Anda di halaman 1dari 15

Hukum Nun Mati dan Tanwin

A. Pengertian

Yang dimaksud dengan tanwin adalah :

“ Tanwin adalah nun mati yang ada pada akhir kalimat isim didalam melafadhkannya atau
menyuarakannya tapi bukan didalam tulisannya.”

B. Pembagian Hukum Nun Mati dan Tanwin

dalam hukum nun mati dan tanwin ْ‫ ٌ ٍ ً – ن‬jika bertemu dengan huruf hijaiyah yang berjumlah dua puluh
delapan terkecuali alif yakni :

‫ء ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و هـ ي‬
Akan menimbulkan empat hukum bacaan yaitu Idhar Halqi, Idghom, Iqlab dan Ikhfa Haqiqi.

Alif itu tidak menerima harokat (mati) sedangkan hamzah menerima harokat.

1.Idhar
Menurut bahasa (etimologi) adalah jelas atau tampak

Menurut istilah (terminologi) adalah melafadhkan huruf idhar dari makhrojnya dengan suara jelas atau
terang dengan tanpa disertai mendengung (bilaghunnah)

Jumlah huruf idhar ada enam yaitu : ‫خ‬ ‫ء هـ ع ح غ‬


Dinamakan Halqi dikarenakan keenam huruf tersebut tempat keluarnya adalah berada di tenggorokan

Kaidah Idhar Halqi

Jika ada nun mati atau tanwin yang bertemu dengan salah satu dari huruf halaq yang enam tersebut,
maka harus dibaca dengan suara terang atau jelas, baik bertemunya itu dalam satu kalimat atau dilain
kalimat.

Contoh :

Satu kalimat

Nun mati dan tanwin tidak satu kalimat

َ ‫َمن َرس ُْو ٌل أ ِميْنٌ ِم ْن ُه ْم اِنْ ه َُو َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم َي ْن ِح ُت ْو َن منْ عِ ْل ٍم َغفُ ْو ٌر َحلِ ْي ٌم َيناْ َء ْو َن مِنْ َح َس َن ٍة‬
َ ‫ت منْ َءا‬ َ ‫ا ْن َع ْم‬
‫َأ‬ َ
‫اف َعذا بٌ لِ ْي ٌم‬ ُ
َ ‫َق ْو ٌم َخصِ م ُْو َن َف َس ُي ْن ِغض ُْو َن مِنْ غِ ٍّل َع ِز ْي ٌز َغفُ ْو ٌر َي ْن َه ْو َن منْ َخي ٍْر َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم و ال ُم ْن َخ ِن َقة َمنْ َخ‬
2. Idghom

Idghom menurut bahasa adalah memasukkan sesuatu kepada sesuatu

Idghom menurut istilah terminologi adalah bertemunya huruf yang mati dengan huruf yang hidup,
sehingga ketika dibaca akan serupa dengan huruf yang bertasydid.

a. Pembagian Idghom

Idghom dalam bab nun mati dan tanwin terbagi menjadi dua yaitu :

1. Idghom Bighunnah (idghom naqish)

2. Idghom Bilaghunnah (idghom kamil)

b. Macam-Macam Idghom

1. Idghom bighunnah :

Yaitu apabila ada nun mati atau tanwin yang bertemu dengan salah satu huruf empat, yaitu : , ‫ م‬, ‫ ن‬,‫ي‬
‫و‬

Cara membacanya : Huruf pertama yang berupa nun mati dan tanwin dimasukkan ke huruf yang kedua
dengan disertai dengung (brengengeng).

Idghom artinya memasukkan sesuatu kepada sesuatu

Bi Ghunnah artinya dengan disertai suara dengung.


َّ ‫ ح‬, ‫ هُدىً ِمنْ رَّ ب ِِّه ْم‬, ‫منْ وَّ َرا ِء ِه ْم‬
Contoh : ‫ِط ٌة َّن ْغفِرْ ل ُك ْم‬

Pengecualian

Idhar wajib : Apabila ada nun mati yang bertemu dengan huruf wawu atau ya’ dalam satu kalimat,
maka yang demikian itu harus dibaca dengan terang atau jelas. Dikarenakan jika diidghomkan takut
menyerupai dengan huruf Mudhoaf (huruf dua yang sama) Contoh : ٌ‫ قِ ْن َوان‬, ٌ‫ صِ ْن َوا ن‬, ٌ‫ ُب ْن َيا ن‬, ‫ُد ْن َيا‬

2. Idghom bila ghunnah

Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu dari dua huruf yaitu : ‫ ل‬dan ‫ر‬

Cara membacanya : Huruf pertama yang berupa nun mati atau bertanwin dimasukkan kesalah satu
dari dua huruf dengan tidak disertai suara dengung ( Bilaghunnah ).

