A. Pengertian
“ Tanwin adalah nun mati yang ada pada akhir kalimat isim didalam melafadhkannya atau
menyuarakannya tapi bukan didalam tulisannya.”
dalam hukum nun mati dan tanwin ْ ٌ ٍ ً – نjika bertemu dengan huruf hijaiyah yang berjumlah dua puluh
delapan terkecuali alif yakni :
ء ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و هـ ي
Akan menimbulkan empat hukum bacaan yaitu Idhar Halqi, Idghom, Iqlab dan Ikhfa Haqiqi.
Alif itu tidak menerima harokat (mati) sedangkan hamzah menerima harokat.
1.Idhar
Menurut bahasa (etimologi) adalah jelas atau tampak
Menurut istilah (terminologi) adalah melafadhkan huruf idhar dari makhrojnya dengan suara jelas atau
terang dengan tanpa disertai mendengung (bilaghunnah)
Jika ada nun mati atau tanwin yang bertemu dengan salah satu dari huruf halaq yang enam tersebut,
maka harus dibaca dengan suara terang atau jelas, baik bertemunya itu dalam satu kalimat atau dilain
kalimat.
Contoh :
Satu kalimat
َ َمن َرس ُْو ٌل أ ِميْنٌ ِم ْن ُه ْم اِنْ ه َُو َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم َي ْن ِح ُت ْو َن منْ عِ ْل ٍم َغفُ ْو ٌر َحلِ ْي ٌم َيناْ َء ْو َن مِنْ َح َس َن ٍة
َ ت منْ َءا َ ا ْن َع ْم
َأ َ
اف َعذا بٌ لِ ْي ٌم ُ
َ َق ْو ٌم َخصِ م ُْو َن َف َس ُي ْن ِغض ُْو َن مِنْ غِ ٍّل َع ِز ْي ٌز َغفُ ْو ٌر َي ْن َه ْو َن منْ َخي ٍْر َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم و ال ُم ْن َخ ِن َقة َمنْ َخ
2. Idghom
Idghom menurut istilah terminologi adalah bertemunya huruf yang mati dengan huruf yang hidup,
sehingga ketika dibaca akan serupa dengan huruf yang bertasydid.
a. Pembagian Idghom
Idghom dalam bab nun mati dan tanwin terbagi menjadi dua yaitu :
b. Macam-Macam Idghom
1. Idghom bighunnah :
Yaitu apabila ada nun mati atau tanwin yang bertemu dengan salah satu huruf empat, yaitu : , م, ن,ي
و
Cara membacanya : Huruf pertama yang berupa nun mati dan tanwin dimasukkan ke huruf yang kedua
dengan disertai dengung (brengengeng).
Pengecualian
Idhar wajib : Apabila ada nun mati yang bertemu dengan huruf wawu atau ya’ dalam satu kalimat,
maka yang demikian itu harus dibaca dengan terang atau jelas. Dikarenakan jika diidghomkan takut
menyerupai dengan huruf Mudhoaf (huruf dua yang sama) Contoh : ٌ قِ ْن َوان, ٌ صِ ْن َوا ن, ٌ ُب ْن َيا ن, ُد ْن َيا
Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu dari dua huruf yaitu : لdan ر
Cara membacanya : Huruf pertama yang berupa nun mati atau bertanwin dimasukkan kesalah satu
dari dua huruf dengan tidak disertai suara dengung ( Bilaghunnah ).
Contoh : ِ ُي َبيِّنْ لَ ُك ْم, هُدىً لِّ ْل ُم َّتقِي َْن, َغفُ ْو ٌر رَّ ِح ْي ٌم, منْ رَّ ِب ِّه ْم
3. Iqlab
Arti menurut bahasa yaitu membalik atau menukar. Sedang menurut istilah adalah menjadikan huruf
pada tempatnya huruf yang lain disertai dengan dengungan (ghunnah).
Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ب
Cara membacanya huruf pertama yang berupa nun mati atau tanwin diganti/ditukar menjadi suara mim
karena bertemu dengan huruf ب
4. Ikhfa’
Apabila ada nun mati atau tanwin yang bertemu dengan salah satu huruf lima belas yaitu:
Cara membacanya: Huruf pertama yang berupa nun mati atau tanwin dibaca dengan suara samar
karena bertemunya dengan salah satu huruf lima belas tersebut.
2. Ab’ad ( )ابعدadalah yang lebih jauh dari idhar yaitu ketika membaca sangat nampak dengungnya
atau samarnya sehingga suara nun mati atau tanwin menjadi hilang sama sekali. Adapun hurufnya ada
dua yaitu قdan كContoh : م ْنك,منْ قبل
3. Ausath ( )اوسطadalah pertengahan antara ikhfa’ aqrob dan ikhfa’ ab’ad dalam hal kesamaran
membacanya. Adapun hurufnya ada satu yaitu ف. Contoh : ِمنْ َفضْ ل هللا
Sedangkan selain dari huruf Ikfa’ Aqrob, Ab’ad dan Ausath boleh dibaca dengan dua wajah yaitu Aqrob
atau Ausath
ُ َي ْن, ِإنْ جآ َء كم
Contoh : ظر ُْو َن
Share this:
Hukum Mim Mati, Ghunnah, Idghom, Qolqolah, Lam Mati dan
Al Ta’rif
A.Mim Mati
Apabila ada mim yang mati dan bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah, maka akan mempunyai
tiga hukum bacaan yaitu :
1.Idghom Mimi
2.Ikhfa’ Syafawi
3.Idhar Syafawi
a. Idghom Mimi
Cara membacanya : Mim pertama yang mati dimasukkan pada mim yang kedua dengan disertai suara
mendengung (Ghunnah).
Dinamakan Mimi karena bertemuanya dua huruf yang sama yaitu dua mim. Idghom ini juga dinamakan
ِ ْولَ ُك ْم َما فِى اَألر
Idghim Mutamatsilain “dua huruf yang sama”. Contoh: ل َه ُْم َما َي َشا ُء, ض
b. Ikhfa’ Syafawi
Cara membacanya atau melafadhkan huruf yang mati yaitu mim yang sunyi dari tasydid dan disertai
dengan suara dengung (Ghunnah).
Dinamakan Syafawi karena tempat keluarnya huruf ba’ dan mim itu adalah pada dua bibir
c. Idhar Syafawi
Apabila ada mim yang mati bertemu dengan semua huruf Hijaiyyah selain huruf Idghom Mimi dan
Ikhfa’ Syafawi (mim dan ba’), baik dalam satu kalimat atau dilain kalimat.
Cara membacanya, mim yang mati harus dibaca dengan suara jelas atau terang terutama huruf itu
adalah fa’ dan wawu sebab kedua huruf itu tempat keluarnya sama-sama berada dibibir.
Tempat membunyikan Ghunnah adalah ada pada janur hidung sehingga terkesan bunyinya seperti
suara orang yang bindeng. Untuk lebih jelas lagi yaitu dengan sedikit menutup lubang hidung, sehingga
akan terasa sekali getaran suara dengung pada janur hidung.
ّ , ث ّم, س
Contoh :ِإن ِ ِب َر بِّ ال َّنا
C. Idghom
a. Definisi Idghom
Idhghom menurut istilah terminologi adalah bercampurnya dua huruf yang sama (yang pertama mati /
sukun yang kedua hidup), baik huruf itu semisal, sejenis atau berdekatan makhorijul dan sifatnya
sehingga sekiranya menjadi huruf satu dan ketika dibaca akan serupa dengan huruf yang bertasydid.
b. Pembagian Idghom
Menurut ittifaq ulama Qurro’, idghom ini dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Idghom Mutamatsilain
2. Idghom Mutaqoribain
3. Idghom Mutajanisain
1. Idghom Mutamatsilain
Yaitu apabila ada dua huruf yang sama baik makhroj dan sifatnya seperti ba’ mati bertemu dengan ba’
atau dal mati bertemu dengan dal, maka harus diidghomkan menurut kesepakatan Ulama’ Qurro’, baik
bertemunya dalam satu kalimat atau lain kalimat.
