Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


PSIKOLOGI

DI SUSUN OLEH

NGATIYEM
NIM: P00320117 063

PROGRAM AFIRMASI PENDEKATAN RPL

PRODI KEPERAWATAN CURUP

POLTEKES KEMENKES

BENGKULU

2017/ 2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Psikologi ini.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan menuju jalan
yang terang benderang yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu dengan agama Islam.

Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, demi terselesainya


makalah ini, penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh dari kesempurnaan,
dan sudah pasti masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan saran yang sifatnya
membangun semangat penulis yang sangat penulis harapkan.

Ucapan terma kasih kepada segenap pihak yang telah membantu penyusunan ini.
dan penghargaan pula kami persembahkan kepada teman-teman yang selalu memberikan,
dorongan dan motifasi serta suport kepada kami. Penulis berharap agar para pembaca
dapat memberi kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah ini.

Saya menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari makalah ini.Oleh sebab
itu,saya membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.

Penulis

Ngatiyem
NIM: P00320117 063
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial, yang kesehariannya selalu berintraksi dengan
mahluk lainnya. Baik itu sesama manusia atau lingkungan sekitar nya. Dari sifat sosialnya
inilah yang membawa pengaruh terhadap berbagai aspek dari kehidupannya, disadari
ataupun tidak disadari, sebagai contoh: orang tua kita dalam mendidik kita kadang
terpengaruh oleh orang tuanya ketika mendidiknya, atau seorang guru yang menganut
faham gurunya dalam mendidik muridnya.
Dari pengaruh itulah, kadang tanpa disadari kita telah mempelajari psikologi. Yang
mana psikologi adalah disiplin ilmu yang didalamnya mempelajari sesuatu yang
berhubungan dengan perilaku. Maka sudah sewajarnya kalau Rita L. Atkinson mengatakan
kalau “Tidak ada orang pada kini yang mengaku tidak mengenal psikologi”. Maka dari itu
penulis mencoba untuk menulis makalah ini yang didalamnya menjelaskan sesuatu yang
berhubungan dengan psikologi. Dengan mengangkat judul “objek,ruang lingkup dan
manfaat psikologi”

B. Rumusan Masalah
Dalam perumusan ini penulis akan merumuskan tentang :
a. Konsep Bio-psikologi
b. Perilaku manusia
c. Perkembangan kepribadian
d. Bio psikologi dan proses sensorik-motorik
e. Kesadaran diri
f. Persepsi dan motivasi
g. Emosi,stres dan adaptasi
h. Proses berpikir dan pemecahan masalah
i. Konsep belajar
j. Intelejensi dan kreatifitas
k. Gangguan prilaku
l. Pembentukan sikap
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini agar penulis dapat menjelaskan tentang :
a. Menjelaskan tentang Konsep Bio-psikologi
b. Menjelaskan tentang Perilaku manusia
c. Menjelaskan tentang Perkembangan kepribadian
d. Menjelaskan tentang Bio psikologi dan proses sensorik-motorik
e. Menjelaskan tentang Kesadaran diri
f. Menjelaskan tentang Persepsi dan motivasi
g. Menjelaskan tentang Emosi,stres dan adaptasi
h. Menjelaskan tentang Proses berpikir dan pemecahan masalah
i. Menjelaskan tentang Konsep belajar
j. Menjelaskan tentang Intelejensi dan kreatifitas
k. Menjelaskan tentang Gangguan prilaku
l. Menjelaskan tentang Pembentukan sikap

C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini penulis makalah ini adalah metode
pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP BIO-PSIKOLOGI

