Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

“PANDANGAN ILMU PENGETAHUAN TENTANG MANUSIA”

(Manusia Sebagai Makhluk Budaya)

DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr. YALVEMA MIAZ, M.A, Ph.D

OLEH

MARIA BERLIANA NOGO KARANGORA


22129052

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hikmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah Flsafat Pendidikan berupa makalah
tentang "Pandangan Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia”
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Yalvema Miaz, M.A,
Ph.D sebagai dosen pengampu yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
makalah ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang ditekuni.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat membantu penulis dalam
memperbaiki makalah ini, serta semoga makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan
pembaca.

Bandung, 05 April 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1


A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2


A. Pandangan Ilmu Pengetahuan tentang Manusia.............................................. 2
B. Manusia Sebagai Makhluk Budaya .................................................................. 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 9


A. Kesimpulan ....................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berkaitan dengan pendidikan, maka hakikat manusia perlu dibahas di awal,karena
pendidikan yang dilakukan adalah untuk manusia. Socrates dalam (Tafsir2010:7)
mengatakan bahwa belajar yang sebenarnya adalah belajar tentang manusia.Manusia
menjadi sosok sentral di alam dunia, karena manusia mengurusdirinya sendiri dan alam.
Manusia membuat peraturan sendiri untuk mengaturdirinya sendiri, manusia juga
membuat peraturan sendiri untuk mengatur alam.Hewan, tumbuhan, lautan, daratan,
gunung, dan lain-lain berada di bawah aturanyang dibuat oleh manusia. Bahkan
manusipun tunduk pada peraturan yangdibuatnya sendiri. Kerusakan dan kelestarian alam
tergantung pada manusia sebagaisosok sentralnya. Jadi, sudah sewajarnya jika manusia
harus mengenali hakikat manusia yang sebenarnya.
Kelestarian manusia dan alam harus tetap dijaga dengan sebaik-baiknya, untuk itu
manusia sebagai sosok sentral harus dibekali dengan pengetahuan tentang hakikat
manusia, sehingga manusia mengetahui cara-cara menjaga kelestarian manusia dan alam.
Pengetahuan tentang hakikat manusia tersebut hanya akan diperoleh jika manusia
memperoleh bimbingan dari orang lain melalui proses pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Jelaskan bagaimana pandangan ilmu pengetahuan tentang manusia
2) Jelaskan manusia sebagai makhluk budaya

C. TUJUAN
1) Untuk mengetahui pandangan ilmu pengetahuan tentang manusia
2) Untuk mengetahui manusia sebagai makhluk budaya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PANDANGAN ILMU PENGETAHUAN TENTANG MANUSIA


Pandangan ilmu pengetahuan tentang manusia dalam filsafat melibatkan berbagai
perspektif dan teori yang berusaha untuk memahami sifat, eksistensi, dan peran
manusia dalam dunia. Beberapa pandangan utama dalam filsafat tentang manusia
meliputi:
1) Dualisme
Dualisme adalah konsep atau teori yang memiliki beragam penggunaan di
berbagai bidang, termasuk dalam konteks ilmu pengetahuan, filsafat, dan
bahkan hukum. Untuk memberikan informasi yang lebih spesifik, tolong
berikan konteks atau bidang khusus mana yang Anda maksud ketika Anda
menyebut "dualisme." Dengan konteks yang lebih jelas, saya dapat
memberikan informasi yang lebih relevan tentang materi tersebut. Pandangan
ini, yang dianut oleh filsuf seperti René Descartes, memisahkan antara tubuh
dan pikiran manusia. Manusia memiliki aspek materi (tubuh) dan aspek non-
materi (pikiran atau jiwa).
2) Materialisme
Materialisme dalam filsafat adalah pandangan bahwa realitas fundamental
terdiri dari materi fisik dan energi, bukan entitas non-fisik seperti jiwa atau
roh. Beberapa poin penting tentang materialisme dalam filsafat meliputi:
 Materialisme dan Reduksionisme: Materialisme cenderung mencoba
menjelaskan fenomena mental, seperti pikiran dan kesadaran, sebagai
hasil dari proses fisik dan kimia dalam otak. Ini sering dikritik karena
dianggap sebagai pendekatan reduksionis yang mengabaikan aspek-
aspek non-fisik dari eksistensi manusia.
 Determinisme: Banyak pandangan materialis memiliki elemen
determinisme, yaitu keyakinan bahwa segala sesuatu dalam alam
semesta dapat dijelaskan oleh hukum-hukum fisika. Ini memiliki
implikasi pada pandangan tentang kebebasan manusia dan
pertanggungjawaban.

