Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Hukum At-Takhallus dan Macam-macam Bacaan Dalam Al-Qur’an


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan
Dosen Pengampu : Dr.H.Firdaus,Lc., M.A.

Oleh :

Fera Annur Maulidina 1661206070


Siti Sopiah 1661206085
Cicih Suratni 1661206093

PRODI S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
BAB 1 ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
BAB II................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
2.1 Takhallus ................................................................................................................. 2
2.2 Pengertian Qira’ah Al-Quran .................................................................................. 7
2.3 Syarat-Syarat Qiraat Shahih .................................................................................... 8
2.4 Macam-macam Qira’at ........................................................................................... 9
2.5 Qiraat Sab’ah ........................................................................................................ 10
BAB III ............................................................................................................................. 15
PENUTUP ........................................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Membaca Al Qur’an pada dasarnya mempunyai tata aturan tertentu yang


telah ditetapkan. Allah SWT telah mensyariatkan kepada orang yang membaca Al
Qur’an untuk mengetahui dan menetapkan tata cara membaca Al Qur’anul-karim.
Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk membaca Al Qur’anul-karim
sebagaimana firman-Nya,
‫علَ ْي ِه َو َرتِ ِِل ْلقُ ْرآنَت َْرتِيل‬
َ ‫أ َ ْو ِز ْد‬

....dan bacalah Al Qur’an itu perlahan-lahan” (Al Muzzammil : 4).


Ayat ini mengandung arti membaca Al Qur’an harus dengan tumaninah (khusuk)
dan tadabbur (memperhatikan isinya) dan membacanya terus-menerus sesuai
dengan tata aturan membacanya (Munir, 1995). “Qiro’ah (Qiro’at) adalah salah
satu jenis kegiatan membaca Al Qur’an yang bukan hanya membaca biasa tetapi
mematuhi tata cara aturan tertentu. Menurut susunan baku, asal kata qiro’ah
berasal dari kata qirar yang berasal dari kata qoro’q-yaqra’u-qira’atan (membaca),
merupakan salah satu tata cara Islam dalam mengucapkan Al Qur’an yang dipakai
dan berbeda dengan yang lainnya dalam hal ucapan Al Quranul Karim, sedang
menurut pengarang kitab Ath-Thayibah dalam memberikan batas diterimanya
qiro’ah menyatakan bahwa setiap bacaan harus sesuai dengan nahwu” (Munir,
1995). Qiro’at muncul sebenarnya dari sejak jaman sahabat sampai dengan masa
tabi’in.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Qiro’at?


1.2.2 Bagaimana hukum Takhallus dalam Al-Qur’an?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Takhallus

Takhallus adalahTakhallus (jalan keluarnya) penyelesaiannya, apabila huruf


mati/sukun bertemu huruf sukun/mati (dua huruf mati bertemu).
 Bertemunya Dua Sukun Dalam Satu Kata
Bertemunya dua sukun dalam satu kata terjadi pada 2 keadaan, yaitu :
Pertama, sukun keduanya tidak asli karena waqaf.

Bertemunya dua sukun ketika waqaf pada contoh-contoh di atas dengan


cara mensukunkan huruf yang kedua, keadaannya sesuai dengan had
(batasannya). Adapun apabila kata-kata tersebut di washal, maka sukun yang
kedua dari huruf kedua dibaca dengan harakat aslinya karena ia bukan sukun
asli, melainkan sukun aridh yang disebabkan karena waqaf.

Kedua, huruf pertamanya mad atau lin.


Bertemunya dua sukun dan huruf pertama darinya adalah mad atau lin.
Cara membaca lafazh dalam keadaan ini yakni dengan memanjangkannya 6
harakat atau dengan mad lazim.

2
 Bertemunya Dua Sukun Dalam Dua Kata
Bertemunya dua sukun dalam dua kata terjadi ketika washal saja. Adapun cara
membacanya ialah dengan 2 cara, yaitu :
Pertama, dengan hadzf (membuang) atau isqat (tidak membaca) sukun yang
pertama.

Hadzf terjadi apabila huruf pertama itu adalah huruf mad dan huruf setelahnya
adalah hamzah washal.
Kedua, dengan tahrik (memberi harakat pada sukun yang pertama). Ada tiga
cara tahrik, yaitu :
1. Tahrik dengan harakat kasrah
Terjadi apabila sukun pertama ada pada akhir kata, dan sukun kedua ada
pada awal kata berikutnya, dengan syarat :
- Huruf sukun kedua adalah hamzah washal
- Huruf ketiganya berharakat dhammah.

