialism atiesme. Materialisme etiesme serupa dalam
bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan
fungsi-fungsi otak.
Benih-benih materialisme sudah muncul sejak zaman Yunani kuno. Sebelum muncul pertnyaan-pertanyaan
filsafat idealistic (yang menonjol sejak plato), filsafat Yunani berangkat dari filsafat materialisme yang
mengambil bentuk pada upaya untuk menyelidik tentang alam sebagai materi. Bahkan mayoritas filsuf
percaya bahwa tidak mungkin ada sesuatu yang muncul dari ketiadaan. Materi alam dipelajari secara habis-
habisan, sehingga menghasilkan tesis filsafat tentang apa sebenarnya substansi menyusun alam kehidupan
ini.

Pada abad pertama Masehi, paham materialisme tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan pada abad
pertengahan, orang menganggap asing terhadap paham ini. Baru pada zaman pencerahan(Aufkalrung),
materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropa Barat.

Materialisme berpendirian bahwa pada hakikatnya sesuatu itu adalah bahan belaka. Pandangan ini berjaya
pada abad ke-19. Materialisme jelas tidak akan bias hilang dan mati karena hidup ini sangat nyata, dimana
manusia terus saja mengembangkan diri dari ranah material. Zaman kegelapan yang didominasi dengan
agama yang menggelapkan kesadaraan jelas tak dapat membendung perkembangan material, yaitu
teknologi yang merupakan alat bantu manusia untuk mengatasi kesulitan material dan membantu manusia
memahami alam. Misalnya, dengan teleskop dapat diketahui susunan jagat raya, dengan transportasi dan
komunikasi pertukaran pengetahuan semakin cepat. Idialisme yang subjektif jelas tidak dapat
dipertahankan.

Pada abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan
Haeckel. Merekalah yang kemudian meneruskan keberadaan materialisme. Materialisme dan Empirisme
adalah perangsang munculnya IPTEK karena berpkir pada kegiatan melakukan eksperimen-eksperimen
ilmiah yang memicu perkembangan ilmu dan teknologi.

Filsafat materialisme beranggapan bahwa hubungan adalah hubungan material yang saling mempengaruhi.
Karenanya, memahami hubungan harus menggunakan landasan berfikir yang materialis. Berfikir materialis
berarti percaya pada hukum-hukum materi, yaitu sebagai berikut:

Hukum I: “Materi itu ada, nyata, dan konkret”.

Materi itu ada dan nyata dalam hidup kita. Kita bisa mengenali materi melalui indra kita. Jadi, bukan
karena tak tertangkap indra kita, lantas kita mengatakan bahwa sesuatu itu tidak ada.

Hukum II: “Materi itu terdiri dari materi-materi yang lebih kecil dan saling berhubungan (dialektis)”.

Jadi, dialektika adalah hukum keberadaan materi itu sendiri. Materi-materi kecil menyatu dan Menyusun
satu kesatuan yang kemudian disebut sebagai materi lainya yang secara kualitas lain arena namanya juga
lain.

Hukum III: “Materi mengalami kontradiksi”.


Karena materi terdiri dari materi-materi yang lebih kecil antara satu materi dengan materi lainnya
mengalami kontradiksi, atau saling bertentangan. Jika tak ada kontras, tak akan ada bentuk yang berbeda-
beda. Jika tidak ada kontradiksi, tak ada kualitas yang berbeda, kualitas baru, atau kualitas
yangmenunjukkan adanya perubahan susunan materi yang baru.

Hukum IV: “Materi selalu berubah dan akan selalu berubah”.

Perubahan dimulai dengan kontradiksi atau akibat pengaruh antara materi-materi yang menyusunnya
maupun karena intervasi dari luar. Tak ada yang lebih abadi dari pada perubahan itu sendiri.

C. Aliran-aliran dalam Materialisme
1. Materialisme filsafat

Materialisme filsafat adalah materialisme yang menerangkan terjadinya alam semesta tanpa mengacu pada
kekuasaan Tuhan yang melampaui alam benda.

2. Materialisme Mekanik

Materialisme Mekanik adalah aliran filsafat yang pandangannya materialis sedangkan metodenya mekanis.
Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan gerak dan berubah, geraknya itu adalah
gerakan yang mekanis artinya gerak yang tetap selamanya atau gerak yang berulang-ulang (endless loop)
seperti mesin yang tanpa perkembangan atau peningkatan secara kualitatif.

3. Materialisme Metafisik

Materialisme Metafisik adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa materi itu selau dalam keadaan
diam, tetap atau statis selamanya seandainya materi itu berubah maka perubahan tersebut terjadi karena
factor luar atau kekuatan dari luar. Selanjutnya materi itu dalam keadaan terpisah-pisah atau tidak
mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainya

4. Materialisme dialektis

Materialisme dialektis adalah aliran filsafat yang bersandar pada matter (benda) dan metodenya dialektis.
Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu mempunyai keterhubungan satu dengan lainnya, saling
mempengaruhi, dan saling bergantung satu dengan lainnya. Gerak materi itu adalah gerakan yang dialektis
yaitu pergerakan atau perubahan menuju bentuk yang lebih tinggi atau lebih maju seperti spiral.

5. Materialisme antropologis

Inti materialisme antropologis adalah menyangkal adanya jiwa atau rohani, segala sesuatunya dikembalikan
menurut terjadinya proses biokimiawi saja.

6. Materialisme historis
Berpendapat bahwa seluruh /sebagian besar tindakan manusia serta perubahan cultural ditentukan oleh
faktor ekonomi

7. Materialisme praktis

Tolak ukur materialisme ini adalah materi atau harta benda atau kenikmatan jasmani sedangkan bersifat
rohani disangkal realitasnya.

D. Ciri-ciri Materialisme

Diskriminatif adalah sikap seseorang yang membeda-bedakan atau meninggirendahkan orang lain


berdasarkan keadaan ekonomi, suku, dan biologis.

Pelit atau kikir adalah sikap seseorang yang tidak mau rugi atau sulit untuk mengeluarkanataumemberi
sesuatu kepada sesamanya yang membutuhkan tanpa alasan yang jelas.

Mudah merendahkan atau meremehkan segala yang bersifat keagamaan atau moralitas dalamucapan dan
tindakan nyata.

Mengukur reladi atau pergaulan hanya dari sisi untung dan rugi, tanpa mau berkorban bagi oranglain.

 Pandangan Agama Terhadap Materialisme
 Pandangan agama Kristen dan Katolik

Dalam pandangan kedua agama ini, sikap materialisme tidaklah disetujui. Hidup ini sebaiknya diserahkan
seluruhnya terhadap pelayanan pada Tuhan. Sering disebutkan bahwa mendewakan atau terlalu
mendawakan materi tidaklah benar. Ini dapat dibuktikan dari beberapa kutipan ayat-ayat Alkitab, yaitu
sbb:

 Amsal 15:16, tertulis “ Lebih baik sedikit barang dengan disertai rasa takut akan Tuhan, dari pada
banyak harta dengan disertai kecemasan.”
 Amsal 22:1, tertulis“Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik
daripada perak dan emas.”
 Pengkhotbah 5:9, tertulis “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai
kekayaan tidak akan puas dengan kekayaannya. Ini pun sia-sia.”
 Pandangan agama Budha

Menurut agama Budha, kekayaan bisa dibagi menjadi 2 bagian, yaitu kekayaan materi yang dapat
dicuriatau hilang sewaktu-waktu dan kekayaan batin yang tidak dapat dicuri oleh siapapun. Sangiti Sutta
menyebutkan kekayaan yang tidak dapat dicuri adalah kekayaan ariya yang disebut satta ariya dhanaatau
tujuh kekayaan ariya, yaitu saddha (keyakinan), sila(kemoralan), hiri(malu untuk berbuat
jahat),ottapa(takut melakukan perbuatan jahat), sutta (pengetahuan Dhamma/ajaran agama
Budha),caga(kemurahan hati), dan pabba (kebijaksanaan).
E. Dampak-Dampak Materialisme
 Bahaya bagi bangsa dan negara:

Sikap materialistis, terlebih yang berdasarkan ideology materialisme selalu bertolak belakang dengan
agama, sikap materialisme bias membawa orang kepada atheisme. Sikap materialistis dapat membahayakan
ideology negara Pancasila sila ke-1 (Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Sikap materialistis bias membawa
pertentangan kelas, pertentangan sosial, dan ras. Sikap materialistis bias melahirkan banyak tindakan
kejahatan, seperti korupsi, pemerasan terhadap orang yang tidak berdaya.

 Bahaya bagi tiap pribadi

Sikap materialistis bias menjauhkan manusia dari Tuhan dan sesama sebab materi menjadi yang paling
utama bagi orang tersebut. sesama bias diperalat dan diperas. Sikap materialistis bias membuat orang tidak
hidup bahadia karena ambisi yang semakin menigkat untuk materi.

 Usaha Menghindari dan Mengatasi Materialisme

Mengetahui pemahaman mengenai materialisme dan dampak negatifnya

 Jauhkan rasa iri terhadap harta milik orang lain.


 Bersyukur atas segala hal yang kita dapat dan kita miliki dalam hidup kita, meskipun apa yang
kitadapatkan tersebut belum memenuhi keinginan/harapan kita.
 Memperdalam ajaran agama untuk menguatkan iman dan hati nurani.
 Menerima diri apa adanya.
BAB III
DETERMINISME

A. Pengertian Determinisme

Kata determinisme berasal dari bahasa latin determinare yang berarti menentukan batas atau  membatasi.
Determinisme merupakan tesis filosofis yang menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini, termasuk
manusia, ditentukan oleh hukum sebab akibat.Tidak ada hal yang terjadi berdasarkan kebebasan
berkehendak atau kebebasan memilih. Juga di dunia ini tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan. Artinya
sesuatu hal itu bisa terjadi karena telah ditentukan untuk terjadi. Dengan tesis itu aliran determinisme
hendak mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada kebebasan.

Determinisme berpendapat bahwa alam semesta sepenuhnya rasional karena pengetahuan lengkap tentang
situasi tertentu memastikan bahwa pengetahuan yang tepat tentang masa depannya juga mungkin.

Namun hal ini tidak berarti bahwa manusia memiliki pengaruh pada masa depan dalam segala hal secara
langsung, tetapi bahwa tingkatan tertentu pilihan yang diambil oleh manusia memiliki pengaruh atas masa
depan mereka sendiri tergantung kondisi pada saat ini dan masa lalu.

Jadi, pandangan Materialis atau Fisikis tentang alam semesta hampir selalu melibatkan beberapa tingkat
Determinisme. Namun, apabila pikiran atau jiwa makhluk sadar dianggap sebagai entitas yang terpisah,
posisi Determinisme menjadi lebih kompleks. Misalnya, jiwa-jiwa yang tidak berwujud dapat dianggap
sebagai bagian dari kerangka deterministik ; atau mereka dapat menggunakan pengaruh kausal non-
deterministik pada tubuh dan dunia atau mereka tidak dapat memberikan pengaruh sebab akibat , baik
bebas maupun ditentukan.

Variasi lain muncul dari ide Deisme , yang berpendapat bahwa alam semesta telah deterministik sejak
Penciptaan tetapi menganggap Penciptaan itu sendiri disebabkan oleh Tuhan di luar alur determinisme.

Beberapa berpendapat bahwa jika Determinisme benar, itu akan meniadakan moral dan etika
manusia.Beberapa orang juga berpendapat bahwa melalui periode perkembangan sosial yang diperpanjang,
maka pertemuan peristiwa dapat terbentuk untuk menghasilkan gagasan moral dan etika dalam pikiran
kita.

B. Interpretasi Determinisme

Determinisme dapat diartikan dengan dua cara pandangan yang utama antara lain:

 Inkompatibilisme

Inkompatibilisme adalah keyakinan bahwa kehendak bebas dan determinisme adalah dua hal yang ada pada
manusia yang tidak sesuai secara logis dan oleh karena itu eksklusif satu sama lain. Apabila determinisme
dianggap sebagai sesuatu yang nyata, dan kehendak bebas adalah ilusi maka hal tersebut dikenal
sebagai Determinisme Keras. Namun sebaliknya, apabila kehendak bebas yang dianggap sebagai sesuatu
yang benar dan determinisme tidak maka lebih dikenal sebagai Libertarianisme

 Kompatibilisme

Kompatibilisme merupakan gagasan bahwa kehendak bebas dan determinisme adalah ide yang dapat
berjalan bersamaan secara kompatibel. Kompatibilisme sendiri beranggapan bahwa dimungkinkan untuk
mempercayai keduanya tanpa secara logis dan tidak konsisten. Dengan definisi ini, Kehendak Bebas
bukanlah kemampuan untuk memilih sebagai tools yang independen dari sebab sebelumnya , tetapi
sebagai tools yang tidak dipaksa untuk membuat pilihan tertentu. Hal ini mengarah pada
posisi Determinisme Lunak , yang dikemukakan oleh Pragmatis Amerika William James dengan alasan
bahwa Determinisme yang menyeluruh, atau Keras, mengarah ke pesimisme yang suram atau
ke subjektivisme yang merosot dalam penilaian moral.

C. Sejarah Determinisme

Dalam Buddhisme, ada teori yang disebut Kemunculan Bergantung, yang mirip dengan konsep
Determinisme Barat. Secara umum,teori ini menyatakan bahwa fenomena muncul bersama dalam rantai
sebab dan akibat yang saling bergantung satu sama lain, dan bahwa setiap fenomena dikondisikan oleh, dan
bergantung pada, setiap fenomena lainnya . Dalam Yi Jing, ada semacam kehendak ilahi yang menetapkan
aturan fundamental untuk bekerja di luar probabilitas di mana alam semesta beroperasi, meskipun
kehendak manusia merupakan salah satu faktor dalam cara kita menghadapi situasi dunia nyata yang kita
hadapi. Di dunia barat, atomis Yunani Kuno Leucippus dan Democritus adalah yang pertama
mengantisipasi Determinisme ketika mereka berteori bahwa semua proses di dunia disebabkan oleh interaksi
mekanis atom. Dengan munculnya fisikawan Newton,  pada abad ke-17, yang menggambarkan materi fisik
alam semesta beroperasi menurut seperangkat hukum tetap dan dapat diketahui, mulai tampak bahwa,
setelah kondisi awal alam semesta ditetapkan, maka ‘sisa sejarah alam semesta’  yang mengikuti akan tak
terelakkan. Setiap ketidakpastian selalu merupakan istilah yang diterapkan pada keakuratan pengetahuan
manusia tentang sebab dan akibat, dan bukan sebab dan akibat itu sendiri.

D. Jenis – Jenis Determinisme


 Determinisme Kausal

Determinisme Kausal adalah keyakinan bahwa peristiwa masa depan diperlukan oleh peristiwa masa lalu
dan masa kini yang dikombinasikan dengan hukum alam . Jadi, semua peristiwa memiliki sebab dan akibat
dan kombinasi peristiwa yang tepat pada waktu tertentu menghasilkan hasil tertentu.

 Determinisme Logis 
Determinisme Logis adalah gagasan bahwa semua proposisi (yaitu pernyataan atau kalimat deklaratif), baik
tentang masa lalu, sekarang atau masa depan, adalah benar atau salah. Pertanyaan kemudian muncul
tentang bagaimana pilihan bisa bebas, mengingat apa yang dilakukan seseorang di masa depan sudah
ditentukan sebagai benar atau salah di masa sekarang.

 Determinisme Lingkungan

Determinisme Lingkungan adalah pandangan bahwa lingkungan fisik , daripada kondisi sosial , yang
menentukan budaya.

 Determinisme Biologis

Determinisme Biologis adalah gagasan bahwa semua perilaku, kepercayaan, dan keinginan ditetapkan oleh
anugerah dan susunan genetik kita dan tidak dapat diubah.

 Determinisme Teologis

Determinisme Teologis adalah keyakinan bahwa ada Tuhan yang menentukan semua yang akan dilakukan
manusia, baik dengan mengetahui tindakan mereka sebelumnya (melalui suatu bentuk kemahatahuan) atau
dengan menetapkan tindakan mereka sebelumnya.

 Emergentisme / Generativisme

Emergentisme (atau Generativisme ) berpendapat bahwa keinginan bebas tidak ada, meskipun ilusi
Kehendak Bebas dialami karena generasi variasi perilaku yang tampaknya tak terbatas dari interaksi
seperangkat aturan dan parameter yang terbatas (dan deterministik).

Jadi ketidakpastian dari perilaku yang muncul yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya
berasal dari proses yang kompleks , tetapi sepenuhnya deterministik.
BAB IV
Naturalisme
A. Pengertian Naturalisme

Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature”
telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh
manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang
diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah kebalikan dari istilah super
naturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada
(wujud) di atas atau di luar alam ( Harold H. Titus e.al. 1984).

Naturalisme mempunyai beberapa pengertian. Dari segi bahasa, Naturalisme berasal dari 2 kata Natural
yang artinya alami dan Isme artinya paham. Sehingga, aliran naturalisme dapat juga disebut sebagai Paham
Alami. Maksudnya, bahwa setiap manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan
atau pembawaan yang baik, dan tak ada seorang pun terlahir dengan pembawaan yang buruk.

Aliran ini menganggap bahwa kebahagiaan manusia di dapat dengan menurutkan panggilan natur (fitrah)
dari kejadian manusia itu sendiri. Perbuatan yang baik (susila) menurut aliran ini ialah perbuatan-
perbuatan yang sesuai dengan natur manusia. Baik mengenai fitrah lahir ataupun mengenai fitrah batin.
Kalau lebih memberatkan pada fitrahlahirnya dinamakan aliran etika materialisme. Tetapi pada aliran
naturalisme ini faktor lahir batin itu sama beratnya sebab kedua-duanya adalah fitrah (natur) manusia.

Aliran ini cara pemikirannya tentang etika adalah di dalam dunia ini segala sesuatu menuju satu tujuan saja.
Dengan memenuhi panggilan naturnya masing-masing mereka menuju kebahagiannya yang sempurna.
Benda-benda dan tumbuhan-tumbuhan menuju pada tujuan itu secara otomatis yakni tanpa pertimbangan
atau perasaan. Kalau hewan-hewan menuju tujuan itu dengan instict (nalurinya) maka manusia menuju
tujuan itu dengan akalnya.

Karena itu kewajiban manusia ialah mencapai kesanggupan akal yang setinggi-tingginya dan melakukan
segala amal perbuatan dengan berpedoman pada akal itu. Alam telah memberikan pada manusia keinginan
untuk hidup terus. Dan dengan dasar mengingini kelangsungan hidup itulah manusia membeda-bedakan
beberapa macam pekerjaan mana yang membahayakan dan mana yang mengganggu kelangsungan hidup
itu. Kebahagian manusia terletak pada tidak terganggunya kelangsungan hidup itu. Adanya ancaman
terhadap kelangsungan hidup merupakan hilangnya kebahagiaan manusia.

Ringkasnya aliran ini berpendapat bahwa kebahagiaan itu didapatkan ketika manusia melakukan hal yang
cocok dengan naturnya dan melangsungkan kehidupannya.
B. Tokoh Dan Pandangan Aliran Filsafat Naturalisme 
 John Amos Comenius (1592-1670)

Menurut john amos comenius pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah
pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam.

Sebagai pendeta Protestan sekaligus paedagog, ia berpandangan bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan
dan untuk Tuhan. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya
dalam berfikir. Percikan pemikiran Comenius berpengaruh pada teoriori pendidikannya.

Dalam pendidikan dan pengajaran, Comenius menggunakan hukum-hukum alam sebagaicontoh yang
senantiasa tertib dan teratur.

C. Hukum alam memiliki ciri sebagai berikut :


1. Segalanya berkembang dari alam
2. Perkembangan alam serba teratur, tidak meloncat-loncat melainkan terjadi secara bertahap.
3. Alam, berkembang tidak tergesa-gesa melainkan menunggu waktu yang tepat, sambal mengadakan
persiapan.

Selain itu Comenius juga mengemukakan bahwa dimensi kedua dari filsafat Pendidikan naturalisme adalah
penekanan bahwa belajar itu merupakan kegiatan melalui Indra. Belajar melalui indra merupakan inti dari
metode belajar Naturalistik. Dalam hal ini guru pertama kali hendaknya mengenalkan benda kepada anak
lebih dahulu, baru setelah itu penjelasan yang diperinci (exposition) tentang benda tersebut.

 John Locke (1632-1704)

Dalam buku Essay Concerning Human Understanding. Ia mengemukakan bahwateori dalam jiwa diperoleh
dari pengalaman nyata. Dalam formulasi redaksi yang berbeda dengan maksud yang sama John Locke
mengatakan bahwa, tidak ada sesuatu dalam jiwa tanpa melalui indra.

Kesimpulan lebih lanjut dari statement Locke adalah jiwa senantiasa kosong dan hanya terisi apabila ada
pengalaman. Oleh karena alam merupakan spot power bagi pengisian jiwa, maka proses Pendidikan
harus mengikuti tata-tertib perkembangan alam. Kalau alam serba teratur, ia menghendaki pengajaran pun
harus teratur. Mata pelajaran harus diajarkan secara berurutan (sequence), step by step dan tidak
bersamaan, misalnya membaca dulu sampai bisa, kemudian diikuti dengan pembelajaran menulis, demikian
selanjutnya.

Ide-ide Locke tersebut berseberangan dengan pandangan Platonic Notion, yang mengatakan bahwa manusia
itu lahir dengan ide (gagasan) pembawaan seperti idetentang Tuhan, rasa tentang benar dan salah,
kemampuan-kemampuan logik tentang prinsip-prinsip kontradiksi yang secara otomatis tanpa melalui
belajar. Bagi Lockesemua itu harus dipelajari melalui pemahaman. Oleh sebab itu, Locke berkata
"baik buruknya anak (peserta didik) tergantung pada pendidikannya". Teori inilah yangkemudian
melahirkan konsep Tabularasa atau Blanksheet dalam pendidikan.

 Jean Jacques Rousseau(1712 - 1778)

Mengatakan bahwa pendidikan dapat berasal dari tiga hal, yaitu ; alam, manusiadan barang. Bagi Rousseau
seorang anak harus hidup dengan prinsip-prinsip alam semesta.

Rousseau dalam bukunya yang sangat monomental berjudul Emile Ou deL'Education. Buku ini terdiri atas
lima jilid dan merupakan buku roman pendidikandengan pemeran utama Emile dan Sophie. Secara
bertahap Rousseau menuangkan fikiran-fikirannya tentang pendidikan dalam buku ini. Jilid pertama berisi
tentang perawatan jasmani peserta didik (Emile) yang dapat dilakukan sampai umur 7 tahun. Sementara
jilid kedua berisi tentang pendidikan jasmani Emile. Jilid ketiga berisitentang pendidikan intelek, jilid
keempat mengupas pendidikan akhlak dan agama serta jilid terakhir atau kelima mengulas tentang
pendidikan wanita dan kesusilaan.

 Pandangan Aliran Filsafat Naturalisme Terhadap Pendidikan

Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran filsafat naturalisme di


bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Manusia diciptakan
dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Peserta didik harus
dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah
pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang
mau belajar, melainkan jugauntuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana. 

Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari seorang anak adalah


kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi penganut paham naturalis perlu dimulai jauh hari
sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran filsafat
naturalisme karena belajar merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu
memerlukan
pengajaran juga merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidakmengajar
subjek, melainkan mengajar murid.

Terdapat lima tujuan pendidikan paham naturalisme yang sangat terkenal yangdiperkenalkan Herbert
Spencer melalui esai-esainya yang terkenal berjudul “IlmuPengetahuan Apa yang Paling Berharga?”.

 Kelima tujuan itu adalah sebagai berikut:


1. Pemeliharaan diri
2. Mengamankan kebutuhan hidup
3. Meningkatkan anak didik
4. Memelihara hubungan sosial dan politik
5. Menikmati waktu luang.Selain

Kelima tujuan yang disampaikan oleh Spencer, Spencer juga menjelaskan tujuh prinsip dalam proses
pendidikan beraliran naturalisme, adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam


2. Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik
3. Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak
4. Memperbanyak ilmu pengetahuan merupakan bagian penting dalam Pendidikan
5. Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak
 Praktik mengajar adalah seni menunda

Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif; (Hukuman dijatuhkansebagai konsekuensi
alam akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukanhukuman, hal itu harus dilakukan secara simpatik
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Formulasi tujuan pendidikan merupakan persoalan yang mendasar dan dalam, sehingga tidak mungkin dapat
dirumuskandan terjawab oleh analisis ilmiah yang dangkal, tetapi memerlukan analisis dan
pemikiranfilosofis.Selain persoalan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep.
perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran filosofis. Dari sini jugakemudian
lahir aliran-aliran dan pemikiran yang berbeda pada para ahli dalam filsafat pendidikan. Beberapa di
antaranya ialah aliran filsafat pendidikan Materialisme, Determinisme dan Naturalisme. Materialisme saat ini
telah memberikan dampak yang luar biasa bagi umat manusia. Di satu sisi, kebutuhan hidup semakin mendesak,
sementara di sisi lain pendapatan tidak dapat memenuhi kebutuhan. Hal inilah yang membuat tidak sedikit
orang mengambil jalan mudah dengan menghalalkan segala cara agar semua kebutuhan dan keinginan
terpenuhi. Padahal, hal itu yang akan menjerumuskan manusia pada sekularisme (pandangan yang berpendirian
bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada ajaran agama) dan dehumanisasi (kehilangan nurani dan jati diri).
Nilai kemanusiaan, kejujuran, keadilan dan moralitas semakin menyusut dan kehilangan kendali, karena
seseorang telah disibukkan oleh persoalan sehari-hari sehingga saling melupakan tugas dan tanggung jawab
sebagai makhluk ciptaanya aliran Determinisme adalah suatu aliran filsafat yang berpendapat, bahwa semua
amal perbuatan manusia telah ditentukan begitu rupa oleh sebab musabab terdahulu, sehingga manusia praktis
tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan tersebut atas kehendaknya sendiri yang bebas.

B. SARAN
Nilai kemanusiaan, kejujuran, keadilan dan moralitas semakin menyusut dan kehilangan kendali, karena
seseorang telah disibukkan oleh persoalan sehari-hari sehingga saling melupakan tugas dan tanggung jawab
sebagai makhluk ciptaanya aliran Determinisme adalah suatu aliran filsafat yang berpendapat, bahwa semua
amal perbuatan manusia telah ditentukan begitu rupa oleh sebab musabab terdahulu, sehingga manusia praktis
tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan tersebut atas kehendaknya sendiri yang bebas. Dengan perkataan
lain, dalam aliran tersebut manusia tidak mempunyai kebebasan untuk berbuat dan berkehendak.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/290954773/MAKALAH-NATURALISME

https://www.academia.edu/6194364/148147943_MAKALAH_NATURALISME

https://feelsafat.com/2020/10/determinisme-pengertian-aliran-dan-filsafat.html

https://www.academia.edu/34827757/MAKALAH_MATERIALISME

Anda mungkin juga menyukai