Anda di halaman 1dari 21

IDGHOM MIMI

Sumber : https://kumparan.com/berita-hari-ini/idgham-mimi-pengertian-
contoh-dan-cara-membacanya-1vxQo6wJnw4/full

Idgham mimi adalah salah satu hukum tajwid mim mati selain ikhfa
syafawi dan izhar syafawi. Nama lain idgham mimi adalah idgham
mutamatsilain.
Mengutip buku Panduan Praktis dan Lengkap Tahsin, Tajwid, Tahfiz
Untuk Pemula oleh Ibnu Rusyd, idgham secara bahasa artinya adalah
memasukkan atau melebur. Sedangkan, mimi maksudnya adalah
sesama huruf mim.
Secara istilah, pengertian idgham mimi adalah memasukkan atau
meleburkan suara mim sukun ( ‫ ) ْم‬ke huruf mim berharakat ( ‫ ُم‬, ‫) َم ِم‬
yang terletak setelahnya, sehingga kedua mim tersebut menjadi satu
dan bertasydid.
Cara membaca idgham mimi adalah dengan meleburkan huruf mim
pertama dan kedua, serta suara harus mendengung dan ditahan
selama 3 ketukan. Biasanya, bacaan idgham mimi di dalam Al-Quran
sudah ditandai dengan tanda tasydid.
Untuk memahami hukum idgham mimi, kita harus melihat contoh
bacaan idgham mimi di dalam Al-Quran. Simak beberapa contoh
idgham mimi berikut ini.

Contoh Idgham Mimi


Tak sulit untuk menemukan bacaan idgham mimi di dalam Al-Quran.
Berikut beberapa contoh idgham mimi:

1. Surat Az-Zumar : 15

‫ِش ْئُتْم ِّم ْن ُد ْو ِنٖۗه‬


Dibaca: syi'tummin-duunihi

2. Surat Ar-Rum : 3

‫َو ُهْم ِّم ْۢن َبْع ِد‬


Dibaca: wahummin-ba'di

3. Surat An-Nahl : 10

‫َم ۤا ًء َّلُك ْم ِّم ْنُه‬


Dibaca: maaa-allakumminhu

4. Surat An-Nisa : 1

‫َخ َلَقُك ْم ِّم ْن َّنْفٍس‬


Dibaca: gholaa-qokumminnafsin

5. Surat An-Nisa : 8

‫ُهْم ِّم ْنُه َو ُقْو ُلْو ا‬


Dibaca: humminhu-waquuluu

IDZAR SYAFAWI
Sumber : https://narasi.tv/read/narasi-daily/hukum-bacaan-izhar-syafawi
Idzar syafawi merupakan salah satu hukum bacaan yang ada dalam ilmu tajwid yang
mempelajari aturan dan tata cara membaca Al quran yang baik dan benar.

Izhar syafawi mengatur pembacaan nun mati yang harus dibaca dengan jelas tanpa
mendengung.

Pengertian izhar syafawi


Secara kebahasaan, kata izhar memiliki makna jelas atau terang. Sementara arti izhar
dalam ilmu tajwid adalah membaca huruf hijaiyah yang dibaca jelas tanpa
mendengung.

Hukum bacaan izhar berlaku apabila terdapat nun mati ( ‫)ْن‬, tanwin (‫) ــًـ ٌـــٍـ‬, atau mim mati ( ‫)ْم‬
yang bertemu dengan huruf-huruf izhar.

Sementara, hukum bacaan izhar syafawi berlaku apabila mim mati ( ‫ ) ْم‬bertemu dengan
seluruh huruf hijaiyah, kecuali mim ( ‫ ) م‬dan ba ( ‫) ب‬.

Jika mim mati ( ‫ ) ْم‬bertemu selain huruf mim ( ‫ ) م‬dan ba ( ‫) ب‬, maka dibaca secara jelas
di tenggorokan sesuai makhrajnya.

Contoh bacaan izhar syafawi


Untuk lebih memahami hukum bacaan izhar syafawi, berikut adalah beberapa ayat Al-
Qur’an dengan hukum bacaan izhar syafawi di dalamnya.

Surah Al-Kahfi Ayat 5:


‫َّم ا َلُه م ِبِه ۦ ِمْن ِع ْلٍم َو َل ا ِل َءاَبٓاِئِه ْم ۚ َك ُبَرْت َكِلَم ًة َتْخ ُرُج ِمْن َأْف َٰو ِه ِه ْم ۚ ِإن َيُق وُلوَن ِإَّل ا َك ِذ ًبا‬

Mā lahum bihī min ‘ilmiw wa lā li`ābā`ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwāhihim, iy
yaqụlụna illā każibā.