Tahrik dengan kasrah biasanya ada pada huruf yang sukun pertamanya
adalah salah satu dari lima huruf hijaiyah berikut : lam (‫)ل‬, ta (‫)ت‬, nun (‫)ن‬,
wau (‫)و‬, dal (‫ )د‬dan tanwin.
 Huruf Lam

Contoh : ُ ‫قُ ِل اد‬


‫عوا‬
Huruf lam yang dikasrah awalnya adalah sukun, yaitu ‫قل‬. Lantas ia

ُ ‫)اُد‬, yang huruf ketiganya


bertemu dengan lafazh (‫عوا‬ ‫ع‬ berharakat

dhammah. Imam Hafsh membaca huruf lam di situ dengan harakat


kasrah.
 Huruf Ta

Contoh : ‫علَي ِهن‬


َ ِ َ‫َوقَال‬
‫ت اخ ُرج‬

3
Huruf ta yang dikasrah awalnya adalah sukun, yaitu ‫ َوقَالَت‬. Lantas ia
bertemu dengan lafazh ‫ٱخ ُرج‬ , yang huruf ketiganya ‫ر‬ berharakat

dhammah . Imam Hafsh membacanya dengan harakat kasrah.


 Huruf Nun
ُ‫س‬
Contoh : ‫كم‬ َ ُ‫أَنف‬ ‫علَي ِهم أ َ ِن اقتُلُوا‬
َ ‫َولَو أَنَّا َكتَبنَا‬
Huruf nun yang dikasrah awalnya adalah sukun, yaitu ‫أن‬. Lantas ia

bertemu dengan lafazh ‫اقتُلُوا‬ , yang huruf ketiganya ‫ت‬berharakat


dhammah. Imam Hafsh membacanya dengan harakat kasrah.
 Huruf Wau
Contoh :

Huruf wau yang dikasrah di atas awalnya adalah sukun‫ ٲن‬. Lantas

masing-masingnya bertemu dengan lafazh ‫انقُص‬,‫اخ ُر ُجوا‬,‫عوا‬


ُ ‫ٲد‬
yang huruf ketiganya berharakat dhammah. Imam Hafsh membacanya
dengan harakat kasrah.
 Huruf Dal

َ ‫قَب ِل‬
Contoh : ‫ك‬ ‫س ٍل ِمن‬ َ ‫َولَقَ ِد استُه ِز‬
ُ ‫ئ ِب ُر‬
Huruf dal yang dikasrah awalnya adalah sukun, yaitu ‫ َولَقَ ِد‬. Lantas ia

bertemu dengan lafazh ‫استُه ِزى‬ , yang huruf ketiganya berharakat

dhammah. Imam Hafsh membacanya dengan harakat kasrah.


 Tanwin

4
Sebenarnya, harakat tanwin merupakan nun sukun di akhir kata maka

lafazh ‫ فَتِيلا‬hakikatnya sama seperti lafazh ‫فَتِيلَن‬, serta lafazh ‫ت‬


ِ ‫ بِ َرح َم‬.
Keduanya lantas bertemu dengan lafazh ُ ‫ان‬dan ‫اد ُخلُوا‬, yang huruf
‫ظر‬
ketiganya berharakat dhammah. Oleh karena itu, ketika washal Imam

ِ ِ‫اد ُخلُوابِ َرح َمت‬dan


Hafsh membacanya dengan kasrah, misalnya‫ن‬ ‫فَتِيلَ ِن‬
ُ ‫ان‬
‫ظر‬
Imam Nafi, Imam Ibnu Katsir, Imam Ibnu Amir, dan Imam al-Kisa’i
membacanya dengan harakat dhammah pada sukun pertama dengan
syarat-syarat yang telah disebutkan di awal. Namun jika syarat-syarat
itu tidak terpenuhi, maka tidak ada perbedaan pendapat, dalam arti para
qari sepakat mentahrik dengan harakat kasrah. Di antara ayat yang
bacaannya disepakati yaitu :

2. Tahrik dengan harakat fathah


Tahrik dengan fathah ada 3 bentuk yaitu pada huruf jar, huruf ta ta’nits,
dan pada awal surah Al-Imran.
 Huruf Jar

