Sumber : https://kumparan.com/berita-hari-ini/idgham-mimi-pengertian-
contoh-dan-cara-membacanya-1vxQo6wJnw4/full
Idgham mimi adalah salah satu hukum tajwid mim mati selain ikhfa
syafawi dan izhar syafawi. Nama lain idgham mimi adalah idgham
mutamatsilain.
Mengutip buku Panduan Praktis dan Lengkap Tahsin, Tajwid, Tahfiz
Untuk Pemula oleh Ibnu Rusyd, idgham secara bahasa artinya adalah
memasukkan atau melebur. Sedangkan, mimi maksudnya adalah
sesama huruf mim.
Secara istilah, pengertian idgham mimi adalah memasukkan atau
meleburkan suara mim sukun ( ) ْمke huruf mim berharakat ( ُم, ) َم ِم
yang terletak setelahnya, sehingga kedua mim tersebut menjadi satu
dan bertasydid.
Cara membaca idgham mimi adalah dengan meleburkan huruf mim
pertama dan kedua, serta suara harus mendengung dan ditahan
selama 3 ketukan. Biasanya, bacaan idgham mimi di dalam Al-Quran
sudah ditandai dengan tanda tasydid.
Untuk memahami hukum idgham mimi, kita harus melihat contoh
bacaan idgham mimi di dalam Al-Quran. Simak beberapa contoh
idgham mimi berikut ini.
1. Surat Az-Zumar : 15
2. Surat Ar-Rum : 3
3. Surat An-Nahl : 10
4. Surat An-Nisa : 1
5. Surat An-Nisa : 8
IDZAR SYAFAWI
Sumber : https://narasi.tv/read/narasi-daily/hukum-bacaan-izhar-syafawi
Idzar syafawi merupakan salah satu hukum bacaan yang ada dalam ilmu tajwid yang
mempelajari aturan dan tata cara membaca Al quran yang baik dan benar.
Izhar syafawi mengatur pembacaan nun mati yang harus dibaca dengan jelas tanpa
mendengung.
Hukum bacaan izhar berlaku apabila terdapat nun mati ( )ْن, tanwin () ــًـ ٌـــٍـ, atau mim mati ( )ْم
yang bertemu dengan huruf-huruf izhar.
Sementara, hukum bacaan izhar syafawi berlaku apabila mim mati ( ) ْمbertemu dengan
seluruh huruf hijaiyah, kecuali mim ( ) مdan ba ( ) ب.
Jika mim mati ( ) ْمbertemu selain huruf mim ( ) مdan ba ( ) ب, maka dibaca secara jelas
di tenggorokan sesuai makhrajnya.
Mā lahum bihī min ‘ilmiw wa lā li`ābā`ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwāhihim, iy
yaqụlụna illā każibā.
Alasan: dalam ayat tersebut, terdapat huruf nun mati ( )ْنbertemu dengan huruf ain ()ع.
Maka berlakulah hukum bacaan izhar syafawi.
Alasan: dalam ayat tersebut, terdapat huruf nun mati ( )ْنbertemu dengan huruf ( ھHa).
Maka berlakulah hukum bacaan izhar syafawi.
Alasan: dalam ayat tersebut, terdapat huruf mim mati bertemu dengan huruf jim ()ج.
Maka berlakulah hukum bacaan izhar syafawi.
Al-Bayyinah ayat 8:
َجَز ۤاُؤ ُهْم ِع ْنَد َرِّبِه ْم َج ّٰنُت َع ْد ٍن َتْج ِرْي ِمْن َتْح ِتَه ا اْل َاْنٰه ُر ٰخ ِلِد ْيَن ِفْيَه آ َاَبًد اۗ َرِض َي الّٰل ُه َع ْنُهْم َو َرُض ْو ا َع ْنُهۗ ٰذ ِلَك ِلَم ْن َخ ِش َي َرَّبٗه
Jazā`uhum 'inda rabbihim jannātu 'adnin tajrī min taḥtihal-an-hāru khālidīna fīhā abadā,
raḍiyallāhu 'an-hum wa raḍụ 'an-h, żālika liman khasyiya rabbah.