Contoh : ِ‫ ُي َبيِّنْ لَ ُك ْم‬, ‫ هُدىً لِّ ْل ُم َّتقِي َْن‬, ‫ َغفُ ْو ٌر رَّ ِح ْي ٌم‬, ‫منْ رَّ ِب ِّه ْم‬

3. Iqlab

Arti menurut bahasa yaitu membalik atau menukar. Sedang menurut istilah adalah menjadikan huruf
pada tempatnya huruf yang lain disertai dengan dengungan (ghunnah).

Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ‫ب‬
Cara membacanya huruf pertama yang berupa nun mati atau tanwin diganti/ditukar menjadi suara mim
karena bertemu dengan huruf ‫ب‬

ُ ‫ ي ْنب‬, ‫منْ بعْ ِد‬


Contoh: ‫ َس ِم ْي ٌع بَصِ ْي ٌر‬, ‫ُت‬

4. Ikhfa’
Apabila ada nun mati atau tanwin yang bertemu dengan salah satu huruf lima belas yaitu:

‫ضعْ َظا لما ً َجادَ َش ْخصٌ َق ْد َس َما اَ َك ْم َثن صِ فْ َذا‬


َ ً‫ُد ْم َطيِّبا ٌ ِز ْد فِى ُتقى‬

Cara membacanya: Huruf pertama yang berupa nun mati atau tanwin dibaca dengan suara samar
karena bertemunya dengan salah satu huruf lima belas tersebut.

Cara membaca ikhfa dibagi menjadi tiga bagian yaitu :


1. Aqrob (‫ )اقرب‬adalah yang lebih dekat dengan idhar yaitu membacanya seperti idhar tetapi disertai
dengung sehingga menjadi samar. Adapun hurufnya ada tiga yaitu ‫ د‬, ‫ ط‬, ‫ ت‬.

Contoh : ُ‫ َي ْنطِ قُ ْو َن‬, ‫ م ْن َته ُْو َن‬,

2. Ab’ad (‫ )ابعد‬adalah yang lebih jauh dari idhar yaitu ketika membaca sangat nampak dengungnya
atau samarnya sehingga suara nun mati atau tanwin menjadi hilang sama sekali. Adapun hurufnya ada
dua yaitu ‫ ق‬dan ‫ ك‬Contoh : ‫ م ْنك‬,‫منْ قبل‬

3. Ausath (‫ )اوسط‬adalah pertengahan antara ikhfa’ aqrob dan ikhfa’ ab’ad dalam hal kesamaran
membacanya. Adapun hurufnya ada satu yaitu ‫ ف‬. Contoh : ِ‫منْ َفضْ ل هللا‬

Sedangkan selain dari huruf Ikfa’ Aqrob, Ab’ad dan Ausath boleh dibaca dengan dua wajah yaitu Aqrob
atau Ausath
ُ ‫ َي ْن‬, ‫ِإنْ جآ َء كم‬
Contoh : ‫ظر ُْو َن‬

Share this:
Hukum Mim Mati, Ghunnah, Idghom, Qolqolah, Lam Mati dan
Al Ta’rif

A.Mim Mati

Apabila ada mim yang mati dan bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah, maka akan mempunyai
tiga hukum bacaan yaitu :

1.Idghom Mimi

2.Ikhfa’ Syafawi

3.Idhar Syafawi

a. Idghom Mimi

Apabila ada mim yang mati bertemu dengan huruf ‫م‬

Cara membacanya : Mim pertama yang mati dimasukkan pada mim yang kedua dengan disertai suara
mendengung (Ghunnah).

Dinamakan Mimi karena bertemuanya dua huruf yang sama yaitu dua mim. Idghom ini juga dinamakan
ِ ْ‫ولَ ُك ْم َما فِى اَألر‬
Idghim Mutamatsilain “dua huruf yang sama”. Contoh: ‫ل َه ُْم َما َي َشا ُء‬, ‫ض‬

b. Ikhfa’ Syafawi

Apabila ada mim mati yang bertemu dengan huruf ‫ ب‬.

Contoh : ‫ َو ُه ْم ِبا األ خ َِر ِة‬,

Cara membacanya atau melafadhkan huruf yang mati yaitu mim yang sunyi dari tasydid dan disertai
dengan suara dengung (Ghunnah).

Dinamakan Syafawi karena tempat keluarnya huruf ba’ dan mim itu adalah pada dua bibir

c. Idhar Syafawi

Apabila ada mim yang mati bertemu dengan semua huruf Hijaiyyah selain huruf Idghom Mimi dan
Ikhfa’ Syafawi (mim dan ba’), baik dalam satu kalimat atau dilain kalimat.

Cara membacanya, mim yang mati harus dibaca dengan suara jelas atau terang terutama huruf itu
adalah fa’ dan wawu sebab kedua huruf itu tempat keluarnya sama-sama berada dibibir.