Alasan: dalam ayat tersebut, terdapat huruf nun mati ( ‫ )ْن‬bertemu dengan huruf ain (‫)ع‬.
Maka berlakulah hukum bacaan izhar syafawi.

Surah Al-Lahab ayat 2:

‫َم ٓا َأْغ َنٰى َع ْنُه َم اُلُهۥ َوَم ا َك َس َب‬


Mā agnā ‘an-hu māluhụ wa mā kasab.

Alasan: dalam ayat tersebut, terdapat huruf nun mati ( ‫ )ْن‬bertemu dengan huruf ‫( ھ‬Ha).
Maka berlakulah hukum bacaan izhar syafawi.

Surah An-Nazi’at ayat 46:


‫َكَاَّنُهْم َيْوَم َيَرْو َنَه ا َلْم َيْلَبُثْٓو ا ِاَّل ا َع ِش َّيًة َاْو ُض ٰح ىَه ا‬

Ka`annahum yauma yaraunahā lam yalbaṡū illā 'asyiyyatan au ḍuḥāhā .

Alasan: dalam ayat tersebut, terdapat huruf mim mati bertemu dengan huruf jim (‫)ج‬.
Maka berlakulah hukum bacaan izhar syafawi.

Al-Bayyinah ayat 8:

‫َجَز ۤاُؤ ُهْم ِع ْنَد َرِّبِه ْم َج ّٰنُت َع ْد ٍن َتْج ِرْي ِمْن َتْح ِتَه ا اْل َاْنٰه ُر ٰخ ِلِد ْيَن ِفْيَه آ َاَبًد اۗ َرِض َي الّٰل ُه َع ْنُهْم َو َرُض ْو ا َع ْنُهۗ ٰذ ِلَك ِلَم ْن َخ ِش َي َرَّبٗه‬

Jazā`uhum 'inda rabbihim jannātu 'adnin tajrī min taḥtihal-an-hāru khālidīna fīhā abadā,
raḍiyallāhu 'an-hum wa raḍụ 'an-h, żālika liman khasyiya rabbah.

Alasan: dalam ayat tersebut, terdapat huruf mim mati bertemu dengan huruf jim (‫)ج‬.
Maka berlakulah hukum bacaan izhar syafawi.

Idgham mutamatsilain

Sumber : https://www.orami.co.id/magazine/idgham-mutamatsilain?page=all

Idgham mutamatsilain tersusun dari dua kata yaitu idgham dan mutamatsilain.

Idgham berarti memasukkan sedangkan mutamasilain bermakna dua huruf yang sama.
Di beberapa kitab lain, ada yang memberi nama lain seperti idgham mutamatsil atau
idgham mitslain, yang artinya tak jauh beda.

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa idgham mutamatsilain dapat terjadi jika
kedua hurufnya sama dan huruf pertama sukun lalu huruf kedua hidup.

Misalnya huruf ba (‫ )ب‬ketemu ba (‫)ب‬, ta (‫ )ت‬ketemu ta (‫)ت‬, dal (‫ )د‬ketemu dal (‫)د‬, dan
seterusnya.

Cara Membaca Idgham Mutamatsilain

Idgham mutamatsilain dibaca saat bertemunya dua huruf yang sama makhraj dan
sifatnya, yaitu huruf yang pertama adalah sukun dan huruf yang kedua berharakat atau
disebut juga dengan istilah idgham mutamatsilain shagir.

Cara mengucapkannya dengan memasukkan huruf pertama pada huruf yang kedua
sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid.

Apabila kedua huruf tersebut memiliki sifat ghunnah seperti huruf mim dengan mim, dan
nun dengan nun, wajib dibaca ghunnah atau mendengung selama dua harakat.

Sedangkan apabila kedua huruf tersebut memiliki sifat qalqalah maka bunyinya tidak
boleh dipantulkan.

Contoh Idgham Mutamatsilain

Ada beberapa contoh idgham mutamatsilain yang dapat kita temukan dan perhatikan,
yaitu:

Huruf ba (‫ )ب‬ketemu ba (‫ )ب‬dalam QS Al-Baqarah ayat 60.

‫َفُقْلَن ا اْض ِر ْب ِبَع َص اك‬

Huruf ta (‫ )ت‬ketemu ta (‫ )ت‬dalam QS Al-Baqarah ayat 16.

‫َفَم ا َر ِبَح ْت ِتَج اَر ُتُهم‬

Huruf dal (‫ )د‬ketemu dal (‫ )د‬dalam QS Al-Maidah ayat 61.