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia berkaitan dengan fungsi
dan kerja alat-alat tubuh. Hal ini artinya kondisi tubuh dan kerja alat-alat tubuh
mempengaruhi perilaku manusia yang meliputi kemampuan kognisi, kemampuan afeksi
dan kemampuan konasi.Dalam perkembangan ilmu psikologi faal di dunia barat bernama
Biopsikologi, dalam kajiannya biospikologi memiliki lima bagian utama yaitu :
a. Physiological psychology yaitu manipulasi sistem saraf dengan menggunakan
operasi,terapi elektrik dan kimiawi. b)
b. Psychoparmacology yaitu bagian dari biopsikologi yang melakukan
manipulasi sistemsaraf dengan penggunaan media kimia atau dengan obat-obatan.c)
c. Neuropsychology adalah bagian dari biospikologi yang mempelajari kemuduran peri
laku akibat kerusakan dari otak manusia.d)
d. Psychophisiology adalah bagian dari biopsikologi yang mempelajari
bagaimana perubahan kondisi fisiologis dan pengaruhnya terhadap perilaku
manusia.e)
e. Comparative Psychology adalah bagian dari bipsikologi yang lebih
cenderungmenggunakan pendekatan biologis daripada mengguankan pendekatan
mekanismesistem saraf.Menurut pendekatan biopsikolgi perilaku adalah hasil
interaksi antara tiga faktor yaitu :
a) kapasitas genetik individu yang merupakan hasil dari evolusi
b) Pengalaman
c) Persepsi individu

B. PERILAKU MANUSIA
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar ( Notoatmojo,
2003 ).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner
ini disebut teori “ S-O-R “ atau Stimulus- Organisme- Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua ( Notoatmojo, 2003 ) :
1. Prilaku Tertutup ( canver behavion )
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas
2. Perilaku terbuka ( Overt behavior )
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

C. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1. Definisi Perkembangan
Definisi dari perkembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu
perubahan menjadi bertambah sempurna dalam hal pikiran atau akal,
pengetahuan, dan lain sebagainya.
2. Definisi Kepribadian
Sedangkan definisi dari kepribadian berdasarkan Kamus Besar Bahasa yakni
keadaan manusia sebagai perseorangan atau keseluruhan sifat-sifat yang
merupakan watak-watak seseorang.
3. Sedangkan definisi menurut para psikolog sangat berbeda-beda penafsiran,
diantaranya:
a. W. Stern, mendefinisikan Kepribadian (person lichkett) yaitu aktualisasi
dari realisasi dari hal-hal yang sejak semula telah terkandung dalam jiwa
seseorang.
b. G.W. Leibniz, berpendapat bahwa Kepribadian adalah sesuatu yang berdiri
sendiri, tetapi juga sesuatu yang terbuka terhadap dunia sekitarnya.
c. Gordon W. Alport. Ia memberikan definisi Kepribadian sebagai berikut :
"Personality is the dynamic organization within the individual of those
psychophysical system that determine his unique adjustment to his
environment" (Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan cara penyesuaian
diri yang unik (khusus) dari individu tersebut terhadap lingkungannya).

Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya


sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik.

Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2005 mengemukakan bahwa, tahapan


perkembangan kepribadian yaitu:

1. Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi
didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di
sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap
asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi
menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak
percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat
asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-
situasi tersebut seringkali bayi menangis.

2. Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya


kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas
tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan,
bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak
lain dia ga telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga
seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.

3. Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative –


guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-
kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena
kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan.
Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan
untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.

4. Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–


inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini
anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk
mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain
karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang
dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan
ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.

5. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity


Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan
dan kecakapan–kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan
membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para remaja sering sekali
sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan
identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan
toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya
mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh
terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.

6. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy –


isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat
dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai
longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya
dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan
untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang
akrab atau renggang dengan yang lainnya.

7. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity –


stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah
mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya
cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat
pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak
mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap
pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal –
hal tertentu ia mengalami hambatan.

8. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity –


despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi,
semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi
yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir.
Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya
tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai.
Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi
masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan
dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.