َ ‫َوأَنَا‬
َّ ‫علَى ذَ ِل ُكم ِمنَ ال‬
َ‫شا ِهدِين‬
Huruf jar (‫)من‬
ِ ketika bertemu dengan sukun maka nun padanya
difathahkan. Alasannya adalah untuk menghindari tsiqal (rasa berat
atau kesulitan) dalam membaca.
 Ta Ta’nis
Jika ta ta’nits disandarkan pada alif mutsanna, seperti dalam surah At-
Tahrim ayat 10 :

‫صا ِل َحي ِن‬ َ ‫َكانَتَا تَح‬


َ ‫ت َعبدَي ِن ِمن ِعبَا ِدنَا‬

5
Lafazh‫ َكا َنتَا‬asalnya‫ َكانَت‬. Ta Ta’nits adalah huruf yang mabni (tetap,

tidak berpengaruh i’rab) dengan tanda sukun, begitu juga alif mutsanna,
sehingga ia pun diharakati dengan fathah.
 Pada awal Surah Ali’Imran
Diharakati fathah pada lafazh ‫ا ٓل ٓم‬, yakni awal surah Ali-Imran, apabila
ia dibaca secara washal. Contoh penerapannya ialah dengan
memfathahkan huruf mim pada awal surah Ali’Imran :

ُّ ‫َل ا ِٰلهَ ا ََِّل ُه َو ال َح‬


‫ي القَيُّو ُم‬ ‫ۤال ۤم َ ه‬
ٓ َ ُ‫ّللَا‬,
Apabila di washalkan, huruf mim pada di sini harus dibaca fathah demi

menjaga tafkhim (Ketebalan suara) lafazh ‫َه‬


ُ‫ّللَا‬ atau diistilahkan dengan

‫ظةٌ َع َل تَف ِخيم لَف ِظ ال َجل ل ِة‬


َ َ‫ُم َحاف‬
3. Tahrik dengan dhammah
Tharik dengan dhammah ada 2 bentuk, yaitu pada wau lin dan pada mim
jamak.
 Wau Lin

Keduanya ditahrik dengan dhammah ketika bertemu sukun.


 Mim Jamak

Lantas ia ditahrik dengan dhammah ketika bertemu dengan sukun.

6
2.2 Pengertian Qira’ah Al-Quran

“Sesungguhnya al-Qur’an diturunkan dengan 7 huruf. Karena itu, bacalah


dengan cara yang paling mudah bagi kalian.”1
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, Jibril membacakan Al-Qur’an kepadaku dengan satu huruf. Lalu aku
mengulanginya. Akupun terus minta agar ditambah dan beliau memberikan
tambahan, hingga selesai sampai 7 huruf.”2
Qiraat secara etimologi merupakan isim mashdar dari kata Qira’atan,
yaqra’u, Qara’a yang artinya baca, membaca3. Sedangkan secara terminologi telah
dikemukakan oleh para pakar Al-Qur’an, diantaranya:
1. Menurut az-Zarqani dalam kitab Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an
sebagaimana yang dikutip oleh Hasanuddin AF, qiraat adalah perbedaan lafal-
lafal Al-Qur’an baik menyangkut penyebutan huruf maupun cara pengucapan
huruf-huruf tersebut4.
2. Menurut Imam Syihabbuddin al-Qatalani dalam kitab Lataif al-Isyarat fi
Funun al-Qiraat sebagaimana yang dikutip oleh Nur Faizah, menjelaskan
bahwa qiraat adalah suatu ilmu untuk mengetahui kesepakatan serta
perbedaan para ahli qiraat (cara pengucapan lafad AlQur’an) yang
menyangkut aspek lughat, i’rab, hadzf, isbat, fasl, wasl yang diperoleh dengan
cara periwayatan5.
3. Menurut Ali as-Sabuni dalam kitab at-Tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an qiraat
adalah salah satu aliran dalam mengucapkan Al-Qur’an yang dipakai oleh
salah satu imam qura’ ang berbeda dengan lainnya dalam hal ucapan
berdasarkan sanad-sand sampai kepada Rasul.6

1
HR.Bukhari 4992 & Muslim 1936
2
HR.Bukhari 4991 & Muslim 1939
3
Munawwir, Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif,
2007), hlm. 75.
4
Hasanuddin Af, Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum Dalam Al-
Qur’an, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm.111-112.
5
Nur Faizah, Sejarah Al-Qur’an, (Jakarta Barat: CV Artha Rivera, 2008), hlm. 133.
6
Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Ilmu Al-Qur’an, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1991), hlm.
374.