2
 Monisme: Materialisme sering dilihat sebagai bentuk monisme, yaitu
keyakinan bahwa ada satu substansi atau realitas dasar dalam alam
semesta. Dalam kasus materialisme, substansi itu adalah materi.
 Sejarah Materialisme: Materialisme dalam filsafat memiliki akar
sejarah yang panjang, dengan tokoh-tokoh seperti Demokritus dan
Lucretius di antara yang pertama kali mengembangkan pandangan ini.
Selama berabad-abad, pemikiran materialis telah berkembang dan
berubah.
 Materialisme dalam Sosiologi: Materialisme juga memiliki relevansi
dalam sosiologi, di mana ia mengacu pada pemahaman bahwa faktor-
faktor materi seperti ekonomi dan struktur sosial memainkan peran
utama dalam membentuk masyarakat dan perilaku manusia.
Harap dicatat bahwa ada variasi dalam pandangan materialis di dalam
filsafat, dan pandangan ini telah menjadi subjek perdebatan yang
berkelanjutan selama berabad-abad.Teori ini berpendapat bahwa manusia
hanyalah produk materi dan proses fisik. Tidak ada entitas non-fisik seperti
jiwa. Filsuf seperti Karl Marx dan Thomas Hobbes menganut pandangan ini.
3) Determinisme
Beberapa filsuf berpendapat bahwa manusia adalah hasil dari faktor-faktor
yang menentukan, dan kebebasan manusia hanyalah ilusi. Pendekatan ini
sering terkait dengan determinisme ilmiah.Determinisme dalam filsafat adalah
pandangan bahwa segala peristiwa dan tindakan dalam alam semesta
ditentukan oleh sebab-sebab yang ada sejak awal, sehingga tidak ada
kebebasan sejati. Terdapat beberapa variasi determinisme dalam filsafat:
 Determinisme Kausal: Pandangan ini menyatakan bahwa setiap
peristiwa memiliki sebab dan akibat yang dapat diprediksi berdasarkan
hukum alam. Ini mengimplikasikan bahwa tindakan individu juga
ditentukan oleh sebab-sebab sebelumnya
 Determinisme Logis: Pandangan ini mengatakan bahwa segala sesuatu
telah ditentukan secara logis berdasarkan aturan-aturan dan prinsip-
prinsip tertentu. Ini bisa berarti bahwa peristiwa masa depan telah
"tertulis" secara logis.

