Dalam Mushaf Utsmani yang digunakan oleh umat Islam Indonesia, bacaan imalah ini ditandai dengan
tulisan ( ) إللماَللةةkecil diatas lafadh yang dibaca imalah.
) اللللماَللةة ال ص
1. Imalah Shughra ( ٰصلغررى
Imalah Shughra adalah setelah bacaan imalah tersebut masih diwashalkan pada lafadh lain, sehingga
tidak berhenti disitu saja. Menurut Imam Hafash, bacaan imalah hanya pada QS. Huud ayat 41, selainnya
tidak ada. Karenanya beliau hanya menyatakan satu imalah dalam al-Qur’an sehingga tidak ada
pembagian imalah. Ayat yang dimaksud adalah :
Imalah Kubra adalah setelah bacaan imalah tersebut diwakafkan sehingga berhenti disitu saja. Kriteria
imalah kubra adalah semua lafadh dalam al-Qur’an yang akhirannya terdapat Alif Maqsurah (alif
bengkong). Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Warasy misalnya pada lafadh:
Namun terdapat pengecualian yaitu khusus bagi nama manusia yang akhirannya terdapat alif maqsurah,
tetap dibaca apa adanya tidak boleh dibaca imalah. Misalnya:
ٰطرفى
ص ل
ةم ل, ٰ يللحريى, ٰ ةملورسى, ٰلعليرسى
B. Bacaan Isymam
Isymam ( ) ا ل لللشلماَةمdalam arti bahasa berarti monyong atau mecucu. Sedangkan dalam arti istilah ulama’
Qurra’ adalah mengkombinasikan harakah fathah dengan harakat dhammah disertai monyong bibirnya.
Bacaan isymam dalam al-Qur’an ditandai dengan tulisan إللشلماَةمkecil yang berada di atas lafadh yang dibaca
isymam.
Menurut Imam Hafash bacaan isymam hanya berlaku disatu tempat, yaitu QS. Yusuf ayat 11:
اشماَم
ك للتلأللمتنــــــاَلعرلىٰ يةلوةس ل
ف لوالتناَ للهه لللناَ ل
صةحلولن لقاَلةلوا يلياَاللباَلناَلماَلل ل
1. Nun tasydid diuraikan sehingga menjadi dua nun: yang satu mati (sukun) sedang yang lain hidup
(fathah). Misalnya lafadh : َللتلأللملنلنا
2. Nun mati pertama sebagai tempat bacaan isymam, sehingga melafadkan nun itu ( )للتلأللملن, kedua bibir
dimonyongkan ke depan sebagaimana melafadkan huruf nun (melalui asmaul huruf).
3. Menarik bibir yang monyong tersebut sambil mengucapkan nun kedua, sehingga lengkap menjadi :
َللتلأللملنلنا
C. Bacaan Saktah
Bacaan saktah dalam Mushaf Ustmani yang berlaku diberi tanda لسلكتلةةkecil diantara dua lafadh yang
dibaca saktah. Namun untuk mushaf lain barangkali dijumpai tanda saktah dengan huruf سkecil di
antara dua lafadh yang dibaca saktah.
Menurut Imam Hafash, bacaan saktah dalam al-Qur’an yang berlaku hanya ada 4 tempat. Meskipun
nantinya pada tempat lain terdapat tanda saktah, namun tanda itu tidak berfungsi sebagai petunjuk
bacaan saktah. Karenanya pembaca harus hati-hati dalam memutuskan bacaannya.
Sedangkan lafadh yang tidak diperbolehkan menggunakan saktah. Walaupun terdapat tanda saktah,
adalah sebagai berikut :
D. Bacaan Naql
Naql ( ) النتلقةلberasal dari akar kata ( ) نلقلللyang artinya memindah. Sedangkan menurut istilah ulama Qurra’
adalah memindahkan harakat huruf yang hidup pada huruf yang mati sesudahnya.
Tujuan Naql dalam membaca al-Qur’an adalah untuk mempermudah bacaannya. Karena dengan adanya
bacaan naql ini, seorang pembaca mudah melafadkan kalimat tertentu dan tanpa mengalami kesulitan
karena harakat hurufnya.
Contoh :
ق بللعلد لاللليلماَلن
س لالللسةم اللفةةسلو ة
بللئ ل
Lafadh س لالللسةم
بللئ لselanjutnya dibaca naql dengan س لللسةم
بللئ لyakni memindahkan harakat alif (kasrah) pada
huruf lam yang mati.
2. Dapat pula berlaku di akhir lafadh dengan syarat lafadh itu harus diwakafkan (berhenti), sebab jika
diwashalkan maka tidak dapat dibaca naql. Contoh:
بللاَلقللس لmemindah
Letak Naql adalah pada lafadh بللاَلقللسلطjika diwakafkan maka boleh dibaca naql dengan ط
harakat kasrah huruf tha pada sin yang disukun.
لويةلمية ل
لويةلملي ةtidak boleh dibaca ت
QS. Al-‘Araf ayat 158 ت
E. Bacaan Tashil
Tas-hil ( ) تللسلهليةلmempunyai akar kata لسهةللyang artinya mudah. Adapun yang dimaksud bacaan tashil
menurut ulama Qurra’ adalah upaya memindahkan bacaan ayat-ayat al-Quran dengan cara
memindahkan harakat atau membuang huruf tertentu. Tujuannya adalah agar lafadh tersebut tidak
sukar diucapkan.
Letak Tashil pada lafadh لءاللعلجلميي, karena membaca pada dua hamzah itu sulit, maka hamzah yang satu
dibaca tashil dengan hamzah yang kedua, sehingga kedua hamzah itu cukup dibaca satu saja dengan
memanjangkannya (dibaca mad). Jadilah cara membacanya menjadi : رالعلجلميي
Menurut imam Hafash lafadh: لءاللعلجلمييdapat dibaca dua versi. Pertama, dibaca sebagaimana di atas,
sedangkan yang kedua boleh dibaca dengan alif yang kedua agak condong pada huruf ha’ walaupun tidak
terlalu ditampakkan huruf ha’nya, yakni : لءلهلعلجلميي
Sampai disini penjelasan tentang bacaan Imalah, Isymam, Saktah, Naql, dan Tashil.
Sebagaimana uraian diatas dan contoh-contoh dalam al Qur’an cukup jelas dan detail, mudah-mudahan
dapat kita pahami untuk kemudian dapat di praktekkan dalam bacaan kita sehari-hari. Amien..
Share this:
Bab Ibtida’, Washal, dan Waqaf [Penjelasan Lengkap] » « Nun Washal (Pengertian, Cara Baca, Contoh
dalam Al Quran)
Tags: bacaanbacaan isymam dalam al qur'an terdapat dalambagaimana cara membaca bacaan saktah
yang benarcontohcontoh bacaan imalah dalam al qurancontoh bacaan saktahcontoh
isymamImalahIsymamjumlah saktah dalam al quranletak bacaan isymamNaqlSaktahTashitempat bacaan
saktah
meeftha :
Related Post
POS-POS TERBARU