Yang demikian itu terkecuali huruf mad yaitu ya’ mati bertemu dengan ya’ jatuh setelah kasroh dan
wawu yang mati jatuh setelah dhommah bertemu dengan wawu, sebagaimana kesepatan ulama qurro’.
Hal ini dikarenakan agar sifat huruf mad itu masih tetap dan tidak hilang. Contoh : َقالُ ْوا َو ُه ْ ِم, فىْ َي ْو ٍم
a.Idghom Mutamatsilain Shoghir ( dua huruf sama dalam satu kalimat/lain kalimat dan tidak didahului
oleh mad ).
Contoh : الح َج َر
َ اك َ اِضْ ِربْ ِّب َع
َ ص
b.Idghom Mutamatsilain Kabir ( dua huruf sama lain kalimat dan sama-sama hidup) Contoh
Tetapi menurut Qiroah yang diriwayatkan oleh Hafs an Ashim tidak meriwayatkannya atau tidak
membaca dengan Idghom Mutamatsilain Kabir
2. Idghom Mutajanisain
yaitu apabila ada dua huruf yang sama dalam makhrojnya akan tetapi berbeda dalam sifatnya. Seperti
dal bertemu ta’, ta’ bertemu dal dan sebagainya.
Adapun kalimat ِاِرْ كبْ َّم َع َناmenurut Imam Hafs ‘an Syathibi disertai dengan mendengung, sedangkan
َ بس ْط
lafadh َت َ dibaca dengan Idghom Naqish. Yaitu sifat huruf tho’ {Isti’la’) masih tetep tampak.
3. Idghom Mutaqoribaini
yaitu apabila ada dua huruf yang berdekatan baik makhrojnya maupun sifatnya .
D. Qolqolah
Qolqolah menurut etimologi berarti mengguncang atau memantulkan, sedang menurut terminologi
adalah memantulkan bunyi hurus qolqolah ketika mati atau ketika diwaqofkan. Hurufnya ada lima
yaitu :
قطبجد
1.Qolqolah kubro,
yaitu apabila ada huruf qolqolah yang berharokat sukun, sebagai ganti (iwadh) karena diwaqofkan.
2.Qolqolah Shughro,
yaitu apabila ada huruf qolqolah yang berharokat sukun yang asli (bukan karena waqof).
Contoh : َي ْدع ُْو َن, َيجْ َعلُ ْو َن, َي ْق َطع ُْو َن
E. Cara Membaca Lam Mati
a.Apabila terdapat lam mati baik dalam kalimat isim, kalimat huruf atau kalimat fi’il, maka secara mutlak
harus diidharkan
Contoh
Huruf
Isim
Fi’il
ه ْل يستطيع
b. Apabila ada lam mati bertemu dengan huruf ro’ atau lam baik berupa kalimat fi’il (fi’il madhi atau fi’il
amar) atau kalimat huruf, maka wajib diidghomkan.
Contoh
Fi’il Amar
Kalimat Huruf
ِّقُ ْل َرب
ه ْل لَ ُك ْم
َب ْل َر َف َع
Kecuali kalimat ( ب ْل سكتة رانbahkan berkata) menurut Imam Hafs an Ashim dibaca saktah (berhenti
sejenak tanpa nafas) yaitu terdapat padasurat Al Muthoffifin ayat 14. Agar tidak meyerupai dengan
lafadh ( برّ ا نdua orang yang baik).
1. Idhar Qomariyah
Apabila ada al Ma’rifah yang sambung dengan huruf qomariyah yang terkumpul dalam :
ك َو َخفْ َعقِ ْي َم ُه َأ
َ َّبغ َحج
ِ ْ,
maka cara membacanya yaitu lam dibaca dengan jelas atau terang.