D. BIO-PSIKOLOGI DAN PROSES SENSORIK-MOTORIK


Biopsikologi merupakan pendekatan psikologi dari aspek biologi. Manusia pada
dasarnya mewarisi sifat-sifat fisik dari orang tuanya, atau juga nenek dan kakeknya secara
genetik. Ciri-ciri ini nampak melalui aspek tinggi badan, warna kulit, warna mata, keadaan
rambut lurus atau kerinting, ketebalan bibir dan sebagainya. Demikian pula ahli
biopsikologi melihat bahawa sifat dan tingkah laku manusia juga mengalami pewarisan
daripada induk asal. Sebagai contoh sifat pendiam, talkactive, dominan atau pasif adalah
ciri-ciri sifat alamiah manusia dan tidak dipelajari melalui pengalaman.
Pertumbuhan kognitif didasarkan pada tindakan panca indera dan motorik.
Dimulai dengan tindakan yang terutama berbentuk reaksi refleks. Dalam tahap terakhir
dari periode sensori motor, anak membentuk gambaran mental, dapat meniru tindakan
orang lain yang telah lalu dan merancang arti baru dari pemecahan persoalan dengan
menggabungkan skema yang didapat sebelumnya dengan pengetahuan secara mental.
Dalam periode singkat dari 18
bulan atau 2 tahun “anak itu telah mengubah dirinya dari organisme yang sama sek
ali tergantung pada sifat refeleks bawaan lainnya menjadi orang yang mampu
berpikir secara simbolik”.
E. KESADARAN DIRI
Kesadaran diri adalah keadaan dimana Anda bisa memahami diri Anda sendiri
dengan setepat-tepatnya. Anda disebut memiliki kesadaran diri jika Anda memahami
emosi dan mood yang sedang dirasakan, kritis terhadap informasi mengenai diri Anda
sendiri, dan sadar tentang diri Anda yang nyata. Pendek kata, kesadaran diri adalah jika
Anda sadar mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri yang ada dalam diri Anda.
Orang sedang berada dalam kesadaran diri memiliki kemampuan memonitor diri,
yakni mampu membaca situasi sosial dalam memahami orang lain dan mengerti harapan
orang lain terhadap dirinya. Kalau orang lain mengharapkan Anda bicara, maka Anda
bicara. Kalau orang lain mengharapkan Anda diam, maka Anda diam. Kalau orang lain
mengharapkan Anda yang maju duluan, Anda maju duluan.
Orang yang bisa memonitor diri pasti disukai orang lain. Namun jika kemampuan
monitor dirinya sangat tinggi malah bisa menjadi bunglon, alias tidak memiliki identitas
karena dimana-mana selalu berusaha menyesuaikan diri. Sebaliknya, orang yang rendah
monitor dirinya selalu berperilaku konsisten karena tidak ada usaha untuk menyesuaikan
diri dengan situasi yang dihadapi. Entah di pesta, di rapat, di acara apapun dan bertemu
siapapun perilakunya tetap saja sama.
Kesadaran diri bisa dibedakan menjadi dua, yakni :
1. Kesadaran diri publik
Orang yang memiliki kesadaran diri publik berperilaku mengarah keluar dirinya.
Artinya, tindakan-tindakannya dilakukan dengan harapan agar diketahui orang lain.
Orang dengan kesadaran publik tinggi cenderung selalu berusaha untuk melakukan
penyesuaian diri dengan norma masyarakat. Dirinya tidak nyaman jika berbeda
dengan orang lain.

2. Kesadaran diri pribadi.


Orang dengan kesadaran diri pribadi tinggi berkebalikan dengan kesadaran diri
publik. Tindakannya mengikuti standar dirinya sendiri. Mereka tidak peduli norma
sosial. Mereka nyaman-nyaman saja berbeda dengan orang lain. Bahkan tidak
jarang mereka ingin tampil beda. Mereka-mereka yang mengikuti berbagai
kegiatan yang tidak lazim dan aneh termasuk orang-orang yang memiliki kesadaran
diri pribadi yang tinggi.
Kesadaran diri atau (self-awareness) di yakini merupan satu dari sekian kunci
keberhasilan hidup. salah satu defensi dari self-awareness menyebutkan, ada 3 hal yang
harus di kenali dan di sadari sepenuhnya.
1. Pertama nilai dan tujuan yang di miliki;
2. Kedua kebiasaan, gaya, kekuatan dan kelemahan diri;
3. Ketiga, hubungan antara perasaan,pemikiran dan tingkah laku.

F. PERSEPSI DAN MOTIVASI


a. Pengertian persepsi
Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi,
mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan
gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam Arindita, 2002) berpendapat
bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan.
Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input),
pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan
dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Adapun Robbins (2003)
mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di
mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka.
Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif
yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu
sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang
relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar
selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat
indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar
proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup
baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap
sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak.
Leavitt (dalam Rosyadi, 2001) membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu
pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai
penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas
mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu
sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar
melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan
suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian
menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.

b. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan internal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
tindakan. Dengan memahami motivasi, kita dapat mengetahui perilaku serta keinginan
yang sesuai dengan budaya setiap individu. Motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau
psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu dengan respon dan juga merupak
proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan
keputusan yang terjadi pada diri seseorang (Wahjosumidjo, 1987).
Motivasi menurut Herlina, adalah kekuatan, tanaga, keadaan yang komplek,
kesiapsediaan dalam diri individu dalam bergerak (motion) ke arah tujuan tertentu, baik
disadari atau pun tidak disadari. Ada tiga aspek dalam motivasi, yaitu :
1. Keadaan yang mendorong, yang ada dalam organisme, yang muncul karena adanya
kebutuhan tubuh, stimulus lingkungan, atau kejadian mental seperti berpikir dan
ingatan
2. Tingkah laku, yang dibangkitkan dan diarahkan oleh keadaan tadi.
3. Tujuan yang menjadi arah dari tingkah laku. Jadi motif membangkitkan tingkah laku
dan mengarahkannya pada tujuan yang sesuai. Selain itu, motivasi merupakan
kompleksitas proses fisik fisiologi yang bersifat energetik (dilandasai dengan adanya
energi), keterangsangan (disulut oleh stimulus), dan keterarahan (tertuju pada
sasaran).

Menurut Robert E. Franken (1982), kajian motivasi seringkali dikaitkan dengan teori
arousal (pembangkitan), arahan (direction), dan perilaku yang berlangsung secara terus
menerus (persistence of behavior). Ada dua sumber motivasi, yaitu intrinsik dan
ekstrinsik. Motivasi intrinsik (berasal dari dalam diri individu) adalah suatu perilaku yang
berhubungan langsung dengan fungsi perilaku tersebut.
Menurut M. Sherif & C.W. Sherif (1956) motif adalah istilah generik yang meliputi
semua faktor internal yang mengarah ke berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua
pengaruh internal seperti kebutuhan (needs) yang berasal dari fungs-fungsi organisme,
dorongan dan keinginan, aspirasi, dan selera sosial yang bersumber dari fungsi-fungsi
tersebut.

G. EMOSI, STRES DAN ADAPTASI


a. Teori Stess
General Adaptation Syndrome Dikemukakan oleh Hans Selye (1982)
Menurut teori ini, stress adalah reaksi pertahanan tubuh secara keseluruhan
terhadapsumber-sumber penyebab stress/stressor * Terbagi atas 3 proses :- The
initial alarm reaction; tubuh bereraksi terhadap tantangan/ancaman dari luar -
Resistance Stage; suhu tubuh normal, tetapi adrenalin tetap dikeluarkan
(bertahan,berdaptasi) sehingga kondisi fisiologis tetap terjaga- Exhaustion Stage;
masa kelelahan, bila terus berlangsung akan mengakibatkan kematian
The Stress Life Events Model Dikemukakan oleh Holmes & Rahe (1967),
Holmes & Matsubi (1972)
Mereka setuju dengan pendapat Selye bahwa kejadian khusus dalam kehidupan
dapatmemberikan efek secara fisik . Penelitian mereka bertujuan untuk
mengidentifikasikan kejadian-kejadian khusus dalamkehidupan yang menjadi
penyebab dari stress* Menurut teori ini, stress muncul sewaktu-waktu berdasarkan
atas kejadian yang dialamiindividu dimana kejadian itu menimbulkan perilaku
coping dan respon adaptif * Mereka menyusun Social Readjustment Rating Scale,
yang berisikan kejadian-kejadiandalam kehidupan yang dikorelasikan dengan
gejala-gejala gangguan penyakit.

b. Teori Emosi
Lebih lanjut Kartini Kartono (1990:90) mengungkapkan beberapa teori
tentang perasaan yang dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu:
1. Teori Skolastik; yaitu menganggap bahwa perasaan itu sebagai bagian dari
stadium awal dari keinginan atau sebagai satu bentuk keinginan, namun belum
diiringi dengan dorongan aktivitas. Merupakan kesiapan untuk menumbuhkan
keinginan.
2. Teori Biologis, yaitu melihat perasaan sebagai onderdil pengikat antara
pengamatan dan perbuatan. Perasaan itu memberikan nilai kepada pengamatan
yaitu merupakan gaya gerak untuk perbuatan reaktif. Dalam hal ini perasaan-
perasaan itu bersifat teleologis yaitu terarah pada satu tujuan.
3. Teori Intelektuilitis; yaitu bahwa perasaan merupakan perihal tanggapan.
Disebabkan oleh sifatnya yang sangat dinamis, tanggapan-tanggapan yang
jelas dan terasosiasi satu sama lain akan memperlancar berlangsungnya
perasaan.
4. Teori Voluntaristis; yaitu yang primer bukannya pengenalan, akan tetapi
perasaan dan kemauan. Awal dari kemauan itulah yang disebut dengan
perasaan.
5. Teori sensualistis dan teori fisiologis, yaitu anggapan bahwa gejala-gejala
fisik atau jasmaniah yang muncul sewaktu kita mendapat kesan-kesan
tertentu misalnya berupa perubahan pernafasan, kontraksi otot dan lain-lain
adalah penyebab dari emosi-emosi tersebut.

c. Teori adaptasi
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy
(1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti
diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus
berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-
perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan
untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap
semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,
jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia
mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun
negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.
H. PROSES BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH
a. Proses Berpikir

Proses selalu berhubungan dengan masalah-masalah baik masalah yang timbul dari
situasi masa kini. masa lampau dan mungkin masalah-masalah yang belum terjadi. proses
pemecahan itu disebut proses berpikir. dalam memecahkan tiap masalah timbul dalam jiwa
kita berbagai kegiatan lain .
Kegiatan berpikir dalam memecahkan masalah :
 Mengetahui apa masalahnya
 Bagaimana memecahkan
 Hal-hal yang dapat membantu pemecahkan masalah tersebut
 Apa tujuan untuk memecahkan masalah itu

b. Pengertian Berpikir
Berpikir adalah suatu tindakan manipulasi aktif terhadap informasi, berasal dari input
sensorik dan memori.
 Berpikir merupakan suatu cara membuat kesimpulan terhadap fenomena yang sedang
berlangsung didunia, berhubungan dengan pengamat atau pemikir, membuat tindakan yang
akan datang berdasarkan pada apa yang ditemukan.
 Berpikir dapat diungkapan secara verbal, visual atau model konsep lain.

Seperti telah dipaparkan di depan bahwa dalam proses berpikir adanya itik tolak
yang dijadikan titik awal dalam berpikir itu. Berpikir bertitik tolak pada masalah yang
dihadapi oleh seseorang. Hal-hal atau fakta-fakta dapat dijadikan titik tolak dalam
pemecahan masalahnya. Dalam proses berpikir tidak selalu berlangsung dengan begitu
mudah, seiring orang menghadapi hambatan-hambatan dalam proses berpikirnya.
Sederhana tidaknya dalam memecahkan masalah bergantung pada masalah yang
dihadapinya. Memecahkan masalah hitungan 6 x 7 akan jauh lebih mudah apabila
dibandingkan dengan memecahkan soal-soal statistika misalnya. Hambatan-hambatan
yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat disebabkan antara lain karena :
1. Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh
2. Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data
yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir.
Kekurangan data dan kurang jelasnya data yang akan menjadikan hambatan dalam
proses berpikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan satu dengan yang lain,
misalnya dalam ceritera-ceritera detektif. Karena itu ruwet tidaknya sesuatu masalah,
lengkap tidaknya data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses berpikir
seseorang.

c. Pemecahan Masalah
1. Pengertian Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan salah satu upayah untuk mendapatkan yang lebih
tepat dalam mencapai tujuan ketika tujuan tersebut belum dapat tercapai.
Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalan dan dengan
demikian seseorang akan terpacu untuk mencapai tujuan tersebut dengan berbagai usaha
atau cara.
Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan /
yang diartikan sebagai pengambilan solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.
Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi hasil dari pemecahan
masalah yang dilakukan.

2. Proses Pemecahan Masalah

Wessels (Woolfolk dan Nicolich, 2009:321) mengemukakan bahwa dalam pemecahan


masalah ada 4 langkah ditempu yaitu :
 Memahami masalah
Langkah pertama secara tepat masalah yang sedang dihadapi.
 Menyeleksi solusi
Setelah menentukan akar masalah yang sedang dihadapi, maka langkah berikutnya
adalah menentukan rencana pemecahan yang akan dan mungkin dapat ditempuh
 Memutuskan rencana
Pada tahap ini ditandai dengan pemilihan suatu rencana matang untuk memecahkan
suatu masalah. Memutuskan suatu masalah suatu rencana berarti seseorang telah
mempertimbangkan semua kemungkinan dari masing-masing solusi yang ada dan
memilih solusi yang dianggap terbaik dari sekian banyaknya solusi yang ada.