‫َو َقْد َد َخ ُلوا‬

Huruf kaf (‫ )ك‬bertemu kaf (‫ )ك‬dalam QS An-Nisa ayat 78

‫ُيْد ِر ْك ُك ُم‬
Huruf ha (‫ )ه‬bertemu ha (‫ )ه‬dalam QS An-Nahl ayat 76

‫ُي َو ِّج ْهُه‬

Jenis Bacaan Idgham mutamatsilain

Jenis bacaan Idgham mutamatsilain terbagi menjadi tiga jenis bacaan, di antaranya:

Shagir

Idgham mutamatsilain shaghir terjadi apabila terdapat dua huruf yang sama bertemu,
yakni huruf pertama sukun dan huruf keduanya berharakat.

Dinamakan shaghir karena posisi huruf pertamanya sukun sedangkan huruf keduanya
berharakat.

Jadi, lebih mudah untuk membaca idgham atau shagir (kecil).

Hukum bacaan ini sebagian dibaca ghunnah dan sebagian lainnya tidak.

Contoh yang dibaca ghunnah adalah ‫ِإْن َنَش ْأ‬, sedangkan yang tidak dibaca ghunnah
contohnya ‫ُيْد ِر ْك ُك ُم اْلَم ْو َت‬.

Namun, idgham mutamatsilain shaghir ini tidak berlaku bagi posisi pertemuan huruf
tertentu, seperti pada lafaz ‫ َم اِلْيْه َه َلَك‬, menurut riwayat Hafs, lafaz ini bisa dibaca ighom
jika di washal (tidak dibaca saktah).

Namun, bisa juga dibaca idzhar ketika di saktah. Selain itu berlaku juga jika huruf
pertamanya adalah huruf mad, contohnya ‫َقاُلْو ا َو ُه ْم ِفْي َه ا َي ْخ َت ِص ُمْو َن‬.

Kabir

Suatu bacaan dinamakan idgham mutamatsilain kabir jika terdapat dua huruf yang
sama dan keduanya berharakat.

Menurut imam Hafs hukum bacaannya dibaca idzhar (jelas) kecuali pada surat Yusuf
ayat 11 dan surat Al-Kahfi ayat 95.
Mutlaq

Idgham mutamatsilain mutlaq ini kebalikan dari bacaan idgham mutamatsilain.


Jadi, jika mutlaq huruf pertamanya berharakat dan huruf keduanya disukun. Contohnya
adalah ‫ما َن ْن َس ْخ‬.

Tambahan Idgham Mutamatsilain

Dapat disimpulkan bahwa idgham mutamatsilain menghendaki syarat adanya 2 huruf


yang sama dan huruf pertama mati.

Sedangkan huruf kedua hidup sehingga cara membacanya memasukkan huruf pertama
ke dalam huruf kedua seolah-olah huruf tersebut bertasydid.

Namun, di antara sekian huruf hijaiyah, ada huruf yang dikecualikan atau huruf yang
diberi syarat tambahan.

Huruf tersebut adalah huruf wawu (‫ )و‬dan ya (‫)ي‬. Untuk lebih jelasnya, coba perhatikan
contoh berikut ini.

Contoh 1 : Huruf wawu (‫ )و‬bertemu wawu (‫ )و‬dalam QS Al-Kahfi ayat 107.

‫آَم ُن ْو ا َو َعِم ُلْو ا‬

Contoh 2 : Huruf ya (‫ )ي‬bertemu ya (‫ )ي‬dalam QS As-Sajdah ayat 5.

‫ِفْي َي ْو ٍم‬
Dalam dua contoh di atas, meskipun sudah memenuhi syarat idgham mutamatsilain,
tapi kedua contoh tersebut tidak bisa dibaca sebagaimana idgham mutamatsilain.
Melainkan harus dibaca tetap atau jelas.

Menurut Jamii'ul Qurra (Para Ulama Qiraat), kasus di atas harus dibaca tetap atau jelas
dengan alasan agar bacaan Mad tidak hilang.

Andaikan di-idgham-kan, maka bacaan Mad akan hilang. Maka dari itu, syarat
tambahan bagi huruf wawu (‫ )و‬dan ya (‫ )ي‬adalah ia bukan merupakan huruf mad.

Apabila sebelum huruf wawu (‫ )و‬dan ya (‫ )ي‬terdapat huruf berharakat fathah maka
dapat di-idgham-kan.

Contohnya sebagai berikut yang tertara dalam QS Al-Maidah ayat 93:

‫ُث َّم اَّت َقْو ا َو َأْح َس ُنوا‬

Pengecualian Tambahan
Selain huruf wawu (‫ )و‬dan ya (‫ )ي‬yang memiliki syarat tambahan agar bisa menjadi
Idgham Mutamatsilain, ada satu kasus yang juga dimasukkan dalam bab pengecualian.

Kasus pengecualian tambahan ini terjadi dalam QS Al-Haqqah ayat 28-29.