2. Idghom Syamsiyah
Apabila terdapat al ta’rif yang sambung dengan huruf syamsiyah yang terkumpul dalam :
َْر ِحمًا َت َف َّز ضف َذا ِن َع ٍم دَعْ س ُْو َء َظنٍّ ُزرْ َش ِر ْي َفا ل ِْلك َِر ِام ُث َّم صِ ْل طِ ب
Cara membacanya yaitu apabila ada huruf al bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah, maka huruf-
huruf tersebut harus dibaca dengan tasydid.
Menurut Hafs, bahwa semua lam yang ada didalam Al Qur an adalah dibaca tarqiq atau tipis kecuali
lam yang terdapat dalam lafadh Allah (lafdhul jalalah) harus dibaca dengan taghlidh berat atau tebal.
Adapun tebalnya lam pada lafdhul jalalah itu terbatas yakni ketika lafadh Allah itu jatuh setelah harokat
Fathah atau dhommah. Alasan dibaca tebal adalah menandakan akan keagungan Dzat Allah.
Sedangkan apabila lafadh Allah jatuh setelah harokat kasroh tetap dibaca tarqiq atau tipis. Alasannya
adalah karena sulit untuk diucapkan.
1. Tafkhimur Ro’
Ro’ yang dibaca berat yaitu ketika mengucapkan huruf ini, maka bibir yang bawah terangkat naik.
Sedangkan ukuran getaran ro’ paling banyak adalah tiga getaran atau boleh kurang dari tiga getaran
dan tidak boleh lebih dari tiga getaran..
b. Ro’ mati jatuh setelah harokat fathah atau dhommah (baik ro’ sukun asli atau karena waqof. Contoh :
يُرْ َزقُون,َيرْ ُز ُق
c. Ro’ mati jatuh setelah harokat kasroh dan bertemu dengan huruf isti’la’ dalam satu kalimat (karena
tinggi dan beratnya huruf isti’la’). Jumlah hurufnya ada tujuh yaitu yang terkumpul dalam lafadh َُّخص
ض ْغطٍ ق ِْظ
َ .
Contoh: مِنْ ك ِّل فِرْ َق ٍة, صا ِد
َ ْ ِلبالمِر, Tetapi jika ro’ mati jatuh setelah kasroh dan meskipun bertemu
dengan huruf isti’la’, tetapi tidak dalam satu kalimat, maka ro’ tetap dibaca tipis.
d. Ro’ mati didahului oleh hamzah washol ( baik harokat fathah, dhommah atau kasroh), baik
harokatnya itu asli atau aridli.
َ الذىارْ َت,عى
Contoh : ضى ِ اِرْ ِج
2. Tarqiqurro’ Ro’
a.Semua ro’ yang berharokat kasroh, baik diawal kalimat, tengah kalimat atau akhir kalimat. Semua itu
baik dalam kalimat Isim atau kalilmat Fi’il. Contoh : أر َنا الّذين
ِ , َكاف ِِري َْن
b.Ro’ mati jatuh setelah harokat kasroh asli dan sambung sekaligus tidak bertemu dengan salah satu
huruf Isti’la’ dalam satu kalimat. Contoh : ْ واصْ َط ِبر, ُو َقا َل فِرْ َع ْون
c.Semua Ro’ yang mati tidak asli (karena waqof) baik ro’ berharokat fathah, dhommah atau kasroh dan
selama ro’ tidak jatuh setelah harokat fathah atau dhommah.
d. Ro’ mati jatuh setelah harokat kasroh meski bertemu dengan huruf isti’la’ tetapi tidak dalam satu
kalimat.
