Anda di halaman 1dari 12

SUFISME DAN

ANTI SUFISME
KONTEMPORER

“Tasawuf Kontemporer”
Kelompok 7
1. Diniatul Islamiah (126303201014)
2. Dwi Anggraini (126303202032)
3. Muhammad Fahim Muzaki
(126303202038)
4. Nazahro Alfi Hasna
(126303202039)
A
Tarekat-Tarekat Sufi (1950-1960-an):
Kemunduran dan Kontinuitasnya
Tarekat-Tarekat Sufi (1950-1960-an): Kemunduran dan Kontinuitasnya

. Tarekat-tarekat yang berkembang di Indonesia antara lain


Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Syadziliyah,
Tarekat Rifa’iyah, Tarekat Tijaniyah, Tarekat Sanusiyah, termasuk
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN). Lalu tarekat
diklasifikasian ke dalam dua bagian Yaitu mu’tabarah (sah) dan
ghairu mu’tabarah (tidak sah).
sejak tahun 1950-an dibentuklah suatu organisasi yang memayungi
Predikat mu’tabarah tarekat-tarekat itu yang dikenal dengan nama
Jam’iyah Ahlal-Thariqah al-Mu’tabarah. Tidak sebatas organisasi
itu, bahkan di Mesir, pembinaan dan Koordinasi antar tarekat
dilakukan di bawah bimbingan Departemen Bimbingan Nasional
(Wizarah al-Irsyad al-Qaumi), agar hak-hak para Pengikut tarekat
untuk dilindungi dan mengembangkan potensi dapat tetap berjalan
secara tertib.
B
Tarekat-tarekat dan
Kebangkitan Islam
Kontemporer
Tarekat-tarekat dan Kebangkitan Islam Kontemporer

1 Tarekat-tarekat
Menurut Harun 7 Nasution, tarekat berasal dari kata Thariqah, yang berarti jalan
yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi dalam tujuannya berada sedekat
mungkin dengan Allah. Terekat merupakan fenomena ganda, dimana pada satu
sisi, menjadi sebuah disiplin mistik yang secara normatif doktrinal meliputu sistem
wirid, zikir, do’a, etika, tawassul, ziarah, dan sejenisnya sebagai jalan spiritual sufi,
sementara di sisi lain merupakan sistem interaksi sosial sufi yang terintegrasi
dalam sebuah tata hidup sufistik untuk menciptakan lingkungan psiko-sosial sufi
sebagai kondisi yang menekankan kasalihan, yang tujuannya adalah tercapainya
kebahagiaan yang hakiki baik di dunia maupun di akhirat.
Macam-macam tarekat: Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Syatariyah, Tarekat
Qodiriyah, Tarekat Rifaiyah.
Tarekat-tarekat dan Kebangkitan Islam Kontemporer

2 Tarekat-tarekat dan Kebangkitan Islam Kontemporer


Periode Islam kontemporer dimulai sejak paruh kedua abad ke-20, yaitu
sejak
berakhirnya perang dunia II hingga sekarang. Periode ini ditandai dengan
dua
peristiwa utama. Pertama, dekolonisasi negara-negara Muslim dari
cengkraman
kolonialisme Eropa. Kedua, gelombang migrasi Muslim ke negara-negara
Barat.
Dua peristiwa tersebut telah mengubah lanskap geografi dunia Muslim. Apa
yang
disebut dengan dunia Muslim tidak lagi identik dengan dunia Arab, tetapi
meliputi
berbagai negara nasional yang tersebar hampir di seluruh penjuru dunia,
mulai
C
Anti Sufisme Negara
Anti Sufisme Negara
Jejak anti sufi sebenarnya merupakan panorama
peradaban dalam agama Islam. Selalu ada
kelompok dan kontra dalam memandang entitas
Sufi. Fenomena ini tidak pernah hilang meski
segala cara pernah dilakukan oleh sarjana-sarjan
muslim klasikkontemporer untuk menciptakan
nuansa yang saling memahami, walaupun hasilnya
seringkali sebaliknya. “Persaingan” antara kaum
Sufi dan anti Sufi semenjak masa klasik sudah
menjadi sajian wajib dalam lembar buku sejarah.
Kecenderungan sufistik, yang diyakini oleh
beberapa pakar sosiologi-psikologi agama dan
antropologi, akan terus ada dalam setiap agama-
agama di dunia.
Mayoritas anti Sufi, terutama Ibn Taimiyah
memandang terlembaganya tasawuf dalam
institusi tarekat sebagai titik awal yang paling
menentukan dari timbulnya kesesatan, bid’ah, dan
D
Pemikiran Ulang Radikal
Atas Sufisme
Pemikiran Ulang Radikal Atas
Sufisme

Sufisme dalam kontekstualisasi menjadi faktor


pokok dalam memberi aspek “pencerahan”
guna membendung terwujudnya arus
pemikiran dan pemhaman Islam secara
radikal. Pencerahan dalam konteks ini berupa
nilai spiritualitas yang mampu membebaskan
manusia dari rasa takut, kekuarangan,
kelemahan. Sehingga terbentuknya semangat
untuk mengubah diri kearah yang lebih
produktif dan kreatif. Namun peran
spiritualitas, yang disuarakan oleh orang-
orang suci, pejalan sunyi (suluk), suara suara
moral suara lembut dari pujangga (seniman)
sangat diperlukan dalam mengaktifkan
sebuah akal sehat. Namun suara-suara
mereka untuk konteks saat ini mengalami
Thank you

Bila ada yang ingin ditanyakan silahkan~

Anda mungkin juga menyukai