Contoh : ‫ ُه ْم ُي ْنفِقُ ْو َن‬, ‫ُه ْم فِ ْي َها َخا ِل ُد ْو َن‬


B. Hukum Mim dan Nun yang Bertasydid (Ghunnah)
Apabila ada huruf mim dan nun yang bertasydid, maka cara membacanya harus dibaca dengan suara
dengung.

Tempat membunyikan Ghunnah adalah ada pada janur hidung sehingga terkesan bunyinya seperti
suara orang yang bindeng. Untuk lebih jelas lagi yaitu dengan sedikit menutup lubang hidung, sehingga
akan terasa sekali getaran suara dengung pada janur hidung.

Lama dengungnya adalah sekitar satu alif atau dua harokat.

ّ , ‫ ث ّم‬, ‫س‬
Contoh :‫ِإن‬ ِ ‫ِب َر بِّ ال َّنا‬
C. Idghom

a. Definisi Idghom

Idghom menurut bahasa /etimologi adalah memasukkan sesuatu kepada sesuatu

Idhghom menurut istilah terminologi adalah bercampurnya dua huruf yang sama (yang pertama mati /
sukun yang kedua hidup), baik huruf itu semisal, sejenis atau berdekatan makhorijul dan sifatnya
sehingga sekiranya menjadi huruf satu dan ketika dibaca akan serupa dengan huruf yang bertasydid.

b. Pembagian Idghom

Menurut ittifaq ulama Qurro’, idghom ini dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Idghom Mutamatsilain

2. Idghom Mutaqoribain

3. Idghom Mutajanisain

Lebih lanjut akan diterangkan dibawah ini

1. Idghom Mutamatsilain

Yaitu apabila ada dua huruf yang sama baik makhroj dan sifatnya seperti ba’ mati bertemu dengan ba’
atau dal mati bertemu dengan dal, maka harus diidghomkan menurut kesepakatan Ulama’ Qurro’, baik
bertemunya dalam satu kalimat atau lain kalimat.

Contoh : َ‫ ي َُوجِّ ْه ُه‬, ‫ض ُك ْم‬ ْ


ُ ْ‫يغ َتبْ َبع‬

Yang demikian itu terkecuali huruf mad yaitu ya’ mati bertemu dengan ya’ jatuh setelah kasroh dan
wawu yang mati jatuh setelah dhommah bertemu dengan wawu, sebagaimana kesepatan ulama qurro’.
Hal ini dikarenakan agar sifat huruf mad itu masih tetap dan tidak hilang. Contoh : ‫ َقالُ ْوا َو ُه ْ ِم‬, ‫فىْ َي ْو ٍم‬

Idghom Mutamatsilain dibagi terbagi menjadi dua bagian yaitu :

a.Idghom Mutamatsilain Shoghir ( dua huruf sama dalam satu kalimat/lain kalimat dan tidak didahului
oleh mad ).
Contoh : ‫الح َج َر‬
َ ‫اك‬ َ ‫اِضْ ِربْ ِّب َع‬
َ ‫ص‬

b.Idghom Mutamatsilain Kabir ( dua huruf sama lain kalimat dan sama-sama hidup) Contoh

‫ الرَّ ِحي ِْم ملك فِ ْي ِه‬, ‫ه ًُدى‬

Tetapi menurut Qiroah yang diriwayatkan oleh Hafs an Ashim tidak meriwayatkannya atau tidak
membaca dengan Idghom Mutamatsilain Kabir

2. Idghom Mutajanisain

yaitu apabila ada dua huruf yang sama dalam makhrojnya akan tetapi berbeda dalam sifatnya. Seperti
dal bertemu ta’, ta’ bertemu dal dan sebagainya.

Contoh : َ‫َّع َوهللا‬


َ ‫تد‬ْ َ‫ اَ ْث َقل‬, ‫ َق ْد َّت َبي َّن‬, ‫ث ّذال َِك‬
ْ ‫ْيل َه‬

Adapun kalimat ِ‫اِرْ كبْ َّم َع َنا‬menurut Imam Hafs ‘an Syathibi disertai dengan mendengung, sedangkan
َ ‫بس ْط‬
lafadh َ‫ت‬ َ dibaca dengan Idghom Naqish. Yaitu sifat huruf tho’ {Isti’la’) masih tetep tampak.

3. Idghom Mutaqoribaini

yaitu apabila ada dua huruf yang berdekatan baik makhrojnya maupun sifatnya .

Contoh : ‫نخلُ ْق ُك ْم‬


ْ ‫ اَل ْم‬, ِّ‫قُ ْل رَّ ب‬

D. Qolqolah
Qolqolah menurut etimologi berarti mengguncang atau memantulkan, sedang menurut terminologi
adalah memantulkan bunyi hurus qolqolah ketika mati atau ketika diwaqofkan. Hurufnya ada lima
yaitu :

‫قطبجد‬

Sedangkan qolqolah itu dibagi menjadi dua :

1.Qolqolah kubro,

yaitu apabila ada huruf qolqolah yang berharokat sukun, sebagai ganti (iwadh) karena diwaqofkan.