 Mengevaluasi hasil tahapan selanjutnya


Mengevaluasi hasil tahap selanjutnya adalah mengevaluasi hasil yang telah
tercapai. Pada tahap ini memberi atau mengeluarkan fakta-fakta, baik yang
menguatkan maupun yang melemahkan pilihan-pilihan yang telah ada.

I. KONSEP BELAJAR
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar
merupakan suatu proses. Proses belajar ditandai dengan adanya perubahan pada perilaku
individu, tetapi tidak semua perubahan pada perilaku individu terjadi karena belajar.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Skinner (dalam Muhibbin Syah, 2010:88), bahwa
“Belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progressif”. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan
itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Menurut Slameto (2010:2), mengemukakan bahwa ”Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tinkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interaksi dengan lingkungannya”.

Lebi lanjut lagi dikemukakan oleh Muhibbin Syah (2010:90), “Belajar dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkunganya yang melibatkan proses
kognitif”. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala
aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para
guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-
hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil
pembelajaran yang dicapai peserta didik.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalamannya sendiri dan interaksi dengan lingkungannya baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor demi memperoroleh tujuan
tertentu.

J. INTELEJENSI DAN KREATIVITAS


a. Pengertian intelejensi
Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah
untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.
Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang
beragam.
Deskripsi perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif dapat
dikembangkan berdasarkan hasil laporan berbagai studi pengukuran dengan menggunakan
tes inteligensi sebagai alat ukurnya, yang dilakukan secara longitudinal terhadap
sekelompok subjek dari dan sampai ketingkatan usia tertentu secara test-retest yang alat
ukurnya disusun secara sekuensial
Dengan menggunakan hasil pengukuran test inteligensi yang mencakup general
(Infomation and Verbal Analogies, Jones and Conrad telah mengembangkan sebuah kurva
perkembangan Inteligensi, yang dapat di tafsirkan anatara lain sebagai berikut :
1) Laju perkembangan Inteligensi pada masa anak-anak berlangsung sangat pesat,
2) Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis
kecakapan khusus tertentu.

b. Pengertian kreatifitas
Salah satu masalah yang kritis dalam meneliti, mengidentifikasi, dan mengembangkan
kreativitas ialah bahwa ada begitu banyak definisi tentang kreativitas, tetapi tidak ada satu
definisi pun yang dapat diterima secara universal. Mengingat kompleksitas dari konsep
kreativitas, agaknya hal ini tidak mungkin dan tidak perlu, karena kreativitas dapat ditinjau
dari berbagai aspek, yang kendatipun saling berkaitan tetapi penekanannya berbeda –
beda. Rodhes (1961, dalam Isaksen, 1987) dalam menganalisis lebih dari 40
definisi tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan
dalam istilah pribadi (person), proses, dan produk.
Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong
individu ke perilaku kreatif. Rodhes menyebut keempat jenis definisi tentang kreativitas
ini sebagai “four p’s of creativity “,yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product.
Kebanyakan definisi kreativitas berfokus pada salah satu dari empat P ini atau
kombinasinya. Keempat P ini saling berkaitan: pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam
menghasilkan produk kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan
menghasilkan produk kreatif. Torrance ( 1988) yang memilih definisi proses tentang
kreativitas, menjelaskan hubungan antara keempat P tersebut sebagai berikut : dengan
berfokus pada proses kreatif, dapat ditanyakan jenis pribadi yang bagaimanakah akan
berhasil dalam proses tersebut, macam lingkungan yang bagaimanakah akan memudahkan
proses kreatif, dan produk yang bagaimanakah yang dihasilkan dari proses kreatif?

K. GANGGUAN PERILAKU
Masalah masalah psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak dan remaja
merujuk pada usia dan kebudayaan. Dimana perilaku yang dianggap normal pada anak –
anak bisa saja tidak normal pada orang dewasa, contohnya malu dan takut pada sesuatu
hal. Takut terhadap tempat gelap akan dirasa wajar bila itu yang mengalami pada anak
anak namun akan tidak wajar bila itu yang mengalami seseorang yang telah dewasa.
Keyakinan keyakinan budaya membantu menentukan apakah orang – orang melihat
perilaku tertentu sebagai normal atau abnormal. Orang – orang yang hanya mendasarkan
pada normalitas pada standart yang berlaku pada budaya mereka saja akan beresiko
menjadi etnocentris ketika mereka memandang tingkah laku orang lain dalam budaya yang
berbeda sebagai abnormal. Perilaku abnormal pada anak – anak bergantung pada definisi
orang tua mereka yang dipandang dari kacamata budaya tertentu.
Gangguan perilaku juga ditandai dengan pola tingkah laku yang berulang dimana
hak dasar orang lain terganggu. Meskipun beberapa anak lebih bertingkah laku baik
dibandingkan dengan yang lainnya, anak yang berulangkali dan terus-menerus melanggar
peraturan dan hak orang lain dimana dengan cara yang tidak sesuai dengan usia mereka
memiliki gangguan perilaku. Masalah tersebut biasanya dimulai pada masa kanak-kanak
akhir atau awal remaja dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak
perempuan. Penilaian pada perilaku harus melibatkan lingkungan sosial anak tersebut ke
dalam catatan. Penyimpangan perilaku terjadi oleh anak sewaktu adaptasi dengan
kehidupan di daerah peperangan, tempat kerusuhan, atau lingkungan lain dengan stress
tinggi bukan gangguan perilaku.
Gangguan prilaku ditandai dengan pola tingkah laku yang berulang dimana hak
dasar orang lain terganggu. Meskipun beberapa anak lebih bertingkah laku baik
dibandingkan dengan yang lainnya, anak yang berulangkali dan terus menerus melanggar
peraturan dan hak orang lain dimana dengan cara yang tidak sesuai dengan usia mereka
memiliki gangguan prilaku. Masalah tersebut biasanya dimulai pada masa kanak-kanak
akhir atau awal remaja dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak
perempuan. Penilaian pada prilaku harus melibatkan lingkungan sosial anak tersebut ke
dalam catatan. Penyimpangan prilaku terjadi oleh anak sewaktu adaptasi dengan
kehidupan di daerah peperangan, tempat kerusuhan, atau lingkungan lain dengan stress
tinggi bukan gangguan prilaku.

L. PEMBENTUKAN SIKAP
Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimulai dari proses
belajar. Proses belajar ini dapat terjadi karena pengalaman-pengalaman pribadi seseorang
dengan objek tertentu, seperti orang, benda atau peristiwa,dengan cara menghubungkan
objek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki
sikap tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar sosial dengan orang
lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah (Azwar:1995,30):
1. Pengalaman Pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk
dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan
akanmenjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang
berkaitan dengan obyek psikologis yang akan membentuk sikap positif dan sikap
negatif. Pembentukan tanggapan terhadap obyek merupakan proses kompleks
dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi di mana
tanggapan itu terbentuk, dan ciri-ciri obyektif yang dimiliki oleh stimulus. Untuk
dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman
akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas
2. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting Orang lain di sekitar kita
merupakansalah satu di antara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap
kita. Seseorang yang kita anggap penting akan banyak mempengaruhi
pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Orang-orang yang biasanya dianggap
penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi,
teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain
3. Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap kita terutama kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan
pula-lah yang memberi corak pengalaman-pengalaman individu-individu yang
menjadi anggota kelompok masyarakatnya. Hanya kepribadian individu yang telah
mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominansi kebudayaan dalam
pembentukan sikap individual.
4. Media Masa.

.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan
perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.
Objek dan ruang lingkup psikologi meliputi objek material yaitu manusia dan objek formal
yaitu tingkah laku manusia. Dan psikologi meliputi pesikologi umum dan psikologi
khusus.

B. Saran
Dengan selesainya penulisan makalah ini, maka penulis mengharap kepada pembaca
sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini untuk memperbaikinya. Sebab penulis
bukanlah orang sempurna yang tidak lepas dari sifat kekeliruan, sehingga penulis juga
biasa melakukan kesalahan. Dan jika ada sesuatu yang biasa di jadikan bahan kajian oleh
pembaca, maka penulis akan termotivasi.
Saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat menulis penulis
akan selalu ditunggu oleh penulis.

Anda mungkin juga menyukai