َ والَ ُت
َ صعِّرْ َخد
Contoh : َّك
a.Ro’ sukun karena waqof dan jatuh setelah kasroh yang terpisah dengan huruf isti’la’ yaitu pada lafadh
َعي َْن الق ِْط ِرdan . مِصْ َرSedangkan cara yang bagus membacanya adalah, untuk lafadh مِصْ َرdibaca tebal
karena jika dibaca ketika washol, maka ro’ dibaca dengan tebal. Sedangkan lafadh َعي َْن الق ِْط ِرdibaca
tipis sebab jika diwasholkan dibaca tipis sebab berharokat kasroh.
b. Lafadh ُك ُّل فِرْ ٍقdibaca tebal karena ro’ sukun dan bertemu dengan huruf isti’la’. Dibaca tipis karena
karena huruf isti’la’ (qof) berharokat kasroh.
a.Jika kita menjumpai ro’ yang bertasydid, maka cara membacanya yaitu dengan menyamarkan
suaranya ro’ (kira-kira paling banyak tiga getaran). Contoh : الرَّ ح ْي ُم
d.Ro’ dibaca antara tipis dan tebal yaitu apabila ro’ bertasydid baik berharokat fathah atau dhommah
jatuh setelah harokat kasroh. Contoh. بسْ ِم هّللا الرّحمن ال ّرحيم
Share this:
A. Pengertian Mad
Mad menurut bahasa adalah memanjangkan atau sesuatu yang memanjang. Menurut pendapat yang
lain adalah Az Ziyadah yaitu sesuatu yang tambah. Sedangkan menurut Istilah adalah memanjangkan
suara huruf dari huruf-huruf mad.
2. Wawu mati jatuh setelah dhommah contoh: كو ُن ْوا, قُ ْولُ ْوا
Sedangkan jumlah huruf Al Lain yaitu ada dua : wawu dan ya’ mati jatuh setelah harokat fathah.
ِ َق ْو َمي, ٌَخ ْوف
Contoh : ْن
Yaitu apabila ada wawu mati ( ْ)وjatuh setelah dhommah, ya’ mati ْ ))يjatuh setelah kasroh dan ( ) اalif
jatuh setelah fathah dan tidak bertemu dengan sukun dan hamzah. Panjangnya yaitu satu alif atau dua
harokat. Contoh : ُن ْو حِيها
Dinamakan mad asli sebab panjang dari mad ini adalah sesuai dengan dasarnya (redaksi), sedangkan
dinamakan Thobi’i (sebangsa karakter) karena sifat mad atau panjangnya ini adalah pasti , yaitu satu
alif. Bagi seorang qori’ diharamkan untuk mengurangi atau menambah panjang mad ashli atau mad
thobi’i.
Yaitu apabila dari ketiga huruf mad tersebut jelas dalam penulisannya, sehingga dapat diketahui
langsung. ( posisi wawu mati jatuh setelah dhommah, ya’ mati jatuh setelah kasroh dan alif jatuh
setelah fathah). Contoh lafadh : ُن ْو حِيها
Mad Thobi’i Muqoddar (dikira-kirakan) yaitu dalam membacanya dibaca dengan suara panjang tapi
penulisan hurufnya tidak tampak. Hal ini dikarenakan ada kaitannya dengan arti dan memang demikian
penulisan dari khot Utsmani.
Contoh lafadh الرحمن, هللاseluruh ulama membaca panjang pada huruf lam dan mim.
Yaitu panjang yang ada pada nama-nama huruf hijaiyyah ( asmaul huruf ). Dalam hal ini akan kita
temukan pada pembukaan surat-surat ( fawatihussuar ). Hurufnya terkumpul dalam kalimat : حيٌ َطه َُر.
Contoh حم, طه, الم
C. Mad Far’i
Adapun yang dimaksud dengan mad far’i adalah cabang dari mad asli karena adanya sebab-sebab
tertentu. Mad far’i ini terbagi menjadi empat belas bagian yang akan dijelaskan satu persatu dibawah
ini :
Pedoman : Apabila ada mad thobi’i atau mad ashli bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat.
Contoh : ً هنيئا, سوء, جاء
Ukuran panjangnya : Menurut Hafs an Ashim adalah dua setengah alif (dua setengah alif) atau lima
harokat. Sedangkan menurut Imam yang lain ada yang membaca dengan tiga alif (Imam Warosy,
Imam Hamzah). Dua alif dan satu setengah alif (Qolun, Ibn Katsir dan Abu Amr)
Pengertian
Wajib: Karena Ulama Qurro’ sepakat ( ijma’ ) memanjangkan mad ini dari mad aslinya .