Alasan: dalam ayat tersebut, terdapat huruf mim mati bertemu dengan huruf jim ()ج.
Maka berlakulah hukum bacaan izhar syafawi.
Idgham mutamatsilain
Sumber : https://www.orami.co.id/magazine/idgham-mutamatsilain?page=all
Idgham mutamatsilain tersusun dari dua kata yaitu idgham dan mutamatsilain.
Idgham berarti memasukkan sedangkan mutamasilain bermakna dua huruf yang sama.
Di beberapa kitab lain, ada yang memberi nama lain seperti idgham mutamatsil atau
idgham mitslain, yang artinya tak jauh beda.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa idgham mutamatsilain dapat terjadi jika
kedua hurufnya sama dan huruf pertama sukun lalu huruf kedua hidup.
Misalnya huruf ba ( )بketemu ba ()ب, ta ( )تketemu ta ()ت, dal ( )دketemu dal ()د, dan
seterusnya.
Idgham mutamatsilain dibaca saat bertemunya dua huruf yang sama makhraj dan
sifatnya, yaitu huruf yang pertama adalah sukun dan huruf yang kedua berharakat atau
disebut juga dengan istilah idgham mutamatsilain shagir.
Cara mengucapkannya dengan memasukkan huruf pertama pada huruf yang kedua
sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid.
Apabila kedua huruf tersebut memiliki sifat ghunnah seperti huruf mim dengan mim, dan
nun dengan nun, wajib dibaca ghunnah atau mendengung selama dua harakat.
Sedangkan apabila kedua huruf tersebut memiliki sifat qalqalah maka bunyinya tidak
boleh dipantulkan.
Ada beberapa contoh idgham mutamatsilain yang dapat kita temukan dan perhatikan,
yaitu:
ُيْد ِر ْك ُك ُم
Huruf ha ( )هbertemu ha ( )هdalam QS An-Nahl ayat 76
Jenis bacaan Idgham mutamatsilain terbagi menjadi tiga jenis bacaan, di antaranya:
Shagir
Idgham mutamatsilain shaghir terjadi apabila terdapat dua huruf yang sama bertemu,
yakni huruf pertama sukun dan huruf keduanya berharakat.
Dinamakan shaghir karena posisi huruf pertamanya sukun sedangkan huruf keduanya
berharakat.
Hukum bacaan ini sebagian dibaca ghunnah dan sebagian lainnya tidak.
Contoh yang dibaca ghunnah adalah ِإْن َنَش ْأ, sedangkan yang tidak dibaca ghunnah
contohnya ُيْد ِر ْك ُك ُم اْلَم ْو َت.
Namun, idgham mutamatsilain shaghir ini tidak berlaku bagi posisi pertemuan huruf
tertentu, seperti pada lafaz َم اِلْيْه َه َلَك, menurut riwayat Hafs, lafaz ini bisa dibaca ighom
jika di washal (tidak dibaca saktah).
Namun, bisa juga dibaca idzhar ketika di saktah. Selain itu berlaku juga jika huruf
pertamanya adalah huruf mad, contohnya َقاُلْو ا َو ُه ْم ِفْي َه ا َي ْخ َت ِص ُمْو َن.
Kabir
Suatu bacaan dinamakan idgham mutamatsilain kabir jika terdapat dua huruf yang
sama dan keduanya berharakat.
Menurut imam Hafs hukum bacaannya dibaca idzhar (jelas) kecuali pada surat Yusuf
ayat 11 dan surat Al-Kahfi ayat 95.
Mutlaq
Sedangkan huruf kedua hidup sehingga cara membacanya memasukkan huruf pertama
ke dalam huruf kedua seolah-olah huruf tersebut bertasydid.
Namun, di antara sekian huruf hijaiyah, ada huruf yang dikecualikan atau huruf yang
diberi syarat tambahan.