3
 Determinisme Teologis: Ini adalah pandangan bahwa takdir atau
rencana ilahi menentukan segala sesuatu. Dalam konteks ini,
kebebasan manusia mungkin hanya sejauh yang diizinkan oleh tuhan
atau kekuatan ilahi.
 Determinisme Psikologis: Teori ini berfokus pada bagaimana pengaruh
psikologis dan perkembangan individu menentukan perilaku mereka.
Ini dapat memandang bahwa pengalaman masa lalu dan
ketidaksempurnaan manusia menentukan pilihan dan tindakan mereka.
Determinisme sering kali menjadi perdebatan dalam filsafat karena kontradiksi
dengan ide kebebasan manusia. Beberapa filsuf mencoba memadukan elemen
determinisme dengan kebebasan manusia, seperti determinisme
kompatibilistik yang menyatakan bahwa kebebasan manusia dapat ada
bersamaan dengan determinisme.
4) Existensialisme
Aliran ini, yang diwakili oleh Jean-Paul Sartre, menekankan kebebasan
individu dan tanggung jawab pribadi dalam menentukan makna hidupnya.
Existensialisme adalah aliran pemikiran filosofis yang menekankan
pentingnya eksistensi individu dan kebebasan pribadi dalam menentukan
makna hidup mereka. Beberapa poin penting dalam eksistensialisme termasuk:
 Eksistensi Mendahului Essensi: Eksistensialis berpendapat bahwa
manusia terlahir tanpa makna yang tetap dan harus menciptakan makna
hidup mereka sendiri melalui tindakan dan keputusan mereka.
 Kebebasan dan Tanggung Jawab: Eksistensialisme menekankan
kebebasan individu untuk membuat pilihan, tetapi juga tanggung jawab
atas konsekuensi tindakan mereka
 Kesenjangan dan Kegelisahan: Konsep "kesenjangan" mengacu pada
perasaan ketidakcocokan antara eksistensi individu dan dunia
eksternal, sementara "kegelisahan" adalah ketidaknyamanan atau
kecemasan yang timbul dari kesadaran akan eksistensi
 Kehidupan Autentik: Eksistensialisme mendorong individu untuk
hidup dengan cara yang autentik dan sesuai dengan nilai-nilai yang
mereka yakini, daripada mengikuti norma sosial atau konvensi.

4
 Ketidakpastian dan Kebingungan: Eksistensialisme mengakui
ketidakpastian dan kebingungan dalam hidup, dan menantang individu
untuk menghadapinya daripada mencari jawaban mutlak.
 Individuisme: Eksistensialisme sering menghargai individualitas dan
mengkritik konformitas.
Eksistensialisme memiliki pengaruh besar dalam filsafat, sastra, seni, dan
psikologi, dengan tokoh-tokoh seperti Jean-Paul Sartre, Albert Camus, dan
Søren Kierkegaard sebagai perwakilan terkenal dari aliran ini.
5) Humanisme
Humanisme filsafat menekankan martabat dan potensi manusia. Fokusnya
adalah pada pengembangan pribadi, kebebasan, dan pemahaman
etika.Humanisme adalah sebuah pandangan dunia yang menekankan nilai-nilai
kemanusiaan, martabat individu, dan perkembangan potensi manusia.
Beberapa poin penting dalam humanisme meliputi:
 Martabat Manusia: Humanisme meyakini bahwa setiap individu
memiliki martabat yang tinggi dan nilainya sebagai manusia.
 Kebebasan: Humanisme mendorong kebebasan berpikir, berpendapat,
dan berekspresi. Hal ini mencakup kebebasan beragama, berpendapat,
dan berkreasi.
 Pengembangan Potensi: Humanisme percaya bahwa manusia memiliki
potensi untuk tumbuh dan berkembang, baik secara intelektual maupun
emosional. Pendidikan dan pengembangan diri sangat dihargai.d.
Toleransi dan Keadilan: Humanisme mengedepankan nilai-nilai
toleransi, kesetaraan, dan keadilan. Ini termasuk penolakan terhadap
diskriminasi rasial, gender, dan sosial.
 Rasionalitas: Humanisme menghargai rasionalitas dan metode ilmiah
sebagai cara terbaik untuk memahami dunia dan menyelesaikan
masalah.
 Humanisme Sekuler: Humanisme sering kali berakar dalam pemikiran
sekuler, yang berarti tidak terkait dengan agama tertentu. Namun, ada
variasi dalam pandangan humanis tergantung pada latar belakang
budaya dan keagamaan individu.