7
Ada perbedaan antara qiraat, riwayat dan tariqah. Qiraat adalah bacaan yang
disandarkan kepada salah seorang imam dari qura’ yang tujuh, sepuluh atau empat
belas. Riwayat adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang perawi dari
para qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas. Tariqah adalah bacaan yang
disandarkan kepada orang yang mengambil qira’at yang tujuh, sepuluh atau empat
belas.
Sebab adanya perbedaan qira’at
‫ أنزل القرآن على‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن عبد هللا ابن مسعود قال‬
‫سبعة‬
َّ ‫حد ُم‬
‫طلَع‬ ٌ
ٍ ‫ ولكل‬،ٌّ‫ ولكل حرف َحد‬،‫وبطن‬ ‫ لكل حرف منها ظهر‬،‫أحرف‬
‫ فاقرأوا‬،‫ إن هذا القرآن أنزل على سبعة أحرف‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ما تيسر‬
‫منها‬
- Tidak semua sahabat mengetahui cara baca al-Quran yang tujuh.
- Para sahabat hidup tersebar di berbagai kota atau daerah, setiap sahabat
mengajar al-Qur’an pada penduduk setempat
- Masing-masing sahabat mempunyai perbedaan bacaan al-Quran sehingga
setiap kota mempunyai cara baca al-Quran yang berbeda.
- Bacaan al-Qur’an diterima generasi selanjutnya hingga berkembang macam-
maca qiraat al-Qur’an yang semuanya berdasarkan riwayat.

2.3 Syarat-Syarat Qiraat Shahih

Untuk menangkal penyelewengan qiraat yang sudah muncul, para imam


dari kalangan salaf maupun khalaf telah menetapkan syarat qiraat dapat dikatakan
shahih. Menurut Al-Jaziri dalam kitabnya An-Nasyr sebagaimana yang dikutip
oleh Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni, sebagai berikut:
1. Qiraat harus sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab
2. Qiraat tidak menyalahi rasm utsmani

8
3. Memiliki sanad yang sahih (diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabit) serta
diriwayatkan secara mutawatir).7
Jadi apabila ketiga persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka qiraah itu
kualitasnya dhaif (lemah), walaupun berasal dari tujuh imam. Inilah aturan shahih
yang telah ditetapkan oleh imam-imam, baik dari kalangan salaf maupun khalaf.

2.4 Macam-macam Qira’at Segi Kualitas


Macam-macam tingkatan qiraat menurut Ibnu Al-Jaziri sebagaimana yang
dikutip oleh Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i itu ada enam macam, yaitu sebagai
berikut:
1. Mutawatir adalah qiraat yang diriwayatkan oleh sejumlah periwayatan yang
banyak dari periwayatan yang banyak pula sehingga mereka tidak mungkin
sepakat untuk berdusta. Qiraat yang tergolong mutawatir, yaitu qiraat sab’ah.
Qiraah mutawatir ini adalah qiraat yang sah dan resmi sebagai AlQur’an dan
dapat dijadikan hujjah.
2. Masyhur adalah qiraat yang sanad-nya sahih yang diriwayatkan oleh orang
banyak, akan tetapi tidak sampai tingkatan mutawatir, sesuai dengan kaidah
bahasa Arab dan rasm utsmani. Qiraat ini dinisbatkan kepada 3 Imam terkenal
yaitu: Abu Ja’far ibn Qa’qa al-Madani, Ya’qub alHadrami, Khalaf al-Bazzar.
3. Ahad adalah qiraat yang tidak mencapai derajat masyhur, sanad-nya sahih,
akan tetapi menyalahi rasm utsmani atau pun kaidah bahasa Arab. Qiraat ini
tidak termasuk qiraat yang dapat diamalkan bacaannya.
4. Syaz (menyimpang) adalah qiraat yang sanadnya tidak sahih. Qiraat ini tidak
dapat dijadikan pegangan dalam bacaan dan bukan termasuk Al-Qur’an.
5. Maudhu’ (palsu) adalah qiraat yang dibuat-buat dan disandarkan kepada
sesorang tanpa dasar.
6. Mudraj adalah bacaan yang ditambahkan ke dalam qira’at sebagai penafsiran.