Huruf tersebut adalah huruf wawu ( )وdan ya ()ي. Untuk lebih jelasnya, coba perhatikan
contoh berikut ini.
ِفْي َي ْو ٍم
Dalam dua contoh di atas, meskipun sudah memenuhi syarat idgham mutamatsilain,
tapi kedua contoh tersebut tidak bisa dibaca sebagaimana idgham mutamatsilain.
Melainkan harus dibaca tetap atau jelas.
Menurut Jamii'ul Qurra (Para Ulama Qiraat), kasus di atas harus dibaca tetap atau jelas
dengan alasan agar bacaan Mad tidak hilang.
Andaikan di-idgham-kan, maka bacaan Mad akan hilang. Maka dari itu, syarat
tambahan bagi huruf wawu ( )وdan ya ( )يadalah ia bukan merupakan huruf mad.
Apabila sebelum huruf wawu ( )وdan ya ( )يterdapat huruf berharakat fathah maka
dapat di-idgham-kan.
Pengecualian Tambahan
Selain huruf wawu ( )وdan ya ( )يyang memiliki syarat tambahan agar bisa menjadi
Idgham Mutamatsilain, ada satu kasus yang juga dimasukkan dalam bab pengecualian.
Dapat dilihat pada ayat di atas bahwa harusnya terjadi idgham mutamatsilain karena
huruf ha ( )هbertemu ha ()ه.
Namun, dalam riwayat bacaan Hafs, mengenai QS Al-Haqqah ayat 28-29 itu terdapat
dua cara bacaan yaitu bisa di-Idgham-kan dan juga bisa tidak di-Idgham-kan (dibaca
jelas atau saktah). Namun, yang lebih kuat adalah pendapat kedua.
Idzhar Wajib
Sumber : https://markazqiroatindonesia.com/2022/01/29/apa-itu-idzhar-wajib/
Cara membacanya tidak lagi seperti hukum bacaan Idgham Bighunnah serta tidak disuarakan
dengan mendengung, namun harus dibaca dengan jelas dan terang.
10. Nun sukun bertemu Wawu pada surah Al An’am ayat 99:
ِم ْن َطْلِعَها ِقْنَو اٌن َداِنَيٌة
16. Nun sukun bertemu Ya pada surah Ash Shaffat ayat 97:
Lam Ta’rif
Sumber : https://kumparan.com/berita-hari-ini/izhar-qamariyah-
pengertian-hukum-bacaan-dan-contohnya-dalam-alquran-
1wecWyHJzDE
lafdzul jalalah
Sumber : https://syarihub.id/pengertian-macam-dan-contoh-hukum-bacaan-lam-jalalah/
Lam jalalah terdiri dari dua kata yaitu “lam” dan “jalalah”. Lam
merupakan salah satu huruf hijaiyah yang berbentuk ل. Sedangkan kata
” jalalah” artinya secara bahasa yaitu Yang Diagungkan. Lafadz jalalah
adalah lafadz Allah. Jadi, pengertian lam jalalah adalah suatu bacaan
pada huruf lam yang ada pada lafadz Allah.
Macam-Macam
Lam jalalah ada dua macam, antara lain sebagai berikut.
Lam jalalah tafkhim pada potongan ayat di atas ada pada lafadz “ ”َخ َت َم ِهَّللا.
Lafadz Allah dibaca tebal karena sebelumnya terdapat huruf mim
berharakat fathah. Maka cara membacanya yaitu “khotamal loohu”.
2. QS. An-Nisaa ayat 1
Huruf nun tasydid berharakat fathah pada bacaan “ ”ِاَّن َهَّللاsebelum lafadz
Allah menandai bacaan lam jalalah tafkhim. Maka, cara membaca lam
pada lafadz Allah tebal sehingga bacaannya menjadi “innal looha”.
Pada potongan ayat tersebut terdapat lam jalalah tafkhim yaitu pada
kata “”ُح ُد وُد ِهَّللا. Sebelum lafadz Allah terdapat huruf dal berharakat
dhommah, maka cara membacanya tebal menjadi “huduudul loohi”.