5
 Keberlanjutan Lingkungan: Beberapa cabang humanisme modern juga
menekankan pentingnya menjaga lingkungan alam untuk generasi
mendatang.
Humanisme telah berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan manusia,
termasuk filsafat, seni, pendidikan, dan hak asasi manusia.
6) Posthumanisme
Pandangan ini muncul di era modern dan menggagas pertanyaan tentang
perubahan konsep manusia dalam konteks teknologi dan bioteknologi yang
maju.Pandangan tentang ilmu pengetahuan tentang manusia dalam filsafat
dapat sangat bervariasi, danini hanya merupakan gambaran umum tentang
beberapa pendekatan utama.Posthumanisme adalah aliran dalam filsafat yang
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sifat manusia dan masa depan
manusia dalam konteks perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Beberapa konsep dan ide penting dalam posthumanisme meliputi:
 Transhumanisme: Konsep ini mencakup pemikiran bahwa manusia
dapat mengubah dan meningkatkan diri mereka melalui teknologi. Ini
termasuk pemikiran tentang augmentasi manusia, seperti implantasi
chip atau manipulasi genetik untuk meningkatkan kemampuan
manusia.
 Kritik terhadap Antroposentrisme: Posthumanisme menantang
pandangan tradisional tentang manusia sebagai pusat alam semesta. Ia
berpendapat bahwa manusia tidak boleh ditempatkan di puncak
hierarki eksistensi.
 Simulasi dan Realitas Virtual: Posthumanisme membahas pertanyaan
tentang realitas virtual, simulasi, dan kesadaran dalam dunia digital,
yang menciptakan dilema tentang batasan antara kenyataan dan dunia
virtual. d. Moralitas dan Etika: Aliran ini juga menghadirkan
pertanyaan tentang etika dalam konteks teknologi yang semakin
canggih, seperti etika pengembangan kecerdasan buatan, kloning, dan
modifikasi genetik.
 Kehidupan Panjang dan Kebangkitan: Beberapa teori posthumanisme
mempertimbangkan konsep-konsep seperti kehidupan panjang atau
kebangkitan tubuh melalui teknologi medis.

6
 Pemikiran tentang Singularitas: Ada pemikiran tentang kemungkinan
terjadinya "singularitas," yaitu saat teknologi mencapai tingkat yang
sangat tinggi dan mengubah masyarakat dan manusia secara mendasar.

B. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA


Manusia adalah makhluk yang luar biasa kompleks dan sempurna yang
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga sudah menjadi kodratnya jika
kedudukan manusia secara pribadi dianugerahi oleh Tuhan, dengan berbagai
kemampuan dan bakat alami yang melekat pada dirinya sesuai dengan sifat-sifat
aslinya. Selanjutnya, manusia dibedakan oleh Tuhan dari berbagai segi panca indra,
kemampuan berpikir, dan sebagainya. Namun, manusia juga dikaruniai dengan
berbagai keistimewaan tertentu oleh Tuhan Yang Maha Esa. Berangkat dari realitas
tersebut manusia kerap dikaitkan dengan hadirnya suatu budaya (Rahayu, 2016).
Kebudayaan berasal dari kata “budaya”. Budaya diserap dari kata bahasa
Sanskerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari “buddhi” yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan dapat diartikan sebagai segala hal yang bersangkutan dengan budi atau
akal. Koentjaraningrat (Rahayu, 2016) mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan
perkembangan dari bentuk jamak “budi daya”, artinya daya dari budi, serta kekuatan
dari akal.Manusia disebut sebagai mahluk berbudaya karena manusia memiliki akal
dan budi atau pikiran dan perasaan. Dengan akal dan budi manusia berusaha terus
menciptakan benda-benda baru untuk memenuhi tuntutan jasmani dan rohani yang
akhirnya menimbulkan kebahagiaan (Ridwan & Fibrila, 2023).
Seseorang manusia dikatakan makhluk berbudaya apabila tingkah lakunya
dituntun oleh akal budinya, sehingga menciptakan kebahagiaan yang hakiki kepada
dirinya dan lingkungan serta tidak bertentangan dengan ketentuan tuhan,. Dengan
ungkapan “bermanfaat bagi lingkungan nya” hendaklah ditafsirkan paling tidak,
perilakunya tersebut tidak merugikan orang lain. Misalnya mencuri , jelas perbuatan
manusia itu tidak berbudaya, sebab walaupun perbuatan itu mendatangkan manfaat
bagi diri dan keluarganya, tetapi mungkin merugikan orang lain dan yang jelas ada
larangan tuhan, umpamanya lagi seseorang manusia mengakhiri hidup dengan bunuh
diri, walaupun prinsip pelaku perbuatannya itu untuk kebahagian dirinya dan tidak
merugikan orang lain atau pihak lain, tetap bukanlah berbuatan yang berbudaya
karena perbuatan tersebut dilarang tuhan yang maha pencipta. Widagdho, dkk (2010:
25). Kebudayaan itu hanya dimiliki oleh masyarakat manusia, kebudayaan itu tidak
7
diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar; dan
kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Budaya dimilki bersama oleh setiap masyarakat. Untuk lebih mudahnya
masyarakat adalah wadahnya, masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain
adalah perbedaan latar belakang masing-masing masyarakat. Budaya yang dimiliki
suatu masyarakat cenderung bertahan ataupun berubag sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dialami oleh masyarakat yang bersangkutan. Budaya tercipta atau
terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di
alam raya ini. Manusia diciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran
sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan dan secara hakikatnya menjadi
khalifah di muka bumi ini. Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensi,
intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan semua kemampuan
yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa menciptakan menciptakan
kebudayaan.Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil
karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam
melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Kebudayaan adalah produk
manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain,
kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan manusia dapat hidup
ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada
manusia sebagai penduduknya. Manusia yang berbudaya akan berfikir tentang
bagaimana caranya menggunakan benda hewan atau binatang untuk lebih
memudahkan kerja manusia dan menambah hasil usahanya dalamkaitannya untuk
pemenuhan kepentingan dan kebutuhan hidup sehari-hari (Ridwan & Fibrila, 2023).
Kedudukan manusia sebagai makhluk budaya ditandai dengan fungsi akal dan
budi manusia. Akal (ratio, cipta) berfungsi sebagai alat berpikir dan sumber ilmu
pengetahuan dan teknologi (science and technology). Manusia dengan akalnya bisa
menilai fakta, peristiwa, atau lingkungan yang benar sehingga diterima oleh akal
(nilai kebenaran atau nilai kenyataan), sedangkan yang salah ditolak oleh akal
(Rahayu, 2016). Seperti contoh dalam masyarakat hakikat manusia sebagai makhluk
budaya adalah seperti kebiasaan di daerah bali yang biasa melakukan upacara
pemakaman yang biasa disebut dengan ngaben. Kajian manusia dalam kajian
keislaman tidak dapat dapat dilepaskan dari konteks masyarakat muslim itu sendiri.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam pandangan filsafat, manusia juga dianggap sebagai makhluk unik
dengan berbagai kemampuan dan potensi. Beberapa pandangan seperti
materialisme, dualisme, dan eksistensialisme mencoba menjelaskan sifat dan
eksistensi manusia dari berbagai perspektif. Dalam pandangan ilmu pengetahuan,
terdapat berbagai aliran dan teori yang mencoba memahami sifat dan peran
manusia dalam dunia, seperti dualisme, materialisme, determinisme,
eksistensialisme, humanisme, dan posthumanisme.
Penting untuk diingat bahwa semua pandangan ini memberikan kontribusi
berharga dalam memahami kompleksitas manusia dan memberikan wawasan yang
berharga tentang peran dan makna keberadaan manusia dalam dunia ini.
B. SARAN
Penulisan makalah ini disadari jauh dari kesempurnaan, tiada gading yang tak
retak. Oleh krena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah selanjutnya. Terimakasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Muhammad. Filsafat pendidikan. Kencana, 2015.


Salahudin, A. (2011). Filsafat pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia
Muhmidayeli. (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditma.
Jalaludin. (2012). Filsafat pendidikan manusia, pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grapindo Perseda.

10

Anda mungkin juga menyukai