Contoh: ٌ‫ َع َذاب‬menjadi ْ‫َع َذاب‬

2.Qolqolah Shughro,

yaitu apabila ada huruf qolqolah yang berharokat sukun yang asli (bukan karena waqof).

Contoh : ‫ َي ْدع ُْو َن‬, ‫ َيجْ َعلُ ْو َن‬, ‫َي ْق َطع ُْو َن‬
E. Cara Membaca Lam Mati

a.Apabila terdapat lam mati baik dalam kalimat isim, kalimat huruf atau kalimat fi’il, maka secara mutlak
harus diidharkan

Contoh

Huruf

Isim

Fi’il

‫ه ْل يستطيع‬

b. Apabila ada lam mati bertemu dengan huruf ro’ atau lam baik berupa kalimat fi’il (fi’il madhi atau fi’il
amar) atau kalimat huruf, maka wajib diidghomkan.

Contoh

Fi’il Amar

Kalimat Huruf

ِّ‫قُ ْل َرب‬

‫ه ْل لَ ُك ْم‬

‫َب ْل َر َف َع‬

Kecuali kalimat ‫( ب ْل سكتة ران‬bahkan berkata) menurut Imam Hafs an Ashim dibaca saktah (berhenti
sejenak tanpa nafas) yaitu terdapat padasurat Al Muthoffifin ayat 14. Agar tidak meyerupai dengan
lafadh ‫( برّ ا ن‬dua orang yang baik).

F. Alif dan Lam ( ‫) ال‬


Alif dan lam yang sambung dengan kalimat isim, maka akan menimbulkan dua bacaan yaitu:

1. Idhar Qomariyah

Apabila ada al Ma’rifah yang sambung dengan huruf qomariyah yang terkumpul dalam :
‫ك َو َخفْ َعقِ ْي َم ُه َأ‬
َ َّ‫بغ َحج‬
ِ ْ,
maka cara membacanya yaitu lam dibaca dengan jelas atau terang.

Contoh. ‫الحم ُد‬


َ ,

2. Idghom Syamsiyah

Apabila terdapat al ta’rif yang sambung dengan huruf syamsiyah yang terkumpul dalam :
 ْ‫َر ِحمًا َت َف َّز ضف َذا ِن َع ٍم دَعْ س ُْو َء َظنٍّ ُزرْ َش ِر ْي َفا ل ِْلك َِر ِام ُث َّم صِ ْل طِ ب‬

Cara membacanya yaitu apabila ada huruf al bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah, maka huruf-
huruf tersebut harus dibaca dengan tasydid.

Contoh. ‫َّار ُق‬


ِ ‫ الس‬,‫ الصَّا لِح ُْو َن‬,‫الرَّ ِح ْي ُم‬

Hukum Membaca Lam Jalalah dan Ro


A. Lam Jalalah

Menurut Hafs, bahwa semua lam yang ada didalam Al Qur an adalah dibaca tarqiq atau tipis kecuali
lam yang terdapat dalam lafadh Allah (lafdhul jalalah) harus dibaca dengan taghlidh berat atau tebal.

Adapun tebalnya lam pada lafdhul jalalah itu terbatas yakni ketika lafadh Allah itu jatuh setelah harokat
Fathah atau dhommah. Alasan dibaca tebal adalah menandakan akan keagungan Dzat Allah.

Contoh. ‫ َي ْو َم َيجْ َم ُع هّللا‬, ‫َوهّللا ُ َس ِم ْي ٌع‬

Sedangkan apabila lafadh Allah jatuh setelah harokat kasroh tetap dibaca tarqiq atau tipis. Alasannya
adalah karena sulit untuk diucapkan.

Contoh : ِ ‫ ِأم هّللا‬,ِ ‫وهّلِل‬

B. Hukum Membaca Ro’

Hukum membaca ro’ itu ada dua yaitu :

1. Tafkhimur Ro’

Ro’ yang dibaca berat yaitu ketika mengucapkan huruf ini, maka bibir yang bawah terangkat naik.
Sedangkan ukuran getaran ro’ paling banyak adalah tiga getaran atau boleh kurang dari tiga getaran
dan tidak boleh lebih dari tiga getaran..

Adapun ciri-ciri ro’ yang dibaca tebal adalah sebagai berikut :

a. Ro’ yang berharokat fathah atau dhommah. Contoh : ‫ ُر َب َما‬,‫َرحْ َم ٌة‬

b. Ro’ mati jatuh setelah harokat fathah atau dhommah (baik ro’ sukun asli atau karena waqof. Contoh :
‫ يُرْ َزقُون‬,‫َيرْ ُز ُق‬

c. Ro’ mati jatuh setelah harokat kasroh dan bertemu dengan huruf isti’la’ dalam satu kalimat (karena
tinggi dan beratnya huruf isti’la’). Jumlah hurufnya ada tujuh yaitu yang terkumpul dalam lafadh َّ‫ُخص‬
‫ض ْغطٍ ق ِْظ‬
َ .
Contoh: ‫ مِنْ ك ِّل فِرْ َق ٍة‬, ‫صا ِد‬
َ ْ‫ ِلبالمِر‬, Tetapi jika ro’ mati jatuh setelah kasroh dan meskipun bertemu
dengan huruf isti’la’, tetapi tidak dalam satu kalimat, maka ro’ tetap dibaca tipis.

Contoh : ‫صبْرً ا َج ِم ْياًل‬


َ ْ‫َفاصْ ِبر‬

d. Ro’ mati didahului oleh hamzah washol ( baik harokat fathah, dhommah atau kasroh), baik
harokatnya itu asli atau aridli.

َ ‫ الذىارْ َت‬,‫عى‬
Contoh : ‫ضى‬ ِ ‫اِرْ ِج‬
2. Tarqiqurro’ Ro’

a.Semua ro’ yang berharokat kasroh, baik diawal kalimat, tengah kalimat atau akhir kalimat. Semua itu
baik dalam kalimat Isim atau kalilmat Fi’il. Contoh : ‫أر َنا الّذين‬
ِ , ‫َكاف ِِري َْن‬
b.Ro’ mati jatuh setelah harokat kasroh asli dan sambung sekaligus tidak bertemu dengan salah satu
huruf Isti’la’ dalam satu kalimat. Contoh : ْ‫ واصْ َط ِبر‬, ُ‫و َقا َل فِرْ َع ْون‬

c.Semua Ro’ yang mati tidak asli (karena waqof) baik ro’ berharokat fathah, dhommah atau kasroh dan
selama ro’ tidak jatuh setelah harokat fathah atau dhommah.

Contoh. ْ‫ الس ََّرا ِئر‬,‫السّحْ ُر‬

d. Ro’ mati jatuh setelah harokat kasroh meski bertemu dengan huruf isti’la’ tetapi tidak dalam satu
kalimat.

َ ‫والَ ُت‬
َ ‫صعِّرْ َخد‬
Contoh : ‫َّك‬

e. Ro’ mati sebab waqof dan didahului oleh ya’ mati.

Contoh : ‫ َخ ِب ْي ٌر‬,‫َخ ْي ٌر‬

3. Ro’ yang boleh dibaca dengan dua cara.

a.Ro’ sukun karena waqof dan jatuh setelah kasroh yang terpisah dengan huruf isti’la’ yaitu pada lafadh
‫ َعي َْن الق ِْط ِر‬dan .‫ مِصْ َر‬Sedangkan cara yang bagus membacanya adalah, untuk lafadh ‫ مِصْ َر‬dibaca tebal
karena jika dibaca ketika washol, maka ro’ dibaca dengan tebal. Sedangkan lafadh ‫ َعي َْن الق ِْط ِر‬dibaca
tipis sebab jika diwasholkan dibaca tipis sebab berharokat kasroh.

b. Lafadh ‫ ُك ُّل فِرْ ٍق‬dibaca tebal karena ro’ sukun dan bertemu dengan huruf isti’la’. Dibaca tipis karena
karena huruf isti’la’ (qof) berharokat kasroh.

4. Ro’ yang bertasydid

a.Jika kita menjumpai ro’ yang bertasydid, maka cara membacanya yaitu dengan menyamarkan
suaranya ro’ (kira-kira paling banyak tiga getaran). Contoh : ‫الرَّ ح ْي ُم‬

b.Ro’ dibaca tipis sebab ro’ tasydid berharokat kasroh .

Contoh : ‫الرِّ َجا ُل‬


c.Ro’ dibaca antara tebal dan tipis yaitu apabila ro’ bertasydid yang berharokat kasroh jatuh setelah
harokat fathah. Contoh ُ‫َحرِّ قُ ْوه‬

d.Ro’ dibaca antara tipis dan tebal yaitu apabila ro’ bertasydid baik berharokat fathah atau dhommah
jatuh setelah harokat kasroh. Contoh. ‫بسْ ِم هّللا الرّحمن ال ّرحيم‬

Share this:

Macam-Macam Mad Beserta Ukuran Panjangnya

A. Pengertian Mad

Mad menurut bahasa adalah memanjangkan atau sesuatu yang memanjang. Menurut pendapat yang
lain adalah Az Ziyadah yaitu sesuatu yang tambah. Sedangkan menurut Istilah adalah memanjangkan
suara huruf dari huruf-huruf mad.

Adapun huruf-huruf mad yaitu:

1. Alif mutlak jatuh setelah fathah contoh: ‫ م ُْوسى‬, ‫َقا َل‬

2. Wawu mati jatuh setelah dhommah contoh: ‫ كو ُن ْوا‬, ‫قُ ْولُ ْوا‬

3. Ya’ mati jatuh setelah kasroh contoh : ‫أ ِم ِني َْن‬

Sedangkan jumlah huruf Al Lain yaitu ada dua : wawu dan ya’ mati jatuh setelah harokat fathah.
ِ ‫ َق ْو َمي‬, ٌ‫َخ ْوف‬
Contoh : ‫ْن‬

B. Mad Asli atau Mad Thobi’i

a.Pengertian Mad Asli atau Thobi’i

Yaitu apabila ada wawu mati ( ‫ ْ)و‬jatuh setelah dhommah, ya’ mati ْ‫ ))ي‬jatuh setelah kasroh dan (‫ ) ا‬alif
jatuh setelah fathah dan tidak bertemu dengan sukun dan hamzah. Panjangnya yaitu satu alif atau dua
harokat. Contoh : ‫ُن ْو حِيها‬

Dinamakan mad asli sebab panjang dari mad ini adalah sesuai dengan dasarnya (redaksi), sedangkan
dinamakan Thobi’i (sebangsa karakter) karena sifat mad atau panjangnya ini adalah pasti , yaitu satu
alif. Bagi seorang qori’ diharamkan untuk mengurangi atau menambah panjang mad ashli atau mad
thobi’i.

b. Pembagian Mad Thobi’i atau Asli

Mad Thobi’i Asli dibagi menjadi tiga yaitu :


1. Mad Thobi’i Dhohiri

Yaitu apabila dari ketiga huruf mad tersebut jelas dalam penulisannya, sehingga dapat diketahui
langsung. ( posisi wawu mati jatuh setelah dhommah, ya’ mati jatuh setelah kasroh dan alif jatuh
setelah fathah). Contoh lafadh : ‫ُن ْو حِيها‬

2. Mad Thobi’i Muqoddar

Mad Thobi’i Muqoddar (dikira-kirakan) yaitu dalam membacanya dibaca dengan suara panjang tapi
penulisan hurufnya tidak tampak. Hal ini dikarenakan ada kaitannya dengan arti dan memang demikian
penulisan dari khot Utsmani.

Contoh lafadh ‫ الرحمن‬, ‫ هللا‬seluruh ulama membaca panjang pada huruf lam dan mim.

3. Mad Thobi’i Harfi

Yaitu panjang yang ada pada nama-nama huruf hijaiyyah ( asmaul huruf ). Dalam hal ini akan kita
temukan pada pembukaan surat-surat ( fawatihussuar ). Hurufnya terkumpul dalam kalimat : ‫حيٌ َطه َُر‬.
Contoh ‫ حم‬,‫ طه‬, ‫الم‬

C. Mad Far’i

Adapun yang dimaksud dengan mad far’i adalah cabang dari mad asli karena adanya sebab-sebab
tertentu. Mad far’i ini terbagi menjadi empat belas bagian yang akan dijelaskan satu persatu dibawah
ini :

1. Mad Wajib Muttashil

Pedoman : Apabila ada mad thobi’i atau mad ashli bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat.
Contoh : ً ‫ هنيئا‬, ‫ سوء‬, ‫جاء‬

Ukuran panjangnya : Menurut Hafs an Ashim adalah dua setengah alif (dua setengah alif) atau lima
harokat. Sedangkan menurut Imam yang lain ada yang membaca dengan tiga alif (Imam Warosy,
Imam Hamzah). Dua alif dan satu setengah alif (Qolun, Ibn Katsir dan Abu Amr)

Pengertian

Wajib: Karena Ulama Qurro’ sepakat ( ijma’ ) memanjangkan mad ini dari mad aslinya .

Muttashil: Karena bertemunya mad thobi’i itu adalah dalam satu kalimat.

2. Mad Jaiz Munfashil

Pedoman : Apabila ada mad thobi’i atau mad ashli bertemu dengan hamzah dilain kalimatUkuran
Panjangnya ada tiga pendapat yaitu :

a.Wajib dibaca Qoshr seperti mad asli yaitu satu alif. Hal ini menurut pendapat Imam Al Bazzi Qonbul
dan as Susi ‘an Abi Amin.
b.Wajib dibaca panjang seperti panjang yang ada pada Mad Wajib Muttashil (tiga alif, dua alif, dua
setengah alif, satu setengah alif)

c.Dua wajah yaitu Qoshr (satu alif) atau mad (dua setengah alif)

3. Mad Aridh Lissukun

Pedoman : Apabila ada huruf mad asli bertemu dengan huruf mati, yang matinya (tidak asli) sebab
diwaqofkan (berhenti).

Ukuran Panjangnya ada tiga yaitu :

a.Satu alif karena bertemunya mad asli itu dikarenakan waqof (berhenti), jadi meskipun waqof, maka
tidak bisa merubah panjangnya mad asli.

b.Dibaca dua alif karena sukunya itu bukan sukun yang asli (sebab waqof) dan cara membacanya
tetap dibawah bacaan mad Lazim.

c.Dibaca tiga alif sebab dikiyaskan/disamakan dengan bacaan mad Lazim.

Dari beberapa pendapat tentang ukuran panjang mad Aridsl lissukun yang paling banyak dipergunakan
َ ‫هم ُي ْنف‬
adalah yang membaca dengan tiga alif termasuk di Indonesia. Contoh: ‫ الحمد هلل ربّ العا لمين‬,‫ِقون‬

4. Mad Badal

Pedoman : Yaitu apabila ada dua hamzah yang kumpul dalam satu kalimat, maka hamzah yang kedua
diganti dengan huruf yang sesuai dengan harokat pertamanya (sejenis) yaitu :

a. Jika dua hamzah berharokat fathah, maka hamzah yang kedua diganti dengan alif . Contoh: ‫َء ا َم َن‬
asalnya ‫َء ْء من‬

b. Jika dua hamzah berharokat dhommah, maka hamzah yang kedua diganti dengan wawu . Contoh :
‫ ا ُ ْو ُتوُ ا‬asalnya ‫ُء ْؤ توا‬

c. Jika dua hamzah berharokat kasroh, maka hamzah yang kedua diganti dengan ya’. Contoh : ‫ِْايما ًنا‬
asalnya ‫إْئ ما ًنا‬

Lama membacanya (panjangnya) adalah satu alif atau dua harokat.

Dinamakan mad badal karena huruf yang kedua (alif, wawu dan ya’) adalah sebagai ganti dari hamzah

5. Mad Lain Aridly

Pedoman : Yaitu apabila ada Huruf Al Lain (wawu dan ya’ yang mati jatuh setelah fathah) yang
bertemu dengan sukun yang tidak asli (sebab waqof)

Ukuran panjangnya adalah satu,dua dan tiga alif.

ِ ‫ َع ْي َني‬, ٍ‫مِنْ َخ ْوف‬,


Contoh : ‫ْن‬

Keterangan
Dinamakan aridli (baru datang) karena bacaan ini timbul atau terjadi bila diwaqofkan/berhenti (huruf
yang terakhir menjadi sukun/mati), akan tetapi jika diwasholkan/terus maka dibaca dengan suara lunak.
(tanpa panjang)

6. Mad Iwadl

Pedoman yaitu apabila ada isim yang alamat nashobnya memakai tanwin “fathatain” (selain
fathatainnya ta’ ta’nis yang mufrod mahal nashob) dan berada pada perwaqofan/berhenti, maka huruf
yang bertanwin itu dihilangkan tanwinnya.

Contoh : ً ‫ َق ْو اًل َكريْما‬,‫َس ِم ْي ًعا َعلِ ْيمًا‬

Panjanganya harus satu alif tidak kurang dan tidak lebih.

Dinamakan Iwadl sebab panjangnya adalah ganti dari isim mahal nashob (fathatain)

Keterangan

Dalam penulisan khot Utsmani biasanya huruf akhirnya diberi alif dan ada sebagian kecil saja yang
tidak memakai alif,

Seperti : ‫ِر َجا اًل َكثِيراً ونسا ًء‬

Mad ini berlaku jika ada pada waqof, tapi jika diteruskan maka hukum membacanya disesuaikan
dengan huruf sesudahnya .

7. Mad Tamkin

Tamkin artinya adalah menetapkan. Yaitu apabila ada ya’ yang tasydid berharokat kasroh jatuh setelah
ya’ mati dalam satu kalimat/perkataan. Contoh : ‫ واذا ح ّييْتم‬,‫ أ ِّم ِّيي َْن‬panjangnya adalah satu alif

8. Mad Shilah Qoshiroh

Apabila ada ha’ dhomir mufrod mudzakkar ghoib berupa huruf hidup jatuh setelah huruf yang hidup dan
tidak bertemu dengan hamzah atau sukun, maka dibaca panjang. Contoh : ‫إ ّن ُه بعبا د ِه خبي ُر‬

Lama membacanya satu alif atau dua harokat.

9. Mad Shilah Thowilah

Apabila ada ha’ dhomir ghoib mufrod mudzakar yang hidup bertemu dengan hamzah khoto’ dan tidak
bertemu dengan huruf yang mati. Contoh : ‫ َي ْش َف ُع عِ ْندَ هُ إال‬, ‫من ُد ْو ِن ِه ِإلها‬

Lama membacanya dua alif atau dua setengah alif (lima harokat), jika dibaca waqof maka ha’ dlomir
tersebut dibaca sukun.

Pengecualian Mad Shilah


a.Ha’ dibaca pendek karena sebelum hak dhomir ada huruf mati yang dibuang (menjadi jawab syarat)
berupa wawu, yaitu pada kalimat :

َ ْ‫( وِإنْ َت ْش ُكرُوا َير‬surat Az- Zumar ayat 7 juz 23)


‫ض ُه لَ ُك ْم‬

b.Ha’ dibaca panjang karena tauqifi (didalam Al Qur an menurut Imam Hafs an Ashim ada satu) yaitu
ً ‫ ( فيه ُم َهانا‬Surat Al Furqon ayat 69 juz 19 )

c.Ha’ dibaca pendek karena bukan ha’ dhomir seperti : ًَ‫( ما َن ْف َق ُه َك ِثيْرا‬S-Hud:91)

d.Ha’ dlomir dibaca panjang jika washol tapi jika waqof ha’ dlomir menjadi mati. Contoh. ِ , ‫منْ عِ ْلمِه‬
‫َيعْ لَم ُْو َنه‬

e.Huruf sebelum ha’ dhomir berupa huruf hidup sedang sesudahnya berupa huruf mati . Contoh. ‫ل ُه‬
‫ ل ُه اََأل س َما ُء‬, ‫ ْالح ُْك ُم‬maka dibaca pendek.

f. Huruf sebelum ha’ dhomir berupa huruf mati sedang sesudahnya berupa huruf hidup . Contoh. ‫فِ ْي ِه‬
‫ ُخ ُذ ْوهُ فاع ِتلُوه‬, ‫ه ًُدى‬maka dibaca pendek.

10. Mad Lazim Kilmi Mutsaqqol

Apabila ada mad asli yang bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam satu kalimat, maka dibaca
panjang ( tiga alif atau enam harokat ). Contoh : ‫ وال الضآلّ ِي َن‬,‫الحآ ّق ُة‬

Lazim berarti semua ulama qorro’ membaca dengan lebih panjang dari mad asli ( satu alif)

Kilmi berarti bertemunya mad dengan tasydid itu dalam satu kalimat.

Mutsaqqol berarti disamping dibaca panjang juga disertai dengan suara yang berat ( membutuhkan
tekanan ) ketika mad asli itu bertemu dengan huruf yang bertasydid.

Keterangan

Meskipun ada mad asli dan bertemu dengan tasydid akan tetapi bukan dalam satu kalimat, maka
kalimat ini tetap dibaca pendek.

11. Mad Lazim Kilmi Mukhoffaf

Apabila ada mad yang bertemu dengan sukun dalam satu kalimat/perkataan, maka harus dibaca
panjang dan tidak boleh diidghomkan. Didalam Al Qur an hanya ada dua yaitu :

a. ‫آألن َو َق ْد ُك ْن ُت ْم‬
َ ( Surat Yunus ayat 51 )

ُ
b. ‫عصيت‬ ‫آألن َو َق ْد‬
َ ( Surat Yunus ayat 91)

Mukhoffaf artinya dibaca dengan ringan.

12. Mad Lazim Harfi Mukhoffaf


Mad ini hanya terdapat pada pembukaan awal surat (fawatihussuar). Sedangkan cara membacanya
ada dua yaitu :

a. Dibaca seperti mad thobi’i (satu alif). Hurufnya terkumpul dalam Hayyun Thohuro. Contoh : mÛ, §„

َ ‫ َس َنقُصُّ عِ ْل َم‬. Contoh :Èêg., ‫ ق‬, ‫ن‬


b. Dibaca seperti mad lazim (tiga alif). Hurufnya terkumpul pada ‫ك‬

13. Mad Lazim Harfi Mutsaqqol

Apabila ada mad yang bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam fawatihussuar, maka harus
dibaca panjang (tiga alif) dan disertai dengan tebal. Contoh : O¦Û

14. Mad Farqi

Apabila ada hamzah istifham bertemu dengan huruf yang mati, maka hamzah dibaca panjang (tiga alif)
yaitu :
َّ ‫ ق ْل‬dua tempat pada surat Al An’am :143, 144
ِ ‫آلذ َك ْ َر‬
1. ُ‫ين‬

2. ‫ آهللا خير‬surat Al –Naml : 59

3. ‫ قل آهللاُ َأذ َِن لكم‬surat Yunus :59

4. ‫ آاألن‬surat Yunus : 91

Keterangan

Mad ini dalam kategori mad lazim.

Dibaca mad adalah untuk membedakan antara hamzah istifham dengan kalam khobar.

Share this:

Anda mungkin juga menyukai