……ِلِذ ْك ِر ِهَّللا
Pada potongan ayat di atas, sebelum lafadz Allah terdapat huruf nun
berharakat kasrah. Maka dari itu, berlakulah hukum tajwid lam jalalah
tarqiq yang cara membacanya tipis. Jadi, cara membaca potongan ayat
tersebut adalah “illaa bi-idznil laah”.
Sumber : https://kumparan.com/berita-hari-ini/hukum-bacaan-ra-
tafkhim-dan-tarqiq-serta-contohnya-1wTv8sgUiZk/full
Contoh Ra Tafkhim
1. QS. Al-Fiil ayat 1
َأَلْم َتَر
Keterangan: huruf ra berharakat fathatah.
Contoh Ra Tarqiq
Sumber : https://markazqiroatindonesia.com/2022/01/23/bentuk-bibir-ketika-membaca-
tarqiq-dan-tafkhim/
a Tafkhim adalah: suara menebal, lidah terangkat ke arah atas langit-langit atas mulut.
Hurufhurufnya : ظ ق ط غ ض ص خ, plus رdalam keadaan berharakat dhommah & kasroh.
Nama lainnya adalah sifat ISTI’LA
b Tarqiq adalah: suara menipis, lidah menetap dibawah tidak terangkat, Huruf-huruf nya
selain diatas. Nama lainnya adalah ISTIFAL
Pengalaman penulis saat membaca kitab-kitab tajwid, penulis belum pernah mendapati
sang pengarang mengupas bagaimana bentuk bibir ketika mengucapkan huruf-huruf
istifal dan isti’la’. Umumnya yang di soroti hanya terangkat dan tidaknya lisan ke arah
langit-langit atas.
Kedua sifat istifal (tarqiq) dan isti’la’ (tafkhim) adalah sifat lazimah artinya melekat pada
huruf pada setiap keadaannya, baik ketika berharakat, bersukun atau bertasydid.
Oleh karenanya setiap huruf istifal, bentuk kedua bibir harus selalu dalam keadaan
IMTIDAD, sedangkan setiap huruf isti’la kedua bibir harus berbentuk INKIMASY. Jika
tidak demikian, bisa terjadi perubahan suara baca, huruf bahkan perubahan makna.
Sebelum menyebutkan contoh, untuk istilah IMTIDAD akan penulis terjemahan
tersenyum.
Contoh-contoh :
Jika suara SHOU bibir dalam keadaan tersenyum maka akan menjadi . وتواسواSilahkan
dicoba!
huruf خ: Tafkhim (INKIMASY) menguncup huruf س: Tarqiq (IMTIDAD) tersenyum huruf
ر: Tafkhim (INKIMASY) menguncup
Jika ketika mensukun سtidak tersenyum maka kalimat diatas akan menjadi : خصر.
3) Kalimat
محذو ار
Dzuu : Tarqiq, untuk memulai membaca ذharus dari senyum lalu manyun mecucu
karena dhommah
Jika setelah membaca MAH dalam keadaan tersenyum lalu langsung membaca ذtidak
memulainya dengan senyum maka suara baca akan menjadi :
DHOL : Isti’la, menguncup lalu dalam keadaan mensukun لbibir harus tersenyum.
Kalau tidak dikembalikan ke tersenyum ketika mensukun لmaka suara لakan menjadi
tebal seperti ketika mengucap huruf لpada kata هلال
Arti bebasnya : Kalau ingin bagus ngajinya, harus sering melatih rahangnya.
Namun kalau sudah terlatih maka akan terbiasa. Pemahaman kami, perkataan beliau
“latihan dengan rahangnya” adalah isyarat bahwa membaca Al Qur’an tidak boleh
kayak orang menggerutu (ngunyah makanan, jawa: nggremeng). Seseorang juga harus
memainkan kedua bibirnya supaya huruf-huruf terdengar sempurna tebal-tipisnya. []