7
Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Bandung: CV Pustaka
setia, 1983), hlm. 45-46.

9
2.5 Qiraat Sab’ah

Salah satu Madzhab qira’ah yang masyhur adalah Qira’ah Sab’ah. Qira’ah
Sab’ah ialah qira’ah yang merujuk pada tujuh imam masyhur, yaitu:
1. Imam Nafi’ dari Isfahan (Madinah)
 Nama lengkapnya Nafi’ bin Abdurrahman bin Abu Nu’aim Al Laitsi Al-
Asfahani Al Madani nama kunyahnya (Abu Ruwaim). Berasal dari
Asfahan lahir pada tahun 70 H dan beliau berkepribadian baik. Beliau
sebagai imam Qiraat di Madinah dan dia sebagai guru Qiraat di Madinah.
Beliau sholat di masjid Rosulullah selama 60 tahun dan wafat pada tahun
169 H. Beliau belajar kepada 70 tabi'in. Ketika beliau berbicara, bau
mulutnya seperti bau minyak misk. “Apakah kamu memakai wangi-
wangian ?” sahabtanya bertanya, lalu beliau menjwab, “tidak, akan tetapi
saya melihat Nabi membaca al-Qur’an dengan saya”.
 Belajar Qiraat kepada Abu Ja’far Yazid bin Qa’qa’, Abdur Rahman bin
Hurmuz al-A’Raj, Syaibah bin Nashoh, Muslim bin Jundub al-Hadli,
Yazid bin Ruman dan mereka semua belajar membaca dari Abu Hurairah
dan Ibnu Abbas, Abu Hurairah dan Ibnu Abbas belajar kepada Ubay bin
Ka’ab, Ubay bin Ka’ab belajar kepada Nabi SAW.
 Semula beliau seorang budak, kemudian dimerdekakan oleh Abu
Salamah.
 Perawinya adalah Qalun dan Warsy.
 Qolun, memiliki nama asli Isa bin Mina al Madani dengan kunyah
Abu Musa dengan laqob adalah Qolun. Beliau meriwayatkan qiraat
dari Imam Nafi’ karena keindahan bacaannya. Dilahirkan pada tahun
120 H dan wafat di Madinah pada tahun 220 H.
 Warsy, memiliki nama asli Utsman bin Said al-Misri yang memiliki
rambut berwarna pirang dan berkulit kuning. Nama kunyahnya Abu
Said dan Warsy adalah laqobnya. Diberi nama Warsy karena sangat
putih kulitnya. Lahir pada tahun 116 H dan berpindah ke madinah dari
mesir untuk belajar kepada Imam Nafi’, khatam 4 kali hingga tahun

10
155 H dan kembali ke Mesir. Beliau memiliki suara yang bagus dan
wafat di mesir pada tahun 197 H.
2. Ibnu Katsir dari Mekah.
 Nama lengkapnya ialah Abu Said Abdullah bin Katsir bin Amr bin Rodan.
Dilahirkan pada tahun 45 H. Dan dia meriwayatkan dari beberapa sahabat
diantaranya : Abdullloh bin Zubair, Abi Ayyub al-Anshori, Anas bin
Malik dan lainnya. Beliau imam qiraat di Makkah. Beliau fasih dan baligh
dalam qiraat. Badannya tinggi, dengan kulit berwarna coklat dengan
jenggot putih. Beliau wafat pada tahun 120 H di Makkah. Perawi dari ibnu
katsir adad dua yaitu al-Bazzi dan Qunbul.
 Bazzi
Ahman bin Muhawwan bin Abdullah bin Qosim. Seorang tilawah
Makkah dan muadzin di Masjidil Haram. Nama kunyahnya adalah
Abu Hasan. Lahir pada tahun 250 H. Beliau merupakan seorang imam
masjid di Makkah.
 Qunbul
Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad al-Makhtuwi al-Makki.
Nama kunyahnya Abu Amr, nama laqobnya Qunbul. Lahir di Makkah
pada tahun 175 H, beliau merupakan imam qiraat di Hijaz. Beliau
wafat pada tahun 291 H.
3. Imam Abu Am r dari Damaskus.
 Nama lengkapnya Zaban bin ‘ala’ bin Umar bin ‘Uryan bin Abdillah bin
al-Husain bin al-Harits. Nasabnya hingga adnan. Beliau adalah imam
qiraat, bahasa dan nahwu. Lahir di Makkah tahun 70 H dan belajar kepada
sahabat. Wafat pada tahun 154 H. perawinya ada 2 imam, Hafsh ad-
Duwari dan as-Susi.
 Rawinya Abu Amr Hafs bin Umar lahir tahun 150 H. beliau adalah
imam qiraat. Dan wafat pada 246 H.
 Rawinya as-Susi adalah Abu Syu’aib Sholih bin Zaid bin Ismail bin
Ibrohim bin Jarud. Wafat pada 261 H.
4. Imam Abdullah bin Amir asy-Syaami dari syam.

11
 Beliau adalah Abdullah bin al-Yahshhobi lahir tahun 8 H. beliau adalah
imam ahli qiraat di syam.
 Perawinya adalah Hisyam dan Ibnu Dakwan.
 Hisyam adalah Ibnu Ammar bin Nashir As-Sulami Al-Qodhi Ad-
Dimasyq, beliau Imam di Damasykus sekaligus Khottib dan Qori’
dan ahli Fiqih. Lahir pada tahun 153 H dan wafat pada tahun 245
H.
 Ibnu Dakwan adalah Abdullah bin Ahmad bin Dakwan Al-Qudsyi
Ad-Dimayq, beliau Imam besar sekaligus Imam Quro’ di Syam
dan Imam di Damaskus. Beliau lahir pada tahun 173 H dan wafat
pada tahun 242 H.
5. Imam ‘Ashim
 Abu Bakar ‘Ashim bin Abi Nujud bin Buhdalah al-Asadi al-Kufi adalah
nama aslinya. Nama kunyahnya adalah Abu Bakar. Beliau masuk diantara
tabi’in. laqobnya adalah ‘Ashim. Beliau imam Kufah yang
menggabungkan antara fashohah dan tajwid. Dan beliau bagus dalam
bercakap, dalam membaca al-Qur’an sangat lembut. Wafat di Kufah 127
H. Belajar qira’ah kepada dan kepada Abu Abdurrahman As-Sulami Wazir
bin Hubaisy, beliau belajar kepada Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin
Mas’ud dan belajar juga kepada Utsman lalu Ali Ibnu Mas’ud dan Utsman
belajar kepada Nabi.
 Rawinya adalah Abu Amr Hafs bin Sulaiman bin Mughiroh al-Asadi al-
Kufi atau di kenal dengan Hafsh dan Abu Bakar Syu’bah bin ‘Iyas bin
Salim al-Asadi al-Kufi atau Syu’bah.
6. Imam Hamzah dari Kufah.
 Nama lengkapnya Abu Imarah hamzah bin Habib bin Imaroh Az-Zayyat
Attaimi Lahir pada 80 H. Beliau menjadi imam qiraat di kufahh setelah
imam ’Ashim, beliau ahli faroid, bahasa Arab, orangnya waro’ dan zuhud.
Beliau wafat pada 156 H. Belajar qira’ah kepada Ibnu Abi Laila dan Ibnu
Abi Laila belajar kepada Minhal bin Amr, Minhal bin Amr belajar kepada
Said bin Jubair, Said bin Jubair belajar kepada Ibnu Abbas. Hamzah juga

12
belajar kepada Hamran bin A’yun, Hamran bin A’yun belajar kepada Abu
Aswad ad-Du’ali, Abu Aswad ad-Du’ali belajar Rawinya adalah khalaf
dan khalat.
 Khalaf namanya Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam bi Tholib al-
Bazzar. Beliau lahir pada tahun 150 H. dan beliau hafal Quran pada
umur 10 th. Beliau imam yang zuhud dan ahli ibadah. Beliau wafat
pada tahun 229 H di Baghdad.
 Khallat namanya Abu ‘Isa Khallat bin Kholid as-Shoirofi. Beliau lahir
pada 130 H. dan ada yang mengatakan 119 H. Pada pemerintahan
Umayyah khalifah Hisyam bin Hakam. Beliau merupakan ustadz yang
hebat dan beliau wafat pada tahun 220 H.
7. Imam Al-Kisai dari Kufah.
 Nama lengkapnya Abu Hasan Ali bin Hamzah al-Kisai. Beliau adalah
imam qiraat di Kufah setelah Hamzah. Beliau adalah imam qiraat, nahwu
dan bahasa arab sampai dikatakan Imam syafi’I berkata : barang siapa
yang ingin mendalami nahwu datanglah pada kisai. Wafat pada tahun 189
H. Rawinya adalah Abu Harits dan Hafzh.
 Abul Harits adalah Al-Laits bin Khalid Al Marwazi Al Muqra’I
wafat pada 240 H.
 Hafs adalah Imam Hafsh Ad-Duwari

2.6 Qiraat Asyrah


1. Abu Ja’far
Nama lengkapnya Yazid bin al-Qa’qa’ al-Makhzumi al-Madani. Wafat pada
tahun 130 H di Madinah. Imam ini memiliki 2 perawi yaitu Ibnu Wirdan (Isa
bin Wirdan al-Madani) dan Ibnu Jammaz (Abur Rabi Sulaiman bin Muslim
bin Jammaz).
2. Ya’qub
Nama lengkapnya Ya’qub bin Ishaq bin Zaid bin Abdullah bin Ishaq al-
Hadhrami. Wafat di Basrah tahun 205 H. Memiliki 2 perawi yaitu Rauh (Rauh
bin Abdul Mu’min bin Ubdah bin Muslim al-Hudzali) dan Ruwais
(Muhammad bin al-Mutawakkil al-Lu’lu al-Bashri.

13
3. Khalaf
Nama lengkapnya Khalaf bin Hisyam al-Baghdadi dan juga perawi Imam
Hamzah al-Kufi. Imam ini memiliki 2 perawi yaitu Ishaq (Ishaq bin Ibrahim
bin Utsman bin Abdullah al-Marwazi al-Baghdadi) dan Idris (Idris bin Abdul
Karim al-Baghdadi).

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Takhallus adalahTakhallus (jalan keluarnya) penyelesaiannya, apabila


huruf mati/sukun bertemu huruf sukun/mati (dua huruf mati bertemu).
Qiraat secara etimologi merupakan isim mashdar dari kata Qira’atan,
yaqra’u, Qara’a yang artinya baca, membaca. Sedangkan secara terminologi telah
dikemukakan oleh para pakar Al-Qur’an, diantaranya:
4. Menurut az-Zarqani dalam kitab Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an
sebagaimana yang dikutip oleh Hasanuddin AF, qiraat adalah perbedaan lafal-
lafal Al-Qur’an baik menyangkut penyebutan huruf maupun cara pengucapan
huruf-huruf tersebut.
5. Menurut Imam Syihabbuddin al-Qatalani dalam kitab Lataif al-Isyarat fi
Funun al-Qiraat sebagaimana yang dikutip oleh Nur Faizah, menjelaskan
bahwa qiraat adalah suatu ilmu untuk mengetahui kesepakatan serta
perbedaan para ahli qiraat (cara pengucapan lafad AlQur’an) yang
menyangkut aspek lughat, i’rab, hadzf, isbat, fasl, wasl yang diperoleh dengan
cara periwayatan.
6. Menurut Ali as-Sabuni dalam kitab at-Tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an qiraat
adalah salah satu aliran dalam mengucapkan Al-Qur’an yang dipakai oleh
salah satu imam qura’ ang berbeda dengan lainnya dalam hal ucapan
berdasarkan sanad-sand sampai kepada Rasul.
Ada perbedaan antara qiraat, riwayat dan tariqah. Qiraat adalah bacaan yang
disandarkan kepada salah seorang imam dari qura’ yang tujuh, sepuluh atau empat
belas. Riwayat adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang perawi dari
para qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas. Tariqah adalah bacaan yang
disandarkan kepada orang yang mengambil qira’at yang tujuh, sepuluh atau empat
belas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hasanuddin Af. Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum


Dalam Al-Qur’an. 1995. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kurnaedi, Abu Ya’la. Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i. 2018. Jakarta : Pustaka Imam
Asy-Syafi’i

Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni. Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an.1983.


Bandung: CV Pustaka setia.
Munawwir. Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap. 2007. Surabaya:
Pustaka Progressif.
Nur Faizah. Sejarah Al-Qur’an. 2008. Jakarta Barat: CV Artha Rivera.
Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy. Studi Ilmu Al-Qur’an.1991. Bandung: CV
Pustaka Setia.

16

Anda mungkin juga menyukai