Muttashil: Karena bertemunya mad thobi’i itu adalah dalam satu kalimat.
Pedoman : Apabila ada mad thobi’i atau mad ashli bertemu dengan hamzah dilain kalimatUkuran
Panjangnya ada tiga pendapat yaitu :
a.Wajib dibaca Qoshr seperti mad asli yaitu satu alif. Hal ini menurut pendapat Imam Al Bazzi Qonbul
dan as Susi ‘an Abi Amin.
b.Wajib dibaca panjang seperti panjang yang ada pada Mad Wajib Muttashil (tiga alif, dua alif, dua
setengah alif, satu setengah alif)
c.Dua wajah yaitu Qoshr (satu alif) atau mad (dua setengah alif)
Pedoman : Apabila ada huruf mad asli bertemu dengan huruf mati, yang matinya (tidak asli) sebab
diwaqofkan (berhenti).
a.Satu alif karena bertemunya mad asli itu dikarenakan waqof (berhenti), jadi meskipun waqof, maka
tidak bisa merubah panjangnya mad asli.
b.Dibaca dua alif karena sukunya itu bukan sukun yang asli (sebab waqof) dan cara membacanya
tetap dibawah bacaan mad Lazim.
Dari beberapa pendapat tentang ukuran panjang mad Aridsl lissukun yang paling banyak dipergunakan
َ هم ُي ْنف
adalah yang membaca dengan tiga alif termasuk di Indonesia. Contoh: الحمد هلل ربّ العا لمين,ِقون
4. Mad Badal
Pedoman : Yaitu apabila ada dua hamzah yang kumpul dalam satu kalimat, maka hamzah yang kedua
diganti dengan huruf yang sesuai dengan harokat pertamanya (sejenis) yaitu :
a. Jika dua hamzah berharokat fathah, maka hamzah yang kedua diganti dengan alif . Contoh: َء ا َم َن
asalnya َء ْء من
b. Jika dua hamzah berharokat dhommah, maka hamzah yang kedua diganti dengan wawu . Contoh :
ا ُ ْو ُتوُ اasalnya ُء ْؤ توا
c. Jika dua hamzah berharokat kasroh, maka hamzah yang kedua diganti dengan ya’. Contoh : ِْايما ًنا
asalnya إْئ ما ًنا
Dinamakan mad badal karena huruf yang kedua (alif, wawu dan ya’) adalah sebagai ganti dari hamzah
Pedoman : Yaitu apabila ada Huruf Al Lain (wawu dan ya’ yang mati jatuh setelah fathah) yang
bertemu dengan sukun yang tidak asli (sebab waqof)
Keterangan
Dinamakan aridli (baru datang) karena bacaan ini timbul atau terjadi bila diwaqofkan/berhenti (huruf
yang terakhir menjadi sukun/mati), akan tetapi jika diwasholkan/terus maka dibaca dengan suara lunak.
(tanpa panjang)
6. Mad Iwadl
Pedoman yaitu apabila ada isim yang alamat nashobnya memakai tanwin “fathatain” (selain
fathatainnya ta’ ta’nis yang mufrod mahal nashob) dan berada pada perwaqofan/berhenti, maka huruf
yang bertanwin itu dihilangkan tanwinnya.
Dinamakan Iwadl sebab panjangnya adalah ganti dari isim mahal nashob (fathatain)
Keterangan
Dalam penulisan khot Utsmani biasanya huruf akhirnya diberi alif dan ada sebagian kecil saja yang
tidak memakai alif,
Mad ini berlaku jika ada pada waqof, tapi jika diteruskan maka hukum membacanya disesuaikan
dengan huruf sesudahnya .
