Anda di halaman 1dari 5

Pendekatan Dalam

Memahami Hadist
Kelompok 12

Dosen Pengampu:
Yuli Yanti M.Pd.I Novi Andriani 2111100364
Wita Khotima 2111100366
Siti Noviya Rohmah 2111100303
A. Pendekatan Tekstualitas

Pemahaman hadist dengan cara tekstual artinya memahami sebuah hadist dengan apa adanya pada
teks hadist ( lafzhiyah). Pada dasarnya hadist dapat dipahami secara secara tekstual, namun apabila
tidak dapat dipahami secara tekstual, maka bisa ditempuh dengan pemahaman kontekstual. Kebanyakan
hadist yang dibaca umat islam adalah tekstual seperti hadist:

: ّ ‫َصلُّـواـكـ ََما َرَٔا ْيـتُ ُمو ِنـئُا َص ِل‬


‫ي‬
Artinya: “Sholatlah kamu sebagaimana kalian melihat aku sholat”
Hadist ini bisa dipahami dengan jelas melalui teks (lafadz) dan hadist itu sendiri.

Contoh lain hadist yang diriwayatkan oleh HR.Muslim,

‫ ِن ْصال ُْع ُش ِر‬:‫اس ِق َي ِبالن ّ َْض ِح‬


ُ ‫و َم‬،َ ‫ ال ُْع ُش ُر‬:‫عثَريًّا‬ َ ‫َٔا ْوك‬،‫اء َوال ُْعيُ ْو ُن‬
َ ‫َان‬ ُ ‫الس َم‬
َّ ‫ت‬ِ ‫اس َق‬
َ ‫ِفيْ َم‬

Artinya: “Semua yang diairi dengan sungai dan hujan maka diambil sepersepuluh dan yang diairi dengan
disiram dengan pengairan maka diambil seper dua puluh [HR Muslim]”.
B. Pendekatan Kontekstual

Apabila sebuah hadist tidak dipahami dengan tekstual, maka harus dipahami dengan kontekstual yaitu
dipahami dengan melihat aspek-aspek diluar teks (lafadz) hadist itu sendiri, bisa dipahami dengan yang ada
kaitannya dengan asbab wurud al-hadist, seacar geografis, sosio kultural, dll.

1. Pemahaman dengan cara asbab wurud al-hadist

Tidak semua hadist mempunyai latar belakang historis, ada hadist yang diriwayatkan karena faktor-
faktor tertentu.
Telaah historis melalui sebab wurud hadist sangat penting dilakukan karena dengan mengetahuinya,
maka akan mengetahui makna hadist yang umum, khusus,mutlak, muqayyad,sehingga diketahui makna
hadist sesuai porsinya.
2. Pendekatan Bahasa

Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang
selanjutnya digunakan dalam memahami suatu kajian. Pendekatan penafsiran teks keagamaan akan sangat
memengaruhi corak tafsir yang dihasilkan. Terdapat banyak pendekatan yang dapat digunakan oleh
pensyarah hadist. Salah satu pendekatan terpenting adalah pendekatan linguistik atau bahasa.

Pendekatan bahasa dalam pendekatan studi hadist adalah pemaknaan teks matan hadist dengan
mempertimbangkan unsur kebahasaan yang meliputi fonologi, morfologi sintaksis sebuah bahasa. Karena
hadist menggunakan kata-kata arab, maka langkah pertama yang diambil ialah memahami kata-kata sukar.
Bagi para sahabat sebagai mukhatab, apa yang disampaikan rosulillah, dari segi bahasa tidak ada yang
sulit. Para sahabat terdiri atas kabilah-kabilah yang untuk menyebut sesuatu terkadang menggunakan
dialek atau istilah yang berbeda-beda. Rasulullah dapat menyesuaikan diri dalam hal ini.

Ketika sampai pada beberapa generasi, terasa bagi pemerhati hadist bahwa istilah itu asing; terlebih
pemerhati hadis tidak seluruhnya menggunakan bahasa arab sebagai bahasa ibunya. Itu sebabnya ulama
hadis berkepentingan menyusun Ilm Gharib Al-Hadist. Imam Ahmad bin Hambal ketika ditanya mengenai
makna kata “asing” dalam sebuah hadist menyatakan “tanyalah kepada yang ahli gharib al-hadist, karena
saya tidak suka berbicara hadist mengenai perkiraan saja”.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan bahasa, seseorang dapat mengetahui makna-
makna yang asing, sehingga pendekatan bahasa sangatlah penting digunakan dalam memahami hadist
nabi saw. Sudah sangat jelas sekali, bahwa urugensi pemahaman hadist dengan menggunakan pendekatan
bahasa yaitu untuk mengetahui makna yang masih belum jelas atau pun kata yang menggunakan makna
sebenarnya dan kata-kata yang bermakna bersifat majaz.

Dalam ilmu balaghah, menyebut “singa itu sedang berpidato” lebih tepat dan lebih ringkas serta
lebih menggambarkan keutuhan dibanding dengan menyebutkan “ sifulan yang gagah berani sedang
berpidato”. Karena itu ketika membaca hadist, pertanyaan pertama setelah tidak ada kata-kata sukar
ialah pernyataan ini berisi kiasan atau tidak. Kalimat ini tidak bisa tidak, harus dipahami sebagai kiasan
atau dalam ilmu balaghah dikenal dalam istilah majaz isti’arah yaitu suatu kiasan yang meminjam istilah
lain yang dimiliki kesamaan sifat.

Anda mungkin juga menyukai