Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia saat ini memasuki era digital dan membuat generasi manusia pada abad

ke-21 menjadi konsumtif dalam mendapatkan informasi. Segala bentuk informasi

yang terdapat di seluruh dunia dapat diakses melalui gadget atau smartphone.

Perilaku ini yang mempengaruhi para pelajar untuk malas membaca buku dan

hanya cukup mengandalkan smartphone untuk memperoleh segala informasi serta

berita lainnya. Namun, tidak semua lapisan masyarakat umum dapat menikmati

sajian informasi melalui media tersebut. Terdapat beberapa jenis pilihan media

seperti, surat kabar, tabloid, majalah, televisi, radio, dan sebagainya. Masyarakat

memilih media cetak khususnya surat kabar sebagai sumber informasi, karena lebih

ekonomis dan lebih terjangkau. Media massa dipercaya masyarakat, karena

penyajian informasi yang aktual dan akurat. Perlu disadari bahwa media massa

merupakan sebuah alat untuk mendidik dan mencerdaskan masyarakat di suatu

bangsa. Sebagai penyalur informasi yang baik, media cetak harus menggunakan

bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak banyak. Bahasa yang digunakan dalam

media cetak berpedoman pada kaidah bahasa Indonesia yang baku. Bahasa

jurnalistik terletak di antara ragam bahasa baku resmi dan santai, antara bahasa lisan

dan tulis. Bagaimanapun, bahasa tulis memiliki aturan-aturan yang tidak dapat

dilanggar. Namun, yang paling penting, kesantaian kelancaran dan tutur bahasa

lisan tetap tidak ditanggalkan. Oleh karena itu, bahasa jurnalistik dari sisi

penggunaan bahasa dapat disebut sebagai ragam bahasa tengah-tengah atau media.

1|Page
Menulis sangat erat kaitannya dengan penggunaan kalimat efektif, kalimat

efektif juga sangat diperlukan untuk keberlangsungan penggunaan tata penulisan

yang baik, khususnya untuk orang-orang yang berkecimpung di bidang penulisan

tajuk. Menggunakan kalimat efektif dalam menulis sangat perlu, menggunakan

kalimat efektif dalam menulis sehari-hari sangat membantu seorang penulis

dalam menghasilkan tulisan yang baik dan benar,kalimat efektif sangat besar

peranannya untuk sebuah tulisan.

Komunikasi yang baik dan efektif dapat tercapai dengan menggunakan

kalimat efektif, kalimat efektif adalah kalimat baku yang disusun selugas-lugasnya

sehingga isi atau maksud yang disampaikan oleh si penulis atau pembaca dapat

ditangkap secara tepat pula oleh si penerima. Yang dimaksud dengan ungkapan

yang lugas ialah yang tidak berbelit-belit, tidak mengobral penggunaan kata atau

bentukan kata, dan tidak menimbulkan makna ganda.

Tajuk rencana merupakan artikel utama dalam surat kabar yang berisi

pandangan atau pendapat redaksi terhadap peristiwa/isu yang sedang dibicarakan

pada saat surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rancana biasanya diungkapkan

adanya masalah aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi tentang

masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan harapan redaksi akan

peran serta membaca.

Berdasarkan fenomena yang penulis amati terdapat kesalahan yang ditemukan

pada surat kabar harian Riau Pos edisi November 2016 yaitu dalam penggunaan

kalimat efektif, jika menggunakan kalimat yang kurang jelas dan tepat maka akan

memengaruhi informasi yang disampaikan kepada pembaca. Dari latar belakang

tersebut penulis mengambil judul “Analisis Penggunaan Kalimat Efektif pada

2|Page
Tajuk Rencana “Pelajaran dari Pon XIX” dalam Riau Pos Edisi 30 September

2016”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penggunaan kalimat efektif pada tajuk rencana “Pelajaran dari

PON XIX" dalam Riau Pos edisi 30 September 2016?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui penggunaan kalimat efektif pada tajuk rencana

“Pelajaran dari PON XIX" dalam Riau Pos edisi 30 September 2016.

3|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkup Kalimat

2.1.1 Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang

disertai nada akhir atau turun. Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang

mencoba menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka

untuk komunikasi kepada orang lain. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam

wujud lisan atau tulisan, yang merupakan pikiran yang utuh. Aspek-aspek

penguasaan bahasa meliputi :

a. Penguasaan secara aktif sejumlah besar pembendaharaan kata (kosakata)

bahasa tersebut.

b. Penguasaan kaidah-kadiah sintaksis bahasa itu secara aktif.

c. Kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan

gagasan-gagasan.

d. Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.

Kalimat dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan

ataupun tulis, yang mengungkapkan pikiran dan gagasan yang utuh. Secara lisan

kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lemah, disela, jeda dan diakhiri

intonasi akhir. Secara tulis, kalimat intonasi dimulai dengan huruf kapital, di akhiri

tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Ada pula pakar lain yang

mendefinisikan kalimat secara lebih singkat, adalah satuan bahasa yang dapat

berdiri sendiri dan sekurang-kurangya terdiri dari subjek dan predikat.

4|Page
2.1.2 Jenis – jenis Kalimat

2.1.2.1 Kalimat Secara Gramatik

Secara gramatik, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan

majemuk. Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi kalimat majemuk setara dan

tidak setara. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari lebih satu subjek

dan satu predikat. Kalimat majemuk setara dihubungkan dengan tanda hubungan

koordinatif, seperti, dan, serta, tetapi, lalu,kemudian, atau. Kalimat majemuk tidak

setara adalah kalimat mejemuk yang terdiri dari satu suku kalimat atau satu klausa

bebas dan satuatau lebih klausa tidak bebas/terikat.

2.1.2.2 Kalimat Secara Fungsional

Berdasarkan fungsinya, kalimat dalam Bahasa Indonesia dapat dibedakan

menjadi empat, yakni: (1) kalimat pernyataan/deklaratif; (2) kalimat pertanyaan /

interogatif; (3) kalimat perintah/imperatif; kalimat seruan/ekslamatif. Berdasarkan

kutipan diatas tentang kalimat, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah suatu

bentuk pikiran seseorang yang disusun sesuai dengan tata bahasa yang berlaku, dan

memiliki intonasi akhir.

2.1.3 Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan

kembali gagasan atau pikiran pada diri pendengar atau pembaca, seperti apa yang

ada dalam pikiran dan benak pembicara itu akan dapat diterima secara utuh.

Sebuah kalimat efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara

tepat isi pikiran atau perasaan pengarang bagaimana ia dapat mewakilinya secara

segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca atau pendengar identik dengan apa

yang dipikirkan pembicara atau penulis. Disamping itu kalimat yang efektif selalu

5|Page
tetapa berusaha agar gagasan pokok selalu mendapat tekanan atau penonjolan

dalam pikiran pembaca atau pendengar.

Menurut Badudu, kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang

dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis)

dapatditerima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama

benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau si penulis.

Kalimat efektif mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan berlangsung

dengan sempurna. Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang

disampaikan si pembicara tergambar lengkap dalam pikiran si penerima

(pembaca/pendengar), persis seperti apa yang disampaikannya.

Kalimat efektif, kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan

perasaan dengan cepat ditinjau dari segi diksi, struktur dan logikanya. Kalimat yang

polanya salah menurut tata bahasa, jelas tidak efektif. Namun, kalimat yang

menurut tata bahasa betul struktur atau polanya juga belum tentu efektif.

Menurut Engkos Kosasih, Penyampaian suatu pendapat haruslah

menggunakan kalimat yang efektif. Adapun yang dimaksud kalimat efektif adalah

kalimat yang mampu menyampaikan pikiran dan perasaan penulisnya dengan jelas

dan tepat kepada pembaca.Kalimatnya jelas dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Kalimat efektif memiliki beberapa penanda yang dapat membedakannya dari

kalimat yang tidak efektif.

a. Kalimat efektif harus ditulis dengan kaidah yang benar, yaitu :

1. Kalimat harus memiliki subjek dan prediket.

2. Tidak boleh hanya berupa klausa bawahan.

3. Pilihan katanya harus tepat.

6|Page
b. Pesan yang dikandung harus jelas. Kalimat yang panjang dapat

mengaburkan pesan.

2.1.4 Ciri -ciri Kalimat Efektif

2.1.4.1 Kesepadanan

Kalimat itu harus disusun dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan

kesepadanan bentuk atau kesepadanan strukturnya. Adapun yang dimaksud dengan

prinsip kesepadanan struktur adalah adanya keseimbangan antara ide atau pikiran

yang dimiliki oleh seseorang dengan bentuk kalimat atau struktur kalimat yang

digunakan.

Kalimat biasa yang terdiri dari subjek, predikat, objek, dan keterangan,

kesepadanan artinya hubungan timbal balik antara subjek dengan predikat, antara

predikat dengan objek serta dengan keterangan-keterangan yang menjelaskan unsur

kalimat tadi. Kesatuan gagasan artinya bahwa sebuah kalimat harus utuh

mengandung satu ide pokok atau satu pikiran (tidak menimbulkan salah paham).

Biasanya jikasepadan dengan pikiran dan perasaan, kalimat dengan sendirinya akan

memiliki kesatuan gagasan. Dengan kata lain jika sebuah kalimat sepadan dengan

idenya, dengan sendiri struktur kalimatnya jelas.

Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah

ini.

1) Kalimat itu mempunyai subjek predikat dengan jelas. Ketidakjelasan

subjek atau predikat suatu kalimat, tentu saja membuat kalimat itu tidak

efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan

dengan menghindarkan pemakaian kata depan, di, dalam, bagi, untuk,

pada, dan sebagainya di depan subjek.

7|Page
Contoh:

Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar kuliah.

(salah).

Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah

(benar).

2) Tidak terdapat subjek yang ganda.

Contoh:

a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.

b. Soal itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara:

a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.

b. Soal itu bagi saya kurang jelas.

3) Kata penghubung digunakan secara tepat

Contoh: Dia datang terlambat, sehingga tidak dapat mengikuti kuliah

pertama. Konjungsi sehingga tidak bisa diletakkan di awal kalimat karena

sebagai konjungsi intrakalimat.

4) Predikat kalimat tidak didahului kata yang

Contoh : Semua regulasi yang menghambat iklim.

2.1.4.2 Keparalelan

Kepararelan atau kesejajaran adalah kesamaan unsur-unsur yang digunakan

secara konsisten dalam satu kalimat. Jika verba yang digunakan, unsur lain yang

juga harus verba. Jika nomina yang digunakan unsur lain juga harus nomina. Jika

kalimat aktif yang digunakan, yang lain juga harus aktif. Demikian pula sebaliknya.

8|Page
Kesejajaran, kecocokan, atau kesesuaian merupakan salah satu syarat sebuah

kalimat yang baik. Di samping adanya kesatuan gagasan, kepaduan, dan

kehematan, kalimat yang baik juga mutlak atau wajib memiliki kesejajaran atau

pararelisme. Kesejajaran biasa didefinisikan para ahli bahasa sebagai penggunaan

bentuk-bentu sintaksis yang sepadan dalam kalimat. Contoh :

Belajar, bergurau: Dia tidak belajar, melainkan bergurau.

Masuk, menjawab: Karena sering tidak masuk kuliah, Amir tidak dapat

menjawabsoal yang mudah itu.

2.1.4.3 Penekanan / Ketegasan

Penekanan atau ketegasan ialah penonjolan pada pokok kalimat. Penegasan

dapat dicapai dengan pengubahan urutan yang lazim, dengan pengulangan dengan

pemilihan ragam tertentu (pasif, aktif), atau dengan pungtuasi khusus. Ada

beberapa cara untuk memberikan penonjolan yaitu;

1) Mengubah fungsi kata dalam kalimat, misalnya;

Masjid itu baru didirikan pada 1417 M. Oleh alim ulama setempat.

(yang ditekankan adalah subjek penderita atau masjid)

Bandingkan:

Alim ulama setempat baru mendirikan masjid itu pada 1417 M.

2) Menggunakan klimaks dan antilimaks

Jangankan melaksanakan salat sunah, salat wajib saja dia tinggalkan.

3) Menggunakan tahapan logis.

Kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan akan pangan, sandang, dan

papan.

4) Menggunakan partikel penegas:

9|Page
Bukan hanya kami, saudara pun ikut berbuat salah.

Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketegasan adalah

meletakan kata dalam kalimat yang ingin ditonjolkan. Ketegasan dapat terbentuk

dengan adanya pengubahan kalimat (aktif,pasif), penggunaan klimaks dan

antiklimak, penggunaan partikel penegasdan penggunaan tahapan logis.

2.1.4.4 Kehematan

Kehematan adalah penggunaan kata atau frasa yang tidak perlu. Hal ini

disebabkan setiap unsur dalam kalimat hendaknya dihindarkan kalimat yang tidak

bermanfaat. Untuk itu hal-hal yang harus dihindarkan adalah sebagai berikut.

a. Subjek ganda, misalnya:

Karena mahasiswa itu malas mengikuti perkuliahan, mahasiswa itu

ketinggalan pelajaran.

Seharusnya

Karena malas mengikuti perkuliahan, mahasiswa itu ketinggalan

pelajaran.

b. Penjamakan kata yang sudah jamak, misalnya:

Banyak para jemaah yang menjadi korban ketika terjadinya musibah di

Jamarat Mina.

Banyak jemaah yang menjadi korban ketika terjadinya musibah di

Jamarat Mina.

c. Penggunaan bentuk panjang yang salah, misalnya:

Kamu jangan membuat kotor kelasi ini dengan kotoran kambing itu.

Muslimah itu memakai kerudung berwarna hitam.

Lebih hemat:

10 | P a g e
Kamu jangan mengotori kelas ini dengan kotoran kambing itu.

Muslimah itu berkerudung hitam.

d. Hindari superodinat pada kata hiponimi.

Pada hari kamis tanggal 25 Januari 2007 Direktur PT Permata Renata

Kanarith Jaya yang berbendera warna merah, kuning dan hijau

meresmikan berdirinya perusahaan yang memproduksi lampu neon.

Semua orang mengetahui bahwa hari Kamis adalah nama hari, jadi

tidakperlu kita tulis hari. Begitu pula pada ungkapan 25 Januari 2007,

warna merah,kuning dan hijau, lampu neon. Jadi sebelum kata-kata itu

tidak usah didahului kata tanggal, warna dan lampu.

e. Hindari kata yang bersinonim dipakai pada sebuah kalimat, contoh:

Menurut hasil penelitian seputar manejemen waktu mengemukakan

bahwa menerima panggilan telepon saat mengendarai mobil adalah

merupakan gangguan yang dapat membahayakan konsentrasi sehingga

dengan demikian akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

Seharusnya:

Menurut hasil penelitian seputar manejemen waktu mengemukakan

bahwamenerima panggilan telepon saat mengendarai mobil merupakan

gangguan yang dapat membahayakan konsentrasi sehingga akan

menurunkan prosuktivitas kerja.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa kehematan adalah

kalimat yang tidak bertele-tele, tidak memiliki pengulangan, baik pengulangan

subjek, penjamakan kata yang sudah jamak, mapun persamaan kata dalam satu

kalimat.

11 | P a g e
2.1.4.5 Kecermatan

Kecermatan bahasa itu pada intinya adalah kehati-hatian dalam menyusun

kalimat dan bentuk-bentuk kebahasaan yang lain sehingga hasilnya tidak akan

menimbulkan tafsir ganda. Kecermatan dan ketepatan pengungkapan maksud atas

makna kebahasaan tidak dapat dilepaskan dari keakuratan seseorang dalam

memerantikan diksi. Bahasa yang cermat pertimbangan dimensi-dimensi

konteksnya, biasanya juga adalah bahasa yang cenderung bersifat santun. Dengan

bahasa yang benar-benar cermat dan santun demikian itu, hubungan yang harmonis

dan relasi cenderung bersifaf positif akan dapat terjadi dengan baik. Contoh :

a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menjadi Putri Indonesia

tahun ini. (tidak cermat)

b. Mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi yang terkenal itu

menjadi Putri Indonesia tahun ini. (cermat)

a. Bayi yang mendapat ASI lebih sedikit mengandung virus dibandingkan

dengan bayi yang mendapat susu botol. (tidak cermat)

b. Bayi yang mendapat ASI akan mengandung virus lebih sedikit

dibandingkandengan bayi yang mendapat susu botol. (cermat)

Berdasarkan kutipan di atas,dapat disimpulkan bahwa kecermatan adalah

ketepatan penggunaan diksi pada kalimat, sehingga dapat diterima oleh pembaca.

2.1.4.6 Kepaduan / Koherensi

Agar pikiran dapat dituangkan dengan benar dalam bentuk kalimat yang

benar pula, kita memerlukan kata-kata sebagai wadahnya. Kata-kata itu harus

dipadukan sehingga terbentuklah kerja sama yang saling mengikat dan kompak.

Kepaduan berarti adanya hubungan timbal balik antarkata yang menduduki fungsi

12 | P a g e
dalam kalimat. Jadi, bisa saja kalimat mengandung kesatuan pikiran, tetapi tidak

memiliki kepaduan yang baik. Untuk itu, kalimat tersebut harus direvisi. Koherensi

adanya hubungan yang padu (koheren) antar unsur kalimat. Satu unsur dengan

unsur yang lain tidak boleh diselingi sebuah kata yang tidak penting dan letak kata

dalam kalimat tidak boleh dipetukarkan misalnya:

a. Ayah dilanggar mengaji sedang.

b. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang.

Lebih padu:

a. Ayah sedang mengaji di langgar.

b. Indonesia adalah salah satu negara yang berkembang.

Kalimat a pada bagian pertama tidak koheren karena letak katanya tidak

sesuai dengan fungsinya. Kalimat b pada bagian pertama tidak koheren karena

adanya kata yang tidak perlu, yaitu kata „sedang‟.

Contoh kalimat lain yang padu adalah:

a. Negara berkembangbukan negara yang sedang berkembang.

b. Negara maju bukan negara yang sudah maju.

c. Masuk akal bukan masuk di akal.

d. Buku saya bukan buku kepunyaan saya.

Salah satu bentuk bahasa yang sudah padu adalah frase idiomatik.

Penggunaannya seperti contoh di bawah ini.

a. Pada perkuliahan ini kita berbicara tentang Pluralisme Berbudaya

Dewasa ini.

Tidak padu:

13 | P a g e
b. Pada perkuliahan hari ini kita membicarakan Pluralisme Berbudaya

Dewasa Ini.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepaduan adalah

kalimatyang memiliki keterkaitan unsur dan salah satu unsur tidak boleh diselingi

kata yang tidak perlu.

2.1.4.7 Kelogisan

Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat untuk menyatakan

sesuatu sesuai dengan logika. Sebuah kalimat memiliki kelogisan jika masuk akal.

Kelogisan makna sangat berkaitan dengan nalar, maka sesungguhnya dapat

dikatakan pula bahwa kalimat yang logis itu adalah kalimat yang bernalar. Secara

lebih khusus lagi dapat dikatakan bahwa kalimat yang logis atau kalimat yang

bernalar itu adalah kalimat yang ide atau gagasannya sejalan dengan akal dan nalar

yang benar dan berlaku universal. Contoh:

Bentuk salah

a. Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini dengan..........

b. Mayat mahasiswi yang meninggal itu sering bergentayangan di

kampus ini.Penjelasan:

Kalimat pertama „mempersingkat waktu‟ adalah kebahasaan yang tidak

logis. Bentuk demikian bertentangan dengan logika umum, sekalipun secara sekilas

tidak ada persoalan dengan bentuk kebahasaan yang demikian itu. ‘waktu tidak

dapatdipersingkat. Entitas „waktu‟ hanya dapat dihemat sehingga waktu yang

panjangya 24 jam itu dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Contoh

kebahasaan lain : „mayat bergentayangan‟; karena yang benar adalah ‘arwah

bergentayangan’.

14 | P a g e
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa kelogisan adalah

kalimat yang mampu dicerna oleh otak dan sesuai dengan akal sehat.

2.2 Hasil Analisis Kalimat Efektif

Hasil analisis kalimat efektif pada tajuk rencana “Pelajaran dari PON XIX”

dalam surat kabar harian Riau Pos edisi 30 September 2016 yang terdiri dari 7

paragraf.

2.2.1 Analisis Ciri Kesepadanan Kalimat Efektif

Pada paragraph pertama ditemukan kesalahan dalam penggunaan kalimat

efektif ciri kesepadanan kalimat, K2 (kalimat kedua). “Iven yang dibuka di stadion

Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Sabtu (17/9) lalu berakhir pada Kamis

(29/9)”. Terdapat kata “yang” mendahului prediket. Hal ini membuat sebuah

kalimat tidak memiliki kesepadanan struktur. Pemunculan kata ‘yang’ dapat

menghilangkan predikat dalam sebuah kalimat.

Pada paragraph keempat ditemukan ciri kesepadanan kalimat efektif K5

(kalimat kelima). “Bahkan, Edwin nekad naik ke atas matras dan mengajak wasit

untuk berkelahi”. Kalimat ini memiliki ciri kesepadanan, karena penggunaan kata

hubung sudah sepadan. Kata hubung „bahkan‟ digunakan untuk antarkalimat dan

diletakan di awal kalimat.

Pada paragraph ketiga ditemukan ciri kesepadanan kalimat efektif K2

(kalimat kedua). “Kejadian berawal Ketika salah satu atlet Jabar memukul atlet

dari Sumatera Selatan”. Kalimat ini memiliki ciri kesepadanan karena memiliki

subjek dan prediket yang jelas. “Atlet Jabar” merupakan subjek dan “memukul”

merupakan prediket.

15 | P a g e
2.2.2 Analisis Ciri Keparalelan Kalimat Efektif

Pada paragraph kelima ditemukan ciri keparalelan dalam penggunaan kalimat

efektif, K2 (kalimat kedua). “Jadi sebenarnya semangat sportif dalam olahraga

telah tercoreng oleh kecurangan, egoistik dan kebebalan”. Kalimat tersebut

dianggap efektif karena di dalamnya terdapat bentuk ‘kecurangan, egoistik dan

kebebalan’ yang merupakan bentuk parallel karena susunan konstruksi nya adalah

nomina.

2.2.3 Analisis Ciri Ketegasan Makna Kalimat Efektif

Pada paragraph ketujuh ditemukan ciri ketegasan dalam penggunaan kalimat

efektif, K4 (kalimat keempat). “Jika hanya adu gengsi antardaerah yang

melahirkan jago kendang dan tidak ada kaitan dengan prestasi pasca-PON di

tingkat dunia ya sudah dihentikan saja”. Kalimat ini memiliki ciri ketegasan karena

mengandung klimaks. Jika hanya adu gengsi antardaerah yang melahirkan jago

kendang dan tidak ada kaitan dengan prestasi, menyatakan klimaks. Kalimat yang

ditekankan yaitu ‘ya sudah dihentikan saja’.

2.2.4 Analisis Ciri Kehematan Kalimat Efektif

Pada paragraph ketujuh ditemukan kesalahan dalam penggunaan kalimat

efektif, K1 (kalimat pertama). “Mereka lebih fokus membina olahraga terbaik

mereka yang bisa menyumbangkan emas”. Kalimat ini terdapat kesalahan dalam

ciri kehematan dikarenakan terdapat subjek ganda. Seharusnya kata “mereka”

cukup digunakan sekali saja di awal kalimat sebagai subjek. Sehingga kalimat

tersebut menjadi seperti ini “Mereka lebih fokus membina olahraga terbaik yang

bisa menyumbangkan emas”.

16 | P a g e
Pada paragraph kedua ditemukan ciri kehematan dalam penggunaan kalimat

efektif, K1 (kalimat pertama). “Sayangnya, sukacita menjadi juara umum akan

sedikit tercoreng setelah banyaknya insiden memalukan seperti kericuhan hingga

tawuran antarpemain atau penonton yang banyak sekali terjadi sepanjang gelaran

PON Jabar 2016”. Kalimat ini memiliki ciri kehematan karena tidak menjamakan

kata yang sudah jamak. Kata jamak dalam kalimat ini ‘banyaknya insiden’ di

belakang kata banyaknya tidak ada penjamakan lagi. Penjamakan kata yang sudah

jamak misalnya „banyaknya insiden-insiden.

2.2.5 Analisis Ciri Kecermatan Kalimat Efektif

Pada paragraph kedua ditemukan ciri kecermatan dalam penggunaan kalimat

efektif, K2 (kalimat kedua). “Diantaranya kericuhan yang melibatkan pendukung

kedua tim pecah Ketika DKI Jakarta menghadapi Jawa Barat babak kualifikasi di

Stadion Pakansari, Bogor, Ahad(18/9)”. Kalimat ini memiliki ciri kecermatan

karena pilihan kata yang sesuai, pilihan kata „pecah’ lebih cermat daripada

„berantakan’.

Pada paragraph ketiga ditemukan ciri kecermatan dalam penggunaan kalimat

efektif, K4 (kalimat keempat). “Supporter tuan rumah yang didominasi aparat TNI

terlihat terpancing dengan melempari kontingen Sumsel dengan botol air mineral”.

Kalimat ini memiliki ciri kecermatan karena pilihan kata yang sesuai, pilihan kata

„kontingen’ lebih cermat daripada „rombongan’.

2.2.6 Analisis Ciri Kepaduan/Koherensi Kalimat Efektif

Pada paragraph kedua ditemukan kesalahan ciri kepaduan dalam penggunaan

kalimat efektif, K1 (kalimat pertama). “Sayangnya, sukacita menjadi juara umum

akan sedikit tercoreng setelah banyaknya insiden memalukan seperti kericuhan

17 | P a g e
hingga tawuran antarpemain atau penonton yang banyak sekali terjadi sepanjang

gelaran PON Jabar 2016”. Kalimat ini memiliki kata yang tidak penting yang

merupakan bukan ciri kepaduan. Kata yang tidak penting tersebut „sedikit

tercoreng’. Karena kata “sedikit” sudah merupakan bagian dari kata “tercoreng”.

Pada paragraph keempat ditemukan ciri kepaduan dalam penggunaan kalimat

efektif, K1 (kalimat pertama). “Pertandingan Wushu yang digelar di GOR

Padjadjaran, Bandung, Rabu (21/9) tercoreng dengan insiden keributan yang

memalukan”. Kalimat ini memiliki ciri kepaduan karena tidak diselingi kata yang

tidak penting. Kata yang tidak penting misalnya „sudah tercoreng’.

2.2.7 Analisis Ciri Kelogisan Kalimat Efektif

Pada paragraph keempat ditemukan ciri kepaduan dalam penggunaan kalimat

efektif, K6 (kalimat keenam). “Kericuhan tersebut mengakibatkan pertandingan

babak final wushu terpaksa dihentikan selama 1,5 jam”. Kalimat ini memiliki ciri

kelogisan, karena ide / gagasannya sejalan dengan akal. Seperti yang diketahui

bahwa kericuhan bisa mengakibatkan suatu kegiatan atau dalam hal ini

(pertandingan) terhenti untuk sementara waktu.

Berdasarkan hasil analisis kalimat efektif pada tajuk rencana “Pelajaran dari

PON XIX” dalam surat kabar harian Riau Pos edisi 30 September 2016, kalimat

efektif yang dominan digunakan adalah ciri kesepadanan.

18 | P a g e
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan

kembali gagasan atau pikiran pada diri pendengar atau pembaca, seperti apa yang

ada dalam pikiran dan benak pembicara itu akan dapat diterima secara utuh.

Terdapat 7 ciri dalam kalimat efektif yaitu, kesepadanan, keparalalelan,

ketegasan/penekanan, kehematan, kecermatan, kepaduan/koherensi dan kelogisan.

Pada tajuk rencana "Pelajaran dari PON XIX” dalam surat kabar harian Riau Pos

edisi 30 September 2016, kalimat yang digunakan bisa dikatakan baik karena hanya

terdapat sedikit kesalahan kalimat. Kalimat efektif yang dominan digunakan adalah

ciri kesepadanan. Ciri kesepadanan merupakan salah satu ihwal kalimat efektif

dalam berbahasa di media.

3.2 Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah dijelaskan, ada beberapa saran

yang diajukan penulis, yaitu :

1. Penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti kalimat-

kalimat efektif dengan tepat sehingga hasil penelitian dapat dijadikan

sebagai acuan atau referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Penulis menyarankan kepada perpustakaan agar buku-buku yang berkaitan

dengan kalimat efektif lebih diperbanyak lagi untuk mempermudah

mahasiswa dalam melakukan penelitian.

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Achmad H.P dan Alek A, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:

Prenada Media Group, 2010

Rulli Nasrullah dan Suhaimi, Bahasa Jurnalistik, Jakarta: Lembaga penelitian

UIN, 2009

Putrayasa, Ida Bagus, Kalimat efektif (Diksi, Struktur, dan Logika), Bandung:

PT.Refika Aditama, 2007

20 | P a g e
Lampiran

21 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai