Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

AKHLAK PRIBADI, SIDDIQ,


AMANAH, ISTIQAMAH,
TAWADU

Oleh Kelompok 11

Ahmad Kadafi Jusmin (401001123050)


Muhammad Amar Farid (401001123042)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang telah dilimpahkan kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah yang berjudul “Akhlak Pribadi, Shiddiq, Amanah, Istiqamah, Tawadu” yang
merupakan salah satu tugas terstruktur Akidah Akhlaq pada semester satu.
Dalam karya ilmiah ini Penulis membahas mengenai bagaimana seseorang
Mengetahui apa itu Akhlak Pribadi, Shiddiq, Amanah, Istiqamah, Tawadu.
Dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, Penulis banyak mendapat bantuan dan
masukan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
demikian telah memberikan manfaat bagi Penulis. Akhir kata Penulis berharap karya
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun
akan Penulis terima dengan senang hati.

Samata,31 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ ii


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlaq ...................................................................................... 5
B. Akhlak Pribadi............................................................................................. 6
C. Macam-Macam Akhlak Pribadi ................................................................. 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memahami akhlaq merupakan masalah fundamental dalam islam, akhlaq karena merupakan
salah satu hal yang pokok dalam ajaran islam. Akan tetapi seiring perkembangan zaman, akhlaq
sudah mulai luntur dari pribadi individu-individu yang ada. Karena akhlaq merupakan hal yang
penting maka seseorang perlu untuk memahami hakikat akhlaq yang sebenarnya dan
bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang sudah memahami
akhlaq dan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik, maka akhlaq sudah merasuk dan tertanam
pada diri seseorang tersebut. Akhlaq merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan
antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu
kesatuan tindakan akhlaq yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah
dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri
sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat akhlak?
2. Apa hakikat akhlak pribadi?
3. Bentuk-bentuk akhlak pribadi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hakikat akhlak
2. Mengetahui hakikat akhlak pribadi
3. Mengetahui bentuk-bentuk akhlak pribadi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlaq
a. Secara Bahasa
Akhlaq berasal dari bahasa Arab yaitu jamak dari khuluqun, yang menurut lughat diartikan
adat kebiasaan, perangai, watak, tabiat, atau pembawaan, adab atau sopan santun, dan agama.
Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalaqa yang berarti
menciptakan dan khalqun yang berarti juga kejadian.
Kata khalqun, erat hubungannya dengan Khaliq yang berarti pencipta dan makhluq yang
berarti yang di ciptakan dan dari sinilah asal mula perumusan ilmu akhlak yang merupakan
koleksi urgensi yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara Makhluk dengan
Khaliq dan antara Makhluk dengan makhluk.
Luis Ma’luf (1986 : 194), Abuddin Nata (2002 : 1) dan Sofyan Sauri (2008 : 136)
menjelaskan bahwa Akhlak adalah bentuk jama dari khuluq, yang bermakna al-sajiyah
(perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-
muru’ah (peradaban yang baik) dan ad-din (agama). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007 : 20) akhlak bermakna budi pekerti.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat kita simpulkan bahwa akhlak secara
bahasa adalah perangai, kelakuan, tabiat, watak dasar, kebiasaan, kelaziman, peradaban yang
baik, agama, dan budi pekerti yang baik.
b. Secara Istilah
Abuddin Nata (2002:3-5) mencatat berbagai pengertian tentang akhlaq secara istilah
menurut para ulama, yaitu :
1. Menurut Imam Ghozali
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2. Abdul Karim Zaidan
Akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan
timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih
melakukan atau meninggalkannya.
Dari perngertian para ulama di atas, dapat kita gambarkan bahwa akhlaq setidaknya
memiliki lima karakteristik yaitu :
‫ ٭‬Tertanam kuat di dalam jiwa seseorang
‫ ٭‬Akhlaq di lakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran
‫ ٭‬Akhlaq timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada
paksaan dan tekanan dari luar
‫ ٭‬Akhlaq dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena
bersandiwara
‫ ٭‬Akhlaq dilakukan ikhlas semata-mata karena Allah bukan karena ingin
dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.
B. Akhlaq Pribadi
Akhlaq pribadi atau dalam bahasa arab adalah al akhlaq al fardiyah, yakni akhlaq yang
terdiri dari :
▪ Yang diperintahkan ( Al Awamir )
▪ Yang dilarang ( An Nawahi )
▪ Yang dibolehkan ( Al Mubahat )
▪ Akhlaq dalam keadaan darurat ( Al Mukhalafah Bi Al Al Idhtirar )

C. Macam-macam Akhlaq Pribadi


a. Shidiq
Shidiq (ash-shidqu) yang artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong (al-kazib).
Kita sebagai orang muslim dituntut selalu dalam keadaan benar lahir batin, benar hati, benar
perkataan, dan benar perbuatan. Antara hati dan perkataan harus sama, tidak boleh berbeda,
apalagi antara perkataan dan perbuatan

Rasulullah SAW telah memerintahkan kita untuk selalu shidiq, karena sikap shidiq akan
membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan kita ke surga. Dan sebaliknya
jika kita melakukan kebohongan maka itu akan mengantarkan kita kepada neraka.
Rasullah bersabda :

Artinya :
“Sesungguhnya ash shidq (kejujuran) itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya
kebaikan itu menunjukkan ke surga dan sesungguhnya seorang bermaksud untuk jujur
sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu
menunjukkan kepada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu menunjukkan kepada neraka.
Sesungguhnya seorang itu bermaksud untuk berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai
seorang yang suka berdusta.” (Muttafaq ‘alaih)

b. Bentuk-bentuk Shiddiq
Seorang Muslim harus selalu bersikap benar dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun.
Shidiq terdiri dari lima bagian :
1) Benar Perkataan (shidq al-hadits)
Kita sebagai seorang muslim dan muslimah dalam keadaan apapun dan dengan siapapun
harus bisa berkata yang baik dan benar, baik dalam menyampaikan informasi, menjawab
suatu pertanyaan, dan memerintah ataupun yang lainnya. Seperti dalam hadits nabi
Artinya : Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau
diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya
dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan
tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim)

2) Benar Pergaulan (shidq al-mu’amalah)


Kita sebagai seorang muslim harus bisa bermua’amalah dengan baik kepada orang lain,
tidak bohong, tidak mendusta, dan tidak memalsu. Orang yang shidiq dalam mu’amalah akan
menjadi tawadhu’ ( rendah hati ), jauh dari sifat sombong dan ria,
Rasulullah saw bersabda Artinya : “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar
kamu bersikap tawadhu’ sehingga tidak ada seorangpun yang menzalimi yang lainnya, dan
juga tidak ada seorangpun yang bersikap sombong terhadap yang lainnya.” (HR. Muslim)

3) Benar Kemauan (shidq al-a’zam)


Sebagai umat yang beragama, sebaiknya sebelum kita memutuskan suatu perkara atau
suatu hal, lebih baik kita mempertimbangkan dan menilai dahulu, apakah yang dilakukannya
itu benar dan bermanfaat atau tidak.

4) Benar Janji (shidq al-wa’ad)


Apabila berjanji, kita sebagai seorang muslim akan selalu menepatinya. Mengingkari janji
adalah sifat tercela dan salah satu sifat munafik. Sesungguhnya Allah swt menyukai orang-
orang yang selalu menepati janjinya.
Allah swt berfirman Artinya : (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menempati janji
(yang dibuatnya) dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaqwa. (Ali 'Imran : 76)

5) Benar Kenyataan (sidq al-had)


Seorang Muslim akan menampilkan dirinya seperti keadaan yang sebenarnya. Dia tidak
akan menipu kenyataan, misal : tidak memakai baju kepalsuan, tidak mencari nama, dan tidak
pula mengada-ada.

Kebohongan
Sifat bohong adalah sifat tercela, Rasulullah SAW menyatakan bahwasanya seorang
muslim tidak mungkin menjadi pembohong. Seorang muslim harus menjauhi dari segala
bentuk kebohongan, dan dalam bentuk apapun.

Bentuk-bentuk kebohongan:
1) Khianat
2) Ingkar Janji
3) Fitnah
4) Kesaksian Palsu

b. Amanah
Amanah secara etimologis dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari (amina- amanatan)
yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia amanah berarti
pesan, perintah, keterangan atau wejangan.
Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk dilaksanakan.
Amanah mempunyai akar kata yang sama dengan kata iman dan aman, sehingga mu'min berarti
yang beriman, yang mendatangkan keamanan, juga yang memberi dan menerima amanah.
Orang yang beriman disebut juga al-mu'min, karena orang yang beriman menerima rasa aman,
iman dan amanah. Bila orang tidak menjalankan amanah berarti tidak beriman dan tidak akan
memberikan rasa aman baik untuk dirinya dan sesama masyarakat lingkungan sosialnya.
Amanah adalah jalan menuju kesuksesan.
Allah swt berfirman: “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya)
dan janjinya.” (QS 23: 8). Dalam ayat lain Allah berfirman: “58. Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (QS 4: 58)

Bentuk-Bentuk Amanah
Dari pengertian amanah diatas dapat kita kemukakan beberapa bentuk amanah sebagai
berkut:
1. Memelihara Titipan dan Mengembalikannya Seperti Semula.
2. Menjaga Rahasia
3. Tidak Menyalahgunakan Jabatan
4. Menunaikan Kewajiban dengan Baik.
5. Memelihara Nikmat Yang Telah Diberikan Oleh Allah

c. Istiqomah
Secara etimologis, istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak lurus. Dalam
terminologi akhlaq istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan
keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan.
Perintah dalam beristiqomah dinyatakan dalam al-Aquran :

Artinya: Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana
diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku
beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil
diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi
kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan
antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)".( QS.Asy-Sura: 15 )
Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi yaitu hati, lisan dan amal
perbuatan. Seorang yang beriman harus dapat beristiqomah dalam tiga dimensi tersebut. Ibarat
berjalan seorang yang beristiqomah akan selalu berjalan kepada yang lurus yang cepat alam
menghantarkan tujuan.
Hal ini tercermin dalam perkataan dan perbuatanya yang benar untuk mensucikan hati
dan dirinya. Tentulah orang yang berisitiqomah akan mengalami beberapa ujian dari Allah.
Ujian dari Allah tidaklah berupa kesedihan semata melainkan ujian dari Allah
termasuk kesenangan juga. Namun seorang yang istiqomah akan tetap teguh dalam
mengahadapi kedua ujian terebut. Dia tidak akan pernah mundur terhadap ancaman,
kemunduran, hambatan dan lain sebagainya. Tidak terbujuk oleh harta benda, kemegahan,
pujian, kesenangan.
Buah dari Istiqomah
Dalam QS. Funshshilat 41: 30-32 dijelaskan beberapa buah yang akan dipetik oleh orang yang
beristiqomah baik didunia maupun di akhirat.
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa buah dari istiqomah adalah :
1. Orang yang beristiqomah akan dijauhkan oleh Allah dari rasa takut dan sedih yang
negatif. Misalnya takut menghadapi masa depan, takut menyatakan kebenaran namun orang
yang beristiqomah senantiasa akan mendapatkan kesuksesan dalam kehidupannya didunia
karena akan dilindungi oleh Allah.
2. Akan mendapatkan lindungan oleh Allah yang dijamin akan mendapatkan kesuksesan
dalam kehidupan perjuangan di dunia.
Demikianlah sikap istiqomah memang sangat diperlukan dalam kehidupan ini. Karena tanpa
sikap seperti itu seseorang akan cepat berputus asa dan cepat lupa diri, dan mudah terombang
ambing oleh berbagai macam arus. Orang yang tidak beristiqomah ibarat baling-baling di atas
bukit yang berputar menuruti arah angin yang berhembus.

d.Tawadhu
Tawadhu’ berasal dari Bahasa Arab yang artinya meletakkan. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia Tawadhu’ berarti rendah hati. Yang dimaksud dengan tawadhu’ adalah sikap dan
perbuatan manusia yang menunjukkan adanya kerendahan hati, tidak sombong dan tinggi
hati, mudah tersinggung. Gambaran tawadhu’ disebutkan pada Al-Qur’an surah ke 25, Al-
Furqan ayat 63

Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al- Furqan [25]:63)

Pengertian yang lebih dalam adalah kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih
dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari
bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah Swt. yang dengan
pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan
dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang
sudah dicapainya.

Ia tetap rendah hati dan selalu menjaga hati dan niat untuk segala amal shalehnya dari segala
sesuatu selain niat karena Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena
Allah.

Tawadhu’ ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi


perbuatan takabur (sombong), ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain amal kebaikan
kita. Tawadhu’ merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia, jadi sudah selayaknya kita
sebagai umat muslim bersikap tawadhu’, karena tawadhu’ merupakan salah satu akhlak
terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap umat islam.
Sikap tawadhu’ sangat penting artinya dalam pergaulan sesama manusia,
sikap tawadhu’ disukai dalam pergaulan sehingga menimbulkan rasa simpati dari pihak lain.
Berbicara lebih jauh tentang tawadhu’, sebenarnya tawadhu’ sangat diperlukan bagi siapa
saja yang ingin menjaga amal shaleh atau amal kebaikannya, agar tetap tulus ikhlas, murni
dari tujuan selain Allah.

Karena memang tidak mudah menjaga keikhlasan amal shaleh atau amal kebaikan kita agar
tetap murni, bersih dari tujuan selain Allah. Sungguh sulit menjaga agar segala amal shaleh
dan amal kebaikan yang kita lakukan tetap bersih dari tujuan selain mengharapkan ridha-Nya.
Karena sangat banyak godaan yang datang, yang selalu berusaha mengotori amal kebaikan
kita.

• Perintah mempunyai sikap tawadhu’


Tawadhu’ di hadapan kedua orang tua, yang ditegaskan pada surah ke 17, Al-Isra ayat 24:

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
Telah mendidik Aku waktu kecil.” (QS. Al-Israa’ [17]:24)

Sikap tawadhu’ terhadap kedua orang tua ini dalam bentuk rasa hormat yang disertai
perasaan kasih sayang. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat betapa besar kebaikan
kedua orang tua kepada anak-anaknya.

Tawadhu’ terhadap sesama muslim, yang ditegaskan pada surah ke 26, asy-Syu’ara ayat 215:

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-
orang yang beriman”.(QS. Asy-Syu’araa’ [26]:215)

Sesama muslim harus ada perilaku tawadhu’, karena sesama muslim merupakan kesatuan
yang saling memperkuat. Sehingga rasa ukhuwah islamiyah umat Islam tidak terputus.

Tawadhu’ di saat dalam Sebagaimana disebutkan pada surah ke 31, Luqman ayat 19:

Artinya: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”( QS. Luqman [31]:19)

Orang yang tawadhu’ menyadari bahwa karunia besar yang dimiliki itu merupakan karunia
dari Allah Swt. dan sebagai bentuk ujian dari Allah Swt. Sehingga bukanlah penampilan yang
dikedepankan, namun fungsi yang menjadi ukuran. Dan kekayaan bukanlah jumlah yang
diperhitungkan, namun proses cara mendapatkan yang harus dipikirkan.
• Bentuk-bentuk dan Contoh Tawadhu’
Tanda orang yang tawadhu’ adalah di saat seseorang semakin bertambah ilmunya maka
semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah
amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap kali bertambah
usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya.

Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk
membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin
dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan mereka
serta bersikap rendah hati kepada mereka. Ini karena orang yang tawadhu’ menyadari akan
segala nikmat yang didapatnya adalah dari Allah Swt., untuk mengujinya apakah ia bersykur
atau kufur.

Salah satu contoh ketawadhu’an Rasulullah Saw.:

1. Abu Said al-Khudarii ra pernah berkata: Jadilah kalian seperti Nabi Saw.,
beliau menjahit bajunya yang sobek, memberi makan sendiri untanya,
memperbaiki rumahnya, memerah susu kambingnya, membuat sandalnya,
makan bersama-sama dengan pembantu-pembantunya, memberi mereka
pakaian, membeli sendiri keperluannya di pasar dan memikulnya sendiri ke
rumahnya, beliau menemui orang kaya maupun miskin, orang tua maupun
anak-anak, mengucapkan salam lebih dulu pada siapa yang berpapasan baik tua
maupun anak, kulit hitam, merah, maupun putih, orang merdeka maupun hamba
sahaya sepanjang termasuk orang yang suka shalat.
Sikap tawadhu’ seseorang dapat dilihat dari perilakunya sehari-hari. Adapun bentuk-bentuk
perilaku tawadhu’ seseorang antara lain:

1. Menghormati orang yang lebih tua atau orang yang lebih pandai daripada
dirinya
2. Sayang kepada yang lebih muda atau lebih rendah kedudukannya
3. Menghargai pendapat atau pembicaraan orang lain
4. Bersedia mengalah demi kepentingan umum
5. Santun dalam berbicara kepada siapapun
6. Tidak suka disanjung orang lain atau keberhasilan yang dicapai

• Hikmah Tawadhu
1. Jalan menuju surga
2. Mengangkat derajat seorang hamba
3. Mendatangkan rasa cinta, persaudaraan, dan menghilangkan kebencian
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan
larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani maupun
secara rohani. Akhlak pribadi seseorang itu ada dua macam yaitu akhlak pribadi yang baik dan
akhlak pribadi yang buruk. Akhlak yang baik misalnya shidiq, amanah, istiqomah, iffah,
mujahaddah, syaja’ah, tawadhu’, malu, sabar dan pemaaf. Akhlak pribadi yang buruk misalnya
suka berbohong, berkhianat, pantang menyerah tidak tahu malu dan lain sebagainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas,Yunahar, Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI UMY


Sulaiman, Umar. 1996. Ciri-ciri kepribadian muslim. Jakarta: Raja Grafindo persada
Zakiah Haradjat, dkk. 1990. Dasar – dasar Akhlak . Jakarta

Anda mungkin juga menyukai