‫) َه َلَك‬-( ‫َم اِلَي ْه‬

Dapat dilihat pada ayat di atas bahwa harusnya terjadi idgham mutamatsilain karena
huruf ha (‫ )ه‬bertemu ha (‫)ه‬.

Namun, sebagian mengecualikan karena huruf ha (‫ )ه‬di sini adalah saktah.

Oleh karena itu, tidak bisa di-idgham-kan.

Namun, dalam riwayat bacaan Hafs, mengenai QS Al-Haqqah ayat 28-29 itu terdapat
dua cara bacaan yaitu bisa di-Idgham-kan dan juga bisa tidak di-Idgham-kan (dibaca
jelas atau saktah). Namun, yang lebih kuat adalah pendapat kedua.

Idzhar Wajib
Sumber : https://markazqiroatindonesia.com/2022/01/29/apa-itu-idzhar-wajib/

Pengertian Idzhar Wajib


Izhar menurut bahasa artinya menjelaskan atau jelas, sedangkan wajib dalam bahasa artinya
adalah harus. Jadi dapat disimpulkan bahwa idzhar wajib menurut istilah adalah bacaan dalam Al
Quran yang wajib atau harus dibaca jelas.

Hukum Bacaan Idzhar Wajib


Hukum disebut bacaan izhar wajib yaitu apabila ada Nun Sukun ( ‫ ) ْن‬atau Tanwin ( ‫ ) ًـ ٍـ ٌـ‬bertemu
dengan salah satu dari huruf hijaiyah yaitu huruf Ya’ ( ‫) ي‬, Nun, ( ‫) ن‬, Mim ( ‫ ) م‬dan Wawu ( ‫) و‬
dalam satu perkataan.

Cara membacanya tidak lagi seperti hukum bacaan Idgham Bighunnah serta tidak disuarakan
dengan mendengung, namun harus dibaca dengan jelas dan terang.

Cara Membaca Bacaan Idzhar Wajib


Cara membaca atau perbedaan hukum bacaan izhar wajib dengan idgham bighunnah adalah pada
perkataan atau kalimatnya. Sebagai contoh perhatikan kalimat berikut.

Izhar Wajib ‫ِقْنَو اٌن‬


Cara membacanya
Qin-Waanun tidak boleh dibaca Qiwwaanun
Sebab
Nun wajib diidharkan karena nun dan wawu dalam satu
kalimat
Idgham ‫ِاْن َو َهَبْت‬
Bighunnah Cara membacanya
Iwwahabat tidak boleh dibaca In-Wahabat
Sebab
Nun diidgamkan pada wawu dan dalam dua kalimat

Contoh Bacaan Idzhar Wajib


Berikut adalah beberapa contoh bacaan izhar wajib dalam Al Quran beserta surah dan ayatnya.

1. Nun sukun bertemu Ya pada surah Al Baqarah ayat 86:


ۖ ‫ُاوٰۤل ِٕىَك اَّلِذ ْيَن اْش َتَرُو ا اْلَح ٰي وَة الُّد ْنَيا ِباٰاْل ِخَر ِة‬