7. Mad Tamkin
Tamkin artinya adalah menetapkan. Yaitu apabila ada ya’ yang tasydid berharokat kasroh jatuh setelah
ya’ mati dalam satu kalimat/perkataan. Contoh : واذا ح ّييْتم, أ ِّم ِّيي َْنpanjangnya adalah satu alif
Apabila ada ha’ dhomir mufrod mudzakkar ghoib berupa huruf hidup jatuh setelah huruf yang hidup dan
tidak bertemu dengan hamzah atau sukun, maka dibaca panjang. Contoh : إ ّن ُه بعبا د ِه خبي ُر
Apabila ada ha’ dhomir ghoib mufrod mudzakar yang hidup bertemu dengan hamzah khoto’ dan tidak
bertemu dengan huruf yang mati. Contoh : َي ْش َف ُع عِ ْندَ هُ إال, من ُد ْو ِن ِه ِإلها
Lama membacanya dua alif atau dua setengah alif (lima harokat), jika dibaca waqof maka ha’ dlomir
tersebut dibaca sukun.
b.Ha’ dibaca panjang karena tauqifi (didalam Al Qur an menurut Imam Hafs an Ashim ada satu) yaitu
ً ( فيه ُم َهاناSurat Al Furqon ayat 69 juz 19 )
c.Ha’ dibaca pendek karena bukan ha’ dhomir seperti : ًَ( ما َن ْف َق ُه َك ِثيْراS-Hud:91)
d.Ha’ dlomir dibaca panjang jika washol tapi jika waqof ha’ dlomir menjadi mati. Contoh. ِ , منْ عِ ْلمِه
َيعْ لَم ُْو َنه
e.Huruf sebelum ha’ dhomir berupa huruf hidup sedang sesudahnya berupa huruf mati . Contoh. ل ُه
ل ُه اََأل س َما ُء, ْالح ُْك ُمmaka dibaca pendek.
f. Huruf sebelum ha’ dhomir berupa huruf mati sedang sesudahnya berupa huruf hidup . Contoh. فِ ْي ِه
ُخ ُذ ْوهُ فاع ِتلُوه, ه ًُدىmaka dibaca pendek.
Apabila ada mad asli yang bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam satu kalimat, maka dibaca
panjang ( tiga alif atau enam harokat ). Contoh : وال الضآلّ ِي َن,الحآ ّق ُة
Lazim berarti semua ulama qorro’ membaca dengan lebih panjang dari mad asli ( satu alif)
Kilmi berarti bertemunya mad dengan tasydid itu dalam satu kalimat.
Mutsaqqol berarti disamping dibaca panjang juga disertai dengan suara yang berat ( membutuhkan
tekanan ) ketika mad asli itu bertemu dengan huruf yang bertasydid.
Keterangan
Meskipun ada mad asli dan bertemu dengan tasydid akan tetapi bukan dalam satu kalimat, maka
kalimat ini tetap dibaca pendek.
Apabila ada mad yang bertemu dengan sukun dalam satu kalimat/perkataan, maka harus dibaca
panjang dan tidak boleh diidghomkan. Didalam Al Qur an hanya ada dua yaitu :
a. آألن َو َق ْد ُك ْن ُت ْم
َ ( Surat Yunus ayat 51 )
ُ
b. عصيت آألن َو َق ْد
َ ( Surat Yunus ayat 91)
a. Dibaca seperti mad thobi’i (satu alif). Hurufnya terkumpul dalam Hayyun Thohuro. Contoh : mÛ, §
Apabila ada mad yang bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam fawatihussuar, maka harus
dibaca panjang (tiga alif) dan disertai dengan tebal. Contoh : O¦Û
Apabila ada hamzah istifham bertemu dengan huruf yang mati, maka hamzah dibaca panjang (tiga alif)
yaitu :
َّ ق ْلdua tempat pada surat Al An’am :143, 144
ِ آلذ َك ْ َر
1. ُين
4. آاألنsurat Yunus : 91
Keterangan
Dibaca mad adalah untuk membedakan antara hamzah istifham dengan kalam khobar.
Share this: