Makalah - Aliran Filsafat
Makalah - Aliran Filsafat
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, telah melimpahkan segala
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Aliran-Aliran dalam Filsafat Materialisme, Diterminisme,
Naturalisme.”
Segala sesuatu yang salah datangnya dari manusia dan seluruh hal yang
benar datangnya dari Tuhan yang Maha Esa, meski begitu tentu tugas ini masih
jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan tugas selanjutnya. Penulis
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aliran Materialisme........................................................................................2
3.1 Kesimpulan......................................................................................................15
3.2 Saran................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
iii
1.1 Latar Belakang
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait baik secara
substansi yang maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak terlepas dari
peran filsafat sebagai perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Kedudukan filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan memiliki proses
perumusan yang sulit yang membutuhkan pemahaman yang mendalam.
Sebab nilai filsafat itu hanya dapat dimanifestasikan oleh seorang filsuf
yang otentik.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
sebelumnya tidak mereka pahami, dan sesuatu yang sebelumnya dianggap
sebagai keajaiban daripada hal biasa. Ketika dihadapkan pada suatu
peristiwa yang tidak diketahui atau di luar kemampuan seseorang untuk
memecahkannya, ia harus menemukan jawabannya dengan mengumpulkan
informasi. Berdasarkan pengalaman indrawi, penjelasan dicari atas peristiwa
yang tidak diketahui atau belum terselesaikan. Penjelasan tidak dicari di
dunia spiritual, karena dunia spiritual tidak benar-benar ada. Mazhab
materialisme disebut juga dengan mazhab naturalisme yang menyatakan
bahwa setiap fenomena atau gerak terjadi karena ada sebab luar yang
menggerakkannya. Pergerakan manusia terjadi menurut hukum kausalitas
atau hukum stimulus-respon. Perilaku manusia dapat diibaratkan dengan
fenomena alam, sehingga perilaku tersebut dapat dijelaskan dengan hukum
kausalitas atau hukum stimulus respon.
vi
materialisme ada atau muncul setelah positivisme yang membatasi diri pada
fakta dan menolak segala sesuatu diluar fakta tersebut.
vii
materialisme adalah Democritus (± 460-370 SM), Heraclitus (± 500 SM),
yang berpendapat bahwa aktivitas mental hanyalah gerak manusia yang
sangat lembut dan mudah untuk dipindahkan. Pada abad ke-17, filosofi
materialisme mekanis digunakan sebagai senjata ideologis melawan tuan
tanah feodal. Tokoh-tokoh tersebut adalah Thomas Hobbes (1588-1679 M),
Benedict Spinoza (1632-1677 M). Pada abad ke-18, filsafat materialisme
mekanis mencapai puncaknya ketika terjadi Revolusi Perancis, oleh karena
itu dikenal dengan materialisme Perancis. Bab-babnya ditulis oleh Baron
DHolbach (1723-1789 M), Lamettrie (1709-1751 M). Materialisme Perancis
dengan tegas menegaskan bahwa materi adalah yang utama dan gagasan
adalah yang kedua. Zat adalah sesuatu yang selalu menyentuh panca indera
kita dalam beberapa hal, sedangkan sifat-sifat yang kita kenali pada
berbagai benda muncul dari berbagai kesan atau perubahan yang terjadi
pada indera kita sehubungan dengan benda tersebut.
2
Oesman Arif, Dasar-Dasar Ilmu Filsafat Timur Dan Barat, Edisi ke 2 (Surakarta: Genta
Nusantara, 2009), 129.
viii
2.1.2 Materialisme Metafisik
ix
Gambar 2.1.2 Ludwig Buchner
3
Ida Bagus Made, Pengantar Ilmu Sosial (Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2017), 92.
x
Gambar 2.1.3 Karl Marx
xi
objek dipahami oleh subjek yang sadar. Konsep kesadaran ini menimbulkan
pertanyaan bagaimana kesadaran bisa muncul tanpa ada yang menyadarinya
sebelumnya.
xii
adalah kodrat Tuhan, Homo homini Deus est, manusia adalah tuhan bagi
satu sama lain. Dengan kata lain, manusia adalah dewa bagi satu sama lain.
Feuerbach berpendapat bahwa teologi tidak lain hanyalah antropologi. Di
mata Feuerbach, teologi sangatlah penting dan bukannya remeh. Teologi
sangat penting dan relevan, namun bukan sebagai studi tentang Tuhan,
melainkan sebagai antropologi. Teologi inilah yang mengajarkan manusia
tentang hakikat manusia itu sendiri. Manusia adalah pusat, awal dan akhir
agama. Dalam pengertian lain, teologi tidak digantikan, melainkan dibaca
sebagai antropologi. Menurut Feuerbach, keterasingan merupakan penyakit
manusia yang harus diobati. Seseorang tidak bisa bebas kecuali dia
menyadari kesalahannya. Manusia bukanlah ciptaan Tuhan, namun Tuhan
adalah ciptaan manusia. Keterasingan itu terjadi melalui tiga tahap, yaitu:
(1) Realisasi Yang Tak Terbatas,
2) Yang Tak Terbatas ini disebut Allah, dan
3) Allah yang harus disembah dan dimuliakan.
Feuerbach sependapat dengan idealisme Hegel yang berarti proyeksi
diri adalah keterasingan diri. Dari ketiga tahapan di atas, orang
memproyeksikan dirinya sendiri, kemudian orang melihat bahwa hasil
proyeksinya berbeda dengan dirinya. Orang-orang menganggap hasil
prediksi berdiri sendiri dan jauh di atas dirinya sendiri. Proyeksi ini tidak
lain adalah Tuhan. Jika kita sudah mengetahui bahwa Tuhan adalah salah
satu bentuk keterasingan terhadap manusia, maka agama merupakan sebuah
realitas negatif yang harus diatasi oleh manusia. Manusia menjadi terasing
dari agama. Feuerbach tidak serta merta berasumsi bahwa agama tidak ada
gunanya karena manusia tidak bisa menghindari keterasingan yang berujung
pada nubuatan. Proyeksi ini merupakan inti kesadarannya akan hakikat
dirinya. Jika manusia bisa sadar akan kodratnya, maka manusia bisa
menghilangkan keterasingan atau isolasi diri. Menurut Feuerbach, agama
sebenarnya tidak menyembuhkan, namun seseorang yang beragama harus
disembuhkan. Ada sesuatu yang obyektif diluar diri kita yang tidak kita
tolak, padahal sudah dinubuatkan (oleh Allah). Feuerbach tidak konsisten
dalam mengambil dialektika Hegel karena ia hanya mengambil dialektika,
bukan kebenaran.
xiii
Gambar 2.14 Ludwid Feurbach
xiv
Islam), bahkan lama dianggap sebagai masalah rasional. Aliran
diterminisme merupakan hasil dari lapangan ilmu pengetahuan yang
dibuktikan para ahli antropologi, fisiologi dan sosiologi dan aliran ini belum
dibuktikan secara ilmiah.4
4
Yahman, Karakteristik Wanprestasi Dan Tindak Pidana Penipuan: Yang Lahir Dari
Hubungan Kontraktual (Jakarta: Kencana, 2014), 118.
5
Sudarminta, Etika Umum (Yogyakarta: PT Kanisius, 2016), 46.
6
Rania Tania, Reclective Activity As Naturalis Intelligence Model, Cet ke-1 (Surabaya:
CV. Jakad Media Publishing, 2019), 11.
xv
demikian tidak ada apa pun di dunia ini selain materi atau alam (nature) dan
dunia fisik satu. Istilah materialisme dapat didefinisikan dalam banyak cara.
Pertama Materialisme adalah teori bahwa materi memiliki atom diri dan
gerakan adalah elemen yang membentuk alam dan itu pikiran dan kesadaran
(kesadaran) mencakup semua proses psikologis adalah bentuk bahan dan
dapat disederhanakan menjadi elemen-elemen struktur tubuh Kedua, agar
doktrin alam semesta dapat ditafsirkan sepenuhnya ilmu fisika Namun
kedua definisi tersebut mempunyai arti yang sama cenderung menghadirkan
bentuk materialisme yang lebih tradisional. Di atas baru-baru ini doktrin ini
digambarkan sebagai energisme yang mengembalikan semua energi ke
bentuk atau bentuk positivisme, yang menekankan ilmu pengetahuan dan
menyangkal hal-hal sebagai hakikat realitas tertinggi (realitas tertinggi).
Materialisme modern mengatakan bahwa alam (alam semesta) ada kesatuan
materi yang tak terbatas. Alam, termasuk semua bahannya dan energi
(gerakan atau gaya) selalu ada dan akan selalu ada dan sifatnya itu (dunia)
adalah realitas yang keras, nyata, material, obyektif, dan mampu diketahui
orang. Materialisme modern mengatakan bahwa materi itu ada sebelum
jiwa (pikiran) dan dunia material adalah yang pertama, sedangkan
pemikiran tentang dunia ini adalah hal kedua. Di dunia sekarang ini,
materialisme dapat mengambil keduanya bentuknya, yaitu: pertama,
mekanisme atau materialisme mekanis (mechanical materialisme) dengan
penekanan pada ilmu pengetahuan alam dan kedua materialisme dialektis
(materialisme dialektis).
1. Materialisme mekanis
xvi
kehidupan manusia Mekanisme sebagai teori dan metode membuahkan
hasil hasil yang baik dalam ilmu alam. Banyak orang berpikir mereka tidak
bisa menjelaskan segala sesuatunya dengan hati-hati sampai mereka dapat
menjelaskannya secara mekanis. Dalam konteks ini sifat kejelasan
(intelligibility) menjadi sama dengan penjelasan mekanis dan materialistis.
2. Materialisme Dialektis
7
Femmy Roosje and Ferny, Pengantar Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Selat Media
Patners, 2023), 87–88.
xvii
Naturalisme humanistik adalah filsafat yang menekankan pada
manusia, kepentingan dan persoalan kemanusiaan. Filosofi ini diartikan
sebagai: mengikuti: Humanisme adalah suatu cara hidup yang sadar akan
kemampuannya manusia dan sumber daya sosial dan alam. Sudut pandang
humanistik manusia sebagai akibat (produk) alam ini – perkembangan dan
sejarah umat manusia dan tidak mengakui pikiran atau tujuan dan kekuatan
kosmos (alam yang agung). Humanisme mengungkapkan suatu sikap atau
keyakinan meminta untuk bertanggung jawab atas kehidupan manusia di
dunia ini, menekankan rasa saling menghormati dan mengakui kemerdekaan
pada manusia (Harold H. Titus dkk., 1984: 308). Naturalisme humanistik
harus dibedakan dari dua aliran filsafat lainnya, yaitu materialisme mekanis
dan humanisme renaisans. Pertama-tama, Anda harus dibedakan dari
mekanisme mekanis berdasarkan determinisme ketat dan cenderung
beranggapan bahwa segala sesuatunya taat hukum. Hukum fisika.
Sebaliknya, naturalisme humanistik menekankan penyelidikan sosial dan
berusaha bersikap adil terhadap benda-benda organik dan keinginan dan
kepentingan masyarakat. Filosofi ini mengakui sifatnya apalagi pada
masyarakat dan pengikutnya mengatakan bahwa aliran itu memperhatikan
kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Kedua, naturalisme humanistik harus
dibedakan dengan humanisme Renaisans, meskipun naturalisme humanistik
juga disebut "Renaisans". Humanisme dimodernisasi dan dimodernisasi.
Pengikut humanisme Renaisans mengagumi orang-orang Yunani, terutama
kehidupan mereka didasarkan pada akal dan keseimbangan serta
mengeksplorasi peradaban kuno.
xviii
memperhatikan biologi, psikologi, kedokteran dan ilmu sosial, Ilmu-ilmu ini
berfokus pada manusia dan kesejahteraan mereka. Sains bukan sebagai
contoh realitas, tetapi sebagai ciptaan manusia menguasai dunia Para
naturalis yang humanis menerima hukum itu Hukum alam adalah buatan
manusia. Naturalisme humanistik adalah a. filsafat berdasarkan metode
empiris ilmiah dan berfokus pada hipotesis dan pengujian untuk tujuan
pengendalian. Pendukung aliran naturalistik humanis menekankan prinsip
kontinuitas Tidak ada perbedaan yang tajam antara intelektual, biologis, dan
fisik. Mereka berpendapat demikian menurut teori evolusi kesinambungan
dari yang kurang kompleks ke yang lebih kompleks. Proses intelektual
berkembang dari proses organik dan biologis dan dari proses organik
muncul dari proses fisik, namun tidak sama dengan proses tersebut. dia
sebuah postulat metodologis, panduan penelitian dan tidak ada apa-apa
cobalah untuk mengisolasi satu dari yang lain. Para pendukung naturalisme
humanistik menyangkal kekayaan tersebut pengalaman manusia dan
berbagai fenomena alam tidak bisa menjelaskan atau mengurangi ke hal
lain. Keberatan reduksionisme membedakan naturalisme humanistik dari
materialisme kuno. Dunia adalah apa yang ada atau tampak. Naturalisme
baru menerima kenyataan proses fisik dan intelektual dan menerima
keberadaan proses ini sebagai fakta empiris.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
xix
mekanis, atau gerak yang tetap selamanya, atau gerak yang berulang
(dalam putaran yang tiada akhir).
3.2 Saran
xx
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Oesman. Dasar-Dasar Ilmu Filsafat Timur Dan Barat. Edisi ke 2. Surakarta:
Genta Nusantara, 2009.
xxi
Juhaya. Aliran-Aliran Filsafat Dan Etika. Cet ke-6. Jakarta: Kencana, 2020.
Made, Ida Bagus. Pengantar Ilmu Sosial. Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2017.
Roosje, Femmy, and Ferny. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Selat Media
Patners, 2023.
xxii