Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT MATERIALISME,


DITERMINISME, NATURALISME”

(Makalah ini dibuat untuk Memenuhi Mata Kuliah Filsafat)

Dosen Pengampu : Waspada, S.Ag.,MM.

Disusun Oleh :

Rizka Saidatul Amelia (23210010)

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA INDONESIA JAKARTA


FAKULTAS KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI
JAKARTA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, telah melimpahkan segala
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Aliran-Aliran dalam Filsafat Materialisme, Diterminisme,
Naturalisme.”

Dalam proses penyusunan ini saya menjumpai banyak hambatan, namun


berkat dukungan materiil berbagai pihak. Akhirnya saya dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik. Oleh karena itu, saya menyampaikan terimakasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang terkait, yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini.

Segala sesuatu yang salah datangnya dari manusia dan seluruh hal yang
benar datangnya dari Tuhan yang Maha Esa, meski begitu tentu tugas ini masih
jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan tugas selanjutnya. Penulis
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 14 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aliran Materialisme........................................................................................2

2.1.1 Materialisme Mekanistik.......................................................................4

2.1.2 Materialisme Metafisik..........................................................................5

2.1.3 Materialisme Dialektis..........................................................................6

2.1.4 Materialisme Feurbach..........................................................................7

2.2 Aliran Ditrisinisme.........................................................................................10

2.3 Aliran Naturalisme.........................................................................................11

2.3.1 Naturalisme Materialistis......................................................................11

2.3.2 Naturalisme Humanistik........................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................15

3.2 Saran................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

iii
1.1 Latar Belakang

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait baik secara
substansi yang maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak terlepas dari
peran filsafat sebagai perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Kedudukan filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan memiliki proses
perumusan yang sulit yang membutuhkan pemahaman yang mendalam.
Sebab nilai filsafat itu hanya dapat dimanifestasikan oleh seorang filsuf
yang otentik.

Perumusan tersebut merupakan suatu stimulus atau rangsangan


untuk memberikan suatu bimbingan. Tentang bagaimana cara kita harus
mempertahankan hidup manusia sebagai makhluk mencari kebenaran.
Filsafat merupakan induk sebuah ilmu, sebab filsafat mempunyai
kesamaan dan perbedaan dengan ilmu. Dalam eksistensinya terdapat tiga
bentuk kebenaran yaitu ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama. Filsafat
disebut pula sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial artinya
sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari bahkan filsafat
menjadi dasar bagi motor penggerak kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengertian aliran materialisme?
2. Apa yang dimaksud dengan aliran ditrinisme?
3. Apa yang dimaksud dengan aliran naturalisme?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari aliran materialisme.
2. Untuk mengetahui pengertian aliran ditrinisme.
3. Untuk mengetahui pengertian aliran naturalisme.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aliran Materialisme

Menurut materialisme, realitas bersifat material atau fisik,


menempati ruang dan waktu, bersifat luas (res extensa), dan objektif,
sehingga dapat diukur, dihitung, dan diamati. Sesuatu yang bersifat materi
atau berwujud fisik, dan sesuatu yang ada secara bersamaan di suatu tempat
disebut realitas. Materialisme dapat diberi definisi dengan beberapa cara,
diantaranya pertama, materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa
atom materi yang berada sendiri dan bergerak merupakan unsur dan
membentul alam dan akal kedaran. Kedua, bahwa doktrin alam semesta
dapat ditafsirkan seluruhnya dengan sains.1 Realitas juga mempunyai batas
(res extenza) dan bersifat objektif. Sesuatu dianggap nyata apabila
mempunyai dimensi tertentu baik berupa panjang, lebar atau tebal. Sesuatu
yang tidak mempunyai dimensi tidak dapat dikatakan kenyataan karena
bersifat subyektif. Realitas bersifat obyektif karena dapat menentukan lebar
atau panjangnya, lebar dan tebalnya. Realitas bersifat fisik dan oleh karena
itu ukurannya dapat dihitung. Pada kenyataannya, ada pula suatu luas yang
dapat diukur panjang, lebar, dan tebalnya. Realitas dapat dirasakan melalui
pengalaman indrawi, dilihat dengan mata, didengar dengan telinga, dicium
dengan hidung, diraba dengan lidah, dan diraba dengan kulit.

Materialisme menolak keberadaan jiwa atau alam spiritual karena


tidak menempati ruang dan waktu. Sesuatu yang tidak memakan ruang dan
waktu, sehingga tidak bisa disebut kenyataan. Sesuatu yang ada mempunyai
wujud fisik yang tampak, sehingga dapat dilihat, didengar, dicium, dirasa
atau diraba. Sesuatu yang ada menunjukkan besarnya, dapat diukur,
dihitung dan diamati. Menurut materialisme, jika ada peristiwa yang belum
diketahui manusia, itu karena ilmu atau akal belum bisa memahaminya.
Hal-hal ajaib yang tidak dapat dipecahkan oleh manusia tidak datang dari
kekuatan rohani. Suatu hari nanti, orang mungkin mengetahui sesuatu yang
1
Juhaya, Aliran-Aliran Filsafat Dan Etika, Cet ke-6 (Jakarta: Kencana, 2020), 142.

v
sebelumnya tidak mereka pahami, dan sesuatu yang sebelumnya dianggap
sebagai keajaiban daripada hal biasa. Ketika dihadapkan pada suatu
peristiwa yang tidak diketahui atau di luar kemampuan seseorang untuk
memecahkannya, ia harus menemukan jawabannya dengan mengumpulkan
informasi. Berdasarkan pengalaman indrawi, penjelasan dicari atas peristiwa
yang tidak diketahui atau belum terselesaikan. Penjelasan tidak dicari di
dunia spiritual, karena dunia spiritual tidak benar-benar ada. Mazhab
materialisme disebut juga dengan mazhab naturalisme yang menyatakan
bahwa setiap fenomena atau gerak terjadi karena ada sebab luar yang
menggerakkannya. Pergerakan manusia terjadi menurut hukum kausalitas
atau hukum stimulus-respon. Perilaku manusia dapat diibaratkan dengan
fenomena alam, sehingga perilaku tersebut dapat dijelaskan dengan hukum
kausalitas atau hukum stimulus respon.

Menurut hukum sebab-akibat, rangsangan luar tertentu dianggap


mampu menentukan tingkah laku manusia sehingga manusia dianalogikan
sebagai benda yang bersifat pasif, mekanis, dan tidak mempunyai keinginan
untuk menentukan dirinya sendiri. Perilaku manusia merupakan hasil dari
kekuatan-kekuatan di luar dirinya yang tidak dapat dikendalikannya dan
tidak dipandu oleh tujuan-tujuan yang ditetapkan sendiri. Perilaku manusia
tidak muncul dengan sendirinya, sehingga manusia bersifat deterministik
(tidak bebas). Orang-orang terganggu oleh rangsangan eksternal dan
melakukan gerakan sebagai respons terhadap rangsangan tersebut. Aliran
materialisme atau naturalisme ini tidak mengenal kebebasan manusia.
Manusia adalah makhluk yang bergantung, tidak bebas dan tidak mandiri.
Gejala psikologis yang dialami orang bukan karena mempunyai jiwa. Gejala
psikologis tersebut disebabkan oleh peristiwa mekanis, elektrik, dan
kimiawi dalam tubuh, terutama pada otak dan sistem saraf. Gejala
psikologis ini dapat diibaratkan dengan perilaku obyektif yang memerlukan
ruang dan waktu untuk diukur atau dikuantifikasi. Filsuf yang pertama kali
memperkenalkan konsep ini adalah Epicurus. Dia adalah salah satu filsuf
utama filsafat kuno. Materialisme berasal dari kata aine dan ism,

vi
materialisme ada atau muncul setelah positivisme yang membatasi diri pada
fakta dan menolak segala sesuatu diluar fakta tersebut.

Secara garis besar aliran materialisme dapat dibedakan menjadi dua


kelompok, yaitu kelompok yang meneruskan materialisme dari masa
aufklarung dan kelompok yang muncul sebagai reaksi terhadap idealisme.
Kelompok pertama lebih pada komunitas ilmiah dan bukan pada filsafat,
sedangkan kelompok kedua merupakan reaksi terhadap idealisme.
Kelompok pertama mencakup Hegelian sayap kanan yang konservatif dan
percaya bahwa filsafat berhenti pada Hegel, sedangkan Hegelian sayap kiri
menyangkal bahwa filsafat tidak berhenti pada Hegel, melanjutkan filsafat
Hegel dengan menggunakan prinsip-prinsip Hegel. Gambar di sebelah
kanan adalah Baron Von Holbach dan di sebelah kiri adalah Ludwig
Feuerbach.

Gambar 2.1 Epikuros

2.1.1 Materialisme Mekanistik

Materialisme mekanistik adalah aliran filsafat yang pandangannya


materialistis sedangkan metodenya mekanistik. Aliran ini mengajarkan
bahwa materi selalu dalam keadaan bergerak dan berubah, gerak bersifat
mekanis, atau gerak yang tetap selamanya, atau gerak yang berulang (dalam
putaran yang tiada akhir) seperti mesin tanpa perkembangan atau perbaikan
kualitatif. Materialisme mekanik sistematik, ketika ilmu mekanika mulai
berkembang pesat, pada saat itu tokoh yang terkenal sebagai pendukung

vii
materialisme adalah Democritus (± 460-370 SM), Heraclitus (± 500 SM),
yang berpendapat bahwa aktivitas mental hanyalah gerak manusia yang
sangat lembut dan mudah untuk dipindahkan. Pada abad ke-17, filosofi
materialisme mekanis digunakan sebagai senjata ideologis melawan tuan
tanah feodal. Tokoh-tokoh tersebut adalah Thomas Hobbes (1588-1679 M),
Benedict Spinoza (1632-1677 M). Pada abad ke-18, filsafat materialisme
mekanis mencapai puncaknya ketika terjadi Revolusi Perancis, oleh karena
itu dikenal dengan materialisme Perancis. Bab-babnya ditulis oleh Baron
DHolbach (1723-1789 M), Lamettrie (1709-1751 M). Materialisme Perancis
dengan tegas menegaskan bahwa materi adalah yang utama dan gagasan
adalah yang kedua. Zat adalah sesuatu yang selalu menyentuh panca indera
kita dalam beberapa hal, sedangkan sifat-sifat yang kita kenali pada
berbagai benda muncul dari berbagai kesan atau perubahan yang terjadi
pada indera kita sehubungan dengan benda tersebut.

Materialisme Perancis mengingkari pandangan agama tentang


penciptaan dunia (Demiurge), bahkan mengatakan bahwa agama diciptakan
hanya untuk memperbudak manusia dan menundukkan mereka ke dalam
kekuasaan raja-raja yang lalim. Ketika seseorang merasa sangat buruk, ada
orang yang mengancamnya dengan murka Tuhan, memaksanya untuk diam,
mengarahkan pandangannya ke surga dan tidak lagi melihat penyebab
ketidakbahagiaannya.2

Gambar 2.1.1 Benedictus Spinoza

2
Oesman Arif, Dasar-Dasar Ilmu Filsafat Timur Dan Barat, Edisi ke 2 (Surakarta: Genta
Nusantara, 2009), 129.

viii
2.1.2 Materialisme Metafisik

Materialisme metafisik merupakan aliran filsafat yang sudut


pandangnya bersifat materialistis, namun metode penelitian yang digunakan
adalah metafisika. Materialisme metafisik mengajarkan bahwa materi selalu
statis, statis, atau statis selamanya, ketika materi berubah, perubahan itu
disebabkan oleh faktor luar atau kekuatan luar. Pergerakan materi ini
disebut gerak luar, atau gerak luar, kemudian materi tersebut berada dalam
keadaan tersendiri atau tidak ada hubungan di antara keduanya. Tokoh
terkemuka termasuk Ludwig Feuerbach dan Ludwig Buchner.
Materialisme metafisik berpendapat bahwa keberadaan ide-ide absolut pra-
universal Hegel, atau keberadaan kategori-kategori logis sebelum
keberadaan dunia, merupakan sisa-sisa khayalan dari kepercayaan akan
keberadaan pencipta di luar dunia. Dunia material, yang dapat dirasakan
dengan panca indera, adalah satu-satunya realitas. Segala sesuatu berdiri
sendiri dan segala sesuatu yang benar tidak bergerak atau diam.

Büchner tidak selalu jelas mengenai hubungan antara materi dan


gaya dalam teorinya. Pada suatu waktu dia menolak untuk menjelaskannya,
namun secara umum dia berpikir bahwa semua kekuatan alam dan spiritual
ada dalam materi. Seperti yang dia katakan dalam bukunya Kraft und Stoff,
seperti mesin uap menghasilkan gerak, maka kompleks organik kompleks
pembawa dalam organisme hewan menghasilkan sejumlah efek tertentu,
yang jika digabungkan secara keseluruhan, disebut pikiran. jiwa atau
pikiran. Büchner berpendapat bahwa kekuasaan dan akal muncul dari materi
primordial, monisme materialistis. kurang tertarik untuk menciptakan
metafisika ilmiah dibandingkan menentang idealisme romantis dan
interpretasi teologis alam semesta para pendahulunya. Menurutnya alam itu
murni bersifat fisik, tidak mempunyai tujuan, tidak ada kemauan, tidak ada
hukum yang dipaksakan oleh kekuatan asing, dan tidak ada sanksi etis
supranatural.

ix
Gambar 2.1.2 Ludwig Buchner

2.1.3 Materialisme Dialektis

Materialisme dialektis adalah aliran filsafat yang pandangannya


materialistis dan metodenya dialektis. Di sekolah ini diajarkan bahwa
materi-materi itu berkaitan satu sama lain, saling mempengaruhi dan
bergantung satu sama lain.3 Gerak materi merupakan gerak dialektis, yaitu
gerak atau perubahan ke bentuk yang lebih tinggi atau lebih berkembang,
seperti spiral. Tokoh-tokoh tersebut adalah Karl Marx (1818-1883 M),
Friedrich Engels (1820-1895 M). Gerak material merupakan gerak internal
yang bergerak atau berubah karena rangsangan (kekuatan gerak) faktor
internal. Sesuatu yang masih ada hanyalah penampakan atau wujudnya saja,
karena sifat dari suatu gejala yang muncul atau wujud yang tidak bergerak
adalah isinya tetap bergerak, maka imobilitas merupakan salah satu bentuk
gerak.

Marx dan temannya Engels mengambil materialisme Feurbach dan


menolak metode metafisiknya sebagai landasan filsafat mereka,
menggunakan dialektika sebagai metode mereka, dan menolak pandangan
idealis Hegel. Dialektika Hegel digunakan sebagai metode yang menentang
dan menyangkal metode metafisika yang mendominasi bidang filsafat
selama berabad-abad. Hegel mengatakan yang penting dalam filsafat adalah
metodenya, bukan kesimpulan dari dan mengenainya.

3
Ida Bagus Made, Pengantar Ilmu Sosial (Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2017), 92.

x
Gambar 2.1.3 Karl Marx

2.1.4 Materialisme Feurbach

Sepeninggal Hegel, terdapat dua kubu Hegelian, yaitu Hegelian


kanan dan Hegelian kiri, dan Feuerbach merupakan salah satu tokoh
Hegelian kiri. Ludwig Feuerbach lahir di Landshut, Jerman pada tahun
1804. Dia meninggal di Nuremberg pada tahun 1872. Ia belajar teologi
Protestan di kota Heidelberg dan melanjutkan studi filsafat dengan Hegel di
Berlin. Feuerbach mengajar di Erlangen tanpa bayaran dan tidak diterima
untuk posisi akademis, jadi dia memutuskan untuk belajar dan menulis
sendiri. Karya Feuerbach yang paling penting dan terkenal pada masa itu
adalah Das Wessen des Christentums (Sifat Kekristenan), Das Wessen der
Relegion (Sifat Agama) dan Theogonie (Asal Usul Tuhan).

Marx mengatakan bahwa Feuerbach adalah tokoh yang


menunjukkan bahwa filsafat hanyalah sebuah agama yang dimasukkan ke
dalam pemikiran dan pemikiran untuk dikembangkan lebih lanjut.
Feuerbach mereduksi filsafat, melihat filsafat sebagai satu kesatuan, dan
agama serta antropologi sebagai hal lain. Marx berpendapat bahwa filsafat
tidak lebih dari sesuatu yang lain, dan Marx mendefinisikan yang lain
sebagai ekonomi politik. Ketika Feuerbach berpendapat bahwa seluruh
realitas diambil dari alam material sebagai realitas hakiki. Feuerbach sendiri
menyadari bahwa keberadaan alam dapat dirasakan melalui pikiran, dan

xi
objek dipahami oleh subjek yang sadar. Konsep kesadaran ini menimbulkan
pertanyaan bagaimana kesadaran bisa muncul tanpa ada yang menyadarinya
sebelumnya.

Dengan kata lain, jika manusia ingin menjadi subjek, ia harus


memisahkan diri dari alam. Dapat diartikan bahwa alam adalah landasan
kesadaran, karena tanpa alam mustahil munculnya perbedaan. Menurutnya,
filsafat yang dibangun Hegel tidak sesuai dengan realitas konkret pikiran,
karena realitas konkret pikiran adalah alam material itu sendiri. Alam adalah
landasan utama realitas, artinya seluruh realitas dapat dibawa kembali ke
dunia material sebagai realitas tertinggi. Feuerbach juga menyimpulkan
bahwa alam adalah dasar dari manusia. Dia juga mengubah konsep Hegel
tentang Ide, Semangat, Logos menjadi alam material. Kritik Feuerbach
bertujuan untuk mengubah idealisme menjadi materialisme.

Kembali pada persoalan alam material sebagai realitas hakiki,


manusia tidak hanya bisa sadar diri karena bisa memisahkan diri dari alam,
namun manusia juga bisa merenungi hakikatnya sendiri. Refleksi ini tetap
ada di alam. Menurut Feuerbach, hakikat manusia berarti pikiran, kemauan
dan hati. Oleh karena itu, hakikat manusia dapat diidealkan menjadi sesuatu
yang tak terhingga yang disebut Allah. Dalam agama Kristen, idealisasi ini
terlihat jelas, yaitu Tuhan dipahami sebagai mahatahu (pikiran sempurna),
baik (kehendak sempurna) dan pengasih (hati sempurna), karena Tuhan
adalah dambaan manusia. Oleh karena itu, kata Allah harus diganti dengan
sifat manusia. Agama harus digantikan dengan politik, karena masyarakat
sudah terlalu lama terasing dari dirinya sendiri.

Feuerbach mengatakan bahwa manusia harus dikembalikan pada


dirinya sendiri. Feuerbach tidak berusaha menghapuskan agama, namun ia
tetap menghormati agama, meski hanya sebagai ajaran tentang manusia. Ia
hanya ingin menyempurnakannya, sehingga filsafat harus dipadukan dengan
agama. Menurut Feuerbach, agama adalah suatu hubungan yang didasarkan
pada cinta kasih antar makhluk. Apa yang disebut sifat Tuhan tidak lain
adalah sifat manusia itu sendiri. Dengan asumsi bahwa kodrat manusia

xii
adalah kodrat Tuhan, Homo homini Deus est, manusia adalah tuhan bagi
satu sama lain. Dengan kata lain, manusia adalah dewa bagi satu sama lain.
Feuerbach berpendapat bahwa teologi tidak lain hanyalah antropologi. Di
mata Feuerbach, teologi sangatlah penting dan bukannya remeh. Teologi
sangat penting dan relevan, namun bukan sebagai studi tentang Tuhan,
melainkan sebagai antropologi. Teologi inilah yang mengajarkan manusia
tentang hakikat manusia itu sendiri. Manusia adalah pusat, awal dan akhir
agama. Dalam pengertian lain, teologi tidak digantikan, melainkan dibaca
sebagai antropologi. Menurut Feuerbach, keterasingan merupakan penyakit
manusia yang harus diobati. Seseorang tidak bisa bebas kecuali dia
menyadari kesalahannya. Manusia bukanlah ciptaan Tuhan, namun Tuhan
adalah ciptaan manusia. Keterasingan itu terjadi melalui tiga tahap, yaitu:
(1) Realisasi Yang Tak Terbatas,
2) Yang Tak Terbatas ini disebut Allah, dan
3) Allah yang harus disembah dan dimuliakan.
Feuerbach sependapat dengan idealisme Hegel yang berarti proyeksi
diri adalah keterasingan diri. Dari ketiga tahapan di atas, orang
memproyeksikan dirinya sendiri, kemudian orang melihat bahwa hasil
proyeksinya berbeda dengan dirinya. Orang-orang menganggap hasil
prediksi berdiri sendiri dan jauh di atas dirinya sendiri. Proyeksi ini tidak
lain adalah Tuhan. Jika kita sudah mengetahui bahwa Tuhan adalah salah
satu bentuk keterasingan terhadap manusia, maka agama merupakan sebuah
realitas negatif yang harus diatasi oleh manusia. Manusia menjadi terasing
dari agama. Feuerbach tidak serta merta berasumsi bahwa agama tidak ada
gunanya karena manusia tidak bisa menghindari keterasingan yang berujung
pada nubuatan. Proyeksi ini merupakan inti kesadarannya akan hakikat
dirinya. Jika manusia bisa sadar akan kodratnya, maka manusia bisa
menghilangkan keterasingan atau isolasi diri. Menurut Feuerbach, agama
sebenarnya tidak menyembuhkan, namun seseorang yang beragama harus
disembuhkan. Ada sesuatu yang obyektif diluar diri kita yang tidak kita
tolak, padahal sudah dinubuatkan (oleh Allah). Feuerbach tidak konsisten
dalam mengambil dialektika Hegel karena ia hanya mengambil dialektika,
bukan kebenaran.

xiii
Gambar 2.14 Ludwid Feurbach

2.2 Pengertian Aliran Diterminisme

Di sisi lain, determinisme meyakini bahwa manusia mereka tidak


mempunyai kebebasan untuk bertindak dan berkehendak, samping Aliran
ini mengatakan bahwa segala sesuatu di alam ini diatur oleh hukum.
Alasannya Manusia tidak terkecuali. Baruch Spinoza (1632-1677) adalah
salah satu filsuf mengingkari kebebasan manusia. Dia mengklaim hal itu
kebebasan yang kita rasakan hanyalah semu saja, namun merupakan
konsekuensi dari kenyataan yang kami sadari. Kami menyebutnya
keniscayaan kebebasan (Franz Magnis Suseno, 1997: 101). Artinya: Orang
tidak mereka berhak memilih salah satu dari dua pilihan (Harun
Hadiwijoyo, 1989: 29). Menurut Holbach, kebebasan manusia adalah
sebuah fantasi, Faktanya, manusia tidaklah bebas. Sama seperti semuanya
Di dunia ini, manusia tidak bisa lepas dari determinisme sejati. benar-benar
universal (Nico Syukur Dister, 1988: 127-128). Selain itu Holbach berkata,
"Bisa dibilang saya merasa bebas." Perasaan ini hanyalah ilusi untuk
dibandingkan ilusi seekor lalat dalam dongeng. Lalat itu bersinar di
batangnya kereta raksasa, tapi tepuk punggungmu untuk tekadmu arah
perjalanan Seorang pria yang berpikir dirinya bebas ada seekor lalat yang
membayangkan bisa menggerakkan alam di alam semesta, meskipun dia
sendiri mengembara di sana (Nico Syukur Dister, 1988 : 126). Seperti yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya, memang demikian masalah
kebebasan memang berlaku khususnya dalam pemikiran Islam (teologi

xiv
Islam), bahkan lama dianggap sebagai masalah rasional. Aliran
diterminisme merupakan hasil dari lapangan ilmu pengetahuan yang
dibuktikan para ahli antropologi, fisiologi dan sosiologi dan aliran ini belum
dibuktikan secara ilmiah.4

Diterminisme biasa dibedakan menjadi derajat penentuannya.


Dengan perbedaan ini ada yang disebut diterminisme keras dan
diterminisme lunak. Diterminisme keras adalah paham yang tidak ragu-ragu
menegaskan adanya nasib suratan tangan manusia. Paham ini menolak
dengan tegas adanya kebebasan manusia dan berasama itu adnya tanggung
jawab bermoral. Diterminisme lunak adalah menegaskan bahwa tidak ada
pertentangan antara diterminime dan kebebasan manusia.5

2.3 Pengertian Aliran Naturalisme

Naturalisme adalah teori yang menerima baik alam maupun alam


(alam) seperti semua kenyataan. Istilah 'natura' telah dipakai dalam filsafat
dengan bermacam-
macam arti, dari dunia fisika yang dapat dilihat oleh manusia, sampai
kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Istilah naturalisme
adalah kebalikannya ungkapan supernaturalisme, yang mencakup
pandangan dualistik alam dengan kehadiran atau keberadaan (dengan
adanya) suatu kekuatan yang berada di atas atau melampaui alam. Aliran ini
hampir bersamaan dengan aliran Nativisme, tokoh aliran ini adalah J.J
Rousseau filosof perancis tahun (1712-1778) Rosseau berpendapat bahwa
semua anak adalah baik waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi
menjadi buruk ditangan manusia.6

2.3.1 Naturalisme materialistis

Naturalisme Materialisme adalah konsep dan bentuk yang sempit


naturalisme yang lebih terbatas. Materialisme biasanya mengatakan

4
Yahman, Karakteristik Wanprestasi Dan Tindak Pidana Penipuan: Yang Lahir Dari
Hubungan Kontraktual (Jakarta: Kencana, 2014), 118.
5
Sudarminta, Etika Umum (Yogyakarta: PT Kanisius, 2016), 46.
6
Rania Tania, Reclective Activity As Naturalis Intelligence Model, Cet ke-1 (Surabaya:
CV. Jakad Media Publishing, 2019), 11.

xv
demikian tidak ada apa pun di dunia ini selain materi atau alam (nature) dan
dunia fisik satu. Istilah materialisme dapat didefinisikan dalam banyak cara.
Pertama Materialisme adalah teori bahwa materi memiliki atom diri dan
gerakan adalah elemen yang membentuk alam dan itu pikiran dan kesadaran
(kesadaran) mencakup semua proses psikologis adalah bentuk bahan dan
dapat disederhanakan menjadi elemen-elemen struktur tubuh Kedua, agar
doktrin alam semesta dapat ditafsirkan sepenuhnya ilmu fisika Namun
kedua definisi tersebut mempunyai arti yang sama cenderung menghadirkan
bentuk materialisme yang lebih tradisional. Di atas baru-baru ini doktrin ini
digambarkan sebagai energisme yang mengembalikan semua energi ke
bentuk atau bentuk positivisme, yang menekankan ilmu pengetahuan dan
menyangkal hal-hal sebagai hakikat realitas tertinggi (realitas tertinggi).
Materialisme modern mengatakan bahwa alam (alam semesta) ada kesatuan
materi yang tak terbatas. Alam, termasuk semua bahannya dan energi
(gerakan atau gaya) selalu ada dan akan selalu ada dan sifatnya itu (dunia)
adalah realitas yang keras, nyata, material, obyektif, dan mampu diketahui
orang. Materialisme modern mengatakan bahwa materi itu ada sebelum
jiwa (pikiran) dan dunia material adalah yang pertama, sedangkan
pemikiran tentang dunia ini adalah hal kedua. Di dunia sekarang ini,
materialisme dapat mengambil keduanya bentuknya, yaitu: pertama,
mekanisme atau materialisme mekanis (mechanical materialisme) dengan
penekanan pada ilmu pengetahuan alam dan kedua materialisme dialektis
(materialisme dialektis).

1. Materialisme mekanis

Materialisme mekanis memiliki daya tarik yang buruk karena


kesederhanaannya. Apa yang nyata (benar-benar ada) di dalamnya manusia
adalah tubuhnya dan ukuran kebenaran atau kenyataan adalah sentuhan
penglihatan dan suara. Mekanisme mekanisnya menarik seperti kebanyakan
manusia selalu terikat pada benda-benda material dan filsafat yang berpikir
bahwa hanya hal-hal ini yang nyata. Masalah dengan pencarian pangan,
sandang dan papan selalu menjadi masalah. A kaum materialis terkesan
dengan stabilitas dan kelanggengan benda-benda fisik serta kebutuhannya

xvi
kehidupan manusia Mekanisme sebagai teori dan metode membuahkan
hasil hasil yang baik dalam ilmu alam. Banyak orang berpikir mereka tidak
bisa menjelaskan segala sesuatunya dengan hati-hati sampai mereka dapat
menjelaskannya secara mekanis. Dalam konteks ini sifat kejelasan
(intelligibility) menjadi sama dengan penjelasan mekanis dan materialistis.

Materialisme mekanis dalam bentuknya mencakup banyak hal,


tampaknya telah membebaskan orang dari tanggung jawab pribadi atau
moralitas Tindakan moral dan seruan untuk mencapai cita-cita hanya masuk
akal jika masyarakat mempunyai kebebasan bertindak. Itu tidak ada untuk
sekelompok orang Tanggung jawab ini sangat baik karena menghilangkan
masalah etika dan moral atau menjadikan hal-hal tersebut subjektif dan
seorang kerabat. Misalnya, jika seorang anak dilarang bermain pisau dn
tangannya tersayat. Maka itulah bentuk hukuman alam yang dapat menjadi
pelajarn bagi anak.7

2. Materialisme Dialektis

Materialisme dialektis muncul dari perjuangan sosial yang besar


muncul sebagai akibat dari revolusi industri. Ide ini ada hubungannya
dengan itu Bersama Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-
1895). itu menjadi filosofi resmi Rusia dan Tiongkok; Ajaran Marx dan
Engels diberikan ditafsirkan dan diperluas oleh Lenin, Stalin, Mao Tse
Tung dan lain-lain. Materialisme dialektis tidak sama dengan materialisme
mekanis yang telah dibahas sebelumnya. Namun materialisme dialektis
sangat baik menghormati sains dan mencatat bahwa sains memberi kita
persepsi indrawi. Pengetahuan nyata adalah pendekatan dari perspektif
politik dan sejarah dan bukan oleh ilmu pengetahuan dan alam. Hal ini
ditekankan di sana perkembangan sejarah, dimana permasalahannya berupa
organisasi ekonomi dianggap mendasar dalam masyarakat. Beginilah istilah
ini digunakan materialisme sejarah dan determinisme ekonomi.

2.3.2 Naturalisme humanistik

7
Femmy Roosje and Ferny, Pengantar Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Selat Media
Patners, 2023), 87–88.

xvii
Naturalisme humanistik adalah filsafat yang menekankan pada
manusia, kepentingan dan persoalan kemanusiaan. Filosofi ini diartikan
sebagai: mengikuti: Humanisme adalah suatu cara hidup yang sadar akan
kemampuannya manusia dan sumber daya sosial dan alam. Sudut pandang
humanistik manusia sebagai akibat (produk) alam ini – perkembangan dan
sejarah umat manusia dan tidak mengakui pikiran atau tujuan dan kekuatan
kosmos (alam yang agung). Humanisme mengungkapkan suatu sikap atau
keyakinan meminta untuk bertanggung jawab atas kehidupan manusia di
dunia ini, menekankan rasa saling menghormati dan mengakui kemerdekaan
pada manusia (Harold H. Titus dkk., 1984: 308). Naturalisme humanistik
harus dibedakan dari dua aliran filsafat lainnya, yaitu materialisme mekanis
dan humanisme renaisans. Pertama-tama, Anda harus dibedakan dari
mekanisme mekanis berdasarkan determinisme ketat dan cenderung
beranggapan bahwa segala sesuatunya taat hukum. Hukum fisika.
Sebaliknya, naturalisme humanistik menekankan penyelidikan sosial dan
berusaha bersikap adil terhadap benda-benda organik dan keinginan dan
kepentingan masyarakat. Filosofi ini mengakui sifatnya apalagi pada
masyarakat dan pengikutnya mengatakan bahwa aliran itu memperhatikan
kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Kedua, naturalisme humanistik harus
dibedakan dengan humanisme Renaisans, meskipun naturalisme humanistik
juga disebut "Renaisans". Humanisme dimodernisasi dan dimodernisasi.
Pengikut humanisme Renaisans mengagumi orang-orang Yunani, terutama
kehidupan mereka didasarkan pada akal dan keseimbangan serta
mengeksplorasi peradaban kuno.

Gerakan Renaisans pada dasarnya adalah gerakan sastra yang


sedang berkembang sikap percaya terhadap orang dan pikiran manusia. Itu
terjadi condong ke literatur klasik daripada alkitabiah. Pergerakan. Sebuah
konsep baru yang disebut Literacy Humanism mendukung pendidikan gratis
ketinggalan jaman dan bertentangan dengan pendidikan profesional saat ini.
Gerakan ini mengingatkan pada humanisme Renaisans. Para pendukung
naturalisme humanistik menghormati untuk ilmu pengetahuan modern;
mereka menerima asumsi, asumsi dan penemuannya. Mereka sangat

xviii
memperhatikan biologi, psikologi, kedokteran dan ilmu sosial, Ilmu-ilmu ini
berfokus pada manusia dan kesejahteraan mereka. Sains bukan sebagai
contoh realitas, tetapi sebagai ciptaan manusia menguasai dunia Para
naturalis yang humanis menerima hukum itu Hukum alam adalah buatan
manusia. Naturalisme humanistik adalah a. filsafat berdasarkan metode
empiris ilmiah dan berfokus pada hipotesis dan pengujian untuk tujuan
pengendalian. Pendukung aliran naturalistik humanis menekankan prinsip
kontinuitas Tidak ada perbedaan yang tajam antara intelektual, biologis, dan
fisik. Mereka berpendapat demikian menurut teori evolusi kesinambungan
dari yang kurang kompleks ke yang lebih kompleks. Proses intelektual
berkembang dari proses organik dan biologis dan dari proses organik
muncul dari proses fisik, namun tidak sama dengan proses tersebut. dia
sebuah postulat metodologis, panduan penelitian dan tidak ada apa-apa
cobalah untuk mengisolasi satu dari yang lain. Para pendukung naturalisme
humanistik menyangkal kekayaan tersebut pengalaman manusia dan
berbagai fenomena alam tidak bisa menjelaskan atau mengurangi ke hal
lain. Keberatan reduksionisme membedakan naturalisme humanistik dari
materialisme kuno. Dunia adalah apa yang ada atau tampak. Naturalisme
baru menerima kenyataan proses fisik dan intelektual dan menerima
keberadaan proses ini sebagai fakta empiris.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut materialisme, realitas bersifat material atau fisik,


menempati ruang dan waktu, bersifat luas (res extensa), dan objektif,
sehingga dapat diukur, dihitung, dan diamati.

Materialisme mekanistik adalah aliran filsafat yang pandangannya


materialistis sedangkan metodenya mekanistik. Aliran ini mengajarkan
bahwa materi selalu dalam keadaan bergerak dan berubah, gerak bersifat

xix
mekanis, atau gerak yang tetap selamanya, atau gerak yang berulang
(dalam putaran yang tiada akhir).

Materialisme metafisik merupakan aliran filsafat yang sudut


pandangnya bersifat materialistis, namun metode penelitian yang
digunakan adalah metafisika.

Materialisme dialektis adalah aliran filsafat yang pandangannya


materialistis dan metodenya dialektis.

Feuerbach mereduksi filsafat, melihat filsafat sebagai satu


kesatuan, dan agama serta antropologi sebagai hal lain.

Di sisi lain, determinisme meyakini bahwa manusia mereka tidak


mempunyai kebebasan untuk bertindak dan berkehendak, samping Aliran
ini mengatakan bahwa segala sesuatu di alam ini diatur oleh hukum.

Naturalisme adalah teori yang menerima baik alam maupun alam


(alam) seperti semua kenyataan. Istilah 'natura' telah dipakai dalam filsafat
dengan bermacam-macam arti, dari dunia fisika yang dapat dilihat oleh
manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu..

Naturalisme Materialisme adalah konsep dan bentuk yang sempit


naturalisme yang lebih terbatas. Materialisme biasanya mengatakan
demikian tidak ada apa pun di dunia ini selain materi atau alam (nature)
dan dunia fisik satu.

Naturalisme humanistik adalah filsafat yang menekankan pada manusia,


kepentingan dan persoalan kemanusiaan.

3.2 Saran

Penulis menyadari masih terdapat adanya kekurangan dalam


penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran demi membangun untuk meningkatkan ilmu pengetahuan lebih
dalam.

xx
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Oesman. Dasar-Dasar Ilmu Filsafat Timur Dan Barat. Edisi ke 2. Surakarta:
Genta Nusantara, 2009.

xxi
Juhaya. Aliran-Aliran Filsafat Dan Etika. Cet ke-6. Jakarta: Kencana, 2020.

Made, Ida Bagus. Pengantar Ilmu Sosial. Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2017.

Roosje, Femmy, and Ferny. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Selat Media
Patners, 2023.

Sudarminta. Etika Umum. Yogyakarta: PT Kanisius, 2016.

Tania, Rania. Reclective Activity As Naturalis Intelligence Model. Cet ke-1.


Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2019.

Yahman. Karakteristik Wanprestasi Dan Tindak Pidana Penipuan: Yang Lahir


Dari Hubungan Kontraktual. Jakarta: Kencana, 2014.

xxii

Anda mungkin juga menyukai