2. Nun sukun bertemu Ya pada surah Al Baqarah ayat 114:

‫َلُهْم ِفى الُّد ْنَيا ِخ ْز ٌي َّو َلُهْم‬

3. Nun sukun bertemu Ya pada surah Al Baqarah ayat 130:


ۚ‫َو َلَقِد اْص َطَفْيٰن ُه ِفى الُّد ْنَيا‬

4. Nun sukun bertemu Ya pada surah Al Baqarah ayat 200:

‫ِفى الُّد ْنَيا َو َم ا َلٗه ِفى اٰاْل ِخ َرِة‬

5. Nun sukun bertemu Ya pada surah Al Baqarah ayat 201:

‫َر َّبَنآ ٰا ِتَنا ِفى الُّد ْنَيا َحَس َنًة‬

6. Nun sukun bertemu Ya pada surah Al Baqarah ayat 204:

‫ِفى اْلَح ٰي وِة الُّد ْنَيا‬

7. Nun sukun bertemu Ya pada surah Al Baqarah ayat 212:

‫اْلَح ٰي وُة الُّد ْنَيا‬

8. Nun sukun bertemu Ya pada surah Al Baqarah ayat 217:


ۚ ‫ِفى الُّد ْنَيا َو اٰاْل ِخَرِة‬

9. Nun sukun bertemu Ya pada surah Al Baqarah ayat 220:


ۚ ‫ِفى الُّد ْنَيا َو اٰاْل ِخَرِة‬

10. Nun sukun bertemu Wawu pada surah Al An’am ayat 99:
‫ِم ْن َطْلِعَها ِقْنَو اٌن َداِنَيٌة‬

11. Nun sukun bertemu Ya pada surah At Taubah ayat 109:

‫َّم ْن َاَّس َس ُبْنَياَنٗه‬

12. Nun sukun bertemu Ya pada surah At Taubah ayat 110:

‫اَل َيَز اُل ُبْنَياُنُهُم‬

13. Nun sukun bertemu Wawu pada surah Al Ra’d ayat 4:

‫ِص ْنَو اٌن َّوَغْيُر ِص ْنَو اٍن‬


14. Nun sukun bertemu Ya pada surah An Nahl ayat 26:

‫َفَاَتى ُهّٰللا ُبْنَياَنُهْم‬

15. Nun sukun bertemu Ya pada surah Al Kahfi ayat 21:


‫َع َلْيِهْم ُبْنَياًنۗا‬

16. Nun sukun bertemu Ya pada surah Ash Shaffat ayat 97:

‫َقاُلوا اْبُنْو ا َلٗه ُبْنَياًنا‬

17. Nun sukun bertemu Ya pada surah Ash Shaf ayat 4:

‫َك َاَّنُهْم ُبْنَياٌن‬

Lam Ta’rif
Sumber : https://kumparan.com/berita-hari-ini/izhar-qamariyah-
pengertian-hukum-bacaan-dan-contohnya-dalam-alquran-
1wecWyHJzDE

Dalam ilmu tajwid, izhar qamariyah merupakan bagian dari hukum


bacaan lam ta'rif atau alif lam mu'arrifah. Ini adalah huruf yang
digunakan sebagai tambahan di awal kata benda (isim).
Lebih lanjut, dijelaskan dalam buku Dasar-dasar Ilmu Tajwid oleh
Dr. Marzuki, M.Ag. dan Sun Choirol Ummah, S.Ag., M.S.I., lam ta'rif
adalah alif lam yang selalu diikuti dengan isim sehingga kata benda
yang semula nakirah (umum) menjadi ma'rifah (tertentu/disebut
secara khusus).
Cara membaca lam ta'rif bisa jelas atau samar, tergantung huruf yang
ditemuinya. Karena itu lam ta'rif dibagi menjadi dua, yaitu izhar
qamariyah dan idgham syamsiyah.
Seperti dijelaskan sebelumnya, hukum bacaan izhar qamariyah terjadi
ketika lam ta'rif bertemu dengan salah satu huruf qamariyah. Cara
membacanya adalah terang atau jelas.

Sedangkan, idgham syamsiyah berarti memasukkan suara lam ta'rif ke


dalam huruf-huruf syamsiyah yang terletak setelahnya. Ada 14 huruf
syamsiyah, yaitu ha (‫)ط‬, tsa (‫)ث‬, shad (‫)ص‬, ra (‫)ر‬, ta (‫)ت‬, dha (‫)ض‬, dzal
(‫)ذ‬, nun (‫)ن‬, dal (‫)د‬, zai (‫)ز‬, sin (‫)س‬, zha (‫)ظ‬, syin (‫)ش‬, lam (‫)ل‬.
Cara membaca idgham syamsiyah adalah dengan meleburkan lam
ta'rif ke dalam huruf syamsiyah yang mengikutinya sehingga huruf alif
dan lam tidak terbaca lagi.

lafdzul jalalah

Sumber : https://syarihub.id/pengertian-macam-dan-contoh-hukum-bacaan-lam-jalalah/

Lam jalalah terdiri dari dua kata yaitu “lam” dan “jalalah”. Lam
merupakan salah satu huruf hijaiyah yang berbentuk ‫ل‬. Sedangkan kata
” jalalah” artinya secara bahasa yaitu Yang Diagungkan. Lafadz jalalah
adalah lafadz Allah. Jadi, pengertian lam jalalah adalah suatu bacaan
pada huruf lam yang ada pada lafadz Allah.
Macam-Macam
Lam jalalah ada dua macam, antara lain sebagai berikut.

1. Lam Jalalah Tafkhim

Tafkhim artinya menebalkan bacaan. Lam jenis ini merupakan lam


jalalah yang cara membacanya tebal. Ketentuan dari lam jalalah tafkhim
adalah apabila terdapat satu huruf sebelum lafadz Allah yang berharakat
fathah (‫ )ـَـ‬atau dhammah (‫)ـُـ‬.

2. Lam Jalalah Tarqiq

Berbeda dengan tafkhim, tarqiq berarti tipis atau menipiskan. Lam


jalalah tarqiq adalah lam pada lafadz Allah yang cara bacanya tipis.
Ketentuannya adalah apabila sebelum lafadz Allah terdapat suatu huruf
berharakat kasrah (‫)ـِـ‬.

Contoh Lam Jalalah


Contoh lam jalalah dalam Al-Quran ada banyak sekali. Di bawah ini
hanya beberapa contoh saja. Meski hanya beberapa, contoh ayat yang
mengandung bacaan lam jalalah berikut ini insya Allah bisa menambah
pemahamanmu dalam mengenal lam jalalah.

Contoh lam jalalah tafkhim


1. QS. Al-Baqarah ayat 7

… ‫َخ َت َم ُهَّللا َع َلى ُقُلْو ِبِه ْم َو َع َلى َس ْم ِع ِه ْم‬

Lam jalalah tafkhim pada potongan ayat di atas ada pada lafadz “ ‫”َخ َت َم ِهَّللا‬.
Lafadz Allah dibaca tebal karena sebelumnya terdapat huruf mim
berharakat fathah. Maka cara membacanya yaitu “khotamal loohu”.
2. QS. An-Nisaa ayat 1

‫…ِاَّن َهَّللا َك اَن َع َلْي ُك ْم َر ِقْيًبا‬

Huruf nun tasydid berharakat fathah pada bacaan “‫ ”ِاَّن َهَّللا‬sebelum lafadz
Allah menandai bacaan lam jalalah tafkhim. Maka, cara membaca lam
pada lafadz Allah tebal sehingga bacaannya menjadi “innal looha”.

3. QS. Al-Mujadilah ayat 4

…‫…َو ِتْلَك ُح ُد وُد ِهَّللا‬

Pada potongan ayat tersebut terdapat lam jalalah tafkhim yaitu pada
kata “‫”ُح ُد وُد ِهَّللا‬. Sebelum lafadz Allah terdapat huruf dal berharakat
dhommah, maka cara membacanya tebal menjadi “huduudul loohi”.

4. QS. Al-Ghasiyah ayat 24

‫َفُيَع ِّذ ُبُه ُهَّللا اْلَع َذ اَب اَأْلْك َبَر‬

Dalam ayat tersebut, terdapat huruf ha (‫ )‍ه‬berharakat dhommah pada


bacaan “‫ ”َفُيَع ِّذ ُبُه‬sebelum lafadz Allah. Maka, bacaan lam jalalah tafkhim
berlaku dan cara membaca “‫ ”َفُيَع ِّذ ُبُه ُهَّللا‬yang benar yaitu “fa yu’adzdzibuhul
loohu”.

5. QS. Al-Bayyinah ayat 8

…‫…َّر ِض َي ُهَّللا َع ْن ُهْم َو َر ُضوا َع ْن ُه‬

Potongan ayat di atas mengandung bacaan lam jalalah tafkhim pada


bacaan “‫”َّر ِض َي ُهَّللا‬. Hal ini ditandai dengan harakat fathah pada huruf ya
yang berada sebelum lafadz Allah. Maka dari itu, bacaan lam jalalah
dibaca tebal. Sehingga cara membaca “‫ ”َّر ِض َي ُهَّللا‬yaitu “rodliyalloohu”.

Contoh lam jalalah tarqiq


1. QS. Al-Fatihah ayat 1

‫ِبْس ِم ِهَّللا الَّر ْح َم ِن الَّر ِحْي ِم‬

Bacaan bismillah sudah sangat familiar bagi umat muslim. Bacaan


bismillah juga terdapat dalam surah Al-fatihah ayat 1. Dalam lafadz
bismillah, terdapat hukum lam jalalah tarqiq yaitu pada lafadz “bismillah”.
Termasuk lam jalalah tarqiq karena sebelum lafadz Allah, terdapat huruf
mim berharakat kasrah.

2. QS. Al-Fatihah ayat 2

‫اْلَح ْم ُد ِهَّلِل َر ِّب اْل َع اَلِمْي َن‬

Bacaan hamdalah juga sudah familiar di telinga umat muslim. Dalam


lafadz alhamdulillah juga terdapat bacaan lam jalalah tarqiq, yaitu pada
lafadz “alhamdulillah”. Di sana terdapat huruf lam berharakat kasrah
sebelum lafadz Allah.

3. QS. Al-Fath ayat 13

…‫َو َم ْن َّلْم ُيْؤ ِمْن بِاِهَّلل‬

Berdasarkan potongan ayat tersebut, tanda bacaan lam jalalah tarqiq


ada pada lafadz “‫ ”بِاِهَّلل‬yang mana terdapat huruf ba berharakat kasrah
sebelum lafadz Allah. Maka, cara membacanya tipis menjadi “billahi”.

4. QS. Al-Hadid ayat 16

…‫…ِلِذ ْك ِر ِهَّللا‬

Berdasarkan potongan ayat di atas, huruf ro kasrah berada sebelum


lafadz Allah. Maka, lam jalalah dibaca tipis dan bacaan di atas berbunyi
“lidzikril laah”.
5. QS. At-Taghobun ayat 11

…‫…ِإَّال ِبِإْذ ِن ِهَّللا‬

Pada potongan ayat di atas, sebelum lafadz Allah terdapat huruf nun
berharakat kasrah. Maka dari itu, berlakulah hukum tajwid lam jalalah
tarqiq yang cara membacanya tipis. Jadi, cara membaca potongan ayat
tersebut adalah “illaa bi-idznil laah”.

Demikianlah penjelasan mengenai bacaan lam jalalah yang merupakan


salah satu hukum bacaan dalam tajwid. Mempelajari ilmu tajwid sangat
penting untuk dilakukan karena merupakan bagian dari mempelajari Al-
Quran.

Keutamaan belajar Al-Quran disebutkan dalam sebuah hadits dari


Utsman bin Affan, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

‫َخ ْيُر ُك ْم َم ْن َت َع َّلَم اْل ُقْر آَن َو َع َّلَم ُه‬

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan


mengajarkannya.” (HR. Bukhari 5027)
Hukum Bacaan Ra Tafkhim dan Tarqiq

Sumber : https://kumparan.com/berita-hari-ini/hukum-bacaan-ra-
tafkhim-dan-tarqiq-serta-contohnya-1wTv8sgUiZk/full

Mengutip buku Dasar-dasar Ilmu Tajwid oleh Marzuki dan Choirol


Ummah, tafkhim artinya menggemukkan atau menebalkan.
Sedangkan secara istilah, tafkhim berarti ungkapan tentang ketebalan
yang masuk pada suara huruf ketika diucapkan sehingga memenuhi
mulut dengan gemanya.
Sementara tarqiq artinya menguruskan atau menipiskan. Secara
istilah, tarqiq berarti ungkapan tentang kekurusan yang masuk pada
suatu huruf ketika diucapkan sehingga mulut tidak bisa penuh dengan
gemanya.
Huruf ra dibaca tafkhim atau tebal apabila berharakat fathah,
fathahtain, dhammah, dhammahtain, dan sukun yang huruf
sebelumnya berharakat fathah atau dhammah. Sedangkan huruf ra
dibaca tarqiq atau tipis apabila berharakat kasrah, kasrahtain, dan
sukun yang huruf sebelumnya berharakat kasrah.
Sebagai tambahan, selain tafkhim dan tarqiq, terdapat pula huruf ra
yang boleh dibaca tebal atau tipis. Hal ini terjadi apabila huruf ra
berharakat sukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah, sedang
huruf sesudahnya adalah huruf isti'la yang berharakat kasrah.

Contoh Ra Tafkhim
1. QS. Al-Fiil ayat 1
‫َأَلْم َتَر‬
Keterangan: huruf ra berharakat fathatah.

2. QS. Al-Lahab ayat 3


‫َسَيْص َلٰى َناًرا‬
Keterangan: huruf ra berharakat fathahtain.

3. QS. Al-Kautsar ayat 2


‫َفَص ِّل ِلَر ِّبَك َو ٱْنَح ْر‬
Keterangan: huruf ra berharakat sukun dan huruf sebelumnya
berharakat kasrah.

Contoh Ra Tarqiq

1. QS. An-Nisa ayat 1


‫ِرَج ااًل َك ِثيًر‬
Keterangan: huruf ra berharakat kasrah di awal kata.

2. QS. Al-Fajr ayat 1

‫َو ٱْلَفْج ِر‬


Keterangan: huruf ra berharakat kasrah di akhir kata.

3. QS. Al-Baqarah ayat 6


‫َأْم َلْم ُتنِذ ْر ُهْم‬
Keterangan: huruf ra berharakat sukun dan huruf sebelumnya
berharakat kasrah.
BENTUK BIBIR KETIKA MEMBACA TARQIQ
DAN TAFKHIM

Sumber : https://markazqiroatindonesia.com/2022/01/23/bentuk-bibir-ketika-membaca-
tarqiq-dan-tafkhim/

a Tafkhim adalah: suara menebal, lidah terangkat ke arah atas langit-langit atas mulut.
Hurufhurufnya : ‫ظ ق ط غ ض ص خ‬, plus ‫ ر‬dalam keadaan berharakat dhommah & kasroh.
Nama lainnya adalah sifat ISTI’LA

b Tarqiq adalah: suara menipis, lidah menetap dibawah tidak terangkat, Huruf-huruf nya
selain diatas. Nama lainnya adalah ISTIFAL

Pengalaman penulis saat membaca kitab-kitab tajwid, penulis belum pernah mendapati
sang pengarang mengupas bagaimana bentuk bibir ketika mengucapkan huruf-huruf
istifal dan isti’la’. Umumnya yang di soroti hanya terangkat dan tidaknya lisan ke arah
langit-langit atas.

Namun peenulis berkesimpulan sementara bahwa bentuk bibir ketika mengucapkan


huruf istifal harus seperti orang tersenyum melebar kanan-kiri.

Adapun huruf-huruf isti’la’ bentuk bibir harus menyempit/menguncup bukan monyong.


Kesimpulan inilah yang pernah penulis ajukan ke guru kami dan alhamdulillah beliau
membenarkannya meski tidak ada referensi baku dari kitab tajwid.

Beliau menyebut bentuk tersenyum (istifal) dengan : ‫( اإلمتداد‬Al Imtidad) artinya


memanjang ke arah kanan-kiri. Sedangkan yang menguncup (tafkhim) dengan : ‫اإلنكماش‬
(Al Inkimasy) artinya menguncup.

Kedua sifat istifal (tarqiq) dan isti’la’ (tafkhim) adalah sifat lazimah artinya melekat pada
huruf pada setiap keadaannya, baik ketika berharakat, bersukun atau bertasydid.

Oleh karenanya setiap huruf istifal, bentuk kedua bibir harus selalu dalam keadaan
IMTIDAD, sedangkan setiap huruf isti’la kedua bibir harus berbentuk INKIMASY. Jika
tidak demikian, bisa terjadi perubahan suara baca, huruf bahkan perubahan makna.
Sebelum menyebutkan contoh, untuk istilah IMTIDAD akan penulis terjemahan
tersenyum.

Adapun INKIMASY penulis terjemahkan dengan menguncup untuk mempermudah


pemahaman.

Contoh-contoh :

1) Kalimat ‫ – وتواصوا‬WATAWAA : Semuanya huruf istifal (tarqiq), bibir harus tersenyum


SHOU : huruf isti’la (tafkhim), bibir harus menguncup

Jika suara SHOU bibir dalam keadaan tersenyum maka akan menjadi . ‫ وتواسوا‬Silahkan
dicoba!

2) Kalimat : ‫ خسر‬Khusr (dalam keadaan berhenti) Pada kalimat tersebut terdapat


susunan sebagai berikut:

huruf ‫ خ‬: Tafkhim (INKIMASY) menguncup huruf ‫ س‬: Tarqiq (IMTIDAD) tersenyum huruf
‫ ر‬: Tafkhim (INKIMASY) menguncup

Jika ketika mensukun ‫ س‬tidak tersenyum maka kalimat diatas akan menjadi : ‫خصر‬.

3) Kalimat

‫محذو ار‬

MAH : Tarqiq, bibir tersenyum

Dzuu : Tarqiq, untuk memulai membaca ‫ ذ‬harus dari senyum lalu manyun mecucu
karena dhommah

Jika setelah membaca MAH dalam keadaan tersenyum lalu langsung membaca ‫ ذ‬tidak
memulainya dengan senyum maka suara baca akan menjadi :

‫ محظورا‬. Silahkan dicoba pelan-pelan sambil dihayati untuk membedakannya.

4) Kalimat ‫( أضل‬waqaf) A : Istifal, senyum

DHOL : Isti’la, menguncup lalu dalam keadaan mensukun ‫ ل‬bibir harus tersenyum.

Kalau tidak dikembalikan ke tersenyum ketika mensukun ‫ ل‬maka suara ‫ ل‬akan menjadi
tebal seperti ketika mengucap huruf ‫ ل‬pada kata ‫هلال‬

Demikian 4 contoh yang menjelaskan pentingnya memainkan bentuk bibir (senyum


menguncup) dalam membaca Al Qur’an. Mengingat karena huruf-huruf Al Qur’an hanya
terbagi menjadi 2: tebal-tipis, maka senyum-menguncup ini akan ketara terlihat.
Dan masih banyak ratusan ribu contoh lain yang kita bisa ketahui lewat bimbingan para
ustadz yang kompeten dalam ilmu tajwid. Maka tidak salah jika Imam Ibn Jazari
berwasiat:

‫ إال رياضة المرئ بفكه‬# ‫وليس بينه وبين تركه‬

Arti bebasnya : Kalau ingin bagus ngajinya, harus sering melatih rahangnya.

Namun kalau sudah terlatih maka akan terbiasa. Pemahaman kami, perkataan beliau
“latihan dengan rahangnya” adalah isyarat bahwa membaca Al Qur’an tidak boleh
kayak orang menggerutu (ngunyah makanan, jawa: nggremeng). Seseorang juga harus
memainkan kedua bibirnya supaya huruf-huruf terdengar sempurna tebal-tipisnya. []

Anda mungkin juga menyukai